Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Tingkat Kecemasan Remaja Putri Saat Mengalami Menarche di SMP Jaya Krama Kecamatan Beringin Kabupaten Deli Serdang Tahun 2016

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Kecemasan
Menurut Freud (2000), kecemasan adalah reaksi terhadap ancaman dari rasa
sakit maupun dunia luar yang tidak siap ditanggulangi dan berfungsi memperingatkan
individu akan adanya bahaya. Kecemasan yang tidak dapat ditanggulangi disebut
dengan traumatik.
Kecemasan (ansietas/anxiety) adalah gangguan alam perasaan (affective) yang
ditandai dengan perasaan ketakutan atau kekhawatiran yang mendalam dan
berkelanjutan, tidak mengalami gangguan dalam menilai realitas (Reality Testing
Ability/RTA, masih baik), kepribadian masih tetap utuh (tidak mengalami keretakan

kepribadian/splitting/personality), perilaku dapat terganggu tetapi masih dalam batas
normal (Hawari, 2001).
Stuart (1995, dalam Direja, 2015) mengatakan bahwa kecemasan adalah
kekhawatiran yang tidak jelas dan menyebar yang berkaitan dengan perasaan tidak
pasti dan tidak berdaya.
Tomb (1993, dalam Direja, 2015) kecemasan adalah suatu perasaan takut
yang tidak menyenangkan dan tidak dapat dibenarkan yang sering disertai gejala
fisiologi, sedangkan pada gangguan kecemasan terkandung unsur penderitaan yang

bermakna dan gangguan fungsi yang disebabkan oleh kecemasan tersebut.

27
Universitas Sumatera Utara

2.2 Faktor Penyebab Kecemasan
Menurut Stuart (2006), kecemasan dapat disebabkan oleh :
1. Teori psikoanalitis dimana Sigud Freud mengidentifikasikan kecemasan sebagai
konflik emosional yang terjadi antara dua elemen kepribadian, yaitu id dan
superego. Id mewakili dorongan insting dan impuls primitive, sedangkan
superego mencerminkan hati nurani dan dikendalikan oleh norma budaya. Ego
dan Aku, berfungsi menengahi tuntutan dari dua elemen yang bertentangan
tersebut, dan fungsi kecemasan adalah mengingatkan ego bahwa ada bahaya.
2. Teori interpersonal Sullifan menjelaskan bahwa kecemasan timbul dari perasaan
takut terhadap ketidaksetujuan dan penolakan interpersonal. Kecemasan juga
berhubungan dengan perkembangan trauma, individu dengan harga diri rendah
terutama rentan mengalami kecemasan yang berat (Stuart, 2006).
3. Teori perilaku meyebutkan kecemasan merupakan produk frustasi yaitu segala
sesuatu karena mengganggu kemampuan individu untuk mencapai tujuan yang
diinginkan. Ahli perilaku lain menganggap kecemasan sebagai suatu dorongan

yang dipelajari berdasarkan keinginan dari dalam diri untuk meghindari
kepedihan. Ahli teori pembelajaran meyakini bahwa individu terbiasa sejak kecil
dihadapkan suatu ketakutan berlebihan lebih sering menunjukkan kecemasan
pada kehidupan selanjutnya. Ahli teori konflik memandang kecemasan sebagai
pertentangan antar dua kepentingan yang berlawanan. Mereka meyakini adanya
hubungan timbal balik antara konflik dan kecemasan yaitu konflik menimbulkan
kecemasan, dan kecemasan menimbulkan perasaan tidak berdaya, yang pada
gilirannya meningkatkan konflik yang dirasakan (Stuart, 2006).

Universitas Sumatera Utara

4. Kajian keluarga menyebutkan kecemasan merupakan hal yang biasa ditemui
dalam suatu keluarga. Kesemasan juga terkait dengan tugas perkembangan
individu dalam keluarga (Stuart, 2006).
5. Kajian biologis menunjukan bahwa otak mengandung reseptor khusus untuk
benzodiazepine, obat-obat yang meningkatkan neuroregulator inhibisi asam
gama aminobutirat (GABA), yang berperan penting dalam mekanisme biologis

yang berhubungan dengan kecemasan. Selain itu, kesehatan umum individu dan
riwayat kecemasan pada keluarga memiliki efek nyata sebagai predisposisi

kecemasan. Kecemasan mungkin disertai oleh gangguan fisik dan selanjutnya
menurunkan kemampuan individu untuk mengatasi stressor (Stuart, 2006).
Menurut Stuart (2006) respon terhadap kecemasan meliputi respon fisiologi,
perilaku, kognitif dan efektif yaitu :
1. Respon fisiologi
Gejala somatik/fisik (otot), meliputi : sakit dan nyeri otot-otot, kaku, kedutan otot,
gigi gemerutuk, suara tidak stabil. Gejala sensorik meliputi : tinnitus (telinga
berdengung), penglihatan kabur, muka merah atau pucat, merasa lemas, perasaan
ditusuk-tusuk. Gejala kardiovaskular (jantung dan pembuluh darah), meliputi :
takikardia (denyut jantung cepat), berdebar-debar, nyeri dada, denyut nadi

mengeras, rasa lesu/lemas seperti mau pingsan, detak jantung menghilang
(berhenti sekejap). Gejala pernafasan : Rasa tertekan di dada, perasaan tercekik,
merasa nafas pendek/sesak, sering menarik nafas panjang. Gejala gastrointestina l
meliputi : sulit menelan, perut melilit, gangguan pencernaan, nyeri sebelum dan

Universitas Sumatera Utara

sesudah makan, perasaan terbakar di perut, rasa penuh atau kembung, mual,
muntah, buang air besar lembek, sukar buang air besar (konstipasi), kehilangan

berat badan. Gejala urogenital, meliputi : sering buang air kecil, tidak dapat
menahan kencing, tidak datang bulan (tidak ada haid), masa haid amat pendek,
haid beberapa kali dalam sebulan, menjadi dingin (frigid), ejakulasi dini.
Adapun gejala-gejala yang dialami oleh orang yang mengalami kecemasan
adalah :
a. ketegangan motorik/alat gerak seperti : gemetar, tegang, nyeri otot, letih, tidak
dapat santai, gelisah, tidak dapat diam, kening berkerut, mudah kaget
b. Hiperaktifitas saraf autonom (simpatis dan saraf parasimpatis) seperti keringat
berlebihan, jantung berdebar-debar, rasa dingin ditelapak tangan dan kaki,
mulut kering, pusing, rasa mual, sering buang air kecil, diare, muka merah/
pucat, denyut nadi dan nafas cepat (3). Rasa khawatir yang berlebihan tentang
hal-hal yang akan datang seperti : cemas, takut, khwatir, membayangkan akan
datangnya kemalangan terhadap dirinya (4). Kewaspadaan berlebihan seperti :
Perhatian mudah beralih, sukar konsentrasi, sukar tidur, mudah tersnggung,
tidak sabar (Hawari, 2004).
2. Respon perilaku
Respon kecemasan terhadap perilaku adalah gelisah, ketenangan fisik, tremor,
reaksi terkejut, bicara cepat, kurang koordinasi, cenderung mengalami cidera,
menarik diri dari hubungan interpersonal, inhibisi, melarikan diri dari masalah,
menghindar, hiperventilasi dan sangat waspada.


Universitas Sumatera Utara

3. Respon kognitif
Respon kecemasan pada kognitif adalah perhatian terganggu, konsentrasi buruk,
pelupa, salah dalam memberikan penilaian, preokupasi, hambatan berfikir, lapang
persepsi menurun, keativitas menurun, produktifitas menurun, bingung, sangat
waspada, kesadaran diri, kehilangan objektivitas, takut kehilangan kendali, takut
pada gambar visual, takut cidera atau kematian, kilas balik, mimpi buruk.
4. Respon afektif
Respon kecemasan pada afektif adalah mudah terganggu, tidak sabar, gelisah,
tegang, gugup, ketakutan, waspada, kengerian, kekhawatiran, kecemasan, mati
rasa, rasa bersalah, dan malu. Menurut suliswati (2005) respons afektif klien akan
mengekspresikan dalam bentuk kebingungan dan curiga berlebihan sebagai reaksi
emosi terhadap kecemasan.

2.3 Faktor-Faktor yang Memengaruhi Kecemasan
Menurut Trismiati (2006) kecemasan yang terjadi akan direspon secara
spesifik dan berbeda oleh setiap individu. Hal ini dipengaruhi oleh dua faktor yaitu:
1. Faktor Internal

a. Pengalaman
Menurut Horney dalam Trismiati (2006), sumber-sumber ancaman yang dapat
menimbulkan kecemasan tersebut bersifat lebih umum. Penyebab kecemasan
menurut Horney, dapat berasal dari berbagai kejadian di dalam kehidupan
atau dapat terletak di dalam diri seseorang, misalnya seseorang yang memiliki

Universitas Sumatera Utara

pengalaman dalam menjalani suatu tindakan maka dalam dirinya akan lebih
mampu beradaptasi atau kecemasan yang timbul tidak terlalu besar.
b. Pendidikan
Menurut Nursalam (2003) pendidikan berarti bimbingan yang diberikan oleh
seseorang terhadap perkembangan orang lain menuju kearah suatu cita-cita
tertentu. Tingkat pendidikan seseorang atau individu akan berpengaruh
terhadap kemampuan berfikir, semakin tinggi tingkat pendidikan akan
semakin mudah berfikir rasional dan menangkap informasi baru termasuk
dalam menguraikan masalah yang baru. Makin tinggi tingkat pendidikan
seseorang, semakin mudah pula dalam menerima informasi sehingga semakin
benyak pula pengetahuan yang dimiliki. Sebaliknya pendidikan yang kurang
akan menghambat perkembangan sikap seseorang terhadap nilai yang baru

diperkenalkan.
c. Tingkatan Pengetahuan atau Informasi
Pengetahuan atau informasi merupakan fungsi penting untuk membantu
mengurangi rasa cemas.Pengetahuan adalah hasil dari tahu dan ini terjadi
setelah orang melakukan pengindraan terhadap subyek tertentu. Semakin
banyak pengetahuan yang dimiliki, seseorang akan mengetahui mekanisme
yang akan digunakan untuk mengatasi kecemasannya (Notoatmodjo, 2003)..
d. Usia
Menurut Nursalam (2003), umur adalah usia individu yang terhitung mulai
saat dilahirkan sampai saat berulang tahun. Semakin cukup umur, tingkat

Universitas Sumatera Utara

kematangan dan kekuatan sesorang akan lebih matang dalam berfikir dan
bekerja. Dari segi kepercayaan masyarakat seseorang yang lebih dipercaya
dari orang yang belum cukup tinngi kedewasaannya. Hal ini sebagai akibat
dari pengalaman dan kematangan jiwanya. Seseorang yang mempunyai usia
lebih muda ternyata lebih mudah mengalami gangguan kecemasan dari pada
seseorang yang lebih tua, tetapi ada juga yang berpendapat sebaliknya (Stuart,
2006).

2. Faktor Eksternal
a. Dukungan Keluarga
Adanya dukungan keluarga akan menyebabkan seorang lebih siap dalam
menghadapi permasalahan.
b. Kondisi Lingkungan
Kondisi lingkungan sekitar ibu dapat menyebabkan seseorang menjadi lebih
kuat dalam menghadapi permasalahan, misalnya lingkungan pekerjaan atau
lingkungan bergaul yang tidak memberikan cerita negatif tentang efek negatif
suatu permasalahan menyebabkan seseorang lebih kuat dalam menghadapi
permasalahan.
Menurut Stuart (2006), faktor-faktor yang mempengaruhi kecemasan adalah:
1. Faktor predisposisi
a. Teori Psikoanalitis
Ansietas adalah konflik emosional yang terjadi antara dua elemen
kepribadian: id dan superego. Id mewakili dorongan insting dan impuls

Universitas Sumatera Utara

primitif, sedangkan superego mencerminkan hati nurani dan dikendalikan oleh
norma budaya. Ego atau aku, berfungsi menengahi tuntutan dua elemen yang

bertentangan tersebut, dan fungsi ansietas adalah mengingatkan ego bahwa
ada tanda bahaya.
b. Teori Interpersonal
Ansietas terjadi dari ketakutan akan penolakan interpersonal. Hal ini juga
dihubungkan dengan trauma pada masa pertumbuhan, seperti kehilangan,
perpisahan yang menyebabkan seseorang menjadi tidak berdaya, individu
yang mempunyai harga diri rendah biasanya sangat mudah untuk mengalami
ansietas yang berat.
c. Faktor Perilaku
Ansietas merupakan hasil frustasi yaitu segala sesuatu yang mengganggu
kemampuan seseorang untuk mencapai tujuan yang diinginkan.
2. Faktor Presipitasi
Kecemasan adalah keadaan yang tidak dapat dielakan pada kehidupan manusia
dalam memelihara keseimbangan. Pengalaman ansietas seseorang tidak sama
pada beberapa situasi dan hubungan interpersonal. Ada 2 faktor yang
mempengaruhi kecemasan, yaitu :
a. Faktor eksternal :
1) Ancaman integritas diri,
Meliputi ketidakmampuan fisiologis atau gangguan terhadap kebutuhan
dasar (penyakit, trauma fisik, pembedahan yang akan dilakukan).


Universitas Sumatera Utara

2) Ancaman sistem diri antara lain : ancaman terhadap identitas diri, harga
diri dan hubungan interpersonal, kehilangan serta perubahan status/peran
(Stuart & Sundeen, 1998).
b. Faktor internal:
Menurut Stuart & Sundeen (1998) kemampuan individu dalam merespon
terhadap penyebab kecemasan ditentukan oleh :
1) Potensi stressor
Stressor psikososial merupakan setiap keadaan atau peristiwa yang
menyebabkan perubahan dalam kehidupan seseorang sehingga orang itu
terpaksa mengadakan adaptasi.
2) Maturitas Individu
Seseorang yang memiliki kematangan kepribadian lebih sukar mengalami
gangguan akibat kecemasan, karena individu yang matur mempunyai daya
adaptasi yang lebih besar terhadap kecemasan.
3) Pendidikan dan Status Ekonomi
Tingkat pendidikan dan status ekonomi yang rendah pada seseorang akan
menyebabkan orang tersebut mudah mengalami kecemasan. Tingkat

pendidikan

seseorang

atau

individu

akan

berpengaruh

terhadap

kemampuan berfikir, semakin tinggi tingkat pendidikan akan semakin
mudah berfikir rasional dan menangkap informasi baru termasuk dalam
menguraikan masalah yang baru.

Universitas Sumatera Utara

4) Keadaan fisik
Seseorang yang mengalami gangguan fisik seperti cidera, operasi akan
mudah mengalami kelelahan fisik sehingga lebih mudah mengalami
kecemasan, disamping itu orang yang mengalami kelelahan fisik lebih
mudah mengalami kecemasan.
5) Tipe kepribadian
Orang yang berkepribadian A lebih mudah mengalami gangguan akibat
kecemasan daripada orang dengan kepribadian B. Adapun ciri-ciri orang
dengan kepribadian A adalah tidak sabar, kompetitif, ambisius, ingin serba
sempurna, merasa diburu-buru waktu, mudah gelisah, tidak dapat tenang,
mudah tersinggung, otot-otot mudah tegang.Sedangkan orang dengan
kepribadian B mempunyai ciri-ciri yang berlawanan dengan tipe
kepribadian A. Karena orang dengan tipe kepribadian B adalah orang yang
penyabar, tenang, teliti, dan rutinitas.
6) Lingkungan dan situasi
Seseorang yang berada di lingkungan asing ternyata lebih mudah
mengalami kecemasan dibanding bila dia berada di lingkungan yang biasa
dia tempati.
7) Umur
Seseorang yang mempunyai umur lebih muda ternyata lebih mudah
mengalami gangguan akibat kecemasan dari pada seseorang yang lebih
tua, tetapi ada juga yang berpendapat sebaliknya.(Stuart, 2006)

Universitas Sumatera Utara

2.4 Tingkat Kecemasan
1. Kecemasan Ringan
Berhubungan dengan ketegangan akan peristiwa kehidupan sehari-hari. Pada
tingkat ini lapangan persepsi melebar dan individu akan berhati-hati dan
waspada. Individu terdorong akan menghasilkan pertumbuhan dan kreatifitas.
2. Kecemasan Sedang
Memungkinkan seseorang untuk memusatkan pada hal yang penting dan
mengesampingkan hal yang lain. Sehingga seseorang mengalami tidak
perhatian yang selektif namun dapat melakukan sesuatu yang lebih banyak
jika diberi arahan.
3. Kecemasan Berat
Lapangan persepsi menjadi sangat sempit, individu cenderung memikirkan hal
yang kecil saja dan mengabaikan hal lain. Individu tidak mampu lagi berfikir
realistis dan membutuhkan banyak pengarahan untuk memusatkan perhatian
pada area lain.
4. Panik
Tingkat panik dari kecemasan berhubungan dengan terpengarah, ketakutan
dan teror. Karena mengalami kehilangan kendali, individu yang mengalami
panik tidak mampu.
Menurut Stuart dan Sundden (2006), tingkat kecemasan dapat dibagi menjadi
4 (empat) yang dialami oleh individu, yaitu :

Universitas Sumatera Utara

1. Kecemasan Ringan
Berhubungan dengan ketegangan dalam kehidupan sehari-hari dan menyebabkan
seseorang menjadi waspada dan meningkatkan area persepsinya. Kecemasan
dapat memotivasi belajar dan menghasilkan pertumbuhan dan beraktivitas.
2. Kecemasan Sedang
Memungkinkan

seseorang

untuk

memustakan

pada

hal

penting

dan

mengesampingkan yang lain, sehingga seseorang mengalami perhatian yang
selektif, namun dapat melakukan sesuatu yang terarah.
3. Kecemasan Berat
Sangat mengurangi area persepsi seseorang, seseorang cenderung untuk
memusatkan pada sesuatu yang terinci dan spesifik dan tidak dapat berfikir
tentang hal lain. Semua perilaku ditunjukkan untuk mengurangi ketegangan.
Individu tersebut memerlukan banyak pengarahan untuk dapat memusatkan pada
sesuatu yang lain.
4. Kecemasan Panik
Berhubungan dengan pengaruh ketakutan dan teror. Rincian berpecah dari
preposinya. Karena mengalami kehilangan kendali orang yang mengalami penik
tidak mempu melakukan sesuatu walau dengan pengarahan, panik melibatkan
disorganisasi kepribadian. Bila panik terjadi peningkatan aktivitas motorik,
menurunnya kemampuan untuk berhubungan dengan orang lain, persepsi yang
menyimpang dan kehilangan pemikiran yang rasional melakukan sesuatu
walaupun dengan pengarahan. Panik melibatkan disorganisasi kepribadian dan

Universitas Sumatera Utara

terjadi peningkatan aktivitas motorik, menurunnya kemampuan berhubungan
dengan orang lain, persepsi yang menyimpang dan kehilangan pemikiran yang
rasional (Dalami, 2009).

2.5 Remaja
2.5.1

Pengertian Remaja
Remaja bersal dari bahasa latin “ adolescere” yang berarti tumbuh atau

tumbuh menjadi dewasa. Istilah adolescence yang berasal dari bahasa Inggris, saat ini
mempunyai arti yang cukup luas mencakup kematangan mental, sosial dan fisik
(Proverawati dan Misaroh 2014).
Menurut WHO, disebut remaja apabila anak telah mencapai usia 10-18 tahun.
Menurut Undang-undang No. 4 tahun 1997 mengenai kesejahteraan anak, remaja
adalah individu yang belum mencapai usia 21 tahun dan belum menikah. Menurut
Undang-undang Perkawinan No. 1 tahun 1974, anak dianggap remaja apabila cukup
matang untuk menikah yaitu usia 16 tahun untuk anak perempuan dan 19 tahun untuk
anak laki-laki (Proverawati dan Misaroh 2014).
2.5.2

Ciri-ciri Umum Masa Remaja

a. Sebagai Periode Peralihan
Peralihan adalah proses perkembangan dari satu tahap ke tahap berikutnya. Apa
yang tertinggal pada satu tahap akan memberikan dampak di masa yang akan
datang. Osterrieth mengatakan bahwa, struktur psikis dari remaja ialah kelanjutan
dari perkembangan masa pubertas.

Universitas Sumatera Utara

b. Periode Mencari Identitas Diri
Remaja selalu mencari identitas diri guna menjelaskan siapa dirinya, apa
peranannya, apakah dia masih kanak-kanak atau telah menjadi orang dewasa,
apakah siap menjadi suami atau istri, apakah percaya diri dengan latar belakang
berbeda (Pieter dan Namora, 2011).
2.5.3

Ciri-ciri Perubahan Masa Remaja

a. Perkembangan Nonfisik
Pieter & Namora (2011), masa remaja menurut ciri perkembangannya dibagi
menjadi 3 tahap yaitu:
1) Masa remaja awal (10-12 tahun), dengan ciri yaitu ingin bebas, lebih dekat
dengan teman sebaya, mulai berfikir abstrak, lebih banyak memperhatikan
keadaan tubuhnya.
2) Masa remaja tengah (13-15 tahun), dengan ciri yaitu mencari identitas diri,
timbul keinginan untuk berkencan, berkhayal tentang aktivitas seksual,
mempunyai rasa cinta yang mendalam.
3) Masa remaja akhir (16-19 tahun), dengan ciri yaitu mampu berfikir abstrak,
lebih selektif dalam mencari teman sebaya, mempunyai citra jasmani dirinya,
dapat mewujudkan rasa cinta, pengungkapan kebebasan diri.
b. Perubahan Fisik
Pieter dan Namora (2011), perubahan fisik yang akan dialami pada masa remaja
yaitu terbagi dalam 2 perubahan, yaitu :

Universitas Sumatera Utara

1) Perubahan Eksternal
a) Tinggi dan Berat Badan
Penambahan tinggi badan remaja putri rata-rata pada usia 17-18 tahun dan
penambahan tinggi remaja putra kira-kira pada usia 18-19 tahun. Sementara
untuk perubahan berat badan remaja mengikuti jadwal yang sama dengan
tinggi.
b) Organ Seks dan Ciri-ciri Sekunder
Perkembangan organ-organ seksual akan mencapai ukuran yang matang
ketika masa remaja akhir namun fungsinya belumlah matang hingga
beberapa tahun. Untuk perkembangan ciri-ciri seks sekunder akan matang
pada remaja akhir.
c) Proporsi Tubuh
Beberapa bagian anggota tubuh secara perlahan-lahan akan mencapai
perbandingan proporsi tubuh yang lebih seimbang, dimana badan akan
melebar dan memanjang sehingga bentuk tubuh mereka tidak lagi kelihatan
panjang seperti masa pubertas.
2) Perubahan Internal
a) Sistem Pencernaan
Usus bertambah panjang dan besar, otot-otot perut dan dinding usus menjadi
lebih kuat dan tebal. Kondisi ini juga diikuti dengan bertambah beratnya hati
dan kerongkongan yang semakin memanjang.

Universitas Sumatera Utara

b) Sistem Peredaran Darah Dan Pernafasan
Remaja memasuki usia 17-18 tahun perkembangan jantung sangat cepat.
Panjang dan tebal dinding pembuluh darah akan meningkat dan mencapai
kematangan seiring dengan bertambah matangnya kekuatan otot-otot
jantung. Bagi remaja perempuan kapasitas paru-paru akan meningkat ketika
usia 17 tahun dan lebih cepat matang dibandingkan dengan kematangan
paru-paru remaja putra.
c) Sistem Endokrin dan Jaringan Tubuh
Pada masa remaja sistem kerja gonad meningkat yang dapat menyebabkan
terjadinya ketidakseimbangan sementara pada seluruh sistem endokrin.
Kondisi ini menyebabkan kelenjar seksual berkembang pesat dan semakin
berfungsi hingga tahap remaja akhir dan dewasa awal. Untuk jaringan otot
dan tulang terus berkembang pesat dan akan berhenti ketika usia 18 tahun.
3) Perubahan Kejiwaan
Perubahan kejiwaan yang dialami remaja meliputi :
1) Perubahan emosi yaitu : sensitif (mudah menangis, cemas, tertawa dan
frustasi), mudah bereaksi terhadap rangsangan dari luar, agresif sehingga
mudah berkelahi.
2) Perkembangan inteligensia yaitu : mampu berfikir abstrak dan senang
memberi kritik, ingin mengetahui hal-hal yang baru sehingga muncul
perilaku ingin mencoba hal yang baru (Pieter dan Namora, 2011).

Universitas Sumatera Utara

4) Perkembangan Seksualitas
Menurut Monks (2002), perkembangan seksualitas pada remaja yaitu :
1) Tanda-tanda kelamin primer : menujuk pada organ badan yang
langsung berhubungan dan proses reproduksi. Jadi pada anak wanita
hal tadi adalah rahim dan saluran telur, vagina, bibir kemaluan, klitoris
serta terjadinya menarche. Dan pada anak laki-laki yaitu penis, testis,
scrotum serta mimpi basah.
2) Tanda-tanda kelamin sekunder : tanda-tanda jasmaniah yang tidak
langsung berhubungan dengan bersetubuhan dan proses reproduksi,
namun merupakan tanda-tanda yang khas wanita dan khas laki-laki.
Contoh pada wanita yaitu pertumbuhan rambut yang pada wanita
terbatas pada kepala, ketiak, dan alat kemaluan.
Panggul melebar dan tumbuhnya payudara. Pada laki-laki yaitu bahu
yang lebar, pertumbuhan kumis, janggut, rambut pada dada, dan
timbulnya pergantian suara.
3) Tanda-tanda kelamin tersier, antara lain : motorik anak mulai berubah,
mulai tahu menghias diri, mulai percaya pada dirinya sendiri,
perkembangan tubuhnya mencapai kesempurnaan dan kembali
harmonis.

Universitas Sumatera Utara

2.6 Menarche
2.6.1

Pengertian
Menarche adalah periode menstruasi yang pertama terjadi pada masa pubertas

seorang wanita.
Pearce (1999, dalam Proverawati dan Misaroh, 2014) menarche adalah
sebagai permulaan menstruasi pada seseorang gadis pada masa pubertas, yang
biasanya muncul pada usia 11-14 tahun.
Menurut Konopaka (1976, dalam Monks (2002) adalah ukuran yang baik
karena hal itu menentukan salah satu ciri kemasakan seksual yang pokok, yaitu suatu
disposisi untuk konsepsi dan melahirkan. Disamping itu menarche juga merupakan
manifestasi yang jelas meskipun pada permulaannya masih terjadi perdarahan sedikit.
Masa menstruasi adalah masa perdarahan yang terjadi pada wanita secara
rutin setiap bulan terkecuali terjadi kehamilan (Pieter dan Namora, 2011).
2.6.2

Saat Menstruasi Pertama Datang
Perasaan bingung, gelisah, tidak nyaman selalu menyelimuti perasaan

seseorang wanita yang mengalami menstruasi untuk pertama kali (menarche).
Menarche adalah suatu hal yang wajar dialami oleh wanita normal dan tidak perlu

digelisahkan. Namun hal ini akan semakin parah apabila pengetahuan remaja
mengenai menstruasi ini kurang dan pendidikan dari orang tua yang kurang
(Proverawati dan Misaroh, 2014).

Universitas Sumatera Utara

Gejala menjelang menstuasi terjadi hampir di seluruh bagian tubuh dan
berbagai sistem yang ada dalam tubuh, antara lain yaitu adanya perubahan berat
badan, rasa nyeri di payudara, sakit pinggang, sakit kepala, pegal linu, dismenorea
kongestif, perubahan nafsu makan, mucul jerawat, perubahan tidur, mual-mual dan
kembung, mudah marah, dan timbul perasaan malas (Pieter dan Namora, 2011).
Berbagai perubahan selama pubertas bersamaan dengan terjadinya menarche
meliputi thelarche (perkembangan payudara) terjadi pada awal usia

Dokumen yang terkait

Faktor-faktor yang berhubungan dengan tingkat kecemasan remaja putri saat mengai menarche di SMP Jaya Krama Kec.Biringin Kab.Deli serdang Tahun 2016

0 0 18

Faktor-faktor yang berhubungan dengan tingkat kecemasan remaja putri saat mengai menarche di SMP Jaya Krama Kec.Biringin Kab.Deli serdang Tahun 2016

0 0 2

Faktor-faktor yang berhubungan dengan tingkat kecemasan remaja putri saat mengai menarche di SMP Jaya Krama Kec.Biringin Kab.Deli serdang Tahun 2016

0 0 8

Faktor-faktor yang berhubungan dengan tingkat kecemasan remaja putri saat mengai menarche di SMP Jaya Krama Kec.Biringin Kab.Deli serdang Tahun 2016

0 0 38

Faktor-faktor yang berhubungan dengan tingkat kecemasan remaja putri saat mengai menarche di SMP Jaya Krama Kec.Biringin Kab.Deli serdang Tahun 2016

0 4 3

Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Tingkat Kecemasan Remaja Putri Saat Mengalami Menarche di SMP Jaya Krama Kecamatan Beringin Kabupaten Deli Serdang Tahun 2016

0 0 18

Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Tingkat Kecemasan Remaja Putri Saat Mengalami Menarche di SMP Jaya Krama Kecamatan Beringin Kabupaten Deli Serdang Tahun 2016

0 0 2

Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Tingkat Kecemasan Remaja Putri Saat Mengalami Menarche di SMP Jaya Krama Kecamatan Beringin Kabupaten Deli Serdang Tahun 2016

0 0 8

Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Tingkat Kecemasan Remaja Putri Saat Mengalami Menarche di SMP Jaya Krama Kecamatan Beringin Kabupaten Deli Serdang Tahun 2016

0 1 3

Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Tingkat Kecemasan Remaja Putri Saat Mengalami Menarche di SMP Jaya Krama Kecamatan Beringin Kabupaten Deli Serdang Tahun 2016

0 0 35