BIOTEKNOLOGI dan yang id bab 16

BIOTEKNOLOGI DALAM BIDANG PETERNAKAN

Oleh:
Muhammad Cesar Wiguna (1532220086)

Dosen Pembimbing:
Anggun Wicaksono

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) RADEN FATAH
PALEMBANG
2018

BAB I
PENDAHULLUAN
A. Latar Belakang
Indonesia memiliki keanegaraman spesies anggrek yang sangat besar,
diperkirakan sekitar 5000 spesies anggrek tersebar di hutan-hutan Indonesia.
Keadaan ini merupakan potensi yang sangat berharga bagi pengembangan
anggrek di Indonesia, terutama berkaitan dengan sumberdaya genetik anggrek

yang sangat diperlukan untuk menghasilkan anggrek-anggrek yang sangat
diperlukan untuk menghasilkan anggrek-anggrek silangan yang baik dan
unggul sangat disayangkan, keanekaragaman kelestariannya karena maraknya
penebangan hutan dan konversi hutan (Panjaitan, 2005).
Kultur jaringan merupakan salah satu perbanyakan tanaman secara
vegetatif dengan cara menambahkan bagian-bagian tertentu dari tanaman
seperti sel, jaringan dan organ dalam kondisi yang aseptik dan secara in vitro.
Kultur jarungan juga dapat didefinisikan sebagai suatu teknik menumbuh
kembangbiakan bagian tanaman dalam kondisi aseptik secara in vitro, yang
dicirikan oleh kondisi kultur aseptik, penggunaan media kultur dengan
kandungan nutrisi yang lengkap dan zat pengatur tumbuh serta kondisi ruang
kultur yang suhu dan pencabangannya terkontrol (Isda, 2014).
Teknik kultur jaringan sebenarnya sangat sederhana yaitu suatu sel atau
irisan eksplan secara aseptik diletakkan dan dipelihara dalam medium padat
atau cair yang cocok dalam keadaan steril. Media yang digunakan adalah
media dasar MS, telah terbukti cocok diunakan cocok digunakan pada
tanaman anggrek. Kultur jaringan anggrek menggunakan arang aktif atau
karbon yang dapay menyerap senyawa inhibitor yang disekresikan oleh
plantlet, mencegah atau mengurangi pembentukan kalus, dan merangsang
mofogenesis (Panjaitan, 2005).

Berdasarkan uraian diatas maka perlu dilakukan praktikum mengenai
kultur jaringan unuk mengetahui cara pembuatan medium kultur in vitro
tanaman serta untuk mengetahui cara perbanyakan tanaman anggrek melalui
kultur jaringan

B. Tujuan Praktikum
Adapun tujuan dilaksanakannya praktikum ini yaitu:
1. Mengetahui cara pembuatan mediun kultur in vitro tanaman
2. Mengetahui cara memperbanyak tanaman anggrek melalui kultur jaringan

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tanaman Anggrek
Tanaman anggrek (Dendrobium sp.) merupakan salah satu famili yang
memiliki jumlah keanekaragaman sangat besar yaitu terdiri dari 700 genus dan
35 000 spesies yang tersebar di seluruh dunia (Puspitaningtyas dan
Mursidawati, 1999). Contoh dari genus anggrek yaitu Dendrobium,
Phalaenopsis, Renanthera, Vanda, Cattleya, Bulbophylum, dan masih banyak
genus lain. Anggrek umumnya hidup secara epifit di batang-batang pohon di
hutan tropis namun ada pula yang hidup secara terestrial di atas permukaan

tanah, saprofit atau lithofit (dipermukaan batu). Genus Phalaenopsis
merupakan anggrek yang hidup secara epifit.
Tanaman anggrek memiliki permukaan daun yang dilapisi kutikula
(lapisan lilin) yang dapat melindungi tanaman dari serangan hama dan
penyakit. Kedudukan daun tersusun secara berjajar berseling. Batang anggrek
yang menebal merupakan batang semu yang dikenal dengan istilah pseudobulb
(pseudo-semu, bulb-batang yang menggembung), berfungsi sebagai penyimpan
air dan makanan untuk bertahan dalam keadaan kering (Sastrapradja, 1980).
Batang dan daun anggrek mengandung klorofil, hal ini sangat membantunya
memaksimalkan penyerapan sinar matahari untuk fotosintesis dalam habitatnya
di hutan yang minim cahaya. Klorofil pada batang anggrek tidak mudah hilang
atau terdegradasi walaupun daun-daunnya telah gugur, oleh sebab itu anggrek
juga memiliki julukan evergreen.
Akar tanaman anggrek berdasarkan fungsinya dibedakan menjadi akar
lekat dan akar udara. Akar pelekat dimiliki oleh tumbuhan yang secara
alamiah di bawah ruangan vegetasi hutan yang berkompetisi untuk
mendapatkan sinar matahari. Akar lekat berfungsi untuk melekatkan dan
menguatkan tubuh tanaman pada media, Contoh akar lekat dapat di jumpai
pada tanaman sirih (Piper betle) dan pada tanaman anggrek jenis simpodial
seperti Dendrobium, Bulbophyllum, maupun Cattleya. Sedangkan akar udara

atau akar gantung banyak dimiliki oleh jenis tumbuhan epifit dan salah satu

fungsinya adalah untuk bernapas dan menyimpan air yang di dapat dari uap
air di udara. Misalnya akar udara tanaman anggrek epifit (orchidaceae)
epidermis akaranya berkembang menjadi lapisan vellumi untuk bernapas dan
menyimpan air dari udara di sekitar nya (Nugroho, 2006).
B. Syarat Tumbuhnya Tanaman
Tanaman anggrek hampir tersebar luas dari daerah tropis sampai subtropis.
Tanaman anggrek akan tumbuha dengan sehat dan berbunga jika persyaratan
serta kebutuhan hidupnya terpenuhi dengan cukup dan baik. Adapun kebutuhan
kelangsungan hidup tanaman anggrek yaitu iklim, sirkulasi udara, kebutuhan
air, media tanam dan tempat tumbuh serta perawatan yang sesuai.
1. Iklim
Tanaman anggrek dapat tumbuha pada berbagai macam ketinggian
tempat. Jenis tanaman anggrek yang dapat tumbuh pada dataran rendah (0300 m/dpl) yaitu Vanda roxburhii, Acampe praemorsa. Sedangkan jenis
tanaman anggrek yang dapat tumbuh pada dataran tinggi (ketinggian 35005000 m/dpl) yang tumbuh di pegunungan Himalaya yaitu jenis
Bulbophyillum

retusiusculum,


Habenaria

cummisiana,

Herminium

longilobatum. Secara umum, dapat dikatakan bahwa tanaman anggrek
memerlukan sinar sebanyak 50-60%. Ini berarti bahwa tanaman anggrek
meyukai tipe sinar yang agak teduh (Ashari, 1995).
Tanaman anggrek merupakan jenis tanaman epifit, sehingga keteduhan
yang diperlukan diperoleh dengan selalu berada dibawah dedaunan pohon
yang ditumpanginya (Gunadi, 1985).
2. Sirkulasi Udara
Tanaman anggrek membutuhkan sirkulasi udara yang lembut dan terus
menerus. Jika sirkulasi udara tidak ada atau tidak lancar, tanaman anggrek
akan mudah diserang penyakit terutama yang disebabkan oleh cendawan
dan bakteri. Begitu pula jika sirkulasi udara terlalu kencang, akan
menyebabkan anggrek mengalami dehidrasi.
3. Kebutuhan Air


Tanaman anggrek dapat tumbuh dengan baik jika kebutuhan airnya
tercukupi. Sehingga frekuensi dan banyaknya penyiraman sangat tergantung
pada cuaca (suhu, angin, dan cahaya), jenis, ukuran tanaman, serta keadaan
lingkungan tanaman. Penyiraman yang berlebihan pada tanaman anggrek
akan menyebabkan penyakit kebusukan yang disebabkan oleh bakteri atau
cendawan. Sedangkan kekeringan yang berkepanjangan pad atanaman
anggrek akan menimbulkan dehidrasi (kekurangan air) yang ditandai
dengan pseudoblub (umbi semu) yang berubah menjadi keriput (Sutiyoso &
Sarwono, 2002).
4. Media Tanam
Menurut Iswanto (2002), berdasarkan habitatnya anggrek dapat
dibedakan menjadi lima jenis yaitu :
a. Anggrek epifit, yakni anggrek yang tumbuh menumpang pada tanaman
lain tanpa merugikan tanaman yang ditumpangi (tanaman inang).
Anggrek epifit membutuhkan naungan dari cahaya matahari. Contohnya,
anggrek dendrobium, cattleya, oncidium, dan phalaenopsis.
b. Anggrek semi-epifit. Anggrek ini tumbuh menumpang pada tanaman
lain, namun akarnya menggantung sebagai akar udara. Contohnya,
anggrek brassavola, epidendrum, laelia.
c. Anggrek terrestrial, yakni anggrek yang tumbuh di atas tanah. Anggrek

jenis ini membutuhkan cahaya matahari penuh dan cahaya matahari
langsung.
d. Anggrek litofit, yakni anggrek yang tumbuh pada batu-batuan.
Contohnya, anggrek dendrobium dan phalaenopsis.
e. Anggrek saprofit, yakni anggrek yang tumbuh pada media yang
mengandung humus atau daun-daun kering. Contohnya, Goodyera sp.
C. Kultur Jaringan
Menurut Suryowinoto (1991), dalam bahasa asing kultur jaringan disebut
sebagai tissue culture, weefsel cultuus atau gewebe kultur. Kultur sendiri
berarti budidaya dan jaringan adalah sekelompok sel yang mempunyai bentuk
dan fungsi yang sama. Maka, kultur jaringan berarti membudidayakan suatu

jaringan tanaman menjadi tanaman kecil yang mempunyai sifat seperti
induknya. Kultur jaringan atau budidaya in vitro adalah suatu metode untuk
mengisolasi bagian dari tanaman seperti protoplasma, sel, jaringan atau organ
yang serba steril. Ditumbuhkan pada media buatan yang steril, dalam botol
kultur yang steril dan dalam kondisi yang aseptik sehingga bagian-bagian
tersebut dapat memperbanyak diri dan beregenerasi menjadi tanaman yang
lengkap.
Teknik kultur jaringan sebenarnya sangat sederhana yaitu suatu sel atau

irisan suatu tanama yang disebut eksplan secara aseptik diletakan dan di
pelihara dalam medium padat atau cair yang cocok dan dalam keadaan steril.
Dengan cara demikian sebagian sel dalam permukaan irisan tersebut proliferasi
dan membentuk kalus. Apabila kalus yang di pidahkan di dalam medium
diferensiasi yang cocok maka akan terbentuk tanaman kecil yang lengkap yang
di sebut plantet. Dengan teknik kultur jaringan ini hanya dari irisan kecil suatu
jaringan tanaman dapat dihasilkan kalus yang dapat menjadi plantet dalam
jumlah besar (Panjaitan, 2005).
Teknik kultur jaringan akan berhasil apabila syarat-syarat yang diperlukan
terpenuhi. Syarat-syarat tersebut meliputi pemilihan eksplan sebagai bahan
dasar untuk pembentukan kalus penggunaan medium yang cocok, serta
keadaan aseptik dan pengaturan udara yang baik. Meskipun pada prinsipnya
semua jenis sel dapat di tumbuhkan, tetapi sebaiknya dipilih dari bagian
meristem, misalnya daun muda, ujung akar, ujung batang dan sebagainya. Bila
menggunakan embrio atau bagian-bagian biji yang lain sebagai eksplan, perlu
diperhatikan kemasakan embrio waktu imbibisi temperatur dan dormansi
(Panjaitan, 2005).
Menurut Isda (2014), kegunaan utama dari kultur jaringan adalah
mendapatkan tanaman baru dalam jumlah banyak serta waktu yang relatif
singkat, mempunyai sifat fisiologis dan morfologi sama persis dengan tanaman

induknya. Dari teknik in vitro ini diharapkan dapat diperoleh tanaman baru
yang bersifat unggul. Kultur jaringan merupakan salah satu alternatif untuk
mendapatkan tanaman anggrek Grammato-phyllum scriptum var. citrinum
dalam jumlah yang banyak. Pengakaran merupakan tahapan yang sangat

penting dalam pembentukan planlet untuk mikropropagasi secara in vitro.
media MS (Murashige and Skoog) merupakan media yang banyak digunakan
dalam kultur in vitro.
Dalam kultur jaringan ada dua golongan zat pengatur tumbuh pendorong
pertumbuhan yang sangat penting yaitu auksin dan sitokinin. Salah satu auksin
sintetik yang digunakan dalam kultur jaringan yaitu NAA (Naftalen asam
asetat) gunanya untuk merangsang pertumbuhan kalus, suspensi sel dan organ.
Sedangkan golongan sitokini sintetik yang biasanya digunakan yaitu BAP
(Benzyl amino purine) gunanya adalah untuk merangsang pembelahan sel
(Panjaitan, 2005).
D. Tahap-tahap dalam Teknik Kultur Jaringan
Adapun tahapan yang dilakukan dalam pembanyakan tanaman dengan
menggunakan teknik kultur jaringan yaitu:
1. Pembuatan Media
Media merupakan faktor penentu dalam perbanyakan dengan kultur

jaringan. Komposisi media yang digunakan tergantung dengan jenis
tanaman yang akan diperbanyak. Media yang digunakan biasanya terdiri
dari garam mineral, vitamin, dan hormon. Selain itu, diperlukan juga bahan
tambahan seperti agar, gula, dan lain-lain. Zat pengatur tumbuh (hormon)
yang ditambahkan juga bervariasi, baik jenisnya maupun jumlahnya,
tergantung dengan tujuan dari kultur jaringan yang dilakukan. Media yang
sudah jadi ditempatkan pada tabung reaksi atau botol-botol kaca. Media
yang digunakan juga harus disterilkan dengan cara memanaskannya dengan
autoklaf.
2. Inisiasi
Inisiasi merupakan pengambilan eksplan dari bagian tanaman yang
akan dikulturkan. Bagian tanaman yang sering digunakan untuk kegiatan
kultur jaringan adalah tunas. Sterilisasi adalah bahwa segala kegiatan dalam
kultur jaringan harus dilakukan di tempat yang steril, yaitu di laminar flow
dan menggunakan alat-alat yang juga steril. Sterilisasi juga dilakukan
terhadap peralatan, yaitu menggunakan etanol yang disemprotkan secara

merata pada peralatan yang digunakan. Teknisi yang melakukan kultur
jaringan juga harus steril.
3. Sterilisasi

Sterilisasi dan teknik aseptic adalah cara-cara untuk menhindari adanya
kontaminasi oleh mikroorganisme. Adapun sterilisasi dalam proses
pembanyakan tanaman yaitu:
a. Sterilisasi media, alat-alat dan instrumen
Metode rutin untuk sterilisasi media, alat-alat gelas dan instrumen
adalah dengan autoclave pada tekanan 15 ibs selama 15-20 menit. Alatalat gelas dan instrumen dapat disterilkan dengan autoclave atau
pemanasan kering dalam oven pada suhu 150ºC selama 2-3 jam. Untuk
menghindari rekontaminasi alat-alat tersebut dapat dibungkus dulu
dengan kertas alumunium atau kertas coklat atau dimasukkan dalam
kotak sterilisasi sebelum di autoclave dan tetap terbungkus sebelum alat
tersebut dipergunakan. Selama digunakan instrumen sering disterilkan
dengan cara dimasukkan ke dalam alkohol 70%.
b. Sterilisasi bahan tanaman
Permukaan bahan tanaman dibebashamakan (disterilkan) dengan
sterilisasi permukaan. Bahan yang umum digunakan untuk sterilisasi
permukaan antara lain sodium atau natrium hipoklorit. Bahan tanaman
sering pula dicelup di dalam alkohol 70% untuk menhilangkan lapisan
liin sebelum dimasukkan ke dalam sterilan. Dalam sterilan perlu
ditambhakan juga beberapa tetes detergent cair. Tabung-tabung atau
botol-botol yang berisi medium cair dan potongan jangan diletakkan di
atas alat pengocok didalam ruang pemeliharaan yang dilengkapi dengan
AC. Suhu yang diperlukan berkisar antara 18-20ºC.
4. Multiplikasi
Multiplikasi yaitu suatu kegiatan memperbanyak calon tanaman dengan
menanam eksplan pada media. Kegiatan ini dilakukan di laminar flow untuk
menghindari adanya kontaminasi yang menyebabkan gagalnya pertumbuhan
eksplan. Tabung reaksi yang telah ditanami ekplan diletakkan pada rak-rak
dan ditempatkan di tempat yang steril dengan suhu kamar.

5. Pengakaran
Pengakaran merupakan fase dimana eksplan akan menunjukkan adanya
pertumbuhan akar yang menandai bahwa proses kultur jaringan yang
dilakukan mulai berjalan dengan baik. Pengamatan dilakukan setiap hari
untuk melihat pertumbuhan dan perkembangan akar serta untuk melihat
adanya

kontaminasi

oleh

bakteri

ataupun

jamur.

Eksplan

yang

terkontaminasi akan menunjukkan gejala seperti berwarna putih atau biru
(disebabkan jamur) atau busuk (disebabkan bakteri).
6. Aklimatisasi
Suatu kegiatan yang memindahkan eksplan keluar dar ruangan aseptik
ke bedeng disebut dengan aklimatisasi. Pemindahan dilakukan secara hatihati dan bertahap, yaitu dengan memberikan sungkup. Sungkup digunakan
untuk melindungi bibit dari udara luar dan serangan hama penyakit karena
bibit hasil kultur jaringan sangat rentan terhadap serangan hama penyakit
dan udara luar. Setelah bibit mampu beradaptasi dengan lingkungan barunya
maka secara bertahap sungkup dilepaskan dan pemeliharaan bibit dilakukan
dengan cara yang sama dengan pemeliharaan bibit generatif.

BAB III
METODOLOGI PRAKTIKUM
A. Waktu dan Tempat
Praktikum tentang Kultur Jaringan pada tanaman anggrek (Dendrobium
sp.) dilaksanakan pada Selasa, 9 Januari 2018 pukul 13.00-15.00 WIB. Di
Laboratorium Kultur Jaringan Universitas Negeri Yogyakarta.
B.

Alat dan Bahan
1. Alat
Alat yang digunakan pada praktikum ini yaitu petridish steril, skalpel
steril, pinset steril, sarung tangan karet, bunsen, erlenmeyer, magnetic
stirrer, autoklaf, Laminar Air Flow (LAF)
2. Bahan
Bahan yang digunakan pada praktikum ini yaitu biji bunga anggrek
(Dendrodium sp.), media NP, akuades, larutan stok makronutrien, larutan
stok hara mikro, vitamin, iron (besi), myo-inositol, air kelapa, sukrosa,
gula pasir, larutan NaOH, larutan HCl,

C. Cara Kerja
Adapun cara kerja pada praktikum ini yaitu:
1. Membuat Media NP
a. Siapkan erlenmeyer 1000 mL yang telah diisi dengan 500mL aquadest
b. Tambahkan

10

mL larutan

stok

makronutrien,

aduk

merata

menggunakan magnetic stirrer
c. Tambahkan satu per satu larutan stok hara mikro, vitamin, iron (besi),
myo-inositol
d. Masukkan air kelapa sebanyak 150 mL
e. Masukkan sucrosa atau dapat diganti dengan gula pasir sebanyak 20
gram per liter media MS

f. Ukur pH larutan dan sesuaikan pH-nya sehingga berada pada Ph 5,75,8. Jika terlalu basa ditambah dengan HCl dan jika terlalu asam maka
ditambah larutan NaOH
g. Ukur lagi larutan tersebut sehingga mancapai 1 liter dan kembalikan ke
dalam beaker atau erlenmeyer
h. Tambahkan agar 7 gram untuk 1 liter media (media solid) dan aduk
serta panasi media hingga mendidih menggunakan magnetic stirrer
i. Tuang ke dalam botol kultur secukupnya. Kemudian tutup dengan
alumunium foil/palstik dan beri label (NP)
j. Sterilisasi dalam autoklaf dengan temperatur 121ºC selama 15 menit.
2. Penaburan Biji Anggrek
a. Buah anggrek dibersihkan dari bagian-bagian yang berpotensi menjadi
sumber kontaminan
b. Bbuah anggrek dicuci menggunkan detergen dengan cara disikat,
kemudian dibilas dengan air mengalir, dan dikeringkan dengan kertas
tisu
c. Dilakukan sterilisasi eksplan (buah) didalam LAF, dengan cara: buah
dicelup dalam alkohol 96% dan (dengan bantuan pinset) buah dilalukan
dalam api. Proses tersebut diulang sebanyak 3 kali
d. Setelah buah steril, biji anggrek dikeluarkan dari dalam buah dengan
cara: buah dipotong melintang dan membujur menggunakan pisau
(scalpel), kemudian dikeluarkan dari dalam buah menggunakan bantuan
sendok (spatula). Biji yang sudah dikeluarkan ditampung dalam
petridish yang sudah dialasi dengan kertas saring.
e. Biji ditabur dalam mediuum kultur in vitro yang sudah ditempatkan
dalam botol secara aseptis (steril)
f. Botol ditutup kembali dan tutup botol dirapatkan dengan plastik warap
(sealed) serta diberi label: nama tanaman, tanggal penanaman, nama
penanam (orang yang menanam)
3. Subkultur (Overplanting) Anggrek
a. Bibit anggrek hasil kultur biji dikeluarkan dari dalam botol secara
aseptis

b. Bibit dipindahtanamkan pada medium kultur yang baru secara aseptis
c. Botol kultur ditutup kembali dan tutup botol dirapatkan dengan plastik
wrap (sealed), serta diberi label; nama tanaman, tanggal penanaman,
nama penanam (orang yang menanam)
d. Regenerasi tanaman dilakukan dengan menempatkan botol dalam rakrak yang diberi pencahayaan menggunakan lampu TL pada suhu
konstan 25ºC.

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
Tabel. Pengamatan Kultur Jaringan Tanaman Anggrek (Dendrobium sp.)
Gambar Pengamatan

Keterangan
1. Media MS
2. Benih anggrek yang

barutumbuh
1
2

Gambar 1. Penyemaian benih tanaman
anggrek (Dendrobium sp.)
Sumber: Dok. Pribadi, (2018)
1. Daun tanaman
anggrek
1
2
3
4

2. Tangkai tanaman
anggrek
3. Media MS
4. Akar tanaman

anggrek

Gambar 2. Tanaman anggrek
(Dendrobium sp.) yang masih muda
Sumber: Dok. Pribadi, (2018)

1

1. Daun tanaman
anggrek
2. Batang tanaman
anggrek
3. Akar tanaman

anggrek

2
3
Gambar 3. Tanaman anggrek
(Dendrobium sp.) yang sudah siap
dikeluarkan
Sumber: Dok. Pribadi, (2018)
Gambar Pengamatan

Keterangan
1. Batang muda
2. Daun muda
1
2
3

Gambar 4. Tanaman anggrek
(Dendrobium sp.) yang berbunga
Sumber: Dok. Pribadi, (2018)
B. Pembahasan
Di Indonesia jenis tanaman anggrek memiliki

3. Media MS

BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kultur jaringan merupakan salah satu cara untuk memperbanyak
tanaman secara vegetatif dengan cara menambahkan bagian-bagian tertentu
dari tanaman seperti sel, jaringan dan organ dalam kondisi yang aseptik dan
secara in vitro. Media digunakan dalam pelaksanaan kultur jaringan yaitu
media MS. Dalam pembuatan media harus memperhatikan pH yang
terkandung dalam media, karena pH sangat berpengaruh pada sifat media
serta dalam pembuatan media kultur, baik alat maupun media kultur perlu
dilakukan sterilisasi.
B. Saran
Sebaiknya sebelum dalam pembuatan media kultur jaringan dilakukan
pensterilan terlebih dulu baik pada alat maupun media kulturnya. Sterilisasi
ini harus dilakukan dengan dalam waktu yang cukup lama terkadang
pensterilisasi dalam waktu yang singkat terkadang belum tentu membunuh
keseluruhan mikrobia sehingga terjadi kontasminasi.

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN FOTO

Gambar. Penyemaian biji anggrek
Sumber: Dok. Pribadi (2018)

Gambar.

DAFTAR PUSTAKA
Isda, Mayta Novaliza dan Siti Fatonah. (2014). Induksi Akar pada Eksplan Tunas
Anggrek Grammatophylum scriptum var. citrinum secara In Vitro pada
Media MS dengan Penambahan NAA dan BAP. Jurnal Biologi, 7 (2): 53-57.
Panjaitan, Ernitha. (2005). Respons Pertumbuhan Tanaman Anggrek
(Dendrobium sp.) terhadap Pemberian BAP dan NAA Secara In Vitro. Jurnal
Penelitian Bidang Ilmu Pertanian, 3 (3): 45-51.