Dampak Pemanasan Global dan Prespektif d

1

Daftar Isi

Daftar Isi...........................................................................................................................1
A.

Pendahuluan.............................................................................................................2
1.

Latar Belakang.......................................................................................................2

B. Pembahasan.................................................................................................................2
1. Pemanasan Global dan Dampaknya...........................................................................2
a.

Perubahan Cuaca dan Iklim................................................................................5

b.

Kenaikan permukaan air laut..............................................................................6


c.

Gagal panen besar-besaran.................................................................................6

d.

Kepunahan sejumlah besar spesies.....................................................................7

e.

Hilangnya terumbu karang.................................................................................7

f.

Meningkatnya intensitas dari bencana alam.......................................................8

2.

Dampak dan Ancaman Pemanasan global Indonesia...........................................10

a.

Naiknya Permukaan Air Laut...........................................................................10

b.

Menurunnya Hasil Pertanian............................................................................12

c.

Ancaman Terhadapa Kesehatan Masyarakat Indonesia....................................13

3.

Pandangan Green Politics terhadap Pemanasan Global........................................14

4.

“Think Globally, Act Locally” sebagai solusi demi masa depan Bumi.................17


C. Penutup......................................................................................................................20
1. Kesimpulan..............................................................................................................20
2. Saran........................................................................................................................20
Daftar Pustaka................................................................................................................22

2

Dampak Pemanasan Global dan Pandangan dari
Perspektif Green politics.

A. Pendahuluan
1. Latar Belakang

Perubahan iklim global adalah hal yang menjadi perhatian seluruh
masyarakat di dunia dan selalu menjadi perbincangan hangat mulai dari
masyarakat seperti petani dan nelayan hingga para peneliti dan ilmuan
professional di perguruan tinggi karena hal ini memang mempengaruhi
seluruh aktivitas penduduk bumi. Salah satu penyebab besar perubahan iklim
sendiri adalah pemanasan global.
Meningkatnya suhu global diperkirakan akan menyebabkan perubahanperubahan yang lain seperti naiknya permukaan air laut, meningkatnya

intensitas fenomena cuaca yang ekstrem
Makalah ini akan mendeskripsikan bagaimana dampak pemanasan global
terhadap Indonesia dan Apa yang perlu dilakukan dengan merujuk pada
pemikiran Green Politics.

B. Pembahasan
1. Pemanasan Global dan Dampaknya
Pemanasan global (bahasa Inggris: Global warming) adalah suatu proses
meningkatnya suhu rata-rata atmosfer, laut, dan daratan Bumi. Suhu rata-rata
global pada permukaan Bumi telah meningkat 0.74 ± 0.18 °C (1.33 ± 0.32 °F)
selama seratus tahun terakhir. Intergovernmental Panel on Climate Change
(IPCC) menyimpulkan bahwa, "sebagian besar peningkatan suhu rata-rata
global sejak pertengahan abad ke-20 kemungkinan besar disebabkan oleh

3

meningkatnya konsentrasi gas-gas rumah kaca akibat aktivitas manusia". 1
melalui efek rumah kaca. Kesimpulan dasar ini telah dikemukakan oleh
setidaknya 30 badan ilmiah dan akademik, termasuk semua akademi sains
nasional dari negara-negara G8. Akan tetapi, masih terdapat beberapa

ilmuwan yang tidak setuju dengan beberapa kesimpulan yang dikemukakan
IPCC tersebut.
Model iklim yang dijadikan acuan oleh projek IPCC menunjukkan suhu
permukaan global akan meningkat 1.1 hingga 6.4 °C (2.0 hingga 11.5 °F)
antara tahun 1990 dan 2100. Perbedaan angka perkiraan itu disebabkan oleh
penggunaan skenario-skenario berbeda mengenai emisi gas-gas rumah kaca
pada masa mendatang, serta model-model sensitivitas iklim yang berbeda.
Walaupun sebagian besar penelitian terfokus pada periode hingga 2100,
pemanasan dan kenaikan muka air laut diperkirakan akan terus berlanjut
selama lebih dari seribu tahun walaupun tingkat emisi gas rumah kaca telah
stabil.2 Ini mencerminkan besarnya kapasitas kalor lautan.
Pada awal 1896, para ilmuwan beranggapan bahwa membakar bahan
bakar fosil akan mengubah komposisi atmosfer dan dapat meningkatkan suhu
rata-rata global. Hipotesis ini dikonfirmasi tahun 1957 ketika para peneliti yang
bekerja pada program penelitian global yaitu International Geophysical Year,
mengambil sampel atmosfer dari puncak gunung Mauna Loa di Hawai.
Hasil pengukurannya menunjukkan terjadi peningkatan konsentrasi
karbon dioksida di atmosfer. Setelah itu, komposisi dari atmosfer terus diukur
dengan cermat. Data-data yang dikumpulkan menunjukkan bahwa memang
terjadi peningkatan konsentrasi dari gas-gas rumah kaca di atmosfer.

Para ilmuwan juga telah lama menduga bahwa iklim global semakin
menghangat, tetapi mereka tidak mampu memberikan bukti-bukti yang tepat.
1 Summary for Policymakers" (PDF). Climate Change 2007: The Physical Science Basis.
Contribution of Working Group I to the Fourth Assessment Report of the Intergovernmental Panel
on Climate Change. Intergovernmental Panel on Climate Change. 05-02-2007. Diarsipkan dari
versi asli (PDF) tanggal 2007-02-03. Diakses pada
2 Ibid.

4

Suhu terus bervariasi dari waktu ke waktu dan dari lokasi yang satu ke lokasi
lainnya. Perlu bertahun-tahun pengamatan iklim untuk memperoleh data-data
yang menunjukkan suatu kecenderungan (trend) yang jelas. Catatan pada akhir
1980-an agak memperlihatkan kecenderungan penghangatan ini, akan tetapi
data statistik ini hanya sedikit dan tidak dapat dipercaya.
Stasiun cuaca pada awalnya, terletak dekat dengan daerah perkotaan
sehingga pengukuran suhu akan dipengaruhi oleh panas yang dipancarkan oleh
bangunan dan kendaraan dan juga panas yang disimpan oleh material bangunan
dan jalan. Sejak 1957, data-data diperoleh dari stasiun cuaca yang terpercaya
(terletak jauh dari perkotaan), serta dari satelit. Data-data ini memberikan

pengukuran yang lebih akurat, terutama pada 70 persen permukaan planet yang
tertutup lautan. Data-data yang lebih akurat ini menunjukkan bahwa
kecenderungan menghangatnya permukaan Bumi benar-benar terjadi. Jika
dilihat pada akhir abad ke-20, tercatat bahwa sepuluh tahun terhangat selama
seratus tahun terakhir terjadi setelah tahun 1980, dan tiga tahun terpanas terjadi
setelah tahun 1990, dengan 1998 menjadi yang paling panas.
Dalam laporan yang dikeluarkannya tahun 2001, Intergovernmental
Panel on Climate Change (IPCC) menyimpulkan bahwa suhu udara global
telah meningkat 0,6 derajat Celsius (1 derajat Fahrenheit) sejak 1861. Panel
setuju bahwa pemanasan tersebut terutama disebabkan oleh aktivitas manusia
yang menambah gas-gas rumah kaca ke atmosfer. IPCC memprediksi
peningkatan suhu rata-rata global akan meningkat 1.1 hingga 6.4 °C (2.0
hingga 11.5 °F) antara tahun 1990 dan 2100.
IPCC panel juga memperingatkan, bahwa meskipun konsentrasi gas di
atmosfer tidak bertambah lagi sejak tahun 2100, iklim tetap terus menghangat
selama periode tertentu akibat emisi yang telah dilepaskan sebelumnya. Karbon
dioksida akan tetap berada di atmosfer selama seratus tahun atau lebih sebelum
alam mampu menyerapnya kembali.3

3 http://www.ipcc.ch/ipccreports/ar4-syr.htm


5

Jika emisi gas rumah kaca terus meningkat, para ahli memprediksi,
konsentrasi karbon dioksida di atmosfer dapat meningkat hingga tiga kali lipat
pada awal abad ke-22 bila dibandingkan masa sebelum era industri. Akibatnya,
akan terjadi perubahan iklim secara dramatis. Walaupun sebenarnya peristiwa
perubahan iklim ini telah terjadi beberapa kali sepanjang sejarah Bumi,
manusia akan menghadapi masalah ini dengan risiko populasi yang sangat
besar.

Dampak Pemanasan Global antara lain adalah sebagai berikut

a. Perubahan Cuaca dan Iklim

Meningkatnya suhu permukaan Bumi dalam kurun waktu satu abad
terakhir telah mengubah cuaca dan iklim diberbagai wilayah Bumi,
terutama di daerah Kutup Utara. Kawasan kutub kini mengalami
pemanasan global lebih cepat dari kawasan lain di dunia. Pengukuran
yang dilakukan 300 pakar iklim dari delapan negara yang lokasinya

berbatasan dengan Kutub Utara menunjukan, dalam tiga dekade terakhir,
lapisan es di lautan sekitar kutub menyusut sekitar 990 ribu kilometer

6

persegi.4 Hasil penelitianmnyebutkan bahwa kawasan kutub utara
mengalami pemanasan global lebih cepat dari tempat lain.

b. Kenaikan permukaan air laut

Laju penyusutan lapisan es di lautan sekitar kutub, diperkirakan
akan terus berlanjut hingga tahun 2080 mendatang, sampai semuanya
mencair. Dampaknya adalah meningkatnya permukaan air laut global.
Dalam 20 tahun terakhir ini, permukaan air laut sudah naik rata-rata
delapan centimeter. Jika semua lapisan es mencair, diperkirakan
permukaan air laut akan naik rata-rata 90 centimeter.

c. Gagal panen besar-besaran.
Menurut penelitian, sekitar 3 miliar orang di seluruh dunia harus
memilih untuk pindah ke wilayah beriklim sedang karena kemungkinan

adanya ancaman kelaparan akibat perubahan iklim dalam 100 tahun.
Perubahan iklim ini diramalkan memiliki dampak yang paling parah pada
pasokan air. Kekurangan air akan mengancam produksi pangan,
mengurangi sanitasi, menghambat pembangunan ekonomi dan kerusakan
ekosistem. Hal ini menyebabkan perubahan suasana lebih ekstrim antara
banjir dan kekeringan. Salah satu kasus gagal panen akibat pemanasan
globs adalah gagal panen di afrika selatan. 5 PBB mengatakan sejumlah
14 juta orang di seluruh Afrika bagian selatan, tidak mengetahui di mana
mereka bisa mendapatkan makanan. Sebanyak 2,5 juta orang berada
dalam krisis dan membutuhkan bantuan kemanusiaan mendesak.Daerah
ini sedang dalam cengkeraman kekeringan intens, yang didorong oleh
4 Greenpeace. “Perubahan Iklim Global” www.greenpeace.org/kutubutara
/id/campaigns/perubahan-iklim-global diakses 18 Februari 2016.
5 NationalGeograpic, 2016. “El Nino Gagalkan Panen Di Afrika Selatan“
http://nationalgeographic.co.id/berita/2016/02/el-nino-gagalkan-panen-di-afrika-selatan diakses 18
Februari 2016

7

salah satu peristiwa iklim El Nino terkuat dari 50 tahun terakhir. El Nino

menghasilkan kekeringan ekstrim, dan kekurangan air akut di beberapa
bagian dunia dan curah hujan berat menyebabkan banjir di daerah
lainnya.Kurangnya hujan di Afrika bagian selatan menyebabkan
penundaan yang lama untuk penanaman dan mengakibatkan gagal panen
meluas. Juru bicara Program Pangan Dunia, Bettina Luescher
mengatakan kepada VOA bahwa orang-orang telah berjuang untuk
mengatasi kerugian.

d. Kepunahan sejumlah besar spesies.

Menurut penelitian yang dipublikasikan dalam Nature, peningkatan suhu
dapat menyebabkan kepunahan lebih dari satu juta spesies. Hal ini akan
membawa dampak buruk bagi manusia. .

Menurut Chris Thomas,

seorang staff konservasi biologi dari University of Leeds.Perubahan
iklim yang terjadi sekarang ini diperkirakan sama besarnya dengan
ancaman terhadap jumlah spesies yang masih hidup di Bumi akibat
penghancuran dan perubahan habitat. 6
e. Hilangnya terumbu karang

Sebuah laporan tentang terumbu karang dari WWF mengatakan
bahwa dalam skenario terburuk, populasi karang akan runtuh pada tahun
2100 karena suhu dan keasaman laut meningkat. 'Pemutihan' karang
akibat kenaikan suhu laut yang terus-menerus sangat berbahaya bagi
ekosistem laut, dan banyak spesies lainnya di lautan bergantung pada
terumbu karang untuk kelangsungan hidup. Meskipun luas lautan 71
persen dari permukaan bumi dengan kedalaman rata-rata hampir 4
6 DW.com “Dampak Pemanasan Global Jadi Ancaman” www.dw.com/id/dampak-pemanasanglobal-jadi-ancaman.../a-18037898 di akses 18 februari 2016

8

km,terdapat indikasi bahwa hal ini mendekati titik kritis. Bagi terumbu
karang, pemanasan dan pengasaman air akan

mengancam hilangnya

ekosistem global.

f. Meningkatnya intensitas dari bencana alam
Selama satu dekade terakhir, kita telah melihat suatu peningkatan
intensitas dari bencana alam di seluruh dunia. Melalui media masa, dan
bagi sebagian dari kita, melalui pengalaman langsung, kita telah
menyaksikan kekuatan alam yang luar biasa. Belum lama ini, kita telah
mengalami bencana alam yang diciptakan oleh tsunami-tsunami di Asia
dan Jepang, gempa bumi di Pakistan, Haiti dan China, serta badai Katrina
dan lainnya di Amerika Utara dan Tengah. Hal yang belum pernah terjadi
sebelumnya ini menyebabkan kerusakan dan kehilangan jumlah jiwa
sangat besar yang membuat terpatri dalam pikiran kita, karena besarnya
skala dari bencana tersebut.
Beberapa fakta-fakta tentang pemanasan global tersebut, tersedia
melalui statistik di Strategi Internasional untuk Pengurangan Bencana, dan
Pusat Riset Epidemiologi Bencana, anak perusahaan dari PBB. Badanbadan tersebut memperlihatkan bahwa telah terjadinya peningkatan tren
dalam bencana alam, terutama selama dua dekade terakhir ini.

9

Lembaga ilmiah paling bergengsi di dunia juga setuju bahwa Bumi
menjadi semakin hangat. IPCC, sebuah panel ilmiah PBB untuk perubahan
iklim, menyatakan bahwa di tahun 2007 telah terjadi kenaikan sekitar tigaperempat derajat Celsius pada suhu di Bumi selama satu abad terakhir, di
mana kebanyakan dari dampak pemanasan global tersebut terjadi selama
beberapa dekade terakhir.
Beberapa akademi-akademi ilmiah nasional mengklaim bahwa
aktivitas manusia lah yang telah memainkan peranan utama dalam
menyebabkan pemanasan global selama beberapa dekade terakhir.
Ilmuwan-ilmuwan modern mengatakan hal ini terjadi karena setiap
tahunnya, aktivitas manusia menyebabkan milyar-an ton gas rumah kaca
dilepaskan ke atmosfer.


Bencana Tsunami, Selain bisa menenggelamkan pulaupulau kecil di Indonesia, meningkatnya pemukaan air laut

10

akibat pemanasan global juga bisa menyebabkan abrasi
atau banjir didaerah pesisir pantai bahkan bukan tidak
mungkin terjadinya bencana tsunami. Tentu kita tidak mau
kejadian Tsunami Aceh 2004 terulang lagi, maka dari ini itu
kita harus sedini mungkin melakukan aktivitas go green.


Meningkatnya Intensitas Badai, Salah satu dampak yang
diakibatkan oleh pemanasan global adalah meningkatnya
intensitas badai. Sebuah penelitian terbaru mengungkapkan
bahwa

ada

keterkaitan

yang

erat

antara

peristiwa

pemanasan global dengan terjadinya badai yang semakin
sering terjadi. Perlu diingat bahwa badai sangat merugikan
manusia karena dapat merusak segala sesuatu yang ada
dibumi.

2. Dampak dan Ancaman Pemanasan global Indonesia

Perubahan iklim global yang dipengaruhi pemanasan global memiliki
pengaruh yang signifikan dan ancaman bagi Indonesia. Hal-hal tersebut
antara lain adalah
a. Naiknya Permukaan Air Laut

"Menurut para ahli, pada 2050 akan ada kenaikan permukaan air laut
setinggi 90 CM sehingga bisa menenggelamkan 2.000 pulau kecil di
Indonesia,"7

7 Republika.co.id/ “2.000 Pulau di Indonesia Terancam Tenggelam“
http://nasional.republika.co.id/berita/nasional/umum/15/12/17/nzgmfp361-2000-pulau-diindonesia-terancam-tenggelam diakses pada 18 Februari 2016

11

Menurut hasil penelitian, suhu udara di Indonesia telah meningkat
sebesar 0,3 C sejak tahun 1900 (Hulme and Sheard, 1999), peningkatan
suhu ini terjadi sepanjang musim. Sementara itu terjadi perubahan cuaca
dan musim hal ini ditandai oleh peningkatan curah hujan disatu wilayah,
sedangkan di wilayah lain terjadi pengurangan curah hujan sebesar 2-3%
(Hulme and Sheard, 1999). Selain siklus harian dan musiman keragaman
iklim di Indonesia juga ditandai dengan siklus beberapa tahun antara lain
siklus fenomena global ENSO (El Nino Southern Oscillation). ENSO
mempunyai siklus 3 - 7 tahun, tapi setelah dipengaruhi perubahan iklim
diduga siklus ENSO menjadi lebih pendek antara 2 - 5 tahun (Ratag,
2001). Hal ini akan berakibat kekeringan yang lebih sering terjadi di
berbagai wilayah Indonesia, seperti di Nusa Tenggara Timur, Nusa
Tenggara Barat dan beberapa wilayah di Timur Pulau Jawa. Kekeringan
yang terjadi akan mempengaruhi pada banyak sektor

kehidupan dan

pembangunan, misalnya kekeringan akan mempengaruhi produksi
pertanian, kesulitan dalam penyediaan sumber air. pengurangan debit air
untuk bendungan dan sebagainya.

12

Gambar 1.1. Data Historis Kenaikan Curah hujan dan Temperatur
Tahunan di Indonesia
Peneliti lingkungan hidup di Indonesia memperkirakan naiknya
permukaan air laut setinggi 60 cm di tahun 2070. Penduduk pesisir akan
kehilangan tempat tinggalnya, dan Indonesia akan kehilangan industri
pariwisata bahari. Selain itu perubahan iklim akan mengakibatkan suhu
dan pola hujan yang tidak tentu, sehingga para petani akan kesulitan
menentukan

masa

kerjanya.

Untuk

lingkup

yang

lebih

besar,

keanekaragaman hayati dunia terancam punah, karena habitat individu
akan terdegradasi dan hanya individu yang kuat saja yang bisa melewati
seleksi alam. Secara hitungan ekonomis, global warming merugikan dunia
sebanyak 5 triliun dollar AS.

b. Menurunnya Hasil Pertanian
Pemanasana global berdampak pada pertanian. Banyak produk
pertanian terutama di negara berkembang seperti Indonesia, yang
bergantung pada musim dan iklim. Dampak perubahan iklim akibat
pemanasan global terhadap ketahanan pangan, antara lain sebagai berikut :

13



Kekeringan di wilayah pertanian yang mengakibatkan tanaman
pertanian rusak



Banjir di wilayah pertanian akan merendam tanaman pertanian
yang mengakibatkan gagal panen.



Kerawanan pangan akan meningkat di wilayah yang rawan
bencana kering dan banjir



Tanaman pangan dan hutan dapat mengalami serangan hama dan
penyakit yang meningkat populasinya akibat perubahan iklim

c. Ancaman Terhadapa Kesehatan Masyarakat Indonesia
Dampak pemanasan global secara umum jugan mengancam
kesehatan manusia. Dampak pemanasan global terhadap kesehatan
manusia adalah sebagai berikut.


Meningkatnya kasus alergi dan penyakit pernapasan karena udara
yang lebih hangat memperbanyak polutan, seperti spora jamur dan
serbuk sari tumbuhan.



Meluasnya penyebaran penyakit. Sebagai contoh, DBD dan
malaria adalah penyakit tropis yang saat ini telah menyebar ke
daerah subtropis. Penyebabnya adalah suhu di udara subtropis yang
saat ini menjadi lebih hangat sehingga patogen dapat berkembang
biak di daerah subtropis.



Meningkatnya penyakit infeksi, yang semula menginfeksi hewan
kemudian dapat menginfeksi manusia. Contohnya adalah flu
burung dan flu babi.

14



Meningkatnya kasus orang meninggal akibat penyakit yang dipicu
oleh cuaca panas, misalnya stress, stroke, dehidrasi, jantung dan
ginjal.

3. Pandangan Green Politics terhadap Pemanasan Global
Lingkungan merupakan salah satu isu hubungan internasional yang kini
mendapatkan posisi banyak dalam interaksi hubungan internasional. Hal ini
disebabkan dampak yang diberikan oleh isu ini sangat mengancam
kelangsungan hidup bumi dan isinya. Sehingga diperlukan adanya tindakan
tepat dalam menangani masalah lingkungan ini.
Banyak ahli lingkungan yang melihat paradigma penyelesaian masalah
lingkungan selama ini sangat antroposentris. Antroposentris yakni sebuah
pandangan hidup yang menganggap alam diciptakan hanya untuk
kepentingan manusia dan bersifat eksploitatif, dengan melihat adanya
dualisme antara lingkungan dan manusia.
Ada dua pandangan berbeda dalam ilmu hubungan internasional dalam
memangdang isu lingkungan yaitu environmentalism dan green politics.
Matthew Patterson (dalam Burchill, 2001) mengatakan bahwa terdapat
perbedaan mengenai environmentalism dengan green politics. Perbedaan
secara umum adalah bahwa para environmentalist menerima struktur yang
ada, oleh karena itu perhatian terhadap isu-isu lingkungan dapat diberikan
melalui struktur yang ada. Pendekatan yang digunakan oleh environmentalist
adalah pendekatan liberal institusional, yaitu percaya bahwa institusi
internasional dapat memberikan solusi terhadap masalah lingkungan yang
dihadapi.

15

aterson (dalam Burchill, 2001) menjelaskan bahwa Green Politics atau
Teori Hijau juga memiliki asumsi-asumsi yang mendasarinya. Asumsi yang
pertama yakni kaum ini lebih mengacu terhadap penolakan konsep
anthropocentric atau human-centered. Konsep yang dimaksud yakni bahwa
segala kebaikan yang ada di alam hanya berpusat pada manusia, sehingga
adanya konsep anthropocentric ini akan membuat manusia cenderung untuk
bertindak eksploitatif dengan berlebihan terhadap alam untuk memenuhi
kebutuhan hidup manusia itu sendiri. Oleh karena itu, perpektif teori hijau ini
menolak akan konsep anthropocentric tersebut karena dianggap merugikan
kondisi alam. Asumsi yang kedua yakni pertumbuhan penduduk yang
semakin meningkat akan mengakibatkan lahan yang ada di alam semakin
berkurang karena dijadikan tempat tinggal. Selain itu, semakin bertambahnya
populasi manusia juga akan berpengaruh terhadap sumber daya alam yang
ada di alam. Oleh karena itu, pembangunan lahan dan pengolahan sumber
daya alam harus disesuaikan serta harus dirawat dan dilestarikan agar
kelestarian lingkungan tetap terjaga dengan baik dan tidak merugikan
lingkungan. Asumsi yang ketiga yakni

konsep desentralisasi. Teori ini

mempercayai bahwa jika dalam suatu negara terdapat banyak anggota
penduduk didalamnya maka untuk mencapai lingkungan yang lestari atau
perbaikan lingkungan tidak akan terwujud, dibutuhkan komunitas yang lebih
kecil atau pendesentralisasian dalam mewujudkan perbaikan lingkungan.
Teori ini beranggapan bahwa dengan adanya komunitas lokal yang lebih kecil
dari negara maka diharapakan dapat memberikan perlindungan dan perawatan
terhadap lingkungan (Paterson dalam Burchill, 2001: 238).8
Dua konsep utama

Green politics

adalah keberlanjutan ekologis

(ecological sustainability) serta desentralisasi tata kelola lingkungan, menjadi
jalan alternatif bagi penyelesaian masalah lingkungan yang biasanya
bertumpu

pada

konsep

pembangunan

keberlanjutan

(sustainable

8 Paterson, Matthew. 2001. In: Scott Burchill, et al, Theories of International Relations, Palgrave,
pp. 277-307.

16

development) dan pembentukan rezim lingkungan internasional

yang

terbukti belum dapat menyelesaikan problem lingkungan dunia.
Green politics menawarkan konsep desentralisasi sebagai implementasi
kontrol yang lebih baik dalam mengatasi kontrol level global dapat lebih
efektif dilaksanakan dalam skala yang lebih kecil, yakni skala komunitas
lokal yang langsung memiliki interdependensi tehadap alam sekitar dalam
kehidupn mereka. Dengan konsep itu, selama beberapa tahun terakhir ini,
keberadaan green politics bisa membawa perubahan signifikan dalam
kebijakan prolingkungan. Mengutip Charlene Spretnak dalam Spiritual
Dimension of Green Politics, yang mengatakan:

Betapa pentingnya mengembangkan green politics (politik
hijau); gerakan politik sadar ekologi. Oleh karena itulah
kebijakan-kebijakan sosial-poltik-ekonomi kita sudah saatnya
mempertimbangkan soal lingkungan hidup. 18

Para pemikir Green Politics, Eckersley, Goodin dan Dobson yang biasa
disebut sebagai kelompok Green Politics mengkritik eksploitasi manusia
terhadap lingkungan, alasannya dengan mengatakan:
“Pada dasarnya pemikiran ini adalah menekankan pada
pentingnya suatu paham serta upaya yang berlandaskan pada
ecocentrism,

yaitu suatu bentuk penolakan atas pandangan

anthropocentris
keseimbangan

atas
antara

dunia.
alam

Yang

dan

terpenting

manusia.

adalah

Pada

saat

keseimbangan tadi tidak lagi bersifat seimbang, maka pada saat
itulah kerusakan akan terjadi, istilahnya adalah Katastrophe,
atau bencana”.9
9 Mattew Patterson, 2001,“Green Politics”, dalam Burchill, Schoot, and all, “Theories of
International Relation , 2nd Edition, Palgrave Macmillan: New York, hal 277.

17

Pemikiran desentralisasi dalam bentuk sederhananya dapat diungkapkan
dengan istilah ‘think globally, act locally’ yang memiliki arti berpikir secara
global berarti menyebarkan pemikiran mengenai lingkungan dan kemudian
melakukan aksi konkret pada lingkungannya.10

4. “Think Globally, Act Locally” sebagai solusi demi masa depan Bumi

Salah satu upaya negara negara di dunia terlihat dalam Protokol Kyoto
yang merupakan kelanjutan dari Konvensi Kerangka PBB tentang Perubahan
Iklim dengan nama resmi Kyoto Protocol to the United Nations Framework
Convention on Climate Change (UNFCCC) yang dirancang pada tahun 1997
di Kyoto, Jepang. Penanda tanganan Protokol Kyoto mulai dibuka pada 16
Maret 1998 dan ditutup pada 15 Maret 1999, dan mulai berlaku pada 16
Februari 2005 setelah ratifikasi resmi yang dilakukan Rusia pada 18
November 2004. Isi dari Protokol Kyoto sendiri adalah, intinya, mencegah
pemanasan global dengan mengurangi gas emisi dan mengurangi faktorfaktor penyebab pemanasan global.
Slogan “Think Globally, Act Locally” tersebut memang benar dan tepat
untuk diterapkan karena seperti kita ketahui protokol kyoto yang dirancang
tahun 1997 tidak serta merta terbentuk, sebelumnya telah diselenggarakannya
Konferensi Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) tentang Lingkungan hidup
pada tahun 1972 di Stockholm, Swedia. Dua dasawarsa kemudian isu
lingkungan hidup diangkat kembali dalam konferensi PBB tentang
lingkungan hidup di Rio De Janeiro, Brazil tahun 1992, yang sebelumnya
diawali dengan konferensi PBB mengenai perubahan iklim dunia di Montreal,

10 Paterson, Matthew, 2001. in; Scott Burchill, et al, Theories of International Relations, Palgrave,
pp. 277-307.

18

Kanada tahun 1990.11 Namun berbagai konvensi tersebut sampai saat ini
masih mengalami banyak permasalahan.
Permasalahan ini menurut kami ini disebabkan inkonsistensi oleh negara
maju disebabkan oleh kepentingan ekonomia yang notabene negara-negara
tersebut adalah aktor utama, dan juga kurangnya kesadaran sebagai warga
dunia. Dalam perkembangannya Protokol Kyoto mengalami hambatan hal ini
menurut kami disebabkan oleh Amerika Serikat yang merupakan negara
penghasil emisi terbesar dunia di antara negara-negara maju lainnya yang
tergolong dalan negara Annex I. Pada awal perundingan Protokol Kyoto,
Amerika Serikat di bawah kepemimpinan Presiden Bill Clinton memberikan
sikap pro terhadap Protokol Kyoto melalui pendandatangan perjanjian ini
oleh Amerika Seikat pada 12 November 1998 (www.unfccc.int). Namun
dalam perkembangannya, pemerintahan Clinton tidak mengajukan Protokol
Kyoto untuk diproses oleh Senat. Setelah tampuk kepemimpinan Amerika
Serikat berpindah tangan kepada Presiden George Walker Bush, pemerintah
menolak untuk meratifikasi Protokol Kyoto (www.eoearth.org).

11 1 Richard W Mansbach, Global Puzzle: Issues and actors in Global politics, Houghton Mifflin
Company, Boston,1997, hal 14

19

)

12

China merupakan negara berkembang yang ikut menandatangani
perjanjian Protokol Kyoto pada 29 Mei 1998 dan kemudian meratifikasinya
pada 30 Agustus 2000 (www. unfccc.int). Akan tetapi, posisi China sebagai
negara berkembang menjadikan China masuk dalam golongan negara NonAnnex I. Hal ini berarti, China tidak memiliki kewajiban untuk mencapai
target penurunan emisi dalam level tertentu. Padahal, dalam perkembangan
dan pembangunan ekonomi dan industrialisasi yang dilakukan oleh China
12 Appinsys Global Warming
http://www.appinsys.com/globalwarming/GW_5GH_CO2Sources.htm diakses pada 18 Februari
2016.

20

telah menjadikan negeri tirai bambu ini sebagai salah satu kontributor emisi
terbesar di dunia.
Dan selain itu juga akhirnya Jepang menolak untuk ikut serta dalam
protokol kyoto periode kedua dan lebih memilih untuk melakukan tindakan
secara sukarela dalam menurunkan emisi dengan menetapkan target sendiri
dalam membatasi pengeluaran emisi hasil industrinya. Namun demikian,
Jepang justru mendesak Amerika Serikat dan Cina untuk ikut dalam protokol
kyoto di periode yang kedua.
Tidak hanya penolakan yang dilakukan oleh negara-negara maju tersebut,
hambatan besar juga datang dari negara anggotanya yaitu Kanada yang
menyatakan mundur dari perjanjian ini.
Pada desember 2011, Kanada menyatakan secara resmi mundur dari
Protokol Kyoto, satu-satunya perjanjian internasional yang memasang target
jelas pengurangan emisi gas rumah kaca, Senin (12/12/2011) waktu setempat.
Kanada menjadi negara pertama yang mundur dari perjanjian ini dan menjadi
pukulan berat bagi usaha PBB untuk menangani masalah pemanasan global.
Di bawah perjanjian itu, Kanada diwajibkan menurunkan emisi gas
karbon dioksida sebesar 6 persen dari tingkat emisi tahun 1990 pada tahun
2012. Alih-alih memenuhi target ini, emisi karbon dari Kanada justru
meningkat drastis. Tahun lalu saja, emisi gas ini di negara itu sudah
meningkat 35 persen dibandingkan dengan tingkat emisi tahun 1990. Kanada
merasa memiliki hak untuk memutuskan mundur dari Protokol Kyoto dan
berpendapat ada jalan lain selain Protokol Kyoto. Dengan mundur dari
Protokol Kyoto, Kanada terbebas dari kewajiban membayar denda sebesar 14
miliar dollar Kanada (sekitar Rp 123,23 triliun). 13

13 Kompas.com,“Kanada Mundur dari Protokol Kyoto”
http://sains.kompas.com/read/2011/12/13/0807097/Kanada.Mundur.dari.Protokol.Kyoto diakses
18 Februari 2016

21

C. Penutup
1. Kesimpulan.

Kesimpulan kami adalah tindakan lokal yang didasari atas etika kesadaran
dan tanggung jawab adalah hal yang pentng untuk mengurangi dampak perubahan
iklim global yang faktor utamanya adalah pemanasan global. Setelah tindakantindakan lokal oleh masyarakat internasional diberlakukan barulah kami yakin
bahwa apa yang dikatakan Greene akan bisa tercapai, bahwa Kerusakan
lingkungan hidup menjadi perhatian di lingkungan global, dimana aktor-aktor non
negara memainkan peranan penting dalam merespon permasalahan lingkungan
hidup internasional. Respon terhadap permasalahan lingkungan global berfokus
pada

perkembangan

internasional.14

dan

implementasi

dari

rezim

lingkungan

hidup

Tinkat lokal penting karena dalam decision making negara

demokratis rakya lewat parlemen memiliki pengaruh yang paling besar.

2. Saran
Saran dari kelompok kami adalah pendidikan lingkungan harus diterapkan
sedini terutama dari tingkat Pendidikan Anak Usia Dini dan Sekolah Dasar karena
5 tahun pertama pertumbuhan seorang anak adalah pembentuk utama karakternya.
Yang kedua adalah hal yang lebih praktis bagi pemerintah adalah mewajibkan
bagi setiap pemilik kendaraan bermotor bertanggung jawab atas emisi gas
buangnya dengan menanam pohon dalam hal ini kami menyarankan 4 pohon
untuk roda 4 dan 1 pohon untuk roda dua dan jika yang bersangkutan memiliki
kesulitan untuk mematuhinya ia dikenakan pajak emisi dengan membayar
sejumlah dana dan dana itu digunakan pemerintah untuk reboisasi hutan dengan
jumlah yang setara.

14 Owen Greene, , “Environmental Regimes : Effectiveness and Implementation Review” dalam
John Vogler dan Mark F Imber, The Environment and nternational Relations, Routledge, New
York, 1996, hal. 202

22

Daftar Pustaka

Buku
Mattew Patterson, 2001,“Green Politics”, dalam Burchill, Schoot, and all, “Theories of
International Relation , 2nd Edition, Palgrave Macmillan: New York, 2001.
Greene , Owen, , “Environmental Regimes : Effectiveness and Implementation Review” dalam
John Vogler dan Mark F Imber, The Environment and nternational Relations, Routledge,
New York, 1996.
Mansbach , Richard W, Global Puzzle: Issues and actors in Global politics, Houghton Mifflin
Company, Boston,1997

23

Jurnal
Summary for Policymakers" (PDF). Climate Change 2007: The Physical Science Basis.
Contribution of Working Group I to the Fourth Assessment Report of the Intergovernmental
Panel on Climate Change. Intergovernmental Panel on Climate Change. 05-02-2007.
Diarsipkan dari versi asli (PDF) tanggal 2007-02-03. Diakses pada

Media Online
Appinsys Global Warming http://www.appinsys.com/globalwarming/GW_5GH_CO2Sources.htm
diakses pada 18 Februari 2016.
DW.com “Dampak Pemanasan Global Jadi Ancaman” www.dw.com/id/dampak-pemanasanglobal-jadi-ancaman.../a-18037898 di akses 18 februari 2016
Greenpeace. “Perubahan Iklim Global” www.greenpeace.org/kutubutara /id/campaigns/perubahaniklim-global diakses 18 Februari 2016.
Kompas.com,“Kanada Mundur dari Protokol Kyoto”
http://sains.kompas.com/read/2011/12/13/0807097/Kanada.Mundur.dari.Protokol.Kyoto
diakses 18 Februari 2016
NationalGeograpic, 2016. “El Nino Gagalkan Panen Di Afrika Selatan“
http://nationalgeographic.co.id/berita/2016/02/el-nino-gagalkan-panen-di-afrika-selatan
diakses 18 Februari 2016
Republika.co.id “2.000 Pulau di Indonesia Terancam Tenggelam“
http://nasional.republika.co.id/berita/nasional/umum/15/12/17/nzgmfp361-2000-pulaudi-indonesia-terancam-tenggelam diakses pada 18 Februari 2016