Bimbingan dan Konseling (2). docx

1

A. Latar Belakang Pentingnya Bimbingan dan Konseling
Latar belakang berbagai aspek yang berkaitan dengan perlunya layanan bimbingan di
sekolah:
1. Latar Belakang Sosio Kultural
Perkembangan zaman (globalisasi) menimbulkan perubahan dan kemajuan dalam
masyarakat. Aspek perubahan meliputi: sosial, politik, ekonomi, industri, informasi dan
sebagainya. Akibatnya ialah berbagai permasalahan yang dihadapi oleh individu
individu, misalnya pengangguran, syarat pengangguran, syarat-syarat pekerjaan, syarat
pekerjaan, penyesuaian diri, jenis dan kesempatan pendidikan, perencanaan dan
pemilihan pendidikan, masalah hubungan sosial, masalah keluarga, keuangan, masalah
pribadi. Walaupun pada umumnya masing-masing individu berhasil mengatasi dengan
sempurna, sebagian lain masih perlu mendapatkan bantuan.
Tanggung jawab sekolah ialah membantu para siswa baik sebagai pribadi maupun
sebagai calon anggota masyarakat, dengan mendidik dan menyiapkan siswa agar
berhasil menyesuaikan diri di masyarakat dan mampu menyelesaikan berbagai masalah
yang dihadapinya. Program bimbingan dan konseling membantu berhasilnya program
pendidikan pada umumnya.
2. Latar Belakang Pedagogis
Sesuai dengan kebijaksanaan pemerintah, pendidikan diartikan sebagai suatu sebagai

suatu usaha sadar untuk mengembangkan kepribadian yang berlangsung di sekolah
maupun di luar sekolah dan berlangsung seumur hidup. Sedangkan tujuan pendidikan
sebagaimana dikemukakan dalam GBHN adalah: “Untuk meningkatkan ketaqwaan
terhadap Tuhan Yang Maha Esa, kecerdasan, keterampilan, mempertinggi budi pekerti,
memperkuat kepribadian, mempertebal semangat kebangsaan dan cinta tanah air, agar
dapat menumbuhkan manusia-manusia yang dapat membangun dirinya sendiri serta
bersama bersama-sama bertanggung jawab atas pembangunan bangsa”.
Dari pengertian dan tujuan di atas, jelas bahwa yang menjadi tujuan inti dari
pendidikan adalah perkembangan kepribadian secara optimal dan setiap anak didik
sebagai pribadi. Dengan demikian setiap kegiatan proses pendidikan diarahkan kepada
tercapainya pribadi kepada tercapainya pribadi-pribadi yang berkembang opti pribadi
yang berkembang optimal sesuai dengan potensi masing sesuai dengan potensi masingmasing.
Untuk menuju tercapainya pribadi yang berkembang, maka kegiatan pendidikan
hendaknya bersifat menyeluruh yang tidak hanya berupa kegiatan instruksional
(pengajaran), akan tetapi meliputi kegiatan yang menjamin bahwa setiap anak didik
secara pribadi mendapat layanan sehingga akhirnya dapat berkembang secara optimal.

2

Kegiatan pendidikan yang diinginkan seperti tersebut di atas, adalah kegiatan

pendidikan yang ditandai dengan pengadministrasian yang baik, kurikulum beserta
proses belajar mengajar yang memadai, dan layanan pribadi kepada anak didik melalui
bimbingan. Dalam hubungan inilah bimbingan mempunyai peranan yang amat penting
dalam pendidikan, yaitu membantu setiap pribadi anak didik agar berkembang secara
optimal. Dengan demikian maka hasil pendidikan sesungguhnya akan tercermin pada
pribadi anak didik yang berkembang baik secara akademik, psikologis, maupun sosial.
Ada tiga hal pokok yang menjadi latar belakang perlunya bimbingan dilihat dan segi
pendidikan. a) Dilihat dari hakikat pendidikan sebagai suatu usaha sadar dalam
mengembangkan kepribadian. Hal ini mengandung implikasi bahwa proses pendidikan
menuntut adanya pendekatan yang lebih luas dari pada sekedar pengajaran. Pendekatan
yang dimaksud adalah pendekatan pribadi melalui layanan bimbingan dan konseling. b)
Pendidikan senantiasa berkembang secara dinamis dan karenanya selalu terjadi
perubahan dan penyesuaian dalam komponen dalam komponen-komponennya.
Menghadapi perkembangan ini para siswa sebagai subjek didik memerlukan bantuan
dalam penyesuaian diri melalui layanan bimbingan. c) Hakikatnya guru mempunyai
peranan yang tidak hanya sebagai pengajar, tetapi lebih luas dari itu yaitu sebagai
pendidik. Sebagai pendidik, maka guru seyogyanya dapat menggunakan pendekatan
pribadi dalam mendidik para siswanya. Pendekatan pribadi ini diwujudkan melalui
layanan bimbingan.
3. Latar Belakang Psikologis

Dalam proses pendidikan di sekolah, siswa sebagai subjek didik, merupakan pribadi
pribadi-pribadi yang unik dengan segala karakteristiknya. Siswa sebagai individu yang
dinamis dan berada dalam proses perkembangan, memiliki kebutuhan dan dinamika
dalam interaksinya dengan lingkungannya. Sebagai pribadi yang unik, terdapat
perbedaan individual antara siswa yang satu dengan lainnya. Di samping itu, siswa
sebagai pelajar, senantiasa terjadi perubahan tingkah laku sebagai hasil proses belajar.
a. Perkembangan Individu
Proses perkembangan dipengaruhi oleh berbagai faktor baik dari dalam maupun
dari luar. Dari dalam dipengaruhi oleh pembawaan dan kematangan, dan dari luar
dipengaruhi oleh faktor lingkungan. Perkembangan dapat berhasil baik jika faktorfaktor tersebut saling melengkapi. Untuk mencapai perkembangan yang baik harus
ada asuhan yang terarah. Asuhan dalam perkembangan dengan melalui proses
belajar sering disebut pendidikan.
Pendidikan sebagai salah satu bentuk lingkungan bertanggung jawab dalam
memberikan asuhan terhadap proses perkembangan individu. Bimbingan dan

3

konseling akan merupakan bantuan individu di dalam memperoleh penyesuaian
diri sesuai dengan tingkat perkembangannya. Dalam konsepsi tentang tugas
perkembangan (developmental task) dikatakan bahwa setiap periode tertentu

terdapat sejumlah tugas-tugas perkembangan yang harus diselesaikan. Berhasil
tidaknya individu dalam menyelesaikan tugas tersebut akan berpengaruh bagi
perkembangan selanjutnya dalam penyesuaian dirinya di dalam masyarakat.
Melalui layanan bimbingan dan konseling siswa dibantu agar dapat mencapai
tugas-tugas perkembangannya dengan baik.
b. Masalah Perbedaan Individu
Keunikan dari individu mengandung arti bahwa tidak ada dua orang individu
yang sama persis di dalam aspek-aspek pribadinya, baik aspek jasmaniah maupun
rohaniah. Individu yang satu berbeda dan individu yang lainnya. Timbulnya
perbedaan individu ini dapat kita kembalikan kepada faktor pembawaan dan
lingkungan sebagai komponen utama terbentuknya keunikan individu. Perbedaan
pembawaan akan memungkinkan perbedaan individu meskipun dengan lingkungan
sama. Dan sebaliknya lingkungan yang berbeda akan memungkinkan timbulnya
perbedaan individu meskipun pembawaannya sama. Di sekolah seringkali tampak
masalah perbedaan individu ini, misalnya ada siswa yang sangat cepat dan ada
yang lambat belajar, ada yang cerdas, dan ada yang berbakat dalam bidang tertentu,
dan sebagainya. Kenyataan ini akan membawa konsekuensi bagi pelayanan
pendidikan, khususnya yang menyangkut bahan pelajaran, metode mengajar, alatalat pelajaran, penilaian, dan pelayanan lain. Di samping itu, perbedaan-perbedaan
ini seringkali menimbulkan masalah-masalah baik bagi siswa itu sendiri maupun
bagi lingkungan. Siswa akan menghadapi kesulitan dalam penyesuaian diri antara

keunikan dirinya dengan tuntutan dalam lingkungannya. Hal ini disebabkan
pelayanan pada umumnya program pendidikan memberikan pelayanan atas dasar
ukuran ukuran pada umumnya atau rata-rata.
Mengingat bahwa yang menjadi tujuan pendidikan adalah perkembangan yang
optimal dari setiap individu, maka masalah individu ini perlu mendapat perhatian
dalam pelayanan pendidikan. Sekolah hendaknya memberikan bantuan kepada
siswa dalam masalah siswa dalam masalah-masalah sehubungan dengan perbedaan
individu. Dengan kata lain sekolah hendaknya memberikan pelayanan kepada para
siswa secara invidual sesuai dengan keunikan masing. Usaha melayani siswa
secara individual dapat diselenggarakan melalui program bimbingan dan konseling.

4

Dengan demikian keunikan diri masing-masing siswa itu tidak banyak
menimbulkan masalah yang menghambat mereka dalam seluruh proses pendidikan.
c. Masalah Kebutuhan Individu
Kebutuhan merupakan dasar timbulnya tingkah laku individu. Individu
bertingkah laku karena ada dorongan untuk memenuhi kebutuhannya. Pemenuhan
kebutuhan ini sifatnya mendasar bagi kelangsungan hidup individu itu sendiri. Jika
individu berhasil dalam memenuhi kebutuhannya, maka dia akan merasa puas, dan

sebaliknya kegagalan dalam memenuhi kebutuhan ini akan banyak menimbulkan
masalah baik bagi dirinya maupun bagi lingkungan.
Dengan berpegang kepada prinsip bahwa tingkah laku individu merupakan cara
dalam memenuhi kebutuhannya, maka kegiatan belajar pada hakikatnya
merupakan perwujudan usaha pemenuhan kebutuhan tersebut. Sekolah hendaknya
menyadari hal tersebut, baik dalam mengenal kebutuhan-kebutuhan pada diri
siswa, maupun dalam memberikan bantuan yang sebaik-baiknya dalam usaha
memenuhi kebutuhan tersebut.
d. Masalah Penyesuaian Diri dan Kelainan Tingkah Laku
Kegiatan atau tingkah laku pada hakikatnya merupakan cara pemenuhan
kebutuhan. Banyak cara yang dapat ditempuh individu untuk memenuhi
kebutuhannya, baik cara-cara yang wajar maupun yang tidak wajar, cara-cara yang
disadari maupun yang tidak disadari yang penting untuk dapat memenuhi
kebutuhan ini, individu harus dapat menyesuaikan antara kebutuhan dengan segala
kemungkinan yang ada dalam lingkungan, disebut sebagai proses penyesuaian diri.
Individu harus menyesuaikan diri dengan berbagai lingkungan baik lingkungan
sekolah, rumah maupun masyarakat.
Proses penyesuaian diri ini banyak sekali menimbulkan berbagai masalah
terutama bagi diri individu sendiri. Jika individu dapat berhasil memenuhi
kebutuhannya sesuai dengan lingkungannya dan tanpa menimbulkan gangguan

atau kerugian bagi lingkungannya, hal itu disebut “adjusted” atau penyesuaian
yang baik. Dan sebaliknya jika individu gagal dalam proses penyesuaian diri
tersebut, disebut “maladjusted” atau salah suai.
Dalam hal ini sekolah hendaknya memberikan bantuan agar setiap siswa dapat
menyesuaikan diri dengan baik dan terhindar dan timbulnya gejala-gejala salah
suai. Sekolah hendaknya menempatkan diri sebagai suatu lingkungan yang
memberikan kemudahan-kemudahan untuk tercapainya penyesuaian yang baik.
Di atas telah dikatakan bahwa jika individu gagal dalam memperoleh penyesuaian
diri, maka ia akan sampai pada suatu situasi salah suai. Gejala-gejala salah suai ini

5

akan dimanifestasikan dalam bentuk tingkah laku yang kurang wajar atau yang
sering disebut sebagai bentuk kelainan tingkah laku.
Kenyataan kelainan tingkah laku ini sering tampak seperti tingkah laku agresif,
rasa rendah diri, bersifat bandel, haus perhatian, mencuri dan sebagainya. Gejalagejala semacam itu seringkali banyak menimbulkan berbagai masalah. Tentu saja
hal itu tidak dapat dibiarkan terus, karena akan banyak mengganggu baik bagi
individu itu sendiri maupun bagi lingkungan. Mereka yang menunjukkan gejala
kelainan tingkah laku mempunyai kecenderungan untuk gagal dalam proses
pendidikannya. Oleh karena itu diperlukan adanya suatu usaha nyata untuk

menanggulangi gejala-gejala tersebut. Dalam hubungan ini bimbingan dan
konseling memberikan peranan yang cukup penting.
4. Latar Belakang (Landasan) Yuridis
Landasan yuridis adalah peraturan dan perundangan yang berlaku di Indonesia
tentang penyelenggaraan bimbingan dan konseling yang bersumber dari UUD, UndangUndang, Peraturan Pemerintah, Keputusan Menteri, serta berbagai aturan dan pedoman
lainnya yang mengatur tentang penyelenggaraan bimbingan dan konseling di Indonesia.
Dengan

adanya

hukum

tertulis, pelaksanaan

bimbingan

dan

konseling


di

dunia pendidikan diharapkan sesuai dengan hukum yang berlaku di Negara Indonesia.
Landasan yuridis yang mengatur bimbingan dan konseling antara lain:
a. UUS PN No 2/ 1989. Pasal 1 ayat 1 dan 8
b. PP No 28/1990 tentang Pendidikan Dasar. Bab X Pasal 25 ayat 1,2 dan 3
c. PP No. 29/1990 tentang Pendidikan Menengah Bab X Pasal 27 ayat 1 dan 2
d. PP No. 27/1991 tentang Pendidikan Luar Biasa Bab XII Pasal 28 ayat 1,2 dan 3
e. PP No 38/1992 tentang Tenaga Keependidikan Bab X Pasal 1 Ayat 2 dan 3, Pasal 3
ayat 2

6

B. Konsep Dasar Bimbingan dan Konseling
1. Pengertian Bimbingan
Berdasarkan pasal 27 Peraturan Pemerintah No. 29 tahun 1990 ”Bimbingan
merupakan bantuan yang diberikan kepada siswa dalam rangka upaya penemuan
pribadi, mengenal lingkungan dan merencanakan masa depan” (Depdikbud: 1994)
Sedangkan pakar Bimbingan yang lain mengungkapkan bahwa:
a. Menurut Prayitno dan Erman Amti, merumuskan arti bimbingan adalah proses

pemberian bantuan yang dilakukan oleh orang yang ahli kepada seseorang atau
beberapa orang individu, baik anak-anak, remaja, maupun dewasa, agar orang yang
dibimbing dapat mengembangkan kemampuan dirinya sendiri dan mandiri, dengan
memanfaatkan kekuatan individu dan sarana yang ada dan dapat dikembangkan
berdasarkan norma-norma yang berlaku.1
b. Kartini Kartono lebih lanjut mengungkapkan bimbingan adalah: pertolongan yang
diberikan oleh seseorang yang telah dipersiapkan dengan pengetahuan pemahaman
keterampilan-keterampilan tertentu yang diperlukan dalam menolong kepada orang
lain yang memerlukan pertolongan.2
c. Menurut Rahman Natawijaya, mengartikan bimbingan adalah sebagai suatu proses
pemberian bantuan kepada individu yang dilakukan secara berkesinambungan
supaya individu tersebut dapat memahami dirinya sendiri, sehingga dia sanggup
mengarahkan dirinya dan dapat bertindak secara wajar, sesuai dengan tuntutan dan
keadaan lingkungan sekolah, keluarga, masyarakat dan kehidupan pada umumnya.
Bimbingan membantu individu mencapai perkembangan diri secara optimal sebagai
mahluk sosial.3
Dengan membandingkan pengertian tentang Bimbingan yang telah dipaparkan
diatas, maka dapat disimpulkan bahwa "Bimbingan merupakan proses pemberian
bantuan kepada seseorang atau kelompok orang secara terus-menerus atau sistematis
oleh guru pembimbing agar individu atau kelompok individu menjadi pribadi yang

mandiri."
2. Pengertian Konseling
Konseling adalah terjemahan dari “Counseling” yaitu merupakan bagian dari
Bimbingan, sebagai layanan maupun teknik. Rahman Natawijaya mendefinisikan
bahwa Konseling merupakan suatu jenis yang merupakan bagian terpadu dari
Bimbingan. Konseling dapat diartikan sebagai Bimbingan timbal balik antara dua
individu, dimana yang seorang (Konselor) berusaha membantu yang lain (Klien) untuk
1 Prayitno, Erman Amti, Dasar-dasar Bimbingan dan Konseling, (Jakarta: Rineka Cipta, 2004), 99.
2 Katini Kartono, Bimbingan Dan Dasar-Dasar Pelaksanaanya, (Jakarta: Rajawali, 1985), 9.
3 Dewa Ketut Sukari, Pengantar Pelaksanaan Programm Bimbingan dan Konseling di Sekolah, (Jakarta:
Rineka Cipta, 2008), 36.

7

mencapai pengertian tentang dirinya sendiri dalam hubungan dengan masalah-masalah
yang dihadapi pada waktu yang akan datang.
Dalam hal ini Prayitno mengemukakan bahwa konseling adalah pertemuan empat
mata antara Klien dan Konselor yang berisi usaha yang lurus, unik dan humanis yang
dilakukan dalam hubungan dengan masalah-masalah yang dihadapinya pada waktu
yang akan datang. Suasana keahlian didasarkan atas norma-norma yang berlaku.4
Rogers (dalam Kusmintardjo, 1992) memberikan pengertian konseling sebagai
berikut: Counseling is a series of direct contats with the individual which aims to offer
him assistance in changing his attitude and behavior. Konseling adalah serangkaian
kontak atau hubungan bantuan langsung dengan individu dengan tujuan memberikan
bantuan kepadanya dalam merubah sikap dan tingkah lakunya).
Selanjutnya Mortensen (dalam Jones, 1987) memberikan pengertian konseling
sebagai berikut: Counseling may, therefore, be defined as apeson to person process in
which one person is helped by another to increase in understanding and ability to meet
his problems. Konseling dapat didefinisikan sebagai suatu proses hubungan seseorang
dengan seseorang di mana yang seorang dibantu oleh yang lainya untuk menemukan
masalahnya.5
Dengan demikian jelaslah, bahwa konseling merupakan salah satu teknik pelayanan
bimbingan secara keseluruhan, yaitu dengan cara memberikan bantuan secara
individual (face to face relationship). Bimbingan tanpa konseling ibarat pendidikan
tanpa pengajaran atau perawatan tanpa pengobatan.
3. Perbedaan Bimbingan dan Konseling
Seperti yang telah dijelaskan di atas, bimbingan dan konseling merupakan kegiatan
yang integral yang tidak dapat dipisahkan. Namun ada pihak yang berpendapat bahwa
bimbingan dan konseling merupakan dua pengertian yang berbeda, baik dasar maupun
cara kerjanya. Konseling atau counseling dianggap identik dengan psychoterapy, yaitu
usaha menolong orang-orang yang mengalami gangguan psikis yang serius. Sedangkan
bimbingan dianggap identik dengan pendidikan.5 Selain itu, bimbingan lebih bersifat
preventif dan informatif sedangkan konseling lebih bersifat kuratif dan mengarah pada
pengentasan masalah klien.
4. Tujuan Bimbingan dan Konseling
Bimbingan dan konseling bertujuan membantu peserta didik mencapai tugas-tugas
perkembangan secara optimal sebagai makhluk Tuhan, sosial, dan pribadi. Lebih lanjut
tujuan bimbingan dan konseling adalah membantu individu dalam mencapai: (a)
4 Dewa Ketut Sukardi, Pengantar Pelaksanaan Program Bimbingan dan Konseling di Sekolah, (Jakarta:
Rineka Cipta, 2002), 20.
5 Direktorat Tenaga Kependidikan Departemen Pendidikan Nasional, Bimbingan dan Konseling di Sekolah,
(Jakarta, 2008), 6.

8

kebahagiaan hidup pribadi sebagai makhluk Tuhan, (b) kehidupan yang produktif dan
efektif dalam masyarakat, (c) hidup bersama dengan individu-individu lain, (d) harmoni
antara cita-cita mereka dengan kemampuan yang dimilikinya. Dengan demikian peserta
didik dapat menikmati kebahagiaan hidupnya dan dapat memberi sumbangan yang
berarti kepada kehidupan masyarakat umumnya.
Untuk mencapai tujuan-tujuan tersebut, peserta didik harus mendapatkan
kesempatan untuk: (1) mengenal dan melaksanakan tujuan hidupnya serta merumuskan
rencana hidup yang didasarkan atas tujuan itu; (2) mengenal dan memahami
kebutuhannya secara realistis; (3) mengenal dan menanggulangi kesulitan-kesulitan
sendiri; (4) mengenal dan mengembangkan kemampuannya secara optimal; (5)
menggunakan kemampuannya untuk kepentingan pribadi dan untuk kepentingan umum
dalam kehidupan bersama; (6) menyesuaikan diri dengan keadaan dan tuntutan di
dalam lingkungannya; (7) mengembangkan segala yang dimilikinya secara tepat dan
teratur, sesuai dengan tugas perkembangannya sampai batas optimal.
Secara khusus tujuan bimbingan dan konseling di sekolah ialah agar peserta didik,
dapat: (1) mengembangkan seluruh potensinya seoptimal mungkin; (2) mengatasi
kesulitan dalam memahami dirinya sendiri; (3) mengatasi kesulitan dalam memahami
lingkungannya, yang meliputi lingkungan sekolah, keluarga, pekerjaan, sosial-ekonomi,
dan kebudayaan; (4) mengatasi kesulitan dalam mengidentifikasi dan memecahkan
masalahnya; (5) mengatasi kesulitan dalam menyalurkan kemampuan, minat, dan
bakatnya dalam bidang pendidikan dan pekerjaan; (6) memperoleh bantuan secara tepat
dari pihak-pihak di luar sekolah untuk mengatasi kesulitan-kesulitan yang tidak dapat
dipecahkan di sekolah tersebut.
Bimbingan dan konseling bertujuan membantu peserta didik agar memiliki
kompetensi mengembangkan potensi dirinya seoptimal mungkin atau mewujudkan
nilai-nilai yang terkandung dalam tugas-tugas perkembangan yang harus dikuasainya
sebaik mungkin. Pengembangan potensi meliputi tiga tahapan, yaitu: pemahaman dan
kesadaran (awareness), sikap dan penerimaan (accommodation), dan keterampilan atau
tindakan (action) melaksanakan tugas-tugas perkembangan.
5. Fungsi Bimbingan dan Konseling
Pelayanan bimbingan dan konseling mengemban sejumlah fungsi yang hendak
dipenuhi melalui pelaksanaan kegiatan bimbingan dan konseling. Fungsi-fungsi
tersebut adalah :
a. Fungsi pemahaman yaitu fungsi bimbingan dan konseling yang akan menghasilkan
pemahaman tentang sesuatu oleh pihak-pihak tertentu sesuai dengan kepentingan
pengembangan peserta didik pemahaman meliputi:

9

i.

Pemahaman tentang diri sendiri peserta didik terutama oleh pesert didik

ii.

sendiri, orang tua, guru pada umumnya dan guru pembimbing.
Pemahaman tentang lingkungan peserta didik (termasuk didalamnya
lingkungan keluarga dan sekolah) terutama oleh peserta didik sendiri, orang

iii.

tua, guru pada umumnya dan guru pembimbing.
Pemahaman lingkungan yang lebih luas (termasuk didalamnya informasi
jabatan/pekerjaan, informasi social dan budaya/nilai-nilai) terutama oleh

peserta didik.
b. Fungsi pencegahan yaitu fungsi bimbingan dan konseling yang akan menghasilkan
tercegahnya dan terhindarnya peserta didik dari berbagai permasalahan yang
mungkin timbul yang akan dapat mengganggu, menghambat, ataupun menimbulkan
kesulitan dan kerugian tertentu dalam proses perkembangannya.
c. Fungsi penuntasan yaitu fungsi bimbingan dan konseling yang akan menghasilkan
teratasinya berbagai permasalahan yang dialami oleh peserta didik.
d. Fungsi pemeliharaan dan pengembangan yaitu fungsi bimbingan dan konseling yang
akan menghasilkan terpeliharanya dan terkembangkannya berbagai potensi dan
kondisi positif peserta didik dalam rangka perkembangan dirinya secara mantap dan
berkelanjutan. Fungsi-fungsi tersebut diwujudkan melalui diselenggarakannya
berbagai jenis layanan dan kegiatan bimbingan dan konseling untuk mencapai hasil
sebagaimana terkandung didalam masing-masing fungsi itu. Setiap layanan dan
kegiatan bimbingan dan konseling yang dilaksanakan harus secara langsung
mengacu kepada satu atau lebih fungsi-fungsi tersebut agar hasilhasil yang
dicapainya secara jelas dapat diidentifikasi dan dievaluasi.

10

6. Prinsip-prinsip Bimbingan dan Konseling
Sejumlah prinsip mendasari gerak dan langkah penyelenggaraan pelayanan
bimbingan dan konseling. Prinsip ini berkaitan dengan tujuan, sasaran layanan, jenis
layanan dan kegiatan pendukung serta berbagai aspek operasional pelayanan bimbingan
dan konseling. Dalam layanan bimbingan dan konseling perlu diperhatikan sejumlah
prinsip yaitu:
a. Prinsip-prinsip berkenaan dengan sasaran layanan.
 Bimbingan dan konseling melayani semua individu tanpa memandang umur,
jenis kelamin, suku agama dan status social ekonomi.
 Bimbingan dan konseling berurusan denga pribadi dan tingkah laku individu
yang unik dan dinamis
 Bimbingan dan konseling memperhatikan sepenuhnya tahap dan berbagai
aspek perkembangan individu. Bimbingan dan konseling memberikan
perhatian utama kepada perbedaan individual yagn menjadi orientasi pokok
pelayanan.
b. Prinsip-prinsip berkenaan dengan permasalahan individu.
 Bimbingan dan konseling berurusan dengan hal yang menyangkut pengaruh
kondisi mental/fisik individu terhadap penyesuaian dirinya di rumah, di
sekolah, serta dalam kaitannya dengan kontrak sosial, pekerjaan dan
sebaliknya pengaruh lingkungan tehadap kondisi mental dan fisik individu.
 Kesenjangan sosial, ekonomi dan kebudayaan merupakan faktor timbulnya
masalah pada individu yang kesemuanya menjadi perhatian utama pelayanan
bimbingan dan konseling.
c. Prinsip-prinsip berkenaan dengan program layanan.
 Bimbingan dan konseling merupakan bagian dari integral dari upaya
pendidikan dan pengembangan individu, oleh karena itu program bimbingan
dan konseling harus diselaraskan dan dipadukan dengan program pendidikan
serta pengembangan peserta didik.
 Program bimbingan dan konseling harus fleksibel disesuaikan dengan
kebutuhan individu, masyarakat dan kondisi lembaga program bimbingan dan
konseling disusun secara berkelanjutan dari jenjang pendidik yang terendah
sampai tertinggi.
 Terhadap isi dan pelaksanaan program bimbingan dan konseling perlu
diarahkan yang teratur dan terarah
d. Prinsip-prinsip berkenaan dengan tujuan dan pelaksanaan pelayanan:
 Bimbingan dan konseling harus diarahkan untuk pengembangan individu yang
akhirnya mampu membimbing diri sendiri dalam menghadapi permasalahan.

11

 Dalam proses bimbingan dan konseling keputusan yang diambil dan akan
dilaksanakan oleh individu hendaknya atas kemampuan individu itu sendiri
bukan karena kemauan atau desakan dari pembimbing atau pihak lain.
 Permasalahan individu harus ditangani oleh tenaga ahli dalam bidang yang
relevan dengan permasalahan yang dihadapi.
 Kerjasama antara guru pembimbing, guru lain dan orang tua yang akan
menentukan hasil bimbingan.
 Pengembangan program pelayanan bimbingan dan konseling ditempuh melalui
pemanfaatan yang maksimal dari hasil pengukuran dan penilaian terhadap
individu yang terlibat dalam proses pelayanan dan program bimbingan dan
konseling itu sendiri.
7. Asas-asas Bimbingan dan Konseling
Penyelenggaraan layanan dan kegiatan bimbingan dan konseling selain dimuati oleh
fungsi dan didasarkan pada prinsip-prinsip bimbingan, juga dituntut untuk memenuhi
sejumlah asas bimbingan. Pemenuhan atas asa-asas itu akan memperlancar
pelakasanaan

dan

lebih

menjamin

keberhasilan

layanan/kegiatan,

sedangkan

pengingkarannya akan dapat menghambat atau bahkan menggagalkan pelaksanaan
serta mengurangi atau mengaburkan hasil layanan kegiatan dengan membayar SPP
penuh itu sendiri. Asas-asas itu sendiri ialah :
a. Asas kerahasiaan yaitu asas bimbingan

dan

konseling

yang

menuntut

dirahasiakannya sejumlah data dan keterangan peserta didik (klien) yang menjadi
sasaran layanan yaitu data atau keterangannya yang tidak boleh dan tidak layak
diketahui orang lain. Dalam hal ini guru pembimbing berkewajiban penuh memiliki
dan menjaga semua data dan keterangan itu sehingga kerahasiaannya benar-benar
tejamin.
b. Asas kesukarelaan yaitu asas bimbingan dan konseling yang mengkehendaki adanya
kesukarelaaan

dan

kerelaan

peserta

didik

(klien)

mengikuti/menjalani

layanan/kegiatan yang diperuntukan baginya. Dalam hal ini guru pembimbing
berkewajiban membina dan mengembangkan kesukarelaan seperti itu.
c. Asas keterbukaan yaitu asas bimbingan dan konseling yang menghendaki agar
peserta didik (klien) yang menjadi sasaran layanan/kegiatan bersikap trerbuka dan
tidak berpura-pura, baik di dalam keterangan tentang dirinya sendiri maupun
berbagai informasi dan materi dari luar yang berguna bagi pengembangan dirinya.
Dalam hal ini Guru Pembimbing berkewajiban mengembangkan keterbukaan peserta
didik (klien). Keterbukaan ini amat terkait pada terselenggaranya asas kerahasiaan
dan adanya kesukarelaan pada diri peserta didik yang menjadi sasaran/layanan

12

kegiatan. Agar peserta didik dapat terbuka, Guru Pembimbing terlabih dahulu harus
bersikap terbuka dan tidak berpura-pura.
d. Asas kegiatan, yaitu asas bimbingan dan konseling yang menghendaki agar peserta
didik (klien) yang menjadi sasaran berpatrisipasi secara aktif di dalam
penyelenggaraan layanan/kegiatan bimbingan. Dalam hal ini guru pembimbing perlu
mendorong peserta didik untuk aktif dalam setiap layanan/kegiatan bimbingan dan
konseling yang diperuntukan baginya.
e. Asas kemandirian, yaitu bimbingan dan konseling yang menunjuk pada tujuan
umum bimbingan dan konseling, yaitu: peserta didik (klien) sebagai sasaran layanan
bimbingan dan konseling diharapkan menjadi individu-individu yagn mandiri
dengan ciri-ciri mengenal dan menerima diri sendiri dan lingkungannya, mampu
mengambil keputusan, mengarahkan serta mewujudkan diri sendiri sebagaimana
telah diutarakan terdahulu. Guru Pembimbing hendaknya mampu mengarahkan
segenap layanan bimbingan dan konseling yang diselenggarakannya bagi
berkembangnya kemandirian peserta didik.
f. Asas kekinian, yaitu asas bimbingan dan konseling yang menghendaki agar obyek
sasaran layanan bimbingan dan konseling ialah permasalahan peserta didik (klien)
dalam kondisinya sekarang. Layanan yang berkenaan dengan ”masa depan atau
kondisi masa lampaupun” dilihat dampak dan atau kaitannya dengan kondisi yang
ada dan apa yang dapat diperbuat sekarang.
g. Asas kedinamisan, yaitu asas bimbingan dan konseling yang menghendaki agar isi
layanan terhadap sasaran layanan (klien) yang sama kehendaknya selalu bergerak
maju, tidak monoton, dan terus berkembang serta berkelanjutan sesuai dengan
kebutuhan dan tahap perkembangannya dari waktu ke waktu.
h. Asas keterpaduan, yaitu asas bimbingan dan konseling yang menghendaki agar
berbagai layanan dan kegiatan bimbingan dan konseling, baik yang dilakukan oleh
Guru Pembimbing maupun pihak lain, saling menunjang, harmonis dan terpadukan.
Untuk ini kerjasama antara Guru Pembimbing dan pihak-pihak yang berperan dalam
penyelenggaraan pelayanan bimbingan dan konseling perlu terus dikembangkan.
Koordinasi segenap layanan/ kegiatan bimbingan dan konseling itu harus
dilaksanakan dengan sebaik-baiknya.
i. Asas kenormatifan, yaitu asas bimbingan dan konseling yang menghendaki agar
segenap layanan dan bimbingan dan konseling didasarkan pada dan tidak boleh
bertentangan dengan nilai-nilai dan norma-norma yang ada, yaitu norma-norma
agama, hukum dan peraturan, adat istiadat, ilmu pengetahuan dan kebiasaan yang
berlaku. Bukanlah layanan atau kegiatan bimbingan dan konseling yang dapat

13

dipertanggungjawabkan apabila isi dan dan pelaksanaannya tidak berdasarkan
norma-norma yang dimaksudkan itu. Lebih jauh, layanan dan kegiatan bimbingan
dan konseling justru harus dapat meningkatkan kemampuan peserta didik (klien)
memahami, menghayati dan mengamalkan norma-norma tersebut.
j. Asas keahlian, yaitu asas bimbingan dan konseling yang menghendaki agar layanan
dan kegiatan bimbingan dan konseling diselenggarakan atas dasar kaidah-kaidah
professional. Dalam hal ini, para pelaksana layanan dan kegiatan bimbingan dan
konseling hendklah tenaga yang benar-benar ahli dalam bidang bimbingan dan
konseling. Keprofesionalan Guru Pembimbing harus terwujud baik dalam
penyelenggaraan jenis-jenis layanan dan kegiatan bimbingan dan konseling maupun
dalam penegakan kode etik bimbingan dan konseling.
k. Asas alih tangan, yaitu asas bimbingan dan konseling yang menghendaki agar pihakpihak yang tidak mampu menyelenggarakan layanan bimbingan dan konseling
secara

tepat

dan

tuntas

atas

suatu

permasalahan

peserta

didik

(klien)

mengalihtangankan permasalahan itu kepada pihak yang lebih ahli. Guru
Pembimbing dapat menerima alih tangan kasus dari orang tua, guru-guru lain, atau
ahli lain dan demikian pula Guru Pembimbing dapat mengalihtangankan kasus
kepada Guru Mata Pelajaran/ Praktik dan ahli-ahli lain.
l. Asas tut wuri handayani, yaitu asas bimbingan dan konseling yang menghendaki
agar pelayanan bimbingan dan konseling secara keseluruhan dapat menciptakan
suasana yang mengayomi (memberikan rasa aman), mengembangkan keteladanan,
memberikan rangsangan dan dorongan serta kesempatan yang seluas-luasnya kepada
peserta didik (klien) untuk maju. Demikian juga segenap layanan/kegiatan
bimbingan dan konseling yang diselenggarakan hendaknya disertai dan sekaligus
dapat membangun suasana pengayoman, keteladanan dan dorongan seperti itu.
Selain asas-asas tersebut saling terkait satu sama lain, segenap asas itu perlu
diselenggarakan secara terpadu dan tepat waktu, yang satu tidak perlu dikedepankan
atau dikemudiankan dari yang lain. Begitu pentingnya asas-asas tersebut sehingga
dapat dikatakan bahwa asas-asas itu merupakan jiwa dan nafas dari seluruh
kehidupan pelayanan bimbingan dan konseling. Apabila asas-asas itu tidak
dijalankan dengan baik penyelenggaraan pelayanan bimbingan dan konseling akan
tersendat-sendat atau bahkan berhenti sama sekali.