LAPORAN PRAKTIKUM INSTRUMENTASI KIMIA MA

LAPORAN PRAKTIKUM
INSTRUMENTASI KIMIA
MATERI :
Analisis Kadar Fe(II) dalam Sampel Bayam
Menggunakan Spektrofotometri UV-VIS

Disusun Oleh :
Nama

: Risha Diah Rhamadhani

NIM

: 011100299

Jurusan

: Teknokimia Nuklir

Kelompok


:A

Rekan Kerja

: 1. Mustaufiqoh
2. Tino Umbar

Tanggal Praktikum : 27 November 2012
Asisten

: Kartini Megasari, S.ST

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NUKLIR
BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL

1

YOGYAKARTA
Page


2012

Analisis Kadar Fe(II) dalam Sampel Bayam
Menggunakan Spektrofotometri UV-VIS
A. TUJUAN
1. Menentukan kadar Fe(II) dalam Bayam
2. Mempelajari penggunaan spektrofotometri UV-VIS
B. DASAR TEORI
Spektrofotometri adalah ilmu yang mempelajari tentang penggunaan spektrofotometer.

Gambar 1. Prinsip Kerja
Spektrofotometri
Spektofotometer adalah alat yang digunakan untuk mengukur energi secara
relative jika energi tersebut ditransmisikan, direfleksikan, atau diemisikan sebagai fungsi
dari panjang gelombang.
Spektrofotometer menghasilkan sinar dari spectrum dengan panjang gelombang
tertentu. Fotometer adalah alat pengukur intensitas cahaya yang ditransmisikan atau yang
diabsorpsi. Spektrofotometri UV-Vis adalah anggota teknik analisis spektroskopik yang
memakai sumber REM (radiasi elektromagnetik) ultraviolet dekat (190-380 nm) dan
sinar tampak (380-780 nm) dengan memakai instrumen spektrofotometer.

Spektrofotometri UV-Vis melibatkan energi elektronik yang cukup besar pada molekul
yang dianalisis, sehingga spektrofotometri UV-Vis lebih banyak dipakai untuk analisis
kuantitatif dibandingkan kualitatif.

Page

2

Absorbsi cahaya UV-Vis mengakibatkan transisi elektronik, yaitu promosi
electron-electron dari orbital keadaan dasar yang berenergi rendah ke orbital keadaan
tereksitasi berenergi lebih tinggi. Energi yang terserap kemudian terbuang sebagai cahaya
atau tersalurkan dalam reaksi kimia. Absorbsi cahaya tampak dan radiasi ultraviolet
meningkatkan energi elektronik sebuah molekul, artinya energi yang disumbangkan oleh
foton-foton memungkinkan electron-electron itu mengatasi kekangan inti dan pindah

keluar ke orbital baru yang lebih tinggi energinya. Spektrum UV tampak terdiri dari pita
absorbsi, lebar pada daerah panjang gelombang yang lebar. Ini disebabkan terbaginya
keadaan dasar dan keadaan eksitasi sebuah molekul dalam sub tingkat rotasi dan vibrasi.
Transisi elektronik dapat terjadi dari sub tingkat apa saja dari keadaan dasar ke
sub tingkat apa saja dari keadaan eksitasi. Karena keadaan transisi ini berbeda energi

sedikit sekali, maka panjang gelombang absorpsinya juga berbeda sedikit dan
menimbulkan pita lebar yang tampak dalam spectrum itu. Di samping pita-pita spectrum
visible disebabkan terjadinya tumpang tindih energy elektronik dengan energi lainnya
(translasi, rotasi, vibrasi) juga disebabkan ada faktor lain sebagai faktor lingkungan kimia
yang diberikan oleh pelarut yang dipakai. Pelarut akan sangat berpengaruh mengurangi
kebebasan transisi elektronik pada molekul yang dikenakan radiasi elektromagnetik.
Dengan demikian spectrum visibel dapat dipakai untuk tujuan analisis kualitatif (data
sekunder) dan kuantitatif. Molekul-molekul yang memerlukan lebih banyak energi untuk
promosi electron akan menyerap cahaya pada panjang gelombang yang lebih pendek.
Molekul yang menyerap energi lebih sedikit akan menyerap cahaya pada panjang
gelombang yang lebih panjang. Senyawa yang menyerap cahaya dalam daerah tampak,
memiliki electron yang lebih mudah dipromosikan daripada senyawa yang menyerap
cahaya pada panjang gelombang UV yang lebih pendek.

Gambar 1. Spektrofotometri UV-VIS
 Bagian-bagian Spektrofotometer UV-Vis
1.

Sumber cahaya


Page

3

Sumber cahaya pada spektrofotometer harus memiliki panacaran radiasi yang
stabil dan intensitasnya tinggi. Sumber cahaya pada spektrofotometer UV-Vis ada dua
macam :

a.

Lampu Tungsten (Wolfram)
Lampu ini digunakan untuk mengukur sampel pada daerah tampak.
Bentuk lampu ini mirip dengna bola lampu pijar biasa. Memiliki panjang
gelombang antara 350-2200 nm. Spektrum radiasianya berupa garis lengkung.
Umumnya memiliki waktu 1000jam pemakaian.

Gambar 3. Lampu Tungsten
b.

Lampu Deuterium

Lampu ini dipakai pada panjang gelombang 190-380 nm. Spektrum
energy radiasinya lurus, dan digunakan untuk mengukur sampel yang terletak
pada daerah uv. Memiliki waktu 500 jam pemakaian.

2.

Monokromator

Monokromator adalah alat yang akan memecah cahaya polikromatis menjadi
cahaya tunggal (monokromatis) dengan komponen panjang gelombang tertentu. Bagianbagian monokromator, yaitu :
a.

Prisma
Prisma akan mendispersikan radiasi elektromagnetik sebesar mungkin
supaya di dapatkan resolusi yang baik dari radiasi polikromatis.

4

Grating (kisi difraksi)
Kisi difraksi memberi keuntungan lebih bagi proses spektroskopi. Dispersi

sinar akan disebarkan merata, dengan pendispersi yang sama, hasil dispersi akan
Page

b.

lebih baik. Selain itu kisi difraksi dapat digunakan dalam seluruh jangkauan
spektrum.
c.

Celah optis
Celah ini digunakan untuk mengarahkan sinar monokromatis yang
diharapkan dari sumber radiasi. Apabila celah berada pada posisi yang tepat,
maka radiasi akan dirotasikan melalui prisma, sehingga diperoleh panjang
gelombang yang diharapkan.

d.

Filter
Berfungsi untuk menyerap warna komplementer sehingga cahaya yang
diteruskan merupakan cahaya berwarna yang sesuai dengan panjang gelombang

yang dipilih.

3.

Kompartemen sampel

Kompartemen ini digunakan sebagai tempat diletakkannya kuvet. kuvet
merupakan wadah yang digunakan untuk menaruh sampel yang akan dianalisis. Pada
spektrofotometer double beam, terdapat dua tempat kuvet. Satu kuvet digunakan sebagai
tempat untuk menaruh sampel, sementara kuvet lain digunakan untuk menaruh blanko.
Sementara pada spektrofotometer single beam, hanya terdapat satu kuvet.
Kuvet yang baik harus memenuhi beberapa syarat sebagai berikut :
Permukaannya harus sejajar secara optis

b.

Tidak berwarna sehingga semua cahaya dapat di transmisikan

c.


Tidak ikut bereaksi terhadap bahan-bahan kimia

d.

Tidak rapuh

e.

Bentuknya sederhana

Page

5

a.

Gambar 4. Kuvet Kuarsa
Terdapat berbagai jenis dan bentuk kuvet pada spektrofotometer. Umumnya pada
pengukuran di daerah UV, digunakan kuvet yang terbuat dari bahan kuarsa atau
plexiglass. Kuvet kaca tidak dapat mengabsorbsi sinar uv, sehingga tidak digunakan pada

saat pengukuran di daerah UV. Oleh karena itu, bahan kuvet dipilih berdasarkan daerah
panjang gelombang yang digunakan. Gunanya agar dapat melewatkan daerah panjang
gelombang yang digunakan.
• UV : fused silika, kuarsa
• Visible : gelas biasa, silika atau plastik
• IR : KBr, NaCl, IRTRAN atau kristal dari senyawa ion

Bahan

Panjang gelombang

Silika

150-3000

Gelas

375-2000

Plastik


380-800

Tabel 2 Bahan Kuvet Sesuai Panjang Gelombang
4.

Detektor

Detektor akan menangkap sinar yang diteruskan oleh larutan. Sinar kemudian
diubah menjadi sinyal listrik oleh amplifier dan dalam rekorder dan ditampilkan dalam
bentuk angka-angka pada reader (komputer).
Terdapat beberapa jenis detector pada spektrofotometer :
λ range (nm)

Sifat pengukuran Penggunaan

Phototube

150 – 1000

arus listrik UV

Photomultiplier

150 – 1000

arus listrik UV/Vis

Solid state

350 – 3000

Thermocouple

600 – 20.000

Page

6

Jenis detector

arus listrik IR

Thermistor

600 – 20.000

hambatan listrik IR

Tabel 3 Jenis-jenis detektor berdasarkan panjang gelombang
Syarat-syarat ideal sebuah detector adalah :
-

Mempunyai kepekaan tinggi

-

Respon konstan pada berbagai panjang gelombang

-

Waktu respon cepat dan sinyal minimum tanpa radiasi

-

Sinyal listrik yang dihasilkan harus sebanding dengan tenaga radiasi

5.

Visual display

Merupakan system baca yang memperagakan besarnya isyarat listrik, menyatakan
dalam bentuk % Transmitan maupun Absorbansi.

Gambar 4. Diagram Kerja Spektrofotometri UV-Vis

Page

7

C. ALAT DAN BAHAN
1. ALAT
a. Perangkat kerja spektrometri UV-VIS
b. Kuvet Kuarsa
c. Gelas beker
d. Pipet tetes
e. Pipet gondok
f. Labu takar

g.
h.
i.
j.
k.
l.

Sendok sungu
Kaca arloji
Pengaduk
Beker Teflon
Kompor listrik
Neraca analitik

2. Bahan
a. Sampel bayam
b. HNO3
c. H2SO4
d. NH4SCN
e. Aquadest

D. CARA KERJA
a. Penyiapan larutan cuplikan
1. Sampel yang berupa serbuk bayam ditimbang 0,4 gram.
2. Serbuk bayam dimasukkan kedalam beker Teflon, kemudian ditambahkan 2
ml H2SO4 pekat dan 2 ml HNO3 pekat. Beker Teflon ditutup dengan gelas
arloji, kemudian dipanaskan dengan hati-hati diatas kompor listrik.
3. Setelah semua sampel bayam larut dan larutan berubah warna menjadi bening,
beker Teflon kemudian diangkat dari kompor listrik dan didinginkan.
4. Larutan sampel diencerkan kedalam labu takar 100 ml. Kemudian, diencerkan
kembali kedalam labu takar 50 ml dengan ditambahkan 2 ml larutan tiosianat
2M.
4.2.
Penyiapan larutan standar
1. Larutan standar FeCl3 100 ppm sebanyak 50 ml dengan cara dipipet larutan
standar FeCl3 1000 ppm sebanyak 5 ml kemudian ditandabataskan sampai 50
ml.
2. Dari larutan standar Fe 100 ppm kemudian dibuat larutan standar Fe dengan
konsentrasi 50 ppm dalam 50 ml, 25 ppm dalam 25 ml, dan 10 ppm dalam
100 ml. Sedangkan larutan standar 10 ppm kemudian dibuat larutan standar Fe
dengan konsentrasi 5 ppm dalam 25 ml dan 1 ppm dalam 25 ml.
3. Larutan standar Fe ditambahkan 2 ml larutan tiosianat dan 2 ml HNO3 0,1 N

Page

8

terlebih dahulu, kemudian ditandabataskan.
4.3.
Pengukuran
1. Panjang gelombang kerja atau panjang gelombang maksimum dicari.

2. Pengukuran standar dilakukan dan absorbansinya dicatat.
3. Pengukuran pada sampel dilakukan dan absorbansinya dicatat.
4. Kurva kalibrasinya dibuat dan cuplikan diintderpolasi dalam kurva kalibrasi.

E. DATA PENGAMATAN
a. Penyiapan larutan cuplikan
1. Massa cuplikan bayam = 0,4 gram
2. Volume cuplikan awal = 100 ml
3. Pengenceran
0,4 gram 1ml
x
100 ml 50 ml
b. Penyiapan larutan standar
 Pembuatan larutan standar FeCl 100 ppm



V1

C1

V2

C2

5 ml

1000 ppm

50 ml

100 ppm

Pembuatan larutan standar 50 ppm,25 ppm, 10 ppm, 5 ppm, dan 1
ppm.

No

C1

V1

C2

V2

.
100 ppm

25 ml

50 ppm

50 ml

2.

100 ppm

6,5 ml

25 ppm

25 ml

3.

100 ppm

10 ml

10 ppm

100 ml

4.

10 ppm

12,5 ml

5 ppm

25 ml

5.

10 ppm

2,5 ml

1 ppm

25 ml

Page

c. Pengukuran
 Larutan standar

9

1.

λ = 472,0 nm



No.

Konsentrasi

Absorbansi

1.

0 ppm

0,015

2.

1 ppm

0,020

3.

5 ppm

0,200

4.

10 ppm

0,587

5.

25 ppm

0.891

6.

50 ppm

-0,010

No.

Λ

Absorbansi

1.

472,0 nm

0,054

Sampel

F. PERHITUNGAN
a. Penyiapan larutan standar FeCl3
V 1 . C1 = V 2 . C2
V1 . 1000 ppm = 50 ml . 100 ppm
V1 = 5 ml
 Jadi, untuk membuat larutan standar FeCl3 100 ppm sebanyak 100 ml
diperlukan larutan standar FeCl3 1000 ppm sebanyak 5 ml yang kemudian
diencerkan kembali.

Page

10

b. Larutan FeCl3 100 ppm diencerkan menjadi 50 ppm dalam 50 ml
V1 . C1 = V2 . C2
V1 . 100 ppm = 50 ml . 50 ppm
V1 = 25 ml

 Jadi, untuk membuat larutan standar FeCl3 50 ppm sebanyak 50 ml
diperlukan larutan FeCl3 100 ppm sebanyak 25 ml kemudian diencerkan
menjadi 50 ml.

Dengan cara yang sama, diperoleh :

No.

V1 (ml)

C1 (ml)

V2 (ml)

C2 (ml)

1.

25

100

50

50

2.

6,5

100

25

25

3.

10

100

100

10

4.

12,5

10

25

5

5.

2,5

10

25

1

c. Penentuan kurva kalibrasi
λ = 472,0 nm

konsentrasi

Absorbansi

1.

0 ppm

0,015

2.

1 ppm

0,020

3.

5 ppm

0,200

4.

10 ppm

0,587

5.

25 ppm

0,891

6.

50 ppm

-0,010

Page

11

No.

Grafik Konsentrasi VS Absorbansi
1
f(x) = 0.04x + 0.04
R² = 0.93

0.9
0.8

Absorbansi

0.7
0.6
0.5
0.4
0.3
0.2
0.1
0

0

5

10

15

20

25

30

konsentrasi (ppm)

d. Penentuan kadar Fe dalam Bayam
Berdasarkan grafik konsentrasi vs absorbansi pada panjang gelombang 472,0 nm
diperoleh persamaan garis :
y = 0,036x + 0,043
dimana y adalah absorbansi dan x adalah konsentrasi
 Dari hasil pengukuran diperoleh Absorbansi pada sampel bayam
Sebesar 0,054
y = 0,054
y = 0,036x + 0,043
y −0,043
x=
0,036
0,054−0,043
x=
0,036
x = 0,305 ppm
50 ml
1 ml

= 50

12

Faktor pengenceran =

Page

Kandungan Fe dalam cuplikan bayam = 0,305 ppm x 50

= 15,25 ppm


Jadi, kandungan Fe dalam cuplikan bayam sebesar 15,25 ppm

G. PEMBAHASAN
Spektrofotometri adalah suatu metode analisa yang didasarkan pada pengukuran
serapan sinar monokromatis oleh suatu lajur larutan berwarna pada panjang gelombang
spesifik dengan menggunakan monokromator plasma atau kisi difraksi dengan fototube
atau foton hampa. Sedangkan alat yang digunakan untuk menentukan suatu senyawa baik
secara kuantitatif maupun kualitatif dengan mengukur transmitan atau absorbansi dari
suatu cuplikan sebagai fungsi suhu dari konsentrasi. Spektrofotometer merupakan
gabungan dari alat optik dan elektronik, serta sifat-sifat kimia fisiknya dimana detektor
yang digunakan secara langsung dapat mengukur intensitas dari cahaya
yang
dipancarkan (ρ) dan secara tidak langsung cahaya yang diabsorbsikan (ℓo), jadi
tergamtung pada spektrum elektromagnetik yang diabsorbsi oleh benda. Tiap media akan
menyerap cahaya pada panjang gelombang tertentu tergantung pada senyawa atau warna
yang terbentuk. Pada titrasi spektrofotometri sinar yang digunakan merupakan suatu
berkas yang panjangnya tidak berbeda banyak antara satu dengan yang lain, sedangkan
dalam kalorimetri. Perbedaan panjamg geolmbangnya dapat lebih besar. Dalam hubungan
ini dapat disebut juga spektrofotometri adsorbsi atomik.
Praktikum kali ini bertujuan untuk memahami cara kerja spektrofotometri uv-vis
dan menentukan kandungan Fe dalam cuplikan. Spektrofotometri ini merupakan
gabungan antara spektrofotometri UV dan Visible. Menggunakan dua buah sumber
cahaya berbeda, sumber cahaya UV dan sumber cahaya visible. Kemudahan metode ini
adalah dapat digunakan baik untuk sample berwarna juga untuk sample tak berwarna.

Page

13

Pada praktikum kali ini, sampel cuplikan yang digunakan yaitu bayam dengan
massanya sebesar 0,4 gram.spektrofotometri uv-vis tidak dapat digunakan untuk
menganalisis sampel padat. Oleh karena itu, Salah satu cara untuk mengubah partikel
padat menjadi partikel cair adalah dengan cara destruksi. Proses destruksi dikatakan
selesai apabila larutan yang di destruksi terlihat jernih hal ini menandakan semua partikel
padat bahan telah terdestruksi menjadi bentuk partikel yang larut tanpa ada partikel padat
yang tersisa. Untuk itu, bayam harus didestruksi karena bayam partikel padat.proses
destruksinya dengan cara melarutkan sampel bayam dengan asam nitrat pekat dan asam
sulfat pekat secara bertetes tetes hingga larut masing-masing sebanyak 2 ml. Sampel
dikatakan larut apabila serbuk bayamnya sudah benar-benar tidak ada (larut semua) dan
tidak ada lagi warna hijau dari bayam tersebut melainkan berwarna agak kekuningan.
ketika selesai destruksi dilakukan pengenceran dari 100 ml menjadi 50 ml dimana 1 ml

dari 100 ml sampel yang telah diencerkan dan ditambahkan larutan tiosianat sebanyak 2
ml . larutan sampel diencerkan dengan factor pengenceran sebesar 50 kali. Larutan
sampel perlu diencerkan karena konsentrasi yang terlalu tinggi akan memberikan hasil
yang tidak linier karena pengaruh hamburan. Namun, larutan sampel juga tidak boleh
terlalu encer karena akan memberikan serapan yang tidak linier karena pengaruh
background. Pada praktikum ini, prinsip spektofotometri yang digunakan,yaitu hukum
lambert beer . Dimana, konsentrasi dari analit di dalam larutan bisa ditentukan dengan
mengukur absorban pada panjang gelombang tertentu. Hukum Lambert-Beer menyatakan
hubungan linieritas antara absorban dengan konsentrasi larutan analit dan berbanding
terbalik dengan transmitan.
Dalam praktikum, larutan sampel dan larutan standar ditambahkan larutan asam
nitrat 0,1 N dan larutan tiosianat 2 M sebelum ditandabataskan. Karena pada asam nitrat
berfungsi untuk mencegah terjadinya hidrolisis Fe3+ menjadi Fe(OH)3.
Fe3+ + 3H2O

Fe(OH)3 + 3H+

Sedangkan penambahan larutan tiosianat digunakan untuk memantapkan warna
larutan karena larutan yang akan dianalisis harus merupakan larutan yang berwarna.
Larutan tiosianat yang ditambahkan kedalam larutan akan bereaksi dengan besi (III)
membentuk kompleks yang berwarna merah tua.
Fe3+ + SCN-

Fe(SCN)2+

Merah tua
Larutan tiosianat dipilih sebagai pereaksi pembuat warna karena
stabil dalam larutan, serta tidak menyerap cahaya dalam spectrum dimana ketika akan
melakukan pengukuran dan proses pembentukan warna dengan sampel atau cuplikan
dapat berlangsung cepat.
Pada pembuatan standar, standar dibuat dengan 5 variasi konsentrasi
dengan menggunakan larutan FeCl3 1000 ppm yang kemudian diencerkan menjadi 100
ppm, 5 variasi tersebut, yakni 50 ppm, 25 ppm, 10 ppm, 5 ppm, dan 1 ppm. Pembuatan
larutan standar dibuat dengan berbagai konsentrasi dikarenakan,metode analisis yang
digunakan adalah metode multipoint standar dimana dari beberapa titik pada larutan
standar tersebut dapat dibuat kurva kalibrasi yang linier dan dari kurva atau grafik
tersebut dapat diperoleh persamaan garis yang kemudian dapat digunakan untuk
menghitung konsentrasi Fe dalam sampel bayam.

Page

14

Spektofotometri uv-vis harus dikalibrasi terlebih dahulu sebelum
digunakan. Panjang gelombang yang dipilih yaitu, panjang gelombang yang mempunyai
nilaio absorbansinya paling besar. Sehingga setelah dicari dengan menggunakan salah

satu larutan standar terlebih dahulu, diperoleh panjang gelombang maksimumnya sebesar
472,0 nm. Selanjutnya setelah didapatkan panjang gelombang maksimumnya diukur
panjang gelombang larutan standar. Namun sebelumnya diukur nilai absorbansi dari
aquadest. Disini untuk melihat adanya Fe didalam aquadest yang tidak mempunyai
konsentrasi atau dianggap 0 ppm. Berdasarkan pengukuran ternyata adanya kandungan
Fe didalam aquadest wlaupun sangat kecil dibandingkan dengan larutan standar dan
sampel pada nilai absorbansinya.
Berdasarkan pengukuran larutan standar, didapat nilai absorbansinya dan dibuat
grafik, sehingga diperoleh persamaan garis, yakni y = 0,036x + 0,043 dengan R 2 = 0,930.
Nilai R2 didapat kurang dari 1 sehingga grafik yang didapatkan kurang linier, yang
dikatak linier yaitu ketika nilai R 2 sama dengan 1. Kurva ini juga menunjukkan bahwa y
merupakan fungsi dari x, dimana nilai y akan berubah jika x juga berubah.

Berdasarkan pengukuran didapatkan hasil absorbansi sampel pada panjang
gelombang 472,0 nm sebesar 0,054. Ketika nilai absorbansi dimasukkan kedalam
persamaan garis yang didapat, yakni y = 0,036x + 0,043 dan diperoleh konsentrasi
sampel sebesar 0,305 ppm. Namun, konsentrasi harus dikalikan dengan faktor
pengenceran, hal ini dikarenakan pada percobaan dilakukan pengenceran sebanyak 50
kali. Jadi, konsentrasi Fe dalam sampel bayam setelah dikali factor pengenceran sebesar
15,25 ppm.

Page

15

H. KESIMPULAN
a. Spektrofotometri adalah suatu metode analisa yang didasarkan pada pengukuran
serapan sinar monokromatis oleh suatu lajur larutan berwarna pada panjang
gelombang spesifik dengan menggunakan monokromator plasma atau kisi difraksi
dengan fototube atau foton hampa.

b. Alat yang digunakan untuk menentukan suatu senyawa baik secara kuantitatif
maupun kualitatif dengan mengukur transmitan atau absorbansi dari suatu
cuplikan sebagai fungsi suhu dari konsentrasi.
c. Spekttrofotrometri uv-vis , merupakan metode pengukuran radiasi sinar uv dekat
samapi pada sinar tampak. Spektrofotometer uv-vis merupakan alat analisis yang
digunakan untuk menentukan kadar suatu sampel dalam bentuk cairan dan
berdasarkan perbedaan warnanya.
d. Konsentrasi Fe pada sampel bayam sebesar 15,25 ppm.

I. DAFTAR PUSTAKA
Christina, Maria.2006. Instrumentasi Kimia I. Yogyakarta : STTN-BATAN\
Tim Praktikum Instrumentasi Kimia.2010.Praktikum Instrumentasi Kimia 1.
Yogyakarta : STTN-BATAN
Wahyu.2011.
Spektrofotometri
Uv-Vis.
Sumber
:
http://wahyoeanalisiskimia.blogspot.com/2011/03/spektrofotometer-uv-vis.html diakses pada
tanggal 29 November 2012
Ita
Tri.
2012.
Laporan
Spektrometri
Uv-Vis
.
Sumber
:
http://itatrie.blogspot.com/2012/10/laporan-kimia-analitik-spektrofotometri.html
diakses pada tanggal 29 November 2012
Ayu, Pangestu.2011. Spektrofotometri Uv-Vis dan Refraktometri. Sumber :
http://pangestu-ayupangestu.blogspot.com/2011/12/spektrofotometer-uv-visdan.html . Diakses pada tanggal 30 November 2012

Yogyakarta, 16 Desember 2012
Praktikan

Asisten

Risha Diah Rhamadhani

Page

16

Kartini Megasari, S.ST