BAB I PENDAHULUAN dasar fungsi tujuan pe

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan Nasional berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Republik
Indonesia Tahun 1945 berfungs mengembangkan kemampuan dan membentuk watak
serta peradaban bangsa yang bermatabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa,
bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang
beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu,
cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga Negara yang demokrasi serta bertanggung
jawab. Untuk mengembangkan fungsi tersebut pemerintah menyelenggarakan suatu
sistem pendidikan nasional yang tercantum dalam UUD No.20 Tahun 2003 tentang
sistem pendidikan nasional.
Karena itu, suatu pendidikan sangat dibutuhkan oleh masyarakat di Indonesia karna
mengingat pendidikan itu sendiri sangat berguna untuk kemajuan suatu bangsa dan
Negara. Disini kami pemakalah akan membahas tentang pentingnya mengetahui arti dari
pendidikan nasional.
B. Rumusan Masalah
1. Apa Pengertian , Dasar dan Tujuan Pendidikan Nasional ?
2. Apa Sistem Pendidikan Nasional ?
3. Apa Hak dan Kewajiban Kependidikan ?
C. Tujuan Penulisan

1. Mengetahui Pengertian, Dasar dan Tujuan Pendidikan Nasional
2. Mengetahui Sistem Pendidikan Nasional
3. Mengetahui Hak dan Kewajiban Kependidikan

BAB II
PEMBAHASAN
1

A. Pengertian Pendidikan Nasional
Dalam arti sederhana pendidikan sering diartikan sebagai usaha manusia untuk membina
kepribadiannya sesuai dengan nilai-nilai di dalam masyarakat dan kebudayaan. Dalam
perkembangannya, istilah pendidikan atau paedagogie berarti bimbingan atau pertolongan
yang diberikan dengan sengaja oleh orang dewasa agar dia menjadi dewasa. Selanjutnya,
pendidikan diartikan diartikan sebagai usaha yang dijalankan oleh seseorang atau kelompok
orang lain agar menjadi dewasa atau mencapai tingkat hidup atau penghidupan yang lebih
tinggi dalam arti mental.1
Adapun secara terminologi (istilah), arti pendidikan sebagaimana dikemukakan oleh
para ahli pendidikan antara lain :
a. Sir Godfrey Thomson memberikan pengertian pendidikan sebagai berikut :
“By education I mean the influence of the environment upon the individual to produce a

permanent change in his habits of behaviour, of thought, and of attitude”.
“Yang saya maksud dengan pendidikan adalah pengaruh dari lingkungan terhadap
individu untuk dapat menghasilkan perubahan yang permanen dalam kebiasaannya bertingkah
laku, berpikir”.
b. George F. Kneller memberikan pengertian pendidikan sebagai berikut :
“Education is the proces of self realization in which the sel realizes and developes all
its potentialities”.
“Pendidikan adalah proses penyadaran diri, dimana diri tersebut menyadarkan dan
mengembangkan semua potensi-potensinya”.
c. Syekh Musthofa Al Ghulayani memberikan pengertian pendidikan, yaitu :
“Pendidikan adalah menanamkan akhlak mulia dalam jiwa anak yang sedang
berkembang dengan beberapa petunjuk dan nasehat, sehingga menjadi suatu watak dari
kepribadiannya, kemudian berakhlak mulia dan baik serta cinta beramal untuk
kemanfaatan tanah air”.
Dari beberapa pengertian pendidikan di atas dapat dipahami bahwa pendidikan adalah
bimbingan yang dilakukan secara sadar oleh pendidik kepada peserta didik dalam rangka
pertumbuhan dan perkembangan jasmani maupun rohani untuk mencapai kedewasaan
yang berjalan secara terus menerus dan turun temurun.
1 Hasbullah, Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan, (Jakarta: Rajawali Pres, 2015), hlm.1


2

Pada umumnya pendidikan nasional ditujukan sebagaimana yang tersimpul dan
dilukiskan oleh Wilds yaitu “Nasionalisme dalam pendidikan bertujuan, terutama
memelihara dan memuliakan Negara. Negara biasanya diartikan sebagai suatu
masyarakat yang disusun demi tujuan utamanya melindungi warga Negara dari bahaya
serangan dari luar dan disentegrasi yang terjadi di dalam Negara itu”.2
Pengertian pendidikan nasional, menurut dari beberapa ahli, antara lain:
a. Soeparman

mengatakan,

pendidikan

nasional

adalah

usaha


sadar

untuk

mengembangkan kepribadian dan kemampuan di dalam dan di luar sekolah
berlangsung sejak sebelum lahir sampai mati sesuai dengan dasar, tujuan serta normanorma yang berlaku pada bangsa atau negara.
b. Menurut Sunarya, pendidikan nasional adalah suatu sistem pendidikan yang berdiri di
atas landasan dan dijiwai oleh falsafah hidup suatu bangsa dan tujuannya bersifat
mengabdi kepada kepentingan cita-cita nasional bangsa tersebut.
c. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, merumuskan bahwa pendidikan nasional
adalah suatu usaha untuk membimbing para warga Negara Indonesia menjadi manusia
yang berpribadi Pancasila, berdasarkan akan ketuhanan, berkesadaran masyarakat dan
mampu membudayakan alam sekitar.
d. Dalam UU RI No. 20 tahun 2003 tentang Sisdiknas, Bab I, Pasal 1, ayat 2 dirumuskan,
pendidikan nasional adalah pendidikan yang berdasarkan Pancasila dan UUD 1945
yang berakar pada nilai-nilai agama, kebudayaan nasional Indonesia, dan tanggap
terhadap tuntutan perubahan zaman.
Berdasarkan beberapa pengertian pendidikan nasional di atas, dapat dipahami bahwa
pendidikan nasional adalah usaha memberikan bimbingan dari akar kebudayaan bangsa
itu sendiri terhadap seluruh warga negaranya, sehingga terbentuklah warga yang

berpengetahuan, berpendidikan, bermental yang tinggi, berakhlak mulia, tanggung jawab
dan siap mengemban amanat meneruskan perjuangan bangsa yang dipikulkan kepadanya
dengan berdasarkan Pancasila dan UUD 1945.3
B. Dasar Pendidikan Nasional
2 Hasbullah, Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan, (Jakarta : Rajawali Pres, 2015), hlm. 122
3 Hasbullah, Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan, (Jakarta: Rajawali Pres, 2015), hlm. 336

3

Dasar adalah landasan tempat berpijak atau sandaran dari pada dilakukannya suatu
perbuatan. Jadi, yang dimaksud dengan dasar pendidikan adalah suatu landasan yang
dijadikan pegangan dalam menyelenggarakan pendidikan.
Adapun dasar pendidikan nasional bangsa Indonesia dapat diklasifikasikan menjadi
dasar ideal, dasar konstitusional dan dasar operasional.
1. Dasar Ideal
Pancasila adalah dasar negara. Oleh karena itu, segala usaha warga negara Indonesia
harus berdasarkan kepada Pancasila, lebih-lebih di bidang pendidikan yang merupakan
usaha untuk membentuk warga negara yang berjiwa Pancasilais, yang meliputi :
a. Ketuhanan Yang Maha Esa
b. Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab

c. Persatuan Indonesia
d. Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmah Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan
perwakilan
e. Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia.
Dari pernyataan di atas, jelaslah bahwa landasan ideal pendidikan nasional adalah
Pancasila.
2. Dasar Konstitusional
UUD 1945 adalah dasar negara sebagai sumber hukum. Oleh karena itu UUD 1945
juga menjadi sumber hukum bagi segala aktivitas bagi warga negaranya, terutama di
bidang pendidikan.
Dalam pembukaan UUD 1945 alinea ke empat dapat dilihat bahwa pemerintah :
a. Memajukan kesejahteraan umum
b. Mencerdaskan kehidupan bangsa
c. Melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan
keadilan sosial.
Dalam Bab XIII pasal 31 berbunyi : Ayat 1 : Setiap warga negara berhak mendapat
pendidikan, Ayat 3 : Pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem
pendidikan nasional, yang meningkatkan keimanan dan ketakwaan serta akhlak mulia
dalam rangka mencerdaskan bangsa yang diatur dengan Undang-Undang.


4

Pasal 32 ayat 1 berbunyi : Negara memajukan kebudayaan nasional Indonesia di tengah
peradaban dunia dengan menjamin kebebasan masyarakat dalam memelihara dan
mengembangkan nilai-nilai budayanya.
3. Dasar Operasional
a.

UU RI No. 4 Tahun 1950 Jo. UU No. 12 Tahun 1954 Bab III Tentang Dasar-dasar
Pendidikan dan Pengajaran, pada pasal 4 berbunyi Pendidikan dan Pengajaran
berdasarkan atas asas-asas yang termaktub dalam Pancasila, Undang-Undang
Dasar Republik Indonesia dan Kebudayaan Bangsa Indonesia.

b. TAP MPR No. II/MPR/1978 pasal 4 menyatakan : Pedoman Penghayatan dan
Pengamalan Pancasila. merupakan penuntun dan pegangan hidup dalam
kehidupan bermasyarakat dan bernegara bagi setiap lembaga kenegaraan dan
lembaga kemasyarakatan, baik di pusat maupun di daerah dan dilaksanakan secara
bulat dan utuh.4
c.


TAP MPR No. IV/MPR/1983
Ketetapan MPR No. IV/MPR/1983 tentang GBHN mengenai pendidikan
menyatakan : Pendidikan Nasional berdasarkan atas Pancasila.
Dalam GBHN, pada Bab II tentang landasan pembangunan nasional menyatakan
pokok pikiran bahwa hakekat pembangunan nasional adalah pembangunan
manusia Indonesia seutuhnya dan pembangunan seluruh rakyat Indonesia, maka
landasan pelaksanaan pembangunan nasional adalah Pancasila dan UUD 1945.

d.

Keputusan Presiden No. 145 Tahun 1965 tentang nama dan rumusan induk sistem
pendidikan nasional, menerangkan :
Pancasila adalah moral dan falsafah hidup bangsa Indonesia. Oleh karena itu,
dasar/asas pendidikan nasional sebagai landasan bagi semua pelaksanaan
pendidikan nasional adalah Pancasila.
Jadi, dasar pendidikan nasional ada tiga, yaitu dasar ideal adalah Pancasila,

dasar konstitusional adalah UUD 1945, dan dasar operasional adalah Tap MPR tentang
GBHN.
C. Sistem Pendidikan Nasional

4 Fuad Ihsan, Dasar-dasar Pendidikan (Jakarta : Rineka Cipta, 1996), hlm.123

5

Maksud sistem pendidikan nasional disini adalah satau keseluruhan yang terpadu dari
semua satuan dan aktivitas pendidikan pendidikan yang berkaitan satu dengan lainnya
untuk mengusahakan tercapainya tujuan pendidikan nasional. Dalam hal ini, sistem
pendidikan nasional tersebut merupakan suatu suprasistem, yaitu suatu sistem yang besar
dan kompleks, yang didalamnya tercakup beberapa bagian yang juga merupakan sistemsistem.
Satuan dan kegiatan pendidikan yang ada juga merupakan sistem pendidikan yang
tersendiri, dan sistem pendidikan tersebut tergabung secara terpadu dalam sistem
pendidikan nasional yang secara bersama-sama berusaha mencapai tujuan pendidikan
nasional.5
Tujuan sistem pendidikan nasional berfungsi memberikan arah pada semua kegiatan
pendidikan dalam satuan-satuan pendidikan yang ada. Tujuan pendidikan nasional
tersebut merupakan tujuan umum yang hendak dicapai oleh semua satuan pendidikannya.
Meskipun setiap satuan pendidikan tersebut mempunyai tujuan sendiri, namun tidak
terlepas dari tujuan pendidikan nasional.
Dalam sistem pendidikan nasional, peserta didiknya adalah semua warga negara.
Artinya semua satuan pendidikan yang ada harus memberikan kesempatan menjadi

peserta didiknya kepada semua warga negara yang memenuhi persyaratan tertentu sesuai
dengan kekhususannya, tanpa membedakan status sosial, ekonomi, agama, suku bangsa
dan sebagainya. Hal ini sesuai dengan UUD 1945 pasal 31 ayat 1 berbunyi:
“ tiap-tiap warga negara berhak mendapat pengajaran”
Didalam UU no 20 tahun 2003 pasal 5 disebutkan ayat (1) setiap warga negara
mempunyai hak yang sama untuk memperoleh pendidikan yang bermutu, dan ayat (5)
setiap warga negara berhak mendapatkan kesempatan meningkatkan pendidikan
sepanjang hayat.
Dengan ketentuan dan sampai batas umur tertentu, dalam setiap sistem pendidikan
nasional biasanya ada kewajiban belajar. Hal ini berarti bahwa secara formal, setiap
5 Hasbullah, Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan, (Jakarta: Rajawali Pres, 2015), hlm. 124

6

warga negara harus menjadi peserta didik, paling tidak biasanya pada jenjang pendidikan
tingkat dasar. Lamanya kewajiban menjadi peserta didik secara formal ini bervariasi
antara sistem pendidikan nasional bangsa yang satu dengan lainnya.6
Umumnya, bangsa-bangsa yang telah maju memberi kewajiban belajar kepada warga
negaranya lebih lama dibandingkan bangsa-bangsa yang sedang berkembang.
Sebenarnya, kalau dibandingkan dengan negara-negara lain, sistem pendidikan

(persekolahan) kita tampaknya cukup bagus meskipun bukan tanpa kekurangan.

Pada

jenjang pendidikan dasar di Indonesia dibagi dalam dua satuan pendidikan yaitu sekolah
dasar yang dilaksanakan selama enam tahun dan sekolah lanjutan tingkat pertama (SLTP)
selama tiga tahun. Jadi kalau persyaratan masuk SD atau MI adalah anak yang sudah
memenuhi usia tujuh tahun, pada waktu lulus pendidikan dasar setidak-tidaknya anak
sudah berusia 16 tahun karena harus melampaui pendidikan dasar selama sembilan tahun.
Sistem persekolahan tersebut sebenarnya lebih unggul kalau kita bandingkan dengan
sistem persekolahan di Amerika Serikat karena pendidikan dasar di AS hanya
berlangsung selama 8 tahun, yaitu kelas satu sampai dengan delapan di SD. Namun
sangat disayangkan keunggulan dalam segi lama belajar tersebut masih bukan merupakan
jaminan untuk keunggulan dalam hal kualitas lulusannya.7
Pendidik yang secara formal bertanggung jawab dalam sistem pendidikan nasional
adalah guru yang telah dilantarkan lewat pendidikan profesional.profesional keguruan ini,
pada umumnya meliputi dua aspek utama, yaitu penguasaan pengetahuan atau ilmu yang
akan diajarkan, dan pengetahuan serta keterampilan mengajarkannya.
Baik didalam UU nomor 2 tahun 1989 maupun nomor 20 tahun 2003 tentang sistem
pendidikan nasional, kedudukan guru dan tenaga kependidikan diatur sedemikian rupa.
Sedangkan pada UU nomor 20 tahun 2003 tentang tenaga kependidikan ini disebutkan
pada pasal 39:

6 Hasbullah, Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan, (Jakarta: Rajawali Pres, 2015), hlm. 126
7 Hasbullah, Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan, (Jakarta: Rajawali Pres, 2015), hlm. 127

7

1. Tenaga

kependidikan

bertugas

melaksanakan

administrasi,

pengelolaan,

pengembangan, pengawasan, dan pelayanan teknis untuk menunjang proses
pendidikan pada satuan pendidikan.
2. Pendidik merupakan tenaga profesional

yang

bertugas

merencanakan

dan

melaksanakan proses pembelajaran, memiliki hasil pembelajaran, melakukan
pembimbingan dan pelatihan, serta melakukan penelitian dan pengabdian kepada
masyarakat terutama bagi pendidik pada perguruan tinggi.
Didalam sistem pendidikan nasional suatu bangsa, seluruh wilayah, budaya dan
masyarakat, bangsa dan negara merupakan lingkungan dari sistem pendidikan nasional
yang bersangkutan. Pengertian tentang lingkungan pendidikan sangat luas, meliputi
lingkungan fisik, lingkungan kebudayaan, dan lingkungan sosial (manusia).

D. Tujuan Pendidikan Nasional
Istilah “ tujuan” atau “sasaran” atau “maksud”, dalam bahasa inggris istilah tujuan
dinyatakan dengan “goal “ atau purpose atau objektiv atau aim. Secara umum istilahistilah itu mengandung pengertian yang sama yaitu arah suatu perbuatan atau yang
hendak dicapai melalui upaya atau aktivitas.
Tujuan menurut Zakiyah Darajah adalah sesuatu yang diharapkan tercapai setelah
sesuatu usaha atau kegiatan selesai.8 Sedangkan menurut H.M. Arifin, tujuan itu bisa
menunjukkan kepada futuritas (masa depan). Yang terletak suatu jarak tertentu yang
tidak dapat dicapai kecuali dengan usaha melalui proses tertentu. Meskipun banyak
pendapat tentang pengertian tujuan, akan tetapi pada umumnya pengertian itu berpusat
pada suatu maksud tertentu yang dpat dicapai melalui pelaksanaan atau perbuatan.9
1. Tujuan Pendidikan Nasional
Tujuan adalah batas akhir yang dicita-citakan seseorang dan dijadikan pusat
perhatiannya untuk mencapai melalui usaha. Dalam tujuan terkandung cita-cita kehendak,
dan kesengajaan, serta berkosentrasi dalam penyusunan daya upaya untuk mencapainya.10
8 Zakiyah Darajat dalam Ramayulis dkk, Dasar-Dasar Kepribadian, (Padang : Zaky Press Center),
hlm.29.
9 M. Arifin, Kapita Selekta Pendidikan (Islam dan Umum), (Jakarta : Bumi Aksara, 2000), cet. 4, hlm.
133.
10 Hery Noer Aly, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta : Logos Wacana Ilmu, 1999), cet. II, hlm. 51.

8

Pendidikan adalah suatu kegiatan yang sadar akan tujuan. Dengan demikian tujuan
merupakan salah satu hal yang penting dalam kegiatan pendidikan, karena tidak saja akan
memberikan arah ke mana harus menuju, tetapi juga memberikan ketentuan yang pasti
dalam memilih materi (isi), metode, alat evaluasi dalam kegiatan pendidikan tersebut.11
Berhasil tidaknya suatu pendidikan banyak tergantung pada jelas tidaknya tujuan yang
hendak dicapai. Oleh karena itu, tujuan pendidikan harus dirumuskan dengan sejelasjelasnya. Lalu apakah sebenarnya yang menjadi tujuan dari pendidikan nasional itu.
Tujuan pendidikan nasional (Indonesia) adalah merupakan tujuan umum yang hendak
dicapai oleh seluruh bangsa Indonesia dan merupakan rumusan daripada kualifikasi
terbentuknya setiap warga negara yang dicita-citakan bersama.
Dalam sejarah perkembangan pendidikan nasional, rumusan tujuan pendidikan
nasional telah banyak mengalami perubahan. Hal ini disebabkan karena keadaan zaman
yang selalu berubah-ubah dan bukanlah statis. Hal ini dilakukan juga agar pendidikan
yang sedang berjalan di Indonesia bertambah maju.
Adapun perubahan-perubahan rumusan tujuan pendidikan nasional tersebut adalah
sebagai berikut :
1) Surat Keputusan Menteri PPK. Mr. Suwandi (tanggal 1 Maret 1946) dirumuskan,
tujuan pendidikan adalah “menanamkan jiwa patriotisme”. Tujuan pendidikan
tersebut, disesuaikan dengan situasi pada waktu itu. Negara dan bangsa Indonesia
sedang mengalami perjuangan fisik melawan kolonialisme Belanda yang berusaha
ingin menjajah kembali Indonesia.
2)

UUPP No. 4/1950, Jo. No. 12/1954, Bab II, pasal 3, dirumuskan, tujuan
pendidikan dan pengajaran ialah membentuk manusia susial yang cakap dan warga
negara yang demokratis serta bertanggung jawab tentang kesejahteraan
masyarakat dan tanah air.

3) Keputusan Presiden RI No. 145 Tahun 1965 dirumuskan, tujuan pendidikan
nasional baik yang diselenggarakan oleh pihak Pemerintah maupun oleh pihak
swasta, dari pendidikan prasekolah sampai Perguruan Tinggi, supaya melahirkan
warga negara sosialis Indonesia yang susila, yang bertanggung jawab atas

11 B. Suryosubroto, Beberapa Aspek Dasar-dasar Kependidikan, (Jakarta : Rineka Cipta, 1990), cet. 2,
hlm. 18.

9

terselenggaranya masyarakat sosialis Indonesia, adil dan makmur baik spiritual
maupun material dan yang berjiwa Pancasila.
4)

Tap MPRS RI No. XXVII/MPRS/1966, Bab II tentang Pendidikan, pasal 3
dirumuskan, tujuan pendidikan adalah membentuk manusia Pancasilais sejati
berdasarkan ketentuan-ketentuan seperti yang dikehendaki oleh pembukaan UUD
1945”.12

5) Tap MPR RI No. IV/MPR/1973 tentang GBHN dirumuskan, Pembangunan
dibidang pendidikan didasarkan atas Falsafah Negara Pancasila. Diarahkan untuk
membentuk manusia manusia pembangunan yang berPancasila dan untuk
membentuk manusia Indonesia yang sehat jasmani dan rohani, memiliki
pengetahuan dan keterampilan, dapat mengembangkan kreativitas dan tanggung
jawab, dapat menyuburkan sikap demokratis dan tenggang rasa, dapat
mengembangkan kecerdasan yang tinggi dan disertai budi pekeri yang luhur,
mencintai bangsanya dan mencintai sesama manusia sesuai dengan ketentuanketentuan yang termaktub dalam UUD 1945.
6) Tap MPR RI No. IV/MPR/1978 dan TAP MPR RI No. II/MPR/1983 tentang
GBHN dirumuskan, Pendidikan nasional berdasarkan Pancasila, bertujuan untuk
meningkatkan ketakwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa, kecerdasan dan
ketrampilan,

mempertinggi

budi

pekerti,

memperkuat

kepribadian

dan

mempertebal semangat kebangsaan dan cinta tanah air, agar dapat menumbuhkan
manusia pembangunan yang dapat membangun dirinya sendiri serta bersama-sama
bertanggung jawab atas pembangunan bangsa.
7) TAP MPR RI No. II/MPR/1988 tentang GBHN dirumuskan, Pendidikan
berdasarkan Pancasila, bertujuan untuk meningkatkan kualitas manusia Indonesia,
yaitu manusia yang beriman dan bertakwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa,
berbudi pekerti luhur, berkepribadian, berdisiplin, bekerja keras, tangguh,
tanggung jawab, mandiri, cerdas dan terampil serta sehat jasmani dan rohani.13
8) UU RI No. II/1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Bab II, pasal 4
dirumuskan, Pendidikan nasional bertujuan mencerdaskan kehidupan bangsa dan
mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya, yaitu manusia yang beriman dan
12 Hasbullah, Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan, (Jakarta: Rajawali Pres, 2015), hlm. 141
13 Hasbullah, Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan, (Jakarta: Rajawali Pres, 2015), hlm. 143

10

bertakwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur, memiliki
pengetahuan dan ketrampilan, kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang
mantap dan mandiri serta rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan.
9) UU RI No. 20/2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional,Bab II, Pasal 3
dirumuskan, Pendidikan nasional bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta
didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha
Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga
negara yang demokratis serta bertanggung jawab.14
Demikianlah perkembangan tujuan pendidikan di Indonesia. Secara kronologis dan
historis. Sejak Indonesia merdeka hingga sekarang dapat dilihat dengan jelas bahwa dasar
dan tujuan pendidikan di Indonesia tidak pernah bergeser dari pandangan hidup Pancasila
dan UUD 1945.
Ditinjau dari segi norma-norma yang ditekankan pada setiap rumusan tujuan
pendidikan terlihat adanya perbedaan penekanan untuk setiap tahap yang disesuaikan
dengan tuntutan perkembangan kehidupan dalam masyarakat dan pembangunan di negara
Indonesia. Seperti pada rumusan tujuan pendidikan dalam TAP MPRS No.
XXVII/MPRS/1966, jelas sekali penekanannya, yaitu “kembali pada Pancasila dan UUD
1945”. Hal ini karena pada saat itu rakyat dan negara Indonesia baru saja berbenah diri
setelah dirongrong oleh peristiwa G30S/PKI, yang pada saat itu nyaris menenggelamkan
bangsa dan negara Indonesia yang berideologi Pancasila dan UUD 1945 untuk diganti
dengan ideologi komunisme. Pada tujuan pendidikan dalam TAP MPR No.
IV/MPR/1978, makin banyak norma-norma yang dikemukakan secara eksplisit
disesuaikan dengan perkembangan masyarakat dan negara, serta tuntutan pembangunan
pada saat itu, baik fisik, mental maupun spiritual, terutama peningkatan ketakwaan
terhadap Tuhan Yang Maha Esa.
Dalam TAP MPR No. II/MPR/1988, tujuan pendidikan lebih menekankan pada
“peningkatan kualitas manusia Indonesia”. Hal ini juga berdasarkan atas tuntutan
perkembangan kehidupan masyarakat dan negara Indonesia yang saat itu sebagai negara
berkembang. Sebagai Negara berkembang Indonesia harus berpacu dengan negara14 Hasbullah, Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan, (Jakarta: Rajawali Pres, 2015), hlm. 335

11

negara lain, baik dalam pengembangan ilmu dan teknologi yang sangat diperlukan
dalam kehidupan dunia yang sedang mengalami era industrialisasi, informasi dan
globalisasi. Tidak lama setelah MPR merumuskan tujuan pendidikan sebagaimana yang
tercantum dalam TAP MPR No II/MPR/1988, pada tahun berikutnya, tujuan pendidikan
dirumuskan dalam UU No. 2 tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional.
Kemudian sesuai dengan amanat perubahan UUD 1945, maka UU No. 2 tahun 1989
diganti dengan UU No. 20 tahun 2003. Karena UU No. 2 tahun 1989 dianggap sudah
tidak sesuai lagi.15
Dengan demikian, tujuan pendidikan nasional yang berlaku adalahtujuan pendidikan
yang tercantum dalam UU No. 20 tahun 2003. Baik itu pendidikan formal, non formal,
maupun informal. Karena rumusan tujuan pendidikan nasional dalam UU No. 20 tahun
2003 merupakan rumusan tujuan pendidikan nasional yang terakhir untuk saat ini.
Rumusan tujuan pendidikan nasional, yang sering mengalami perubahan dari periode ke
periode itu sebenarnya tidak mengurangi hakekat tujuan pendidikan nasional. Karena
Pancasila ditempatkan sebagai dasar pendidikan nasional dan tujuan-tujuannya, sehingga
Pancasila sebagai dasar pendidikan, harus mampu menjiwai dan diyakini kebenarannya,
di samping keimanan dan ketakwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa dalam tiap pribadi
warga negara sebagai modal dasar kerohanian. Kecuali tujuan pendidikan yang
dirumuskan pada masa orde lama.
Dalam rumusan tujuan pendidikan nasional dalam Undang-Undang No. 20 tahun 2003
tersebut dapat dilihat dengan jelas, ada beberapa aspek yang ingin diwujudkan dalam
pribadi peserta didik, yaitu :
a) Beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa
b) Berakhlak mulia
c) Sehat
d) Berilmu
e) Cakap
f) Kreatif
g) Mandiri
h) Demokratis
15 Ngalim Purwanto, Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis, (Bandung : PT. Remaja Rosdakarya, 2014),
hlm. 37.

12

i) Bertanggung jawab
Rumusan tujuan pendidikan dalam UU No. 20 tahun 2003 di atas, dapat dilihat dengan
jelas bahwa nilai-nilai yang hendak dikembangkan dalam pribadi peserta didik adalah
nilai-nilai cultural bangsa Indonesia yang bercorak sosio-kultural, yaitu semangat
kegotong royongan yang dijiwai oleh nilai-nilai keagamaan. Dalam hal ini tidak
mengkhususkan nilai-nilai agama tertentu. Sedangkan faktor-faktor kognitif, afektif dan
psikomotorik yang dilandasi dengan moralitas yang tinggi menjadi potensi fundamental
bagi perkembangannya dalam hidup berbangsa dan bernegara yang bertanggung jawab.16
Jadi, pada hakekatnya tujuan pendidikan nasional yang tercantum dalam UU No. 20
tahun 2003 adalah untuk mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya.
Berdasarkan tujuan pendidikan nasional tersebut, maka pendidikan nasional
mempunyai fungsi membentuk :
a) Pribadi yang takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.
b)

Warga negara yang demokratis, bertanggung jawab dan mempunyai kesadaran
hukum.

c) Bangsa yang bersatu dan setia pada cita-cita kemerdekaan dan keadilan sosial.
d) Rakyat yang bersedia mempertahankan dan melindungi seluruh tumpah darah
Indonesia.
e) Budaya yang tinggi serta manusianya sanggup mensyukuri dan memanfaatkan alam
semesta dengan segala isinya.
2. Tujuan Institusional
Tujuan institusional adalah perumusn secara umum pada perilaku dan pola
kemampuan yang harus dimiliki oleh lulusan suatu lembaha pendidikan.40 Tujuan ini
terdiri dari tujuan umum dan tujuan khusus. Tujuan umum menunjuk ke pengembangan
warga negara yang baik. Tujuan khusus meliputi pengembangan aspek-aspek
pengetahuan, ketrampilan dan sikap, serta nilai. Masing-masing lembaga/institusi
mempunyai tujuan sendiri, yang berbeda satu sama lainnya, namun bersifat
kesinambungan.17

16 Hasbullah, Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan, (Jakarta: Rajawali Pres, 2015), hlm. 125
17 Hasbullah, Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan, (Jakarta: Rajawali Pres, 2015), hlm. 16

13

Sebagai sub sistem pendidikan nasional, tujuan institusional untuk masing-masing
lembaga pendidikan tidak dapat terlepas dari tujuan

pendidikan nasional yang sudah

di bahas di atas. Hal ini disebabkan karena setiap lembaga pendidikan ingin
menghasilkan lulusan yang akan menjunjung tinggi martabat bangsa dan negaranya dan
bertekad untuk mempertahankan Filsafat Pancasila sebagai dasar negara, di samping
berusaha agar lulusannya mengembangkan kemampuan dan keterampilan tertentu sesuai
dengan kekhususannya masing-masing.
Tujuan institusional tersebut merupakan penjabaran dari tujuan pendidikan nasiona.
Jadi, sifatnya lebih khusus daripada tujuan pendidikan nasional.18
3. Tujuan Kurikuler
Tujuan kurikuler adalah tujuan yang dirumuskan secara formal pada kegiatan kurikuler
yang ada pada lembaga-lembaga pendidikan. Atau tujuan kurikulum sekolah yang telah
diperinci menurut bidang studi atau mata pelajaran atau kelompok mata pelajaran.43 Jadi,
tujuan kurikuler adalah tujuan tiap-tiap mata pelajaran untuk suatu sekolah tersebut.
Meskipun dalam sekolah yang sejenis mempunyai tujuan institusional sama, akan tetapi
tiap bidang studi atau mata pelajaran mempunyai tujuan masing-masing yang berbeda.
Tujuan kurikuler sifatnya lebih khusus jika dibandingkan dengan tujuan institusional,
tetapi tidak boleh menyimpang dari tujuan institusional. Misalnya bidang studi bahasa,
matematika, kimia, biologi dan lain-lain, maka masing-masing bidang studi tersebut
mengemban tugas-tugas yang harus dirumuskan dalam tujuan kurikuler.
Bagi guru, memahami tujuan kurikuler yang diajarkan di sekolah tertentu adalah
penting. Sebab dengan memahami tujuan kurikuler tersebut, akan membantu dalam
merumuskan tujuan instruksional dari pokok bahasan atau sub pokok bahasan yang akan
diajarkan. Di samping itu, jika guru mengajarkan mata pelajaran yang sama pada sekolah
yang berbeda jenis dan tingkatannya, tidak akan menuntut penguasaan bahan dan hasil
yang sama, karena guru mengetahui bahwa tujuan institusional dan tujuan kurikuler dari
sekolah yang sejenis itu juga tidak sama.
4. Tujuan instruksional
Tujuan instruksional adalah tujuan pokok bahasan atau sub pokok bahasan (topik-topik
atau sub topik) yang akan diajarkan oleh guru. Atau tujuan yang merupakan tujuan yang
18 Hasbullah, Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan, (Jakarta: Rajawali Pres, 2015), hlm.16

14

hendak dicapai setelah selesai proses belajar mengajar atau program pengajaran.45
Tujuan instruksional merupakan penjabaran dari tujuan kurikuler, yang merupakan
perubahan sikap atau tingkah laku secara jelas.19
Tujuan instruksional ini dapat dibagi menjadi dua, yaitu tujuan instruksional umum
(TIU) dan tujuan instruksional khusus (TIK). Tujuan instruksional umum (TIU) dari tiaptiap pokok bahasan telah dirumuskan di dalam kurikulum sekolah khususnya di dalam
Garis-Garis Besar Program Pengajaran (GBPP). Sedangkan tujuan instruksional khusus
(TIK) adalah tujuan pengajaran yang diharapkan dapat dicapai oleh siswa pada akhir tiap
jam pelajaran. TIK dibuat atau dirumuskan oleh guru sendiri dan dicantumkan di dalam
program satuan pelajaran (Satpel). Perumusan tujuan instruksional khusus (TIK) tidak
boleh menyimpang atau bertentangan dengan tujuan instruksional umum (TIU) dari
pokok bahasan yang akan diajarkan.
Dari uraian di atas, dapat digaris bawahi bahwa tujuan pendidikan nasional itu dapat
dicapai melalui tahapan-tahapan tujuan di bawahnya. Jadi, tujuan-tujuan di atas saling
berkaitan antara satu dengan yang lainnya.20
E. Hak dan Kewajiban Tenaga Kependidikan
Dalam Undang-Undang no 20 tahun 2003 tentang Sisdiknas pasal 40, Hak dan
Kewajiban Guru adalah sebagai berikut :
1. Pendidik adalah tenaga kependidikan berhak memperoleh :
a. Penghasilan dan Jaminan kesejahteraan sosial yang pantas dan memadai
b.

Penghargaan sesuai dengan tugas dasn prestasi kerja

c. Pembinaan karir sesuai dengan tuntutan pengembangan kualitas
d. Perlindungan hukum dalam melaksanakan tugas dan hak atas hasil kekayaan
intelektual
e. Kesempatan untuk menggunakan sarana, prasarana, dan fasilitas pendidikan untuk
menunjang kelancaran pelaksanaan tugas21
2.

Pendidik dan Tenaga Kependidikan berkewajiban :
19 Ngalim Purwanto, Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis, (Bandung : PT. Remaja Rosdakarya, 2014),

hlm. 43.
20 Hasbullah, Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan, (Jakarta: Rajawali Pres, 2015), hlm.16
21 A. Bustami, A. Gani, Dasar-Dasar Pokok Pendidikan Islam (Jakarta : Bulan Bintang), hlm.130-131

15

a. Menciptakan suasana pendidikan yang bermakna, menyenangkan, kreatif,
dinamis, dan logis.
b. Mempunyai komitmen secara profesional untuk meningkatkan mutu pendidikan
dan
c. Memberi teladan dan menjaga nama baik lembaga, profesi, dan kedudukan sesuai
dengan kepercayaan yang diberikan kepadanya.
Dan pada pasal 43, hak lain yang akan diperoleh guru adalah promosi dan sertifikasi,
yakni :
1) Promosi dan penghargaan bagi pendidik dan tenaga kependidikan dilakukan
berdasarkan latar belakang pendidikan, pengalaman, kemampuan, dan prestasi
kerja dalam bidang pendidikan.
2) Sertifikasi pendidik dilselenggarakan oleh perguruan tinggi yang memiliki
program pengadaan tenaga kependidikan yang terakreditasi.
3)

Ketentuan mengenai promosi, penghargaan, dan sertifikasi pendidik
sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dan ayat (2) diatur lebih lanjut dengan
peraturan pemerintah.22

22 Hasbullah, Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan, (Jakarta: Rajawali Pres, 2015), hlm.349

16

Daftar Pustaka
Hasbullah, Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan. Jakarta: Rajawali Pres, 2015.
Ihsan,Fuad Dasar-dasar Pendidikan. Jakarta : Rineka Cipta, 1996.
Darajat, Zakiyah dalam Ramayulis dkk. Dasar-Dasar Kepribadian, Padang : Zaky Press
Center, 2009.
Arifin M., Kapita Selekta Pendidikan (Islam dan Umum). Jakarta : Bumi Aksara, 2000 cet. 4.
Noer Aly, Hery Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta : Logos Wacana Ilmu, 1999, cet. II.
Suryosubroto, B. Beberapa Aspek Dasar-dasar Kependidikan. Jakarta : Rineka Cipta, 1990,
cet. 2.
Purwanto, Ngalim Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya,
2014.

17

Bustami, A. A. Gani, Dasar-Dasar Pokok Pendidikan Islam. Jakarta : Bulan Bintang.

18