Pengaruh Motivasi Berwirausaha dan Entrepreneurial Marketing Terhadap Keberhasilan Usaha Textile di Jalan Perniagaan Medan

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1

Motivasi Berwirausaha

2.1.1 Defenisi Motivasi
Setiap karyawan mempunyai motivasi yang berbeda-beda untuk bekerja
dengan lebih baik. Tidak dapat dipungkiri lagi bahwa berhasil tidaknya operasional
perusahaan dalam mencapai tujuannya adalah ditentukan oleh kepemimpinan yang
baik dari seorang pemimpin di dalam memberikan motivasi kepada karyawannya.
Seperti yang telah dinyatakan oleh Arimbawa (2011:87) tentang pentingnya
motivasi karena motivasi adalah hal yang menyebabkan, menyalurkan dan
mendukung perilaku manusia, supaya mau bekerja giat dan antusias mencapai hasil
yang optimal. Motivasi semakin penting karena manajer membagikan pekerjaan pada
bawahannya untuk dikerjakan dengan baik dan terintregrasi kepadatujuan yang
diinginkan.
Menurut Hasibuan dalam Purnama, (2010:179), Motivasi adalah pemberian
daya penggerak yang menciptakan kegairahan kerja seseorang, agar mereka mau
bekerja sama, bekerja efektif dan terintegrasi dengan segala daya dan upaya untuk

mencapai kepuasan. Motivasi berasal dari kata Latin movere yang berarti dorongan
atau menggerakkan. Pentingnya motivasi adalah karena motivasi adalah hal yang
menyebabkan, menyalurkan dan mendukung perilaku manusia, supaya mau bekerja
giat dan antusias mencapai hasil yang optimal.

64

Universitas Sumatera Utara

Menurut Siswanto dalam purnama(2010:179) motivasi merupakan:
1. Setiap perasaan atau kehendak dan keinginan yang amat mempengaruhi

kemauan individu, sehingga individu tersebut didorong untuk berperilaku atau
bertindak
2. Pengaruh kegiatan yang menimbulkan perilaku individu
3. Setiap tindakan atau kejadian yang menyebabkan berubahnya perilaku

seseorang
4. Proses dalam yang menentukan gerakan atau tingkah laku individu kepada


tujuan (goals)

2.1.2

Teori Motivasi
Motivasi sebagai konsep manjemen banyak menarik perhatian para ahli. Hal

ini dapat dimengerti mengingat betapa pentingnya motivasi dalam kehidupan
organisasi. Berikut ini akan dikemukakan beberapa teori motivasi, diantaranya:
A. Teori McCllelland
B. Teori Pengharapan
C. Teori Keadilan

A.

Teori McClellend
David McClelland dalam Robbins (2001:173) dalam teorinya Mc.Clelland’s

Achievment Motivation Theory atau teori motivasi prestasi McClelland juga
digunakan untuk mendukung hipotesa yang akan dikemukakan dalam penelitian ini.

Dalam teorinya McClelland mengemukakan bahwa individu mempunyai cadangan
65

Universitas Sumatera Utara

energi potensial, bagaimana energi ini dilepaskan dan dikembangkan tergantung pada
kekuatan atau dorongan motivasi individu dan situasi serta peluang yang tersedia.
Teori ini memfokuskan pada tiga kebutuhan yaitu kebutuhan akan prestasi
(achiefment), kebutuhan kekuasaan (power), dan kebutuhan afiliasi.
Model motivasi ini ditemukan diberbagai lini organisasi, baik staf maupun
manajer. Beberapa karyawan memiliki karakter yang merupakan perpaduan dari
model motivasi tersebut.
I. Kebutuhan akan prestasi (n-ACH)
Kebutuhan akan prestasi merupakan dorongan untuk mengungguli, berprestasi
sehubungan dengan seperangkat standar, bergulat untuk sukses. Kebutuhan ini pada
hirarki Maslow terletak antara kebutuhan akan penghargaan dan kebutuhan akan
aktualisasi diri. Ciri-ciri inidividu yang menunjukkan orientasi tinggi antara lain
bersedia menerima resiko yang relatif tinggi, keinginan untuk mendapatkan umpan
balik tentang hasil kerja mereka, keinginan mendapatkan tanggung jawab pemecahan
masalah.

n-ACH adalah motivasi untuk berprestasi , karena itu karyawan akan berusaha
mencapai prestasi tertingginya, pencapaian tujuan tersebut bersifat realistis tetapi
menantang, dan kemajuan dalam pekerjaan. Karyawan perlu mendapat umpan balik
dari lingkungannya sebagai bentuk pengakuan terhadap prestasinya tersebut.
II. Kebutuhan akan kekuasaan (n-pow)
Kebutuhan akan kekuasaan adalah kebutuhan untuk membuat orang lain
berperilaku dalam suatu cara dimana orang-orang itu tanpa dipaksa tidak akan
berperilaku demikian atau suatu bentuk ekspresi dari individu untuk mengendalikan
66

Universitas Sumatera Utara

dan mempengaruhi orang lain. Kebutuhan ini pada teori Maslow terletak antara
kebutuhan akan penghargaan dan kebutuhan aktualisasi diri. McClelland menyatakan
bahwa kebutuhan akan kekuasaan sangat berhubungan dengan kebutuhan untuk
mencapai suatu posisi kepemimpinan.
n-pow adalah motivasi terhadap kekuasaan. Karyawan memiliki motivasi
untuk berpengaruh terhadap lingkungannya, memiliki karakter kuat untuk memimpin
dan memiliki ide-ide untuk menang. Ada juga motivasi untuk peningkatan status dan
prestise pribadi.


III. Kebutuhan untuk berafiliasi atau bersahabat (n-affil)
Kebutuhan akan Afiliasi adalah hasrat untuk berhubungan antar pribadi yang
ramah dan akrab. Individu merefleksikan keinginan untuk mempunyai hubungan
yang erat, kooperatif dan penuh sikap persahabatan dengan pihak lain. Individu yang
mempunyai kebutuhan afiliasi yang tinggi umumnya berhasil dalam pekerjaan yang
memerlukan interaksi sosial yang tinggi.
McClelland mengatakan bahwa kebanyakan orang memiliki kombinasi
karakteristik tersebut, akibatnya akan mempengaruhi perilaku karyawan dalam
bekerja atau mengelola organisasi.

B.Teori Pengharapan (Expectacy Theory)
Teori ini mengatakan bahwa perilaku kerja karyawan dapat dijelaskan dengan
kenyataan yaitu para karyawan menentukan lebih dahulu apa prilaku mereka yang
dijelaskan dan nilai yang diperkirakan sebagai hasil-hasil alternatif dari prilaku
mereka, misalnya seorang karyawan mengharapkan bahwa menyelesaikan pekerjaaan
67

Universitas Sumatera Utara


tepat pada waktunya akan memperoleh penghargaan, maka dia akan memotivasi
dirinya untuk memenuhi sasaran tersebut.
Teori ini pertama kali dikembangkan oleh Vroom, yang lebih lanjut
mengatakan, bahwa keinginan seseorang untuk menghasilkan (berproduksi) sangat
tergantung atas tujuan khusus yang ingin dicapainya dan persepsinya atas tindakantindakan yang ingin dicapainya dan persepsinya atas tindakan-tindakan untuk
mencapai tujuan tersebut.
Oleh karena itu, bila ingin memotivasi seseorang, mereka perlu diberikan
pengertian tentang tujuan pribadi, hubungan antara usaha dan tindakan, antara
tindakan dan hasil akhirnya antara hasil dan kepuasan karena tercapainya tujuan
pribadi.

C.

Teori Keadilan (Equity Theory)

Teori ini diterapkan oleh Hebert Heneman dan Donald P. Schawab, yang
mengemukakan bahwa karyawan cenderung membandingkan usaha atau input yang
diterima oleh orang lain dalam situasi kerja yang sama dalam suatu perusahaan.Jadi
pada dasarnya dapat dikatakan bahwa teori ini memandang bagaimana individu
dalam suatu unit kerja menilai besarnya imbalan/jasa yang diterima oleh perusaha

Dari ketiga teori motivasi yang dijelaskan teori kebutuhan merupakan teori motivasi
yang banyak dianut orang, karena teori ini beranggapan bahwa manusia pada
hakekatnya adalah memenuhi kebutuhannya. Oleh sebab itu, apabila pimpinan ini
memotivasi bawahannya, harus mengetahui apa kebutuhankebutuhan bawahannya
agar produktivitas kerja yang diharapkan dapat tercapai.

68

Universitas Sumatera Utara

2.1.3
I.

Dimensi Motivasi Berwirausaha
Faktor Ekstrinsik

Faktor ini adalah faktor pekerjaan yang penting untuk adanya motivasi di tempat
kerja. Faktor ini tidak mengarah pada kepuasan positif untuk jangka panjang. Tetapi
jika faktor-faktor ini tidak hadir maka muncul ketidakpuasan potensial.


II.

Faktor Intrinsik

Faktor merupakan faktor yang mendorong semangat guna mencapai kinerja yang
lebih tinggi. Jadi pemuasan terhadap kebutuhan tingkat tinggi lebih memungkinkan
seseorang untuk berforma tinggi daripada pemuasan kebutuhan lebih rendah.

2.1.4 Tinjauan Tentang Motivasi Berwirausaha
Wirausaha sukses dengan N Ach (Need for Achievement) tinggi akan
memberikan pedoman bagi analisa diri sendiri. N Ach adalah tanda-tanda penting
dari dorongan kewirausahaan. Motivasi berwirausaha muncul karena ada keinginan
untuk berprestasi. Semakin meyakini makna prestasi dirinya, semakin meyakini
bahwa prestasi harus dapat mendorong untuk terwujudnya prestasi yang lebih baik
lagi. Di dalam motivasi berwirausaha diperlukan daya juang untuk sukses, mau
belajar melihat keberhasilan orang lain, memiliki dorongan kuat untuk mengatasi
semua kendala dalam berwirausaha.
McClelland dalam Sumarsono (2010:7) mengatakan penggerak psikologis
utama yang memotivasi wiraswastawan adalah kebutuhan untuk berprestasi, yang
biasanya diidentifikasikan sebagai N Ach kebutuhan ini didefinisikan sebagai

69

Universitas Sumatera Utara

keinginan atau dorongan dalam diri orang yang memotivasi perilaku ke arah
pencapaian tujuan.
David Mc Clelland dalam Sumarsono (2010:9) mengidentifikasi ada korelasi
antara tingkah laku orang yang memiliki motif prestasi tinggi dengan tingkah laku
wirausaha. Perilaku wirausaha yang diwujudkan dalam sikap dan motivasi terhadap
karir dan prestasi yang berhasil, adalah dicerminkan dalam tindakan-tindakan sebagai
berikut :
1. Mencontoh orang yang berhasil dalam bidang pekerjaan yang sama,
mengadaptasi teknik-teknik untuk mencapai sukses
2. Menggunakan perubahan untuk memotivasi diri
3. Berorientasi pada tindakan
4. Tanggung jawab yang tinggi dalam menyukseskan suatu kegiatan
5.Keberhasilan ditentukan oleh prestasi sumber data manusia dalam perusahaan
6. Mengawasi agar keputusan dilaksanakan dengan baik dan jangan menyesali
kegagalan masa lampau.


Frederick Herzberg dalam Hasibuan, 1990

mengemukakan teori motivasi

berdasar teori dua faktor yaitu faktor higiene dan motivator. Herzberg menyatakan
bahwa orang dalam melaksanakan pekerjaannya dipengaruhi oleh dua faktor yang
merupakan kebutuhan, yaitu :
i.

Maintenance Factors
Adalah faktor-faktor pemeliharaan yang berhubungan dengan hakikat manusia

yang ingin memperoleh ketentraman badaniah. Kebutuhan kesehatan ini merupakan

70

Universitas Sumatera Utara

kebutuhan yang berlangsung terus-menerus, karena kebutuhan ini akan kembali pada
titik nol setelah dipenuhi.

ii.

Motivation Factors
Adalah faktor motivator yang menyangkut kebutuhan psikologis seseorang

yaitu perasaan sempurna dalam melakukan pekerjaan. Factor motivasi ini
berhubungan dengan penghargaan terhadap pribadi yang berkaitan langsung denagn
pekerjaan.
Adapun yang merupakan faktor motivasi menurut Herzberg adalah: pekerjaan
itu sendiri (the work it self), prestasi yang diraih (achievement), peluang untuk maju
(advancement), pengakuan orang lain (recognition), tanggung jawab (responsible).
Menurut Herzberg faktor hygienis (extrinsic) factor tidak akan mendorong minat para
pegawai untuk berforma baik, akan tetapi jika faktor-faktor ini dianggap tidak dapat
memuaskan dalam berbagai hal seperti gaji tidak memadai, kondisi kerja tidak
menyenangkan, faktor-faktor itu dapat menjadi sumber ketidakpuasan potensial
(Cushway & Lodge, 1995 : 139).
Sedangkan faktor motivation (intrinsic) factor merupakan faktor yang
mendorong semangat guna mencapai kinerja yang lebih tinggi. Jadi pemuasan
terhadap kebutuhan tingkat tinggi (faktor motivasi) lebih memungkinkan seseorang
untuk berforma tinggi daripada pemuasan kebutuhan lebih rendah (hygienis)
(Leidecker & Hall dalam Timpe, 1999 : 13). Dari teori Herzberg tersebut, uang/gaji
tidak dimasukkan sebagai faktor motivasi dan ini mendapat kritikan oleh para ahli.
Pekerjaan kerah biru sering kali dilakukan oleh mereka bukan karena faktor intrinsik

71

Universitas Sumatera Utara

yang mereka peroleh dari pekerjaan itu, tetapi kerena pekerjaan itu dapat memenuhi
kebutuhan dasar mereka (Cushway & Lodge, 1995 : 139).Phyrman

2.1.5 Faktor-faktor yang memengaruhi motivasi berwirausaha
Faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi berwirausaha adalah sebagai
berikut (Tuskeroh, 2013:3):
1. Rasa percaya diri
Yaitu memiliki keyakinan yang kuat atas kekuatan yang ada pada dirinya
sendiri.
2. Inovatif
Merupakan suatu kreativitas yang diimplementasikan dan memberikan nilai
tambah atas sumber daya yang kita miliki dan kreatif merupakan hal-hal yang
belum terpikirkan oleh orang lain.
3. Memiliki jiwa kepemimpinan
Yang mana sebagai faktor penting dalam mempengaruhi kinerja
4. Efektif dan efesien
Efektif adalah suatu pekerjaan yang dapat diselesaikan tepat waktu, sesuai
dengan rencana yang telah ditetapkan .dengan perkataan lain, efektif adalah
sampai tingkat apakah tujuan itu sudah dicapai dalam arti kualitas dan
kuantitas. Efisien adalah perbandingan yang tebaik antara input dan output,
antara daya usaha dan hasil usaha ,atau antara pengeluaran dan pendapatan
.dengan perkataan lain, efesien adalah segala sesuatu yang dikerjakan dengan

72

Universitas Sumatera Utara

berdaya guna atau segala sesuatunya dapat diselesaikan dengan tepat, cepat,
hemat dan selamat.

5. Berorientasi masa depan
Artinya mampu melihat peluang. Individu demikian selalu melihat kedepan
dan tidak akan mempersoalkan apa yang telah dikerjakan kemarin, malainkan
lebih mempersoalkan apa yang akan dikerjakan besok.
2.2

Pemasaran Kewirausahaan (Entrepreneurial Marketing)

2.2.1 Defenisi Entrepreneurial Marketing
Istilah entrepreneurial marketing pertama kali muncul pada tahun 1982 ketika
diselenggarakan

First

Marketing

and

Entrepreneurship

Research

Conference.Entrepreneurial Marketingmerupakan perpaduan antara disiplin ilmu
pemasaran dengan kewirausahaan.Defenisi AMA, Krausa, Harms dan Fink
dalamSlamet

(2013:210)

mendefenisikan

Entrepreneurial

Marketing

adalah

pemasaran dari beberapa perusahaan kecil (IKM) yang berkembang melalui
kewirausahaan. Pada prinsip “metode” atau tingkat taktis, usaha kecil lebih memilih
metode pemasaran interaktif daripada model 4P atau 7Ps.
Melalui pemasaran interaktif, mereka mencoba untuk membuat langsung dan
pribadi kontak dengan pelanggan. Interaksi ini terjadi ketika pengusaha melakukan
personal selling dan hubungan pemasaran pada kegiatan penjualan.Dalam hal
“inteligensi pasar” terkait dengan pemasaran pemantauan lingkungan, pengusaha
kecil memilih metode informal seperti observasi atau pengumpulan informasi pribadi
mereka melalui jaringan kontak, dari pada riset pasar formal.
73

Universitas Sumatera Utara

Entrepreneurial marketing dibedakan dari conventional marketing yang
selama ini kita kenal Stokes, D (2000) dalam Slamet et al. (2014:69)
mengklasifikasikan tiga perbedaan utama antara entrepreneurial marketing dengan
conventional marketing seperti disajikan pada tabel berikut ini:
Tabel 2.1
Perbedaan Antara Conventional Marketing dengan Entrepreneurial Marketing
PrinsipPemasaran Conventional Marketing
Orientasi strategis
Orientasi
ke
pelanggan(digerakkan
oleh
pasar).
Strategi
Pendekatan
top-down:
segmentasi, targeting, dan
posisioning.

Entrepreneurial Marketing
Orientasi
pada
inovasi
(digerakkan oleh ide).

Pendekatan
bottop-up:
penetapan sasaran pada basis
pelanggan
yang
terbatas,
ekspansi lebih jauh.
Metode
Bauran pemasaran (4/7P’s)
Metode pemasaran interaktif,
word-of-mouth,
penjualan
langsung
dan
penunjukan
(referrals).
Inteleijen
Riset formal dan system Jejaring
dan
perolehan
pemasaran
intelejen.
informasi secara informal.
Sumber: Stokes, 2000.
Pada prinsip “metode” atau tingkat taktis, usaha kecil lebih memilih metode
pemasaran interaktif daripada model 4P atau 7Ps. Melalui pemasaran interaktif,
mereka mencoba untuk membuat langsung dan pribadi kontak dengan pelanggan.
Interaksi ini terjadi ketika pengusaha melakukan personal selling dan hubungan
pemasaran pada kegiatan penjualan.
Dalam hal “inteligensi pasar” terkait dengan pemasaran pemantauan
lingkungan, pengusaha kecil memilih metode informal seperti observasi atau
pengumpulan informasi pribadi mereka melalui jaringan kontak, dari pada riset pasar
formal.

74

Universitas Sumatera Utara

2.2.2 Dimensi Entrepreneurial Marketing
I.

Proaktif (Proactiveness)
Proaktif adalah perilaku paling utama dalam eksistensi hidup manusia, yaitu

kemampuan individu untuk menentukan makna hidup dan berjuang untuk memenuhi
makna hidupnya sebagai sebuah tanggung jawab pribadi. Proaktif telah ditandai
sebagai sesuatu tindakan yang diambil untuk mempengaruhi lingkungan perusahaan
(Bateman & Crant, 1993)

II.

Fokus pada Peluang (Oppourtunity Focus)
Banyak bisnis yang berkembang dan dikembangkan bertumpu pada peluang

usaha akibat dari suatu kegiatan ekonomi yang muncul.Pengenalan dan pencarian
peluang pemasaran merupakan tindakan penting dalam keberhasilan UKM, potensi
pasar umumnya dievaluasi oleh tingkat kesesuaian yang relative terhadap
kemampuan dan sumber daya perusahaan.Indikator yang digunakan adalah mampu
memenuhi kebutuhan konsumen atau pasar, memiliki keunggulan bersaing, tidak
bersifat sementara, bisa dinilai dengan uang dan memenuhi aspek kreativitas dan
inovasi yang bersifat solusi (Hendro, 2011:135).
III.

Pengambilan Risiko (Risk Taking)
Pengambilan risiko mengarah pada perilaku yang menyatu dan dapat

menghasilkan keputusan yang merugikan atau berbahaya, pada saat yang sama dapat
menghasilkan kesempatan yang positif. Kuncinya adalah seberapa sempurna
mendapatkan inormasi.Semakin sempurna informasi yang dikumpul dan semakin
akurat pula besar resiko yang diperoleh (Hendro, 2011:258).

75

Universitas Sumatera Utara

IV.

Inovatif (Innovative)
Inovasi adalah aplikasi untuk mendapatkan keunggulan baru dan kebutuhan

yang belum terindentifikasikan dalam pasar yang ada. Inovasi tambahan didasarkan
pada hubungan pelaku UKM terhadap pelanggan yang ada dan pengetahuannya
terhadap pasar. Indikator yang digunakan dalam penerapan kemampuan inovatif
adalah harus berorientasi pasar atau memiliki keunggulan bersaing, mampu
meningkatkan nilai tambah usaha untuk menjadi pendongkrak pengembangan usaha,
mempunyai unsur efisiensi dan efektivitas, dan inovasi harus bisa diinovasikan lagi
(Hendro, 2011:120).
V.

Fokus pada Pelanggan (Customer Intensity)
Dimensi Customer Intensity adalah membangun apa yang sering dipandang

sebagai kekuatan pendorong utama dalam pemasaran usaha yaitu berhubungan
dengan pelanggan dimana dilakukan dengan pendekatan inovatif untuk menciptakan,
membangun, dan mempertahankan hubungan pelanggan. Indikator yang digunakan
adalah komitmen pelanggan, penciptaan nilai pelanggan, pemahaman kebutuhan
pelanggan, tujuan kepuasaan pelanggan, dan layanan purna jual.
VI.

Penciptaan Nilai (Value Creation)
Penciptaan nilai adalah kondisi yang sangat penting dalam proses terjadinya

pertukaran, perusahaan yang sukses menekankan berbagai kegiatan untuk penciptaan
nilai terbaik bagi pelanggan dengan menggunakan strategi kompetitif yang dimiliki.
Indikator yang digunakan adalah persepsi pelanggan terhadap produk yang

76

Universitas Sumatera Utara

ditawarkan, kepuasan pelanggan, pelanggan yang datang dari pemasaran mulut ke
mulut, dan pelanggan yang direkomendasi pelanggan.
2.3Keberhasilan Usaha
2.3.1 Defenisi keberhasilan Usaha
Menurut lestari dalam suryana (2003:285) adalah keberhasilan dari bisnis
dalam mencapai tujuanya. keberhasilan usaha pada hakikatnya adalah keberhasilan
dari bisnis mencapai tujuanya Menurut Nasution (2001:12), sebuah perusahaan
dikatakan meraih keberhasilan usaha jika dana usahanya bertambah, hasil produksi
meningkat, keuntungan bertambah, perputaran dana berkembang cepat serta
penghasilan anggota dari perusahaan tersebut bertambah. Menurut Ranto (2007:20)
keberhasilan berwiraswasta tidaklah identik dengan seberapa berhasil seseorang
mengumpulkan uang atau harta serta menjadi kaya, karena kekayaan bisa diperoleh
dengan berbagai cara sehingga menghasilkan nilai tambah. Berusaha lebih dilihat dari
bagaimana seseorang bisa.
Membentuk, mendirikan, serta menjalankan usaha dari sesuatu yang tadinya
tidak berbentuk, tidak berjalan atau mungkin tidak ada sama sekali. Seberapa pun
kecilnya ukuran suatu usaha jika dimulai dari nol dan bisa berjalan dengan baik maka
nilai berusahanya jelas lebih berharga daripada sebuah organisasi besar yang dimulai
dengan bergelimang fasilitas. Menurut Hutagalung (2008:50), sukses tidak terjadi
secara kebetulan, secara instan dan tidak pula turun tiba-tiba dari langit. Sukses
adalah buah dari proses sistematis, perjalanan panjang dan kerja keras. Sukses selalu
diukur dengan uang, harta, jabatan, keluarga, ketenaran nama. Sukses besar berarti
akumulasi dari kesemuanya.
77

Universitas Sumatera Utara

2.3.2 Faktor-faktor yang mendorong keberhasilan usaha
Faktor-faktor yang mendorong Keberhasilan Usaha menurut beberapa ahli
adalah : Menurut Hendro (2011:47) keberhasilan usaha terdiri dari:
1.

Faktor peluang
Sebagai seorang wirausahawan, anda harus membuat dan

menemukan

strategi yang tepat untuk usaha anda, bukan usaha orang lain. Disamping itu anda
harus menciptakan peluang yang tidak hanya bersifat momentum tetapi benar-benar
peluang bisnis. Peluang yang tepat adalah rangkaian yang kuat dan muncul dari
penyatuan benang merah antara AKU-BISNIS-PASAR.
2. Faktor manusia (SDM)
a. Yang merencanakan dengan matang itu membutuhkan SDM yang
berkualitas.
b. Melakukan pelaksanaan yang sesuai dan tepat dengan perencanaan secara
kreatif dalam mengatasi masalah dan itu membutuhkan SDM yang handal
sebagai manajer yang hebat.
c. Mengawasi suatu pekerjaan sesuai dengan perencanaan dan target yang
dibutuhkan. Controller yang hebat mencakup quality control, financial
control serta supervisor.
d. Mengembangkan suatu usaha itu membutuhkan orang yang hebat dalam
memasarkan dan menjual, yaitu marketer dan seller.
e. Faktor kepemimpinan atau leadership juga merupakan salah satu faktor
penting yaitu gaya kepemimpinan.
3. Faktor keuangan
78

Universitas Sumatera Utara

a. Pengendalian biaya dan anggaran .
b. Pencairan dana modal kerja, dana investasi, dan dana lainnya.
c. Perencanaan dan penetapan harga produk, biaya (perinciannya), rugi laba dan
lain-lain.
d. Perhitungan resiko keuangan sehingga risiko keuangan bisa dikendalikan
dengan baik.
e. Stuktur biaya seperti margin (batas) kontribusi, laba berbanding penjualan,
biaya berbanding penjualan, dan lain-lain.
4.

Faktor organisasi.
Ibarat sebuah pohon yang memiliki batang yang kokoh dan kuat, organisasi
usaha itu harus terstruktur dengan baik. Organisasi usaha juga tidak statis
tetapi dinamis, kreatif, dan berwawasan kedepan.

5.

Faktor perencanaan.
a. Perencanaan visi, misi, strategi jangka panjang dan pendek
b. Perencanaan operasional dan program-program pemasaran
c. Perencanaan produk
d. Perencanaan informasi teknologi
e. Perencanaan pendistribusian produk
f. Perencanaan jumlah produk yang akan dijual

6.

Faktor pengelolaan usaha
a. Quality : mutu produk, mutu operasioanal, mutu pelayanan harus bagus
b. Time : waktu penyelesaian produk, waktu pekerjaan, waktu perbaikan juga
penting dan menunjang mutu produk.
79

Universitas Sumatera Utara

c. Cost : mutu yang bagus perlu biaya yang tinggi belum tentu menghasilkan
mutu yang baik.
7.

Faktor pemasaran dan penjualan
Faktor pemasaran dan penjualan memainkan peranan penting bagi
kelancaran usaha. Ilmu penjualan adalah The Embryo of Entrepreneurial
Skill.

8.

Faktor administrasi
Tanpa pencatatan dan dokumentasi yang baik dan pengumpulan serta
pengelompokan data administrasi, maka stategi, taktik, perencanaan
pengembangan, program-program dan arah perusahaan menjadi tidak
berjalan sesuai harapan karena hanya dilakukan berdasarkan feeling atau
perasaan anda saja.

9.

Faktor peraturan pemerintah, politik, sosial, ekonomi dan budaya lokal.
a. Peraturan

pemerintah

dan

peraturann

daerah

seperti

pajak,

retribusi,pendapatan daerah, dan lain-lain
b. Legalitas dan perizinan
c. Situasi ekonomi dan politik
d. Perkembangan budaya lokal yang harus diikuti
e. Lingkungam sosial yang berbeda di setiap daerah dan Faktor-faktor
pendamping lainnya.
10.

Catatan Bisnis

80

Universitas Sumatera Utara

Catatan usaha atau bisnis akan membantu kita mengetahui sejauh mana kita
menjalankan usaha, sampai dimana, mengapa sampai disini, karena apa kita
begini.
Contohnya:
a. Keuangan : neraca
b. SDM : jenis posisi dan bagian, jumlah karyawan dan lain-lain
c. Pemasaran : omset
d. Produksi : jumlah produksi, kualitas dan lain-lain

Menurut Suryana (2006 : 67) faktor keberhasilan usaha yaitu:
1. Kemampuan dan kemauan
Orang yang tidak memiliki kemampuan tetapi banyak kemauan dan orang
yang memiliki kemauan tetapi tidak memiliki kemampuan, keduanya tidak
akan menjadi seorang wirausaha yang sukses.
2. Tekad yang kuat dan kerja keras
Orang yang tidak memiliki tekad yang kuat tetapi mau bekerja keras dan
orang yang suka bekerja keras tetapi tidak memiliki tekad yang kuat,
keduanya tidak akan menjadi wirausaha yang sukses
3. Mengenal peluang yang ada dan berusaha meraihkan ketika ada kesempatan.
Menurut Zimmerer (2008 : 133) faktor keberhasilan usaha yaitu:
1. Pengendalian biaya secara ketat ( biaya tenaga kerja, 15 persen sampai 18
persen dari penjualan dan biaya bahan makanan, 35 persen sampai 40 persen
dari penjualan).

81

Universitas Sumatera Utara

2. Manajer toko yang terlatih, dapat diandalkan dan jujur
3. Pengawasan yang ketat terhadap pembuangan sampah.
4. Pemilihan tempat yang cermat (lokasi yang tepat).
5. Kualitas produk yang tinggi.
6. Konsistensi
7. Kebersihan.
8. Layanan yang ramah dan penuh perhatian dari staf pramusaji yang terlatih
dengan baik.
Keberhasilan usaha dalam hal ini diindikasikan dalam lima hal yaitu jumlah
penjualan meningkat, hasil produksi meningkat, keuntungan atau profit bertambah,
perkembangan dan pertumbuhan usaha berkembang cepat dan memuaskan. Ukuran
keberhasilan usaha dalam menerapkan strategi pemasarannya adalah mampu
memberikan kepuasan kepada pelanggan. Semakin banyak pelanggan yang menerima
produk atau jasa yang ditawarkan, maka mereka semakin puas, dan ini berarti strategi
yang dijalankan sudah cukup berhasil. Ukuran mampu meraih pelanggan sebanyak
mungkin hanya merupakan salah satu ukuran bahwa strategi yang dijalankan sudah
cukup baik. Masih ada lagi ukuran lainnya, misalnya tingkat laba yang diperoleh dan
ukuran lainnya (Kasmir, 2006: 172).

2.3.3 Dimensi Keberhasilan Usaha
Keberhasilan usaha diidentikan dengan perkembangan usaha. Istilah ini
diartikan sebagai suatu proses peningkatan kuantitas dari dimensi perusahaan.

82

Universitas Sumatera Utara

Beberapa indikator dalam menentukan keberhasilan usaha menurut Noor (2007:297)
adalah sebagai berikut:
I.

laba (Profitability)
Laba merupakan tujuan dari bisnis. Laba usaha adalah selisih antara
pendapatan dengan biaya.

II.

Produktifitas dan Efisiensi
Besar kecilnya produktivitas usaha akan mengetahui besarnya produksi usaha.
Hal itu akan memengaruhi besar kecilnya penjualan pada akhirnya
menentukan pendapatan sehingga mempengaruhi besar kecilnya laba yang di
peroleh.

III.

Daya saing
Daya saing adalah kemampuan atau ketangguhan

dalam bersaing untuk

merebut perhatian dan loyalitas konsumen. Suatu bisnis dapat di katakan
berhasil, bila dapat mengalahkan pesaing atau paling tidak mampu bertahan
menghadapi pesaing.
IV.

Kompetensi dan Etika usaha
Kompetensi merupakan akumulasi dari pengetahuan, hasil penelitian, dan
pengalaman secara kuantitatif maupun kualitatif dalam bidangnya sehingga
mampu menghasilkan inovasi sesuai dengan tuntutan zaman.

V.

Terbangunnya citra merek
Citra baik perusahaan terbagi menjadi dua yaitu, trust internal dan trust
external. Trust internal amanah atau trust dari segenap orang yang ada di

83

Universitas Sumatera Utara

perusahaan. Sedangkan trust external adalah timbulnya amanan atau percaya
diri dari segenap stakeholder perusahaan. Baik itu konsumen, pemasok,
pemerintah, maupun masyarakat luas, bahkan juga pesaing.
2.4Penelitian Terdahulu
Secara ringkas, hasil penelitian terdahulu terangkum di dalam Tabel 2.1 berikut:
Tabel 2.2
Penelitian Terdahulu
No
1

Peneliti (Tah
un Penelitian)
Harkemri
Sibuea,
Sumarno,
Hardisem
Syabrus
(2015)

2

Mei Ie,
visanti
(2013)

3

Anta Muzaki
(2012)

Judul Penelitian
The Influence Of
Entrepreneuershi
p Behavior and
Marketing
Strategic
To
Success
of
Business

Variabel
Penelitian
Entrepreneuershi
p
Behavior (X1)
Entrepreneurial
Marketing (X2)
Success of
Reklame (Y)

eni Efikasi diri dan Efikasi diri (X1)
Motivasi
Motivasi (X2)
terhadap
Keberhasilan
Keberhasilan
usaha(Y)
Usaha
Karakteristik,
Minat, dan
Motivasi
Wirausaha
Terhadap
Keberhasilan
Usaha
Pada
UMKM

Karakteristik
(X1)
Minat (X2)
Motivasi
Wirausaha (X3)
Keberhasilan
Usaha (Y)

Metode
Analisis
Analisis
Regresi
Linier
Berganda

Hasil Penelitian
strategi pemasaran
berpengaruh
signifikan
dan
mempunyai
hubungan
yang
positif
terhadap
keberhasilan usaha

Analisis
Regresi
Linier
Berganda

Evikasi diri
Dan
motivasi
berpengaruh
terhadap
Keberhasilan
Usaha

Analisis
Regresi
Linier
Berganda

Karakteristik
Minat
Dan Motivasi
Wirausaha
Berpengaruh
Signifikan
Terhadap
Keberhasilan
Usaha

84

Universitas Sumatera Utara

4

Chamdan
Purnama
(2010)

Motivasi
dan
Kemampuan
Usaha
Dalam
meningkatkan
Keberhasilan
Usaha

Motivasi (X1)
Kemampuan
Usaha (X2)
Keberhasilan
Usaha (Y)

analisis
faktor dan
regresi
dengan
model
Structural
Equation
Modelling

Variabel Motivasi
dan
Kemampuan usaha
berpengaruh
Signifikan terhadap
keberhasian usaha

5

Becherer,
Paula, Marilyn
(2008)

An Exploraty
Investigation of
Entrepreneur-al
Marketing
In
SMEs:
The
Influence of The
Owner/ operator

Entrepreneurial
Marketing (X)
Entrepreneur
Role (Y)

Analisis
Regresi
Berganda

Pemasaran
Kewirausahaan
merupakan
pendekatan
tradisional
yang
agresif dan nontradisonal,
wirausaha berhasil
memasarkan bisnis
mereka
dengan
sumber
daya
terbatas.
Pendekatan
pemasaran
lebih
efektif
setelah
memperoleh
pengalaman
kewirausahaan

2.5 Kerangka Konseptual
Menurut Hutagalung dkk, dalam Daulay dan Ramadini (2013: 3). Motivasi
merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi keberhasilan usahakarena motivasi
utama seseorang untuk menajdi seorang entrepreneur adalah betheir owbosses.
Motivasi sebagai suatu kerelaan untuk berusaha seoptimal mungkin dalam mencapai
tujuan organisasi yang dipengaruhi oleh kemampuan usaha untukmemuaskan
beberapa kebutuhan individu (Robbins, 2001).

85

Universitas Sumatera Utara

Motivasi berkaitan dengan sejauh mana komitmen seseorang terhadap
pekerjaannya dalam rangka mencapai tujuan usaha. Jika dalam menjalankan suatu
usaha atau pekerjaan dengan motivasi yang rendah seseorang tidak akan memiliki
komitmendalam menjalankan usaha atau pekerjaannya yang dapat mempengaruhi
keberhasilan suatu usaha.
Bjerke dan Hultman (2006) menyatakan aktivitas entrepreneurial marketing
yaitu dalam proses pertukaran langsung dan pembentukan hubungan personal.
Entrepreneur lebih suka pemasaran interkatif (marketinginteraktif). Manajer –
pemilik usaha kecil merupakan

pihak yang memiliki kemampuan berinteraksi

dengan target pasar karena memiliki preferensi kuat dalam kontak personal dengan
konsumen dan tidak melalui marketing impersonal melalui promosi masa. Hubungan
melalui pembicaraan sebagai suatu cara untuk mendengar dan merespon suara
konsumen dan tidak melakukan penelitian pasar formal untuk memahami pasar.
Umumnya kemampuan manajer pemilik untuk melakukan dialog dengan
konsumen seringkali menjadi titik jual yang unik bagi bisnis. Manajerpemilik
biasanya menghabiskan sebagian hari kerjanya untuk berkontak dengan konsumen
dan dalam berinteraksi dengan basis konsumen dalam sebuah cara seperti yang
dilakukan perusahaan besar, bahkan yang memiliki teknologi terbaru.
Pemasaran interaktif untuk usaha kecil berisireponsivitas kemampuan untuk
mengkomunikasikandan

merespon

cepat

konsumen

individu.

Entrepreneur

berinteraksi dengan konsumen individu lewatpersonal selling dan pendekatan
pembentukkan hubungan, yang nantinya bukan hanya memastikanpesanan, tapi juga
memberikan

rekomendasi

ke

konsumen.

Manajer

Pemilik

menekankan
86

Universitas Sumatera Utara

padapentingnya hubungan personal dalam membentuk sebuah basis konsumen.
Interaksi dengan konsumen yang ada menggunakan pemasaran berita dari mulut ke
mulut untuk menyebarkan pesan. Marketing entrepreneurial mengandalkan
komunikasi berita mulut ke mulut untuk menciptakan basis konsumen melalui
rekomendasinya.
Berdasarkan teori di atas maka dapat dibuat kerangka konseptual yang
ditunjukkan pada Gambar 2.1 sebagai berikut:

MOTIVASI
BERWIRAUSAHA
(X1)
KEBERHASILAN
WIRAUSAHA
(Y)
ENTREPRENEURIAL
MARKETING
( X2 )

Gambar 2.1
Kerangka Konseptual

2.6 Hipotesis
Berdasarkan perumusan masalah dan kerangka konseptual di atas, maka
hipotesis penelitian yang dikemukakan oleh peneliti adalah Motivasi berwirausaha
dan entrepreneurial marketing berpengaruh positif dan signifikan terhadap
keberhasilan usaha textile di jalan Perniagaan Medan.

87

Universitas Sumatera Utara