BIOTEKNOLOGI dan yang id bab 20

TOPIK 1
PENGENALAN LABORATORIUM DAN ALAT – ALAT
KULTUR JARINGAN TANAMAN
Oleh : Zeisa Bintan Tsalitsan

(A24130036)

PENDAHULUAN

Latar Belakang
Kultur jaringan adalah salah satu metode yang digunakan dalam
pengembangan Bioteknologi Tumbuhan. Metode ini merupakan prosedur
pemeliharaan dan pertumbuhan jaringan tanaman (sel, kalus, protoplas) serta
organ (batang, akar, embrio) pada kultur aseptis (in vitro). Metode kultur jaringan
diantaranya digunakan untuk perbanyakan tanaman, modifikasi genotip (plant
breeding),

produksi

metabolit


sekunder,

pemeliharaan

plasma

nutfah,

penyelamatan embrio (embryo rescue) (Hartmann dkk 1997). Menurut Pierik
(1977), ada beberapa kelebihan metode kultur jaringan dibandingkan metode yang
lain yaitu 1). Metode perbanyakan lebih cepat dibandingkan metode yang lain; 2).
Metode ini digunakan untuk perbanyakan tanaman yang sulit diperbanyak dengan
metode konvensional; 3). Tanaman hasil kultur jaringan mempunyai jaringan yang
lebih kuat dibandingkan metode yang lain ;4). Dapat digunakan untuk
memperoleh tanaman yang bebas penyakit dan tidak terbatas oleh musim dalam
pelaksanaanya.
Laboratorium Kultur Jaringan Tumbuhan terdiri dari ruangan-ruangan
yang dipisahkan berdasarkan fungsinya, yaitu ruang persiapan (preparation area),
ruang


penanaman

(transfer

area),

ruang

pertumbuhan

(growing

area).

Seberapapun luasnya laboratorium, ketiga ruang tersebut harus ada. Ketiga ruang
di atas juga harus terpisah dari kebun bibit dan green house untuk menghindari
masuknya kontaminasi ke dalam ruang kultur. Kebersihan lantai, meja dan kursi
harus terus dijaga secara intensif (Hartman dkk, 1997).
Melakukan kegiatan kultur jaringan diperlukan ruang dan peralatan.
Ukuran ruang yang diperlukan dapat disesuaikan dengan volume aktivitas kultur

jaringan yang akan dilakukan. Ruang yang diperlukan untuk kegiatan kultur
jaringan yaitu laboratorium yang ideal yang memiliki ruang persiapan yang di
dalamnya terdapat timbangan analitik, lemari pendingin, hotplate, mikrowave,
oven, pH meter, alat-alat gelas standar (labu takar, pipet volume, erlenmeyer,
gelas piala, batang pengaduk dari gelas dan wadah kultur), alat untuk mencuci

(wastafel), lemari untuk alat dan bahan kimia, sentrifuse, fumehood, destilator dan
kereta dorong, ruang transfer yang di dalamnya terdapat laminar air flow,
dissecting, mikroskop, alat diseksi, lemari tempat penyimpanan alat-alat steril dan
timbangan kecil, ruang kultur yang dilengkapi dengan rak kultur dan lampu
fluorescent, timer untuk mengatur lama penyinaran, AC untuk mengontrol
temperatur, mikroskop binokuler dan shaker (Barahima 2011).
Tujuan
Praktikum ini bertujuan untuk mengenal alat-alat kultur jaringan di
laboratorium dan mengetahui cara kerja alat tersebut beserta fungsinya.

BAHAN DAN METODE
Alat dan Bahan
Pengenalan laboratorium dan alat-alat kultur jaringan tanaman semua
praktikan memakai jas laboratorium dan membawa alat tulis seperti buku dan

pulpen untuk menulis penjelasan dari dosen dan asisten praktikum saat
menjelaskan.
Metodologi
Prosedur kerja pada praktikum ini yaitu sebagai berikut :
a. Mempersilahkan praktikan masuk ke dalam area laboratorium dengan terlebih
dahulu memakai baju atau jas laboratorium.
b. Memberikan respon kepada praktikan dan sedikit pengarahan serta pengenalan
tentang kegiatan yang akan di lakukan praktikan.
c. Mempersilahkan praktikan masuk ke dalam ruangan kultur jaringan.
d. Memperkenalkan alat dan bahan di masing-masing ruangan tempat praktikum.
e. Memperhatikan dan mendengarkan setiap penjelasan dari asisten kemudian
mencatat cara kerja dan fungsi masing-masing alat yang terdapat di laboratorium
in vitro.

HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
Alat-alat yang digunakan di dalam laboratorium untuk praktikum kultur
jaringan tanaman seperti tabel dibawah ini.
Tabel 1. Beberapa alat dalam praktikum kultur jaringan
No

1

Gambar Alat

Nama Alat
Timbangan Analitik

2

Autoclave

3

Laminar Air Flow

4

Hotplate stirrer

5


Oven

6

Gelas ukur

7

Bola hisab

8

Shaker inkubator

9

Botol spiritus

10


Beaker glass

11

Pipet

12

Botol semprot

13

Gelas pengaduk

14

Gelas kultur

15


Labu ukur

16

Microwave

17

pH meter

18

Pipet ukur

19

Rak kultur

20


Spatula

21

Gunting
Pisau lanset

Pembahasan
Alat dan bahan yang digunakan dalam kegiatan di laboratorium
memerlukan perlakuan khusus sesuai sifat dan karakteristik masing-masing.
Perlakuan yang salah dalam membawa, menggunakan dan menyimpan alat dan
bahan di laboratorium dapat menyebabkan kerusakan alat dan bahan, terjadinya
kecelakaan kerja serta dapat menimbulkan penyakit. Cara memperlakukan alat
dan bahan di laboratorium secara tepat dapat menentukan keberhasilan dan
kelancaran kegiatan. Adapun perlakuan terhadap alat-alat di laboratorium seperti
membawa alat sesuai petunjuk penggunaan, menggunakan alat sesuai petunjuk
penggunaan, menjaga kebersihan alat dan menyimpan alat (Yuwono triwibowo,
2008).
Berdasarkan tabel hasil diatas ada beberapa alat yaitu Timbangan Analitik,

Autoclave, Laminar Air Flow, Hotplate stirrer, Oven, Gelas ukur, Bola hisab,
Shaker, Botol spiritus, Beaker glass, Pipet, Botol semprot, Gelas pengaduk, Gelas
kultur, Labu ukur, Microwave, pH meter, Pipet ukur, Rak kultur, Spatula, Gunting,
dan Pisau lanset. Kegunaan dari timbangan analitik yaitu untuk menimbang bahan

percobaan. Autoclave berfungsi untuk mensterilkanbahan, alat, danmedia yang
akandigunakan dalampembiakan kultur jaringan.
Laminar Air Flow yaitu tempat pengerjaan kultur jaringan dalam kondisi
steril yang dengan kaca sebagai penutup ruangannya dan dilengkapi dengan
lampu serta lampu ultraviolet (UV) juga digunakan untuk mensterilkan ruang,
sebelum LAF digunakan. Pemotongan eksplan juga dilakukan di dalam LAF yang
kemudian dilanjutkan dengan beberapa tahapan sterilisasi sebelum ditanam pada
media kultur. Hot plate stirrer digunakan untuk pemanas larutan dan
menghomogenkan larutan. Oven berfungsi untuk memanaskan bahan. Gelas ukur
berfungsi untuk mengukur volume larutan. Bola hisab digunakan untuk menyedot
larutan yang dipasang pada pipet ukur dan untuk membuang gas.
Shaker Inkubator digunakan untuk mengaduk koloni bakteri atau
menhomogenkan larutan dengan suhu tertentu. Botol spiritus merupakan alat yang
digunakan untuk membakar zat atau memanaskan larutan selain itu untuk
memanaskan alat yang akan digunakan sebelum melalukan percobaan agar kuman


dan bakteri yang menempel pada alat tersebut mati. Beaker glass berfungsi untuk
menampung bahan kimia atau larutan dalam jumlah yang banyak. Pipet tetes
berfungsi untuk memindahkan beberapa tetes zat cair. Botol semprot berfungsi
untuk menyimpan aquadest dan digunakan untuk mencuci atau membilas alat-alat
dan bahan. Gelas pengaduk berfungsi untuk mengaduk larutan tanpa alat
pengaduk tambahan hanya menggoyangkan gelas saja.
Gelas kultur berfungsi sebagai tempat untuk mengkultukan atau menanam
eksplan yang siap untuk ditanam. Labu ukur berfungsi menampung dan
mencampur larutan kimia. Microwave hampir sama dengan oven yaitu berfungsi
untuk menghangatkan atau mencairkan serta menaikkan suhu. pH meter adalah
alat untuk mengukur tingkat keasaman dan kebasaan suatu larutan atau bahan
percobaan. Pipet ukur digunakan untuk mengambil larutan dengan volume
tertentu sesuai dengan label yang tertera pada bagian pada bagian yang
menggembung. Rak kultur berfungsi untuk menyimpan botol-botol kultur yang
telah di sterilkan. Spatula berfungsi untuk memindahkan bahan-bahan kimia.
Gunting, pisau dan lanset digunakan sebagai alat untuk memotong bahan
tanaman, memindahkan bahan tanaman agar tidak menggunakan kontak langsung
dengan tangan.

PENUTUP
Simpulan
Alat-alat kultur jaringan sangat beragam dan fungsi setiap alat berbeda
sesuai penggunaan dan jenisnya. Dengan melakukan pengenalan alat praktikum
ini menjadi lebih paham dalam penggunaan setiap alatnya agar tidak terjadi
kesalahan dalam praktikum percobaan.

Saran
Praktikan sebaiknya berhati-hati dalam penggunaan alat laboratorium agar
tidak terjadi kerusakan.

DAFTAR PUSTAKA
Barahima Abbas. 2011. Prinsip dasar teknik kultur jaringan. Alfabeta. Bandung.
Hartmann, H.T., D.E. Kester, F.T. Davies Jr., and R.L. Geneve. 1997. Plant
Propagation: Principle And Practices. Sixth Ed.
Pierik, R.M.L. 1987. In Vitro Culture of Higher Plants. Martinus Nijhoff
Publishers. Dordrecht.The Netherlands.

Yuwono Triwibowo. 2008. Bioteknologi pertanian. Universitas Gadjah Mada
Press. Jakarta.

TOPIK 2
PEMBUATAN MEDIA KULTUR JARINGAN TANAMAN
Oleh : Zeisa Bintan Tsalitsan

(A24130036)

PENDAHULUAN

Latar Belakang
Kultur jaringan yaitu suatu metode untuk mengisolasi bagian dari suatu
tanaman seperti protoplasma, sel, sekelompok sel, jaringan dan organ serta
menumbuhkannya dalam kondisi aseptik sehingga bagian-bagian tersebut dapat
memperbanyak diri dan beregenerasi menjadi tanaman yang utuh kembali. Teknik
kultur jaringan telah digunakan secara luas selain untuk mendapatkan tanaman
bebas virus dapat digunakan sebagai metode untuk memperbaiki sumber plasma
nutfah, yaitu mendapatkan tanaman yang lebih baik dari tetuanya (Satria 2004).

Bahan-bahan yang diperlukan dan biasa digunakan dalam metode kultur
jaringan adalah media MS (Murashige and Skoog), yang terdiri dari makronutrien,
mikronutrien, vitamin, iron, zat pengatur tumbuh (ZPT), myoinositol, sukrosa dan
agar. Bahan-bahan seperti makronutrien, mikronutrien, vitamin, zpt, dan iron
biasanya dibuat dalam bentuk larutan stok (media yang lebih pekat), sehingga
pada saat akan membuat media, cukup mengambil larutan stok yang sudah dibuat.
Zat pengatur tumbuh sangat penting digunakan untuk mengontrol organogenesis
dan morfogenesis dalam pembentukan dan perkembangan tunas dan akar, serta
pembentukan kalus. Penggunaan ZPT tergantung pada arah pertumbuhan jaringan
tanaman yang diinginkan. Jenis dan konsentrasi ZPT untuk setiap tanaman
berbeda tergantung pada genotip 2 dan kondisi fisiologi jaringan tanaman
(Endang G. Lestari, 2011)
Pembuatan stok bertujuan untuk mempermudah dibandingkan setiap kali
membuat media harus menimbang (Edhi Sandra, 2013). Pada pembuatan stok
media, pemberian label pada botol larutan stok juga jangan sampai lupa dan harus
benar agar mempermudah pada saat akan membuat media kultur. Selain media
kultur jaringan, ada beberapa bahan yang digunakan untuk sterilisasi eksplan,
diantaranya adalah detergen, alkohol, clorox, aquadest steril, dan spiritus yang
dapat digunakan untuk sterilisasi permukaan LAF atau untuk cairan dalam
bunsen.
Media MS merupakan media kultur jaringan yang banyak digunakan
untuk mengkulturkan berbagai jenis tanaman, karena media ini mengandung
unsur hara makro dan mikro yang lebih lengkap dibandingkan penemu-penemu
sebelumnya. Setelah penemuan media MS, banyak berkembang modifikasimodifikasi media untuk tujuan tertentu, contoh media Nitsch & Nitsch (1969)
untuk kultur anther dan media SH (Schenk & Hidebrant) untuk kultur kalus
monokotil dan dikotil (Edhi Sandra, 2013). Media VW (Vacin & Went) dan media
organik yang digunakan untuk perbanyakan anggrek, serta media WPM (Woody
Plant Media) untuk tanaman berkayu, atau tanaman perdu atau pohon berkayu

Tujuan
Tujuan

dari

pratikum

ini agar

dapat

mengetahui

dan berlatih

proses pembuatan media kultur jaringan tanaman komposisi MS yang baik dan
benar.

BAHAN DAN METODE
Alat dan Bahan
Alat yang diperlukan dalam pembuatan media yaitu labu takar, botol
kultur, pipet, panci, kompor gas, karet gelang, dan plastik penutup.
Bahan yang digunakan yaitu larutan stok seperti tercantum dalam Tabel
lampiran 1, gula, agar-agar, akuades, HCL 1N atau KOH 1N

Metodologi
1. Pipet larutan stok seperti tercantum dalam Tabel lampiran 1 dan masukkan
ke dalam labu takar.

2. Larutkan gula dengan menambahkan akuades sebanyak 50 ml dan
campurkan dengan larutan stok yang telah dipipet.
3. Tambahkan ke dalam larutan tadi akuades sampai mencapai mendekati
500 ml.
4. Tera pH media dengan menambahkan HCL 1N atau KOH 1N sampai
mencapai 5.9.
5. Masukkan media ke dalam panci dan tambahkan agar sebanyak 7-8 g lalu
masak hingga mendidih.
6. Masukkan media ke dalam botol kultur sebanyak 25 ml dan tutup botol
dengan plastik lalu diikat dengan karet gelang. Beri kode pada plastik dan
kode kelompok dengan huruf yang kecil. Sterilkan media dengan
autoclave selama 20 menit. Media yang steril disimpan di ruang kultur
pada suhu 200C.
Skema Pembuatan Media dengan Media Dasar MS (1 Liter) menggunakan
setengah dari kebutuhan stok
Larutkan 30 gram gula ke dalam aquades

Masukkan ke dalam labu takar 1 liter

Tambahkan 10 ml masing-masing larutan stok A dan B

Tambahkan 2.5 ml masing-masing larutan stok C, D dan E

Tambahkan 10 ml masing-masing stok F, Myo dan VIT

Tambahkan media kevdalam tempat yang volumenya 2 liter, lalu
tambahkan 7-8 gram agar-agar

Panaskan media sampai agar-agar larut (sambil diaduk)

Tuangkan media ke dalam botol kultur steril


Sterilisasi media selama 15-20 menit pada suhu 1210C tekanan
17.5 psi

HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
Media kultur yang baik dan dapat digunakan sebagai bahan tanaman yaitu
media yang steril dari kontaminasi. Berikut ini tabel hasil pengamatan
kontaminasi pada media kultur jaringan tanaman.
Tabel pengamatan kontaminasi pada media kultur jaringan
Kelompo
k
1
2
3
4
5
6
7

Media (botol)
Tidak
Konta
Kontam
20
20
10
20
20
20
20

m
0
0
0
0
0
0
0

8
9
10
11
12
Jumlah

12
20
20
20
20
222

0
0
0
0
0
0

Pembahasan
Media yang digunakan dalam praktikum kultur jaringan yaitu media padat
dengan jenis media Murashige and Skoog (MS). Medium padat umumnya
digunakan untuk menghasilkan kalus yang selanjutnya diinduksi membentuk
tanaman yang lengkap (planlet). Media tumbuh dapat mengandung lima
komponen utama, yaitu senyawa anorganik (unsur makro dan unsur mikro), zat
pengatur tumbuh, sumber karbon, vitamin dan suplemen organik. Media kultur
jaringan juga memerlukan bahan tambahan seperti agar, gula (digunakan sebagai
sumber energi), dan lain-lain.
Media ini berbentuk padat karena tambahan dari agar-agar yang diberikan
sebanyak 7-8 gram. Agar adalah campuran polisakarida yang diperoleh dari
beberapa spesies algae dan digunakan sebagai bahan pemadat media. Gula
digunakan sebagai sumber energi dalam media kultur, karena umumnya bagian
tanaman atau eksplan yang dikulturkan tidak autotrof dan mempunyai laju
fotosintesis yang rendah. Pemilihan jenis media kultur yang tepat akan
menghasilkan pertumbuhan dan perkembangan eksplan sesuai yang diinginkan.
Penambahan HCL 1N atau KOH 1N sampai mencapai 5.9 karena pH media
biasanya sedikit masam. Media biasanya diatur pada kisaran 5.6-5.8 tapi tanaman
yang berbeda mungkin memerlukan pH yang berbeda untuk pertumbuhan
optimum. Jika pH lebih tinggi dari 6.0, media mungkin menjadi terlalu keras dan
jika pH kurang dari 5.2, agar tidak dapat memadat (Arianto 2006).
Setiap kelompok membuat rata-rata membuat 20 botol media dengan
volume 25 ml dan hasilnya 100% berhasil tidak terjadi kontaminasi akan tetapi
ada beberapa kelompok yang kurang dari 20 botol, hal ini terjadi karena botol
media tersebut bergabung dengan hari praktikum lain sehingga terbawa oleh
kelompok praktikum hari lain. Karena media terlihat bagus, agarnya bisa

mengeras dan tidak terjadi kontaminasi sebelum dilakukan penanaman eksplan.
Setelah didiamkan selama satu minggu, media pun tidak terjadi kontaminasi.
Media yang bagus dan steril dari kontaminasi dapat digunakan sebagai media
kultur jaringan tanaman. Proses sterilisasi, baik yang dilakukan terhadap peralatan
pembuatan media maupun terhadap media itu sendiri dilakukan dengan
menggunakan Autoklaf. Di dalam autoklaf tersebut peralatan dan media
dipanaskan pada suhu 1210C dan diberi tekanan sebesar 17.5 psi dalam beberapa
waktu tertentu. Perlakuan tersebut mengakibatkan berbagai mikroorganisme
seperti bakteri ataupun cendawan dan kemudian akhirnya tidak tahan dan mati.
Peralatan media pun menjadi steril.

PENUTUP
Simpulan
Media merupakan faktor penentu dalam perbanyakan dengan kultur
jaringan. Pembuatan media berhasil 100%, tetapi belum bisa dipastikan
kemampuannya untuk menumbuhkan eksplan. Semakin sedikit media yang
terkontaminasi maka semakin baik tingkat keberhasilan kita. Penggunaan autoklaf
juga sangat berpengaruh dalam pembuatan media yang steril dari kontaminasi.
Penggunaan autoklaf yang benar dapat menghasilkan media yang steril dari
kontaminasi karena autoklaf dapat dipakai untuk membunuh mikroorganisme
seperti bakteri dan cendawan, sehingga media yang kita buat dapat steril dari
mikroorganisme-mikroorganisme tersebut.
Saran
Dalam pembuatan media semua alat harus steril dan penggunaan autoklaf
harus benar. Praktikan harus dapat menjaga kondisi tempat maupun media agar
tetap steril karena dapat mempengaruhi pada pertumbuhan eksplan.

DAFTAR PUSTAKA
Arianto, N, Heru Sugito 2006. Pedoman Pelaksanaan Teknik Kultur Jaringan.
Penerbit :Penebar Swadaya. Jakarta.
Edhi Sandra .2013. Cara Mudah Memahami dan Menguasai Kultur Jaringan. IPB
Press.
Endang G. Lestari. 2011. Peranan Zat Pengatur Tumbuh dalam Perbanyakan
Tanaman melalui Kultur Jaringan. Jurnal Biogen 7 (1):63-68
Satria 2004. Kultur Jaringan Teknik Perbanyakan Tanaman Secara Modern.
Jakarta : Panebar Swadaya.

LAMPIRAN
Tabel 1. Komposisi Media Murashige – Skoog (1962)
Stok

A
B
C

D
E

F

Bahan

NH4NO3
KNO3
KH2PO4

Konsentrasi

Voume yang

Konsentrasi

larutan stok

di pipet

dalam media

g/liter)

(ml/liter

(mg/L)

82.500
95.000
34.000

media)
20
20
5

1.650
1.900
170

1.240

6.2

0.05

0.250

0.005

0.025

CaCl2.2H2O
MgSO4.7H2O

0.166
88.000
74000

MnSO4.4H2O

4.460

22.3

ZnSO4.7H2O

1.720

6.6

CuSO4.5H2O
Na2EDTA

0.005
3.730

0.025
37.3

5
5

10

0.830
440
370

Vit

Myo
Gula

FeSO4.7H2O
Thiamine

2.780
0.010

Niacin

0.050

0.5

Pyrodoxine

0.050

0.5

Glycin
Myo inositol
Gula Pasir

0.200
10
30

10

10

27.8
0.1

2.0
100