T1 712012079 Full text

Faktor-Faktor Penyebab Perpindahan Keaktifan Anggota Angkatan Muda
Gereja Protestan Maluku ke Gereja Bethel Indonesia Rock Tual
Oleh:
PARAMITHA YUELSY LEUNUPUN
712012079

TUGAS AKHIR
Diajukan kepada program Studi: Teologi, Fakultas: Teologi
guna memenuhi sebagian dari persyaratan untuk mencapai gelar Sarjana
Sains Teologi
(S.Si-Teol)

Program Studi Teologi

FAKULTAS TEOLOGI
UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA
SALATIGA
2017

i


LEMBAR PENGESAHAN

Faktor-Faktor Penyebab Perpindahan Keaktifan Anggota Angkatan Muda
Gereja Protestan Maluku ke Gereja Bethel Indonesia Rock Tual
oleh:
PARAMITHA YUELSY LEUNUPUN
712012079
TUGAS AKHIR
Diajukan kepada program Studi: Teologi, Fakultas: Teologi
guna memenuhi sebagian dari persyaratan untuk mencapai gelar Sarjana
Sains Teologi
(S.Si-Teol)
Disetujui oleh,
Pembimbing I

Pembimbing II

Pdt. Izak Lattu, Ph. D

Pdt. Dr. Tony Tampake


Diketahui oleh,

Disahkan oleh,

Ketua Program Studi

Dekan

Pdt. Izak Y. M. Lattu, Ph.D

Pdt. Dr. Retnowati, M.Si

Fakultas Teologi
Universitas Kristen Satya Wacana
Salatiga
2017

ii


PERNYATAAN TIDAK PLAGIAT

Saya yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama

:

Paramitha Yuelsy Leunupun

NIM

:

712012079

Email : [email protected]

Fakultas

:


Teologi

Program Studi : Teologi

Judul tugas akhir :
Faktor-Faktor Penyebab Perpindahan Keaktifan Anggota
Angkatan Muda Gereja Protestan Maluku ke Gereja Bethel Indonesia Rock Tual.
Pembimbing :

1. Pdt. Izak Lattu Ph.D
2. Pdt. Dr. Tony Tampake

Dengan ini menyatakan bahwa:
1. Hasil karya yang saya serahkan ini adalah asli dan belum pernah diajukan
untuk mendapatkan gelar kesarjanaan baik di Universitas Kristen Satya
Wacana maupun di institusi pendidikan lainnya.
2. Hasil karya saya ini bukan saduran/terjemahan melainkan merupakan gagasan,
rumusan, dan hasil pelaksanaan penelitian/implementasi saya sendiri, tanpa
bantuan pihak lain, kecuali arahan pembimbing akademik dan narasumber

penelitian.
3. Hasil karya saya ini merupakan hasil revisi terakhir setelah diujikan yang telah

diketahui dan disetujui oleh pembimbing.
4. Dalam karya saya ini tidak terdapat karya atau pendapat yang telah ditulis atau

dipublikasikan orang lain, kecuali yang digunakan sebagai acuan dalam naskah
dengan menyebutkan nama pengarang dan dicantumkan dalam daftar pustaka.
Pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya. Apabila di kemudian hari terbukti
ada penyimpangan dan ketidakbenaran dalam pernyataan ini maka saya bersedia
menerima sanksi akademik berupa pencabutan gelar yang telah diperoleh karena
karya saya ini, serta sanksi lain yang sesuai dengan ketentuan yang berlaku di
Universitas Kristen Satya Wacana.
Salatiga, 30 Mei 2017

Paramitha Yuelsy Leunupun

iii

PERNYATAAN PERSETUJUAN AKSES


Saya yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama

:

Paramitha Yuelsy Leunupun

NIM

:

712012079

Email: [email protected]

Fakultas

:


Teologi

Program Studi : Teologi

Judul tugas akhir :
Faktor-Faktor Penyebab Perpindahan Keaktifan Anggota
Angkatan Muda Gereja Protestan Maluku ke Gereja Bethel Indonesia Rock Tual.
Dengan ini saya menyerahkan hak non-eksklusif* kepada Perpustakaan
Universitas – Universitas Kristen Satya Wacana untuk menyimpan, mengatur
akses serta melakukan pengelolaan terhadap karya saya ini dengan mengacu pada
ketentuan akses tugas akhir elektronik sebagai berikut (beri tanda pada kotak yang
sesuai):

 a.

Saya mengijinkan karya tersebut diunggah ke dalam aplikasi Repositori
PerpustakaanUniversitas, dan/atau portal GARUDA

 b.


Saya tidak mengijinkan karya tersebut diunggah ke dalam aplikasi Repositori
Perpustakaan Universitas, dan/atau portal GARUDA**

* Hak yang tidak terbatashanya bagi satu pihak saja. Pengajar, peneliti, dan
mahasiswa yang menyerahkan hak non-ekslusif kepada Repositori
Perpustakaan Universitas saat mengumpulkan hasil karya mereka masih
memiliki hak copyright atas karya tersebut.
**
Hanya akan menampilkan halaman judul dan abstrak.
Pilihan ini harus dilampiri dengan penjelasan/ alasan tertulis dari pembimbing
TA dan diketahui oleh pimpinan fakultas (dekan/kaprodi).
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.
Salatiga, 30 Mei 2017

Paramitha Yuelsy Leunupun
Mengetahui,
Pembimbing I

Pembimbing II


Pdt. Izak Lattu Ph.D

P

iv

Pdt. Dr. Tony Tampake

PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI TUGAS AKHIR UNTUK
KEPENTINGAN AKADEMIS

Sebagai sivitas akademika Universitas Kristen Satya Wacana (UKSW), saya yang
bertanda tangan di bawah ini:
Nama
: Paramitha Yuelsy Leunupun
NIM
: 712012023
Program Studi : Teologi
Fakultas
: Teologi

Jenis Karya : Jurnal
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada
UKSW hak bebas royalti non-eksklusif (non-exclusive royalty free right) atas
karya ilmiah saya berjudul:
“Faktor-Faktor Penyebab Perpindahan Keaktifan Anggota Angkatan Muda
Gereja Protestan Maluku ke Gereja Bethel Indonesia Rock Tual”

beserta perangkat yang ada (jika perlu).
Dengan hak bebas royalti non-eksklusif ini, UKSW berhak menyimpan,
mengalihmedia/mengalihformatkan, mengelola dalam bentuk pangkalan data,
merawat, dan mempublikasikan tugas akhir saya, selama tetap mencantumkan
nama saya sebagai penulis/pencipta.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.
Dibuat di
: Salatiga
Pada tanggal : 30 Mei 2017
Yang menyatakan,

Paramitha Yuelsy Leunupun
Mengetahui,

Pembimbing I

Pembimbing II

Pdt. Izak Lattu Ph.D

Pdt. Dr. Tony Tampake

v

KATA PENGANTAR
Puji syukur tak henti-hentinya penulis naikan kepada Tuhan Yesus atas
kasih dan karunia-Nya dalam kehidupan penulis. Kasih dan karunia dari Tuhan
Yesus ini lah yang membawa penulis sehingga mampu menyelesaikan tugas akhir
ini dengan baik. Tugas akhir ini merupakan tahap akhir yang harus dilakukan oleh
setiap mahasiswa dan mahasiswi dalam studi di Program Teologi Universitas
Kristen Satya Wacana (UKSW) Salatiga termasuk penulis. Bukan hanya tugas
akhir tetapi juga tahap-tahap studi lainnya yang sudah penulis jalani selama 4
tahun.
Penulis menyadari bahwa dalam perjalanan studi selama ini bukanlah
sesuatu yang mudah, tetapi penuh tantangan dan rintangan. Penulis mengakui
bahwa karena Tuhan Yesus penulis juga mampu berdiri dan berjalan melewati
semua tantangan dan rintangan. Pelajaran yang penulis dapatkan dari perjalanan
studi ini adalah bagaimana kita belajar untuk berusaha melakukan yang terbaik
sesuai dengan kemampuan yang kita miliki (berjuang) dan kemudian
menyerahkannya di dalam doa kepada Tuhan. Ini adalah sesuatu yang sangat
ampuh bagi penulis dalam perjalanan studi selama ini.
Adapun perjuangan penulis dalam belajar di Fakultas Teologi dan
khususnya dalam proses penulisan tugas akhir ini mendapat bantuan dari berbagai
pihak. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini penulis ingin menyampaikan
ungkapan terima kasih yang sebesar-besarnya untuk mereka yang telah
mendukung dan membantu penulis dalam proses penulisan, baik yang secara
langsung maupun tidak langsung. Penulis menyampaikan ungkapan terima kasih
kepada:
1. Tuhan Yesus yang telah menjadi sosok yang sempurna di mata penulis karena
tidak pernah meninggalkan penulis dalam setiap keadaan.
2. Universitas Kristen Satya Wacana, terkhusus bagi Fakultas Teologi yang telah
menjadi tempat untuk penulis belajar dan menuntut ilmu.
3. Pdt. Izak Lattu Ph.D dan Pdt. Dr. Tony Tampake selaku dosen pembimbing
Tugas Akhir yang senantiasa memberikan nasihat, saran, dan kritikan yang
membuat tulisan penulis menjadi lebih baik. Begitu pun dengan Pdt. Yusak B.
Setiawan Ph.D dan Pdt. Agus Supratikno, M.Th sebagai dosen reviewer.

vi

Terima kasih buat saran maupun kritikan yang diberikan agar penulis mampu
memperbaiki kesalahan yang ada. Terima kasih juga penulis ucapkan kepada
mantan dosen wali penulis yaitu Ka Ira. Mangililo (menjalani vikaris
sekarang) yang sudah menjadi kakak sekaligus ibu bagi penulis dan temanteman lainnya. Serta kepada seluruh Dosen, Pegawai dan Staff Tata Usaha
Fakultas Teologi UKSW yang telah memberikan dorongan dan bantuan
kepada penulis dalam menambah sebanyak mungkin ilmu yang berguna bagi
tugas dan pelayanan di tengah-tengah gereja dan masyarakat kedepannya.
4. Ibu Pdt. Endang Ayu P. S.Si. Teol selaku supervisor lapangan penulis, selama
PPL I-IV di GKMI Salatiga dan Ibu Pdt. E. Lewerissa/ R, S.Si selaku
supervisor lapangan PPL X penulis di GPM Yamtel, Kei Besar. Terima kasih
karena telah memberikan banyak pelajaran yang baik sebagai pemimpin di
dalam jemaat dan cara bersosialisasi dengan jemaat, yang nantinya akan
berguna bagi penulis. Serta seluruh warga jemaat di GKMI Salatiga, jemaat di
GPM

Yamtel

dan

kakak-kakak

pengajar

dan

adik-adik

di

Pusat

Pengembangan Anak (PPA) Maranatha yang merupakan tempat PPL V
penulis. Terima kasih karena telah menerima, membantu, menopang, dan
menyayangi penulis.
5. Pdt. Tipiyali selaku pendeta di GPM Sion Tual dan Pdt. GBI Rock Tual, yang
telah memberikan izin kepada penulis untuk melakukan penelitian tugas akhir.
Serta seluruh anggota youth GBI Rock Tual yang begitu terbuka dan juga
membantu dalam memberikan informasi. Khususnya juga Ka Lisa Lethulur
yang memperkenalkan penulis kepada jemaat GBI Rock, Ka Buce Ubro
selaku ketua youth, Ka Girley Somnaikubun, dan Ka James Balseran yang
sangat membantu penulis dalam mendapatkan semua data untuk tugas akhir
penulis.
6. Keluarga tercinta saya (Mama, Kak Chalit, Kak Veny dan Kak Ito) dan
saudara-saudara saya yang lain yang selalu mendukung dan menopang saya
dalam segala hal. Serta teman-teman dekat saya (Christine, Gisella, Ka Jelta,
Sammy, Inya, Atha) yang selalu menghabiskan waktu bersama dan
memberikan semangat satu dengan yang lain. Serta teman-teman Teologi
angkatan 2012 dengan semua kebersamaannya selama ini.

vii

7. Dan juga pihak-pihak yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu.
Terima kasih atas semua bantuan, topangan dan kerja samanya. TUHAN
memberkati karya dan pelayanan kita. Amin

Penulis
Salatiga, 31 Mei 2017

viii

DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL............................................................................... i
LEMBAR PENGESAHAN .................................................................... ii
PERNYATAAN TIDAK PLAGIAT ...................................................... iii
PERNYATAAN PERSETUJUAN AKSES ........................................... iv
PERNYATAAN BEBAS ROYALTI DAN PUBLIKASI...................... v
KATA PENGANTAR ............................................................................ vi
DAFTAR ISI .......................................................................................... ix
MOTTO .................................................................................................. xi
ABSTRAK .............................................................................................. xii
1. Pendahuluan ........................................................................................ 1
1.1 Latar Belakang ............................................................................ .1
1.2 Rumusan Masalah dan Tujuan .................................................... 3
1.3 Metode Penelitian ........................................................................ 3
2. Konversi Agama................................................................................. 4
2.1 Pengertian Konversi Agama ........................................................ 4
2.2 Faktor-Faktor Konversi Agama ................................................... 6
2.3 Proses Konversi Agama ............................................................... 7
2.5 Kesimpulan .................................................................................. 11
3.Perpindahan Keaktifan Anggota AM-GPM ke GBI Rock Tual ......... 12
3.1 Sejarah singkat AM-GPM dan Ibadahnya ................................... 12
3.2 Pemuda GBI ROCK dan Ibadahnya ............................................ 15

ix

3.3 Fenomena Konversi di AM-GPM ............................................... 15
3.4 Faktor-Faktor Perpindahan Keaktifan Anggota AM-GPM ke GBI
RockTual .................................................................................... 20
3.3 Kesimpulan .................................................................................. 26
4. Kesimpulan dan Saran........................................................................ 27
4.1 Kesimpulan .................................................................................. 27
4.2 Saran ............................................................................................ 28
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................ 29

x

MOTTo

“Apa pun juga yang kamu perbuat, perbuatlah dengan segenap
hatimu seperti untuk Tuhan dan bukan untuk manusia” (Kolose
3:23)

“Aku telah mencari Tuhan, lalu Ia menjawab aku dan melepaskan
aku dari segala kegentaranku” (Mazmur 34:5).

“Berusaha dan berdoalah senantiasa karena Tuhan akan
memperhitunggkan segalanya”

xi

Abstrak
Artikel ini bertujuan untuk mendeskripsikan apa yang menjadi penyebab
perpindahan keaktifan anggota AM-GPM ke GBI Rock Tual. Tujuan tersebut
dimaksudkan untuk menjawab rumusan masalahnya yaitu apa yang menjadi
faktor-faktor penyebab perpindahan keaktifan anggota AM-GPM ke GBI Rock
Tual? Dengan manfaat secara teoritis sebagai salah satu sumbangan pemikiran
dalam pengembangan pemahaman akademik tentang faktor-faktor penyebab
perpindahan keaktifan anggota AM-GPM ke GBI Rock Tual. Serta sebagai salah
satu sumbangan pemikiran bagi Gereja Protestan Maluku (GPM) dalam
memahami masalah pemuda yang berpindah gereja.
Dalam penelitian ini, penulis menggunakan metode penelitian pendekatan
kualitatif dengan jenis penelitian deskriptif serta teknik pengumpulan data,
wawancara, Focus Group Discussion (FGD), dan observasi. Penulis menggunakan
metode penelitian dan teknik ini karena dapat mengumpulkan data atau informasi
secara aktual dan terperinci yang diungkapkan apa adanya sesuai dengan bahasa
dan pandangan informan, serta relatif cepat selesai dan lebih murah. Sehingga
dapat mengidentifikasikan masalah, membuat perbandingan atau evaluasi secara
langsung terhadap perbedaan yang ditemukan berdasarkan hasil observasi serta
mempermudah pengambil keputusan. Dengan demikian, dapat diketahui faktor
penyebab perpindahan yang paling dominan yang berasal dari dalam maupun dari
luar. Sehingga, dapat dijadikan sebagai alat ukur dalam mengoreksi diri gereja
dan membuat strategi pengembangan gereja, khususnya dalam organisasi
pemuda-pemudinya.

Kata Kunci: Perpindahan, Konversi agama, Angkatan Muda Gereja
Protestan Maluku (AM-GPM), Gereja Protestan Maluku (GPM), Gereja
Bethel Indonesia Rock (GBI Rock).

xii

Pendahuluan
Perkembangan kehidupan gereja-gereja di

Indonesia tidak dapat

dipisahkan dari berbagai aliran-aliran gereja yang sudah ada sejak dulu. Aliranaliran yang berkembang ini berasal dari luar Indonesia, terutama Eropa Barat dan
Amerika Serikat. Sejarah gereja mencatat bahwa hingga dewasa ini terdapat tiga
“rumpun gereja” yang besar, yakni Gereja Ortodoks, Gereja Katolik Roma, dan
Gereja Protestan. Berbeda dengan rumpun Ortodoks dan rumpun Katolik Roma
yang tetap solid, rumpun Protestan adalah rumpun yang dalam perjalanan
sejarahnya paling sering terpecah belah, sehingga terdapat kurang lebih 13 aliran
gereja yang muncul dari rumpun Protestan.1
Berbagai aliran dengan coraknya masing-masing di dalam kehidupan
bergereja di Indonesia, mengakibatkan perdebatan atau masalah-masalah antara
satu gereja dengan gereja lainnya karena adanya fenomena pindah gereja. Di
mana jemaat dari satu gereja berpindah ke gereja lain, yang berbeda denominasi
atau aliran.2 Fenomena ini pun terjadi di semua denominasi gereja, semua kota,
propinsi bahkan di seluruh penjuru dunia termasuk di dalamnya yaitu Gereja
Prostestan Maluku, khususnya organisasi Angkatan Muda Gereja Protestan
Maluku (AM-GPM) yang disebut sebagai anak kandung Gereja Protestan
Maluku.3
AM-GPM itu sendiri adalah organisasi
pembinaan pemuda GPM

4

kader dan wadah tunggal

dengan anggotanya adalah warga Gereja Protestan

Maluku berusia 17 – 45 tahun.5 Diketahui dari anggota AM-GPM di Kota Tual
bahwa, ada rekan mereka yang tidak pernah terlihat dalam ibadah di gereja pada
hari Minggu maupun ibadah AM-GPM. Informasi yang terdengar adalah mereka
sudah beribadah di gereja lain. Mendengar informasi ini, penulis pun melakukan
1

Jan Aritonang, Berbagai Aliran Di Dalam Dan Di Sekitar Gereja (Jakarta:Gunung
Mulia, 2008), 2-5.
2
Iswara Rintis Purwanta, Oikumene-Mengapa Ada Berbagai Macam Denominasi
Gereja? ( Malang: Gandum Mas, 2014), 159-161
3
Anggaran Dasar Angkatan Muda Gereja Protestan Maluku, Bab I (Nama, Waktu,
Wilayah, dan Kedudukan) pasal 1, 2, 3, dan 4 (di Ambon, tahun 2010).
4
Anggaran Dasar Angkatan Muda Gereja Protestan Maluku, Bab VII (Status dan
Bentuk), pasal 10 (di Ambon, tahun 2010).
5
Anggaran Dasar Angkatan Muda Gereja Protestan Maluku, Bab VIII (Keanggotaan),
pasal 13, (di Ambon, tahun 2010).

1

wawancara melalui telepon genggam dengan salah satu anggota AM-GPM yang
sudah beribadah di gereja lain. Informasi yang penulis dapatkan adalah benar
adanya bahwa ia sudah beribadah di Gereja aliran Pentakosta yaitu Gereja Bethel
Indonesia Rock Tual. Alasannya karena ia mendapatkan pengajaran yang banyak
ketika beribadah disana, sehingga membuat imannya bertumbuh, merasakan
Tuhan itu nyata dan benar-benar ada, serta banyak hal lainnya.6
Menurut penulis perpindahan pemuda ini penting, melihat dari dua hal
yakni gereja dan pemudanya. Gereja sebagai tubuh Kristus harus menyadari
tugasnya sebagai tempat atau sarana Tuhan dalam memberikan mandat
pendidikan. Mengajarkan mengenai apa yang dipesankan Tuhan kepada umatnya
(band. Mat. 28:20),7 sehingga memungkinkan pertumbuhan anggota secara
pribadi maupun jemaat secara bersama-sama dalam penghayatan akan iman
Kristen termasuk di dalamnya pemuda-pemudi gereja. Hal ini jelas dilihat dalam
surat Paulus kepada jemaat di Efesus. Paulus menulis bahwa Allah sendiri yang
memberikan penjabat-pejabat di dalam gereja termasuk pengajar-pengajar untuk
melakukan pelayanan untuk menumbuhkan iman tiap anggota secara bersamasama (Ef. 4:11-16). 8
Pemuda dianggap sebagai bagian integral gereja karena mereka
mempunyai peran untuk memperbaharui bagian–bagian dalam gereja. Pemuda
juga yang akan menjadi penerus untuk meneruskan cita-cita dan perjuangan
generasi sebelumnya di dalam gereja. Maka gereja mempunyai tanggung jawab
besar dalam memperhatikan pemuda-pemudinya sesuai dengan kebutuhan
perkembangan pemuda. Melihat dari perkembangan kognitif, perkembangan
moral/etika, perkembangan ego, maupun perkembangan iman yang berbeda

6

Wawancara via telepon genggam dengan L L, Hari Kamis 25 Februari 2016, Pukul
16:47 WIB.
7
Mat. 28: 20 yaitu “ dan ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah
Kuperintahkan kepadamu. Dan ketahuilah, Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir
zaman.”
8
Daniel Nuhamara, Pembimbing Pendidikan Agama Kristen (Bandung: Jurnal Info
Media, 2007), 68-69.

2

dengan kategori lainnya,9 sehingga dapat mempersiapkan pemuda-pemudi untuk
menyadari tanggung jawab pada gerejanya saat ini. 10
Melihat fenomena pemuda-pemudi yang berpindah gereja ini, penulis
tertarik untuk menulis artikel penelitian tentang faktor-faktor penyebab
perpindahan anggota Angkatan Muda Gereja Protestan Maluku yang memilih
aktif dalam ibadah di gereja lain yakni Gereja Bethel Indonesia Rock Tual.
Berkaitan dengan fenomena ini, penulis menemukan adanya kesamaan penulisan
dengan Imelda Marsinta Dimu dalam skripsinya tahun 2013 tentang “Analisis
Pastoral Dan Faktor-Faktor Penyebab Jemaat Pindah Gereja”. Ia menuliskan
bahwa faktor-faktor penyebab warga jemaat pindah gereja adalah karena
ketidakpuasan warga jemaat dengan pelayanan yang dilakukan oleh pihak gereja
(Pendeta dan Majelis Jemaat) dan juga faktor ekonomi.11 Perbedaannya ada pada
fokus penulisan artikel ini diarahkan pada kategori pemuda dan keaktifannya,
sehingga pemuda yang akan penulis jadikan narasumber. Ada yang sudah resmi
keluar dari Gereja Protestan Maluku dan mungkin ada yang belum. Pemuda yang
belum ini, sudah tidak aktif dalam ibadah maupun kegiatan yang dilaksanakan di
Gereja Prostestan Maluku atau Angkatan Mudanya dan berpindah aktif di Gereja
Bethel Indonesia Rock Tual.
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka permasalahan yang akan
penulis lihat dan temukan adalah apa yang menjadi faktor-faktor penyebab
perpindahan keaktifan anggota AM-GPM ke GBI Rock Tual? Dengan tujuan
mendeskripsikan faktor-faktor penyebab perpindahan keaktifan anggota AMGPM ke GBI Rock Tual.
Metode Penelitian
Dalam penelitian ini, penulis menggunakan metode penelitian pendekatan
kualitatif dengan jenis penelitian deskriptif untuk mengeksplorasi dan memahami

9

Dien Sumiyatingsih, Mengajar Dengan Kreatif Dan Menarik (Yogyakarta: ANDI,
2006), 129-132.
10
Drientje Dalegi, “Faktor-Faktor Penyebab Terhentinya Kegiatan Gerakan Pemuda
GPIB Tamansari Salatiga” (S. Th, Skripsi., Universitas Kristen Satya Wacana, 1993), 11-19.
11
Imelda Marsinta Dimu, “Analisis Pastoral Dan Faktor-Faktor Penyebab Jemaat Pindah
Gereja – Kajian Kasus Jemaat GKS Nggongi di Sumba Timur,” (Skripsi, Universitas Kristen
Satya Wacana, 2013), 27-45.

3

suatu gejala tertentu dengan wawancara.12 Teknik pengumpulan data yang dipakai
dalam penelitian ini adalah wawancara, Focus Group Discussion (FGD), dan
observasi. Wawancara adalah tanya jawab lisan antara dua orang atau lebih secara
langsung untuk memperoleh keterangan sesuai tujuan penelitian dengan atau
tanpa menggunakan pedoman (guide) wawancara.13 Focus Group Discussion
(FGD) atau Diskusi Kelompok Terarah adalah salah satu teknik dalam
mengumpulkan data kualitatif; dimana sekelompok orang berdiskusi dengan
pengarahan dari seorang fasilitator atau moderator mengenai suatu topik yang
banyak digunakan, khususnya oleh pembuat keputusan atau peneliti.14 Observasi
atau pengamatan yakni mengikuti secara langsung ibadah atau kegiatan lain yang
dilakukan oleh GBI Rock Tual.
Penulis

menggunakan

metode

penelitian

diatas

karena

dapat

mengumpulkan data atau informasi secara aktual dan terperinci yang diungkapkan
apa adanya sesuai dengan bahasa dan pandangan informan, serta relatif cepat
selesai dan lebih murah. Sehingga dapat mengidentifikasikan masalah, membuat
perbandingan atau evaluasi secara langsung terhadap perbedaan yang ditemukan
berdasarkan hasil observasi serta mempermudah pengambil keputusan. Penelitian
akan dilakukan di Gereja Bethel Indonesia Rock Tual dan Gereja Protestan
Maluku. Dalam penelitian ini, informan yang akan penulis wawancarai dan
bersama melakukan Focus Group Discussion (FGD) adalah 5-7 pemuda-pemudi
GBI Rock Tual yang sebelumnya berasal dari AM-GPM.
Konversi Agama
Pengertian Konversi Agama
Konversi agama merupakan istilah yang pada umumnya diberikan untuk
proses seseorang menerima sikap keagamaan, proses ini bisa terjadi secara
berangsur-angsur atau secara tiba-tiba. Mencakup perubahan keyakinan terhadap
12

Raco Via John Creswell, Metode Penelitian Kualitatif: Jenis, Karakteristik, Dan
Keunggulannya (Jakarta: PT. Widya sari Indonesia, 2010), 9.
13
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitaf, Kualitatif, dan R&D
(Bandung: Alfabeta, 2010 ), 138-140.
14
Astridya Paramita dan Lusi Kristiana, “TEKNIK FOCUS GROUP DISCUSSION
DALAM PENELITIAN KUALITATIF,” Buletin Penelitian Sistem Kesehatan – Vol. 16 No. 2
(April 2013): 117–118, diakses 14 Februari, 2016.
http://oaji.net/articles/2015/820-1444709885.pdf

4

beberapa persoalan agama yang dibarengi dengan berbagai perubahan dalam
motivasi terhadap perilaku dan reaksi terhadap lingkungan sosial. 15 Konversi
agama menurut etimologi konversi berasal dari kata Latin“Conversio” yang
berarti: tobat, pindah, dan berubah (agama). Selanjutnya, kata tersebut dipakai
dalam kata Inggris “Conversion” yang mengandung pengertian: berubah dari
suatu keadaan atau dari suatu agama ke agama lain (change from one state, or
from one religion, to another). Berdasarkan kata-kata tersebut dapat diartikan
bahwa konversi agama mengandung pengertian: bertobat, berubah agama,
berbalik pendirian terhadap ajaran agama atau masuk ke dalam agama.16
Pengertian konversi agama juga dapat dilihat dari beberapa tokoh antara
lain: Max Heirich mengatakan bahwa konversi agama adalah suatu tindakan di
mana seseorang atau sekelompok orang masuk atau berpindah ke suatu sistem
kepercayaan atau perilaku yang berlawanan dengan kepercayaan sebelumnya.
William James mengatakan bahwa konversi agama merupakan suatu perubahan
untuk menerima kesukaan, untuk menjalani pengalaman beragama, untuk
mendapatkan kepastian terhadap suatu kepercayaan atau keagamaan dan
dilakukan secara sadar, berangsur-angsur atau tiba-tiba.17
Walter Houston Clork dalam The Psychology of Religion memberikan
pengertian konversi sebagai pertumbuhan atau perkembangan spiritual yang
mengandung perubahan arah yang cukup berarti dalam sikap terhadap ajaran dan
tindakan agama.18 Raymond F. Paloutzian dalam bukunya Religious Conversion
and Spiritual Transformation A Meaning-System Analysis menyatakan bahwa
konversi agama dan spiritual yang terjadi pada seseorang akibat perbedaan yang
terjadi dalam kehidupan dan ada keraguan di dalam diri seseorang baik mengenai
nilai-nilai, atau ajaran dalam agama yang dianutnya. Sehingga akhirnya
membangun sistem makna baru dan perubahan yakni proses perpindahan agama.19
Maka dapat disimpulkan bahwa konversi agama merupakan perubahan atau
15

Roberth H. Thouless diterjemahkan Machnun Husein, Pengantar Psikologi Agama,
(Jakarta: Rajawali, 1992), 189.
16
Jalaluddin,
Psikologi
Agama-Memahami
Perilaku
Keagamaan
Dengan
Mengaplikasikan prinsip-prinsip Psikologi.( Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2011), 361.
17
Jalaluddin, Psikologi Agama, 362.
18
Sururin, Ilmu Jiwa Agama (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2004), 104.
19
James M. Nelson,. “Psychology, Religion, and Spirituality”. (USA: Departmentof
Psychology, 2009), 136.

5

perpindahan agama atau kepercayaan seseorang secara sadar terhadap agama atau
kepercayaan

yang

dianutnya

karena

ketidakpuasan

di

dalam

dirinya.

Ketidakpuasaan ini berhubungan dengan kondisi kejiwaan (psikologi) seseorang,
sehingga dapat terjadi secara berproses atau secara mendadak. Perubahan tersebut
tidak hanya berlaku bagi pemindahan kepercayaan dari satu agama ke agama lain,
akan tetapi juga termasuk perubahan pandangan terhadap agama yang dianutnya
sendiri.20
Faktor-Faktor Konversi Agama
William James dalam bukunya The Varieties of Religious Experience dan
Max Heirich dalam bukunya Change of Heart menguraikan faktor-faktor yang
mendorong terjadinya konversi agama menurut para ahli antara lain: Menurut para
ahli agama, yang menjadi faktor pendorong terjadinya konversi agama adalah
petunjuk Illahi. Petunjuk Ilahi dipercayai sebagai sesuatu yang supernatural, yang
berperan secara dominan dalam proses terjadinya konversi agama pada diri
seseorang atau kelompok.
Menurut para ahli sosiologi, bahwa yang menyebabkan terjadinya
konversi agama adalah pengaruh sosial. Pengaruh sosial yang mendorong
terjadinya konversi itu adalah pengaruh hubungan antar pribadi baik pergaulan
yang bersifat keagamaan maupun non-agama (kesenian, ilmu pengetahuan
ataupun bidang kebudayaan), pengaruh kebiasaan yang rutin, pengaruh anjuran
atau propaganda dari orang-orang yang dekat, misalnya: karib, keluarga, dan
famili, pengaruh pemimpin keagamaan, pengaruh perkumpulan berdasarkan hobi,
dan pengaruh kekuasaan pemimpin.21
Menurut para ahli psikolog, yang menjadi pendorong terjadinya konversi
agama adalah faktor psikologis yang ditimbulkan oleh faktor intern maupun
ekstern yang menimbulkan gejala tekanan batin, yang kemudian akan terdorong
untuk mencari jalan keluar yaitu ketenangan batin.22 Yang dapat dikategorikan
sebagai faktor intern antara lain: kepribadian, dimana secara psikologis tipe
kepribadian tertentu akan mempengaruhi kehidupan jiwa seseorang. Sedangkan
20

Ramayulis, Psikologi Agama (Jakarta: Klam Mulia, 2007 ), 79.
Max Heinrich, Change Of Heart: A Test of Some Widely Theories about Religious
Conversion, dlm. American Journal Of Sociologi, Vol. 83, No. 3, 667.
22
Ramayulis, Psikologi Agama. 80.
21

6

yang termasuk dalam faktor ekstern antara lain: faktor keluarga, kerekatan
keluarga, ketidakserasian, berlainan agama, kesepian, kesulitan seksual, kurang
mendapatkan pengakuan kaum kerabat, serta faktor lingkungan tempat tinggal.
Dimana yang termasuk dalam faktor ini adalah ketersaingan dari tempat tinggal
atau tersingkir dari kehidupan di suatu tempat yang menyebabkan seseorang
hidupnya sebatang kara. Perubahan status yang dimaksud dapat disebabkan oleh
berbagai macam persoalan, seperti: perceraian, keluar dari sekolah atau
perkumpulan dan lain sebagainya. Dan kemiskinan, dimana masyarakat awam
yang miskin cenderung untuk memeluk agama yang menjanjikan dunia yang lebih
baik.23
Menurut para ahli pendidikan, konversi agama dipengaruhi oleh kondisi
pendidikan. Penelitian ilmu sosial menampilkan data dan berargumen bahwa
suasana pendidikan ikut mempengaruhi konversi agama. Walaupun belum dapat
dikumpulkan data secara pasti tentang pengaruh lembaga pendidikan terhadap
konversi agama namun berdirinya sekolah-sekolah yang bernaung dibawah
yayasan agama tentu mempunyai tujuan keagamaan pula.24 Maka dapat
disimpulkan bahwa seseorang yang melakukan konversi agama didorong oleh
faktor-faktor yang berasal dari dalam dirinya maupun dari luar dirinya. Di dalam
dirinya berupa faktor petunjuk ilahi dan kepribadian (jiwa). Sedangkan di luar
dirinya berupa faktor lingkungan tempat tinggal dan pengaruh interaksi sosial.
Proses Konversi Agama
Proses konversi yang dilalui oleh orang-orang yang mengalami konversi,
berbeda antara satu dengan lainnya, selain sebab yang mendorongnya dan
bermacam pula tingkatnya, ada yang dangkal, sekedar untuk dirinya saja dan ada
pula yang mendalam, disertai dengan kegiatan agama yang sangat menonjol
sampai kepada perjuangan mati-matian. Ada yang terjadi dalam sekejap mata dan
ada pula yang berangsur-angsur.25 Untuk itu diperlukan model-model tingkatan
yang dikemukan oleh Lewis R. Rambo di dalam bukunya Understanding

23

Sururin, Ilmu Jiwa,107-109.
Jalaluddin, Psikologi Agama,367.
25
Zakiah Daradjat, Ilmu Jiwa Agama (Jakarta: bulan bintang, 1996), 139-140.

24

7

Religious Conversion yang menggambarkan secara sistematis proses terjadinya
konversi agama.26
Model bertingkat (Stage Model) yang dikemukakan oleh Lewis terbagi
atas dua yaitu sequential stage model (model bertingkat yang berurutan) dan
Model

yang

kedua,

systemic

stage

model

(model

tingkatan sistemik).

Keduanya, sama-sama mempunyai tujuh tingkatan yakni konteks, krisis,
pencarian, pertemuan, interaksi, komitmen dan konsekuensi. 27Perbedaan terdapat
pada kemutlakan tingkatannya. Dalam sequential stage model (model bertingkat
yang berurutan), tujuh tingkatan yang sudah dipaparkan adalah mutlak tidak bisa
berubah posisinya dari konteks-konsekuensi. Sedangkan dalam systemic stage
model

(model tingkatan sistemik), ketujuh unsur tersebut tidak mutlak berada

pada tingkatannya. Dalam model ini terdapat satu unsur yang menjadi pusat
penyebab dari proses konversi agama, namun yang menjadi pusat tersebut tidak
menjadi hal yang mutlak. Ketujuh unsur dapat berpindah-pindah tingkatan dan
saling terkait.28
Ketujuh urutan, tingkatan, tahapan model tersebut dapat dijelaskan sebagai
berikut:
1. Konteks
Konteks membentuk kealamian, struktur, serta proses konversi. John Gration
menguraikan/menjelaskan demikian: ”di dalam suatu pendirian yang sangat (kuat)
setiap konversi ada di dalam konteks, sebuah konteks yang memiliki berbagai
macam segi, merangkum bidang politik, sosial, ekonomi, serta keagamaan di
dalam sebuah kehidupan seseorang di saat dirinya berkonversi. Jadi apapun
pengertian konversi, dia tidak pernah mengambil tempat di luar sebuah konteks
sosial, kebudayaan, keagamaan, serta pribadi. Pada tingkat ini dibagi kedalam dua
bagian yakni Macrocontext dan Microcontext. Makrokonteks mengarah kepada
lingkungan total, misalnya meliputi berbagai elemen seperti sistem-sitem politik,
keagamaan, organisasi-organisasi, keterkaitan berbagai pemikiran ekologis,
berbagai kerja sama antar bangsa, serta sistem-sitem ekonomi. Sedangkan
Mikrokonteks menyangkut dunia yang lebih dekat dari sebuah keluarga
26

Lewis R. Rambo, Understanding Religious (London: Yale Univercity Press, 1993), 7-

27

Rambo, Understanding Religius Conversion,16.
Rambo, Understanding Religius Conversion,17-18.

11
28

8

seseorang, para sahabat, kelompok etnik, komunitas keagamaan, serta orangorang yang berada di sekitarnya.29
2. Krisis
Di dalam tingkat ini, terdapat dua pokok isu dasar erat dalam sebuah diskusi
terhadap krisis. Pertama adalah pentingnya isu-isu kontekstual, dan yang kedua
adalah kadar keaktifan ataupun kepasifan dari orang yang beralih keyakinan
kepercayaannya atau konversi.30 Dalam pemaparan mengenai sifat dasar krisis,
banyak literatur yang menekankan pada disintegrasi sosial, penindasan politik,
atau juga sebuah peristiwa dramatis. Krisis juga memiliki sifat dasar lainya, yakni
mampu membimbing seseorang kepada hal yang bukan dramatis, memberikan
respon yang sangat kuat untuk mengakui kesalahan atau dosa dan pada akhirnya
melakukan sesuatu perubahan. Sifat dasar dari krisis tersebut akan berlainan
antara orang yang satu dengan yang lain dan dari situasi yang satu ke situasi yang
lainnya. Krisis yang dihadapi oleh seseorang dapat ditimbulkan oleh berbagai
sebab, antara lain: pengalaman mistik, pengalaman yang terjadi ketika mendekati
kematian, sakit penyakit dan proses mengobati, perasaan dan persepsi bahwa
hidup harus memiliki arti dan tujuan, keinginan manusia yang selalu ingin lebih,
mengubah keadaan pikiran atau perasaan agar berada pada keadaan yang sadar
(karena pengaruh obat-obatan terlarang), kepribadian seseorang yang mudah
menyesuaikan diri dalam berbagai lapangan pekerjaan, patologi (terlalu sering
melakukan analisis terhadap psikis orang lain), pengingkaran atas agama, prinsip,
tujuan, tatanan moral, dan stimulus yang berasal dari luar seperti lingkungan dan
kebudayaan, aktivitas penginjilan.31
3. Pencarian
Pencarian merupakan hal yang dilakukan oleh manusia secara terus menerus
di dalam proses kontruksi dan merekontruksi dunianya supaya menghasilkan arti
dan makna, memelihara keseimbangan fisik, serta menjamin secara terusmenerus.32 Dalam hal ini pelaku konversi menjadi pelaku agen aktif, karena
mereka dapat mencari kepercayaan-kepercayaan, kelompok-kelompok, dan

29

Rambo, Understanding Religius Conversion, 20-22.
Rambo, Understanding Religius Conversion, 44-45.
31
Rambo, Understanding Religius Conversion ,46-54.
32
Rambo, Understanding Religius Conversion, 56.

30

9

organisasi-organisasi yang menyediakan apa yang mereka butuhkan. Pencarian
tersebut dapat terjadi karena tersedianya struktur yang di dalamnya seseorang
dapat bergerak dari emosi, intelektual, lembaga-lembaga agama, komitmenkomiten, kewajiban-kewajiban sebelumnya menuju pilihan yang baru. Ketika
seseorang melakukan pencarian-pencarian tersebut, tentunya terdapat motivasi
yang memperkuatnya dalam mencapai kebutuhan-kebutuhannya, baik itu motivasi
resolusi konflik, gambaran kesalahan, atau tekanan dalam keluarga.33
4. Pertemuan/Perjumpaan
Perjumpaan yang dimaksud oleh Lewis dalam tingkatan ini adalah
berjumpanya sang pendorong (misionaris/orang Kristen) dengan pelaku konversi
agama. Di mana perjumpaan terjadi pada tempat atau konteks tertentu. Di dalam
setiap perjumpaan antara sang pendorong dengan orang yang berkonversi secara
potensial, hal yang nyata dari itu adalah terjadinya saling mempengaruhi diantara
mereka. Dalam proses perjumpaan, terdapat tahapan-tahapan yang perlu
dilakukan oleh pelaku konversi yakni melihat kebutuhan-kebutuhan afektif,
intelektual, kognitif, dan advokasi.34 Kemudian strategi sang pendorong juga
penting berhubungan dengan jangkauan, tujuan-tujuan, dan metode-metode
konversi yang penting (dalam) membentuk taktik-taktik sang pendorong maupun
pengalaman orang yang berkonversi.35 Hasil dari perjumpaan tersebut terdapat
sebuah penolakan total dan dapat juga terjadi penerimaan yang lengkap pada
orang lain.36
5. Interaksi
Dalam tingkatan interaksi, menjadi salah satu potensi dari pelaku konversi
untuk menyambung hubungan dan menjadi lebih terlibat, atau mereka yang
bekerja

sebagai

penyokong

akan

meneruskan

interaksi

yang

terdapat

kemungkinan-kemungkinan yang layak untuk diperluas.37 Seorang ahli sosiologi
mengemukakan proses enkapsulasi yang menciptakan suatu lingkungan yang di
dalamnya terdapat elemen penting sekali dalam operasi konversi. Proses tersebut
mencakup empat elemen atau dimensi, yakni: 1) Hubungan-hubungan, yang di
33

Rambo, Understanding Religius Conversion, 56-63.
Rambo, Understanding Religius Conversion, 67.
35
Rambo, Understanding Religius Conversion, 76.
36
Rambo, Understanding Religius Conversion, 87.
37
Rambo, Understanding Religious,102-108.

34

10

dalamnya mampu menciptakan dan menggabungkan ikatan-ikatan emosi ke dalam
kelompok dan realitas perspektif baru hari demi hari, 2) Ritual, menyediakan
penggabungan mode-mode yang sedang diperkenalkan dengan dan hubungan
kepada jalan hidup yang baru, 3) Kepandaian berbicara, menyediakan suatu
sistem penerjemah yang dapat memberikan berupa sumbangan petunjuk dan
pengertian kepada orang yang melakukan konversi, 4) Melalui peran, dapat
menggabungkan keterlibatan seseorang dengan memberikannya suatu misi khusus
untuk dapat diselesaikan.38
6. Komitmen
Komitmen merupakan bagian dari proses konversi yang perlu dilakukan oleh
pelaku konversi setelah melakukan interaksi yang intensif dengan kelompok
agama yang baru. Ketika interaksi tersebut dilakukan, maka pelaku konversi akan
membuat pilihan dengan komitmen. Komitmen seseorang biasa ditunjukan
dengan menjalankan ritual agama yang baru. Komitmen tersebut dikenal dengan
sebutan komitmen ritual, seperti: baptis dan kesaksian.39Di dalam tingkat ini
terdapat lima elemen yang melingkupi: membuat keputusan, ritual-ritual,
penyerahan, manifestasi kesaksian yang terkandung di dalam perubahan bahasa
dan rekontruksi biografi, dan perumusan kembali motivasi.40
7. Konsekuensi
Ketika seseorang atau kelompok memutuskan untuk melakukan konversi
agama, tentunya telah banyak hal-hal yang dipertimbangkan, termasuk akibat atau
yang dalam tingkatan bagian ini disebut sebagai konsekuensi. Rambo
mengemukakan lima pendekatan untuk menjelaskan tentang konsekuensikonsekuensi, antara lain: peran bias pribadi dalam penilaian, observasi-observasi
umum, lebih mendalam terkait dengan konsekuensi-konsekuensi sosial budaya
dan historis, konsekuensi psikologi, dan konsekuensi teologi.41
Jadi, dapat disimpulkan bahwa kedua model bertingkat ini sebenarnya lebih
tertuju pada proses perubahan yang terjadi setiap waktu, yang menunjukan suatu
proses rangkaian yang saling terhubung dan mengikat satu dengan yang lainnya.

38

Rambo, Understanding Religius Conversion,107-108.
Rambo, Understanding Religius Conversion ,124.
40
Rambo, Understanding Religius Conversion, 125-140.
41
Rambo, Understanding Religius Conversion, 142.
39

11

Sehingga bisa saja proses yang terjadi pada pemuda-pemudi yang berkonversi ini
sama persis seperti ketujuh urutan ini ataupun berbeda dalam urutan. Mengingat
bahwa faktor-faktor yang dirasakan seseorang berbeda-beda berdasarkan
permasalahan dan kebutuhannya.

Perpindahan Keaktifan Anggota AM-GPM ke GBI Rock Tual
Sejarah singkat AM-GPM dan Ibadahnya
Gereja Protestan Maluku (GPM) adalah salah satu gereja di Indonesia
yang mengaku berpedoman pada ajaran Johannes Calvin dari Perancis (15091564), sehingga disebut sebagai gereja dengan aliran Calvinis.42 GPM pada
tanggal 27 Maret 1933 mendirikan sebuah organisasi yang bernama Angkatan
Muda Gereja Protestan Maluku (AM-GPM) untuk waktu yang tidak ditentukan
lamanya, dan tetap berkordinasi dengan GPM. AM-GPM digerakan oleh motonya
yaitu “Kamu adalah Garam dan Terang Dunia (Matius 5:13a dan 14a )”.43 Medan
pelayanan AM-GPM meliputi seluruh wilayah pelayanan GPM yang berada di
Provinsi Maluku dan Maluku Utara44 dengan struktur yang bertingkat dari atas ke
bawah. Dimulai dari Pengurus Besar, Pengurus Daerah, Pengurus Cabang, dan
Pengurus

Ranting.45

Pengurus-pengurus

ini

nantinya

akan

melakukan

musyawarah terhadap program-program dan kegiatan-kegiatan yang akan
dikeluarkan dan dijalankan untuk seluruh anggota AM-GPM di setiap Klasis dan
jemaat di Maluku. Target dari musyawarah adalah ranting-ranting yang
merupakan bagian terkecil dari struktur organisasi AM-GPM, sehingga wujud

42

Aritonang, Berbagai Aliran, 52.
Anggaran Dasar Angkatan Muda Gereja Protestan Maluku, Bab V (Moto), pasal 8, (di
Ambon, tahun 2010).
44
Anggaran Dasar Angkatan Muda Gereja Protestan Maluku, Bab I (Nama, Waktu,
Wilayah, dan Kedudukan) pasal 1, 2, 3, dan 4 (di Ambon, tahun 2010).
45
Anggaran Dasar Angkatan Muda Gereja Protestan Maluku, Bab IX (Alat-Alat
Kelengkapan), pasal 14, (di Ambon, tahun 2010).
43

12

pelayanan AM-GPM biasanya dapat terlihat dalam ibadah dan kegiatan-kegiatan
yang dilaksanakan di ranting-ranting.46
AM-GPM yang adalah anak kandung GPM mempunyai tata ibadah
hampir sama dengan tata ibadah GPM, yang berpedoman pada ajaran Calvinis
yakni berpusat pada pemberitaan Firman atau khotbah. Berdasarkan ajaran
Calvin, ibadah dan tata ibadah berkaitan erat bahkan merupakan satu kesatuan
dengan pokok-pokok ajaran gereja, sehingga harus disusun dan diselanggarakan
dengan baik. Itu sebabnya tata ibadah yang ditemukan di GPM maupun di AMGPM sudah disusun di dalam satu buku selama beberapa tahun. Ciri-ciri
ibadahnya sebagai berikut: khotbah mempunyai fungsi pengajaran, doa dan
nyanyian yang diatur untuk mempertegas pokok-pokok dasar ajaran iman gereja
seperti pengakuan dosa, berita pengampunan, petunjuk hidup baru, dan pengakuan
akan kedaulatan Allah. Serta erilaku yang tertib dan suasana yang disiplin juga
menjadi hal yang penting di dalam ibadah.47
Ciri-ciri ibadah ini penulis temukan dalam ibadah AM-GPM. Khotbah
yang menjadi pusat ibadah sudah dibuat khusus dari sinode dalam buku LPJ-GPM
(Lembaga Pembinaan Jemaat) selama tiga bulan. Nyanyian berkisar pada Kidung
Jemaat (KJ), Pelengkap Kidung (PKJ), Nyanyian Rohani atau Nyayian GPM,
seperti dulu pada masa Calvin yang dipakai hanya Nyanyian Mazmur.48 Perilaku
tertib dan suasana disiplin masih tetap ditekankan di dalam ibadah AM-GPM.
Jadi, ibadah harus dengan suasana tenang dan khusyuk, sehingga tidak
membutuhkan alat musik (kalau ada hanya gitar atau piano) dalam nyanyian.
Pokok-pokok dasar ajaran iman gereja seperti diatas jelas terlihat ketika
menggunakan liturgi AM-GPM. Namun berdasakan observasi, akhir-akhir ini
AM-GPM sudah jarang menggunakan liturgi wajib tersebut. Sehingga rumpun
ibadah yang dipakai diluar liturgi adalah sebagai berikut: 1) Menghadap Tuhan:
nyanyian dan doa pembukaan, 2) Pelayanan Firman: nyanyian, doa Firman dan
Pelayanan Firman (Renungan), dan nyanyian perenungan Firman, 3) Pengucapan
Syukur: doa syafaat yang umumnya berisi ungkapan syukur, pergumulan AM-

46

Anggaran Dasar Angkatan Muda Gereja Protestan Maluku, Bab VII (pasal 12), Bab IX
(pasal 14), dan Bab X (pasal 15).
47
Aritonang, Berbagai Aliran, 75-76.
48
Aritonang, Berbagai Aliran, 77.

13

GPM, pengurus dan anggotanya, 4) Pengutusan: berkat dan nanyian mengakhiri
ibadah.49
Dengan demikian, diketahui bahwa AM-GPM adalah organisasi yang
mempunyai tujuan yang jelas yakni mengembangkan anak muda GPM dengan
motonya menjadi garam dan terang dunia. Sebagai organisasi, AM-GPM
mempunyai struktur yang bertingkat dan mengikat sesuai dengan prosedur dari
atas ke bawah dalam pengambilan keputusan (musyawarah) maupun pelaksanaan
program kerja. Corak dari aliran Calvinis menjadikan pelayanan ibadah AM-GPM
menjadi baku dan terikat karena berfokus kepada tata ibadah dalam buku liturgi
AM-GPM, nyanyian KJ, PKJ dan lain-lain, serta khotbah yang ada dalam buku
LPJ-GPM.
Pemuda GBI ROCK dan Ibadahnya
Gereja Bethel Indonesia Jemaat Rock (GBI Rock) adalah Gereja Lokal
yang berada dibawah Sinode Gereja Bethel Indonesia (GBI). GBI merupakan
suatu kelompok atau sinode gereja Kristen Protestan di Indonesia yang bernaung
di bawah Persekutuan Gereja-gereja di Indonesia (PGI). Selain PGI, GBI juga
merupakan anggota dari Persekutuan Gereja-gereja Pentakosta Indonesia
(PGPI).50 GBI Rock tersebar hampir di seluruh Indonesia dan salah satunya
berada di Jl. Dihir, Kepulauan Kei Kecil, Kota Tual, Provinsi Maluku. GBI Rock
di Kota Tual mempunyai persekutuan untuk anak muda yang disebut Youth GBI
Rock. ROCK kepanjangannya adalah Representatives of Christ’s Kingdom.
Kepanjangan ini dijadikan visi untuk semua persekutuan ibadah dan jemaatnya.
Jadi, visi Youth GBI Rock adalah menjadi perwakilan Kerajaan Kristus dengan
tiga penekanan yaitu Harmonious (Esa), Victorious (Jaya), dan Glorious (Mulia).
51

Sedangkan Visi Youth GBI Rock yaitu: Exalting the Lord (Meninggikan

Tuhan), Building Messianic People (Membangun Masyarakat Mesianik), dan
Extending the Kingdom (Memperluas Kerajaan Allah).52 Visi dan misi ini menjadi
49

Observasi dalam ibadah ranting cabang Irene, Kei Kecil, Tual.
“Rock Ministry Soe”, dalam WordPress.com, diakses Sabtu 11 Februari 2017,
https://gbirocksoe.wordpress.com/tentang-kami/
51
Hasil wawancara dengan pengurus Youth GBI ROCK Tual (Ketua dan Bidang
Koordinasi Pelayanan) di Gedung GBI ROCK Tual, pada hari Sabtu, 07 Januari 2017.
52
Hasil wawancara dengan pengurus Youth GBI ROCK Tual, pada hari Sabtu, 7 Januari
2017.
50

14

patokan sebagai jemaat maupun anggota Youth GBI ROCK secara keseluruhan,
yang berlaku dari pusat sampai ke daerah-daerah termasuk di kota Tual.
GBI Rock Tual termasuk di dalamnya persekutuan Youth yang beraras di
bawah nauangan PGPI, mempunyai tata ibadah yang tidak rinci dan baku, serta
nas dan tema khotbah yang fleksibel (tidak perlu ditetapakan) karena dianggap
menghambat pekerjaan Roh Kudus. Walaupun tidak mempunyai tata ibadah yang
baku, tetapi tetap ada semacam pola dan unsur-unsur yang umum, yaitu: doa
pembuka, nyanyian jemaat, doa lanjutan, nyanyian khusus, khotbah, dan
pelayanan altar (altar service; altar calling). Contoh pelayanan altar adalah
memberi kesempatan untuk jemaat mengungkapkan pertobatan ataupun kesediaan
dipanggil menjadi pelayan, ataupun menerima Baptisan Roh. 53 Penghayatan
ibadah secara keseluruhan difokuskan pada pujian (nyanyian) kepada Tuhan
Yesus Kristus.54
Tata ibadah diatas, penulis temukan ketika melakukan observasi dalam
ibadah youth GBI Rock Tual. Doa pembuka dan nyanyian jemaat dipandu oleh
pemimpin pujian, dibantu oleh singers, dan pemain musik (tim musik). Doa
lanjutan, nyanyian khusus (masih tetap dibantu oleh tim musik), khotbah, dan
pelayanan altar dipandu oleh Pelayan Firman. Pelayanan altar yang penulis
dapatkan adalah kesaksian tentang kehidupan bersama Tuhan oleh satu atau dua
orang pemuda-pemudi yang ingin berbagi. Penulis juga menemukan bahwa,
Ibadah youth GBI ROCK Tual terwujud dalam bentuk ibadah yang gemerlap
karena musik full band dan nyanyian Rohani modern dan ekspresi sukacita oleh
semua peserta ibadah. Ekspresi sukacita diwujudkan dengan bertepung tangan dan
melompat atau sebaliknya menangis, atau sesuai dengan yang dirasakan. 55
Dengan demikian, maka diketahui bahwa youth GBI ROCK adalah anak
dari GBI dibawah aras aliran Pentakosta. Visinya yang menekankan tentang
kesucian dan misi meninggikan Tuhan diwujudkan dalam penghayatan ibadah
yang berfokus kepada pujian penyembahan kepada Tuhan Yesus Kristus.
Walaupun tata ibadah yang mereka punya tidak baku, namun pujian (nyanyian)
53

Aritonang, Berbagai Aliran, 192.
“Informasi mengenai gerakan/gereja (neo-)kharismatik oleh SC Hubungan
Kharismatik gereja-gereja di Indonesia”, dalam blog Kharismatik-Indonesia, diakses 11 Februari
2017. http://kharismatik-indonesia.blogspot.co.id/2012/11/kesimpulan-dialog-teologi_4.html
55
Obeservasi Langsung dalam ibadah youth di GBI ROCK TUAL, Sabtu 07 Januari 2016
54

15

penyembahan ini dapat membangun semangat dalam penghayatan pribadi tiap
orang kepada Tuhan.
Fenomena Konversi di AM-GPM
Tabel 1: Data Konversi Anggota AM-GPM ke GBI ROCK Tual.56
No
1

Inisial
K.E.U

Jenis Kelamin
Laki-laki

Umur
27 thn

Pekerjaan
Guru

Waktu konversi
2012

2

R.D.L

Laki-laki

30 thn

Pegawai Bank

2013

3

J.W

Laki-laki

30 thn

PNS

2014

4
5

E.H
C.H

Laki-laki
Perempuan

32 thn
27 thn

Guru
Guru TK

2012
2013

6

G.S

Perempuan

33 thn

Honorer

2012

7

E.R

Perempuan

29 thn

Pegawai Bank

2014

8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38

D.P.U
F.R
J.S
H.B
F.R
A.M.P
J.C.P
S.M
M.M
V.R
P.F.U
I.U
S.L
W.L
L.L
O.L
L.U
V.K
I.L
G.L
T.P
J.B
S.R
A
H.B
IL.U
C.P
H.P.A
U.P
KLb
U.K

Perempuan
Laki-laki
Laki-laki
Perempuan
Perempuan
Perempuan
Perempuan
Perempuan
Perempuan
Perempuan
Perempuan
Perempuan
Perempuan
Perempuan
Perempuan
Laki-Laki
Perempuan
Perempuan
Perempuan
Laki-Laki
Perempuan
Laki-Laki
Perempuan
Laki-Laki
Perempuan
Perempuan
Laki-Laki
Perempuan
Perempuan
Laki-Laki
Perempuan

28 thn
18 thn
18 thn
29 thn
26 thn
29 thn
27 thn
21 thn
22 thn
23 thn
16 thn
23 thn
27 thn
30 thn
27 thn
31 thn
25 thn
17 thn
18 thn
22 thn
21 thn
25 thn
26 thn
18 thn
27 thn
25 thn
34 thn
19 thn
19 thn
19 thn
30 thn

PNS
Siswa SMA
Siswa SMA
Sek. Camat
Honorer
Dokter
PNS
Honorer
Honorer
Mahasiswa
Siswa SMA
Honorer
FullTimer
Guru
Perawat
PNS
Honorer
Siswa SMA
Siswa SMA
Honorer
Polwan
PNS
Dokter
Siswa SMA
Guru
Pegawai Swasta
Dosen
Mahasiwa
Mahasiswa
Mahasiswa
Pegawai Bank

2013
2014
2014
2013
2014
2012
2013
2015
2015
2014
2016
2012
2013
2012
2015
2014
2015
2014
2016
2014
2016
2016
2016
2016
2013
2015
2012
2015
2016
2015
2012

56

Hasil wawancara langsung dengan pengurus youth GBI Rock Tual.

16

Berdasarkan data diatas, diketahui bahwa ada 38 anggota AM-GPM yang
telah melakukan konversi ke GBI Rock Tual. Dengan rata-rata usia sekitar 17-35
tahun, jenis pekerjaan yang bervariasi, dan waktu konversi yang b