Islam dan Pluralisme Agama docx

Nama : Taufik Amin Nur Wijaya
Prodi : Agama dan Lintas Budaya (Kajian Timur Tengah)

Pluralisme Agama
Tantangan pemikiran pada zaman modern ini mendapat respon cukup besar dan
dominan sepanjang zaman seperti issue keberagaman atau pluralitas agama. Pluralisme
agama adalah paham mengenai pluralitas dalam kehidupan beragama, Issue ini
merupakan fenomena yang kini hadir di tengah keanekaragaman klaim kebenaran
(absolut truth claims) antar agama yang saling berseberangan. Setiap agama mengklaim
dirinya yang paling benar dan yang lain sesat semua. Klaim seperti ini kemudian
melahirkan keyakinan yang biasa disebut “Doctrine of Salvation” (doktrin
keselamatan), bahwa keselamatan atau pencerahan (enlightenment) atau surga
merupakan hak para pengikut agama tertentu saja, sedangkan pemeluk agama lain akan
celaka dan masuk neraka.
Pluralisme agama yang melihat kemajemukan agama- agama, beserta kebenaran
yang menyertainya. Sehingga sikap eksklusif terhadap agama berubah menjadi inklusif,
dan menjadi solusi bagi setiap umat beragama atas kekerasan dan intoleransi antar
sesama beragama. Sejatinya keyakinan semacam ini, juga berlaku pada penganut antara
sekte atau aliran dalam agama yang sama, seperti yang terjadi antara Protestan dan
Katolik dalam agama Kristen, antara Mahadaya dan Hinayama atau Theravada dalam
agama Budha, dan juga antara kelompok Islam yang beragam. Realitas tersebut telah

mengantarkan pluralismee kepada diskursus yang semakin luas dan sangat konflik.
Wacana pluralisme agama telah muncul pada masa yang disebut enlightenment
(pencerahan) Eropa, tepatnya pada abad ke-18 Masehi, masa dimana sering disebut
sebagai titik permulaan bangkitnya gerakan pemikiran modern, juga merupakan masa
yang diwarnai dengan wacana- wacana baru tentang pergolakan pemikiran manusia
yang berorientasi pada superioritas akal (rasionalism) dan pembebasan- pembebasan
akal dari kungkungan agama. Kondisi ini timbul sebagai konsekuensi logis dari konflik
yang terjadi antara gereja dan kehidupan nyata diluar gereja, serta hiruk- pikuk
pergolakan pemikiran di Eropa, maka muncullah suatu faham yang dikenal dengan

'liberalisme' (liberalism), yang komposisi utamanya adalah kebebasan, toleransi,
persamaan dan keragaman (pluralism).
Yang unik dalam wacana ini adalah bahwa pemikiran “persamaan” agama
(Religious Equality), tidak saja dalam memandang eksistensi riil agama- agama
(Equality on Exixtence), namun juga dalam memandang aspek esensi dan ajarannya,
sehingga dengan demikian diharapkan akan tercipta suatu kehidupan bersama antar
agama yang harmonis, penuh toleransi, saling menghargai atau apa yang diimpikan oleh
para “pluralis” sebagai “pluralisme agama”. Alih dalih menciptakan kerukunan dan
toleransi, paham pluralisme agama itu sendiri sebenarnya sangat tidak toleran, otoriter,
dan kejam, karena menafikan kebenaran semua agama.

Disini kita perlu mengetahui bahwa menurut definisi resmi mereka, pluralisme
adalah teori yang seirama dengan relativisme dan sikap curiga terhadap kebenaran, atau
dapat dipahami sebagai doktrin yang berpandangan bahwa disana tidak ada pendapat
yang benar, atau semua pendapat adalah sama benarnya. Maka dalam aplikasinya
terhadap agama mereka berpendapat bahwa semua agama adalah sama benarnya dan
sama validnya. Wacana pluralisme agama di indonesia berkembang dengan sangat
pesat. Salah satu faktor yang mungkin bisa menjadi tolak – ukurnya dan indikatornya
adalah menjamurnya buku –buku dengan tema agama. Banyaknya buku-buku yang
serupa ditanah air mengantarkan kita pada titik dimana pluralisme agama bukan lagi
merupakan sebuah wacana melainkan ideologi.