Kolom Bela Negara Kiprah Diaspora Indone

Kolom Bela Negara

Kiprah Diaspora Indonesia dalam Konteks Bela Negara
Dipersiapkan oleh: Arijo Hadi(*)
Pengantar Bela Negara
Bela

negara adalah

sebuah konsep yang

disusun

oleh

perangkat

perundangan dan petinggi suatu negara tentang patriotisme seseorang, suatu
kelompok atau seluruh komponen dari suatu negara dalam kepentingan
mempertahankan eksistensi negara tersebut. Secara fisik, hal ini dapat
diartikan sebagai usaha pertahanan menghadapi serangan fisik atau agresi dari

pihak yang mengancam keberadaan negara tersebut, sedangkan secara nonfisik konsep ini diartikan sebagai upaya untuk ikut serta berperan aktif dalam
memajukan bangsa dan negara, baik melalui pendidikan, moral, sosial maupun
peningkatan kesejahteraan orang-orang yang menyusun bangsa tersebut.
Landasan konsep bela negara adalah adanya wajib militer. Subyek dari
konsep ini adalah tentara atau perangkat pertahanan negara lainnya, baik
sebagai pekerjaan yang dipilih atau sebagai akibat dari rancangan tanpa sadar
(wajib

militer).

Beberapa

negara

(misalnya Israel, Iran

dan Singapura) memberlakukan wajib militer bagi warga yang memenuhi syarat
(kecuali dengan dispensasi untuk alasan tertentu seperti gangguan fisik, mental
atau keyakinan keagamaan).
Sebuah bangsa dengan relawan sepenuhnya militer, biasanya tidak

memerlukan layanan dari wajib militer warganya, kecuali dihadapkan dengan
krisis perekrutan selama masa perang.
Di beberapa negara seperti di Amerika dan beberapa negara Eropa, bela
negara dilaksanakan melalui pelatihan militer, biasanya satu akhir pekan dalam
sebulan.

Mereka

dapat

melakukannya

sebagai

individu

atau

sebagai


anggota resimen, misalnya Tentara Teritorial Britania Raya. Dalam beberapa
kasus,

milisi

bisa

merupakan

bagian

dari

seperti Garda Nasional Amerika Serikat (USNG).

pasukan

cadangan militer,

Di


negara

lain,

seperti

Republik China (Taiwan), Republik

Korea,

dan Israel, wajib militer diterapkan untuk beberapa tahun setelah seseorang
menyelesaikan dinas nasional.
Sebuah pasukan cadangan militer berbeda dari pembentukan cadangan,
kadang-kadang disebut sebagai cadangan militer, yang merupakan kelompok
atau unit personel militer yang tidak dikhususkan untuk pertempuran oleh
komandan mereka sehingga mereka tersedia untuk menangani situasi-situasi
yang tak terduga, guna memperkuat pertahanan negara.
Di Indonesia, bela negara adalah sikap dan perilaku warga negara yang
dijiwai oleh kecintaannya kepada Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI)

yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945 dalam menjalin
kelangsungan hidup bangsa dan negara yang seutuhnya.
Peran penting Bela Negara dapat dikuak secara lebih jernih dan
mendalam melalui perspektif pertahanan. Keutuhan wilayah Indonesia, beserta
seluruh sumber daya, kedaulatan dan kemerdekaannya, selalu terancam oleh
agresi asing dari luar dan pergolakan bersenjata dari dalam. Kalau ancaman ini
menjadi nyata dan bangsa Indonesia tidak siap, semuanya bisa kembali ke titik
nol. Antisipasi para pendiri bangsa tercantum dalam salah satu poin tujuan
nasional yaitu “Melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah
darah Indonesia”. Pernyataan ini menjadi dasar dari tujuan pertahanan. Ia tidak
berdiri sendiri tetapi berbagi ruang dengan tujuan keamanan atau ketertiban
sipil dan berdampingan 3 (tiga) tujuan lainnya, yakni tujuan kesejahteraan
(memajukan
kehidupan

kesejahteraan
bangsa)

dan


umum),

tujuan

tujuan

kedamaian

keadaban

(mencerdaskan

(berpartisipasi

aktif

dalam

menciptakan perdamaian dunia yang adil dan abadi).
Tiap-tiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam usaha

pembelaan negara dan syarat-syarat tentang bela negara telah diatur dengan
undang-undang. Kesadaran bela negara itu hakikatnya kesediaan berbakti
pada negara dan kesediaan berkorban membela negara. Spektrum bela negara
itu sangat luas, dari yang paling halus, hingga yang paling keras. Mulai dari
hubungan baik sesama warga negara sampai bersama-sama menangkal

ancaman nyata musuh bersenjata. Tercakup di dalamnya adalah bersikap dan
berbuat yang terbaik bagi bangsa dan negara.
Unsur-unsur Dasar / Nilai-nilai Bela Negara: memiliki sikap Cinta Tanah Air,
memiliki

kesadaran

berbangsa

&

bernegara,

memiliki


Keyakinan

akan Pancasila sebagai ideologi negara, memiliki kesediaan rela berkorban
untuk bangsa & negara dan memiliki kemampuan awal bela negara.
Contoh-contoh nyata sikap dan perbuatan Bela Negara: melestarikan budaya
nusantara, belajar dengan rajin bagi para pelajar, taat akan hukum dan aturanaturan negara dan mencintai produk-produk dalam negeri.
Pemerintah Indonesia saat ini menjalankan program pelatihan Bela
Negara yang terbuka bagi seluruh lapisan masyarakat. Pada tanggal 22
Oktober 2015, Menteri Pertahanan (Menhan) Ryamizard Ryacudu meresmikan
pembukaan program bela negara. Program tersebut dimaksudkan untuk
memperteguh keyakinan berdasarkan 5 unsur tersebut di atas, dan program ini
bukanlah sebuah bentuk wajib militer.
Pada tanggal 23 Februari 2016, Menhan Ryamizard Ryacudu kembali
meresmikan peluncuran Situs web resmi Bela negara (portal belanegara).
Portal tersebut dimaksudkan untuk menjadi sumber penyebaran informasi
kepada masyarakat tentang program Bela Negara, dan masyarakat juga bisa
memberikan saran dan masukan di portal tersebut.
Sifat-sifat Bela Negara:
1. Sifat Lunak, yang terdiri dari aspek psikologis dan aspek fisik.

a. Aspek Psikologis, terdiri dari: pemahaman tentang ideologi negara
(Pancasila dan UUD 1945), nilai-nilai luhur bangsa, wawasan kebangsaan,
persatuan dan kesatuan bangsa dan kesadaran bela negara.
b. Aspek Fisik, yang terdiri dari: perjuangan mengisi kemerdekaan, pengabdian
sesuai profesi, menjunjung tinggi nama Indonesia di dunia internasional dan
penanganan bencana dan menghadapi ancaman non-militer lainnya (ekonomi,
sosial, budaya, dan lain sebagainya)
2. Sifat Keras, yang terdiri dari: kesediaan menghadapi ancaman militer,
kesediaan

sebagai

Komponen

Utama,

kesediaan

sebagai


Komponen

Cadangan (kombatan) dan kesediaan sebagai Komponen Pendukung (Nonkombatan).

Pengantar Diaspora Indonesia (DI)
Diaspora berasal dari bahasa Yunani kuno ”διασπορ?” yang berarti
penyebaran atau penaburan. Mulanya istilah Diaspora digunakan oleh orangorang Yunani untuk merujuk kepada warga suatu kota kerajaan yang
bermigrasi ke wilayah jajahan dengan maksud kolonisasi untuk mengasimilasi
wilayah itu ke dalam kerajaan.
Dalam konteks pergerakan manusia, Diaspora merujuk pada penduduk
yang menetap di negara lain karena berbagai faktor, misalnya perang atau
mencari penghidupan yang lebih baik. Dalam perkembangan globalisasi,
Diaspora menjadi kekuatan ekonomi baru bagi sebuah bangsa. Jika dahulu
mereka disebut sebagai perantau, maka istilah tersebut mulai bergeser dengan
istilah Diaspora.
Bagi penggagas Indonesian Diaspora Network (IDN) Dr. Dino Patti
Djalal, istilah Diaspora Indonesia sendiri memiliki arti warga negara Indonesia
yang tinggal di luar negeri dan terbagi dalam empat kelompok:
1. Kelompok pertama adalah WNI yang tinggal di luar negeri yakni masih
memegang paspor Indonesia secara sah.

2. Kelompok kedua adalah warga Indonesia yang telah menjadi warga negara
asing karena proses naturalisasi dan tidak lagi memiliki paspor Indonesia.
3. Kelompok ketiga adalah warga negara asing yang memiliki orang tua atau
leluhur yang berasal dari Indonesia.
4. Kelompok yang keempat adalah warga negara asing yang tidak memiliki
pertalian leluhur dengan Indonesia sama sekali namun memiliki kecintaan yang
luar biasa terhadap Indonesia. Mantan Duta Besar Amerika Serikat untuk
Indonesia, Paul Wolfowitz, yang fasih berbahasa Indonesia disebut Dr. Dino
Djalal sebagai salah satu contoh kelompok yang keempat.
Jika keempat kelompok ini digabungkan, jumlah Diaspora Indonesia (DI)
diperkirakan mencapai delapan juta orang.

Dengan jumlah sekitar 8 juta orang, Diaspora Indonesia berada di
kisaran 3% dari total jumlah penduduk Indonesia (sekitar 255 juta jiwa) dan
tersebar di tujuh benua yakni Amerika Utara, Amerika Selatan, Antartika, Afrika,
Eropa, Asia dan Australia. Mereka menetap di luar negeri untuk belajar atau
bekerja dengan berbagai latar belakang etnik, agama, serta beragam tingkat
ekonomi dan pendidikan. Sehingga Diaspora Indonesia ini memiliki beragam
ide, potensi dan keahlian.
Di samping itu, terdapat banyak sekali perusahaan luar negeri yang
memiliki ketertarikan dan terkoneksi dengan Indonesia. Sehingga para diaspora
Indonesia yang bekerja di perusahaan luar negeri ini bisa turut memaksimalkan
potensi dan peluang yang ada untuk kemajuan bangsa.
Besarnya potensi Diaspora Indonesia dalam kemajuan bangsa dan
dunia khususnya di sektor sosial dan ekonomi ini pun mendorong mereka
membentuk organisasi bernama “Indonesian Diaspora Network” (IDN) untuk
membentuk jaringan dan mengintegrasikan Diaspora Indonesia di seluruh
dunia. IDN kemudian membentuk kelompok kerja untuk mengimplementasikan
program ataupun advokasi baik di dalam maupun luar negeri. Adapun lingkup
kerjanya berupa: isu seputar WNI dan WNA, buruh TKI, Promosi Warisan
Budaya dan Kuliner, Pendidikan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia,
Antariksa, Perkotaan Layak Huni, Pengelolaan dan Kerjasama dengan
Pemerintah, serta Teknologi dan Ilmu Pengetahuan.

Potensi Besar Diaspora Indonesia
Berkaitan dengan dinamika diaspora indonesia, ditemukan beberapa
fakta menarik dari hasil disseminasi penduduk Indonesia yang bermigrasi ke
luar negeri:
1. Diaspora Indonesia saat ini telah berjumlah sekitar 8 juta jiwa, yang terdiri
dari: 4,7 juta WNI dan 3,3 juta WNI yang telah menjadi WNA beserta
keturunannya.

Jumlah

populasi

ini

hampir

menyamai

jumlah

populas

ipendudukn di Swedia dan Austria.
2. 48% dari populasi diaspora Indonesia di Amerika Serikat memiliki kualitas
akademik di atas jenjang sarjana.

3. Setiap tahun diaspora indonesia mengirimkan devisa ke Indonesia yang
nilainya mencapai 148 triliun rupiah.
4. WNI di Amerika Serikat memiliki pendapatan rata-rata sebesar 59 ribu USD
per tahun, angka ini jauh lebih besar daripada warga Amerika sendiri yang
pendapatan rata-ratanya sebesar 45 ribu USD per tahun.
5. Diaspora Indonesia unggul lainnya masih banyak yang tersebar di seluruh
dunia, seperti salah satunya yang diwadahi dalam kelompok Ikatan Ilmuwan
Indonesia Internasional (I4).
Potensi yang besar dari diaspora Indonesia tersebut, khususnya dari
warga Indonesia yang sedang bekerja, bersekolah dan berbisnis di luar negeri
akan

mampu

menjadi

pendorong

kebangkitan

pembangunan

ekonomi

indonesia. Manfatat itu akan dapat dirasakan apabila potensi tersebut
diwujudnyatakan melalui bentuk kerjasama intensif maupun kegiatan produktif
lainnya dengan pihak pemerintah maupun dengan masyarakat luas di
Indonesia. Diaspora indoensai dapat mendaji penghubug indonesia ke
bebrbagai negara, baik secara ekonmi maupun scarpolitik. Aliran dana
remitansi yang saat ini sudah mencapai 148 triliun rupiah dapat terus
bertumbuh di tahun-tahun yang akan datang. Talenta-talenta berbakat yang
dimiliki kaum Diaspora Indonesia bisa membuat nama Indonesia harum di
pentas internasional dan talenta tersebut juga bermanfaat untuk memajukan
negara dari berbagai aspek.

Sumbangsih Untuk Negeri
Dari uraian singkat pengantar di atas, dapat dilihat betapa besarnya
potensi diaspora Indonesia bila ditinjau dari jumlahnya, latar belakang tingkat
pendidikan, latar belakang profesi, latar belakang sosial ekonomi yang
memunculkan potensi dalam hal kekayaan ide, keahlian dan pengalaman.
Untuk memaksimalkan potensi tersebut sehingga dapat memiliki manfaat dan
kegunaan bagi negara dan bangsa Indonesia maka potensi tersebut perlu
dikelola, diberdayakan dan diimplementasikan dalam kegiatan-kegiatan nyata
yang produktif. Manfaat dari kegiatan-kegiatan produktif tersebut, mungkin
selama ini masih terealisasi dan dirasakan secara terbatas bagi warga

Indonesia yang berada di luar negeri saja. Di sini, Pemerintah tidak seharusnya
berdiam diri, pemerintah perlu membangun jalur komunikasi sehingga potensi
anak bangsa di luar negeri yang belum terkelola dan terberdayakan demi
kepentingan Indonesia dapat terlibat dalam kontribusi bagi pembangunan
bangsa. Di sisi lain, bagi Diaspora Indonesia, sebagai bentuk kepedulian dan
wujud nyata sikap cinta tanah air/bela negara, juga perlu membangun
komunikasi yang tidak terputus dengan pihak pemerintah dan masyarakat di
Indonesia. Kepedulian tersebut dapat diwujudkan melalui

membangun

komunikasi, pertukaran informasi maupun tawaran kerjasama, baik dengan
pemerintah maupun dengan masyarakat luas Indonesia. Kerjasama yang dapat
dikembangkan dapat meliputi segala bidang, mencakup bidang ekonomi, sosial,
budaya, pertahanan-keamanan, teknologi maupun bidang-bidang lainnya.
Pihak pemerintah dan diaspora perlu untuk berkoordinasi, berdiskusi dan
merumuskan hal-hal apa saja yang sekiranya dapat dilakukan dalam bentuk
kerjasama. Kerjasama tersebut dapat mencakup, misalnya terkait dengan
subjek-subjek masalah yang sedang dihadapi atau rencana-rencana untuk
membangun ekonomi bangsa. Langkah kongkrit dari niatan sumbangsih para
diaspora terhadap tanah air dengan wujud menjalin kerjasama dengan
pemerintah

seharusnya

dilembagakan.

Manfaat

dari

dilembagakannya

kerjasama tersebut adalah untuk merumuskan dan mengurai hal-hal apa saja
yang sekiranya dapat dikerjakan dalam kerangka kerjasama, lagkah-langkah
konkrit apa saja yang harus ditempuh baik oleh pemerintah maupun warga
diaspora dalam kerjasama tersebut.

Penutup
Bela negara dapat dilakukan oleh siapa saja, oleh seluruh komponen
anak bangsa, tidak terkecuali bagi warga diaspora Indonesia yang menetap di
luar negeri. Bela negara melalui kiprah para diaspora Indonesia dari berbagai
bidang profesi di pentas dunia akan membawa nama harum bagi Indonesia,
membawa manfaat baik secara ekonomi, sosial budaya, atau bahkan secara
politik.

Referensi:
Penjelasan Pasal 9 ayat (1) huruf a Undang Undang Nomor 3 Tahun
2002 tentang Pertahanan Negara.
Peraturan Menteri Pertahanan Nomor 32 Tahun 2016 tentang Pedoman
Pembinaan Kesadaran Bela Negara.
Budi Susilo Soepandji, Bangga Indonesia menjadi komponen cadangan
Tanah air, PT Gramedia Widiasarana Indonesia, Jakarta, 2010. hal. 34-35
Bela Negaramu, Direktorat Jendral (Ditjend) Potensi Pertahanan
(Pothan), Kementerian Pertahanan RI.
Diasporaindonesia.org
Wikipedia
*) Anggota Penasehat Jurnal Wicaksana-Media Istana, Alumnus S2 Ekonomi Pertahanan
Cohort-5, Universitas Pertahanan Indonesia (UNHAN). Alumnus S1 IESP-Ekonomi
Moneter, Universitas Airlangga (Unair), Alumnus S2 Ilmu Komunikasi Politik Universitas
Indonesia (UI), sebelumnya sebagai Konsultan ahli pada Kedeputian I, bidang
Pencegahan, Perlindungan dan Deradikalisasi, BNPT.