Makalah BLKL perkembangan jenis dan kese

KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, yang atas rahmat-Nya,
maka kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah mata kuliah Bank dan
Lembaga Keuangan lainnya (BLKL) yang berjudul “Perkembangan, jenis Bank,
kesehatan dan rahasia Bank”.
Penulisan makalah ini merupakan salah satu tugas untuk mata kuliah Bank
dan Lembaga Keuangan lainnya. Dalam Penulisan makalah ini, kami merasa
masih banyak kekurangan, untuk itu kritik dan saran dari semua pihak sangat
kami harapkan demi menyempurnakan isi makalah ini.
Kami menyampaikan ucapan terima kasih yang tidak terhingga kepada
pihak-pihak atas sumber-sumber materi sebagai referensi yang membantu dalam
penyusunan makalah ini.
Akhirnya kami berharap semoga Allah memberikan imbalan yang setimpal
pada mereka yang telah memberikan bantuan. Amiin Yaa Robbal ‘Alamiin.

Hormat kami,

Kelompok 3

1


DAFTAR ISI
Kata Pengantar .................................................................................................... 1
Daftar Isi............................................................................................................. 2
Pendahuluan ....................................................................................................... 3
Pembahasan ........................................................................................................ 4
BAB I: Perkembaangan Bank ............................................................................. 4
BAB II: Jenis Bank ............................................................................................. 9
BAB III: Kesehatan Bank .................................................................................. 14
BAB IV: Rahasia Bank ...................................................................................... 16
Kesimpulan........................................................................................................ 20
Daftar Pustaka ................................................................................................... 21

2

PENDAHULUAN
Kondisi ekonomi di Indonesia tidak luput dari peran Bank. Bank adalah
suatu badan usaha yang terlibat dalam menghimpun dana dari masyarakat dalam
bentuk simpanan dan menyalurkannya kembali kepada masyarakat dalam bentuk
kredit atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup
manusia.

Maka dari itu, seiring berjalannya waktu, Bank selalu mengalami perubahan
dan perkembangan. Perubahan ini selain di sebabkan oleh perkembangan internal
dunia perbankan, juga tidak lepas dari pengaruh perkembangan di luar dunia
perbankan, seperti sektor riil dalam perekonomian, politik, hukum, dan sosial.
Selain itu, untuk menjaga agar bank tetap eksis dalam dunia perekonomian
global maka bank perlu dinilai secara rutin yang disebut dengan penilaian
kesehatan bank. Kesehatan bank mencakup kesehatan suatu bank untuk
melaksanakan seluruh kegiatan usah perbankan, baik dari kemampuan
menghimpun dana dari masyarakat, dari lembaga lain, dan dari modal sendiri,
mengelola dana, menyalurkan dana ke masyarakat, karyawan, pemilik modal, dan
pihak lain, pemenuhan peraturan perbankan yang berlaku.
Bank juga merupakan suatu lembaga keuangan dimana masyarakat
memberikan kepercayaan yang kuat untuk menyimpan dana mereka. Faktor yang
paling penting dari suatu kepercayaan masyarakat itulah yang akan mendorong
suatu bank untuk menjaga kerahasiaan data nasabah, apakah terpeliraha dan
terjamin dengan baik. Karena salah satu fungsi utama bank adalah Agent of trust
atau tempat kepercayaan. Dan kepercayaan masyarakat adalah salah satu pokok
eksistensi suatu bank.

3


PEMBAHASAN
BAB I: PERKEMBANGAAN BANK DI INDONESIA
Perkembangan perbankan di Indonesia meliputi faktor internal yaitu
kondisi dunia perbankan itu sendiri dan faktor eksternal meliputi keadaan
ekonomi, hukum dan sosial. Perkembangan faktor-faktor internal dan eksternal
perbankan tersebut menyebabkan kondisi perbankan di Indonesia secara umum
dapat di kelompokkan dalam empat periode. Keempat periode itu adalah :
a. Kondisi perbankan di Indonesia sebelum serangkaian paket-paket
deregulasi di sektor riil dan moneter.
b. Kondisi perbankan di Indonesia setelah munculnya deregulasi sampai
dengan masa sebelum terjadinya krisis ekonomi.
c. Kondisi perbankan di Indonesia pada masa krisis ekonomi.
d. Kondisi perbankan di Indonesia pada saat sekarang ini.

A. Kondisi Sebelum Deregulasi
Perbankan masa ini sangat di pengaruhi oleh berbagai kepentingan
ekonomi dan politik dari penguasa, yang di dalam hal ini adalah pemerintah.
Dengan demikian fungsi utama perbankan pada masa penjajahan adalah sebagai
berikut :

a. Memobilisasikan dana dari investor untuk membiayai kebutuhan dana
investasi dan modal kerja perusahaan.
b. Memeberikan jasa-jasa keuangan kepada perusahaan-perusahaan besar
milik kolonial.
c. Membantu pemindahan dan jasa modal dari wilayah kolonial ke
Negara penjajah.
d. Sebagai tempat sementara dari dana hasil pemungutan pajak.
e. Mengadministrasikan anggaran pemerintah untuk membiayai kegiatan
pemerintah kolonial.

4

Fungsi utama perbankan pada masa setelah kemerdekaan sampai dengan
sebelum adanya deregulasi tidak banyak mengalami perubahan, dengan demikian
fungsi utamanya adalah sebagai berikut :



Memobilisasikan dana dari investor untuk membiayai kebutuhan dana
investasi dan modal kerja perusahaan-perusahaan besar.




Memberikan jasa-jasa keuangan kepada perusahaan-perusahaan besar.



pemerintah.

Mengadministrasikan anggaran pemerintah untuk membiayai kegiatan

Menyalurkan dana anggaran untuk membiayai program dan proyek
pada sektor sektor yang ingin di kembangkan oleh pemerintah.

B. Kondisi Pada Periode Deregulasi
Tingkat inflasi yang tinggi serta kondisi makro ekonomi secara umum
yang tidak bagus terjadi bersamaan dengan kondisi perbankan yang tidak dapat
memobilisasikan dana dengan baik. Untuk mengatasi situasi yang serba tidak
menguntungkan ini cara yang di tempuh pemerintah pada waktu itu adalah dengan
melakukan serangkaian kebijakan berupa deregulasi di sektor riil dan di sektor

moneter. Kebijakan-kebijakan itu antara lain:
1. Kebijakan 1 juni 1983
a. Penghapusan ketentuan pagu kredit (credit ceiling).
b. Pengurangan KLBI kecuali untuk sektor yang berprioritas tinggi.
c. Pembebasan bagi bank-bank untuk menetapkan tingkat bunga
sumber dana dan kredit kecuali sektor yang diprioritaskan.
Untuk memungkinkan pelaksanaan kebijakan moneter melalui operasi pasar
terbuka, bank Indonesia sejak 1984 mengeluarkan Sertifikat Bank Indonesia (SBI)
dan Surat Berharga Pasar Uang (SPBU). Selain instrument tersebut, BI
menyediakan fasilitas diskonto untuk membantu bank yang mengalami kesulitan
likuiditas.

5

2. Paket 27 Oktober 1998
a. Meningkatkan pengerahan dana masyarakat yang dilakukan
meliputi:
1.1 Pembukaan izin pendirian bank-bank baru dengan modal
disetor yang relatif kecil (Bank Umum 10 miliar, Bank
Campuran 50 miliar dan BPR 50 juta).

1.2 Kesempatan peningkatan usaha Bank tabungan dan BPR
menjadi bank umum.
1.3 Kemudahan membuka kantor cabang-cabang baru.
b. Meningkatkan ekspor nonmigas.
c. Peningkatan efisiensi perbankan.
d. Peningkatan kemampuan pengendalian pelaksanaan kebijakan
moneter.
e. Perbaikan iklim pengembangan pasar modal dengan melakukan
perlakuan perpajakan yang seimbang terhadap penghasilan dari
deposito dengan penghasilan dari surat-surat berharga pasar modal.
3. Paket kebijakan 20 Desember 1988
a. Penyelenggaraan bursa efek oleh swasta dan ketentuan lain di
bidang pasar modal.
b. Penyediaan alternatif sumber pembiayaan berupa sewa guna usaha,
pajak piutang, modal ventura, perdagangan surat berharga.
c. Membuka kesempatan mendirikan perusahaan asuransi dan
lembaga pendukungnya.
4. Paket kebijakan 25 Maret 1989
a. Penyempurnaan paket 27 Oktober 1988.
5. Paket kebijakan 29 januari 1990

a. Paket kebijakan ini berkaitan dengan penyempurnaan program
perkreditan untuk usaha kecil meliputi; usaha tani, koperasi,
pengadaan pangan dan gula, investasi, kredit umum dan UKK.
6. Kebijakan paket 28 febuari 1991

6

a. Penyempurnaan paket sebelumnya menuju penyelenggara lembaga
keuangan

dengan

prinsip

kehati-hatian

(prudent

banking


regulation). Pertimbangan dikeluarkannya paket kebijakan ini
karena deregulasi telah membawa perubahan yang sangat besar
terhadap industri perbankan.
7. Paket Kebijakan 29 Mei 1993
a. Penyediaan modal minimum (capital adequacy rati) atau CAR.
b. Batas maksimum pemberian kredit (BMPK).
c. Kredit usaha kecil (KUK).
d. Pembentukan cadangan piutang.
e. Rasio pinjaman terhadap dana pihak ketiga (loan to deposite ratio).

C. Kondisi Perbankan era krisis moneter
Deregulasi dan penerapan kebijakan-kebijakan lain yang terkait dengan
sektor moneter dan riil telah menyebabkan sektor perbankan lebih mempunyai
kemampuan untuk meningkatkan kinerja makroekonomi di Indonesia. Mobilisasi
dana melalui perbankan menjadi lebih besar dan perbankan menjadi lebih besar
peran sertanya dalam menunjang kegiatan di sektor riil melalui peningkatan
produksi barang dan jasa. Deregulasi di atas ternyata kurang diimbangi dengan
manajemen resiko perbankan yang baik. Sehingga kondisinya pada saat itu
adalah:
a. Tingkat kepercayaan masyarakat dalam dan luar negeri terhadap

perbankan di Indonesia menurun drastis.
b. Sebagian besar bank dalam keadaan tidak sehat.
c. Adanya spread negative.
d. Munculnya penggunaan peraturan perundangan yang baru.
e. Jumlah bank menurun.

7

D. Kondisi Perbankan saat ini
Ada beberapa hal penting menandai kondisi terakhir sektor perbankan di
Indonesia, antara lain :
a. Selesainya penyusunan Arsitektur Perbankan Indonesia (API).
b. Serangkaian rencana dan komitmen pemerintah, DPR, dan Bank
Indonesia untuk membentuk atau menyusun lembaga pengawas
perbankan yang independen.
c. Kinerja perbankan yang telah menunjukkan kondisi masa peralihan
atau awal masa pemulihan dari krisis ekonomi kearah kondisi
perbankan yang lebih sesuai dengan praktik-praktik perbankan yang
lebih baik.
d. Peluncuran konsep permodalan baru berupa Basel II yang merupakan

hasil penyempurnaan atas The 1988 Based Capital Accord (Basel II).
e. Pembentukan Lembaga Penjamin Simpanan (LPS).
f. Operasionalisasi Forum Stabilitasi Sistem Keuangan (FSSK).
g. Terbentuknya Otoritas Jasa Keuangan (OJK).
h. Penandatanganan Memorandum of Understanding (MoU).
i. Peningkatan jumlah bank dan kantor bank karena tingkat kepercayaan
masyarakat terhadap industri perbankan mulai menunjukkan perbaikan.

8

BAB II : JENIS BANK


Jenis Bank Menurut Kegiatan Usaha:
A. Bank Umum
Bank umum didefiniskan oleh Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998

sebagai bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional dan/atau
berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya memberikan jasa dalam lalulintas pembayaran.
Kegiatan usaha yang dapat dilakukan oleh bank umum antara lain sebagai
berikut :
1. Memberikan kredit.
2. Memberikan surat pengakuan utang.
3. Menyediakan tempat untuk menyimpan barang dan surat berharga
(safe deposite box).
4. Melakukan kegiatan penitipan untuk kepentingan pihak lain
berdasarkan pada suatu kontrak.
5. Memindahkan uang baik untuk kepentingan sendiri maupun untuk
kepentingan nasabah (transfer).
6. Melakukan kegiatan dalam valuta asing dengan memenuhi ketentuan
yang telah ditetapkan oleh Bank Indonesia.

B. Bank Perkreditan Rakyat
Bank perkreditan rakyat didefiniskan oleh Undang-Undang Nomor 10
Tahun 1998 sebagai bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional
dan/atau berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya tidak memberikan
jasa dalam lalu-lintas pembayaran.
Kegiatan usaha yang dapat dilakukan oleh bank perkreditan rakyat antara
lain sebagai berikut :

9

1. Menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan berupa
deposito

berjangka,

tabungan,

dan/atau

bentuk lainnya

yang

dipersamakan dengan itu.
2. Memberikan kredit.
3. Menyediakan pembiayaan dan penempatan dana berdasarkan prinsip
syariah sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan oleh Bank Indonesia.
4. Menempatkan dananya dalam bentuk Sertifikat Bank Indonesia (SBI).


Jenis Bank Menurut Bentuk Badan Usaha
Badan hukum suatu bank umum dapat berupa:
a. Perseroan Terbatas.
b. Koperasi.
c. Perusahaan Daerah.
Sedangkan badan hukum Bank Perkreditan Rakyat dapat berupa:
a. Perusahaan Daerah.
b. Koperasi.
c. Perseroan Terbatas.
d. Bentuk lain yang ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah.



Jenis Bank Menurut Pendirian dan Kepemilikan

a. Bank Umum
1) Pendirian
Bank umum hanya dapat didirikan dan melakukan kegiatan usaha
dengan izin Direksi Bank Indonesia oleh :





Warga negara Indonesia dan atau badan hukum Indonesia.
Warga negara Indonesia dan atau badan hukum Indonesia dengan
warga negara asing dan atau badan hukum asing secara kemitraan.

10

2) Persetujuan prinsip
Permohonan untuk mendapatkan persetujuan

prinsip

diajukan

sekurang-kurangnya oleh seorang calon pemilik kepala Direksi Bank
Indonesia sesuai dengan format yang telah ditentukan, dan dilampiri
dengan:











Rancangan akta pendirian badan hukum, termasuk rancangan
anggaran dasar.
Data kepemilikan.
Rencana susunan organisasi.
Rencana kerja untuk tahun pertama.
Bukti setoran modal sekurang-kurangnya 30% dari modal disetor
minimum.
Dan lain-lain.

3) Izin usaha
Permohonan untuk mendapatkan izin usaha diajukan oleh direksi bank
kepada Direksi Bank Indonesia sesuai dengan format yang telah
ditentukan dan dilampiri dengan :









Akta pendirian badan hukum.
Data kepemilikan.
Daftar susunan dewan komisaris.
Susunan organisasi serta sistem dan prosedur kerja, termasuk
susnan personalia.
Dan lain-lain.

4) Kepemilikan
Kepemilikan bank oleh badan hukum Indonesia setinggi-tingginya
sebesar modal sendiri bersih badan hukum yang bersangkutan.
5) Dewan komisaris dan direksi
Laporan pengangkatan anggota dewan komisaris atau direksi wajib
disampaikan oleh direksi bank kepada Bank Indonesia selambatlambatnya 10 hari setelah pengangkatan dimaksud disahkan oleh rapat

11

umum pemegang saham atau rapat anggota, disertai dengan notulen
rapat umum pemegang saham atau notulen rapat anggota.
b. Bank Perkreditan Rakyat
BPR hanya dapat didirikan dan dimiliki oleh warga negara Indonesia,
badan Indonesia yang seluruh pemiliknya warga negara Indonesia,
pemerintah daerah, atau dapat dimiliki bersama di antara ketiganya.
Bank umum dan BPR yang bentuk badan hukumnya Perseroan
Terbatas

sangat

dimungkinkan

untuk

mengalami

perubahan

kepemilikan. Perubahan kepemilikan ini terutama karena bank mum
dan BPR yang bentuk hukumnya


Perseroan Terbatas dapat

menerbitkan saham, meskiun hanya saham atas nama.
Jenis Bank Menurut Target Pasar
Secara umum, jenis bank atas dasar target pasarnya dapat
digolongkan menjadi tiga, yaitu :
a. Retail Bank.
b. Corporate Bank.



c. Retail-Corporate Bank.
Jenis Bank Menurut Fungsi
a. Bank Sentral, contohnya : Bank Indonesia, Bank of China.
b. Bank Umum, contohnya : BNI, BRI, BTN, Bank Mandiri.
c. Bank Pembangunan, contohnya : Bank Jatim, Bank DKI, Bank Jabar.
d. Bank Desa.



e. BPR.
Jenis Bank Menurut Status Kepemilikan
a. Bank Milik Negara, contohnya : Bank Bukopin, BTN, BNI, BRI.
b. Bank Milik Swasta Nasional, contohnya : BCA, Bank Mega.
c. Bank Swasta Asing, contohnya : Citibank, HSBC.
d. Bank Pembangunan Daerah, contohnya : Bank Jatim, Bank DKI.



e. Bank Campuran, contohnya : Bank UOB Buana, Bank DSB Indonesia.
Jenis Bank Menurut Kegiatan Operasional
a. Bank Devisa, contohnya : BCA, Bank Mega, Bank Permata.

12



b. Bank Non devisa.
Jenis Bank Menurut Pencipataan Uang Giral
a. Bank Primer.



b. Bank Sekunder.
Jenis Bank Menurut Sistem Organisasi
a. Unit Banking System.
b. Branch Banking System.
c. Holding Company Bank.
d. Multi-Holding Company Bank.



e. Correspondent Banking.
Jenis Bank Menurut Letak Geografis
a. Komunitas bank Lokal.
b. Bank Regional.
c. Bank Multinasional.

13

BAB III: KESEHATAN BANK
A. Kesehatan Bank
1. Pengertian
Kesehatanan bank diartikan sebagai kemampuan suatu bank untuk
melakukan kegiatan operasional perbankan secara normal dan mampu
memenuhi semua kewajibannya dengan baik dengan cara-cara yang sesuai
dengan peraturan perbankan yang berlaku. Pengertian tentang kesehatan
bank tersebut merupakan suatu batasan yang sangat luas, karena kesehatan
bank memang mencakup kesehatan suatu bank untuk melaksanakan
seluruh kegiatan usah perbankannya. Kegiatan tersebut mencakup:
a. Kemampuan menghimpun dana dari masyarakat, dari lembaga lain,
dan dari modal sendiri.
b. Kemampuan mengelola dana.
c. Kemampuan untuk menyalurkan dana ke masyarakat, karyawan,
pemilik modal, dan pihak lain.
d. Pemenuhan peraturan perbankan yang berlaku.

2. Aturan Kesehatan Bank
Berdasarkan Undang-undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang
Perubahan atas Undang-undang No. 7 Tahun 1992 tentang Perbankan,
pembinaan dan pengawasan bank dilakukan oleh Bank Indonesia. Undangundang tersebut lebih lanjut menetapkan bahwa:
a. Bank wajib memelihara tingkat kesehatan bank sesuai dengan
ketentuan kecukupan modal, kualitas aset, kualitas manajemen,
likuditas, rentabilitas, dan aspek-aspek lain yang berhubungan dengan
usaha bank, dan wajib melakukan kegiatan usaha sesuai dengan prinsip
kehati-hatian.
b. Dalam memberikan kredit atau pembiayaan berdasarkan prinsip
syariah dan melakukan kegiatan usaha lainnya, bank wajib menempuh

14

cara-cara yang tidak merugikan bank dan kepentingan nasabah yang
mempercayakan dananya kepada bank.
c. Bank wajib menyampaikan kepada Bank Indonesia segala keterangan,
dan penjelasan mengenai usahanya menurut tata cara yang ditetapkan
oleh Bank Indonesia.
d. Bank atas permintaan Bank Indonesia wajib memberikan kesempatan
bagi pemeriksaan buku-buku dan berkas-berkas yang ada padanya,
serta wajib memberikan bantuan yang diperlukan dalam rangka
memperoleh kebenaran dari segala keterangan, dokumen, dan
penjelasan yang dilaporkan oleh bank yang bersangkutan.
e. Bank Indonesia melakukan pemeriksaan terhadap bank, baik secara
berkala maupun setiap waktu apabila diperlukan.
f. Bank

wajib

menyampaikan

kepada

Bank

Indonesia

neraca,

perhitungan laba rugi tahunan dan penjelasannya, serta laporan berkala
lainnya, dalam waktu dan bentuk yang ditetapkan oleh Bank
Indonesia.
g. Bank wajib mengumumkan neraca perhitungan neraca dan perhitungan
laba rugi dalam waktu dan bentuk yang ditetapkan oleh Bank
Indonesia.
Sesuai Lampiran dari Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 6/23/DPNP
Tanggal 31 Mei 2004 kepada semua bank umum yang melaksanakan kegiatan
usaha secara konvensional perihal setiap penilaian tingkat kesehatan bank umum.
Penilaian tingkat kesehatan bank mencakup penilaian terhadap faktor-faktor
CAMELS, yang terdiri dari: Capital (Modal), Asset Quality (Kualitas asset),
Management (Manajemen), Earning (Rentabilitas), Liquidity (Likuiditas) dan
Sensitivity to Market Risk (Sensitivitas terhadap resiko pasar).

15

BAB IV: RAHASIA BANK
A. Rahasia Bank


Pasal 1 angka 16 UU No. 7 tahun 1992 tentang Perbankan: “Rahasia
bank adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan keuangan, dan
hal-hal lain dari nasabah bank yang menurut kelaziman dunia perbankan



wajib dirahasiakan”.
Pasal 1 angka 28 UU No. 10 tahun 1998: “Rahasia bank adalah segala
sesuatu yang berhubungan dangan keterangan mengenai nasabah
penyimpan dan simpanannya.”

B. Tujuan Penerapan
Dasar dari kegiatan perbankan adalah kepercayaan. Tanpa adanya
kepercayaan dari masyarakat terhadap perbankan dan juga sebaliknya maka
kegiatan perbankan tidak akan dapat berjalan dengan baik.
Ada beberapa faktor yang sangat mempengaruhi tingkat kepercayaan
masyarakat terhadap suatu bank. Faktor-faktor tersebut adalah:
a. Integritas pengurus.
b. Pengetahuan dan Kemampuan pengurus baik berupa pengetahuan
kemampuan manajerial maupun pengetahuan dan kemampuan teknis
perbankan.
c. Kesehatan bank yang bersangkutan.
d. Kepatuhan bank terhadap kewajiban rahasia bank.
Sebagaimana dikemukakan di atas, salah satu faktor untuk dapat
memelihara dan meningkatkan kadar kepercayaan masyarakat terhadap suatu
bank pada khususnya dan perbankan pada umumnya ialah kepatuhan bank
terhadap kewajiban rahasia bank. Maksudnya adalah menyangkut “dapat atau
tidaknya bank dipercaya oleh nasabah yang menyimpan dananya pada bank
tersebut untuk tidak mengungkapkan simpanan nasabah identitas nasabah tersebut
kepada pihak lain”. Dengan kata lain, tergantung kepada kemampuan bank itu
untuk menjunjung tinggi dan mematuhi dengan teguh “rahasia bank”.

16

Data nasabah yang berada di bank, baik data keuangan maupun non
keuangan, seringkali merupakan suatu data yang ingin diketahui oleh pihak lain.
Jumlah kekayaan yang tersimpan di bank bagi nasabah tertentu merupakan
sesuatu yang perlu dirahasiakan dari orang lain. Biodata bagi nasabah tertentu
merupakan data yang harus dirahasiakan. Sebagian nasabah juga menginginkan
agar pinjamannnya dari bank dirahasiakan kepada orang lain. Bila kerahasiaan
data nasabah tidak dapat dijamin oleh bank, maka nasabah akan merasa enggan
untuk berhubungan dengan bank. Dalam usaha mewujudkan terjaminnya rahasia
tertentu dari nasabah yang berada di bank, maka ketentuan tentang rahasia bank
dicantumkan dalam undang-undang perbankan.

a. Dasar Hukum
Secara lebih rinci Undang-undang Nomor 7 tahun 1992 dan undangundang Nomor 10 tahun 1998 mengatur rahasia bank sebagai berikut:
a. Rahasia bank adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan
keterangan mengenai nasabah penyimpan dan simpanannya.
b. Bank wajib merahasiakan keterangan mengenai nasabah penyimpan dan
simpananannya.
c. Ketentuan tersebut berlaku pula bagi pihak terafiliasi.
Pihak terafiliasi adalah:
1) Anggota dewan komisaris, pengawas, direksi, atau kuasanya, pejabat,
atau karyawan bank.
2) Anggota pengurus, pengawas, pengelola, atau kuasanya, pejabat atau
karyawan bank, khusus bagi bank yang berbentuk hukum koperasi
sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku.
3) Pihak yang memberikan jasanya kepada bank, antara lain, akuntan
publik, penilai, konsultan hukum, dan konsultan lainnya.
4) Pihak yang menurut penilaian BI turut mempengaruhi pengelolaan
bank, antara lain, pemegang saham dan keluarganya, keluarga
komisaris, keluarga pengawas, keluarga direksi, keluarga pengurus.

17

b. Pengecualian Terhadap Rahasia Bank
Dalam situasi atau keadaan tertentu sesuai dengan undang-undang,
data nasabah di bank dapat saja tidak harus dirahasiakan lagi.
Pengecualian terhadap rahasia bank tersebut meliputi:
1) Kepentingan perpajakan.
Pimpinan Bank Indonesia atas permintaan menteri Keuangan
berwenang mengeluarkan perintah tertulis kepada bank agar memberikan
keterangan dan memperlihatkan bukti-bukti tertulis serta surat-surat
mengenai keadaan keuangan nasabah penyimpan tertentu kepada pejabat
pajak. Perintah tertulis tersebut harus menyebutkan nama pejabat pajak
dan nasabah wajib pajak yang dikehendaki keterangannya, dan pihak
wajib memberikan keterangan yang diminta.
2) Penyelesaian piutang bank yang diserahkan ke BUPLN atau PUPN.
Pimpinan Bank Indonesia memberikan izin kepada pejabat Badan
Urusan Piutang dan Lelang Negara/ panitia Urusan Piutang Negara untuk
memperoleh keterangan dari bank mengenai simpanan nasabah debitor,
dan pihak bank wajib memberikan keterangan yang diminta. Izin
sebagaimana dimaksud di atas diberikan secara tertulis atas permintaan
tertulis dari Kepala Badan Urusan Piutang dan Lelang Negara/ Ketua
Panitia Urusan Piutang Negara. Permintaan tertulis tersebut di atas harus
menyebutkan nama dan jabatan pejabat Badan Urusan piutang dan Lelang
negara/ Panitia Urusan Piutang Negara, nama nasabah debitor yang
bersangkutan, dan alasan diperlukanya keterangan.
3) Kepentingan peradilan dalam perkara pidana.
Pimpinan Bank Indonesia dapat memberikan izin kepada polisi,
jaksa, atau hakim untuk memperoleh keterangan dari bank mengenai
simpanan tersangka atau terdakwa pada bank, dan pihak bank wajib
memberikan keterangan yang diminta. Izin sebagaimana dimaksud di atas
diberikan secara tertulis atas permintaan tertulis dari kepala kepolisian

18

Republik Indonesia, Jaksa Agung, atau Ketua Mahkamah Agung. Direksi
bank bersangkutan dapat menginformasikan kepada pengadilan tentang
keadaan keuangan nasabah bersangkutan dan memberikan keterangan lain
yang relevan dengan perkara tersebut. Dalam situassi ini bank dapat
menginformasikan keadaan keuangan nasabah yang dalam perkara serta
keterangan yang berkaitan dengan perkara tersebut, tanpa izin dari
pimpina Bank Indonesia.
4) Tukar-menukar informasi antar bank.
Direksi bank dapat memberitahukan keadaan keuangan nasabahnya
kepada bank lain. Tukar-menukar informasi antarbank dimaksudkan
untuk memperlancar dan mengamankan kegiatan usaha bank, antara lain
guna mencegah kredit rangkap serta mengetahui keadaan dan status dari
suatu bank yang lain. Dengan demikian bank dapat menilai tingkat risiko
yang dihadapi, sebelum melakukan transaksi dengan nasabah atau dengan
bank lain.
5) Atas permintaan, persetujuan, atau kuasa dari nasabah penyimpan
yang dibuat secara tertulis.
Bank wajib memberikan keterangan mengenai simpaan nasabah
penyimpan pada bank yang bersangkutan kepada pihak yang ditunjuk
oleh nasabah penyimpan tersebut atas dasar permintaan, persetujuan, atau
kuasa dari nasabah penyimpan yang dibuat secara tertulis.
6) Dalam hal nasabah penyimpan telah meninggal dunia.
Apabila nasabah penyimpan telah meninggal dunia, maka ahli
waris yang sah dari nasabah penyimpan yang bersangkutan barhak
memperoleh keterangan mengenai simpanan nasabah penyimpan tersebut.

19

BAB V: KESIMPULAN
Bank merupakan suatu badan usaha yang dewasa ini sangat erat kaitannya
dengan kehidupan ekonomi suatu masyarakat. Seiring berjalannya waktu, Bank
mengalami perkembangan dari mulai era sebelum deregulasi, sesudah deregulasi,
era krisis ekonomi sampai keadaan Bank saat ini.
Dari kajian diatas, kita dapat menyimpulkan pula bahwa Bank juga harus
memiliki seperangkat kesehatan dimana penilaian tingkat kesehatan Bank
mencakup penilaian terhadap faktor-faktor CAMELS, yang terdiri dari : Capital
(Modal), Asset Quality (Kualitas asset), Management (Manajemen), Earning
(Rentabilitas), Liquidity (Likuiditas) dan Sensitivity to Market Risk (Sensitivitas
terhadap resiko pasar).
Selain itu, suatu Bank juga harus bisa memegang teguh kepercayaan yang
diberikan masyarakat sesuai dengan fungsi Bbank yaitu ‘agent of trust’ atau
tempat kepercayaan. Maka, makalah ini menjelaskan bagaimana suatu Bank harus
menyimpan data-data nasabah sebaik mungkin sehingga terjamin kerahasiaannya
karena kepercayaan masyarakat adalah tolak ukur yang paling utama untuk
eksistensi suatu bank.
Dalam pembahasan yang telah ditulis dalam isi makalah ini, kita dapat
mengetahui bagaimana suatu bank berjalan dan berkembang dari waktu ke waktu,
dan bagaimana syarat-syarat kesehatan suatu bank agar tetap bisa beroperasi dan
bagaimana suatu bank menjalankan amanah dalam menjaga data nasabah yang
dibahas dalam rahasia bank.

20

DAFTAR PUSTAKA
Siamat, Dahlan. 2005. Manajemen Lembaga Keuangan; Kebijakan Moneter dan
Perbankan edisi kelima. Depok: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi
Universitas Indonesia.

Riziiq Ma’rufa, L. “Bank dan Lembaga Keuangan: Perkembangan Perbankan di
Indonesia.”. Dapat ditemukan di halaman:
https://www.academia.edu/10081357/Bank_dan_Lembaga_Keuangan__Perkembangan_Perbankan_di_Indonesia

Maryanto, Wendy. “Kesehatan dan Rahasia Bank Makalah Bank dan Lembaga
Keuangan lainnya.” Dapat ditemukan dihalaman:
https://www.academia.edu/5217306/KESEHATAN_DAN_RAHASIA_BANK_M
AKALAH_BANK_DAN_LEMBAGA_KEUANGAN_LAINNYA

21