Tata Cara Pengajuan Keberatan Pajak (1)

Tata Cara Pengajuan Keberatan Pajak
Yang Dimaksud Dengan "Keberatan"
Dalam pelaksanaan ketentuan peraturan perundang-undangan
perpajakan kemungkinan terjadi bahwa Wajib Pajak (WP) merasa
kurang/tidak puas atas suatu ketetapan pajak yang dikenakan
kepadanya atau atas pemotongan/ pemungutan oleh pihak
ketiga. Dalam hal ini WP dapat mengajukan keberatan.
Keberatan pajak : hak Wajib Pajak (WP) yang diatur oleh

Undang-Undang perpajakan yang berlaku di hampir
seluruh Negara yang demokratis, terutama yang sistem
perpajakannya menganut self assessment system.
 Hal-hal yang Dapat Diajukan Keberatan Wajib Pajak dapat
mengajukan keberatan atas:

a. Surat Ketetapan
(SKPKB);


Pajak


Kurang

Bayar

SKPKB adalah surat ketetapan pajak yang menentukan besarnya jumlah
pokok pajak, jumlah kredit pajak, jumlah pembayaran pokok pajak, besarnya
sanksi administrasi, dan jumlah yang masih harus dibayar.



SKPKB dapat diterbitkan dalam jangka waktu 10 tahun dalam hal :

 Berdasarkan hasil pemeriksaan/keterangan lain, pajak yang terutang tidak
atau kurang dibayar. Atas pajak yang tidak/kurang dibayar tersebut ditambah
sanksi administrasi bunga sebesar 2% per bulan maksimum 24 bulan
(berlaku baik atas PPh, PPN, maupun PPn BM).

 SPT tidak disampaikan dalam jangka waktu yang ditentukan dalam Surat
Tegoran. Atas jumlah pajak yang terutang dikenakakan sanksi kenaikan sbb
o PPh Sendiri (Badan/Orang Pribadi/BUT), kenaikan sebesar 50%

o PPh Pemotongan/Pemungutan, kenaikan sebesar 100%
o PPN/PPn BM, kenaikan sebesar 100%.
 Berdasarkan hasil pemeriksaan PPN/PPn BM disimpulkan bahwa ; terdapat
PPN yang seharusnya tidak dikompensasikan atau tidak dikenakan tarif 0%.
Atas jumlah pajak yang terutang dikenakan sanksi kenaikan sebesar 100%.
 Kewajiban Pasal 28 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2007 (perihal
pembukuan) dan Pasal 29 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2007 (berkenaan
dengan pemeriksaan) tidak dipenuhi. Atas jumlah pajak yang terutang
dikenakan sanksi kenaikan sebesar :
 100% untuk PPh sendiri (PPh Orang Pribadi/Badan/BUT).
 50% untuk PPh Pemotongan/Pemungutan.
 SKPKB dapat diterbitkan meskipun jangka waktu 10 tahun telah lewat, dalam
hal wajib pajak dipidana karena melakukan tindak pidana di bidang perpajakan
oleh pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap. Atas jumlah
pajak yang terutang dikenakan sanksi bunga 48% dari jumlah pajak yang tidak
atau kurang dibayar.

b. Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan
(SKPKBT)


 SKPKBT adalah surat ketetapan pajak yang menentukan tambahan atas jumlah
pajak yang telah ditetapkan (dalam surat ketetapan pajak yang telah diterbitkan
sebelumnya).
 SKPKBT dapat diterbitkan oleh Dirjen Pajak dalam jangka 10 tahun sesudah
saat pajak terutang, berakhirnya masa pajak, bagian tahun pajak atau tahun
pajak, apabila ditemukan data baru (novum) dan/atau data yang semula belum
terungkap yang mengakibatkan penambahan jumlah pajak yang terutang.
 Jumlah pajak yang terutang dalam Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar
Tambahan, ditambah dengan sanksi administrasi berupa kenaikan 100% dari
jumlah kekurangan pajak tersebut.
 Kenaikan sebesar 100% tersebut tidak dikenakan apabila SKPKBT tersebut
diterbitkan berdasarkan keterangan tertulis dari wajib pajak atas kehendak
sendiri, dengan syarat Dirjen Pajak belum mulai malakukan tindakan
pemeriksaan.
 Apabila jangka waktu 10 Tahun tersebut telah lewat, SKPKBT tetap dapat
diterbitkan ditambah sanksi bunga sebesar 48% dari jumlah yang tidak atau
kurang dibayar, dalam hal Wajib Pajak setelah lewat 10 tahun tersebut dipidana
karena melakukan tindak pidana dibidang perpajakan berdasarkan putusan
pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap.


c. Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar (SKPLB);
 SKPLB adalah surat ketetapan pajak yang menentukan jumlah kelebihan
pembayaran pajak karena jumlah kredit pajak lebih besar dari pada pajak
yang terutang atau tidak seharusnya terutang.

 SKPLB diterbitkan sehubungan dengan hasil pemeriksaan baik atas SPT LB
yang diajukan restitusi, SPT LB yang tidak diajukan restitusi, SPT Nihil,
maupun SPT KB.
 Dalam hal SPT LB diajukan restitusi, Ditjen Pajak harus menerbitkan surat
ketetapan pajak (SKPLB atau SKPN atau SKPKB) dalam jangka waktu 12
bulan. Dan apabila dalam jangka waktu 12 bulan tersebut belum diterbitkan
SKPLB, maka permohonan restitusi wajib pajak dianggap dikabulkan, dan
SKPLB harus diterbitkan selambat-lambatnya dalam jangka waktu 1 bulan
setelah 12 bulan tersebut terlewati. Atas pajak yang lebih dibayar ini (sama
dengan lebih bayar pada SPT) ditambah bunga 2% per bulan (Pasal 17B
Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2007 ).
 Dalam hal permohonan restitusi atas SPT LB tersebut diajukan oleh Wajib
Pajak dengan kriteria tertentu, Dirjen Pajak setelah melakukan penelitian
harus menerbitkan Surat Keputusan Pendahuluan Kelebihan Pajak (SKPKP)
paling lambat 3 bulan sejak permohonan diterima (untuk PPh) dan paling

lambat 1 bulan sejak permohonan diterima (untuk PPN).
 Setelah menerbitkan SKPKP tersebut di atas, Dirjen Pajak masih dapat
melakukan pemeriksaan terhadap wajib pajak dimaksud dan menerbitkan
surat ketetapan pajak. Dan apabila hasil pemeriksaan tersebut berupa
SKPKB, jumlah kekurangan pajaknya dikenakan sanksi kenaikan 100%.
 Hasil pemeriksaan atas SPT Lebih Bayar tanpa permohonan restitusi, SPT
Nihil, maupun SPT Kurang Bayar yang hasilnya menunjukkan jumlah kredit
pajak (jumlah pajak yang telah dibayar) lebih besar dari pada jumlah pajak
yang terutang atau telah dilakukan pembayaran pajak yang tidak seharusnya
terutang (Pasal 17 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2007 ).

 Hasil pemeriksaan atas SPT Lebih Bayar dengan permohonan restitusi

d. Surat Ketetapan Pajak Nihil (SKPN);
 SKPN adalah surat ketetapan pajak yang menentukan jumlah pokok pajak
sama besarnya dengan jumlah kredit pajak atau pajak tidak terutang atau
tidak ada kredit pajak.
 SKPN diterbitkan sehubungan dengan hasil pemeriksaan baik atas SPT
Nihil, SPT Kurang Bayar, maupun SPT Lebih Bayar.


e. Pemotongan atau Pemungutan oleh pihak ketiga.
 Ketentuan Pengajuan Keberatan
Keberatan diajukan kepada Kepala Kantor Pelayanan
Pajak (KPP) di tempat WP terdaftar, dengan syarat:
a. Diajukan secara tertulis dalam bahasa Indonesia.
b. Wajib menyebutkan jumlah pajak yang terutang
atau jumlah pajak yang dipotong atau dipungut
atau jumlah rugi menurut penghitungan WP dan
disertai alasan-alasan yang jelas.
c. Satu keberatan harus diajukan untuk satu jenis
dan satu tahun/masa pajak.
Pengajuan keberatan tidak menunda kewajiban
membayar pajak dan pelaksanaan penagihan pajak dan
keberatan yang tidak memenuhi syarat, dianggap bukan
Surat Keberatan, sehingga tidak diproses.
 Jangka Waktu Pengajuan Keberatan ,Keberatan
harus diajukan dalam jangka waktu 3 (tiga) bulan
sejak tanggal SKPKB, SKPKBT, SKPLB, SKPN atau

sejak tanggal dilakukan pemotongan/ pemungutan

oleh pihak ketiga.
A. Untuk surat keberatan yang disampaikan langsung
ke KPP, maka jangka waktu 3 (tiga) bulan dihitung
sejak tanggal SKPKB, SKPKBT, SKPLB, SKPN atau
sejak dilakukan pemotongan/pemungutan oleh pihak
ketiga sampai saat keberatan diterima oleh Kantor
Pelayanan Pajak.
B. Untuk surat keberatan yang disampaikan melalui
pos ( harus dengan pos tercatat ), jangka waktu 3
bulan dihitung sejak tanggal SKPKB, SKPKBT, SKPLB,
SKPN atau sejak dilakukan pemotongan/
pemungutan oleh pihak ketiga sampai dengan
tanggal tanda bukti pengiriman melalui Kantor Pos
dan Giro.
Permintaan Penjelasan/Pemberian Keterangan Tambahan
A. Untuk keperluan pengajuan keberatan WP dapat
meminta penjelasan/ keterangan tambahan dan
Kepala KPP wajib memberikan penjelasan secara
tertulis hal-hal yang menjadi dasar pengenaan,
pemotongan, atau pemungutan.

B. WP dapat menyampaikan alasan tambahan atau
penjelasan tertulis sebelum surat keputusan
keberatannya diterbitkan.
 Tata Cara Pengajuan Permohonan Banding
Apabila WP tidak atau belum puas dengan keputusan
yang diberikan atas keberatan, WP dapat mengajukan
banding. kepada badan peradilan pajak, dengan syarat:
a. Tertulis dalam bahasa Indonesia.

b. Dalam jangka waktu 3 bulan sejak keputusan atas
keberatan diterima.
c. Alasan yang jelas.
d. Dilampiri salinan Surat Keputusan atas keberatan.
Pengajuan permohonan Banding tidak menunda
kewajiban membayar pajak dan pelaksanaan penagihan
pajak.
Putusan badan peradilan pajak bukan merupakan
keputusan Tata Usaha Negara.
Imbalan Bunga
Apabila pengajuan keberatan atau permohonan banding

diterima sebagian atau seluruhnya, sepanjang utang
pajak sebagaimana dimaksud dalam SKPKB dan SKPKBT
telah dibayar yang menyebabkan kelebihan pembayaran
pajak, maka kelebihan pembayaran pajak dikembalikan
dengan ditambah imbalan bunga sebesar 2% (dua
persen) sebulan, paling lama 24 (dua puluh empat)
bulan dihitung sejak tanggal pembayaran pajak sampai
dengan diterbitkannya Keputusan Keberatan atau
Putusan Banding.
Gugatan
 Wajib Pajak atau Penanggung Pajak dapat
mengajukan gugatan kepada bpp terhadap :
a. Pelaksanaan Surat Paksa, Surat Perintah
Melaksanakan Penyitaan, atau Pengumuman Lelang;
b. Keputusan yang berkaitan dengan pelaksanaan
keputusan perpajakan selain yang ditetapkan dalam
Pasal 25 ayat (1) dan Pasal 26 UU KUP;
c. Keputusan pembetulan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 16 UU KUP yang berkaitan dengan STP;


d. Keputusan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 36
yang berkaitan dengan STP;
Jangka Waktu Pengajuan Gugatan
1.Gugatan terhadap angka 1 diajukan paling lambat 14
hari sejak pelaksanaan Surat Paksa, Surat Perintah
Melaksanakan Penyitaan atau Pengumuman Lelang;
2.Gugatan terhadap angka 2, 3, dan 4 diajukan paling
lambat 30 hari sejak tanggal diterima Keputusan yang
digugat.
Peninjauan Kembali
Apabila pihak yang bersangkutan tidak/belum puas
dengan putusan Pengadilan Pajak, maka pihak yang
bersengketa dapat mengajukan Peninjauan Kembali
kepada Mahkamah Agung melalui Pengadilan Pajak dan
hanya dapat diajukan satu kali.
Alasan-alasan Peninjauan Kembali
1. Putusan Pengadilan Pajak didasarkan pada
kebohongan atau tipu muslihat;
2. Terdapat bukti tertulis baru dan penting dan bersifat
menentukan;

3. Dikabulkan suatu hal yang tidak dituntut atau lebih
dari yang dituntut.
4. Ada suatu bagian dari tuntutan belum diputus tanpa
dipertimbangkan sebab-sebabnya;
5. Putusan nyata-nyata tidak sesuai dengan ketentuan
perundang-undangan yang berlaku.
Jangka Waktu Peninjauan Kembali

1. Permohonan Peninjauan Kembali dengan alasan
sebagaimana dimaksud dalam angka 1 dan 2 diajukan
paling lambat 3 bulan sejak diketahuinya kebohongan
atau tipu muslihat atau ditemukan bukti tertulis baru;
2.Permohonan Peninjauan Kembali dengan alasan
sebagaimana dimaksud dalam angka 3, 4, dan 5
diajukan paling lambat 3 bulan sejak putusan dikirim oleh
Pengadilan Pajak.