Definisi Dasar Hukum Rukun dan Syarat Sy

Definisi, Dasar Hukum,Rukun dan Syarat Syirkah
Makalah ini di susun guna Memenuhi Tugas
Mata Kuliah Fiqih mu’amalah
Dosen Pengampu :
Imam Mustofa, S.H.I., M.S.I.

Disusun oleh:
Echa Rizkiya Cahyaning (1502100041)
Kelas C

S1 PERBANKAN SYARIAH
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI
(STAIN) JURAI SIWO METRO
2016/2017

1

Kata Pengantar
Assalamu’alaikum ,
Dengan nama Allah yang Maha Pengsih lagi Maha Penyayang, serta puji
syukur yang tak terhingga hanya patut penyusun sembahkan kepada Tuhan

yang Maha Esa, karena telah berkenan

memberikan kekuatan, ketekunan,

kemampuan kesempatan, dan pemikiran kepada penyusunan makalah ini dapat
mencapai tahap penyelesaian berjudul “Definisi, Dasar Hukum,Rukun dan Syarat
Syirkah” walaupun dalam bentuk dan kondisi yang sederhana, baik dilihat dari
segi pembahasan maupun sistematika penyusunan.
Makalah ini dibuat dalam rangka memenuhi tugas Fiqih Muamalah.
Dalam rangka penyusunan makalah ini penyusun mengakui karena adanya
kemampuan yang sangat terbatas untuk itu penyusun banyak menemui kesulitan
dan hambatan dalam penyusunan makalah ini. Penyusunan makalah ini telah
diupayakan sebaik-baiknya, namun penyusun menyadari sebagai manusia biasa
bahwa penyusunan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu
saran dan kritik yang membangun dari para pembaca sangat penyusun harapkan
demi penyempurnaan dan perbaikan makalah ini.
Wassalamu’alaikum ,

Metro, 25 Oktober 2016
Penulis

Echa Rizkiya Cahyaning

2

BAB I.
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Banyaknya umat muslim yang belum mengetahui bagaimana seharusnya
menjalankan syirkah atau perkongsian dalam memenuhi kebutuhan hidup
didunia ini yang sesuai dengan tuntutan syariat. Sebagai seorang muslim
kita perlu mengetahui apa itu Syirkah? Mungkin kita pernah mendengar
kata Syirkah atau perkongsian. Syirkah perkongsian yang mana syirkah
atau perkongsian tersebut merupakan salah satu pembahasan yang
penting dalam fiqh muamalah. Syirkah atau perkongsian adalah salah
satu cara untuk mendapatkan suatu keuntungan melalui kerjasama
dengan menggabungkan atau mencampurka harta seseorang dengan
harta orang yang diajak untuk kerjasama untuk dijadikan modal usaha,
namun tidak hanya itu masalah yang ada dalam perkongsian atau syirkah
masih banyak lagi pembahaan yang perlu kita ketahui. Oleh karena
itu,dalam makalah berjudul syirkah ini guna untuk meberikan pemahaman

kepada pembaca makalah ini. Pada zaman sekarang ini banyak orangorang muslim yang menjalankan sistem syirkah atau perkongsian dengan
mengikuti tata cara orang barat yang belum tentu sesuai dengan apa
yang diajarkan oleh syari’at.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana pengertian dari syirkah ?
2. Bagaimana landasan hukum tentang adanya syirkah ?
3. Apa saja rukun dan syarat dari syirkah ?
C. Tujuan
1. Memberikan pengetahuan tentang pengertian syirkah.
2. Untuk mengetahui tentang yang mendasari dari hukum syirkah.
3. Memberikan pengetahuan tentang rukun dan syarat syirkah.

3

BAB II.
PEMBAHASAN
A. Definisi Syirkah
Syirkah secara etimologi Syirkah merupakan kata yang berasal dari
kata isytirak yang berarti perkongsian diartikan demikian karena syirkah
merupakan perkongsian dalam hak untuk menjalankan modal.1 Kata

syirkah dalam bahasa Arab berasal dari kata syarika yasraku dan
mashdar kata dasarnya ada tiga wazn (timbangan),boleh dibaca dengan
salah satunya,yaitu syirkatan atau syarikatan atau syarakatan yang
artinya persekutuan atau perserikatan.2 Syirkah menurut bahasa berarti
al-ikhtilath yang artinya campur atau percampuran. Demikian dinyatakan
oleh

Taqiyuddin.

Maksud

percampuran

disini

ialah

seseorang

mencampurkan hartanya dengan harta orang lain sehingga tidak mungkin

untuk dibedakan.3 Wahbah al-Zuhaiali mendefinisikan syirkah secara
bahasa yaitu Syirkah adalah percampuran yaitu bercampurnya satu
modal dengan lainnya, sampai tidak dapat dibedakan antara keduanya.”
Ada perbedaan definisi syirkah di kalangan ulama. Menurut
Malikiyah,syirkah adalah perkongsian dua pihak atau lebih dimana semua
anggota perkongsiaan tersebut mengizinkan anggota lainnya untuk
menjalankan modal untuk berusaha. Menurut kalangan hanafiyah syirkah
merupakan istilah yang digunakan untuk menyebut akad antara dua pihak
yang berkongsi atau bersekutu dalam modal dan keuntungan. Menurut
kalangan Syafi’iyah syirkah adalah tetapnya hak para pihak yang
berkongsi untuk menjalankan dan mengembangkan modal. Sementara
kalangan hambaliyah berpendapat bahwa syirkah adalah persekutuan
hak dalam berusaha atau menjalankan sebuah usaha.
Berdasarkan definisi diatas dapat disimpulkan bahwa syirkah
adalah persekutuan atau perkongsian dua pihak atau lebih dalam
menjalankan sebuah usaha, baik dalam bidang perdagangan atau jasa
dimana modal bisa dari semua pihak yang bersekutu atau dari sebagian
Imam Mustofa, Fiqih Mu’amalah Kontemporer. (Jakarta :RajaWali Pers,2016).Hal. 127
Muhammad Wasito Abu Fawas,”Mengenal Konsep Syirkah (Kerja Sama dalam Bisnis)
yang Sesuai Tuntutan Syari’ah”Posted on 5 November 2012.

3 Hendi Suhendi, Fiqh Muamalah, (Jakarta : PT.RajaGrafindo Persada, 2005). Hal.125

1

2

4

mereka. Pekrjaan untuk menjalankan modal juga dapat dilakukan oleh
semua pihak yang terlibat dalam perkongsian atau sebagian mereka,
sementara risiko ditanggung bersama. Keuntungan dari usaha tersebut
dibagi bersama secara proporsional dan sesuai dengan kesepakatan.4
Jika dilihat dari sisi bagi hasilnya, ada dua jenis bagi hasil tergantung
kesepakatan yaitu reventure sharing atau profit sharing. Sedangkan
dalam hal presentase bagi hasil nya dikenal dengan nisbah yang dapat
disepakati dengan customer yang mendapat fasilitas pembiayaan pada
saat akad pembiayaan.5
Syirkah adalah perjanjian kerja sama antara pemilik modal (uang atau
barang) untuk membiayai suatu usaha. Keuntungan dari usaha tersebut
dibagi sesuai dengan persetujuan antara pihak-pihak tertentu, yang tidak

harus sama dengan pangsa modal masing-masing pihak.6 Menurut Hasbi
Ash-Shiddieqie, bahwa yang dimaksud dengan syirkah ialah akad yang
berlaku antara dua orang atau lebih untuk ta’awun dalam bekerja pada
suatu usaha dan membagi keuntungannya.7
Menurut istilah yang dimaksud dengan syirkah para fuqaha berbeda
pendapat yaitu:
1. Menurut Sayyid Sabiq yang dimaksud dengan syirkah ialah
“Akad antara dua orang berserikat pada pokok harta (modal) dan
keuntungan.”
2. Menurut Muhammad al-syarbini al-khatib, yang dimaksud dengan syirkah
ialah,
“ketetapan hak pada sesuatu untuk dua orang atau lebih dengan cara
yang masyhur (deketahui).”
3. Menurut syihab al-din al-qalyubi wa Umaira, yang dimaksud dengan
syirkah ialah,
“penetapan hak pada sesuatu bagi dua orang atau lebih.”
4

Imam Mustofa, op.cit. hlm. 127-129
Andria Permata Veithzal,Islam Financial Management.(Jakarta: PT. RajaGrafindo

Persada,2008).Hal.41
6 Susanti, Dyah Ochtorina,”Syirkah Sebagai Model Investasi Berbasis Syari’ah (Kajian
Ontologi)”. Jurnal Rechtlde Vol. 9, No. 1 (2014).
7 Hendi Suhendi, loc. cit.
5

5

4. Menurut Imam Taqiyuddin Abi Bakr Ibn Muhammadal-Husaini,yang
dimaksud dengan syirkah ialah,
“Ibarat penetapan suatu hak pada sesuatu yang satu untuk dua orang
atau lebih dengan cara yang telah diketahui.”
5. Menurut Hasbi Ash-Shiddiqie, bahwa yang dimaksud dengan syirkah
ialah,
“Akad yang berlaku antara dua orang atau lebih untuk ta’awun dalam
bekerja pada suatu usaha dan membagi keuntungan.”
6. Idris Ahmad menyebutkan syirkah sama dengan syarikat dagang yakni
dua orang atau lebih sama-sama berjanji akan bekerja sama dalam
dagang,


dengan

menyerahkan

modal

masing-masing,

dimana

keuntungan dan kerugiaannya diperhitungkan menurut besar kecilnya
modal masing-masing.
Setelah diketahui definisi-definisi syirkah menurut pandangan ulama
kiranya dapat dipahami bahwa yang dimaksud dengan syirkah adalah
kerja sama antara dua orang atau lebih dalam berusaha yang keuntungan
dan kerugiannya ditanggung bersama.
Adapun yang dijadikan dasar hukum syirkah oleh para ulama adalah
sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Abu Dawud dari Abi Hurairah dari
Nabi Saw bersabda :
“Aku jadi yang ketiga antara dua orang yang berserikat selama yang satu

tidak khianat kepada yang lainnya, apabila yang satu berkhianat kepada
pihak yang lain maka keluarlah aku darinya.” 8
Dalam syirkah dua orang atau lebih mitra menyumbang untuk
memberikan modal guna menjalankan usaha atau melakukan investasi
untuk suatu usaha. Hasil usaha atas mitra usaha dalam akan dibagi
sesuai dengan nisbah yang telah disepakati oleh pihak-pihak yang
berserikat.
Landasan Syariah :

8

Hendi Suhendi, Fiqh Muamalah. (Jakarta :PT RajaGrafindo Persada,2013). Hal. 126127

6

“Aku adalah pihak ketiga dari dua orang yang berserikat selama salah
satu pihak tidak mengkhianati yang lain. Jika salah satu pihak telah
berkhianat maka Aku keluar dari mereka”. (HR. Abu Daud yang
dishahihkan oleh Al-Hakim dari Abu Hurairah).9


B. Dasar Hukum Syirkah
Pada dasarnya hukum syirkah adalah mubah atau boleh. Hal ini
ditunjukan oleh dibiarkannya praktik syirkah oleh baginda Rasulullah yang
dilakukan masyarakat Islam saat itu.10
Landasan syirkah (perseroan) terdapat dalam Al-Qur’an, Al-Hadits, dan
ijma’, berikut ini :
a. Al- Qur’an
Terdapat dalam Qs. An-Nisa’ :12
“Mereka bersekutu dalam yang sepertiga”
Qs. Shad :24
“Sesungguhnya kebanyakan dari orang-orang yang berserikat itu
sebagian mereka berbuat zalim kepada sebagian yang lain, kecuali
orang-orang yang beriman dan beramal shaleh dan amat sedikitlah
mereka ini.”11
b. As-Sunah
“Dari Abu Hurairah yang dirafa’kan kepada Nabi Saw bahwa Nabi
Saw bersabda, “Sesungguhnya Allah Swt berfirman “Aku adalah yang
ketiga pada dua orang yang bersekutu selama salah seorang dari
keduanya tidak menghianati temannya, Aku akan keluar dari
persekutuan tersebut apabila salah seorang menghianatinya.”
(HR. Abu Dawud dan Hakim dan menyahihkan sanadnya).
Maksudnya, Allah Swt akan menjaga dan menolong dua orang yang
bersekutu dan menurunkan berkah pada pandangan mereka. Jika
9

Ismail,Perbankan Syariah.(Jakarta :Prenadamedia Group,2011).hal. 182
Setiawan, Deny,”Kerja Sama (Syirkah) Dalam Ekonomi Islam”. Jurnal Ekonomi Volume
21, No. 03(2013).
11 Rachmat Syafe’I, Fiqih Muamalah. (Bandung :CV Pustaka Setia, 2001). hlm.126

10

7

salah seorang yang bersekutu itu mengkhianati temannya, Allah Swt
akan menghilangkan pertolongan dan keberkahan tersebut.
Legalitas perkongsianpun diperkuat ketika Nabi diutus masyarakat
sedang melakukan perkongsian. Beliau bersabda :
“Kekuasaan Allah senantiasa berada pada dua orang yang bersekutu
selama keduanya tidak berkhianat.” (HR. Bukhari dari Muslim)
c. Al-Ijma’
Umat islam sepakat bahwa syirkah dibolehkan. Hanya saja mereka
berbeda pendapat tentang jenisnya.12

C. Rukun dan Syarat Syirkah
Dalam melaksanakan suatu perikatan islam harus memenuhi
rukun dan syarat yang sesuai dengan hukum islam. Rukun

adalah

suatu unsur yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari suatu
perbuatan atau lembaga yang menentukan sah atau tidaknya perbuatan
tersebut dan ada atau tidak adanya sesuatu itu. Syarat adalah sesuatu
yang tergantung padanya keberadaan hukum syar’I dan ia berada diluar
hukum itu sendiri yang ketiadaannya menyebabkan hukum pun tidak
ada.13Rukun syirkah diperselisihkan oleh para ulama. Menurut ulama
Hanafiyah bahwa rukun syirkah ada dua, yaitu ijab dan qabul atau
bahasa lainya adalah akad. Akad yang menentukan adanya syirkah.

Syarat-syarat yang berhubungan dengan syirkah menurut Hanafiyah
dibagi menjadi empat bagian berikut ini :

1. Sesuatu yang bertalian dengan semua bentuk syirkah baik dengan harta
maupun dengan yang lainnya. Dalam hal ini terdapat dua syarat yaitu :
a) yang berkenaan dengan benda yang diakadkan adalah harus dapat
diterima sebagai perwakilan,

12

Ibid.,hlm. 185-186
Aziz Dahlan, ed., Ensiklopedi Hukum Islam, jilid 5, (Jakarta :Ichtiar Baru Van
Houve,1996)hal.1510 “sebagaimana dikutip oleh Susi Wardani,Tinjauan Umum Terhadap
Konsep Syirkah Dalam Fiqh Muamalah,Rabu,25 Mei 2011”.
13Abdul

8

b) yang berkenaan dengan keuntungan yaitu pembagian keuntungan
harus jelas dan dapat diketahui dua pihak, misalnya setengah,
sepertiga dan yang lainnya.
2. Sesuatu yang bertalian dengan syirkah mal (harta). Dalam hal ini
terdapat dua perkara yang harus dipenuhi yaitu :
a) bahwa modal yang dijadikan objek akad syirkah adalah dari alat
pembayaran (nuqud) seperti Riyal, dan Rupiah
b) yang dijadikan modal (harta pokok) ada ketika akad syirkah
dilakukan baik jumlahnya sama maupun berbeda.
3. Sesuatu yang bertalian dengan syirkah mufawadhah bahwa dalam
mufawadhah disyaratkan,
a) modal (pokok harta) dalam syirkah mufawadhah harus sama
b) bagi yang bersyirkah ahli untuk kafalah
c) bagi yang dijadikan objek akad disyaratkan syirkah umum, yakni
pada semua macam jual beli atas perdagangan.
4. Adapun syarat-syarat yang bertalian dengan syirkah inan sama
dengan syarat-syarat syirkah mufawadhah.

Menurut ulama mazhab Malikiyah syarat-syarat bertalian yang
bertalian dengan orang yang melakukan akad ialah merdeka, baligh dan
pintar. Syafi’iyah berpendapat bahwa syirkah yang sah hukumnya
hanyalah syirkah inan sedan Dijelaskan pula oleh Abd al-Rahman alJaziri bahwa rukun syirkah adalah dua orang yang berserikat, subyek
dan objek akad syirkah baik harta maupun kerja.

Syarat-syarat syirkah dijelaskan oleh Idris Achmad berikut ini :
1.

Mengeluarkan kata-kata yang menunjukkan izin masing-masing
anggota serikat kepada pihak yang akan mengendalikan harta itu.

2. Anggota serikat itu saling mempercayai sebab masing-masing
mereka adalah wakil yang lainnya.

9

3. Mencampurkan harta sehingga tidak dapat dibedakan hak masingmasing baik berupa mata uang maupun bentuk yang lainnya,akan
syirkah yang lainnya batal.14

Hanafi dan Maliki juga membolehkan syirkah muwafadhah.
Namun diantaranya mereka terdapat perbedaan mengenai bentuknya.
Menurut pendapat hanafi syirkah muwafadhah adalah dua orang
berserikat pada suatu usaha yang mereka miliki seperti emas dan mata
uang dan harus bersamaan modalnya. Maliki berpendapat dalam syirkah
muwafadhah boleh tidak sama besar modalnya, dan keuntungannya
dibagi menurut perbandingan persentase modal masing-masing yang
ditanam .15

Dalam rukun syirkah mempunyai syarat:

1. Shigat, yang terdiri dari ijab dan qabul yang mempunyai syarat:
a. Pengelolaan di isyaratkan menddapat izin dari para sekutu
didalamnya menjual dan membeli.
b. Kalau diantara anggota sebagai pengelola, maka harus ada ijab
dan qabul sebagai tanda pemberian izin diantara mereka,
bahwa

dia

diperbolehkan

sebagaimana

jabatan

yang

diberikannya.
c. Jika beberapa pekerjaan bisa dilakukan bersama-sama maka
harus mendapatkan izin dari anggota yang lainnya dan
pemberian izin itu merupakan kepercayaan yang diberikan
kepadanya, dan tidak boleh melebihi tugas kepercayaan yang
diberikannya.
d. Kata sepakat itu bias dimengerti, sebagai pengertian izin yang
dipercayakan, seperti kami jadikan harta ini sebagai harta
syirkah dan saya izinkan kamu mengelola dengan jalan yang
Setiawan, Deny “Kerja Sama (Syirkah) dalam Ekonomi Islam”. Jurnal Ekonomi Vol.21,
No. 03 (2013).h.4-5
15 Syaikh al-Allamah Muhammad bin Abdurrahman ad-Dimasyqi, Fiqh Empat Mazhab.
(Bandung : Hasyimi,2012). Hal.251

14

10

biasa dalam perdagangan pada umumnya. Pengertian ini
dijawab dengan ucapan (saya terima) dengan jawaban inilah
yang dimaksud sebagai aqad shigat.
2. Dua orang yang berserikat, didalamnya terdapat beberapa syarat,
yaitu:
a. Pandai
b. Baliqh
c. Merdeka
3. Modal, di dalamnya terddapat beberrapa syarat:
a. Bahwa modal itu berupa barang misli, artinya barang yang
dapat dibatasi oleh takaran atau timbangan dan barang
tersebut bias dipesan, seperti emas dan perak. Keduanya bias
dibatasi dengan timbangan.
b. Bahwa

modal

dicampur

sebelum

perjanjian

syirkah

berlangsung, sehingga salah satunya tidak bias dibedakan lagi
dengan yang lainnya. Bahwa modal yang dikeluarkan oleh
masing-masingg anggota itu sejenis artinya modal tersebut
adalkah sama jenisnya. Jadi tidak sah, kalau salah satu
anggota mengeluarkan modal yang berbeda. Oleh karena itu
aqad syirkah tidak dikatakan syah, jika tidak memenuhi syaratsyarat diatas. Bagi anggota perseroan yang mempunyai cacat
mata (buta) diperbolehkan menjadi pemegang saham. Dalam
hal ini diantara yang cacat mata, apabila dikehendaki untuk
mengelola perseroan ia berhak mewakilkan dengan syarat
wakil tersebut harus sudah baliqh dan pandai serta mempunyai
keahlian dibidang pekerjaan tersebut.

Syarat-syarat syirkah dapat diklasifikasikan menjadi 2 (dua) macam:

1. Syarat orang (pihak-pihak) yang mengadakan perjanjian serikat atau
kongsi itu haruslah
a. Orang yang berakal
b. Baligh
c. Dengan kehendak sendiri (tidak ada unsur paksaan)

11

2. Syarat-syarat mengenai modal yang disertakan dalam serikat,
hendaklah berupa:
a. Modal yang dapat dihargai (lazimnya selalu disebutkan dalam
bentuk uang)
b. Modal yang dijadikan satu oleh masing-masing persero yang
menjadi harta perseroan, dan tidak diperbolehkan lagi darimana
asal-usul modal itu.16

16

Chairiman Pasaribu, dkk, Hukum Perjanjian Dalam Islam, (Jakarta: Sinar Grafindo,
1994). Hal. 76.

12

BAB III.
PENUTUP
A. Kesimpulan

Kalangan

hambaliyah

berpendapat

bahwa

syirkah

adalah

persekutuan dalam hak dalam berusaha atau menjalankan sebuah
usaha. Dapat disimpulkan bahwa syirkah adalah persekutuan atau
perkongsian dua pihak atau lebih dalam menjalankan sebuah usaha, baik
dalam bidang perdagangan atau jasa dimana modal bisa dari semua
pihak yang bersekutu atau dari sebagian mereka. Pekrjaan untuk
menjalankan modal juga dapat dilakukan oleh semua pihak yang terlibat
dalam perkongsian atau sebagian mereka, sementara risiko ditanggung
bersama. Keuntungan dari usaha tersebut dibagi bersama secara
proporsional dan sesuai dengan kesepakatan.
Syirkah adalah perjanjian kerja sama antara pemilik modal (uang
atau barang) untuk membiayai suatu usaha. Keuntungan dari usaha
tersebut dibagi sesuai dengan persetujuan antara pihak-pihak tertentu,
yang tidak harus sama dengan pangsa modal masing-masing pihak.
Setelah diketahui definisi-definisi syirkah menurut pandangan ulama
kiranya dapat dipahami bahwa yang dimaksud dengan syirkah adalah
kerja sama antara dua orang atau lebih dalam berusaha yang keuntungan
dan kerugiannya ditanggung bersama. Pada dasarnya hukum syirkah
adalah mubah atau boleh. Menurut ulama Hanafiyah bahwa rukun syirkah
ada dua, yaitu ijab dan qabul atau bahasa lainya adalah akad.

13

DAFTAR PUSTAKA
Imam Mustofa, Fiqih Mu’amalah Kontemporer. (Jakarta :RajaWali
Pers,2016).
Muhammad Wasito Abu Fawas,”Mengenal Konsep Syirkah (Kerja Sama
dalam Bisnis) yang Sesuai Tuntutan Syari’ah”Posted on 5 November
2012.
Andria Permata Veithzal,Islam Financial Management.(Jakarta: PT.
RajaGrafindo Persada,2008).
Susanti, Dyah Ochtorina,”Syirkah Sebagai Model Investasi Berbasis
Syari’ah (Kajian
Hendi

Suhendi,

Ontologi)”. Jurnal Rechtlde Vol. 9, No. 1 (2014).
Fiqh

Muamalah.

(Jakarta

:PT

RajaGrafindo

Persada,2013).
Ismail,Perbankan Syariah.(Jakarta :Prenadamedia Group,2011).
Setiawan, Deny,”Kerja Sama (Syirkah) Dalam Ekonomi Islam”. Jurnal
Ekonomi

Volume 21, No. 03(2013).

Rachmat Syafe’I, Fiqih Muamalah. (Bandung :CV Pustaka Setia, 2001)
Abdul Aziz Dahlan, ed., Ensiklopedi Hukum Islam, jilid 5, (Jakarta :Ichtiar
Baru Van

Houve,1996)hal.1510 “sebagaimana dikutip oleh Susi

Wardani,Tinjauan

Umum Terhadap Konsep Syirkah Dalam Fiqh

Muamalah,Rabu,25 Mei 2011”.
Setiawan, Deny “Kerja Sama (Syirkah) dalam Ekonomi Islam”. Jurnal
Ekonomi

Vol.21, No. 03 (2013).

Syaikh al-Allamah Muhammad bin Abdurrahman ad-Dimasyqi, Fiqh
Empat Mazhab.

(Bandung : Hasyimi,2012).

Chairiman Pasaribu, dkk, Hukum Perjanjian Dalam Islam, (Jakarta: Sinar
Grafindo,

1994)

14