PENGARUH OUTDOOR EDUCATION TERHADAP PERSONAL DAN SOCIAL RESPONSIBILITY | Bakhri | Jurnal Terapan Ilmu Keolahragaan 7604 16203 2 PB

Jurnal Terapan Ilmu Keolahragaan Special Issue 01 Seminar Nasional Ilmu Keolahragaan 2017 Hal. 354-358
Rafdlal Saeful Bakhri, Tatang Muhtar

PENGARUH OUTDOOR EDUCATION TERHADAP
PERSONAL DAN SOCIAL RESPONSIBILITY
Rafdlal Saeful Bakhri, Tatang Muhtar
Program Studi Pendidikan Olahraga
Sekolah Pascasarjana
Universitas Pendidikan Indonesia, Jl. Dr. Setiabudhi No. 229 Bandung
Email: madal.rafhael@gmail.com
Abstrak (Times New Roman 10 Bold)
Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh outdoor education terhadap personal
dan social responsibility siswa, juga melihat perbedaan pada kedua kelompok sampel. Program
outdoor education yang digunakan adalah camping. Sampel yang digunakan sebanyak 20 siswa
kelompok ekperimen dan 20 siswa kelompok kontrol. Instrumen yang digunakan dalam penelitian
ini adalah skala sikap bertanggung jawab. Analisis data menggunakan Paired sample t test dan
independent sample t test. Analisis dilakukan pada taraf signifikansi α = 0,05. Hasil penelitian ini
menunjukan terdapat pengaruh yang signifikan outdoor education terhadap personal dan social
responsibility siswa. Terdapat perbedaan yang signifikan antara kelompok eksperimen dan kontrol.
Kata kunci: Outdoor education, Camping, Personal Responsibility, Social Responsibility


PENDAHULUAN
Mencermati tujuan pendidikan dalam
undang-undang tersebut dapat dikemukakan
bahwa
pendidikan
merupakan
wahana
terbentuknya masyarakat madani yang dapat
membangun dan meningkatkan martabat
bangsa. Pendidikan juga merupakan salah satu
bentuk investasi manusia yang dapat
meningkatkan derajat kesejahteraan masyarakat.
Pendidikan merupakan salah satu kebutuhan
dasar, sangat penting dalam mencapai
kesejahteraan
hidup.
Pendidikan
dapat
digunakan untuk menggapai kehidupan
memuaskan dan berharga, dengan pendidikan

akan terbentuk kapabilitas manusia menjadi
lebih luas.
Berdasarkan
fungsi
dan
tujuan
pendidikan nasional, jelas bahwa pendidikan
pada setiap jenjang harus diselenggarakan
secara sistematis guna mencapai tujuan tersebut.

Hal tersebut berkaitan dengan pembentukan
karakter peserta didik sehingga mampu
bersaing,
bertanggung
jawab,
pantang
menyerah, beretika, bermoral, sopan santun dan
berinteraksi dengan masyarakat. Pembentukan
karakter tersebut sudah seharusnya ditanamkan
sejak dini pada siswa. Namun pada saat ini

pendidikan belum mencapai pada pembentukan
karakter berkaitan dengan penanaman norma
atau nilai-nilai. Pada proses belajar mengajar
saat ini hanya sebatas transfer ilmu pengetahuan,
pada akhirnya hanya akan berakhir dengan nilai
dalam bentuk angka atau huruf. Nilai yang
didapatkan siswa tersebut seharusnya tidak
terlepas dari proses siswa dalam mengikuti
pembelajaran, karena masih banyak siswa tidak
melakukan tugas dengan sungguh-sungguh dan
bahkan tidak mengerjakan sama sekali.
Seperti yang diberitakan Zainal (2015) pada
Sindonews.com pada Selasa, 5 Mei 2015
“Bahkan, beberapa siswa saling tukar lembaran

354

Jurnal Terapan Ilmu Keolahragaan Special Issue 01 Seminar Nasional Ilmu Keolahragaan 2017 Hal.
354-358
Rafdlal Saeful Bakhri, Tatang Muhtar


jawaban pada siswa lainnya. Aksi curang ini
dilakukan para siswa saat pantia pengawas
lengah”. Mencontek dalam ujian nampaknya
bukan merupakan hal langka, bahkan bisa
dikatakan
sudah
menjadi
kebiasaan.
Berdasarkan berita tersebut mencerminkan
bahwa siswa masing sangat kurang dalam
memenuhi tuntutan tugas atau kewajibannya,
seharusnya hal terebut dibiasakan dari mulai
hal-hal kecil. Misalnya mengerjakan tugas
dengan mandiri (tidak mencontek), terlepas dari
pada pencapaian hasil. Ataupun juga dengan
membiasakan hal-hal kecil yang berkaitan
dengan kegiatan sehari-hari di rumah.
Kebanyakan anak tidak terbiasa untuk
mencuci piring bekas makannya, mencoba

mencuci baju sendiri atau bahkan tidak
menyimpan handuk basah dengan sembarangan.
Walaupun hal-hal tersebut nampaknya bukan
merupakan sesuatu yang besar dan bahkan
sebagian menganggap siswa bolos sekolah
adalah hal biasa, akan tetapi hal ini
mencerminkan rendahnya responsibility siswa.
Responsibility adalah kesadaran manusia akan
tingkah laku atau perbuatannya baik disengaja
maupun tidak. Responsibility juga berarti
sebagai
perwujudan
kesadaran
akan
kewajibannya. Oleh karena itu rendahnya
responsibility pada siswa atau anak juga melatar
belakangi kasus-kasus seperti siswa tidak
mengerjakan tugas, mencontek dalam ujian,
tidak terlibat dalam tugas kelompok,
menyimpan barang sembarangan dan juga bolos

sekolah. Oleh karena itu diperlukan suatu
program yang dapat memberikan kesempatan
dan
pengalaman
bagi
anak
untuk
mengembangkan responsibility pada diri
sendiri.
Menurut Barker (2006, hlm. 2) “This pushes
the participant further from the skills of coping
when they meet real situations that do have
personal responsibility and consequences,
where they do have to be accountable for their
own actions”. Kegiatan outdoor education
mendorong pesertanya untuk mengatasi segala
situasi nyata yang dihadapinya. Situasi tersebut
berkaitan dengan tanggung jawab dan juga

konsekuensi. Dari proses tersebut peserta akan

berlatih untuk bertanggung jawab sendiri
sekaligus akan merasakan konsekuensi atas
segala keputusan dan tindakan.
Berdasarkan penelitian sebelumnya dengan
judul “An Exploratory Study of Learning
Outcomes from an Undergraduate Wilderness
Camping and Outdoor Leadership Experience”
yang dilakukan oleh Hollady dan Sklar (2012,
hlm. 56-58). Penelitian ini dilakukan selama
tujuh hari pada siswa yang mengikuti kegiatan
outdoor. Berdasarkan hasil data menunjukan
peningkatan pada keseluruhan independen
kompetensi,
responsibility,
ketertarikan
bereksplorasi, kerja sama dan ketertarikan pada
alam.
Berdasarkan
hasil
tersebut

mengindikasikan bahwa program outdoor
education memberikan pengaruh pada beberapa
variabel, dan salah satunya adalah responsibility
siswa.
Walaupun
penelitian
tersebut
memberikan
gambaran mengenai
hasil
intervensi program outdoor education terhadap
responsibility, namun penelitian tersebut tidak
terfokus hanya pada responsibility saja, dan
tidak membagi klasifikasi berdasarkan personal
dan social responsibility. Intervensi outdoor
education melalui program camping terhadap
responsibility masih sangat kurang. Oleh karena
itu peneliti tertarik untuk melakukan penelitian
mengenai pengaruh outdoor education terhadap
personal dan social responsibility.


METODE
Penelitian ini merupakan penelitian yang
bersifat memberikan perlakuan kepada
kelompok sampel. Perlakuan yang diberikan
dalam penelitian ini berupa kegiatan outdoor
education berbasis experiential learning dalam
jangka waktu tertentu. Adapun desain penelitian
yang akan peneliti gunakan adalah Desain
Pretest-Posttest
dengan
menggunakan
kelompok kontrol. Populasi dalam penelitian ini
adalah Siswa SMP Putra Siliwangi. Jumlah
sampel sebanyak 40 siswa yang dibagi kedalam
2 kelompok, yaitu kelompok eksperimen dan
kontrol,
dipillih
dengan
menggunakan


355

Jurnal Terapan Ilmu Keolahragaan Special Issue 01 Seminar Nasional Ilmu Keolahragaan 2017 Hal.
354-358
Rafdlal Saeful Bakhri, Tatang Muhtar

probability
sampling,
lebih
tepatnya
menggunakan penyempelan Klaster (gugus).
Instrumen yang digunakan dalam penelitian
ini adalah angket. Angket penilaian sikap
bertanggung jawab yang dibuat oleh Suherman
(2014) dalam Widiyatmoko (2014, hlm. 81).
Skala ini bersisi 28 pernyataan dengan 5 pilihan
jawaban. Validitas dan reabilitasn instrumen
memiliki nilai validitas 0,49 dan reabilitas
0,913. Berdasarkan beberapa pertimbangan

peneliti melakukan adaptasi dan kembali
melakukan uji coba instrumen yang dilakukan
pada siswa SMP 2 Pasundan Cimahi kelas XII
dan XIII. Hasil uji coba isntrumen memperoleh
hasil validitas 0,42 dan reabilitas 0,86.
Perlakuan yang diberikan pada sampel adalah
outdoor education dengan program camping.
Program yang digunakan diadaptasi dari
Kardjono (2009). Secara garis besar kegiatan
yang terdapat dalam program camping adalah
mendirikan dan membongkar tenda, memasak
rimba, hiking dan menyalakan api unggun.
Pelakuan diberikan selama 3 kali pertemua
dengan total 3 hari dalam setiap pertemuan.

HASIL DAN PEMBAHASAN
Data yang diperoleh dari hasil penelitian
merupakan data pretest dan posttest pada kedua
kelompok sampel. Sebelum melakukan uji
hipotesis peneliti melakukan uji prasyarat, hasil
pengujian menunjukan data bersifat normalitas
dan homogen. Pengujian hipotesis dilakukan
dengan menggunakan uji paired sampel t test.
Untuk variabel personal responsibility Pada
kelompok eksperimen diperoleh nilai t = 2,656
dan sig = 0,016 < 0,05 maka Ho ditolak, atau
terdapat pengaruh yang signifikan outdoor
education terhadap personal responsibility
siswa. Pada kelompok kontrol dengan nilai t =
1,209 dan sig = 0,242 > 0,05 maka Ho diterima,
atau tidak terdapat pengaruh yang signifikan
aktivitas keseharian kelompok kontrol terhadap
personal responsibility siswa. Sedangkan untuk
variabel social responsibility pada kelompok
eksperimen dengan nilat t = 2,737 dan sig =
0,013 < 0,05 maka Ho ditolak, atau terdapat

pengaruh yang signifikan outdoor education
terhadap social responsibility siswa. Pada
kelompok kontrol dengan nila t = 1,710 dan sig
= 0,104 > 0,05 maka Ho diterima, atau tidak
terdapat pengaruh yang signifikan aktivitas
keseharian kelompok kontrol terhadap social
responsibility siswa. Perbandingan peningkatan
pada
variabel
personal
responsibility
menunjukan hasil t = 2,068 dan sig = 0,041 <
0,05 maka Ho ditolak, atau terdapat perbedaan
peningkatan
yang
signifikan
personal
responsibility antara kelompok outdoor
education melalui program camping dengan
kelompok kontrol. Pada variabel social
responsibility dengan nila t = 5,415 dan sig =
0,000 < 0,05 maka Ho ditolak, atau terdapat
perbedaan peningkatan yang signifikan social
responsibility antara kelompok outdoor
education melalui program camping dengan
kelompok kontrol.
Hasil tersebut sesuai dengan pernyataan
Barker (2006) yang menyatakan bahwa “True
outdoor education experiences are strongly
based around personal responsibility… no one
else can carry your pack, no one else can
shoulder your responsibility, you have to
shoulder it yourself.” Pengalaman Outdoor
education yang dilaksanakan dengan baik sangat
berbasis pada personal responsibility. Saat
berkegiatan siswa merasakan bahwa tidak ada
orang lain yang akan membawa barang mereka,
tidak ada orang lain yang bisa memikul
tanggung jawab mereka, siswa harus
melakukannya
sendiri.
Dalam
outdoor
education siswa dituntut untuk keluar dari
kebiasaan mereka yang masih bergantung pada
orang lain, mengandalkan orang lain sebelum
mencoba melakukannya sendiri atau bahkan
sengaja menyerahkan tanggung jawabnya
sendiri walaupun dirinya merasa mampu untuk
melakukan hal tersebut.
Mengenai pengembangan responsibility
Menurut Wood dkk (2009, hlm. 300) yang
membuat remaja menjadi lebih bertanggung
jawab ada tiga hal, yaitu: “task demands,
demands of program roles, and time demands”.
Berikutnya Wood dkk (2009, hlm. 300)

356

Jurnal Terapan Ilmu Keolahragaan Special Issue 01 Seminar Nasional Ilmu Keolahragaan 2017 Hal.
354-358
Rafdlal Saeful Bakhri, Tatang Muhtar

memaparkan
“Task
demands
included
challenges related to the achievement of group
or individual projects within the program.” Task
demands mencakup tantangan dalam program
kegiatan
yang
berhubungan
dengan
penghargaan baik secara individu atau
kelompok. Secara individu setiap siswa
memiliki tuntutan untuk melakukan tugas-tugas
secara individu. Segala bentuk tugas dan
tuntutan pribadi mereka tidak ada yang akan
melakukan kecuali dirinya sendiri. Dalam hal ini
siswa harus mempertimbangkan segala
konsekuensi dari tindakan yang mereka lakukan.
Tindakan tersebut bukan hanya berdampak pada
dirinya sendiri, akan tetapi juga pada
kelompoknya.
Bukan hanya bertanggunng jawab pada diri
sendiri, akan tetapi juga siswa dituntut untuk
bertanggung jawab akan kelompoknya. Seperti
yang disampaikan oleh Wood dkk (2009, hlm.
300) yang menjadikan remaja menjadi lebih
bertanggung jawab ada tiga hal, yaitu: “task
demands, demands of program roles, and time
demands”. Dalam hal ini Task demands
mencakup tantangan dalam program kegiatan
yang berhubungan secara kelompok. Setiap
siswa memiliki kelompok dan masing-masing
dari mereka memiliki tuntutan tugas yang harus
dilaksanakan. Setiap tugas yang mereka miliki
memberikan konsekuensi tersendiri pada dirinya
sendiri juga pada kelompoknya.
Siswa yang melakukan tugasnya dengan
sebaik mungkin akan memberikan dampak yang
baik bagi tugas kelompoknya. ‘One of the
assumptions seems to be that individuals will
learn social responsibility by learning to fear the
consequences of social irresponsibility.’
(Wilson & Hernstein, 1985) (dalam Macready,
2009, hlm. 211). Asumsi seorang individu dapat
mengembangkan social responsibility adalah
takut akan konsekuensi social. Siswa yang tidak
sungguh-sungguh dalam melaksanakan tugas
kelompoknya secara tidak langsung akan

mendapatkan penghargaan sesuai dengan
tindakannya tersebut. “You work as a team
individually. You do a lot of stuff individually
that you’re doing, not for yourself, but for
everyone else.” Wood dkk, (2009, hlm. 300).
Meskipun terkadang pembagian tugas secara
individu dalam sebuah kelompok membuat
beberapa siswa telihat bekerja sendiri, akan
tetapi hal tersebut dilakukan untuk kepentingan
kelompoknya.

KESIMPULAN
Sesuai dengan pengolahan, analisis data serta
pembahasan sebelumnya, dapat diambil
kesimpulan 1) Terdapat pengaruh yang
signifikan outdoor education terhadap personal
responsibility siswa; 2) Terdapat pengaruh yang
signifikan outdoor education terhadap social
responsibility siswa; 3) Terdapat perbedaan
peningkatan responsibility yang signifikan
antara kelompok outdoor education melalui
program camping dengan kelompok kontrol.
Dimana kelompok outdoor education melalui
program camping memiliki peningkatan yang
lebih tinggi dari pada kelompok kontrol.

357

Jurnal Terapan Ilmu Keolahragaan Special Issue 01 Seminar Nasional Ilmu Keolahragaan 2017 Hal.
354-358
Rafdlal Saeful Bakhri, Tatang Muhtar

DAFTAR PUSTAKA
Macready, T. (2009). Learning social responsibility in schools: a restorative practice.
Educational Psychology in Practice. Routledge Taylor & Francis Group. Vol. 25,
No. 3, September 2009, hlm. 211–220.
Barker, M. (2006). Outdoor education an actual reality experience. Division of Sport and
Recreation. Auckland University of Technology, New Zealand Outdoor Learning.
2006, hlm. 1-12.
Kardjono. (2009). Pengendalian Diri (Self Control) Melalui Outdoor Education. Disertasi
Doktor pada Prodi Pendidikan Olahraga SPs UPI : tidak diterbitkan
Widiyatmoko, F.A. (2014). Pengembangan Sikap Bertanggung Jawab Siswa Melalui Model
Hellison dan Center Assertive. Bandung: Tesis, Sekolah Pascasarjana Universitas
Pendidikan Indonesia.
Wood, D., Larson, R.W., & Brown, J. R. (2009). How adolescents come to see themselves
as more responsible through participation in youth programs. Child Development,
80(1), hlm. 295-309.
Zainal, H. (2015). UN SMP, Siswa Menyontek hingga Tukar Lembar Jawaban. Sindonews:
5
Mei
2015,
11:43
WIB.
[Online]
Diakses
dari
http://daerah.sindonews.com/read/997495/174/un-smp-siswa-menyontek-hinggatukar-lembar-jawaban-1430800983.

358