DAMPAK PENCEMARAN UDARA OLEH TIMBAL Pb P

PAPER FOR : BAKU MUTU LINGKUNGAN

DAMPAK PENCEMARAN UDARA OLEH TIMBAL
(Pb) PADA LINGKUNGAN DAN KESEHATAN
MANUSIA SERTA PENANGGULANGANNYA

Oleh :

Astri Mei Senja
L2011141006
ENVIRONMENTAL SCIENCE GRADUATE PROGRAM
UNIVERSITY OF TANJUNGPURA
PONTIANAK
2015

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Percepatan pertumbuhan penduduk dunia terutama di Indonesia pada
sector transportasi dapat dilihat dan dirasakan pengaruhnya terhadap kehidupan
sehari-hari kita, khususnya di wilayah kota besar. Kota sebagai pusat

perekonomian suatu daerah menjadikan semua kegiatan dan aktifitas manusia
bertumpu di kota. Mobilitas penduduk yang tinggi juga berpengaruh pada
meningkatnya kendaraan baik umum maupun pribadi, hal ini juga didukung
dengan semakin pesatnya teknologi dan kemudahan dalam mendapatkan
kendaraan pribadi dengan cicilan yang murah menyebabkan volume kendaraan
semakin meningkat dan tidak sebanding dengan ruas jalan, sehingga macet
merupakan pemandangan lumrah yang terjadi pada jam-jam sibuk di wilayah
kota-kota besar. Kemacetan rutin ini tidak hanya membuang percuma jutaan
uang bensin di jalanan, akan tetapi juga mempertebal pencemaran udara, akibat
gas buang kendaraan bermotor .
Kesadaran masyarakat akan pencemaran udara akibat gas buang
kendaraan bermotor di kota-kota besar saat ini makin tinggi. Dari berbagai
sumber bergerak seperti mobil penumpang, truk, bus, lokomotif kereta api, kapal
terbang, dan kapal laut, kendaraan bermotor saat ini maupun dikemudian hari
akan terus menjadi sumber yang dominan dari pencemaran udara di perkotaan.
Diperkirakan kontribusi bahan pencemar dari kendaraan bermotor ke udara
adalah sekitar 70 % (Tugaswati, nd)
Gencarnya pengkonsumsian bahan bakar kendaraan di Indonesia terlihat
dari catatan 1996. Diperkirakan tak kurang dari 9 juta kiloliter bahan bakar habis
di jalanan per tahun, dengan tingkat pertumbuhan tahunan mencapai 7 persen.

Dengan kata lain, setiap menit di Indonesia, tak kurang dari 17.000 liter bahan
bakar musnah habis terbakar menjadi asap knalpot ! Bahan bakar kendaraan
bermotor di Indonesia sampai saat ini nyaris semua masih mengandung

konsentrasi timbal yang lebih tinggi dari ukuran minimum internasional (santi,
2001).
Pencemaran udara telah menjadi masalah kesehatan lingkungan utama di
dunia terutama di Negara-negara berkembang (WHO, 1997). Resiko kesehatan
yang dikaitkan dengan pencemaran udara di perkotaan secara umum, banyak
menarik perhatian dalam beberapa dekade belakangan ini. Di banyak kota besar,
gas buang kendaraan bermotor menyebabkan ketidaknyamanan pada orang
yang berada di tepi jalan dan menyebabkan masalah pencemaran udara pula.
Beberapa studi epidemiologi dapat menyimpulkan adanya hubungan yang
erat antara tingkat pencemaran udara perkotaan dengan angka kejadian
(prevalensi) penyakit pernapasan. Pengaruh dari pencemaran khususnya akibat
kendaraan bermotor tidak sepenuhnya dapat dibuktikan karena sulit dipahami
dan bersifat kumulatif. Kendaraan bermotor akan mengeluarkan berbagai gas
jenis maupun partikulat yang terdiri dari berbagai senyawa anorganik dan
organik dengan berat molekul yang besar yang dapat langsung terhirup melalui
hidung dan mempengaruhi masyarakat di jalan raya dan sekitarnya. Timbal (Pb)

jika sudah terpajan ke dalam tubuh manusia tidak dapat dihancurkan melainkan
akan menetap didalamnya hingga nantinya dibuang melalui proses ekresi. Begitu
juga

dengan

dampaknya

terhadap

lingkungan,

apabila

Pb

telah

mengkontaminasi suatu lingkungan, maka pembersihanya akan sangat sulitb
sekali dilakukan.

B. Rumusan Masalah


Bagaimana efek Pb terhadap kesehatan manusia ?



Apa pengaruh Pb di lingkungan sekitar ?



Bagaimana cara penanggulangannya?

C. Tujuan


Untuk mengetahui dampak Pb terhadap kesehatan manusia




Untuk mengetahui dampak Pb di lingkungan sekitar



Untuk mengetahui bagaimana cara penanggulangannya Pb

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
a. Pencemaran Udara oleh Timbal (Pb)
Saat

ini

masalah

pencemaran

lingkungan

sudah


sedemikian

membahayakan lingkungan dan kesehatan. Kondisi lingkungan tercemar
menyebabkan penurunan kualitas lingkungan yang pada akhirnya dapat
mempengaruhi kelangsungan hidup manusia. Salah satu jenis bahan pencemar
yang berbahaya berupa pencemaran karena logam berat. Pencemaran oleh
bahan aktif dari logam-logam berat sangat beracun dapat menghancurkan
tatanan ekosistem organismenya. Daya racun yang dimiliki oleh bahan aktif
logam berat akan bekerja sebagai penghalang kerja enzim dalam proses
fisiologis atau metabolisme tubuh. Sehingga proses metabolisme terputus.
Selain itu bahan beracun tersebut dapat terakumulasi dalam tubuh yang akan
mengakibatkan gangguan kesehatan.Salah satu jenis logam berat tersebut yang
dapat menimbulkan gangguan kesehatan serius adalah Timbal.
Timbal atau yang kita kenal sehari-hari dengan timah hitam dan dalam
bahasa ilmiahnya dikenal dengan kata plumbum dan logam ini disimpulkan
dengan Pb. Logam ini termasuk kedalam kelompok logam-logam golongan IV–A
pada tabel Periodik unsur kimia. Mempunyai nomor atom (NA) 82 dengan bobot
atau berat (BA) 207,2 adalah suatu logam berat berwarna kelabu kebiruan dan
lunak C. Pada suhu 550-C dan titik didih 1.620dengan titik leleh 327 C. Pb

menguap dan membentuk oksigen dalam udara600 membentuk timbal oksida.
Bentuk oksidasi yang paling umum adalah timbal (II). Walaupun bersifat lunak
dan lentur, Pb sangat rapuh dan mengkerut pada pendinginan, sulit larut dalam
air dingin, air panas dan air asam timah hitam dapat larut dalam asam nitrit,
asam asetat dan asam sulfat pekat.
Jumlah Pb di udara mengalami peningkatan sangat drastis sejak
dimulainya revolusi industri di Benua Eropa. Asap yang berasal dari cerobong
pabrik sampai knalpot kendaraan telah melepas Pb ke udara. Arus angin

menerbangkan debu – debu dan partikulat – partikulat yang mengandung Pb ke
daerah kutub. Debu dan partikulat tersebut menumpak pada lapisan atmosfer di
kutub, dan dibawa turun oleh salju untuk selanjutnya membentuk lapisan es.
Unsur ini mengalami peningkatan ketika melibatkan atmosfir dan
kemudian mencemari tanah serta tanaman. Di daerah padat penduduk (urban),
anak-anak menyerap lebih banyak Pb daripada orang dewasa; terutama pada
mereka yang kekurangan gizi dan mempunyai perilaku mengkomsumsi makanan
tidak bersih atau berdebu, yang dapat mengandung beberapa ribu ppm (1.000 –
3.000 μg Pb/kg).
Emisi Pb pada lapisan atmosfir bumi dapat berbentuk gas dan partikulat.
Emisi Pb dalam bentuk gas, berasal dari gas kendaraan bermotor. Emisi tersebut

merupakan hasil samping dari pembakaran yang terjadi dalam mesin kendaraan.
Pb yang merupakan hasil samping dari pembakaran berasal dari senyawa
tetrametil – Pb dan tetraetil – Pb yang selalu ditambahkan dalam bahan bakar
kendaraan bermotor dan berfungsi sebagai anti ketuk ( anti-knock ) pada mesin
– mesin kendaraan.
Timbal, yang banyak pada bahan bakar terutama bensin, diketahui bisa
menjadi racun yang merusak sistem pernapasan, sistem saraf, serta meracuni
darah. Hasil pembakaran dari bahan tambahan ( aditive) Pb pada bahan bakar
kendaraan bermotor menghasilkan emisi Pb in organik. Logam berat Pb yang
bercampur dengan bahan bakar tersebut akan bercampur dengan oli dan melalui
proses di dalam mesin maka logam berat Pb akan keluar dari knalpot bersama
dengan gas buang lainnya.
b. Dampak Timbal pada Kesehatan Manusia
Keberadaan timbal dalam tubuh dapat berpengaruh dan mengakibatkan
berbagai gangguan fungsi jaringan dan metabolisme. Gangguan mulai dari
sintesis haemoglobin darah, gangguan pada ginjal, system reproduksi, penyakit
akut atau kronik sistem syaraf serta gangguan fungsi paru-paru. Pengaruh lain
yang sangat mengkawatirkan kita, bahwa seorang anak kecil dapat menurun dua
point tingkat kecedasannya jika terdapat 10– 20 µg/dl pb dalam dalam darahnya.


Timbal yang diabsorsi diangkut oleh darah ke organ - organ tubuh
sebanyak 95% Pb dalam darah diikat oleh eritrosit. Sebagian Pb plasma dalam
bentuk yang dapat berdifusi dan diperkirakan dalam keseimbangan dengan pool
Pb tubuh lainnya yang dibagi menjadi dua yaitu ke jaringan lunak (sumsum
tulang, sistim saraf, ginjal, hati) dan ke jaringan keras (tulang, kuku, rambut, gigi.
Gigi dan tulang panjang mengandung Pb yang lebih banyak dibandingkan tulang
lainnya. Pada gusi dapat terlihat lead line yaitu pigmen berwarna abu abu pada
perbatasan antara gigi dan gusi. Hal itu merupakan ciri khas keracunan Pb.
Pada jaringan lunak sebagian Pb disimpan dalam aorta, hati, ginjal, otak,
dan kulit. Timah hitam yang ada dijaringan lunak bersifat toksik. Ekskresi
Ekskresi Pb melalui beberapa cara, yang terpenting adalah melalui ginjal dan
saluran cerna. Ekskresi Pb melalui urine sebanyak 75 – 80%, melalui feces 15%
dan lainnya melalui empedu, keringat, rambut, dan kuku. Ekskresi Pb melalui
saluran cerna dipengaruhi oleh saluran aktif dan pasif kelenjar saliva, pankreas
dan kelenjar lainnya di dinding usus, regenerasi sel epitel, dan ekskresi empedu.
Sedangkan Proses eksres i Pb melalui ginjal adalah melalui filtrasiglomerulus.
Kadar Pb dalam urine merupakan cerminan pajanan baru sehingga pemeriksaan
Pb urine dipakai untuk pajanan okupasional. Pada umumnya ekskresi Pb
berjalan sangat lambat. Timah hitam waktu paruh didalam darah kurang lebih 25
hari, pada jaringan lunak 40 hari sedangkan pada tulang 25 tahun. Ekskresi yang

lambat ini menyebabkan Pb mudah terakumulasi dalam tubuh, baik pada
pajanan okupasional maupun non okupasional.
Di dalam tubuh Pb dapat menyebabkan keracunan akut maupun
keracunan kronik. Jumlah Pb minimal di dalam darah yang dapat menyebabkan
keracunan berkisar antara 60-100 mikro gram per 100 ml darah. Pada keracunan
akut biasanya terjadi karena masuknya senyawa timbal yang larut dalam asam
atau menghirup uap Pb tersebut. Gejala-gejala yang timbul berupa mual,
muntah, sakit perut hebat, kelainan fungsi otak, anemi berat, kerusakan ginjal
bahkan kematian dapat terjadi dalam 1-2 hari. Kelainan fungsi otak terjadi karena
Pb ini secara kompetitif menggantikan mineral-mineral utama seperti seng,
tembaga, dan besi dalam mengatur fungsi mental kita.

Keracunan timbal kronik menimbulkan gejala seperti depresi, sakit kepala,
sulit berkonsentrasi, gelisah, daya ingat menurun, sulit tidur, halusinasi dan
kelemahan otot. Susunan saraf pusat merupakan organ sasaran utama timbal.
Menurut penelitian dr M. Erikson menunjukkan bahwa wanita hamil yang
memiliki kadar timbal tinggi dalam darahnya ternyata 90 % dari simpanan timbal
pada tubuhnya dialirkan kepada si janin melalui plasenta, dimana keracunan
pada janin mempengaruhi intelektual dan tingkah laku si anak di kemudian hari.
c. Dampak Timbal pada Lingkungan

Kadar Pb secara alami dapat ditemukan dalam bebatuan sekitar 13
mg/kg. Khusus Pb yang tercampur dengan batu fosfat dan terdapat didalam batu
pasir ( sand stone) kadarnya lebih besar yaitu 100 mg/kg. Pb yang terdapat di
tanah berkadar sekitar 5 - 25 mg/kg dan di air bawah tanah (ground water)
berkisar antara 1- 60 µg/liter. Pb juga ditemukan di air permukaan. Kadar Pb
pada air telaga dan air sungai adalah sebesar 1 -10 µg/liter. Dalam air laut kadar
Pb lebih rendah dari dalam air tawar. Laut Bermuda yang dikatakan terbebas dari
pencemaran mengandung Pb sekitar 0,07 µg/liter. Kandungan Pb dalam air
danau dan sungai di USA berkisar antara 1-10 µg/liter. Secara alami Pb juga
ditemukan di udara yang kadarnya berkisar antara 0,0001 - 0,001 µg/m3 .
Tumbuh-tumbuhan

termasuk

sayur-mayur

dan

padi-padian

dapat

mengandung Pb, penelitian yang dilakukan di USA kadarnya berkisar antara 0,1
-1,0 µg/kg berat kering. Logam berat Pb yang berasal dari tambang dapat
berubah menjadi PbS (golena), PbCO3 (cerusite) dan PbSO4 (anglesite) dan
ternyata golena merupakan sumber utama Pb yang berasal dari tambang.
Logam berat Pb yang berasal dari tambang tersebut bercampur dengan Zn
(seng) dengan kontribusi 70%, kandungan Pb murni sekitar 20% dan sisanya
10% terdiri dari campuran seng dan tembaga.
Emisi Pb ke udara dapat berupa gas atau partikel sebagai hasil samping
pembakaran yang kurang sempurna dalam mesin kendaraan bermotor. Semakin
kurang sempurna proses pembakaran dalam mesin kendaraan bermotor, maka
semakin banyak jumlah Pb yang akan di emisikan ke udara. Senyawa yang

terdapat dalam kendaraan bermotor yaitu PbBrCl, PbBrCl.2PbO, PbCl2,
Pb(OH)Cl, PbBr2, dan PbCO3.2PbO, diantara senyawa tersebut PbCO3.PbO
merupakan senyawa yang berbahaya bagi kesehatan. Berikut adalah gambar
sumber Timbal dan efek timbal tersebut terhadap kesehatan manusia :

gambar 1 : Alur Pajanan Pb dalam Lingkungan

d. Cara Penanggulangannya
Pajanan timbal pada tubuh manusia dapat dihindari dengan tujuan
meminimalisir timbal di dalam tubuh adar tidak terlalu besar dan terakumulasi di
dalam tubuh, maka dapat dilakukan tindakan pencegahan antara lain :
1.

kebersihan perorangan : misalnya dengan segera mengganti
baju kerja atau baju yang terkontaminasi Pb, dan segera
mencuci tangan dan mandi setelah bepergian

2.

mengikuti penyuluhan tentang kesehatan di lembaga kesehatan
atau puskesmas terdekat guna mengetahui dampak Pb pada
lingkungan terutama kesehatan

3.

bagi pekerja industri yang bekerja dan rentan terpapar Pb, maka
baiknya dilakukan pemerikasaan sebelum bekerja dan secara
berkala

4.

menggunakan alat pelindung diri (APD) seperti masker, sarung
tangan, kacamata / helm bertutup, dan jaket. Guna menghindari
terpaparnya Pb melalui inhalasi, dan kontak langsung dengan
kulit.

5.

teliti dalam memilih sayur dan buah, tidak memakan sayuran
atau buah yang ditanam di tepi/ dekat dengan jalan raya.

BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN
Bahan

pencemar

timbal telah dibuktikan

terdapat pada berbagai

komponen lingkungan utama pendukung kehidupan, yaitu udara, air, tanah,
dan bahan pangan. Namun begitu, Timbal yang paling banyak dan paling mudah
terpajan adalah timbal yang terdapat di udara. Oleh karena itulah untuk
mewaspadai pencemaran timbal ini, dan untuk mengantisipasi dampak timbal
bagi kesehatan dan lingkungan ke depan, perlu diadakan tindakan preventif yang
bijaksana.Tindakan

yang

timbal pada sumbernya, dan

lebih bijak lagi adalah mengurangi
mengurangi

pencemaran timbal di

pencemaran
lingkungan

dengan menggunakan kendaraan umum, memakai APD seperti masker,
menggunakan bensin/bahan bakar yang bebas/minim timbal.

DAFTAR PUSTAKA
Tugaswati, A. (nd). Emisi Gas Buang Kendaraan BErmotor dan Dampaknya
Terhadap Kesehatan. Journal
Riyadina, Woro (1997). Pengaruh Pencemaran PB (PLumbum) terhadap
Kesehatan. Article
Nukman, Atrisna, dkk (2006), Analisa dan Manajemen Risiko Kesehatan
Pencemaran Udara:Studi Kasus di Sembilan Kota Besar Padat Transportasi.
Journal
SUdarmadi, J. (nd). Angka Oktan dan Pencemaran Udara. Journal
Santi, Devi Nuraini. (2001). Pencemaran Udara Oleb Timbal (Pb) Serta
Penanggulangannya. Universitas Sumatera Utara.
LAtifah, Anisau. (2012). Pencemaran Pb Terhadap Kesehatan Manusia dan
Lingkungan. Politeknik Kesehatan Yogyakarta.
Ardyanto, Denny. (2005). Deteksi Pencemaran Timah Hitam (Pb) dalam Darah
MAsyarakat yang Terpajan Timbal (plumbum). Journal FKM UNAIR
Sudarmaji, (2006). Toksikologi Logam Berat B3 dan Dampaknya Terhadap
KEsehatan. Journal UNAIR
Gusnita, Dessy. (2012). Pencemaran Logam Berat Timbal (Pb) di Udara dan
Upaya Penghapusan Bensin Timbal.