S PJKR 1203560 Chapter1

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian
Pendidikan merupakan bagian penting dari kehidupan yang sekaligus
membedakan manusia dengan makhluk hidup lainnya. Hewan juga belajar tetapi
lebih ditentukan oleh instingnya. Sedangkan manusia hidup menggunakan akal
pikiran yang dimilikinya dalam setiap berprilaku. Dengan pendidikan seorang
anak akan mampu tumbuh dan mengembangkan

kecerdasannya untuk bekal

dalam menjalankan kehidupan sehari-hari.
Menurut UU SISDIKNAS No.20 Tahun 2003 mengemukakan bahwa:
“Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana
belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia,
serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat Bangsa dan
Negara”.
Dengan pendidikan seseorang akan berilmu dan setiap manusia yang

berilmu akan tinggi derajatnya. Setiap manusia akan mampu melakukan setiap
kegiatan yang menjadi kewajibannya seperti, beribadah, dan bekerja. Akan
berpikir dan bertindak sesuai dengan kaidah norma yang berlaku dalam agama,
masyarakat, dan budaya yang ada pada lingkungan tempat tinggalnya. Sejalan
dengan tujuan pendidikan nasional untuk mencerdaskan kehidupan bangsa serta
mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya, yaitu manusia yang beriman dan
bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berbudi pekerti luhur, memiliki
pengetahuan dan keterampilan, sehat jasmani dan rohani, berkepribadian mantap,
bertanggung jawab terhadap diri, keluarga, agama, dan bangsanya. Dalam upaya
untuk mewujudkan tujuan pendidikan tersebut dilakukanlah proses pembelajaran.
Sekolah merupakan lembaga pendidikan yang dipersiapkan untuk
membina putra-putri terbaik bangsa agar dapat ikut mensejahterakan kehidupan
masyarakat dalam berbagai bidang. Siswa merupakan masyarakat dalam
lingkungan sekolah yang dipersiapkan oleh pemerintah untuk dapat menjadi

Mas Asep Sudrajat, 2016
IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN PERMAINAN EFTOKTON TERHADAP JUMLAH WAKTU AKTIF
BELAJAR DALAM PEMBELAJARAN PERMAINAN BULUTANGKIS
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu


2

generasi penerus bangsa yang unggul dalam upaya meningkatkan kecerdasan dan
kesehatan seluruh warga negara.
Pendidikan mendapatkan perhatian khusus dari pemerintah terutama
lembaga sekolah yang menjadi ujung tombak kecerdasan bangsa. Siswa-siwi
sekolah menjadi garda terdepan dan investasi masa depan untuk dapat melakukan
pembangunan dan kemajuan suatu negara. Untuk dapat mewujudkan negara yang
berkembang dan unggul dibutuhkan sumberdaya manusia yang cerdas, kuat, sehat
jasmani dan rohani.
Sesuai dengan amanat Undang-Undang No 20 tahun 2003: menyebutkan
bahwa :
“Penyelenggaraan pendidikan diharapkan dapat mewujudkan proses
berkembangnya kualitas pribadi peserta didik sebagai generasi penerus
bangsa di masa depan”. Melihat pernyataan tersebut jelas bahwa
penyelengaraan
pendidikan harus benar-benar diperhatikan oleh
pamerintah agar dapat mewujudkan sumber daya manusia yang
mempunyai pola fikir cerdas, kreatif, serta sehat jiwa dan raga”.
Untuk dapat mewujudkan hal tersebut maka lembaga sekolah memberikan

kesempatan yang sebesar-besarnya serta memfasilitasi kepada seluruh siswa untuk
dapat belajar dengan sungguh-sungguh dan mengembangkan potensi yang ada
pada dirinya, karena mustahil suatu keterampilan atau kecerdasan akan datang
dengan sendirinya tanpa melalui proses pembelajaran dan usaha yang gigih dari
setiap diri individu.
Dalam upaya mencapai tujuan pendidikan, (pendidikan formal di sekolah)
dirancanglah kurikulum sesuai jenjang dan jenis pendidikan yang terdiri dari
beberapa mata pelajaran yang setiap mata pelajaran telah dirumuskan kompetensi
yang harus dimiliki lulusan setelah mengikuti pembelajaran pada setiap jenjang
pendidikannya. Salah satu mata pelajaran yang wajib dilaksanakan di setiap
jenjang pendidikan adalah mata pelajaran pendidikan jasmani olahraga dan
kesehatan (PJOK).
Proses pembelajaran pendidikan jasmani adalah usaha sadar yang
dilakukan oleh seorang guru sebagai fasilitator dengan para siswanya sebagai
penerima materi pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan. Kesehatan
setiap siswa menjadi faktor pendukung dalam menciptakan setiap pembelajaran di
Mas Asep Sudrajat, 2016
IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN PERMAINAN EFTOKTON TERHADAP JUMLAH WAKTU AKTIF
BELAJAR DALAM PEMBELAJARAN PERMAINAN BULUTANGKIS
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu


3

sekolah. Sehat adalah karunia Allah yang begitu besar dan menjadi dasar dari
segala nikmat serta kemampuan, karena sehat merupakan kebutuhan dasar bagi
kehidupan manusia untuk menjalankan berbagai aktivitas yang ingin dijalani.
Maka jelas harus adanya suatu bidang studi di sekolah yang dapat membina
kesehatan jasmani setiap siswanya. Pendidikan jasmani kesehatan dan olahraga
hadir sebagai satu-satunya mata pelajaran di sekolah yang bertujuan untuk dapat
membina kesehatan jasmani setiap siswanya melalui berbagai aktivitas fisik dalam
proses pembelajarannya. Menurut Suherman (2009, hlm.1) mengemukakan
bahwa:
“Hadirnya mata pelajaran pendidikan jasmani dalam kurikulum sekolah
sebagai bidang studi wajib dan seseorang yang ahli dalam bidangnya
bertanggung jawab untuk menyampaikan bidang studi ini kepada anak
didiknya. Bidang studi ini dinamakan bidang studi pendidikan jasmani dan
seseorang yang bertanggung jawab mengajar bidang studi tersebut adalah
guru pendidikan jasmani”.
Mata pelajaran pendidikan jasmani di sekolah memberikan kesempatan
yang sangat baik kepada seluruh siswa untuk dapat mengembangkan potensi yang

ada dalam dirinya, karena melalui mata pelajaran pendidikan jasmani siwa
diarahkan untuk dapat membina dan mengembangkan kebugaran fisik serta
kesehatan tubuhnya secara utuh. Pendidikan jasmani adalah proses pendidikan
melalui aktivitas jasmani, permainan atau olahraga yang terpilih untuk mencapai
tujuan pendidikan serta membantu anak agar tumbuh dan berkembang secara
wajar sesuai dengan perkembangannya serta menjadikan manusia Indonesia
seutuhnya.
Pendidikan jasmani merupakan suatu bagian yang tidak terpisahkan dari
pendidikan umum, lewat program pendidikan jasmani dapat diupayakan peranan
pendidikan untuk mengembangkan kepribadian individu. Tanpa penjas, proses
pendidikan di sekolah akan pincang.
Dengan demikian jelas bahwa adanya mata pelajaran pendidikan jasmani
di sekolah sangat berkontribusi terhadap mata pelajaran lain karena pendidikan
jasmani mengembangkan berbagai aspek yang ada dalam tubuh disetiap kegiatan
peembelajarannya.

Mas Asep Sudrajat, 2016
IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN PERMAINAN EFTOKTON TERHADAP JUMLAH WAKTU AKTIF
BELAJAR DALAM PEMBELAJARAN PERMAINAN BULUTANGKIS
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu


4

Menurut Daeur and Pangrazy (dalam Suherman, 2009 hlm.20)
menyatakan bahwa ada tiga hal penting yang bisa menjadi sumbangan unik dari
pendidikan jasmani yaitu sebagai berikut:
1. Meningkatkan kebugaran jasmani dan kesehatan siswa,
2. Meningkatkan terkuasainya keterampilan fisik yang kaya, serta
3. Meningkatkan pengertian siswa dalam prinsip-prinsip gerak serta bagaimana
menerapkannya dalam praktek.
Proses kegiatan pembelajaran pendidikan jasmani banyak memanfaatkan
berabagai cabang olahraga permainan dalam pelaksanaannya. Pemanfaatan
berbagai aktivitas permainan cabang olahraga digunakan sebagai alat untuk
mencapai tujuan pendidikan jasmani. Aktivitas permainan dan olahraga dalam
kajian kurikulum penjas terdiri atas permainan bola kecil dan permainan bola
besar. Aktivitas permainan bola kecil dan bola besar menjadi materi yang sering
diberikan kepada siswa dalam proses pembelajaran pendidikan jasmani di
sekolah. Kenyataan ini bisa dirasakan sendiri oleh penulis pribadi sebagai peneliti
ketika sedang melaksanaan program latihan profesi di sekolah SMAN 1 Lembang
dan ketika mengajar sebagai guru honorer di SMPN 2 Jalan Cagak Subang.

Dengan olahraga permainan para siswa lebih semangat dan kompetitif dalam
pelaksanaan pembelajaran PJOK di sekolah, siswa juga bisa mempraktekkan
bahkan menguasai beberapa cabang olahraga yang sering dipertandingkan.
Dalam

bidang kajian

kurikulum

pendidikan

jasmani

permainan

bulutangkis termasuk dalam kelompok permainan bola kecil. Sejalan dengan
konsep pendidikan jasmani, pembelajaran aktivitas permainan bulutangkis dalam
pembelajaran

pendidikan


jasmani

merupakan

proses

pendidikan

yang

menggunakan permainan bulutangkis sebagai media pendidikan. Pembelajaran
aktivitas permainan bulutangkis bagi peserta didik bukanlah tujuan namun
digunakan sebagai alat untuk mencapai tujuan pendidikan jasmani.
Suherman (2009, hlm.5) mengatakan “Pendidikan jasmani adalah
pendidikan melalui dan tentang aktivitas fisik atau dalam bahasa aslinya adalah
Physical education is education of and throught movement”. Inilah yang menjadi
keunikan pendidikan jasmani dan pembeda dari mata pelajaran lainnya yang ada
Mas Asep Sudrajat, 2016
IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN PERMAINAN EFTOKTON TERHADAP JUMLAH WAKTU AKTIF

BELAJAR DALAM PEMBELAJARAN PERMAINAN BULUTANGKIS
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

5

dalam kurikulum pendidikan. Karena dalam pendidikan jasmani siswa bisa belajar
kognitif, afektif dan psikomotor sekaligus dalam satu mata pelajaran.
Beberapa hal yang dipelajari selama kegiatan aktivitas permainan
bulutangkis dalam pembelajaran PJOK dapat dilihat dari tiga aspek utama yaitu
dari aspek kognitif, aspek afektif dan psikomotor. Dari aspek kognitif misalnya,
siswa menjelaskan beberapa cara gerak dasar dalam permainan bulutangkis,
seperti cara memegang raket, cara melakukan servis, langkah kaki dan cara
melakukan pukulan. Memahami peraturan dalam permainan bulutangkis yang asli
ataupun yang dimodifikasi oleh guru.
Dilihat dari aspek afektif misalnya, siswa belajar tentang bagaimana cara
bekerja sama dengan temannya (fartner) dalam melakukan pukulan secara
bergantian agar satekok tidak jatuh dilapangan sendiri dan berusaha menjatuhkan
satelkok dilapangan lawan jika dalam permainan ganda, percaya diri dalam
menghadapi setiap lawan, menunjukan sipat sportif, siswa belajar menghargai
lawan, menghargai wasit, dan menerima kekalahan dengan lapang dada.

Kemudian dari aspek psikomotor siswa dapat belajar memperaktikan
secara langsung beberapa gerakan teknik dalam permainan bulutangkis seperti,
cara memegang raket, melakukan pukulan servis, lob, smess, netting, belajar
langkah kaki (footwork), melakukan serangan dan pertahanan ketika sedang
bermain.
Beberapa nilai pendidikan yang terdapat dalam pembelajaran aktivitas
permainan bulutangkis seperti yang dipaparkan di atas diharapkan dapat terwujud
dalam diri setiap siswa, dengan harapan bahwa nilai-nilai tersebut dapat
ditunjukan oleh setiap siswa bukan hanya pada saat pembelajaran permainan
bulutangkis, tetapi bisa diterapkan dalam kehidupan sehari-hari baik dalam
lingkungan masyarakat, sekolah, dan keluarganya.
Beberapa tujuan dan harapan yang ingin dicapai dalam kegiatan proses
pembelajaran seperti dipaparkan diatas tentunya tidak akan bisa dicapai dengan
mudah jika semua unsur pendukung dalam pelaksanaan pembelajarannya tidak
ada. Akibatnya jumlah waktu aktif belajar siswa pun menjadi kurang dan tujuan
dari pendidikan jasmani akan sulit tercapai. Dalam proses pembelajaran PJOK
jumlah waktu aktif belajar siswa menjadi faktor yang harus diutamakan, karena
Mas Asep Sudrajat, 2016
IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN PERMAINAN EFTOKTON TERHADAP JUMLAH WAKTU AKTIF
BELAJAR DALAM PEMBELAJARAN PERMAINAN BULUTANGKIS

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

6

jika waktu belajar siswa tinggi maka akan berpengaruh pula pada peningkatan
kemampuan siswanya.
Beberapa kendala atau permasalahan

yang berhubungan dengan

pengoptimalan jumlah waktu aktif belajar khususnya di komplek pendidikan
SMA NEGERI 1 LEMBANG, yang berhasil penulis amati selama melaksanakan
kegiatan Program Latihan Propesi (PLP) dapat diklasifikasikan menjadi beberapa
faktor utama penyebab rendahnya jumlah waktu aktif belajar pembelajaran
permainan bulutangkis adalah sebagai berikut:
1. Faktor lapangan bulutangkis
Lapangan menjadi faktor penting agar dapat terlaksananya setiap
kegiatan aktivitas permainan yang ingin diberikan guru pada setiap siswa
dalam kegiatan pembelajaran. Dilihat dari segi lapangan yang ada pada
komplek pendidikan SMAN 1 Lembang, memiliki lapangan yang cukup luas
untuk melakukan kegiatan aktivitas pembelajaran pendidikan jasmani yang
terdiri dari satu lapangan basket dan satu lapangan bola volli, namun untuk
aktivitas permainan bulutangkis tidak memiliki lapangan khusus dan garis
yang ada dalam lapangan hanya bisa dipakai untuk aktivitas permainan bola
volli, futsal, dan bola basket. Ketika akan melakukan permainan bulutangkis
maka garis atau bentuk lapangan seadanya disesuaikan dengan garis lapangan
yang ada. Jadi lapangan untuk aktivitas permainan bulutangkis tidak tertata
dengan baik akibatnya meskipun lapangan luas para siswa kurang antusias
dan jumlah waktu aktif belajarnya masih rendah dalam kegiatan aktivitas
permainan bulutangkis.
2. Raket dan satelkok
Permainan bulutangkis merupakan permainan yang memerlukan alat
bantu dalam pelaksanaannya maka raket dan satelkok menjadi faktor penting
yang harus ada dalam melaksanakan aktivitas pembelajaran permainan
bulutangkis. Salah satu kendala yang dapat diamati penulis di komplek
pendidikan SMAN 1 Lembang, pihak sekolah belum mampu menyediakan
raket dan satelkok yang memadai untuk para siswa dalam melaksanakan
aktivitas pembelajaran permainan bulutangkis, bahkan hanya ada tiga buah
raket dan dua satelkok yang sudah tidak layak, sehingga jumlah waktu aktif
Mas Asep Sudrajat, 2016
IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN PERMAINAN EFTOKTON TERHADAP JUMLAH WAKTU AKTIF
BELAJAR DALAM PEMBELAJARAN PERMAINAN BULUTANGKIS
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

7

belajar siswa rendah dikarenakan terlalu lama untuk menunggu giliran yang
disebabkan jumlah raket dan satelkok yang terbatas siswa pun kurang
antusias dalam melaksanakan proses pembelajarannya.
3. Nett
Aktivitas permainan bulutangkis termasuk pada peramainan yang
menggunakan net dalam pelaksanaannya. Net yang bisa digunakan untuk
permainan bulutangkis di komplek SMAN 1 Lembang ada dua buah. Jadi
dalam

melaksanakan

aktivitas

permaianan

bulutangkis

hanya

bisa

menggunakan dua lapangan bulutangkis dan jumlah siswa yang ada dalam
satu kelas minimal 30 orang dalam setiap pembelajarannya, sehingga banyak
siswa yang menunggu giliran untuk masuk ke lapangan yang menggunakan
net akibatnya jumlah waktu aktif belajar siswa rendah.
4. Minat siswa mengikuti pembelajaran
Dalam setiap kelompok kelas terdiri dari siswa yang berbeda-beda
karakter dan kemampuannya, begitu pula ketika guru memberikan materi
pembelajaran permainan bulutangkis tidak semua siswa antusias mengikuti
proses belajarnya, apalagi bila gurunya kurang bisa membujuk atau
memotivasi para siswa untuk mengikuti pembelajaran. Dalam satu kelas
terdiri dari 40 siswa, jadi beragam pula hobi dan kesukaan siswa dalam
melakukan berbagai aktivitas permainan dan olahraganya. Itu pula yang
terjadi di SMAN 1 lembang apalagi melihat fasilitas untuk bermain
bulutangkis yang kurang mendukung seperti lapangan raket dan satelkok
yang digunakan untuk permainan bulutangkis kurang layak digunakan,
akibatnya sebagian siswa enggan mengikuti pembelajarannya dan hanya
duduk manis mengobrol dan ikut-ikutan pada temannya.
Melihat pemaparan beberapa kendala

yang terjadi diatas, akan

menimbulkan suatu masalah dalam proses pembelajaran penjas terutama dalam
permainan bulutangkis di SMAN 1 Lembang. Oleh sebab itu jika permasalah ini
tidak segera diatasi dikhawatirkan jumlah waktu aktif belajar siswa akan semakin
rendah dan hasil belajarnya kurang bagus. Perlu adanya solusi dan cara yang tepat
agar permasalahan tersebut tidak muncul dalam aktivitas pembelajaran permainan
bulutangkis. Salah satu cara yang akan digunakan untuk memecahkan
Mas Asep Sudrajat, 2016
IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN PERMAINAN EFTOKTON TERHADAP JUMLAH WAKTU AKTIF
BELAJAR DALAM PEMBELAJARAN PERMAINAN BULUTANGKIS
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

8

permasalahan tersebut melalui modifikasi peralatan dan permainan dalam
aktivitas pembelajaran permainan bulutangkis melalui impelementasi permainan
eftokton.
Modifikasi alat dan peraturan permainan diharapkan akan dapat
meningkatkan dan memperbaiki jumlah waktu aktif belajar siswa dalam proses
pembelajaran pendidikan jasmani terutama dalam materi pembelajaran permainan
bulutangkis. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Sumantri tahun 2011,
menyatakan bahwa penerapan modifikasi alat dan peraturan permainan
bulutangkis memberikan peningkatan yang berarti terhadap motivasi siswa dalam
mengikuti pelajaran pendidikan jasmani. kemudian hasil penelitian yang
dilakukan oleh Annisa Tun Mulia tahun 2012, menghasilkan bahwa penerapan
modifikasi alat dan peraturan

permainan bulutangkis dapat memberikan

peningkatan yang berarti terhadap pola gerak dasar dominan dan aspek afektif
siswa dalam pembelajaran aktivitas bulutangkis di Sekolah.
Disini penulis mencoba memecahkan masalah bagaimana meningkatkan
jumlah waktu aktif belajar di komplek SMAN 1 Lembang dalam materi
pembelajaran aktivitas permainan bulutangkis dengan menerapkan permainan
eftokton. Dengan menerapkan permainan eftokton yang masih asing bagi siswa
bisa menambah penasaran untuk mencoba melakukan permainannya serta dapat
meningkatkan minat siswa dalam mengikuti pembelajaran aktivitas pemainan
bulutangkis sehingga tujuan yang diharapkan dapat tercapai.
Lapangan permainan bulutangkis menjadi salah satu faktor terpenting
dalam melakukan kegiatan pembelajaran, jika setiap sekolah harus melaksanakan
pembelajaran permainan bulutangkis sesuai aturan ukuran lapang sebenarnya dari
Badminton Word Federation (BWF) organisasi tertinggi dalam cabang
bulutangkis, akan sulit terlaksana pada setiap sekolah. Apalagi jika kondisi
sekolah yang memiliki fasilitas lapangan yang sempit untuk kegiatan penjas.
Dengan lapangan sebenarnya peserta didik yang baru belajar akan merasa
kesulitan karena bentuk lapangan yang terlalu luas memungkinkan permainan
tidak akan terlaksana dengan baik karena satelkok nya cepat jatuh. Bila bermain
dengan lapangan dan peraturan yang sebenarnya peserta didik akan bosan dan
terlalu lama untuk menunggu giliran bermainnya karena jumlah siswa yang terlalu
Mas Asep Sudrajat, 2016
IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN PERMAINAN EFTOKTON TERHADAP JUMLAH WAKTU AKTIF
BELAJAR DALAM PEMBELAJARAN PERMAINAN BULUTANGKIS
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

9

banyak, maka dari itu akan lebih baik menggunakan peraturan dan alat yang telah
dimodifikasi oleh guru, agar peserta didik merasa nyaman dan antusias dalam
melakukan proses pembelajarannya. Dengan menggunakan lapangan dan
peralatan yang dimodifikasi maka peraturan yang dibuat pun harus disesuaikan
dengan keterampilan dan pemahaman peserta didik untuk mencapai tujuan yang
diinginkan.
Dengan menggunakan penerapan permainan eftokton dalam pembelajaran
aktivitas permainan bulutangkis diharapkan peserta didik dapat melakukan tugas
ajar yang diberikan. Maka, oleh sebab itu penulis mencoba untuk meneliti
masalah yang ada di komplek pendidikan SMAN 1 Lembang, dengan melakukan
penelitian tindakan

kelas

yang berjudul

“Implementasi

Pembelajaran

Permainan Eftokton Terhadap Jumlah Waktu Aktif Belajar Dalam
Pembelajaran Perm ainan

Bulutangkis di Kelas XI SMA Negeri 1

Lembang”.

B.

Rumusan Masalah Penelitian
Berdasarkan latar belakang, perlu adanya yang dikaji terkait masalah-

masalah yang timbul, maka penulis dapat merumuskan masalah yang akan diteliti
yaitu:
“Apakah Implementasi pembelajaran aktivitas permainan eftokton dapat
meningkatkan jumlah waktu aktif belajar dalam pembelajaran permainan
bulutangkis di kelas XI SMA Negeri 1 Lembang?

C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan uraian latar belakang dan rumusan masalah yang sudah
dikemukakan diatas, maka tujuan utama pada penelitian tindakan kelas (PTK) ini
untuk meningkatkan jumlah waktu aktif belajar siswa melalui permainan eftokton
dalam pembelajaran bulutangkis.

Mas Asep Sudrajat, 2016
IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN PERMAINAN EFTOKTON TERHADAP JUMLAH WAKTU AKTIF
BELAJAR DALAM PEMBELAJARAN PERMAINAN BULUTANGKIS
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

10

D. Manfaat Penelitian
Hasil dari penelitian ini diharapkan bisa memberikan manfaat secara
teoritis dan praktis sebagai berikut:
Manfaat Teoritis
Secara teoritis penelitian ini bermanfaat untuk memperkaya pemikiran
mengenai penerapan permainan eftokton dalam pembelajaran permaianan
bulutangkis di Sekolah.
Manfaat Praktis
1) Manfaat bagi siswa yaitu untuk menumbuhkan rasa keinginan belajar yang
tinggi, dan meningkatkan keterampilan pembelajaran aktivitas permainan
bulutangkis melalui permainan eftokton.
2) Manfaat bagi guru yaitu sebagai rangsangan agar lebih kreatif dalam
memberikan materi pembelajaran meskipun dengan sarana dan prasarana
kurang mendukung untuk proses belajar mengajar penjas.
3) Manfaat bagi sekolah yaitu sebagai sumber informasi untuk lebih
meningkatkan kualitas pembelajaran sesuai dengan tujuan yang di inginkan.
E. Struktur Organisasi
Struktur penulisan skripsi ini meliputi BAB dan Sub BAB, agar tidak
keluar dari struktur batasan organisasi ini, maka dibuat struktur organisasi BAB
pertama sampai BAB terakhir, sebagai berikut:
BAB I PENDAHULUAN, dalam BAB I ini menjelaskan mengenai
latar belakang penelitian, rumusan masalah penelitian, tujuan penelitian, manfaat
penelitian, dan struktur organisasi skripsi.
BAB II TINJAUAN TEORITIS, dalam BAB II ini menjelaskan
mengenai pembelajaran pendidikan jasmani, jumlah waktu aktif belajar penjas,
hakikat pembelajaran permainan bulutangkis melalui penerapan permainan
eftokton, dan konsep dasar penilian tindakan kelas.
BAB III METODE PENELITIAN, dalam BAB III ini menjelaskan
mengenai metode penelitian, tujuan operasional penelitian, setting penelitian,
fokus penelitian, instrument penelitian, prosedur penelitian, data penelitian, dan
teknik analisis data.
Mas Asep Sudrajat, 2016
IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN PERMAINAN EFTOKTON TERHADAP JUMLAH WAKTU AKTIF
BELAJAR DALAM PEMBELAJARAN PERMAINAN BULUTANGKIS
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

11

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN dalam BAB IV
ini menjelaskan mengenai hasil pengolahan data, analisis data dn pembahasan
mengenai hasil penelitian dari implementasi pembelajaran permainan eftokton
terhadap peningkatan waktu aktif belajar dalam permaianan bulutangkis di kelas x
SMA Negeri 1 Lembang Kabupaten Bandung Barat.
BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI, dalam
BAB V ini menjelaskan mengenai simpulan, implikasi, dan rekomendasi dari
hasil pengolahan data serta analisis data dari BAB sebelumnya.

Mas Asep Sudrajat, 2016
IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN PERMAINAN EFTOKTON TERHADAP JUMLAH WAKTU AKTIF
BELAJAR DALAM PEMBELAJARAN PERMAINAN BULUTANGKIS
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu