Islam dan Budaya Jawa docx

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Bagi orang jawa hidup ini penuh dengan upacara, baik upacara-upacara yang
berkaitan dengan lingkungan hidup manusia sejak dalam perut ibu, lahir, kanak-kanak,

ISLAM DAN BUDAYA JAWA

remaja, dewasa, sampai saatnya kematian, atau juga upacara-upacara yang berkaitan

1

dengan aspek kehidupan. Tentu dengan upacara ini harapan pelaku upacara adalah hidup
dalam keadaan selamat.
Secara luwes Islam memberikan warna baru dalam upacara-itu yang disebut dengan
kenduren atau slametan.
B. Rumusan Masalah
a. Apa saja ritual atau upacara yang diadakan pada saat hamil hingga melahirkan?
b. Apa saja ritual atau upacara yang diadakan pada saat kanak-kanak hingga dewasa?

ISLAM DAN BUDAYA JAWA


C. Tujuan

2

a. Untuk mengetahui ritual yang diadakan pada saat hamil hingga melahirkan.
b. Untuk mengetahui ritual yang diadakan pada saat kanak-kanak hingga dewasa.

BAB II
PEMBAHASAN

ISLAM DAN BUDAYA JAWA

A. Ritual yang Diadakan saat Hamil dan Melahirkan
1. Tingkeban

3

Slametan diselenggarakan hanya apabila anak yang dikandung adalah anak pertama
bagi si ibu dan si ayah. Tingkeban diselenggarakan di rumah ibu si calon ibu dan

sebuah slametan khusus disiapkan dengan unsur-unsur utama seperti :
1) Sepiring nasi untuk setiap tamu dengan nasi putih diatas dan nasi kuning di
bawahnya. Nasi putih melambangkan kesucian, nasi kuning melambangkan cinta.
Ini harus dihidangkan dengan wadah dari daun pisang yang direkatkan dengan

ISLAM DAN BUDAYA JAWA

jarum baja agar anak yang akan lahir kuat dan tajam pikirannya.

4

2) Nasi dicampur dengan kelapa parutan dan ayam iris. Ini dimaksudkan untuk
menghormati Nabi Muhammad maupun untuk menjamin slamet bagi semua
peserta dan anak yang akan lahir.
3) Tujuh tumpeng kecil nasi putih yang terutama melambangkan tujuh bulan
kehamilan, tetapi seringkali sebagai hajat lain ditambahkan, seperti untuk
menghormati hari ketujuh dalam satu minggu, tujuh lapis langit dan semacamnya.
4) Sembilan bola nasi putih yang dibentuk dengan tangan yang dimaksudkan untuk

ISLAM DAN BUDAYA JAWA


melambangkan wali penyebar islam yang legendaris di Indonesia.

5

5) Sebuah tumpeng nasi yang besar, biasanya disebut tumpeng “kuat” karena ia dibuat
dari beras ketan, yang dimaksudkan agar anak yang ada di dalam kandungan kuat
dan juga memuliakan danyang desa itu.
6) Beberapa hasil tanaman yang tumbuh dibawah tanah dan beberapa buah yang
tumbuh menggantung. Yang pertama untuk melambangkan bumi, sedangkan yang
kedua untuk melambangkan langit.
7) Tiga jenis bubur yaitu bubur merah, putih dan campuran antara keduaanya. Yang

ISLAM DAN BUDAYA JAWA

putih melambangkan “air” sang ibu dan yang merah melambangkan “air” sang

6

ayah dan campuran antara keduanya disebut bubur sengkala yang dianggap sangat

mujarab untuk mencegah masuknya makhluk halus jenis apapun.
8) Rujak legi, sebuah ramuan campuran buah-buahan, bumbu, dan gula. Ini paling
penting dan khas dalam tingkeban. Konon jika rujak terasa pedas atau sedap oleh si
ibu, maka ia akan melahirkan anak perempuan, dan bila rasanya biasa saja maka

ISLAM DAN BUDAYA JAWA

akan melahirkan anak laki-laki.

7

Namun yang mengejutkan dalam contoh yang sedikit ini adalah pencampuran yang
kaya dari makhluk-makhluk, dewa serta tokoh-tokoh kebudayaan Islam, Hindu Budha
dan asli Jawa, ke dalam sebuah sinkretisme yang besar. Dalam tingkeban sebagaimana
dalam semua slametan, di samping hidangan, sajian gabungan untuk makhlukmakhluk halus maupun para tetangga, adalagi sajian khusus untuk makhluk halus

ISLAM DAN BUDAYA JAWA

secara keseluruhan yakni sajen.


8

Bila bagian slametan dari tingkeban itu sudah selesai, sajen itu diberikan kepada

ISLAM DAN BUDAYA JAWA

dukun bayi yang memimpin upacara dan biasanya juga membantu kelahiran sang ibu.

9

ISLAM DAN BUDAYA JAWA

Namun sekarang ini dukun bayi yang melakukan upacara tingkeban tidak selalu

1
0

menjadi bidan kelahiran.1
Ketika sambutan pembukaan sudah selesai, do’a dalam bahasa Arab telah dibaca,


ISLAM DAN BUDAYA JAWA

dan hidangan sudah dicicipi serta dibungkus maka upacara tingkeban yang

1
1

ISLAM DAN BUDAYA JAWA

sebenarnyapun dimulai. Satu bak air yang ditaburi daun-daun bunga disiapkan secara

1
2

teoritis diambil dari tujuh mata air, kemudian disiramkan segayung demi segayung.2
Pada upacara slametan kehamilan, ada simbol-simbol yang terdapat dalam upacara
mitoni. Salah satunya adalah ibu hamil yang setelah dimandikan kemudian berganti
kain sampai tujuh kali, nama kain batik yang digunakan dalam siraman harus

1 Clifford Geertz. Agama Jawa Abangan Santri Priyayi Dalam Kebudayaan Jawa. Komunitas


ISLAM DAN BUDAYA JAWA

mengandung harapan agar anak kelak menjadi orang mulia.3

1
3

Upacara tingkeban ini akhirnya ditutup dengan penjualan rujak oleh suami dan
istri, kepada semua yang hadir dan membayar. Ada yang mengatakan bahwa si ibu

ISLAM DAN BUDAYA JAWA

akan menggunakan uang tersebut untuk membeli obat bagi si bayi.

1
4

Sedangkan dalam Tradisi santri, uapacara yang dilakukan adalah dibacakan
perjanjen dengan alat musik. Nyanyian perjanjen ini sesungguhnya merupakan

riwayat Nabi Muhamammad yang bersumber dari kitab berzanji.4
2. Babaran
Menjelang kelahiran, sebagian orang mengadakan slametan kecil hanya dengan

Bambu. Depok. 2014. Cet II. H. 47.

ISLAM DAN BUDAYA JAWA

anggota keluarganya saja, yang dihidangkan terdiri atas sepiring jenang dengan pisang

1
5

yang telah dikupas ditengahnya untuk melambangkan kelahiran yang lancar. Jika sang
ibu sudah merasa sakit menjelang kelahiran, dukun bayi pun dipanggil dan setelah
tiba, ia meletakan sajen di samping tempat tidur ibu dan di kamar kecil karena
dipercaya bahwa makhluk halus penunggu kamar kecil tidak suka dengan bau darah

2 Clifford Geertz. Agama Jawa Abangan Santri Priyayi Dalam Kebudayaan Jawa. Komunitas


ISLAM DAN BUDAYA JAWA

yang menyertai kelahiran.5

1
6

Kemudian setelah kelahiran bayi dukun bayi membubuhkan kunyit pada luka yang
ada lalu mengikat tali pusarnya, yang dimaksud tali pusar disini adalah plasenta.
Setelah itu bayi dimandikan, kemudian ibunya dengan mantra khusus. Setelah itu
plasenta dan tembuni bayi dibungkus dengan kain putih, dimasukan ke dalam kendi,
digarami, lalu dikubur diluar rumah, jika laki-laki maka dikubur di depan rumah dan
jika perempuan dikubur di belakang rumah, meskipun ada pula yang mengubur

ISLAM DAN BUDAYA JAWA

keduanya di depan. Sebelah kiri pintu untuk bayi laki-laki dan sebelah kanan pintu

1
7


untuk perempuan. Sekeliling tempat itu kemudian dipagar dengan pagar anyaman
kecil untuk mencegah anjing atau binatang lain menggalinya. Sebuah pelita kecil
dibiarkan menyala di sana selama 35 hari untuk mencegah gangguan makhluk halus.
Terakhir sang dukun meletakan si bayi pada sebuah meja rendah serta menggebrak
meja tiga kali untuk mengejutkannya, agar ia terbiasa dengan kejutan serupa, sehingga
di kemudian hari tidak gampang kaget dan jatuh sakit. Sang dukun lalu menggebrak

Bambu. Depok. 2014. Cet II. H. 48

ISLAM DAN BUDAYA JAWA

meja tiga kali dengan mengucap kalimat syahadat dalam bahasa Arab. Pada malam

1
8

harinya sebuah slametan kecil yang dinamakan babaran diadakan, ditandai oleh

ISLAM DAN BUDAYA JAWA


adanya sebutir telur ayam putih, karena sebelum dilahirkan setiap orang adalah sebutir

1
9

telur. Dengan demikian selesailah seluruh bingkisan upacara yang menyertai
kelahiran.6
B. Ritual yang Diadakan saat Kanak-kanak Hingga Dewasa
1. Slametan Bagi Bayi
Lima hari setelah slametan yang pertama untuk si bayi diselenggarakan,
diadakan pula sebuah slametan yang agak besar yaitu pasaran atau kini lazim
disebut dengan puputan dimana sang bayi diberi nama. Sebenarnya, penentuan

ISLAM DAN BUDAYA JAWA

waktu pasaran tergantung pada saat terlepasnya sisa tali pusar sang anak. Kalau

2
0

pada hari kelima belum lepas juga maka pasaran ditunda sampai hari keenam
atau bahkan ketujuh.7
Dalam upacara ini si bayi juga dipotong rambutnya (bercukur), upacara ini
juga bisa disebut nyepasari. Dalam tradisi Islam santri upacara ini disebut

3 Sri, Suhandjati. Islam dan Kebudayaan Jawa Revitalisasi Kearifan Lokal. Cv Karya Abadi Jaya.

ISLAM DAN BUDAYA JAWA

dengan korban aqiqah yang dalam lidah jawa disebut dengan kekah, yang

2
1

ISLAM DAN BUDAYA JAWA

ditandai dengan penyembelihan kambing dua ekor bagi anak laki-laki dan satu

2
2

ekor bagi anak perempuan.8
Hidangan pada pasaran hampir sama dengan hidangan pada upacara
tingkeban, akan tetapi tanpa rujak legi serta ada tambahan makanan ringan dari
pasar. Makanan kecil yang agak tak keruan rasanya ini, yang selamanya jadi
kudapan kebanyakan orang Jawa, disebut jajan. Dengan demikian, jajan adalah
lambang alamiah dari interaksi sosial yang sangat dicintai orang Jawa. Dahulu

Semarang. 2015. Cet I. H. 44.

ISLAM DAN BUDAYA JAWA

dalam praktiknya dahulu tuan rumah mengundang santri untuk mengaji dari

2
3

pukul delapan sampai tengah malam setiap hari sesudah kelahiran sampai sisa
tali pusar bayi terlepas.
Pitonan yaitu slametan tujuh bulanan yang digelar bagi si bayi. Hidangan
yang di sediakan saat pitonan adalah semacam puding tepung beras yang disebut
dengan jenang yang dibuat dalam tujuh warna. Selain itu, seperti biasa terdapat
bola nasi, tiga jenis bubur dan lain-lain. Disini seperti pada tigkeban upacara

4 Abdul Jamil, Abdurrahman Mas’ud, dkk. Islam & Kebudayaan Jawa. Gama Media. Yogyakarta.

ISLAM DAN BUDAYA JAWA

lebih menonjol daripada slametannya. Upacara ini dipimpin oleh dukun bayi

2
4

sebagaimana dalam babaran, rangkain upacara ini dimulai dari membangunkan
bayi pada saat ayam berkokok atau sekitar pukul empat pagi, kemudian bayi itu
di kurungkan bersama seekor ayam jika bayinya laki-laki maka ayamnya jantan,
dan jika bayinya perempuan ayamnya betina.

Bayi itu kemudian disodori

keranjang bambu yang dangkal alasnya dan telah diisi dengan nasi kuning dan
beberapa uang logam. Jika sang bayi membuang uang dan nasi, maka ia akan

ISLAM DAN BUDAYA JAWA

menjadi anak yang boros dan jika tidak maka ia akan menjadi anak yang hemat,

2
5

dan saat upacara ini untuk pertama kalinya bayi diperbolehkan menjejakan
kakinya ditanah setelah itu ia diberi cakar ayam agar mengingatkan bahwa
sebagimana ayam maka ia harus mengais-ngais untuk mencari makan.
2. Slametan dari Kanak-kanak Hingga Dewasa
a. Khitanan
Upacara untuk merayakan khitanan pada umunya menyerupai pola upacara

2000. Cet I. H. 132.

ISLAM DAN BUDAYA JAWA

pernikahan, tentu saja dengan meniadakan unsur-unsur yang berhubungan

2
6

dengan upacara bersanding bagi kedua mempelai. Dalam upacara ini terdapat
hiburan sewaan seperti orkes, rombongan tari, dan drama keliling. Di sini
terdapat sekitar 200 orang yang diberi makan dan diharapkan pada orang-orang
ini agar membawa hadiah ataupun menyumbang dalam bentuk uang.
Kebanyakan anak lelaki di Jawa disunat pada usia 10 sampai 15 tahun. Menurut
kebiasaan, penyunatan dilakukan oleh orang yang disebut colak atau bong yang
5 Clifford Geertz. Agama Jawa Abangan Santri Priyayi Dalam Kebudayaan Jawa. Komunitas

ISLAM DAN BUDAYA JAWA

seringkali merangkap sebagai tukang cukur, jagal, atau dukun. Namun pada

2
7

dewasa kini banyak orang tua yang menyunatkan anaknya pada mantri ataupun
dokter di rumah sakit. Upacara khitanan ini di selenggarakan pada malam hari

ISLAM DAN BUDAYA JAWA

seperti halnya midodareni, dalam upacara ini dihidangkan makanan yang terbuat

2
8

dari beras ketan yang dilumat dalam talam besar hingga berbentuk piringan
biskuit yang tipis.9
Sebenarnya pelaksanaan khitan ini sebagai bentuk nyata perwujudan hukum

Bambu. Depok. 2014. Cet II. H. 51.

ISLAM DAN BUDAYA JAWA

Islam. Sunatan atau khitan ini merupakan pernyataan pengukuhan sebagai orang

2
9

Islam. Karena itu sering kali sebagai selam, sehingga khitan dapat dimaknai
sebagai nyelamaken atau mengislamkan.10
b. Perkawinan
Dalam lamaran keluarga pihak pria mengunjungi kelurga pihak wanita untuk
saling tukar basa basi formalisme kosong yang sudah menjadi keahlian orang

6 Clifford Geertz. Agama Jawa Abangan Santri Priyayi Dalam Kebudayaan Jawa. Komunitas

ISLAM DAN BUDAYA JAWA

Jawa sejak dulu. Upacara perkawinan disebut kepanggihan dan selalu di

3
0

selenggarakan di rumah pengantin perempuan. Karena menurut teori semua
orang tua harus menyelenggarakan satu pesta besar bagi anaknya, khitanan
untuk laki-laki dan perkawinan untuk anak perempuan. Anak laki-laki menurut
tradisi harus memberikan dua macam hadiah perkawinan pada pihak perempuan
yaitu paningset yang biasanya berupa pakaian serta perhiasan dan sering

ISLAM DAN BUDAYA JAWA

diberikan dengan sebuah slametan untuk orangtua pihak perempuan, yang kedua

3
1

yaitu sasrahan biasanya berupa seekor kerbau atau sapi dan perabot
rumahtangga.
Sebagaimana dalam Islaman, slametan perkawinan diselenggarakan pada
malam hari yang disebut midodareni, pelaksanaannya pengatin perempuan hadir
dalam upacara ini, dan pengantin laki-laki datang dari jauh sudah ada di

Bambu. Depok. 2014. Cet II. H. 54.

ISLAM DAN BUDAYA JAWA

kediaman pengantin perempuan maka pengatin lelaki disembunyikan dari

3
2

pandangan mempelai perempuan, karena mereka belum boleh bertemu sebelum
pertemuan yang sebenarnya berlangsung.11
Setelah acara tersebut, maka mempelai wanita mengenakan pakaian
sederhana kemudian dimasukan ke dalam sebuah kamar upacara, disana ia akan
duduk tanpa bergerak sama sekali selama empat jam sampai tengah malam, pada

7 Clifford Geertz. Agama Jawa Abangan Santri Priyayi Dalam Kebudayaan Jawa. Komunitas

ISLAM DAN BUDAYA JAWA

saat itu seorang bidadari akan datang dan memasukinya, untuk tinggal disana

3
3

sampai lima hari sesudah perkawinan, itulah sebabnya semua pengatin akan
terlihat jauh lebih cantik daripada hari-hari sebelumnya. Selagi mempelai wanita
berada dalam kamar maka ibunya melaksanakan upacara membeli kembang
mayang, setelah kembang mayang dibeli kemudian si ibu meletakan kembang
mayang itu disamping anaknya.
Kemudian setelah upacara itu selesai maka keesokan paginya perkawinanpun
ISLAM DAN BUDAYA JAWA

dilaksanakan, saat pernikahan biasanya sang mempelai laki-laki datang sendiri

3
4

menghadap naib atau orang yang bertanggungjawab akan pernikahan,
sedangkan dari pihak perempuan diwakili oleh walinya baik itu ayahnya atau
saudara sedarah dengan ayahnya. Dalam kalangan santri ijab sangat penting
karena hal tersebut menentukan sahnya pernikahannya di hadapan Tuhan dan
pemerintah. Kemudian setelah itu pergi ke rumah mempelai perempuan dan
disana pesta yang sesungguhnya diadakan, menurut tradisi pengantin perempuan

Bambu. Depok. 2014. Cet II. H. 54-56.

ISLAM DAN BUDAYA JAWA

berdandan seperti halnya ratu, dan mempelai laki-laki didandani seperti halnya

3
5

seorang pangeran. Untuk pengantin perempuan yang belum datang bulan maka
sebelum

upacara

perkawinan

dilaksanakan

maka

sehari

sebelumnya

dilaksanakan upacara tambahan yang disebut jago-jagoan dimana mempelai pria
membuat ayam jago dari bubur kertas ataupun mori dan meletakan uang cina,
beras dan telur di dalamnya. Kemudian ayam tersebut dibawa menggunakan

8 Abdul Jamil, Abdurrahman Mas’ud, dkk. Islam & Kebudayaan Jawa. Gama Media. Yogyakarta.

ISLAM DAN BUDAYA JAWA

slendang dan di arak oleh teman-teman mempelai pria dan bersorak serta

3
6

berkokok seperti ayam, kemudian ayam tersebut dibawa hingga sampai di
rumah mempelai wanita.

ISLAM DAN BUDAYA JAWA

BAB III

3
7

PENUTUP
A. Kesimpulan
Pada intinya daerah-daerah di Indonesia memiliki tradisi-tradisi yang berupa ritual
yang dianggap oleh masyarakatnya mampu untuk menangkal musibah sehingga
memberikan keselamatan bagi pelakunya, tak terkecuali bagi masyarakat Jawa,
tradisi tersebut berlangsung sejak zaman kepercayaan animisme dan dinamisme
2000. Cet I. H. 132.

ISLAM DAN BUDAYA JAWA

hingga saat ini. Walapun kini masyarakat sudah mengenal agama namun hal

3
8

semacam itu sepertinya sulit dilepaskan dari kebiasaan masyarakat Jawa, sehingga
ritual tersebut melebur dan berakulturasi dengan agama yang kini mereka anut.
B. Daftar Pustaka
Geertz , Clifford. Agama Jawa Abangan Santri Priyayi Dalam Kebudayaan
Jawa. Komunitas Bambu. Depok. 2014. Cet II
Jamil, Abdul, Abdurrahman Mas’ud, dkk. Islam & Kebudayaan Jawa. Gama

ISLAM DAN BUDAYA JAWA

Media. Yogyakarta. 2000. Cet I.

3
9

Suhandjati, Sri. Islam dan Kebudayaan Jawa Revitalisasi Kearifan Lokal. Cv

9 Clifford Geertz. Agama Jawa Abangan Santri Priyayi Dalam Kebudayaan Jawa. Komunitas

ISLAM DAN BUDAYA JAWA

Karya Abadi Jaya. Semarang. 2015. Cet I

4
0

ISLAM DAN BUDAYA JAWA

Bambu. Depok. 2014. Cet II. H. 62.

4
1

ISLAM DAN BUDAYA JAWA

10 Abdul Jamil, Abdurrahman Mas’ud, dkk. Islam & Kebudayaan Jawa. Gama Media. Yogyakarta.

4
2

4
3

ISLAM DAN BUDAYA JAWA

ISLAM DAN BUDAYA JAWA

2000. Cet I. H. 133.

4
4

ISLAM DAN BUDAYA JAWA

11 Clifford Geertz. Agama Jawa Abangan Santri Priyayi Dalam Kebudayaan Jawa. Komunitas

4
5

4
6

ISLAM DAN BUDAYA JAWA

ISLAM DAN BUDAYA JAWA

Bambu. Depok. 2014. Cet II. H. 66.

4
7