TUGAS SOSPED RAHMAD
TUGAS KULIAH
SOSIOLOGI PEDESAAN
DESA TERTINGGAL SUKU ASMAT PAPUA
O
L
E
H
RAHMAD ALAM HASRI HRP
M ABDUL MUIS DAULAY
ZAID HASAN SEBAYANG
DIDI PURNAWAN
7114070094
7114070042
7114070093
7114070179
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS ISLAM SUMATERA UTARA
MEDAN
2017
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Indonesia memiliki keberagaman budaya sebagai modal dasar kekuatan
dalam membangun bangsa Indonesia menuju bangsa yang besar dan modern. Di
samping itu, keberagaman budaya juga memberi manfaat yaitu dalam bidang
bahasa, kebudayaan, dan pariwisata.
Papua adalah satu diantara pulau-pulau di Indonesia yang memiliki
berbagai macam suku bangsa, salah satunya adalah suku asmat. Suku Asmat
adalah sebuah suku di Papua. Letak Geografis Suku Asmat terdiri dari pantai
selatan dan merupakan wilayah yang terisolasi di Propinsi Irian Jaya. Papua
terletak tepat di sebelah selatan garis khatulistiwa, namun kerana daerahnya yang
bergunung-gunung maka iklim di Papua sangat bervariasi melebihi daerah
Indonesia lainnya.
Suku Asmat dikenal dengan hasil ukiran kayunya yang unik. Populasi
suku Asmat terbagi dua yaitu mereka yang tinggal di pesisir pantai dan mereka
yang tinggal di bagian pedalaman.Suku Asmat sendiri memiliki beberapa
keragaman, baik dalam bidang kesenian, mata pencaharian, adat istiadat serta
sistem kekerabatan.
1.2. Rumusan Masalah
1. Bagaimana kondisi dan letak geografis suku Asmat ?
2. Bagaimana sistem religi dan kepercayaan suku Asmat ?
3. Seperti apakah sistem kekerabatan pada suku Asmat ?
4. Apa mata pencaharian masyarakat dan bahasa yang digunakan suku Asmat ?
5. Bagaimana sistem pengetahuan yang dimiliki oleh suku Asmat ?
1.3. Tujuan
1. Untuk memenuhi tugas dalam mata pelajaran Sosiologi
2. Agar membantu pembaca untuk mengetahui kebudayaan yang terdapat pada
suku Asmat
3. Sebagai sumber referensi untuk mengetahui kebudayaan suku Asmat
4. Untuk ikut menjaga dan melestarikan kebudayaan bangsa
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Suku bangsa Asmat
Daerah kebudayaan suku bangsa Asmat adalah daerah pegunungan di
bagian selatan Papua (Irian). Suku bangsa Asmat terdiri dari Asmat Hilir dah
Asmat Hulu
Asmat Hilir bertempat tinggal di dataran rendah yang luas sepanjang
pantai yang tertutup hutan rimbun, rawa dan sagu. Sedangkan suku Asmat Hulu
bertempat tinggal di daerah berbukit-bukit dengan padang rumput yang luas. Suku
bangsa Asmat menggunakan bahasa lokal yaitu bahasa Asmat.
A. Sistem Religi / Kepercayaan
Dalam kepercayaan masyarakat Asmat, suku bangsa Asmat sekarang ini
merupakan keturunan dewa yang turun dari dunia ghoib. Dewa-dewa itu turun ke
bumi dan mendarat di suatu tempat di pegunungan. Dari sana mereka
berpetualang dengan berbagai tantangan menelusuri sungai hingga tiba di daerah
mana suku Asmat berdiam saat ini. Salah satu dewa yang dikenal adalah
Fuumeripitsy yang dianggap sebagai nenek moyang suku Asmat di teluk
Flaminggo
Masyarakat Asmat mempercayai macam-macam roh yang digolongkan ke
dalam 3 (tiga) jenis, yaitu :
1. Arwah nenek moyang yang baik, yang disebut Yi – ow
2. Arwah nenek moyang yang jahat, yang disebut Osbopan
3. Arwah nenek moyang yang jahat akibat orang itu mati konyol disebut
Dambin – ow
Orang Asmat juga mengenal macam-macam upacara keagamaan untuk
berkomunikasi dengan arwah nenek moyangnya, antara lain dengan menghiasi
perisai, mengukir topeng, atau pembuatan patung.
Pembuatan benda-benda ini biasanya dimeriahkan dengan pesta makan,
nyanyian dan tarian serta peragaan kisah petualangan dewa Fuumeripitsy dengan
gerakan dan dialog
B. Sistem Bahasa
Bahasa baik lisan, tulisan, maupun isyarat merupakan komponen
kebudayaan. Dengan bahasa, dengan bahasa, manusia dapat memberikan arti
secara aktif pada suatu obyek materiil sehingga bahasa dapat merupakan dasar
kebudayaan. Manusia dapat berkomunikasi karena ada bahasa-bahasa yang
digunakan sebagai alat penghubung.
C. Sistem kesenian
Suku bangsa Asmat memiliki bidang seni ukiran terutama ukir patung,
topeng, perisai gaya seni patung Asmat, meliputi :
1. Gaya A, Seni Asmat Hilir dan Hulu Sungai.
Patung-patung dengan gaya ini tersusun dari atas ke bawah menurut tata
urut silsilah nenek moyangnya. Contohnya, mbis yang dibuat jika masyarakat
akan mengadakan balas dendam atas kematian nenek moyang yang gugur dalam
perang melawan musuh.
2. Gaya B, Seni Asmat Barat Laut.
Bentuk patung gaya ini lonjong agak melebar bagian bawahnya. Bagian
kepala terpisah dari bagian lainnya dan berbentuk kepala kura-kura atau ikan.
Kadang ada gambar nenek moyang di bagian kepala, sedangkan hiasan bagian
badan berbentuk musang terbang, kotak, kepala burung tadung, ular, cacing, dan
sebagainya.
3. Gaya C, Seni Asmat Timur.
Gaya ini merupakan ciri khusus gaya ukir orang Asmat Timur. Perisai
yang dibuat umumnya berukuran sangat besar bahkan melebihi tinggi orang
Asmat. Bagian atasnya tidak terpisah jelas dari bagian lain dan sering dihiasi
garis-garis hitam dan merah serta titik-titik putih.
4. Gaya D, Seni Asmat Daerah Sungai Brazza.
Perisai gaya D ini hampir sama besar dan tingginya dengan perisai gaya C,
hanya bagian kepala terpisah dari badannya. Morif yang sering digunakan aladalh
hiasannya geometris seperti lingkaran, spiral, siku-siku dan sebagainya.
Kesenian yang berhubungan dengan upacara keagamaan
atau
penghormatan kepada roh nenek moyang, yaitu :
a. Mbisu adalah pembuatan tiang mbis atau patung nenek moyang
b. Yentpojmbu, adlah pembuatan dan pengukuhan rumah Yew
c. Tsyembu, adalah pembuatan dan pengukuhan perahu lesung
d. Yamasy, adalah upacara perisai
e. Mbipokumbu, adalah upacara topeng
D. Sistem Pengetahuan
Sistem pengetahuan dalam suatu kebudayaan meliputi pengetahuan
tentang:
1. Alam sekitarnya
2. Alam flora dalam daerah tempat tinggalnya
3. Alam fauna dalam daerah tempat tinggalnya
4. Zat-zat bahan-bahan mentah dan benda-benda dalam lingkungan
5. Tubuh manusia
6. Sifat-sifat dan kelakuan sesama manusia
7. Ruang dan waktu
Pengetahuan tentang alam sekitarnya berupa pengetahuan tentang musimmusim, bintang-bintang, dan tentang sifat-sifat dari gejala-gejala alam.
Pengetahuan tentang alam flora merupakan salah satu pengetahuan dasar bagi
kehidupan manusia dalam masyarakat kecil, terutama mata pencaharian yaitu
pertanian. Pengetahuan tentang fauna merupakan pengetahuan dasar, suku-suku
bangsa hidup dari berburu dan perikanan. Daging binatang merupakan unsur
penting dalam makanan.
Pengetahuan tentang ciri-ciri dan zat-zat bahan-bahan mentah, bendabenda sekelilingnya juga penting bagi manusia karena tanpa itu manusia tidak
mungkin dapatmempergunakan alat-alat hidup. Pengetahuan tentang tubuh
manusia dalam kebudayaan belum banyak dipengaruhi oleh ilmu kedokteran
modern.
Pengetahuan dan ilmu untuk menyembuhkan penyakit-penyakit dalam
masyarakat pedesaan dilakukan oleh para dukun dan tukang pijat. Manusia yang
hidup dalam masyarakat perlu mengetahui sesama manusia termasuk pengetahuan
tentang sopan-santun bergaul, norma dan sebagainya. Pengetahuan tentang ruang
dan waktu meliputi sistem untuk menghitung, mengukur, menimbang, untuk
mengukur waktu misalnya dengan tanggalan.
E. Sistem kemasyarakatan
Suku bangsa Asmat, dalam sistem kelerabatan mengenal 3 (tiga) bentuk
keluarga, yaitu :
1. Keluarga Inti Monogamy dan Kandung Poligami
2. Keluarga Luas Uxorilokal : keluarga yang telah menikah berdiam di rumah
keluarga dari pihak istri
3. Keluarga Ovunkulokal : keluarga yang sudah menikah bediam di rumah
keluarga istri pihak ibu.
Di samping itu, orang-orang Asmat tinggal bersama dalam rumah
panggung seluas 3 x 4 x 4 meter yang disebut Tsyem. Ini juga berfungsi sebagai
tempat penyimpanan senjata dan peralatan berburu, bercocok tanam, dan
menangkap ikan. Suku bangsa Asmat mengenal rumah panggung Yew seluas 10 x
15 meter. Fungsinya sebagai rumah keramat dan untuk upacara keagamaan. Yew
ini pada umumnya di kelilingi oleh 10 – 15 tsyem dan rumah keluarga Luas.
Masyarakat Asmat mengenal sistem kemasyarakatan disebut Aipem.
Pemimpin Aipem biasanya mengambil prakarsa untuk menyelenggarakan
musyawarah guna membicarakan suatu persoalan atau pekerjaan. Syarat untuk
dapat dipilih menjadi pemimpin Aipem yaitu harus orang-orang yang pandai
berkelahi, kuat dan bijaksana.
F. Sistem Mata Pencaharian
Pada masyarakat yang tingkat peradaban atau kebudayaan masih
sederhana, mata pencahariannya juga bersifat sederhana. Sistem mata pencaharian
meliputi : berbur dan meramu, bercocok tanam di ladang, bercocok tanam dengan
irigasi, beternak dan mencari ikan.
Beruburu dan meramu merupakan bentuk mata pencaharian yang tertua
dan terjadi di berbagai tempat di dunia. Untuk meningkatkan hasil berburu
biasanya dengan teknik tertentu missalnya dengan cara ilmu ghaib.
Di samping itu ada kebiasaan membagi hasil buruan kepada kerabat
maupun tetangga. Sisanya diproses dan dijual kepada msyarakat luar dan ke
pasar-pasar. Bercocok tanam di ladang merupakan bentuk bercocok tanam tanpa
irigasi, tetapi lambat laun diganti dengan bercocok tanam menetap : bercocok
tanam di ladang terdapat di daerah rimba tropik terutama di Asia Tenggara.
Bercocok tanam dengan irigasi timbul di berbagai dunia yang terletak di
perairan sungai besar, karena tanahnya subur. Beberapa hal yang perlu
diperhatikan yaitu masalah tanah, modal, tenaga kerja dan masalah teknologi
tentang irigasi, konsumsi, distribusi dan pemasaran. Berternak biasanya dilakukan
di daerah sabana, stepa dan gurun. Di Asia tengah memelihara kuda, unta kambing
dan domba. Mencari ikan juga merupakan mata pencaharian yang tua ini
dilakukan manusia zaman purba yang hidup di dekat sungai, danau atau laut.
G. Sistem Teknologi
Sistem teknologi dari suatu suku bangsa atau masyarakat masih sederhana,
karena dilihat dari dasar-dasar, bahan-bahan, cara pembuatan dan tujuan
pemberian. Peralatan hidup terdiri dari :
1. Alat produksi
Berdasarkan macam bahan mentahnya maka berupa alat-alat batu, tukang,
kayu, bambu dan logam. Menurut K.T Oakley dalam budaya berjudul ”Man The
Tool Maker”, teknik pembuatan alat-alat batu adalah dengan : pemukulan
(Percussion Hacking), penekanan (Presure Feaking), pemecahan (Chipping) dan
penggilingan (Glinding). Alat-alat produksi dalam masyarakat tradisional
dibedakan menurut fungsi dan lapangan pekerjaannya. Berdasarkan fungsinya,
alat-alat produksi berupa alat potong, alat tusuk, alat menyalakan api, alat pukul
dan sebagainya. Berdasarkan lapangan pekerjaannya, alat-alat produksi berupa
alat ikat, alat tenun, alat pertanian, alat menangkap ikan, dan sebagainya.
2. Senjata
Senjata dalam kebudayaan tradisional dibedakan nmenurut fungsi dan
pemakaiannya. Menurut fungsinya dapat berupa alat potong, alat tusuk, senjata
lepas. Sedang menurut pemakaiannya senjata digunakan untuk berburu, berperang
dan sebaginya.
3. Wadah
Dalam
budaya
masyarakat
tradisional,
wadah
digunakan
untuk
menyimpan, emnimbun dan membawa barang. Berdasarkan bahan mentahnya
wadah tersebut terbuat dari kayu, bambu, kulit kayu, tempurung dan tanah liat.
Ada pula yang terbuat dari serat-serat seperti keranjang.
Selain tempat penyimpanan, wadah digunakan untuk memasak atau
membawa barang (transportasi)
4. Makanan
Makanan dilihat dari bahan mentahnya berupa sayur-sayuran dan daundaunan, buah-buahan, biji-bijian, daging, susu, ikan dan sebaginya.
5. Pakaian
Pekaian merupakan benda budaya yang sangat penting bagaimana tingkat
kebudayaan masyarakat tercermin dari cara pemilihan dan mengenakan pakaian.
Pada masyarakat tradisional cara berpakaian msih sangat sederhana. Dari bahan
mentahnya, pekaian terbuat dari daun-daunan, seperti diikat dan dicelup. Ditinjau
dari fungsinya, pakaian tradisional dibagi menjadi 4 (empat) macam, yaitu :
Alat untuk melindungi tubuh dari pengaruh alam (panas dan dingin)
Lambang keunggulan
Simbo yang dianggap suci
Sebagai perhiasan
Pada masysarakat modern, fungsi pakaian sudah lebih komplek dan
bervariasi. Selain keempat fungsi tersebut, pakaian merupakan simbol dan status
sosial budaya.
6. Perumahan
Rumah merupakan tempat berlindung bagi manusia. Rumah tradisional
menurut bahan mentahnya dibuat dari serat, jerami, kayu, bambu, kulit pohon .
Ada 3 (tiga) bentuk rumah, yaitu :
Rumah setengah dibawah tanah (semi sub-terranian dwelling)
Rumah di atas tanah (surface dwellings)
Rumah-rumah di atas tiang (Pile dwelling)
Dilihat dari pemakaiannya rumah sebagai tempat berlindung dibagi ke
dalam rumah tadah angin, tenda-tenda, rumah menetap.
Rumah menetap dapat dibedakan menjadi : rumah tempat tingggal
keluarga kecil, rumah tempat tinggal keluarga besar, rumah-rumah suci, rumahrumah pemujaan dan sebagainya
7. Alat – alat transportasi
Alat-alat transportasi dengan segala jenis dan bentuknya merupakan unsur
kebudayan. Sejak zaman purba, manusia telah mengembangkan alat transportasi,
walaupun sifatnya masih sederhana. Pada masyarakat tradisional, alat-alat
transportasi terpenting adalah rakit/sampan, perahu, kereta beroda, alat seret dan
binatang. Sejak dulu manusia telah menggunakan binatang sebagai alat
transportasi. Di siberia sejak dahulu orang telah menggunakan sapi, kerbau,
keledai, dan gajah sebagai alat angkut. Asia Utara dan Kanada Utara, rusa Reider
dan anjing menjadi binatang transpotasi yang penting. Untuk mengangkut barang
menggunakan alat yang disebut Travois dan alat seret (sledge)
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Suku asmat merupaka suku terbesar di tanah papua. Mereka memiliki
berbagaimacam budaya yang unik dan menarik. Kehidupan adat yang sangat
kompleks menjadi sebuah hal yang menarik untuk selalu di pelajari. Kehidupan
sehari - hari suku asmat memang tidak bisa lepas dari akar budaya mereka.
Dimulai dari rumah, pakaian senjata bahkan proses pernikahan pun terlihat sangat
khas. Adat istiadat suku Asmat mengakui dirinya sebagai anak dewa yang berasal
dari dunia mistik atau gaib yang lokasinya berada di mana mentari tenggelam
setiap sore hari. Mereka yakin bila nenek moyangnya pada jaman dulu melakukan
pendaratan di bumi di daerah pegunungan.
Selain itu orang suku Asmat juga percaya biladi wilayahnya terdapat tiga
macam roh yang masing - masing mempunyai sifat baik, jahat dan yang jahat
namun mati. Berdasarkan mitologi masyarakat Asmat berdiam di Teluk Flamingo,
dewa itu bernama Fumuripitis. Kedekatan mereka dengan alam sangat tercermin
dari tatacara kehiidupan mereka. Pakaian mereka yang terbuat dari bahan - bahan
yang ada di alam. Ukiran - ukiran bahkan konsep tata cara hidup mereka juga
terinspirasi dari alam.
DAFTAR PUSTAKA
Alam S, Henry Hidayat, 2006. Ilmu Pengetahuan Sosial untuk SMK dan MAK
kelas XI. Jakarta, Erlangga
Bambang Suwondo. Cerita Rakyat Daerah Irian Jaya. Jakarta: Depdikbud. 1982
BUKU: Depdikbud. Sistem Kepemimpinan di Dalam Masyarakat Pedesaan Irian
Jaya. Jakarta: Depdikbud.1990.
W. Juhana Wijaya, 2006, Ilmu Pengetahuan Sosial untuk SMK kelas XI,
Bandung : Armico
Nugroho Trirus Brata, Antropologi untuk SMA dan MA kelas XI, ESIS UUD
1945.
Koencoro Ningrat, 1974, Pengantar Antropologi, Aksara Baru, Jakarta.
SOSIOLOGI PEDESAAN
DESA TERTINGGAL SUKU ASMAT PAPUA
O
L
E
H
RAHMAD ALAM HASRI HRP
M ABDUL MUIS DAULAY
ZAID HASAN SEBAYANG
DIDI PURNAWAN
7114070094
7114070042
7114070093
7114070179
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS ISLAM SUMATERA UTARA
MEDAN
2017
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Indonesia memiliki keberagaman budaya sebagai modal dasar kekuatan
dalam membangun bangsa Indonesia menuju bangsa yang besar dan modern. Di
samping itu, keberagaman budaya juga memberi manfaat yaitu dalam bidang
bahasa, kebudayaan, dan pariwisata.
Papua adalah satu diantara pulau-pulau di Indonesia yang memiliki
berbagai macam suku bangsa, salah satunya adalah suku asmat. Suku Asmat
adalah sebuah suku di Papua. Letak Geografis Suku Asmat terdiri dari pantai
selatan dan merupakan wilayah yang terisolasi di Propinsi Irian Jaya. Papua
terletak tepat di sebelah selatan garis khatulistiwa, namun kerana daerahnya yang
bergunung-gunung maka iklim di Papua sangat bervariasi melebihi daerah
Indonesia lainnya.
Suku Asmat dikenal dengan hasil ukiran kayunya yang unik. Populasi
suku Asmat terbagi dua yaitu mereka yang tinggal di pesisir pantai dan mereka
yang tinggal di bagian pedalaman.Suku Asmat sendiri memiliki beberapa
keragaman, baik dalam bidang kesenian, mata pencaharian, adat istiadat serta
sistem kekerabatan.
1.2. Rumusan Masalah
1. Bagaimana kondisi dan letak geografis suku Asmat ?
2. Bagaimana sistem religi dan kepercayaan suku Asmat ?
3. Seperti apakah sistem kekerabatan pada suku Asmat ?
4. Apa mata pencaharian masyarakat dan bahasa yang digunakan suku Asmat ?
5. Bagaimana sistem pengetahuan yang dimiliki oleh suku Asmat ?
1.3. Tujuan
1. Untuk memenuhi tugas dalam mata pelajaran Sosiologi
2. Agar membantu pembaca untuk mengetahui kebudayaan yang terdapat pada
suku Asmat
3. Sebagai sumber referensi untuk mengetahui kebudayaan suku Asmat
4. Untuk ikut menjaga dan melestarikan kebudayaan bangsa
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Suku bangsa Asmat
Daerah kebudayaan suku bangsa Asmat adalah daerah pegunungan di
bagian selatan Papua (Irian). Suku bangsa Asmat terdiri dari Asmat Hilir dah
Asmat Hulu
Asmat Hilir bertempat tinggal di dataran rendah yang luas sepanjang
pantai yang tertutup hutan rimbun, rawa dan sagu. Sedangkan suku Asmat Hulu
bertempat tinggal di daerah berbukit-bukit dengan padang rumput yang luas. Suku
bangsa Asmat menggunakan bahasa lokal yaitu bahasa Asmat.
A. Sistem Religi / Kepercayaan
Dalam kepercayaan masyarakat Asmat, suku bangsa Asmat sekarang ini
merupakan keturunan dewa yang turun dari dunia ghoib. Dewa-dewa itu turun ke
bumi dan mendarat di suatu tempat di pegunungan. Dari sana mereka
berpetualang dengan berbagai tantangan menelusuri sungai hingga tiba di daerah
mana suku Asmat berdiam saat ini. Salah satu dewa yang dikenal adalah
Fuumeripitsy yang dianggap sebagai nenek moyang suku Asmat di teluk
Flaminggo
Masyarakat Asmat mempercayai macam-macam roh yang digolongkan ke
dalam 3 (tiga) jenis, yaitu :
1. Arwah nenek moyang yang baik, yang disebut Yi – ow
2. Arwah nenek moyang yang jahat, yang disebut Osbopan
3. Arwah nenek moyang yang jahat akibat orang itu mati konyol disebut
Dambin – ow
Orang Asmat juga mengenal macam-macam upacara keagamaan untuk
berkomunikasi dengan arwah nenek moyangnya, antara lain dengan menghiasi
perisai, mengukir topeng, atau pembuatan patung.
Pembuatan benda-benda ini biasanya dimeriahkan dengan pesta makan,
nyanyian dan tarian serta peragaan kisah petualangan dewa Fuumeripitsy dengan
gerakan dan dialog
B. Sistem Bahasa
Bahasa baik lisan, tulisan, maupun isyarat merupakan komponen
kebudayaan. Dengan bahasa, dengan bahasa, manusia dapat memberikan arti
secara aktif pada suatu obyek materiil sehingga bahasa dapat merupakan dasar
kebudayaan. Manusia dapat berkomunikasi karena ada bahasa-bahasa yang
digunakan sebagai alat penghubung.
C. Sistem kesenian
Suku bangsa Asmat memiliki bidang seni ukiran terutama ukir patung,
topeng, perisai gaya seni patung Asmat, meliputi :
1. Gaya A, Seni Asmat Hilir dan Hulu Sungai.
Patung-patung dengan gaya ini tersusun dari atas ke bawah menurut tata
urut silsilah nenek moyangnya. Contohnya, mbis yang dibuat jika masyarakat
akan mengadakan balas dendam atas kematian nenek moyang yang gugur dalam
perang melawan musuh.
2. Gaya B, Seni Asmat Barat Laut.
Bentuk patung gaya ini lonjong agak melebar bagian bawahnya. Bagian
kepala terpisah dari bagian lainnya dan berbentuk kepala kura-kura atau ikan.
Kadang ada gambar nenek moyang di bagian kepala, sedangkan hiasan bagian
badan berbentuk musang terbang, kotak, kepala burung tadung, ular, cacing, dan
sebagainya.
3. Gaya C, Seni Asmat Timur.
Gaya ini merupakan ciri khusus gaya ukir orang Asmat Timur. Perisai
yang dibuat umumnya berukuran sangat besar bahkan melebihi tinggi orang
Asmat. Bagian atasnya tidak terpisah jelas dari bagian lain dan sering dihiasi
garis-garis hitam dan merah serta titik-titik putih.
4. Gaya D, Seni Asmat Daerah Sungai Brazza.
Perisai gaya D ini hampir sama besar dan tingginya dengan perisai gaya C,
hanya bagian kepala terpisah dari badannya. Morif yang sering digunakan aladalh
hiasannya geometris seperti lingkaran, spiral, siku-siku dan sebagainya.
Kesenian yang berhubungan dengan upacara keagamaan
atau
penghormatan kepada roh nenek moyang, yaitu :
a. Mbisu adalah pembuatan tiang mbis atau patung nenek moyang
b. Yentpojmbu, adlah pembuatan dan pengukuhan rumah Yew
c. Tsyembu, adalah pembuatan dan pengukuhan perahu lesung
d. Yamasy, adalah upacara perisai
e. Mbipokumbu, adalah upacara topeng
D. Sistem Pengetahuan
Sistem pengetahuan dalam suatu kebudayaan meliputi pengetahuan
tentang:
1. Alam sekitarnya
2. Alam flora dalam daerah tempat tinggalnya
3. Alam fauna dalam daerah tempat tinggalnya
4. Zat-zat bahan-bahan mentah dan benda-benda dalam lingkungan
5. Tubuh manusia
6. Sifat-sifat dan kelakuan sesama manusia
7. Ruang dan waktu
Pengetahuan tentang alam sekitarnya berupa pengetahuan tentang musimmusim, bintang-bintang, dan tentang sifat-sifat dari gejala-gejala alam.
Pengetahuan tentang alam flora merupakan salah satu pengetahuan dasar bagi
kehidupan manusia dalam masyarakat kecil, terutama mata pencaharian yaitu
pertanian. Pengetahuan tentang fauna merupakan pengetahuan dasar, suku-suku
bangsa hidup dari berburu dan perikanan. Daging binatang merupakan unsur
penting dalam makanan.
Pengetahuan tentang ciri-ciri dan zat-zat bahan-bahan mentah, bendabenda sekelilingnya juga penting bagi manusia karena tanpa itu manusia tidak
mungkin dapatmempergunakan alat-alat hidup. Pengetahuan tentang tubuh
manusia dalam kebudayaan belum banyak dipengaruhi oleh ilmu kedokteran
modern.
Pengetahuan dan ilmu untuk menyembuhkan penyakit-penyakit dalam
masyarakat pedesaan dilakukan oleh para dukun dan tukang pijat. Manusia yang
hidup dalam masyarakat perlu mengetahui sesama manusia termasuk pengetahuan
tentang sopan-santun bergaul, norma dan sebagainya. Pengetahuan tentang ruang
dan waktu meliputi sistem untuk menghitung, mengukur, menimbang, untuk
mengukur waktu misalnya dengan tanggalan.
E. Sistem kemasyarakatan
Suku bangsa Asmat, dalam sistem kelerabatan mengenal 3 (tiga) bentuk
keluarga, yaitu :
1. Keluarga Inti Monogamy dan Kandung Poligami
2. Keluarga Luas Uxorilokal : keluarga yang telah menikah berdiam di rumah
keluarga dari pihak istri
3. Keluarga Ovunkulokal : keluarga yang sudah menikah bediam di rumah
keluarga istri pihak ibu.
Di samping itu, orang-orang Asmat tinggal bersama dalam rumah
panggung seluas 3 x 4 x 4 meter yang disebut Tsyem. Ini juga berfungsi sebagai
tempat penyimpanan senjata dan peralatan berburu, bercocok tanam, dan
menangkap ikan. Suku bangsa Asmat mengenal rumah panggung Yew seluas 10 x
15 meter. Fungsinya sebagai rumah keramat dan untuk upacara keagamaan. Yew
ini pada umumnya di kelilingi oleh 10 – 15 tsyem dan rumah keluarga Luas.
Masyarakat Asmat mengenal sistem kemasyarakatan disebut Aipem.
Pemimpin Aipem biasanya mengambil prakarsa untuk menyelenggarakan
musyawarah guna membicarakan suatu persoalan atau pekerjaan. Syarat untuk
dapat dipilih menjadi pemimpin Aipem yaitu harus orang-orang yang pandai
berkelahi, kuat dan bijaksana.
F. Sistem Mata Pencaharian
Pada masyarakat yang tingkat peradaban atau kebudayaan masih
sederhana, mata pencahariannya juga bersifat sederhana. Sistem mata pencaharian
meliputi : berbur dan meramu, bercocok tanam di ladang, bercocok tanam dengan
irigasi, beternak dan mencari ikan.
Beruburu dan meramu merupakan bentuk mata pencaharian yang tertua
dan terjadi di berbagai tempat di dunia. Untuk meningkatkan hasil berburu
biasanya dengan teknik tertentu missalnya dengan cara ilmu ghaib.
Di samping itu ada kebiasaan membagi hasil buruan kepada kerabat
maupun tetangga. Sisanya diproses dan dijual kepada msyarakat luar dan ke
pasar-pasar. Bercocok tanam di ladang merupakan bentuk bercocok tanam tanpa
irigasi, tetapi lambat laun diganti dengan bercocok tanam menetap : bercocok
tanam di ladang terdapat di daerah rimba tropik terutama di Asia Tenggara.
Bercocok tanam dengan irigasi timbul di berbagai dunia yang terletak di
perairan sungai besar, karena tanahnya subur. Beberapa hal yang perlu
diperhatikan yaitu masalah tanah, modal, tenaga kerja dan masalah teknologi
tentang irigasi, konsumsi, distribusi dan pemasaran. Berternak biasanya dilakukan
di daerah sabana, stepa dan gurun. Di Asia tengah memelihara kuda, unta kambing
dan domba. Mencari ikan juga merupakan mata pencaharian yang tua ini
dilakukan manusia zaman purba yang hidup di dekat sungai, danau atau laut.
G. Sistem Teknologi
Sistem teknologi dari suatu suku bangsa atau masyarakat masih sederhana,
karena dilihat dari dasar-dasar, bahan-bahan, cara pembuatan dan tujuan
pemberian. Peralatan hidup terdiri dari :
1. Alat produksi
Berdasarkan macam bahan mentahnya maka berupa alat-alat batu, tukang,
kayu, bambu dan logam. Menurut K.T Oakley dalam budaya berjudul ”Man The
Tool Maker”, teknik pembuatan alat-alat batu adalah dengan : pemukulan
(Percussion Hacking), penekanan (Presure Feaking), pemecahan (Chipping) dan
penggilingan (Glinding). Alat-alat produksi dalam masyarakat tradisional
dibedakan menurut fungsi dan lapangan pekerjaannya. Berdasarkan fungsinya,
alat-alat produksi berupa alat potong, alat tusuk, alat menyalakan api, alat pukul
dan sebagainya. Berdasarkan lapangan pekerjaannya, alat-alat produksi berupa
alat ikat, alat tenun, alat pertanian, alat menangkap ikan, dan sebagainya.
2. Senjata
Senjata dalam kebudayaan tradisional dibedakan nmenurut fungsi dan
pemakaiannya. Menurut fungsinya dapat berupa alat potong, alat tusuk, senjata
lepas. Sedang menurut pemakaiannya senjata digunakan untuk berburu, berperang
dan sebaginya.
3. Wadah
Dalam
budaya
masyarakat
tradisional,
wadah
digunakan
untuk
menyimpan, emnimbun dan membawa barang. Berdasarkan bahan mentahnya
wadah tersebut terbuat dari kayu, bambu, kulit kayu, tempurung dan tanah liat.
Ada pula yang terbuat dari serat-serat seperti keranjang.
Selain tempat penyimpanan, wadah digunakan untuk memasak atau
membawa barang (transportasi)
4. Makanan
Makanan dilihat dari bahan mentahnya berupa sayur-sayuran dan daundaunan, buah-buahan, biji-bijian, daging, susu, ikan dan sebaginya.
5. Pakaian
Pekaian merupakan benda budaya yang sangat penting bagaimana tingkat
kebudayaan masyarakat tercermin dari cara pemilihan dan mengenakan pakaian.
Pada masyarakat tradisional cara berpakaian msih sangat sederhana. Dari bahan
mentahnya, pekaian terbuat dari daun-daunan, seperti diikat dan dicelup. Ditinjau
dari fungsinya, pakaian tradisional dibagi menjadi 4 (empat) macam, yaitu :
Alat untuk melindungi tubuh dari pengaruh alam (panas dan dingin)
Lambang keunggulan
Simbo yang dianggap suci
Sebagai perhiasan
Pada masysarakat modern, fungsi pakaian sudah lebih komplek dan
bervariasi. Selain keempat fungsi tersebut, pakaian merupakan simbol dan status
sosial budaya.
6. Perumahan
Rumah merupakan tempat berlindung bagi manusia. Rumah tradisional
menurut bahan mentahnya dibuat dari serat, jerami, kayu, bambu, kulit pohon .
Ada 3 (tiga) bentuk rumah, yaitu :
Rumah setengah dibawah tanah (semi sub-terranian dwelling)
Rumah di atas tanah (surface dwellings)
Rumah-rumah di atas tiang (Pile dwelling)
Dilihat dari pemakaiannya rumah sebagai tempat berlindung dibagi ke
dalam rumah tadah angin, tenda-tenda, rumah menetap.
Rumah menetap dapat dibedakan menjadi : rumah tempat tingggal
keluarga kecil, rumah tempat tinggal keluarga besar, rumah-rumah suci, rumahrumah pemujaan dan sebagainya
7. Alat – alat transportasi
Alat-alat transportasi dengan segala jenis dan bentuknya merupakan unsur
kebudayan. Sejak zaman purba, manusia telah mengembangkan alat transportasi,
walaupun sifatnya masih sederhana. Pada masyarakat tradisional, alat-alat
transportasi terpenting adalah rakit/sampan, perahu, kereta beroda, alat seret dan
binatang. Sejak dulu manusia telah menggunakan binatang sebagai alat
transportasi. Di siberia sejak dahulu orang telah menggunakan sapi, kerbau,
keledai, dan gajah sebagai alat angkut. Asia Utara dan Kanada Utara, rusa Reider
dan anjing menjadi binatang transpotasi yang penting. Untuk mengangkut barang
menggunakan alat yang disebut Travois dan alat seret (sledge)
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Suku asmat merupaka suku terbesar di tanah papua. Mereka memiliki
berbagaimacam budaya yang unik dan menarik. Kehidupan adat yang sangat
kompleks menjadi sebuah hal yang menarik untuk selalu di pelajari. Kehidupan
sehari - hari suku asmat memang tidak bisa lepas dari akar budaya mereka.
Dimulai dari rumah, pakaian senjata bahkan proses pernikahan pun terlihat sangat
khas. Adat istiadat suku Asmat mengakui dirinya sebagai anak dewa yang berasal
dari dunia mistik atau gaib yang lokasinya berada di mana mentari tenggelam
setiap sore hari. Mereka yakin bila nenek moyangnya pada jaman dulu melakukan
pendaratan di bumi di daerah pegunungan.
Selain itu orang suku Asmat juga percaya biladi wilayahnya terdapat tiga
macam roh yang masing - masing mempunyai sifat baik, jahat dan yang jahat
namun mati. Berdasarkan mitologi masyarakat Asmat berdiam di Teluk Flamingo,
dewa itu bernama Fumuripitis. Kedekatan mereka dengan alam sangat tercermin
dari tatacara kehiidupan mereka. Pakaian mereka yang terbuat dari bahan - bahan
yang ada di alam. Ukiran - ukiran bahkan konsep tata cara hidup mereka juga
terinspirasi dari alam.
DAFTAR PUSTAKA
Alam S, Henry Hidayat, 2006. Ilmu Pengetahuan Sosial untuk SMK dan MAK
kelas XI. Jakarta, Erlangga
Bambang Suwondo. Cerita Rakyat Daerah Irian Jaya. Jakarta: Depdikbud. 1982
BUKU: Depdikbud. Sistem Kepemimpinan di Dalam Masyarakat Pedesaan Irian
Jaya. Jakarta: Depdikbud.1990.
W. Juhana Wijaya, 2006, Ilmu Pengetahuan Sosial untuk SMK kelas XI,
Bandung : Armico
Nugroho Trirus Brata, Antropologi untuk SMA dan MA kelas XI, ESIS UUD
1945.
Koencoro Ningrat, 1974, Pengantar Antropologi, Aksara Baru, Jakarta.