Hak dan Kewajiban Guru serta Mobilitas d

Hak dan Kewajiban Guru serta Mobilitas
dan Pengembangan Mutu Guru Bagi
Pendidikan di Indonesia
Posted on 19 Juni 2015 by windypratami
0
A. Pendahuluan
Pendidikan kita saat ini menghadapi tantangan baik substansi maupun penyelenggaraannya di
satu pihak, dan tantangan ke dalam maupun ke luar di lain pihak. Tantangan substansi lebih
terarah kepada mutu pendidikan kita, sedangkan tantangan penyelenggaraan lebih terarah kepada
mutu praktis pendidikan kita dan penyelenggaraan sistem pendidikan guru kita.
Adapun kewajiban guru yakni melayani pendidikan di sekolah,melalui kegiatan mengajar,
mendidik dan melatih. Untuk mencerdaskan kehidupan bangsa dan menyiapkan generasi bangsa
agar mampu hidup di dunia. Agar masyarakat dapat mampu ikut terjun dan mengikuti dalam
perkembangan jaman.
Perlunya ada sistem pengendalian guru secara nasional yang pada tingkat praktisnya dapat di
koordinasikan lewat LPMP (Lembaga Penjamin Mutu Pendidikan) masing-masing propinsi agar
tidak terjadi kesulitan antar daerah tentang masalah penyediaan, penempatan dan mutasi guru.
Penelitianterhadap masalah guru dalam hal ini adalah masalah yang terikat dengan kompetensi
guru harus dilakukan untuk dapat menemukan pemecahannya. Makalah ini akan membahas
tentang: a.) Hak dan Kewajiban Guru, b.) Mobilitas Guru di Indonesia, c.) Pengembangan Mutu
Guru di Indonesia.

B. Hak dan Kewajiban Guru
Kewajiban guru adalah melayani pendidikan khususnya di sekolah, melalui kegiatan mengajar,
mendidik dan melatih untuk mencerdaskan kehidupan bangsa dan menyiapkan generasi bangsa
kita agar mampu hidup di dunia. Agar tujuan itu dapat dapat dicapai maka disyaratkan sebagai
berikut :
1. Jumlah guru memadai dengan jumlah sekolah yang harus dilayani,
2. Jenis guru yang disediakan sesuai dengan jenis kompetensi guru yang di butuhkan dan
proporsional dengan jumlah jenis kompetensi guru itu.
Jika kedua syarat tersebut terpenuhi kewajiban guru diatas dapat tercapai dengan baik sesuai
tujuan yang di tentukan sebelumnya.
Hak guru adalah hak untuk memperoleh gaji, hak untuk pengembangan karier, hak untuk
memperoleh kesejahteraan lain dan hak untuk memperoleh perlindungan hukum baik dalam
melaksanakan tugas maupun dalam memperoleh hak-hak mereka.
Dari hak dan kewajiban guru diatas keduanya harus sama-sama seimbang satu sama lain, para
guru melaksanakan kewajibannya dengan baik sesuai ketentuan dan menerima hak-haknya
dengan baik sebagai balasannya.
Adapun kesejahteraan guru yakni, Selama gaji guru diatur dalam PGPS yang diberlakukan untuk

seluruh PNS, maka perbedaan gaji guru dengan anggota pegawai negeri yang lain akan tetap
menjadi sumber kecemburuan, lebih-lebih lagi bentuk-bentuk seperti kenaikan gaji khusus untuk

guru tetap akan menjadi sumber kecemburuan PNS lainnya. Oleh karena itu sebaiknya gaji guru
diatur secara tersendiri. Bagi guru di daerah terpencil gaji guru diberikan berdasarkan perjanjian
dalam kontrak kerjanya. Agar rangsangan untuk mau bekerja di tempatyang terpencil, maka
dibutuhkan insentif yang cukup besar untuk mereka, sehingga dari menjalankan kontrak itu
mereka dapat menabung untuk hidup pasca kontrak.
C. Mobilitas Guru di Indonesia
Otonomi daerah bila tidak dikendalikan dengan baik membuat kita mengalami kesulitan dalam
pengendalian pengadaan, penempatan dan mutasi guru antar daerah. Padahal ketiga masalah itu
adalah suatu kenyataan obyektif yang tidak dapat dihindari kejadiannya. Agar tidak terjadi
kesulitan antar daerah tentang masalah penyediaan, penempatan dan mutasi guru ini, maka di
perlukan adanya sistem pengendalian guru secara nasional yang pada tingkat praktisnya dapat
dikoordinasikan lewat LPMP (Lembaga Penjamin Mutu Pendidikan) masing-masing propinsi.
LPMP (Lembaga Penjamin Mutu Pendidikan) sebagai badan organisasi pemerintah didaerah
yang menjadi tangan-tangan pemerintah pusat sangat strategik untuk menangani permasalahan
pengendalian guru ini secara nasional dengan bekerja sama dengan pemerintah daerah masingmasing.
1. Penyediaan Guru
Penyediaan guru sangat terkait dengan kebutuhan guru, dan kebutuhan guru sangat terkait
dengan jumlah sekolah, jumlah siswa, dan penyebarannya di tanah air kita. Namun demikian
perubahan struktur organisasi daerah kita sekarang ini dengan tambah dan hilangnya propinsi di
indonesia, kita belum memiliki data-data statistik yang dapat digunakan untuk proyeksi keadaan

pendidikan di indonesia. Pendidikan guru yang kita selenggarakan saat ini pada dasarnya bukan
pendidikan kedinasan akan tetapi merupakan pendidikan yang menawarkan kesempatan terbuka
kepada masyarakat untuk memasukiprogram pendidikan guru. Oleh karena itu maka penyediaan
guru sukar di kendalikan sesuai dengan ukuran, belum lagi penyediaan guru yang dihasilkan oleh
LPTK-PTS, yang sedianya untuk memenuhi kebutuhan guru di lembaga sendiri, namun akhirnya
juga memasuki kawasan penyediaan guru secara umum. Masyarakat kita saat ini kaitannya
dengan pengadaan guru berarti menghadapi dua macam otonomi yakni :
a. Otonomi daerah dengan segala persoalannya, dan
b. Otonomi lembaga pendidikan LPTK (Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan) dengan
latar belakang kepentingan masing-masing.
Agar penyediaan guru di negara kita tidak terlalu berlebihan, maka dengan otonomi daerah tidak
harus diartikan bahwa setiap daerah harus menyelenggarakan pendidikan sendiri untuk
memenuhi kebutuhan guru di daerah itu, akan tetapi dapat juga memanfaatkan lembaga
pendidikan guru yang telah ada di manapun pendidikan guru itu diselenggarakan. Namun perlu
koordinasi yang rapi antara lembaga penghasil guru dengan lembaga pengguna guru.
2. Penempatan Guru
Penempatan guru dengan otonomi daerah tentunya menjadi wewenang daerah, disesuaikan
dengan kebutuhan nyata dari tiap daerah itu. Akan tetapi cara ini akan menimbulkan banyak
permasalahan, apabila penempatan guru ini tidak dikoordinasikan pada tingkat nasional. Karena
dengan pola kedaerahan itu justru akan timbul kecenderungan setiap daerah membuat LPTK

(Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan) sendiri, dengan dalih untuk memenuhi kebutuhan
guru di daerah sendiri. Oleh karena itu koordinasi dan kerjasama antar daerah untuk mengatasi

kebutuhan tenaga guru ini perlu diadakan melalui lembaga dan instansi yang jelas, sehingga tiap
daerah dapat berhubungan dengan lembaga dan instansi itu dengan jelas dan mudah yang dapat
mendekatkan antara pengguna guru dengan penghasil guru dan termasuk lulusanya itu sendiri.
Atau gagasan pendidikan guru dijadikan pendidikan kedinasan segera dapat direalisir, karena
memang kondusif dengan keadaan sistem pemerintah kita sekarang ini.
3. Guru Untuk Daerah Terpencil
Penempatan guru di daerah terpencil telah banyak menjadi topik berbagai diskusi pada tingkat
nasional. Akan tetapi model “guru kontrak” tampaknya masih relevan untuk digunakan sebagai
model penempatan guru di daerah terpencil. Bila kita ingin mensukseskan wajib belajar 9 tahun,
maka paling tidak perhatian guru kontrak ini seharusnya diarahkan kepada guru SD dan guru
SLTP. Teknik pembayaran bagi guru kontrak ini tentunya perlu dikendalikan agar terlaksana
sesuai dengan rencana, misal saat penanda tanganan kontrak diberikan biaya untuk berangkat ke
tempat tugas, dan jaminan paling tidak enam bulan untuk hidup di tempat tugas, kemudian
diberikan lagi pada setiap bulan kerja, dan yang terakhir diberikan sisanya pada saat mengakhiri
kontrak kerja. Kontrak ini dapat diperbaharui apabila mereka masih ingin meneruskan tugasnya,
guru kontrak ini dapat meninggalkan tempat kerjanya setelah kontrak kerja diselesaikan dan
setelah ada guru penggantinya.

4. Mutasi Guru
Mutasi guru adalah peristiwa alamiah dan manusiawi, oleh karena itu harus menjadi salah satu
jenis pemikiran tentang pengendalian guru secara nasional. Namun demikian, perlu diperketat
persyaratan mutasi guru ini. Mutasi guru karena mengikuti suami termasuk sangat beralasan,
untuk menjaga keutuhan kehidupan keluarga itu. Mutasi guru dengan alasan kesehatan untuk
mendekatkan dengan tempat pengobatan juga termasuk yang beralasan, karena SDM bangsa
hanya akan didukung oleh warga bangsa yang sehat dan terdidik. Berarti guru yang bertugas
mencerdaskan kehidupan bangsa agar menjadi bangsa yang terdidik,apabila tidak sehat akan
berakibat berantai gagalnya membangun bangsa.
D. Pengembangan Mutu Guru di Indonesia.
1. Pengembangan Mutu Kompetensi Guru
Kompetensi guru yang diharapkan menjadi kewajiban PT-LPTK, maka disanalah seharusnya
penelitian tentang kompetensi guru dilakukan, sehingga PT-LPTK mampu menyediakan konsepkonsep tentang kompetensi guru yang aktual. Permasalahan kompetensi guru yang pada dasarnya
adalah kemampuan yang dimiliki oleh guru untuk menggunakan bidang studi atau mata pelajaran
sebagai alat pendidikan, maka agar kompetensi guru dapat dimiliki oleh guru, maka mereka
seharusnya:
a. Memahami hakekat ilmu yang diajarkan
b. Memahami kiat pembelajaran ilmunya
c. Memiliki kemampuan strukturisasi ilmunya menjadi peta konsep dasar
d. Memiliki kemampuan meneliti dan menyediakan sumber belajarnya

e. Memiliki kemampuan menyediakan media belajarnya
f. Memiliki kemampuan organisasi ilmunya menjadi bahan ajar
g. Memiliki kemampuan memaknakan kurikulum menjadi objek dan persoalan belajar
h. Memiliki kemampuan menentukan evaluasi hasil pembelajaran ilmunya
Pada dasarnya wilayah kompetensi ini terikat dengan penguasaan guru dalam hal “Bidang Studi
dalam Pendidikan”. Kompetensi ini diserahkan kepada Universitas-LPTK. Strukturisasi ilmu

seharusnya seirama denga perkembangan ilmunya. Hasil strukturisasi ilmu ini tidak mentahmentah disajikan kepada para peserta didik, akan tetapi dengan intervensi karakteristika peserta
didik, kurikulum, lingkungan belajar, dan media yang dapat disediakan diorganisasi menjadi
bahan ajar spesifik yang berlaku bagi sasaran belajar.
2. Pengembangan Mutu Profesi Guru
Seperti telah di kemukakan di atas, bahwa profesi guru dapat dihasilkan dari hasil kajian pada
klinik pendidikan guru yang terdiri dari berbagai macam laboratorium, yang menghasilkan profil
perilaku guru, kemampuan guru untukmengenal anak usia sekolah, kemampuan menyediakan
media pembelajaran, menyelenggarakan proses pembelajaran dengan berbagai bentuk dan
metode belajarnya, mampu membaca kurikulum, melaksanakan evaluasi, serta menentukan
penilaian terhadap keberhasilan dan kegagalan anak. Kemampuan tersebut di peroleh saat
melaksanakan pendidikan dan pembinaanatau penataran guru.
3. Pengembangan Mutu Kinerja Guru
Kinerja awal guru sangat ditentukan oleh kemampuan awal hasil pendidikan guru, meskipun

kemampuan awal itu selanjutnya akan berkembang sesuai pengalaman mereka.
Kesimpulan
Kewajiban guru adalah melayani pendidikan khususnya di sekolah, melalui kegiatan mengajar,
mendidik dan melatih untuk mencerdaskan kehidupan bangsa dan menyiapkan generasi bangsa
kita agar mampu hidup di dunia. Sedangkan Hak guru adalah hak untuk memperoleh gaji, hak
untuk pengembangan karier, hak untuk memperoleh kesejahteraan lain dan hak untuk
memperoleh perlindungan hukum baik dalam melaksanakan tugas maupun dalam memperoleh
hak-hak mereka.
Mobilitas guru terdiri dari penyediaan guru sangat terkait dengan kebutuhan guru, penempatan
guru dengan otonomi daerah, penempatan guru di daerah terpencil, mutasi guru.
Pengembangan Mutu Guru di Indonesia terdiri dari pengembangan mutu kompetensi guru,
pengembangan mutu profesi guru, pengembangan mutu kinerja guru.
Daftar Pustaka
Djohar. 2006. Guru, Pendidikan dan Pembinaannya. Yogyakarta: Grafika Indah.
Djohar. 2001. Pemberdayaan BPG sebagai Lembaga Penataran dan Pendidikan Profesi Guru.
Yogyakarta: Grafika Indah.