Kehidupan Sosial Uleebalang Aceh, Samalanga (1873-1946)

ABSTRAK
Samalanga adalah sebuah nanggroe yang dipimpin oleh seorang
uleebalang. Sebagai seorang pemimpin, uleebalang berada di tengah-tengah
masyarakat dan berinteraksi dengan masyarakat. Hubungan timbal balik dan
saling membutuhkan antara masyarakat dan pemimpin terjalin erat. Jabatan
sebagai pemimpin membuat uleebalang memiliki kehidupan yang berbeda dengan
rakyatnya. Hidup mewah dan terbuka akan sesuatu yang baru dan dianggap
modern. Modernisasi terhadap uleebalang terlihat jelas setelah Belanda
menguasai daerah Samalanga. Penelitian ini mengkaji dua point permasalahan
yaitu: 1) Bagaimanakah kehidupan sosial uleebalang Samalanga 1873-1946? 2)
Bagaimanakah akhir kedudukan uleebalang Samalanga?
Penelitian kualitatif ini menggunakan metode sejarah kritis, dimulai dari
heuristik, kritik, interpretasi dan historiografi secara sistematis sesuai dengan
teori-teori penulisan ilmiah. Bahan-bahan yang digunakan diperoleh melalui studi
arsip dan kepustakaan. Studi arsip penelitian dilakukan dengan mengunjungi
lembaga Arsip Nasional Republik Indonesia (ANRI) dan arsip daerah di Banda
Aceh.
Penelitian ini menunjukkan bahwa uleebalang memiliki hubungan yang
erat dengan masyarakatnya. Uleebalang yang dianggap berhasil adalah
uleebalang yang mampu mempertahankan rakyatnya. Namun uleebalang
memiliki perbedaan kehidupan dengan rakyatnya. Kehidupan uleebalang identik

dengan kemewahan, kehidupan uleebalang juga dipengaruhi oleh kedatangan
Belanda. Sejak menandatangani perjanjian dengan Belanda, sebagian dari
uleebalang memiliki kehidupan yang lebih modern. Misalnya bidang pendidikan,
uleebalang mempercayakan putera-puteri mereka sekolah di sekoloh milik
Belanda. Masyarakat menolak hal itu, karena masyarakat menganggap sekolah
milik Belanda adalah sekolah kafir. Pembangunan prasarana seperti jalur kereta
api dan jalan juga menunjang golongan uleebalang untuk memiliki kendaraan
seperti mobil, sepeda motor dan juga sepeda. Sebelumnya uleebalang Samalanga
dan juga rakyat Samalanga hanya menggunakan tenaga binatang seperti kuda dan
gajah sebagai alat transportasi. Kediaman atau rumah uleebalang Samalanga juga
mengalami perubahan, dari yang awal berbentuk khas Aceh hingga akhirnya
mengikuti arsitektur bangunan Belanda.
Kata Kunci: Kehidupan Sosial , Uleebalang, Samalanga.

Universitas Sumatera Utara

ABSTRACT

Samalanga is one nanggroe led by an uleebalang. As a leader,
uleebalang lies in the community and interacts with the community. Inverse

relationship and mutual requiring among the people and the leader is closely
related. The position a leader makes uleebalang has different life with his
people. The luxury and openness in life to the new thing is considered
modern. Modernization to uleebalang can be clearly seen after Dutch
colonized Samalanga. This research studies two problems, namely 1)how is the
social life of uleebalang Samalanga 1873 -1946 ? 2) How is the end position of
uleebalang Samalanga ?
This qualitative research uses critical history method starting from
heuristics, critical, interpretation and histography systematically in accordance
with scientific writing theories. The references are obtained through filling
and library study. Study of filling research is conducted by visiting National
Archive Institution of Republic of Indonesia (ANRI) and regional archive in
Banda Aceh.
The result of research showed that uleebalang has close relationship
with the people. Uleebalang is considered success once uleebalang is able to
depend the people. However, uleebalang has different in life with the people.
The life of uleebalang is identical wit luxury life and also influenced by the
coming of Dutch. Since the signing of agreement with Dutch, some of
uleebalang live in a modern and luxurious. For example in education, uleebalang
register their children to study in school owned by Dutch. The people rejected

this circumstance since they think that the school is forbidden and not good.
The building of infrastructure such as rail, and roads supported the life of
uleebalang to have vehicles such as car, motorcycle and bicycle. Previously,
uleebalang and his people only used animal as the transportation means such as
horse and elephant. The house of uleebalang Samalanga also changed from
special Acehness house into the design of Dutch architecture.
Key words : social life, uleebalang, Samalanga

Universitas Sumatera Utara