C. Hasil dan Pembahasan (2)

C. Hasil dan Pembahasan
1. Ekstraksi enzim amilase dari kecambah
1.1Kurva larutan standart maltosa
a. Tabel standart maltosa

Konsentrasi

Absorbansi

0 ppm

0

200 ppm

0,0920

400 ppm

0,2350


600 ppm

0,3840

800 ppm

0,5350

1000 ppm

0,7

b. Kurva standart

Kurva Standar
0.8000
0.7000
f(x) = 0.14x - 0.17
R² = 0.99


absorbansi

0.6000
0.5000

Absorbansi
Linear (Absorbansi)

0.4000
0.3000
0.2000
0.1000
0.0000
0

1

2

3


4

5

6

7

konsentrasi

c. Perhitungan



Kacang hijau kering
Absorbansi = 0.152
y = 0.142x - 0.173
0.152 + 0.173 =
0.142x

X = 2.288 ppm

 Kecambah 12 jam

 Kacang hijau direndam 12 jam
Absorbansi 0,094
y = 0.142x - 0.173
0.094 = 1.42x - 0.173
0.094+ 0.173 =1.42x
X = 1.881 ppm
 Kecambah 24 jam

Absorbansi 0,112
Y = 0.142x-0.173
0.112 = 0.142 x- 0.173
0.112+ 0.173 = 0.142 x
X = 2.0 ppm

Absorbansi 0,081
Y = 0.142 x – 0.173

0.081 = 0.142 x – 0.173
0.081 + 0.173 = 0.142 x
X = 1.79 ppm

 Kecambah 48 jam
Absorbansi 0,147
Y = 0.142 x – 0.173
0.147 = 0.142 – 0,173
0.147 + 0.173 = 0.142 x
x = 2.25 ppm
d.

Tabel larutan sampel

Sampel

Absorbansi

Konsentrasi


Biji kering

0,152

2.288 ppm

Biji direndam 12 jam

0,094

Kecambah umur 12 jam

0,112

Kecambah umur 24 jam

0,081

Kecambah umur 48 jam


0,147

e. Kurva larutan sampel

1.88 1ppm

2.0 ppm
1.79 ppm
2.25 ppm

Chart Title
0.16
0.14
0.12
0.1
0.08
Axis Title
0.06
0.04
0.02

0
1.7

f(x) = 0.14x - 0.17
R² = 1

Linear ()

1.8

1.9

2

2.1

2.2

2.3


2.4

Axis Title

1.2Tabel aktivitas enzim amilase
a. Tabel

Perlakuan Sampel

Aktivitas Enzim Amilase
unit
3,813
mikromol
unit
0,3133
mikromol
unit
3.333
mikromol
unit

2.983
mikromol
unit
3.75
mikromol

Kacang hijau kering
Kacang hijau direndam 12 jam
Kacang hijau dikecambahkan 12 jam
Kacang hijau dikecambahkan 24 jam
Kacang hijau dikecambahkan 48 jam
Perhitungan aktivitas enzim
 Kacang hijau kering

unit
mikromol
10
1
x
= 2.288 x

x1
2
3
unit
= 3,813
mikromol

Aktivitas enzim = C x



1
T

x1

Kacang hijau direndam 12 jam
1
unit
Aktivitas enzim = C x
x1
T
mikromol
10
1
x
= 0.188 x
x1
2
3

unit
mikromol

unit
mikromol

= 0,3133

unit
mikromol



Kacang hijau dikecmbahkan 12 jam
1
unit
Aktivitas enzim = C x
x1
T
mikromol
10
1
unit
x
= 2.0 x
x1
2
3
mikromol
unit
= 3.333
mikromol



Kacang hijau dikecambahkan 24 jam
1
unit
Aktivitas enzim = C x
x1
T
mikromol
10
1
unit
x
= 1.79 x
x1
2
3
mikromol
unit
= 2.983
mikromol

Kacang hijau dikecambahkan 48 jam
1
unit
Aktivitas enzim = C x
x1
T
mikromol
10
1
unit
x
= 2.25 x
x1
2
3
mikromol
unit
= 3.75
mikromol
b. Perbandingan kurva absorbansi larutan sampel dan larutan standart
Berdasarkan data hasil percobaan dapat terlihat bahwa kurva anytara
larutan sampel dan kurva standart tidak terlalu banyak terdapat perbedaan. Hal ini
dapat dilihat dari nilai regresi yang dihasilakan antara kurva sampel dan kurva
larutan standart. Dimana pada kurva larutan standart regresi yang dihasilkan
adalah 0.9938 sedangkan pada kurva larutan sampel regresi yang dihasilkan
adalah 0.999. Yang membedakan antara kurva standar dengan kurva sampel
adalah R Square (R2) yang sering disebut sebagai koefisien determinasi yang
bertujuan untuk mengukur kebaikan dari persamaan regresi. Nilai R2 terletak
antara 0– 1, dimana kecocokan dikatakan lebih baik apabila R2 semakin
mendekati 1 (Bergmeyer, 2010)
Pada kurva larutan standart terdapat regresi dihasilkan dari hubungan
antara konsentrasi enzim amylase dengan nilai absorbansi larutan standart.
Dimana konsenntrasi yang digunakan pada pembuatan kurva standart adalah 0
ppm, 200 ppm, 400 ppm , 600 ppm, 800 ppm, 1000 ppm. Dengan nilai
absorbansiu untuk setiap konsentrasinya adalah 0, 0.0920, 0.2350, 0.3840, 0.5350,
0.7.
Sedangkakn pada kurva sampel diketahui konsentrasi yang digunakan
adalah 2.888 ppm, 1.881 ppm, 2.0 ppm, 1,75 ppm dan 2.25 ppm. Sedangkan nilai


absorbansi yang digunakan pada setiap sampelnya adalah 0.152, 0.094,
0.112,0.081, 0.147.
Berdasarkan data tersebut dapat dilihat bahwa sampel yang memiliki nilai
absorbansi tertinggi adalah sampel kacang hijau kering. Sedangkan konsentrasi
enzim tertinggi juga berbanding lurus dengan nilai absorbansi. Jika dilihat kembali
seharusnya sampel yang memiliki konsentrasi enzim paling tinggi adalah pada
kecambah 24 jam. Hal ini dikarenakan pada saat tersebut kecambah memasuki
fase pertumbuhan maksimum sehingga membutuhkan banyak asupan energy.
Dengan banyaknya asupan energy yang dibutuhkan maka diperlukan konsentrasi
enzim dalam jumlah yang cukup tinggi untuk dapat merombak seyawa makro
menjadi seyawa yang lebih sederhana.
2. Pembahasan data Percobaan
2.1 analisa prosesdur.
Dalam melakukan percobaan uji aktivitas enzim amylase ini dibagi menjadi dua
tahapan. Dimana tahapan pertama adalah ektraksi sampel. Pada tahapan ekstraksi ini
sampel yang digunakan terdapat 5 jenis sampel yaitu kacang hijau kering, kacang hijau
rendam 12 jam, kacang hijau kecambah 12 jam, kecambah 24 jam, dan kecambah 48 jam.
Langkah awal yang dilakkukan adalah persiapan sampel. Dimana sampel dari kelima
sampel tersebut dihaluskan terlebih dahulu. Penghalusan dilakukan berfungsi agar luas
permukaan sampel menjadi lebih besar. Dengan luas permukaan sampel yang lebih besar.
Sehingga dengan luas permukaan yang lebih besar membuat kontak dengan pelarut
menjadi lebih besar pula sehingga ekstraksi menjadi lebih mudah. Kemudian sampel
ditimbang masing-masing 5 gr menggunakan timbangan analitik. Setelah itu dimasukkan
ke dalam erlemeyer dan ditambah dengan 50 ml larutan buffer asetat. Dimana larutan ini
berfungsi untuk mempertahankan pH agar tetap dtabil. Sampel kemudian dikocok
menggunakan tangan selama 30 menit, pengocokan ini berfungsi untuk memaksimalkan
proses ekstraksi enzim. Seteah itu dilakukan penyaringan menggunkan kertas saring
bertujuan untuk memisahkan supernata dengan pellet. Dimana setelah itu supernata
dimasukkan ke dalam tube dan ditimbang sebanyak 12 gr. Dalam penimbangan 12 gr ini
harus tepat karena jika tidak menyebabkan berat tidak seimbang dan saat diloakukan
sentrifugasi tidak merata. Setelah dimasukkan ke dalam tube sampel disentrifugasi selam
30 menit. Setelah itu dilakukan pembuatan amilum dimana, sebelum dahulu ditimbang
sebnayak 0,2 gr kemudian ditambahakan dnegan aquades 200 gram kemudian dipanaskan
hingga warna berubah menjadi jernih. Setelah itu sampel yang telah disentriufugasi
kemudian diambil 1 ml kemudian ditamabhakan dengan 1 ml amilum kemudian
dihomogenkan. Fungsi dari amilum disini adalah untuk sebagai substrat yang
digunakanoleh enzim amylase. Dimana pati akan dihidrolisis oleh enzim menjadi gula
perdeuksi. Setelah dihomogenkan kemudian diambil sebanyak 2 ml dan ditambah dengan
reagen DNS. Dimana reagen ini berfungsi sebagai indicator yang digunakan mendeteksi
adanya gula pereduksi dalam sampel biji kacang hijau hasil dari hidrolisis substrat pati
oleh enzim amilase. Setalh itu sampel ditutup dan kemudian dipanaskan. . Pemanasan
bertujuan untuk mempercepat reaksi antara reagen DNS dengan maltosa sebagai gula
perduksi yang akan mereduksi DNS sehingga terjadi perubahan warna kuning menjadi

merah jingga. Setelah mendidih, tabung reaksi diangkat dan didinginkan. Selajutnya
langkah yang terakhir adalah pengukuran absorbansi untuk setiap sampel dengan panjang
gelombang 550 nm. Setelah panjang gelombang diatur, kemudian larutan yang ada di
erlenmeyer di tuangkan ke dalam kuvet sampai tiga perempat bagian lalu masukkan
kedalam spektrofotometer dan nilai absorbansi akan tertera di layar. Ulangi langkah yang
sama pada semua sampel, dicatat hasilnya dan dibuat kurva standar larutan maltosa dan
kurva standar sampel. Kurva standar dan kurva sampel dibuat dengan cara plotting regresi
linear, sehingga dengan menggunakan rumus aktivitas enzim α-amilase = C x 1/T x 1
unit/1 mikromol didapatkan hasil pengukuran aktivitas enzim tiap-tiap sampel.
2.2 Hubungan antara reagen DNS dan aktivitas enzim
Reagen DNS (3,5 dinitro salicilic acid) merupakan reagen yang digunakan untuk
memberikan reaksi kompleks yang membantu dalam pengukuran absorbansi larutan
pada spektrofotometer dan menghentikan kerja enzim untuk memecah pati . DNS
merupakan senyawa aromatis yang dapat bereaksi dengan gula reduksi membentuk
asam 3-amino-5-nitrosalisilat yaitu suatu senyawa yang mampu menyerap radiasi
gelombang elektromagnetik pada panjang gelombang maksimum 540 nm Reagen
DNS dapat berfungsi secara efektif dalam mengikat gula pereduksi sebagai indicator
terjadinya aktivitas enzim.
Reagen DNS sangat berhubungan dengan enzim amilase dimana semakin
tinggi aktivitas enzim amilase semakin banyak gugus pereduksi yang terbentuk. Jika
banyak gugus pereduksi yang terbentuk maka jumlah asam 3,5 dinitrosalisilat akan
semakin banyak yang tereduksi menjadi asam 3-amino-5 nitrosalisilat sehingga saat
dibaca nilai absorbansinya di dalam spektrofotometer nilainya akan semakin besar
karena semakin banyak gelombang elektromagnetik yang terserap oleh asam 3-amino5 nitrosalisilat. Dengan kata lain, semakin besar aktivitas enzim amilase maka nilai
absorbansinya semakin besar pula.
2.3 Perbandingan antar sampel
Berdasarkan data hasil praktikum diketahui bahwa pada setiap sampel
memiliki aktivitas enzim yang berbeda di setiap jenisnya. Dimana pada aktivitas
unit
enzim untuk sampel kacang hijau kering miliki 3,813
. Sedangkan pada
mikromol
sampel kacang hijau yang direndam 12 jam memiliki kaltivitas enzim yang lebih
unit
rendah dibandingkan dan kacang hijau kering yaitu 0,3133
. Pada
mikromol
sampel berikutnya yaitu kecambah kacang hijau 12 jam meiliki nilai aktivitas enzim
unit
sebesar 3.333
. Pada kecambah berumur 24 jam memiliki aktivitas
mikromol
unit
enzim sebesar 2.983
. Sedangkan pada sampel lainnya yaitu kecambah
mikromol
unit
kacang hijau 48 jam memiliki nilai aktivitas enzim yaitu 3.75
.
mikromol

Berdasarkan data hasil percobaan tersebut dapat diketahui bahwa sampel yang
memiliki aktivitas enzim paling besar adalah sampel kacang hijau kering.
Hasil praktikum yang diperoleh kurang sesuai dengan literatur yang
menyatakan bahwa pada biji yang dikecambahkan, aktivitas enzim amilase lebih besar
karena pada biji yang direndam dan dikecambahkan mengalami proses imbibisi
dimana air diserap masuk ke dalam bahan. Masuknya air ke dalam bahan
mengakibatkan zat-zat cadangan menjadi aktif. Proses masuknya air melalui kulit biji
adalah proses fisik yang berhubungan dengan sifat kimiawi dari kulit biji dan sifat
tanggap biji terhadap kesediaan air sekitarnya. Dengan adanya proses metabolisme
maka kebutuhan energi juga akan meningkat. Dengan demikian enzim amilase akan
menghidrolisis pati dalam biji, sehingga aktivitas enzim amilase pun meningkat pada
saat perendaman (Sari, 2006). Suarni (2007) menambahkan bahwa enzim α-amilase
dalam biji dibentuk pada waktu awal perkecambahan oleh asam giberilik. Asam
giberilik adalah suatu senyawa organik yang sangat penting dalam proses
perkecambahan suatu biji karena bersifat sebagai pengontrol perkecambahan tersebut.
2.4 Faktor yang mempengaruhi aktivitas enzim
Berikut ini faktor-faktor yang mempengaruhi aktivitas enzim amylase
1. pH
pH paling efektif untuk enzim pada umumnya adalah 4,5 sampai dengan 8.
pH yang terlalu tinggi atau rendah dapat menyebabkan enzim terdenaturasi pula
(Espirit, 2010)
2. Konsentrasi Enzim dan Substrat
Kecepatan suatu reaksi yang menggunakan enzim tergantung pada
konsentrasi enzim tersebut sebagai katalisator. Kecepatan reaksi bertambah seiring
dengan bertambahnya konsentrasi enzim hingga batas tertentu. Aktivitas enzim
dipengaruhi pula oleh konsentrasi substrat. Hasil eksperimen menunjukkan bahwa
dengan konsentrasi enzim yang tetap, maka penambahan konsentrasi substrat akan
menaikkan kecepatan reaksi. Akan tetapi pada batas konsentrasi tertentu, tidak
terjadi kenaikan kecepatan reaksi walaupun konsentrasi substrat diperbesar
(Espirit, 2010)
3. Suhu
Suhu bepengaruh besar terhadap aktivitas enzim. Semua enzim bekerja
dalam rentang suhu tertentu. Secara umum, setiap peningkatan sebesar 10 oC di
atas suhu minimum, aktivitas enzim akan meningkat sebanyak dua kali lipat
hingga mencapai kondisi optimum. Peningkatan suhu eksternal secara umum akan
meningkatkan kecepatan reaksi kimia enzim, tetapi kenaikan suhu yang terlalu
tinggi atau setelah melebihi suhu optimumnya akan menyebabkan terjadinya
denaturasi enzim yaitu kerusakan struktur enzim, terutama kerusakan pada ikatan
ion dan ikatan hidrogennya. Kebanyakan enzim tidak aktif pada suhu sekitar 5560oC. Hal ini menyebabkan terjadinya penurunan kecepatan reaksi yang dikatalis
oleh enzim tersebut (Poedjiadi, 2007).

4. Konsentrasi Enzim
Seperti pada katalis lain, kecepatan suatu reaksi yang menggunakan enzim
tergantung pada konsentrasi enzim tersebut. Pada suatu konsentrasi substrat
tertentu, kecepatan reaksi bertambah dengan bertambahnya konsentrasi enzim
(Mutia,2010).
5. Zat-zat penghambat / inhibitor
Hambatan atau inhibisi suatu reaksi akan berpengaruh terhadap
penggabungan substrat pada bagian aktif yang mengalami hambatan. Suatu enzim
hanya dapat bekerja spesifik pada suatu substrat untuk suatu perubahan tertentu.
Adanya zat inhibitor akan menghalangi sisi aktif enzim untuk bergabung dengan
substrat spesifik, sehingga reaksi antara enzim dan subsrat dapat terganggu atau
tidak bereaksi sama sekali (Mutia,2010).
KESIMPULAN
Prinsip dari uji aktivitas enzim amilase adalah menguji aktivitas enzim
amilase dari kecambah biji-bijian dimana aktivitas enzim amilase ditunjukkan dan
diukur dari banyaknya maltose yang terbentuk setelah substrat pati diinkubasi
dengan enzim amilase.
Tujuan dari praktikum kali ini adalah mengetahui aktivitas enzim amilase
yang telah diekstrak dari biji-bijian, dalam praktikum kali ini adalah kacang hijau,
dengan menggunakan metode spektrofotometri dimana absorbansi sampel akan
menunjukkan banyaknya gula pereduksi yang dihasilkan.
Faktor yang mempengaruhi kerja enzim amilase adalah suhu, pH,
konsentrasi substrat, konsentrasi enzim, dan adanya zat inhibitor. Aktivitas enzim
amilase dapat dihitung dengan rumus : C x 1/T x 1 unit/ 1 mikromol. Maltosa
yang dihasilkan merupakan hasil dari aktivitas amilase yang menghidrolisa pati.
Konsentrasi maltose dapat diketahui melalui penambahan reagen DNS yang akan
tereduksi oleh gula pereduksi membentuk asam-3-amino-5 dinitrosalisilat.
Semakin banyak konsentrasi gula pereduksi yang terdeteksi maka semakin banyak
pula terbentuknya asam-3-amino-5 dinitrosalisilat dan semakin tinggi pula
aktivitas enzim amilase pada sampel.
Berdasarkan data hasil praktikum diketahui bahwa pada setiap sampel
memiliki aktivitas enzim yang berbeda di setiap jenisnya. Dimana pada aktivitas
unit
enzim untuk sampel kacang hijau kering miliki 3,813
. Sedangkan
mikromol
pada sampel kacang hijau yang direndam 12 jam memiliki kaltivitas enzim yang

unit
.
mikromol
Pada sampel berikutnya yaitu kecambah kacang hijau 12 jam meiliki nilai aktivitas
unit
enzim sebesar 3.333
. Pada kecambah berumur 24 jam memiliki
mikromol
unit
aktivitas enzim sebesar 2.983
. Sedangkan pada sampel lainnya
mikromol
yaitu kecambah kacang hijau 48 jam memiliki nilai aktivitas enzim yaitu 3.75
unit
. Berdasarkan data hasil percobaan tersebut dapat diketahui bahwa
mikromol
sampel yang memiliki aktivitas enzim paling besar adalah sampel kacang hijau
kering.
lebih rendah dibandingkan dan kacang hijau kering yaitu 0,3133

DAFTAR PUSTAKA TAMBAHAN
Anna Poedjiadi. 2009. Dasar-dasar Biokimia.Jakarta: Universitas Indonesia Press
Bergmeyer, H-U. 2010. Methods of Enzymatic Analysis. New York: Academic Press.
Esprit, J. 2010. Proses Perkecambahan pada Tanaman. Padang: Universitas Andalas.
Mutia,Mufti.2010. Isolasi dan Karakterisasi Enzim Amilase dari Akar Rimpang Alang-Alang
(Imperata Cylindrica).Universitas Hassanudin.Makassar.
Sari, Lucia dwi Amartina.2006. Hubungan Aktivitas Enzim Amilase Dengan Perkecambahan
Tiga Varietas Kedelai ( Glycine Max (L) Marill) yang Berbeda. Undergraduate thesis,
FMIPA Undip.
Suarni dan Patong, R. 2007. Potensi Kecambah Kacang Hijau sebagai Sumber Enzim α
Amilase, Indo. J. Chem., 2007, 7 (3);332-336.

Penilaian
Komponen
Pre-test
Aktivitas
Hasil dan
Pembahasan

Nilai