Pendampingan Keluarga dalam Proses Persalinan

Pendampingan Keluarga dalam Proses Persalinan
Siti Saidah Nasution*
Abstrak
Salah satu faktor yang dapat mempengaruhi tingginya angka kematian ibu dan bayi
berkaitan dengan proses persalinan yang belum optimal. Proses kelahiran dan persalinan
adalah suatu proses yang fisiologis namun pada masa ini ibu berada dalam risiko tinggi ya ng
dapat mengancam keselamatan jiwa dan janin apabila tidak mendapatkan pertolongan dan
manajemen yang baik oleh petugas kesehatan. Tindakan keperawatan dengan melibatkan
keluarga terutama suami dalam proses persalinan merupakan salah satu bentuk motivasi bagi
ibu untuk dapat menjalani proses persalinan dengan aman dan selamat. Secara umum salah
satu faktor yang mempengaruhi kelancaran proses persalinan adalah faktor psikologis, hal ini
dapat dioptimalkan melalui pendampingan keluarga dalam proses persalinan. Saat ini masih
banyak petugas kesehatan dan rumah sakit yang menganggap kehadiran keluarga pada saat
persalinan adalah hal yang tidak penting, sehingga keluarga tidak diijinkan untuk
mendampingi ibu. Peningkatan pengetahuan petugas kesehatan terutama perawat/bidan yang
bertugas di ruang bersalin sangat penting dilakukan, sehingga terjadi persepsi dan
pemahaman yang sama. Penerapan konsep FCMC dengan mengaktifkan pendampingan
keluarga pada proses persalinan dapat meningkatkan kepuasan pasien, meningkatkan mutu
asuhan keperawatan dan pelayanan maternal yang diberikan.
Kata kunci


: Proses persalinan, Keluarga

*Dosen Keperawatan Maternitas, Departemen Ilmu Keperawatan, Fakultas Kedokteran,
Universitas Sumatera Utara

Seminar Sehari Keperawatan, PSIK FK USU, 20 Mei 2009

Pendahuluan
Latar Belakang
Persalinan dan kelahiran merupakan suatu proses fisiologis yang normal dan terjadi
dalam kehidupan wanita. Peran wanita sebagai ibu akan sempurna apabila dapat melahirkan
bayi yang sehat sesuai dengan keinginan keluarga, sehingga kelahiran bayi merupakan
peristiwa sosial yang di nantikan oleh ibu dan keluarga. Ketika persalinan di mulai, peran ibu
adalah untuk melahirkan bayi, sedangkan peran petugas kesehatan membantu jalannya proses
persalinan dan mendeteksi adanya komplikasi. Meskipun proses kelahiran dan persalinan
adalah suatu proses yang fisiologis namun pada masa ini ibu berada dalam risiko tinggi yang
dapat mengancam keselamatan jiwa dan janin apabila tidak mendapatkan pertolongan dan
manajemen yang baik oleg petugas kesehatan (Bobak, 2005).
Proses pertolongan persalinan yang tidak optimal merupakan salah satu penyebab
tingginya angka kematian ibu di Indonesia. Selain itu keadaan pada masa kehamilan dan

proses persalinan mempunyai hubungan yang erat dengan tingginya angka kematian ibu
(Depkes RI, 2002). Berbagai upaya dilakukan untuk menurunkan angka kematian ibu dan
bayi, salah satunya dengan melibatkan keluarga dalam perawatan mulai dari masa kehamilan
sampai persalinan. peran aktif keluarga dalam perawatan diharapkan dapat menjadi salah satu
faktor yang akan menurunkan tingginya AKI di Indonesia, yaitu tahun 2010 turun sampai 125
per 100.000 kelahiran hidup dan AKB menjadi 16 per 1000 kelahiran hidup (Depkes RI,
2002).
Selain itu faktor yang dapat menurunkan AKI adalah proses persalinan harus ditolong
oleh petugas kesehatan secara profesional, hal ini sesuai dengan amanat Menteri Kesehatan
melalui program “Making Pregnancy Safe” yang pada dasarnya menekankan apada
penyediaan pelayanan kesehatan maternal dan nenonatal berkualitas dengan cost-effektive
(Menkes RI, 2004). Pelayanan kesehatan yang berkualitas akan tercapai dengan
pemberdayaan keluarga melalui komunikasi dan keterlibatan aktif dalam pemberian asuhan
keperawatan (Friedmann, 1998). Program ini sejalan dengan konsep maternitas yang
berfokus pada keluarga (Family Centre Maternity Care).
Konsep FCMC diarahkan kepada pemenuhan kebutuhan ibu dan keluarga pada masa
kehamilan, persalinan dan nifas. Mempromosikan, melindugi kesejahteraan ibu dan bayinya
dengan melibatkan keluarga serta lingkungan dalam intervensi keperawatan baik intervensi
edukasi maupun pemenuhan kebutuhan ibu pada saat menjalani masa persalinan, kehamilan
dan nifas (Hanvey, 2000, Reeder, 1997). Pemberian perawatan dan keterapilan sebagai orang

tua diberikan pada ibu dan keluarganya terutama suami, sehingga mereka memperoleh
kepercayaan diri untuk dapat menjalani proses persalinan dengan aman dan selamat. Filosofi
ini mendasari tindakan keperawatan pada pasien yang memberlakukan pasien dengan penuh
martabat / dignity (Steward, 1993).
Saat ini pelayanan kesehatan dengan melibatkan keluarga, khususnya dalam pelayanan
maternitas pada pasien intranatal belum sepenuhnya dapat dilaksanakan dengan optimal.
Banyak faktor yang menghambat program ini, salah satunya sikap petugas kesehatan yang
masih beranggapan bahwa kehadiran keluarga/suami tidak penting pada saat proses
persalinan, bahkan kehadiran keluarga hanya akan merepotkan dan mengganggu prosedur.
Hasil survey yang dilakukan pada beberapa rumah sakit, saat melahirkan para ibu sebenarnya
ingin didampingi oleh keluarga terutaa suami, begitu juga sebaliknya suami juga ingin

Seminar Sehari Keperawatan, PSIK FK USU, 20 Mei 2009

mendampingi istrinya, tetapi hal ini sering tidak terlaksana karena tidak mendapat ijin dari
petugas kesehatan, dengan alasan suda ketentuan dari rumah sakit. Ini tidak sesuai dengan
pendapat Wibawanto, (2003) yang menyatakan pendampingan persalinan oleh suami pada
proses persalinan ibu prigravida aterm risiko rendah meningkatkan motivasi dan kepercayaan
diri dalam menjalani proses persalinan.
Berdasarkan hal diatas pelaksanaan pelayanan kesehatan dengan melibatkan keluarga

terutama disaat intranatal sangat ditentukan oleh petugas kesehatan yang mendampingi
pasien. Perawat/bidan sebagai petugas kesehatan yang berhubungan langsung dengan pasien
yang berinteraksi secara berkesinambungan dengan keluarga harus dapat memfasilitasi
keluarga untuk berperan aktif (Saifuddin, 2001). Pengenalan konsep dan pemahaman
psikologis ibu yang akan melahirkan menjadi dasar utama bagi petugas kesehatan untuk
melibatkan keluarga dalam proses persalinan (Mardiana, 2000). Pelaksanaan pelayanan
keperawatan yang berkualitas dengan melibatkan peran aktif keluarga dapat diterapkan
melalui proses pendampingan ibu saat persalinan yang akan meningkatkan kepuasan pasien
serta keluarga.
Tujuan
Memberikan informasi pentingnya pendampingan keluarga pada saat ibu menjalani
proses persalinan. makalah ini juga dapat memberikan pengetahuan pada petugas kesehatan
tentang manajemen asuhan keperawatan maternitas pada intranatal dengan fokus pada
pemenuhan kebutuhan psikologis ibu yang merupakan salah satu faktor yang menentukan
suksesnya proses persalinan.
Manfaat
1. Bagi institusi pelayanan kesehatan
Dapat digunakan oleh pengambil kebijakan dalam pelayanan maternal khususnya
pelayanan pada pasien intranatal agar lebih melibatkan keluarga dan mendukung
kehadiran keluarga pada saat proses persalina.

2. Bagi Masyarakat
Meningkatkan pengetahuan tentang pentingnya kehadiran orang yang dicintai ibu
padaa saat menjalani proses persalinan terutama suami/keluarga. Dukungan yang
diberikan keluarga merupakan salah satu kekuatan secara psikologis bagi ibu untuk
dapat melahirkan bayi dengan aman dan selamat.
Proses Persalinan
a. Definisi persalinan
Persalinan adalah proses pengeluaran janin, plasenta beserta selaput-selaputnya dari
dalam rahim melalui jalan lahir (Bobak, 2005). Pendapat lain dikemukakan oleh Reeder
(1997) yang menyatakan bahwa persalinan adalah proses pengeluaran janin dan beserta
selaput-selaputnya melalui jalan lahir pada usia kehamilan sekurang-kurangnya 28 minggu
atau berat badan bayi ≥ 1.000 gram. Persalinann normal adalah proses kelahiran janin pada
usia cukup bulan (aterm 40 minggu) dengan letak memanjang, presentase belakang kepala
(verteks) yang disusul dengan pengeluaran plasenta beserta selaput-selaputnya dan berakhir

Seminar Sehari Keperawatan, PSIK FK USU, 20 Mei 2009

kurang dari 24 jam, dengan kekuatan mengeran ibu tanpa intervensi penolong, tanpa
komplikasi pada ibu dan bayinya (Bobak, 2005), Sumapraja, 1993).
b. Tanda-tanda dimulainya proses persalinan (Mahlmeister, 1994)

1. Kontraksi uterus yang teratur dan semakin sering
Uterus berkontraksi, berlangsung secara teratur, frekuensinya semakin sering dan
intensitasnya semakin memanjang, kontraksi uterus semakin sering bila dibawa
berjalan. Rasa sakit dirasakan oleh ibu pada daerah punggung menjalar ke abdomen,
bokong dan paha, meskipun berbagai upaya untuk membuat rasa nyaman telah
dilakukan tetapi tetap tidak bisa.
2. Pembukaan servik
Servik uterus mengalami perubahan yang sangat progresif, dimulai dari melunaknya
servik, menipis dan berdilatasi yang disertai dengan pengeluaran lendir dan darah yang
semakin banyak (Bloody show) dan perubahan ini tidak dapat ditentukan kecuali
melalui periksa dalam.
3. Janin
Bagian presentase janin biasanya sudah masuk kedalam pintu atas panggul yang sering
disebut (lightening),hal ini membuat wanita mudah bernafas dan pada saat yang sama
kandung kemih tertekan oleh bagian presentase.
c. Etiologi proses persalinan
Dimulainya proses persalinan tidak dapat hanya disebabkan oleh satu sebab saja,
banyak faktor penyebab diantaranya adalah: perubahan pada uterus bagian hipofisis
anterior. Hormon-hormon yang dihasilkan oleh hipotalamus hipofisis anterior dan kortek
adrenal janin turut mempengaruhi dimulainya persalinan (Bobak & Jensen, 2000).

d. Faktor yang mempengaruhi kelancraan proses persalinan (Pillitteri, 2003).
Ada 5 faktor esensial yang mempengaruhi proses persalinan dan kelahiran, yang
dikenal dengan istilah / singkatan 5P, yaitu:
1. Passenger (keadaan dan kondisi janin).
2. Passage (keadaan jalan lahir).
3. Power (kekuatan ibu).
4. Posisi (posisi ibu dalam persalinan).
5. Psychologic respon (kondisi psikologis ibu selama proses persalinan).
Terjadinya keseimbangan atau kesesuaian dari kelima faktor tersebut persalinan
normal diharapkan dapat berlangsung dengan lancar. Apabila ada gangguan dari salah satu
ke 5 faktor esensial tersebut maka dapat terjadi kelambatan atau gangguan proses
persalinan. Kelambatan atau kesulitan tersebut disebut dengan “distosia” yang dapat
berpengaruh buruk pada ibu dan bayinya (Pillitteri, 2003). Kondisi psikologis ibu
merupakan faktor yang sering menjadi alasan ketidakmampuan ibu menjalani proses
persalinan yang normal. Kecemasan yang meningkat dan ketakutan akan mempengaruhi
kemampuan ibu dalam menjalani proses persalinan, sehingga dengan adanya proses
pendampingan keluarga terutama suami dapat menjadi motivasi bagi ibu untuk dapat
menjalani proses persalinan dengan aman dan selamat (Reeder, 1997).

Seminar Sehari Keperawatan, PSIK FK USU, 20 Mei 2009


Pendampingan Keluarga dalam Proses Persalinan
Peran aktif keluarga dengan hadirnya orang yang dicintai dalam proses persalinan
dapat memberikan dukungan baik secara fisik maupun emosional kepada ibu sehingga
menimbulkan perasaan aman dan nyaman. Salah satu bentuk dukungan keluarga adalah
dukungan suami sebagai orang yang paling dekat dan dapat mempengaruhi ibu dalam
berperilaku (Alfiben, 2000). Pendpat lain menyatakan proses persalinan akan berjalan
dengan baik dan lancar apabila ibu mempunyai perasaan emodional yang positif, harga
diri yang kuat dan dukungan dari orang-orang yang berarti terutama keluarga (Matteson,
2001).
Secara umum dukungan yang memberikan kenyamanan secara psikolgis lebih
dibutuhkan dari lingkungan terdekat ibu dalam kehidupan sehari-hari terutama keluarga
(Kusumowardhani, 2003). Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Maryati (2006) yaitu
klien yang tinggal dengan keluarga akan dipengaruhi oleh tradisi keluarga dalam
memandang suseuatu berdasarkan dukungan yang diterima baik dari segi emosional,
pengharapan dan informasi. Pendapat diatas sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh
Pangrestomo (1999) yang menyatkan bahwa dukungan / motivasi suami selama persalinan
dan proses menyusui sangat penting menurunkan kecemasan istri dibandingkan dengan
dukungan yang diberikan oleh orang lain.
Konsep keperawatan yang berpusat pada keluarga diarahkan kepada pemenuhan

kebutuhan ibu dan keluarga pada masa kehamilan, persalinan dan nifas, mempromosikan
dan melindungi kesejahteraan ibu dan bayinya dengan melibatkan keluarga dan
lingkungan dalam intervensi keperawatan baik intervensi edukasi maupun pemenuhan
kebutuhan ibu pada saat menjalani masa persalinan, kehamilan dan nifas (Pillitteri, 1999,
Hanvey, 2000). Penerapan konsep ini didukung oleh konsep maternitas lainnya yaitu
FCMC (Family Centered Maternity Care, yaitu melahirkan secara aman dengan pelayanan
kesehatan yang berkualitas sambil mengenali, memfokuskan dan mengadaptasikan
terhadap kebutuhan-kebutuhan baik pasien, keluarga dan bayinya.
Penekanan konsep ini adalah pada pelayanan maternitas / ibu dan bayinya yang
mendukung kesatuan keluarga ambil mempertahankan keamanan dan kesehatan fisik
(Mahlmeister, 1994). Pendapat diatas sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh
Pangrestomo (1999) yang menyatakan bahwa dukungan / motivasi suami selama
persalinan dan proses menyusui sangat penting menurunkan kecemasan istri dibandingkan
dengan dukungan yag diberikan oleh orang lain. Sebaliknya peran keluarga terutama
suami yang kurang mendukung, menjadi salah satu penyebab tidak langsung tingginya
angka kematian ibu dan bayi di Indonesia, terutama peran dalam proses pelayanan
kehamilan, melahirkan dan nifas (Kusumowardhani, 2003).
Pendampingan keluarga / suami dalam proses persalinan, sesuai dengan komponenkomponen dasar yang terkandung dalam konsep FCMC, yaitu: rumah sakit hendaknya
memberikan kelas edukasi persiapan melahirkan untuk ibu dan suaminya, termasuk peran
untuk suami saat persalinan. Suami sebaiknya dilibatkan saat proses persalinan. rumah

sakit hendaknya menyediakan runagan melahirkan seperti suasana dirumah yang sesuai
dengan kebijakan rumah sakit.

Seminar Sehari Keperawatan, PSIK FK USU, 20 Mei 2009

1. Asumsi-asumsi dasar dan prinsip yang mendasari pentingnya pendampingan keluarga
sesuai dengan konsep FCMC (Hanvey, 2000) adalah:
Asumsi-asumsi dasar:
a. Peristiwa persalinan dan kelahiran adalah peristiwa normal dan peristiwa yang
sehat dalam kehidupan suatu keluarga.
b. Peristiwa persalinan dan kelahiran merupakan awal pembentukan baru pentingnya
suatu hubungan keluarga.
c. Keluarga memiliki kemampuan untuk membuat keputusan tentang perawatan
selama masa childbearing, memberikan informasi adekuat dan dukungan
profesional.
Sedangkan prinsip-prinsip yang mendasari adalah:
a. Persalinan
dipandang
sebagai
suatu

kesejahteraan,
bukan
suatu
gangguan/penyakit. Perawatan ibu dan bayinya ditunjukan untuk mempertahankan
masa kehamilan, kelahiran, persalinan dan pasca persalinan sebagai suatu
peristiwa normal dalam kehidupan wanita yang melibatkan perubahan fisik,
emosional dan sosial yang dinamis.
b. Sikap perorangan, budaya dan agama mempengaruhi arti kehamilan, persalinan
dan nifas.
c. Kehadiran keluarga atau kerabat selama ibu memperoleh pelayanan keperawatan
dirumah sakit sangat diharapkan untuk memberikan dukungan kepada ibu.
d. Hubungan antara ibu, keluarganya dengan perawat berrdasarkan saling
menghargai dan saling percaya.
e. Menyiapkan keluarga untuk berpartisipasi aktif selama masa childbearing dan
parenting melalui program prenatal edukasi yang komprehensif.
f. Perawat/bidan berperan sebagai advocate terhadap hak-hak seluruh anggota
keluarga termasuk janin.
g. Membantu keluarga dalam mengambil keputusan tentang perawatan masa
childbearing sesuai yang diharapkan.
h. Perawat mempersiapkan ibu merawat bayinya sendiri.
i. Peningkatan kesehatan melalui model peran, pembelajaran/konseling.
Berdasarkan hal diatas pelaksanaan pendampingan keluarga pada saat persalinan
penting diterapkan dan sesuai dengan pendekatan Family Centered Care yaitu;:
peristiwa persalinan dan kelahiran dipandang sebagai suatu keadaan sejahtera, bukan
suatu keadaan sakit. Proses persalinan merupakan peristiwa kehidupan normal yang
melibatkan perubahan fisik, emosional dan sosial yang dinamis dalam seluruh
kehidupan keluarga. Pelayanan dilakukan untuk mempertahankan persalinan,
kelahiran dan masa nifas serta merawat bayi. para penyedia pelayanan kesehatan
membantu keluarga agar dapat membuat keputusan untuk perawatan dan membantu
keluarga memiliki pengalaman positif sesuai harapan mereka. Pasangan / suami atau
orang – orang yang dipercaya ibu untuk memberikan bantuan kepadanya secara aktif
melibatkan diri selama proses edukasi persalinan, kelahiran, nifas dan merawat bayi.
2. Langkah-langkah pelaksanaan pendampingan keluarga dalam proses persalinan
a. Memberikan informasi/pengetahuan kepada petugas kesehatan yang terkait
tentang pentingnya pendampingan keluarga.
Seminar Sehari Keperawatan, PSIK FK USU, 20 Mei 2009

b. Persiapan sarana prasarana sehingga memungkinkan suami/keluarga
menemani ibu saat melahirkan.
c. Membuat panduan untuk pendamping ibu (keluarga) saat proses persalinan,
agar dapat meningkatkan perilaku positi dan motivasi bagi ibu.
d. Membuat SOP pendampingan yang jelas dan mengacu kepada konsep
pendampingan keluarga.
e. Evaluasi aplikasi pendampingan yang sudah dilakukan.
3. Pelaksanaan pendampingan keluarga pada saat ibu menjalani proses persalinan
a. Tanyakan kepada ibu bersalin, siapa orang yang dipercaya untuk mendampingi
proses persalinan (suami, ibu, kakak, dll).
b. Tanyakan kepada orang yang ditunjuk ibu, apakah bersedia dan ingin
berpartisipasi aktif dalam persalinan.
c. Orientasikan kepada ibu dan pendamping tentang kegiatan yang akan dilakukan,
fasilitas yang dapat digunakan diruangan seperti toilet, dll.
d. Berikan penjelasan kepada pendamping tentang tahapan persalinan, tanda-tanda
kemajuan dan reaksi ibu yang akan terjadi pada saat proses persalinan,
- Tahap pertama: Fase Laten: jalan lahir membuka 0-3 cm, kontraksi yang
terjadi berjarak 15-20 menit. Fase aktif: jalan lahir membuka 4-8 cm, kontraksi
berjarak 3-5 menit. Fase Transisi: jalan lahir membuka 8-10 cm, kontraksi
berjarak 2-3 menit.
- Tahap kedua: jalan lahir telah membuka sepenuhnya, ibu mulai ingin
mengedan dan berakhir dengan kelahiran bayi.
- Tahap ketiga: dimulai ketika ari-ari/plasenta terpisah dari dinding rahim dan
keluar melalui vagina, biasanya 3-5 menit setelah bayi dilahirkan.
- Tahap keempat: setelah ari-ari keluar sampai 2 jam ibu melahirkan.
e. Komunikasikan kepada pendamping prosedur/ tindakan yang dapat dikerjakan
dalam membantu ibu dan apa yang diharapkan dari prosedur/tindakan tersebut,
seperti tindakan untuk mengurangi rasa nyeri selama kontraksi, all:
- Memandu napas saat kontraksi
Tahap awal/fase laten, caranya: tarik napas lewat hidung, kemudian tiupkan
napas lewat kedua bibir, meupkan napas dengan mengeluarkan sedikit suara
agar dapat dipertahankan suatu irama pernapasan yang baik.
Fase aktif: pada saat kontraksi mulai, tarik napas lewat hidung, keluarkan
napas lewat kedua bibir (seperti gerakan meniup), percepat tarikan napas
ketika kontraksi semakin meningkat, perlambat kembali setelah kontraksi
mereda, akhiri dengan bernapas biasa. Fase transisi: ketika kontraksi mulai,
tarik napas melalui hidung, keluarkan napas melalui kedua bibir, teruskan
dengan pola napas cepat, hembuskan napas dengan pendek, akhiri dengan
bernapas biasa.
- Message: bisa dilakukan pada daerah punggung, perut, kaki (sesuai
kenyamanan ibu) bermanfaat untuk membebaskan otot yang kelelahan, skait
dan tertekan. Meningkatkan peredaran darah, membantu mengurangi edema
dan bengkak yang umumnya pada tahap kehamilan, persalinan dan
Seminar Sehari Keperawatan, PSIK FK USU, 20 Mei 2009

f.
g.
h.
i.
j.
k.

l.

menghilangkan kesulitan tidur dan kelelahan. Mengatasi sakit akut,
meningkatkan hubungan kasih sayang/ psikologis antara ibu, suami dan janin
sepanjang persalinan.
Menganjurkan ibu untuk rileks dan istirahat bila tidak ada kontraksi.
Membantu buang air besar/kecil.
Membantu memenuhi kebersihan diri, mengusap keringat.
Menguatkan motivasi ibu untuk tetap bersemangat.
Memotivasi ibu untuk berdoa.
Memberikan semangat kepada ibu dan membantu mempertahankan cara
mengedan yang benar, mengatur posisi ketika ibu bersalin melalui proses
persalinan Kala II (pengeluaran bayi), seperti: memberikan aba-aba untuk
mengejan: “Tarik napas dari hidung-keluarkan dari mulut, tarik napaskeluarkan,tarik napas-tahan napas,rangkul kedua kaki sampai ke paha,
rentangkan kedua tungkai lebar-lebar, angkat kepala sampai dagu
menyentuh dada, buka mata lihat ke arah perut dan terus mengejan,
hembuskan dan keluarkan napas”.
Setelah bayi lahir, lakukan bonding attachment ibu dengan bayi(kontak badan dan
sentuhan kepada bayi).

Kesimpulan dan Saran
Peningkatan kualitas pelayanan kesehatan khususnya pada saat intranatal dapat
dilakukan dengan baik melalui beberapa penerapan konsep maternitas, salah satunya
melibatkan keluarga dalam proses perawatan. Penerapan program pendampingan
keluarga/suami saat persalinan sangat penting dilakukan, karen hal ini dapat mengurangi
kecemasan ibu dalam menghadapi persalinan. motivasi yang dioberikan pendamping dapat
mempengaruhi psikologis ibu secara positif yang merupakan salah satu faktor yang
menentukan suksesnya persalinan.
Program pendampingan keluarga saat proses persalinan akan terlaksanan dengan baik
apabila didukung oleh sarana dan prasaran yang tersedia. Petigas kesehatan yang terlibat
diruangan intranatal (dokter, perawat/bidan) harus memahami tujuan dan pentingnya
pelaksanaan program pendampingan ibu saat persalinan. pelaksanaan program ini akan lebih
optimal, apabila selama masa antenatal keluarga/suami sudah dibekali langkah-langkah yang
harus dilakukan pada saat mendampingi istri melahirkan.
Evaluasi pelaksanaan program pendampingan keluarga seharusnya dilakukan oleh
manager keperawatan agar terjadi kesinambungan dan perbaikan pelaksanaan program pada
masa yang akan datang. Motivasi untuk menambah ilmu pengetahuan dan informasi bagi
petugas kesehatan khususnya yang bertugas dibagian intranatal perlu ditngkatkan dan
difasilitasi oleh pihak manajemen dan rumah sakit, agar terjadi peningkatan keluatisa sumber
daya tenaga kesehatan. Kemampuan petugas kesehatan dalam memberikan pelayanan yang
berkualitas dapat meningkatkan kepuasan bagi pasien dan secara tidak langsung
meningkatkan pengetahuan ibu dan keluarga dalam proses persalinan yang aman dan sehat.

Seminar Sehari Keperawatan, PSIK FK USU, 20 Mei 2009

Daftar Pustaka
Alfiben, Wiknjosastro, G. H., & Elvira, S. D. (2000). Efektivitas peningkatan dukungan
suami dalam menurunkan terjadinya depresi post partum. Majalah Obstetric Ginaecology
Indonesia (MOGI). 24 (4), 208-214.
Bobak, I. M., Lowdermilk, D. L., & Jensen, M. D. (2005). Maternity Nursing. 4th ed.
(wijayanrini, M. A, & Anugrah, P. I: Penerjemah). California: the CV. Mosby. (Sumber asli
diterbitkan 1995).
Departemen Kesehatan. (2002). Pemberian ASI Eksklusif menekan angka kematian bayi,
http://www.depkes.go.id/index.Php?, diperoleh tanggal 6 Maret 2009
Friedmaan, M.M., (1998). Family Nursing Research Theory & Practice. (4.ed). connectieut:
Appleton & Large
Kozier, E. (2005). Fundamental of Nursing. California: Addison Wesley Publishing.
Kusumowardhani, R. (2003). Wanita hamil membutuhkan psikolog. http:www.promosi
kes.com/artikel, diperoleh tanggal 12 Februari 2009.
Lowdermilk, D.L., Perry, S.E., & Bobak, I.M. (2000). Maternity women’s health care. (7 nd
ed.), St. Louis: Mosby, Inc.
Mardiana (2000). Hubungan dukungan petugas kesehatan dengan pemberian informasi
tentang ASI dengan perilaku ibu dalam proses menyusui. Laporan penelitian. UI
Maryati. (2006). Pengetahuan dan sikap suami terhadap penggunaan metoda kontrasepsi di
RSUD. Sumedang. Tesis: tidak dipublikasikan
Matteson, P. S. (2001). Woman’s health during the childbearing years: a community baced
approach. St. Louis: Mosby Inc.
May, K.A. & Mahmlmeister, L.R. (1994). Maternal & Neonatal Nursing Family Centred
Care. 4th ed. Philadelphia: J.B. Lippincott Company.
Pangrestono (1999). Ethnicity and Social Support during pregnancy, American Journal of
Community Pshycology, vol. 27.
Pillitteri, A. (2003). Maternal & Child Helath Nursing: care for chilberaing & childrearing
family. (4th ed.), Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins.
Reeder, S.J., martin, L.L. & Koniak, D. (1997). Maternity Nursing, Family, New Born &
Women’s Health. . (8 nd ed). Philadelphia: Lippincott
Saifuddin, A.B., (2001). Buku acuan nasional pelayanan kesehatan maternal dan neonatal.
Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
Steward, M.J. (1993). Integrating Social Support in Nursing, New Delhi: Sage
Wibawanto, H. (2003). Pengaruh pendampingan persalinan oleh suami terhadap luaran
persalinan pada primigravida aterm resiko rendah di RSUD Dr. Soetomo Surabaya. Laporan
hasil penelitian. Universitas Airlangga Surabaya: tidak dipublikasikan.

Seminar Sehari Keperawatan, PSIK FK USU, 20 Mei 2009