Kadar Trigliserida pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara yang Obesitas dan Non-obesitas Tahun 2016

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Obesitas
2.1.1 Defenisi Obesitas
Obesitas adalah deposit atau akumulasi jaringan lemak yang berlebihan
didalam tubuh.1 Obesitas dapat juga diartikan sebagai suatu kondisi abnormal atau
peningkatan akumulasi lemak dalam

tubuh yang berisiko bagi kesehatan.2

Obesitas dinilai paling mudah dengan berat badan dan tinggi badan, yaitu dengan
cara menghubungkan berat badan dengan rentang tinggi badan rata-rata dan umur
disebut pengukuran antropometri. Secara alternatif, antropometri dapat digunakan
untuk menilai derajat lemak.3 Indeks Massa Tubuh (IMT) merupakan salah satu
indikator status gizi yang diperoleh dari perbandingan berat badan dalam kilogram
(kg) dan tinggi badan dalam meter kuadrat (m2).9 Indeks massa tubuh digunakan
sebagai alat skrining masalah berat badan pada anak.10 Setelah dilakukan
pengukuran berat badan dan tinggi badan anak, Grafik WHO 2006 digunakan
untuk usia 0-2 tahun kemudian untuk anak yang berusia lebih dari 2 tahun kita
dapat memplot hasil IMT pada kurva cdc BMI-for-age growth chart yang
dibedakan berdasarkan jenis kelamin.11,12 Sedangkan perhitungan IMT pada orang

dewasa berbeda oleh karena kriteria IMT pada anak maupun remaja spesifik
terhadap umur dan jenis kelamin. Umur dan jenis kelamin pada anak dan remaja
dipertimbangkan karena jumlah lemak tubuh akan berubah sesuai dengan usia dan
jenis kelamin yang berbeda antara laki-laki dan perempuan. Central for Disease
Control and Prevention (CDC) dan American Academy Pediatrics (AAP)
merekombinasikan perhitungan IMT dimulai sejak umur 2 tahun untuk skrining
overweight obesitas pada anak.10

Universitas Sumatera Utara

6

Tabel 2.1 Dasar pemilihan penggunaan grafik IMT sesuai usia.
Usia

Grafik IMT yang dipakai

Alasan

0-2 tahun


WHO 2006

Grafik IMT (CDC
2000) tidak tersedia
untuk
usia

klasifikasi
dibawah

2

tahun
2-18 tahun

CDC 2000

Dengan
menggunakan grafik

IMT

CDC

2000

persentil 95, deteksi
dini obesitas dapat
ditegakkan

Grafik IMT CDC 2000 ambang bata yang digunakan untuk kategori overweight
adalah diatas P85-P95 sedangkan untuk kategori obesitas adalah jika lebih besar dari
P95 grafik CDC 2000.13

Universitas Sumatera Utara

7

Gambar 2.1 Kurva CDC BMI-for-age growth chart


Universitas Sumatera Utara

8

Gambar 2.2 Kurva CDC BMI-for-age growth chart

Universitas Sumatera Utara

9

Untuk mengetahui nilai IMT pada orang dewasa, dapat dihitung dengan rumus
berikut:
Berat Badan (Kg)
IMT

= -------------------------------------------------------

Tinggi Badan (m) X Tinggi Badan (m)
Batas ambang IMT ditentukan dengan merujuk ketentuan Food and Agriculture
Organization (FAO)/WHO, yang membedakan batas ambang untuk laki-laki dan

perempuan. Dengan ketentuan

bahwa batas ambang normal untuk laki-laki

adalah: 20,1–25,0; dan untuk perempuan adalah : 18,7-23,8. Untuk kepentingan
pemantauan dan tingkat kegemukan ataupun tingkat defesiensi kalori lebih lanjut,
FAO/WHO merekombinasikan menggunakan satu batas ambang antara laki-laki
dan perempuan. Ketentuan yang digunakan adalah menggunakan ambang batas
laki-laki untuk kategori kurus tingkat berat dan menggunakan ambang batas pada
perempuan untuk kategori gemuk tingkat berat. Untuk kepentingan Indonesia,
batas ambang dimodifikasi lagi berdasarkan pengalaman klinis dan hasil
penelitian dibeberapa negara berkembang.

Pada akhirnya dapat disimpulkan,

batas ambang IMT untuk Indonesia adalah sebagai berikut:
Tabel 2.2 IMT berdasarkan WHO 2000
Kategori
Kurus


IMT

Kekurangan berat badan tingkat berat

< 17,0

Kekurangan berat badan tingkat ringan

17,0 – 18,4

Normal
Gemuk

18,5 – 25,0
Kelebihan berat badan tingkat ringan

25,1 – 27,0

Kelebihan berat badan tingkat berat


> 27,0

Universitas Sumatera Utara

10

Jika seseorang termasuk kategori :
1. IMT < 17,0: keadaan orang tersebut disebut kurus dengan kekurangan berat
badan tingkat berat atau Kurang Energi Kronis (KEK) berat.
2. IMT 17,0 – 18,4: keadaan orang tersebut disebut kurus dengan kekurangan
berat badan tingkat ringan atau KEK ringan.14
Tabel 2.3 Kategori Status Berat dengan Jangkauan Persentil (CDC,2011).
Kategori Status Berat

Jangkauan Persentil

Underweigth

< Persentil ke-50


Healthy weigth

Persentil ke-50 - < Persentil ke-85

Overweigth

Persentil ke-85 - < Persentil ke-95

Obesitas

≥ Persentil ke-95

2.2 Faktor Risiko Obesitas
2.2.1 Jenis Kelamin
Obesitas lebih sering dijumpai pada wanita terutama remaja, hal ini
dikarenakan oleh pengaruh faktor endokrin dan perubahan hormon.15 Dalam
sebuah studi penelitian dimana berat badan diamati

pada 2 periode dengan


rentang perbedaan diantara 2 periode tersebut adalah 5 tahun (usia 20-29 tahun
dan usia 25-34 tahun) dan menunjukkan hasil 42% laki-laki dan 56% perempuan
mengalami kenaikan berat badan lebih dari 5 kg. Hal ini menunjukkan adanya
hubungan rata-rata peningkatan % tubuh dari + 7,6% pada laki-laki dan + 5,9%
pada perempuan serta lingkar pinggang 10,2 cm pada laki-laki dan 7,7 cm pada
perempuan.16

Universitas Sumatera Utara

11

2.2.2 Umur
Obesitas yang muncul pada tahun pertama kehidupan biasanya disertai
dengan perkembagan rangka yang cepat.15 Menurut Dietz , ada empat periode
kritis terjadinya obesitas yaitu : masa pre-natal (terutama trimester 3 kehamilan),
masa bayi, masa adiposity rebound (normal pada usia 5-7 tahun) dan masa remaja
(berhubungan dengan masa pubertas). Keempat periode tersebut ditandai
perubahan pertumbuhan distribusi jaringan adiposa yang normal. Gizi

yang


dikonsumsi secara berlebih artinya ketidakseimbangan antara kalori yang masuk
dan keluar pada salah satu periode diatas akan menyebabkan kegemukan yang
fisiologis.15,17 Penentuan waktu mulai terjadinya penambahan atau kenaikan berat
badan mempunyai peranan terhadap onset dan menetapnya obesitas. Namun,
obesitas yang terjadi pada masa remaja, 30% akan berlanjut sampai dewasa
menjadi obesitas persisten. Menurut Spear, lonjakan yang tiba-tiba berhubungan
dengan perubahan hormonal, kognitif dan emosional yang menciptakan
kebutuhan kebutuhan khusus pada masa remaja adalah masa terjadinya perubahan
yang dramatik dalam kehidupan setiap manusia. Pertumbuhan yang relatif sama
pada masa kanak-kanak secara tiba-tiba berubah ditandai dengan adanya suatu
peningkatan kecepatan pertumbuhan.15 Sebuah studi menemukan bahwa pada 22
negara berpenghasilan rendah dan menengah diantara 15.746 mahasiswa dengan
usia rata-rata 20.8 tahun dari 22 universitas diperoleh hasil dari total keseluruhan
22% dewasa muda mengalami overweight atau obesitas dengan persentasi lakilaki lebih besar yaitu 24.7% dibandingkan pada perempuan sebesar 19.3%. Usia
rata rata penderita overweight atau obesitas pada laki-laki lebih muda sekitar 1619 tahun dibanding dengan perempuan yang memiliki usia 22 tahun atau lebih.16

2.2.3 Faktor Genetik
Parental Fatness adalah fakor yang berpengaruh besar dalam kejadian
obesitas pada anak. Bila kedua orang tua obesitas maka 80% anak akan

mengalami obesitas. Bila salah satu orangtua obesitas kejadian obesitas pada anak
menjadi 40% dan bila kedua orang tua tidak obesitas kejadian obesitas turun
relatif kecil menjadi 14%.15

Universitas Sumatera Utara

12

2.2.4 Metabolik Basal
Metabolik basal adalah metabolisme yang dilakukan oleh organ-organ
tubuh pada kondisi istirahat total (tidur). Kecepatan metabolisme setiap individu
berbeda-beda, individu yang memiliki laju metabolisme yang lambat cenderung
mengalami kegemukan atau lebih gemuk dibanding individu yang memiliki laju
metabolisme basal yang tinggi.15

2.2.5 Faktor Lingkungan
Dewasa muda (18-25 tahun) rentan terhadap kelebihan berat badan dan
obesitas selama masa transisi dari remaja ke dewasa. Banyak orang dewasa muda
mengalami perubahan gaya hidup yang signifikan oleh karena pergeseran sosial
ekonomi serta adopsi budaya hidup barat terutama pada negara-negara maju yang
secara khusus dipengaruhi oleh sosial dan faktor-faktor lingkungan. Seperti
kemandirian finansial, ketersediaan dan meningkatnya jumlah makanan cepat saji
seperti makanan tinggi lemak, tinggi kalori serta minuman

manis sehingga

menjadikan remaja dan dewasa muda cenderung mempunyai kebiasaan kearah
yang tidak sehat.18 Remaja belum memiliki pemikiran yang matang sehingga
sangat mudah dipengaruhi lingkungan. Kesibukan menjadi faktor remaja untuk
memilih makan diluar atau memakan cemilan (jajanan). Lebih jauh lagi kebiasaan
ini dipengaruhi keluarga, teman dan terutama iklan di televisi. Teman sebaya
memberi kontribusi besar dalam mempengaruhi dalam memilih jenis makanan
pada remaja. Ketidakpatuhan dianggap menjadi masalah karena dikhawatirkan
dirinya akan dikucilkan dan akan merusak kepercayaan dirinya.15

2.2.6 Aktivitas Fisik
Aktivitas fisik menurut BPS (Badan Pusat Statistika) merupakan
pergerakan anggota tubuh yang menyebabkan pembakaran kalori yang dilakukan
minimal 30 menit berturut untuk memelihara kesehatan fisik dan mental serta
mempertahankan kualitas hidup agar tetap bugar dan sehat setiap hari.18 Aktivitas
fisik yang kurang menimbulkan kurangnya pembakaran energi oleh tubuh
sehingga energi yang berlebih akan disimpan dalam bentuk lemak dalam tubuh.

Universitas Sumatera Utara

13

Penyimpanan berlebihan akan mengakibatkan obesitas. Center Disease Control
and Prevention menyatakan pola makan yang tidak seimbang yaitu antara jumlah
kalori yang dikonsumsi dengan penggunaan kalori untuk aktivitas fisik
mengakibatkan ketidakseimbangan energi sehingga dapat meningkat resiko
terjadinya obesitas. Dari hasil analisis sebuah penelitian di Manado, ditemukan
subjek penelitian pada kelompok kasus obesitas sebesar 92.68 % dengan aktivitas
ringan sebanyak 38 orang. Sedangkan kelompok kontrol tidak obesitas dengan
aktivitas sedang sebesar 82.93% sebanyak 434 orang. Dan hasil uji chi squre (x2)
diperoleh nilai Odds Ratio = 0.016 CI (0.004-0.068). Hal ini menunjukkan bahwa
aktivitas fisik merupakan faktor resiko terhadap kejadian obesitas. Dimana remaja
dengan aktivitas ringan berisiko 0.016 kali menjadi obesitas, dibanding dengan
remaja dengan aktivitas fisik sedang.

Analisa dengan taraf signifikan 95%

diperoleh nilai p< 0,05 (0,000).19

2.2.7 Pola Makan
Makan 3 kali sehari merupakan pola makan orang Indonesia pada umumnya
yaitu sarapan dipagi hari, makan siang dan makan malam. Konsumsi makanan
yang kurang baik secara jumlah (kuantitatif) maupun kualitas dapat menimbulkan
gangguan proses metabolime tubuh hingga mengarah timbulnya penyakit.
Makanan dibutuhkan untuk proses pertumbuhan dan perkembangan khususnya
pada masa remaja. Diet yang tidak adekuat merupakan masalah umum pada
remaja terutama bagi kaum wanita. Gizi yang tidak adekuat akan menyebabkan
masalah kesehatan yang akan mengikuti sepanjang hidup. Gizi yang kurang pada
masa remaja berkaitan erat dengan beberapa faktor termasuk faktor emosi yang
tidak stabil, keinginan menjadi kurus yang tidak tepat serta ketidakstabilan gaya
hidup dan lingkungan sosial secara umum.
Perilaku-perilaku spesifik yang umumnya dilakukan oleh remaja hingga
menimbulkan masalah gizi pada remaja wanita:
1. Kurang didampingi dalam memilih makanan yang dikonsumsi.
2. Kurang perhatian dalam memilih makanan yang dikonsumsi diluar rumah.
3. Kurangnya waktu untuk mengkonsumsi makanan secara teratur.

Universitas Sumatera Utara

14

4. Setiap hari melewatkan waktu makan satu kali atau lebih.
5. Pemilihan makanan selingan antara rentang jam makan yang kurang atau
tidak tepat.
6. Perhatian terhadap makanan tertentu yang menyebabkan jerawat.
7. Takut mengalami obesitas.
8. Tidak mau minum susu.
9. Mulai mengkonsumsi alkohol.
Disamping itu remaja juga memiliki kebiasaan makan cemilan diluar jam
makan. Gaya hidup duduk lama sambil ngemil makanan tinggi kalori dan lemak
serta rendah gizi dan kurang serat menjadi faktor penunjang kelebihan berat
badan.15

2.3 Trigliserida
Trigliserida adalah sebuah molekul lemak yang terdiri dari senyawa
gliserol dan 3 asam lemak yang diproduksi oleh hati.20 Obesitas, merokok,
aktifitas fisik yang kurang aktif, diet tinggi karbohidrat, konsumsi alkohol
berlebih merupakan faktor-faktor yang menyebabkan peningkatan kadar
trigliserida.7 Trigliserida juga berperan sebagai molekul bahan bakar, asam lemak
disimpan dalam bentuk triasilgliserol yang berupa ester gliserol yang tidak
bermuatan digunakan dalam tubuh terutama untuk menyediakan energi. Tempat
utama penimbunan trigliserida adalah sitoplasma sel adiposa (sel lemak). Titiktitik trigliserida membentuk butiran besar yang mengisi hampir seluruh sel. Sel
adiposa dikhususkan untuk mensintesis dan penyimpanan trigliserida untuk
mobalisasi trigliserida

menjadi molekul bahan bakar untuk energi dan

dipindahkan oleh darah kedalam jaringan.21

2.3.1 Struktur Kimia Trigliserida
Berdasarkan sifat kimianya, gugus dasar lipid dari trigliserida dan
fosfolipid adalah asam lemak, yang terdiri dari hidrokarbon berantai panjang
asam organik. Sebuah asam lemak yang khas yaitu asam palmitat, adalah sebagai
berikut: CH3 (CH2) 14COOH. Trigliserida yang terdiri dari gliserol yang

Universitas Sumatera Utara

15

berikatan dengan 3 asam lemak. Ketiga asam lemak yang berikatan dengan
gliserol dapat sama maupun berbeda. Rumus kimia trigliserida adalah
RCOOCH2CH(OOC-R’)CH2-OOCR’’ dimana R,R’,R” adalah rantai alkil.1

Gambar 2.3 Struktur Kimia Trigliserida

Universitas Sumatera Utara

16

Pada tubuh manusia, lemak yang paling sering terdapat dalam trigliserida
adalah (1) asam stearat (ditunjukkan pada contoh tristearin), yang mempunyai
rantai karbon-18 yang sangat jenuh dengan atom hidrogen, (2) asam oleat, yang
juga mempunyai rantai karbon-18 tetapi mempunyai satu ikatan ganda dibagian
tengah rantai, dan (3) asam palmitat, yang mempunyai 16 atom karbon dan sangat
jenuh.21,22

2.3.2 Metabolisme Trigliserida
Orang dewasa mengonsumsi sekitar 60-150 gram lipid per hari. Lebih dari
90% lipid yang dikonsumsi adalah trigliserida. Sisanya mengandung kolesterol,
ester kolesterol, fosfolipid, dan asam lemak yang tidak mengalami esterifikasi.
Metabolisme lipid terdiri atas tiga jalur yaitu, eksogen, endogen dan reverse
cholesterol transport. Jalur eksogen dan endogen berhubungan dengan
metabolisme LDL dan trigliserida, sedangkan reverse cholesterol transport
mengenai metabolisme HDL.
Dalam jalur eksogen, pencernaan lipid dimulai di dalam lambung. Lipid
dikatalisis oleh lipase yang berasal dari lipase lingual (berada di belakang lidah).
Target utama enzim ini

adalah molekul triasilgliserol. Pada lambung

triasilgliserol didegradasi oleh lipase lambung. Kedua enzim ini relatif stabil
terhadap kondisi asam, dengan pH optimum 4 sampai 6. Selanjutnya di usus
halus metabolisme lipid yang terjadi diatur oleh kolesitokinin (CCK), enzim
pankreas, dan sekretin. Produk utama degradasi lipid pada usus halus adalah asam
lemak bebas, kolesterol bebas, dan 2-monoasilgliserol. Kemudian produk-produk
tersebut bersama dengan garam empedu membentuk misel campuran (mixed
micelles), yang merupakan kumpulan lipid amfipatik berbentuk cakram,
bercampur dengan gugus hidrofobik di bagian dalam dan hidrofilik di bagian luar,
sehingga penyerapan dapat terjadi pada membran brush border enterosit (sel
mukosa).
Campuran lipid yang telah diserap oleh enterosit bermigrasi ke retikulum
endoplasma. Asam lemak bebas akan diubah lagi menjadi triasilgliserol

Universitas Sumatera Utara

17

sedangkan kolesterol akan mengalami esterifikasi menjadi kolesterol ester. Lalu
kedua hasil ini bersama fosfolipid dan apoliprotein akan membentuk partikel
besar lipoprotein yang dikenal dengan kilomikron. Kilomikron ini akan masuk ke
saluran limfe dan akhirnya melalui duktus torasikus lalu masuk ke aliran darah.
Triasilgliserol dalam kilomikron akan mengalami hidrolisis oleh lipoprotein lipase
menjadi asam lemak bebas. Asam lemak bebas dapat disimpan sebagai
triasilgliserol kembali di jaringan lemak (adiposa), namun bila terdapat dalam
jumlah yang banyak sebagian akan diam bil oleh hepar atau hati menjadi bahan
untuk pembentukan triasilgliserol dihepar. Setelah hampir semua triasilgliserol
dihilangkan, sisa-sisa kilomikron yang mengandung kolesterol ester, fosfolipid,
apolipoprotein, akan dibawa ke hepar.
Pada metabolisme endogen triasilgliserol dan kolesterol disintesis di hepar
diangkut dan disekresi ke dalam sirkulasi dalam bentuk sebagai lipoprotein Very
Low Density Lipoprotein (VLDL). Triasilgliserol di VLDL akan dihidrolisis oleh
enzim lipoprotein lipase dalam sirkulasi. Kemudian VLDL akan berubah menjadi
Intermediate Density Lipoprotein (IDL), yang mengalami hidrolisis sehingga
menjadi LDL. Sebagian dari kolesterol VLDL, kolesterol IDL dan kolesterol LDL
akan mengangkut kolesterol ester kembali ke hepar. Sebagian kolesterol di LDL
akan dibawa ke hepar dan jaringan steroidogenik lain yang memiliki reseptor
untuk kolesterol LDL seperti ovarium, testis dan kelenjar adrenal. Sebagian dari
kolesterol LDL akan mengalami oksidasi dan ditangkap scavenger receptor A
(SR-A) di makrofag dan akan menjadi sel busa. Semakin banyak kadar kolesterol
LDL dalam plasma, maka akan semakin banyak mengalami oksidasi dan
ditangkap oleh sel makrofag. Meningkatnya jumlah small dense LDL pada
sindrom metabolik dan kadar kolesterol High Density Lipoprotein (HDL)
merupakan dua hal yang mempengaruhi tingkat oksidasi.23 (Gambar 2.4)

Universitas Sumatera Utara

18

Gambar 2.4 Proses Metabolisme Lipid Eksogen dan Endogen.
2.3.3 Biosintesis Trigliserida
Trigliserida harus dihidrolisis oleh lipase menjadi unsur pokoknya, yaitu
asam lemak dan gliserol sebelum dapat dikatabolisme lebih lanjut. Proses
hidrolisis (lipolisis) terjadi di jaringan adiposa disertai pembebasan asam lemak
bebas ke dalam plasma, tempat asam-asam ini berikatan dengan albumin serum.
Proses ini diikuti oleh penyerapan asam lemak bebas oleh jaringan (hati, jantung,
ginjal, otot, paru, testis, dan jaringan adiposa) tempat asam-asam ini dioksidasi
atau

mengalami

re-esterifikasi.

Zat-zat

penting,

seperti

triasilgliserol,

fosfatidilkolin, fosfatidiletanolamin, fosfatidilinositol, dan kardiolopin, yang
merupakan suatu unsur pokok membran mitokondria dibentuk dari gliserol-3fosfat. Pada tahap fosfatidat dan diasilgliserol, terbentuk titik-titik cabang yang
signifikan di jalur tersebut, dari dihidroksiaseton fosfat dihasilkan fosfogliserol
yang mengandung satu ikatan eter (-C-O-C-), yang paling dikenal adalah
plasmalogen dan Platelet Activating Factor (PAF). Gliserol 3-fosfat dan
dihidroksiaseton fosfat adalah zat-zat antara dalam glikolisis, dan menjadikan
keduanya penghubung yang sangat penting antara metabolisme karbohidrat dan
lipid. Fosfatidat adalah prekursor utama dalam biosintesis triasilgliserol.
Pengaktifan asam lemak oleh asilKoa sintetase berikatan dengan gliserol 3-fosfat
untuk membentuk fosfatidat (1,2-diasilgliserol fosfat) membentuk dua molekul
asil-Koa. Proses ini berlangsung dalam dua tahap, yang dikatalisis oleh gliserol-3-

Universitas Sumatera Utara

19

fosfat asiltransferase dan 1 -asilgliserol-3-fosfat asiltransferase. Fosfatidat diubah
oleh fosfatidat fosfohidrolase dan diasilgliserol transferase (DGAT) menjadi 1,2diasilgliserol dan kemudian triasilgliserol. tahap yang spesifik untuk sintesis
Diasilglierol

transferase

mengatalisis

satu-satunya

triasilgliserol.

Monoasilgliserol asiltransferase mengubah monoasilgliserol menjadi 1,2diasilgliserol pada jalur monoasilgliserol di mukosa usus halus. Aktivitas enzim
enzim ini sebagian besar dijumpai di retikulum endoplasma, tetapi sebagian
dijumpai di mitokondria. Fosfatidat fosfohidrolase terutama ditemukan di sitosol,
tetapi bentuk aktif ini terikat dengan membran. Pengaturan biosintesis
triasilgliserol didorong oleh ketersediaan asam lemak bebas. Asam-asam lemak
yang lolos dari oksidasi umumnya diubah menjadi fosfolipid, dan jika kebutuhan
ini telah terpenuhi maka asam-asam tersebut digunakan untuk sintesis
triasilgliserol.22

2.4 Hubungan Obesitas dengan Kadar Trigliserida
Obesitas berhubungan dengan kadar lipoprotein serum yang abnormal.
Lipoprotein terdiri atas kolesterol (bebas atau ester), trigliserida, fosfolipid, dan
apoprotein. Trigliserida adalah simpanan lipid yang utama dalam jaringan
adiposa. Pada penderita obesitas kadar trigliserida dalam plasma darah lebih
tinggi atau mengalami peningkatan dibanding pada orang yang tidak obesitas.
Keadaan obesitas meningkatkan risiko dari penyakit kardiovaskular hal ini erat
kaitannya dengan sindroma metabolik meliputi resistensi insulin, gangguan
toleransi glukosa, abnormalitas trigliserida, hemostasis, disfungsi endotel dan
hipertensi. Akumulasi lemak berlebih pada penderita obesitas mengakibatkan
peningkatan jumlah asam lemak bebas dari hasil hidrolisis LPL endotel.
Peningkatan ini menyebabkan produksi oksidan yang berefek negatif terhadap
retikulum endoplasma dan mitokondria. Penimbunan lemak berlebih dilepas
dalam bentuk free fatty acid (FFA) juga akan menghambat terjadinya lipogenesis
sehingga menghambat klirens serum triasilgliserol sehingga menimbulkan
peningkatan kadar trigliserida (hipertrigliseridemia).24

Universitas Sumatera Utara

20

Berdasarkan pernyataan dari American Heart Association (AHA) dari
tahun 1999 hingga tahun 2004 dilaporkan bahwa terdapat hubungan antara indeks
massa tubuh dan konsentrasi dengan trigliserida. Sekitar 80% dari partisipan yang
mengalami overweight (IMT ≥30kg/m2) memiliki kadar ≥150 mg/dL. 83% . 43%
partisipan dengan

IMT normal (