HUBUNGAN ASUPAN MAKAN TERHADAP KADAR TRIGLISERIDA PADA MAHASISWA OBESITAS DI FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS LAMPUNG

(1)

ABSTRACT

THE CORRELATION BETWEEN FOOD INTAKE AND TRIGLYCERIDE LEVELS IN OBESITY STUDENTS IN THE FACULTY OF MEDICINE

UNIVERSITY OF LAMPUNG

By

Septyne Rahayuni Putri

Obesity is a condition which there is an abnormal accumulation or increase level of fat in adipose tissue that can influence health. Increased fat accumulation is associated with increased risk of cardiovascular disease, dyslipidemia, hypertension, stroke and type 2 diabetes mellitus. The triglyceride levels of obese is higher than those who are not obese. One of the factors that influence triglyceride levels is food intake. The purpose of this study was to determine the relationship of food intake (carbohydrate, protein, fat and fiber) and triglyceride levels in obese students in the Faculty of Medicine, University of Lampung. This study was an observational study with cross sectional approach. Samples consisted of 44 respondents using consecutive sampling technique. The results show that the average intake of carbohydrates 128,8gram/day, intake of protein 46gram/day, intake of fat 32,3gram/day, intake of fiber 3,3gram/day and triglyceride levels 70,3mg/dL. There is a significant relationship between carbohydrates intake and triglycerides levels with medium correlation (r=0.410; p=0.006). There is a significant relationship between protein intake and triglyceride levels with medium correlation (r=0.441; p=0.003). There is a significant relationship between fat intake and triglyceride levels with low correlation (r =0.385; p=0.01). There was no relationship between fiber intake and triglyceride levels (p = 0.986). From the results, the special attention about food intake is needed because it can affect levels of triglycerides.


(2)

ABSTRAK

HUBUNGAN ASUPAN MAKAN TERHADAP KADAR TRIGLISERIDA PADA MAHASISWA OBESITAS DI FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS LAMPUNG

Oleh

Septyne Rahayuni Putri

Obesitas adalah suatu keadaan dimana terdapat akumulasi lemak yang tidak normal atau berlebihan di jaringan adiposa sehingga dapat mengganggu kesehatan. Peningkatan akumulasi lemak berhubugan dengan peningkatan risiko penyakit kardiovaskular, dislipidemia, hipertensi, stroke dan diabetes mellitus tipe 2. Pada penderita obesitas kadar trigliserida dalam darah lebih tinggi dibandingkan orang yang tidak obesitas. Faktor yang mempengaruhi kadar trigliserida adalah asupan makan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan asupan makan (karbohidrat, protein, lemak dan serat) terhadap kadar trigliserida pada mahasiswa obesitas di Fakultas Kedokteran Universitas Lampung. Penelitian ini adalah penelitian observasional dengan pendekatan cross sectional. Sampel pada penelitian terdiri dari 44 responden dengan menggunakan teknik consecutive sampling. Hasil penelitan menunjukan, rata-rata asupan karbohidrat 128,8gram/hari, asupan protein 46gram/hari, asupan lemak 32,3gram/hari, asupan serat 3,3gram/hari dan kadar trigliserida 70,3mg/dL. Terdapat hubungan yang bermakna antara asupan karbohidrat terhadap kadar trigliserida dengan kekuatan korelasi sedang (r = 0,410, p= 0,006). Terdapat hubungan yang bermakna antara asupan protein terhadap kadar trigliserida dengan kekuatan korelasi sedang (r = 0,441, p= 0,003). Terdapat hubungan yang bermakna antara asupan lemak terhadap kadar trigliserida dengan kekuatan korelasi lemah (r = 0,385, p= 0,01). Tidak terdapat hubungan antara asupan serat terhadap kadar trigliserida (p= 0,986). Dari hasil penelitian perlu perhatian khusus terhadap asupan makan yang dapat mempengaruhi kadar trigliserida.


(3)

HUBUNGAN ASUPAN MAKAN TERHADAP KADAR TRIGLISERIDA PADA MAHASISWA OBESITAS DI FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS LAMPUNG

Oleh

SEPTYNE RAHAYUNI PUTRI

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA KEDOKTERAN

Pada

Program Studi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Lampung

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2016


(4)

HUBUNGAN ASUPAN MAKAN TERHADAP KADAR TRIGLISERIDA PADA MAHASISWA OBESITAS DI FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS LAMPUNG (Skripsi)

Oleh :

SEPTYNE RAHAYUNI PUTRI

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS LAMPUNG 2016


(5)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1. Struktur kimia trigliserida . . . 11

Gambar 2. Biosintesis Trigliserida ... 14

Gambar 3. Reaksi yang terjadi pada pemeriksaan kadar trigliserida. . . 16

Gambar 4. Kerangka Teori ... 35

Gambar 5. Kerangka Konsep Penelitian. . . 36

Gambar 6. Alur Penelitian ... 44

Gambar 7. Diagram Hubungan Asupan Karbohidrat Terhadap Kadar Trigliserida... 55

Gambar 8. Diagram Hubungan Asupan Protein Terhadap Kadar Trigliserida .. 56

Gambar 9. Diagram Hubungan Asupan Lemak Terhadap Kadar Trigliserida ... 57

Gambar 10. Diagram Hubungan Asupan Serat Terhadap Kadar Trigliserida ... 58

Gambar 11. Metabolisme Karbohidrat ... 68

Gambar 12. Metabolisme Asam Lemak ... 71

Gambar 13. Transpor Metabolit Lipid Utama ... 73


(6)

DAFTAR ISI

Halaman

Daftar Isi ... i

Daftar Tabel... iv

Daftar Gambar ... vi

Bab I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah . . . 4

1.3 Tujuan Penelitian . . . 5

1.3.1 Tujuan Umum . . . 5

1.3.2 Tujuan Khusus ... 5

1.4 Manfaat Penelitian . . . 6

1.4.1 Manfaat Teoritis. . . 6

1.4.2 Manfaat Aplikatif . . . 6

Bab II Tinjauan Pustaka 2.1 Obesitas. . . 7

2.1.1 Definisi . . . 7

2.1.2 Klasifikasi Obesitas... 8


(7)

2.2 Trigliserida . . . 11

2.2.1 Definisi ... 11

2.2.2 Biosintesis Trigliserida ... 12

2.2.3 Faktor- Faktor yang Mempengaruhi Kadar Trigliserida ...14

2.2.4 Pemeriksaan Kadar Trigliserida. . . 16

2.3 Asupan Makanan... 18

2.3.1 Definisi. . . 18

2.3.2 Macam-Macam Zat Gizi . . . 19

2.3.3 Pengukuran Asupan Makanan ... 31

2.4 Hubungan Asupan Makan Terhadap Kadar Trigliserida . . . 33

2.5 Kerangka Teori . . . 35

2.6 Kerangka Konsep. . . 36

2.7 Hipotesis . . . 36

Bab III Metode Penelitian 3.1 Desain Penelitian... 37

3.2 Waktu dan Tempat Penelitian . . . 37

3.2.1 Waktu Penelitian. . . 37

3.2.2 Tempat Penelitian ... 38

3.3 Populasi dan Sample Penelitian . . . 38

3.3.1 Populasi Penelitian . . . 38

3.3.2 Sampel Penelitian ... ... 38

3.3.2.1 Kriteria Inklusi . . . 39


(8)

3.4 Variabel Penelitian . . . 40

3.4.1 Variabel Bebas. . . 41

3.4.2 Variabel terikat (dependent)... 41

3.5 Definisi Operasional . . . 41

3.6 Metode Pengumpulan Data . . . 42

3.7 Instrumen Penelitian . . . 43

3.8 Alur Penelitian . . . 44

3.9 Pengolahan dan Analisa Data . . . 45

3.9.1 Pengolahan Data ... 45

3.9.2 Analisa Data . . . 46

3.10 Etika Penelitian... 48

Bab IV Hasil dan Pembahasan 4.1 Karakteristik Subyek Penelitian... 49

4.1.1 Jenis Kelamin ... 49

4.1.2 Indeks Massa Tubuh ... 50

4.1.3 Uji Normalitas Data ... 50

4.1.4 Asupan Karbohidrat ... 52

4.1.5 Asupan Protein ... 52

4.1.6 Asupan Lemak ... 53

4.1.7 Asupan Serat ... 53

4.1.8 Kadar Trigliserida ... 53

4.2 Anasisis Bivariat ... 54 4.2.1 Hubungan Asupan Karbohidrat Terhadap Kadar Trigliserida54


(9)

4.2.2 Hubungan Asupan Protein Terhadap Kadar Trigliserida... 55

4.2.3 Hubungan Asupan Lemak Terhadap Kadar Trigliserida ... 56

4.2.4 Hubungan Asupan Serat Terhadap Kadar Triglisrida... 58

4.3 Analisis Multivariat... 59

4.4 Pembahasan... 61

4.4.1 Jenis Kelamin ... 61

4.4.2 Indeks Massa Tubuh ... 61

4.4.3 Asupan Karbohidrat ... 62

4.4.4 Asupan Protein ... 63

4.4.5 Asupan Lemak ... 64

4.4.6 Asupan Serat ... 65

4.4.7 Kadar Trigliserida ... 66

4.4.8 Hubungan Asupan Karbohidrat Terhadap Kadar Trigliserida66 4.4.9 Hubungan Asupan Protein Terhadap Kadar Trigliserida... 69

4.4.10 Hubungan Asupan Lemak Terhadap Kadar Trigliserida ... 71

4.4.11 Hubungan Asupan Serat Terhadap Kadar Trigliserida ... 73

4.4.12 Hubungan Asupan Makan Terhadap Kadar Trigliserida ... 75

Bab V Kesimpulan dan Saran 5.1 Kesimpulan ... 79

5.2 Saran... 80 Daftar Pustaka


(10)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1. Klasifikasi IMT berdasarkan WHO. . . 10

Tabel 2. Klasifikasi IMT berdasarkan kriteria Asia Pasifik ... 11

Tabel 3. Kadar Trigliserida Dalam Darah ... 18

Tabel 4. Ringkasan jenis karbohidrat menurut kelompok dan sumbernya. . . 20

Tabel 5. Jenis serat, sumber dan fungsi ... 21

Tabel 6. Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin... 49

Tabel 7. Karakteristik Responden Berdasarkan Indeks Massa Tubuh ... 50

Tabel 8. Uji Normalitas Data... 50

Tabel 9. Uji Normalitas Data Setelah Dilakukan Transformasi ... 51

Tabel 10. Statistik Deskriptif Asupan Karbohidrat ... 52

Tabel 11. Statistik Deskriptif Asupan Protein ... 52

Tabel 12. Statistik Deskriptif Asupan Lemak ... 53

Tabel 13. Statistik Deskriptif Asupan Serat ... 53

Tabel 14. Statistik Deskriptif Kadar Trigliserida ... 53

Tabel 15. Hasil Analisa Statistik Hubungan Asupan Karbohidrat Terhadap Ka-dar Trigliserida ... 54 Tabel 16. Hasil Analisa Statistik Hubungan Asupan Protein Terhadap Kadar


(11)

Trigliserida... 55 Tabel 17. Hasil Analisa Statistik Hubungan Asupan Lemak Terhadap Kadar

Trigliserida... 57 Tabel 18. Hasil Analisa Statistik Hubungan Asupan Serat Terhadap Kadar

Trigliserida... 58 Tabel 19. Hasil Analisis Multivariat Hubungan Asupan Makan Terhadap Kadar


(12)

(13)

(14)

Actually, I can...

The best sword that you have

is a limitless patience

Be patient for the decision of your lord

For indeed, you are in Our Eyes (Qur an 52:48)


(15)

PERSEMBAHAN

Puji syukur kehadirat Allah SWT, kupersembahkan

karya sederhana ini untuk orang-orang yang ku sayangi, cintai serta banggakan yang memberikan motivasi, ketulusan, kasih sayang dengan segala keikhlasan dan kesabarannya, yaitu:

Kedua Orang tuaku Kakak dan Adikku

Teman̶teman Kedokteran Universitas Lampung angkatan 2012 Pada dosen yang saya hormati


(16)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Bogor pada tanggal 28 September 1993, merupakan anak kedua dari tiga bersaudara, dari Ayahanda Mochamad Mansur dan Ibunda Yuliani Sapariah.

Pendidikan Taman Kanak-kanak (TK) diselesaikan di TK Alyssa pada tahun 1999, Sekolah Dasar (SD) diselesaikan di SDN Gunung Gede pada tahun 2005, Sekolah Menengah Pertama (SMP) diselesaikan di SMPN 1 Kota Bogor pada tahun 2008, dan Sekolah Menengah Atas (SMA) diselesaikan di SMAN 3 Kota Bogor pada tahun 2011. Pada tahun 2012, penulis diterima di Fakultas Kedokteran Universitas Lampung.

Penulis terdaftar sebagai mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Lampung melalui jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN). Selama menjadi mahasiswa, penulis pernah aktif pada organisasi Gen-C serta Perhimpunan Mahasiswa Pecinta Alam dan Tanggap Darurat Pakis Rescue Team (PMPATD Pakis Rescue Team) sebagai anggota divisi Pecinta Alam. Selama menjadi mahasiswa, penulis pernah menjadi Asisten Patologi Klinik.


(17)

SANWACANA

Puji dan syukur Penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas rahmat dan hidayah-Nya skripsi ini dapat diselesaikan. Shalawat serta salam semoga selalu tercurahkan kepada Nabi Muhammad S.A.W.

Skripsi dengan judul “Hubungan Asupan Makan Terhadap Kadar Trigliserida Pada Mahasiswa Obesitas Di Fakultas Kedokteran Universitas Lampung” adalah salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana Kedokteran di Universitas Lampung.

Dalam kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Ir. Hasriadi Mat Akin, M.P., selaku Rektor Universitas Lampung;

2. Dr. dr. Muhartono, M.Kes, Sp.PA selaku Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Lampung;

3. dr. Dian Isti Angraini, M.P.H. selaku Pembimbing Utama yang selalu bersedia meluangkan waktu dan kesediaannya untuk memberikan bimbingan, saran, perhatian serta nasihat yang bermanfaat dari awal sampai terselesaikannya tugas skripsi ini;


(18)

4. dr. Betta Kurniawan, M.Kes selaku Pembimbing Kedua yang telah bersedia untuk meluangkan waktu dan memberikan bimbingan, kritik, saran, nasihat yang bermanfaat dalam proses penyelesaian skripsi ini;

5. dr. Agustyas Tjiptaningrum, Sp.PK selaku Pembahas yang telah besedia meluangkan waktu, memberikan masukan, kritik, saran dan nasihat bermanfaat dalam penyelesaian skripsi ini;

6. dr. Evi Kurniawaty, M.Sc selaku Pembimbing Akademik atas waktu dan bimbingannya;

7. Ayahanda tercinta, Mochamad Mansur yang selalu memberikan semangat untukku dalam menjalankan pendidikan kedokteran serta menjadikan aku untuk lebih dewasa dalam menjalani hidup. Semoga Allah selalu memberikan kesehatan dan lindungan kepada ayahanda;

8. Ibunda tersayang, Yuliani Sapariah, terima kasih atas doa, kasih sayang, nasihat dan waktu yang telah diberikan untuku, serta selalu mengingatkanku untuk selalu mengingat Allah SWT. Semoga Allah SWT selalu melindungi dan menjadikan ladang pahala;

9. Kakak dan Adikku, Dessy Sasana Utami Putri, Agung Budiono dan Emha Prayogi Nugraha yang selalu bersedia mendengarkan keluh kesah serta memberikan hiburan, dukungan dan semangat;

10. Seluruh keluarga besar mulain dari kakek, nenek, om, tante yang tidak bisa disebutkan satu persatu atas perhatian, dukungan dan doa yang telah diberikan;

11. Sahabat Stupor (Sefira, Nana, Rio, Galih, Mayang, Talytha, Rana, Eki, Mbung, Hari, Shela, Kautsar, Abet, Leon, Amri, Duta, Asoly), terima kasih


(19)

atas kebersamaannya mulai dari awal masuk FK sampai sekarang, yang sudah seperti keluarga kedua disini;

12. Sahabat Misihu (Teta, Widya, Dhea, Nia, Geby, Ully, Dwita, Acha, Ghian) yang selalu memberikan saya dukungan doa dan semangat dari jauh;

13. Tim sukses skripsi Gemayangsura dan Galih Prasetio terima kasih atas waktu dan tenaganya;

14. Sahabat-sahabat saya yang telah membantu selama proses penyelesaian skripsi Farida Hakim, Desti Nurul Q, Ria Rizki terima kasih atas bantuannya;

15. Adityo Muhamad Farid atas waktu, dukungan, doa, semangat dan kebersamaannya;

16. Seluruh Staf Dosen FK Unila yang telah memberikan ilmunya kepada penulis untuk menambah wawasan yang menjadi landasan untuk mencapai cita-cita sebagai Dokter;

17. Seluruh Staf Tata Usaha, Administrasi, Akademik, pegawai dan karyawan FK Unila;

18. Seluruh responden penelitian yang tidak bisa disebutkan satu per satu, terima kasih atas kesediaannya;

19. Adik-adik tingkat saya angkatan 2013-2015 yang sudah memberikan semangat kebersamaan dalam satu kedokteran;


(20)

Akhir kata, Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Akan tetapi, sedikit hrapan semoga skripsi ini dapat bermanfaat dan berguna bagi kita semua. Aamiin

Bandar Lampung, Januari 2016 Penulis


(21)

(22)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Obesitas merupakan suatu kelainan kompleks pengaturan nafsu makan dan metabolisme energi yang dikendalikan oleh beberapa faktor biologik spesifik. Secara fisiologis, obesitas didefinisikan sebagai suatu keadaan dengan akumulasi lemak yang tidak normal atau berlebihan di jaringan adiposa sehingga dapat mengganggu kesehatan (Sugondo, 2009).

Seiring dengan berkembangnya zaman serta perubahan tren dan pola hidup yang kurang sehat, saat ini banyak sekali jumlah masyarakat yang menderita obesitas. Obesitas dianggap sebagai sinyal pertama munculnya kelompok penyakit–penyakit non infeksi (Non Communicable Diseases) yang banyak terjadi di negara maju maupun negara berkembang. Fenomena ini sering diberi nama “New World Syndrome” atau sindroma dunia baru dan hal ini telah menimbulkan beban sosial–ekonomi serta kesehatan masyarakat yang sangat besar di negara–negara yang sedang berkembang termasuk Indonesia (WHO, 2015).


(23)

2

Menurut World Health Organization (WHO), pada tahun 2014, lebih dari 1,9 miliar orang dewasa yang berusia > 18 tahun, kelebihan berat badan. Dari jumlah tersebut lebih dari 600 juta mengalami obesitas. Secara keseluruhan, sekitar 13% dari populasi dunia dewasa (11% laki-laki dan 15% perempuan) yang mengalami obesitas pada tahun 2014. Prevalensi obesitas di seluruh dunia meningkat dua kali lipat antara tahun 1980 dan 2014 (WHO, 2015).

Di Indonesia, obesitas merupakan salah satu permasalahan gizi. Berdasarkan Laporan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) pada tahun 2013, prevalensi obesitas pada penduduk berusia ≥18 tahun berdasarkan Indeks Massa Tubuh (IMT) adalah 15,4%. Prevalensi penduduk laki-laki dewasa obesitas pada tahun 2013 sebanyak 19,7 persen, lebih tinggi dari tahun 2007 (13,9%) dan tahun 2010 (7,8%). Pada tahun 2013, prevalensi obesitas perempuan dewasa (>18 tahun) 32,9 persen, naik 18,1 persen dari tahun 2007 (13,9%) dan 17,5 persen dari tahun 2010 (15,5%) (Kemenkes, 2013).

Peningkatan angka kejadian obesitas ini berdampak pada peningkatan angka kejadian penyakit kardiovaskular. Secara umum dampak yang ditimbulkan akibat obesitas adalah gangguan psiko-sosial, pertumbuhan fisik, gangguan pernapasan, gangguan endokrin (Imam, 2005; Sugondo, 2009). Menurut penelitian Lilyasari (2007) terdapat hubungan antara obesitas dengan hipertensi.


(24)

3

Penyebab obesitas sangat kompleks, artinya obesitas disebabkan oleh banyak faktor. Obesitas timbul akibat masukan energi yang melebihi pengeluaran energi. Bila energi dalam jumlah besar (dalam bentuk makanan) yang masuk ke dalam tubuh melebihi jumlah yang dikeluarkan, berat badan akan bertambah dan sebagian energi tersebut akan disimpan sebagai lemak (Guyton, 2007).

Peningkatan akumulasi lemak pada usia remaja berhubungan dengan peningkatan risiko penyakit kardiovaskular, dislipidemia, hipertensi, stroke dan diabetes mellitus tipe 2 (SR, 2005; Syarief, 2008). Dislipidemia adalah kelainan metabolisme lipid yang ditandai dengan peningkatan maupun penurunan fraksi lipid dalam plasma (Anwar, 2004). Pada penelitian yang dilakukan oleh Ercho (2014) dikatakan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara obesitas dengan kadar HDL dan LDL.

Obesitas berhubungan dengan kadar lipoprotein serum tidak normal. Setiap lipoprotein terdiri atas kolesterol (bebas atau ester), trigliserida, fosfolipid dan apoprotein. Trigliserida merupakan penyimpan lipid utama dalam jaringan adiposa. Pada penderita obesitas kadar trigliserida dalam darah lebih tinggi dibandingkan orang yang tidak obesitas (Sugondo, 2009). Menurut Laporan Riset Kesehatan Dasar Tahun 2013, kadar trigliserida penduduk Indonesia usia > 15 tahun dengan kategori borderline tinggi sebesar 13% serta tinggi dan sangat tinggi sebesar 11,9% (Kemenkes, 2013).


(25)

4

Faktor yang mempengaruhi kadar trigliserida adalah asupan makanan. Setiap makanan berlemak yang kita makan mengandung banyak trigliserida (Adam, 2009). Trigliserida disintesis dari karbohidrat, protein dan lemak (Guyton, 2007). Pada penelitian Tsalissavrina (2006) dengan menggunakan sampel Rattus novergicus strain wistar, disimpulkan bahwa diet tinggi karbohidrat dapat beresiko terhadap kenaikan kadar trigliserida. Sedangkan kadar trigliserida juga dipengaruhi oleh asupan serat, dimana intake serat yang tinggi akan mencegah karbohidrat membentuk trigliserida (Albrink & Ullrich, 1986).

Berdasarkan latar belakang di atas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang hubungan asupan makan terhadap kadar trigliserida pada mahasiswa obesitas di Fakultas Kedokteran Universitas Lampung.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian dalam latar belakang tersebut, maka dapat dirumuskan pertanyaan penelitian apakah terdapat hubungan asupan makan (karbohidrat, protein, lemak dan serat) terhadap kadar trigliserida pada mahasiswa obesitas di Fakultas Kedokteran Universitas Lampung?


(26)

5

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Mengetahui hubungan asupan makan (karbohidrat, protein, lemak dan serat) terhadap kadar trigliserida pada mahasiswa obesitas di Fakultas Kedokteran Universitas Lampung.

1.3.2 Tujuan Khusus

1) Mengetahui gambaran asupan makan (karbohidrat, protein, lemak, serat) dan kadar trigliserida pada.

2) Mengetahui hubungan asupan karbohidrat dengan kadar trigliserida pada mahasiswa obesitas di Fakultas Kedokteran Universitas Lampung.

3) Mengetahui hubungan asupan protein dengan kadar trigliserida pada mahasiswa obesitas di Fakultas Kedokteran Universitas Lampung.

4) Mengetahui hubungan asupan lemak dengan kadar trigliserida pada mahasiswa obesitas di Fakultas Kedokteran Universitas Lampung.

5) Mengetahui hubungan asupan serat dengan kadar trigliserida pada mahasiswa obesitas di Fakultas Kedokteran Universitas Lampung.


(27)

6

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi dunia pendidikan khususnya pada ilmu gizi, epidemiologi dan biokimia.

1.4.2 Manfaat Praktis

a. Bagi Peneliti

Dapat mengaplikasikan ilmu yang diperoleh pada penelitian mengenai hubungan asupan makan terhadap kadar trigliserida.

b. Bagi Institusi

Sebagai bahan kepustakaan di lingkungan Fakultas Kedokteran Universitas Lampung.

c. Bagi Masyarakat

Bagi mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Lampung yang mengalami obesitas dapat mengetahui kadar trigliserida pada tubuhnya.


(28)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Obesitas

Seorang mahasiswa dikategorikan pada tahap perkembangan yang usianya 18 sampai 25 tahun (Yusuf, 2012). Menurut Depkes (2009) tahap ini digolongkan pada masa remaja akhir. Kejadian obesitas meningkat pada usia ini, karena penurunan aktivitas fisik dan peningkatan konsumsi tinggi lemak, tinggi karbohidrat dimana memiliki gizi rendah (Adriani, 2012).

Obesitas yang muncul pada usia remaja cenderung berlanjut hingga ke dewasa, dan lansia. Sementara obesitas itu merupakan salah satu faktor risiko penyakit degeneratif seperti penyakit kardiovaskular, diabetes melitus, artritis, penyakit kantong empedu, beberapa jenis kanker, gangguan fungsi pernapasan, dan berbagai gangguan kulit (Arisman, 2010).

2.1.1 Definisi

Obesitas diartikan sebagai peningkatan berat badan di atas 20% dari batas normal. Penderita obesitas memiliki status nutrisi yang


(29)

8

melebihi kebutuhan metabolisme karena kelebihan masukan kalori dan/atau penurunan penggunaan kalori artinya masukan kalori tidak seimbang dengan penggunaannya yang pada akhirnya berangsur-angsur berakumulasi meningkatkan berat badan. Obesitas meningkat pada usia remaja dapat disebabkan oleh faktor yang bersifat multifaktorial baik bersifat genetik, lingkungan maupun faktor psikologis (Adriani, 2012).

Keadaan obesitas meningkatkan resiko penyakit kardiovaskular karena keterkaitannya dengan sindrom metabolik meliputi resistensi insulin, gangguan toleransi glukosa, abnormalitas trigliserida dan hemostasis, disfungsi endotel dan hipertensi (Adam, 2009).

2.1.2 Klasifikasi Obesitas

Obesitas berhubungan erat dengan distribusi lemak tubuh. Tipe obesitas menurut pola distribusi lemak tubuh dapat dibedakan menjadi: (David, 2004)

a. Obesitas tubuh bagian atas (upper body obesity)

Obesitas tubuh bagian atas merupakan dominansi penimbunan lemak tubuh di trunkal. Terdapat beberapa kompartemen jaringan lemak pada trunkal, yaitu trunkal subkutaneus yang merupakan kompartemen paling umum, intraperitoneal


(30)

9

(abdominal), dan retroperitoneal. Obesitas tubuh bagian atas lebih banyak didapatkan pada pria, oleh karena itu tipe obesitas ini lebih dikenal sebagai “android obesity”. Tipe obesitas ini berhubungan lebih kuat dengan diabetes, hipertensi, dan penyakit kardiovaskuler daripada obesitas tubuh bagian bawah.

b. Obesitas tubuh bagian bawah (lower body obesity)

Obesitas tubuh bagian bawah merupakan suatu keadaan tingginya akumulasi lemak tubuh pada regio gluteofemoral. Tipe obesitas ini lebih banyak terjadi pada wanita sehingga sering disebut “gynoid obesity”. Tipe obesitas ini berhubungan erat dengan gangguan menstruasi pada wanita.

2.1.3 Cara Menentukan Obesitas

Mengukur lemak tubuh secara langsung sangat sulit dan sebagai pengukur pengganti dipakai body mass index (BMI) atau indeks massa tubuh (IMT) untuk menentukan berat badan lebih dan obesitas pada orang dewasa. IMT merupakan indikator yang paling sering digunakan dan praktis untuk mengukur tingkat populasi berat badan lebih dan obesitas pada orang dewasa. IMT dihitung dengan rumus:

IMT

=

( )


(31)

10

IMT dapat memberikan kesan yang umum mengenai derajat kegemukan (kelebihan jumlah lemak) pada populasi. World Health Organization(WHO) mengklasifikasikan IMT sebagai berikut:

Tabel 1. Klasifikasi IMT berdasarkan WHO

Klasifikasi IMT (kg/m2)

Berat badan kurang 18,5

Normal 18,5–24,9

Overweight 25,0–29,9

Obesitas kelas I (ringan) 30,0–34,9 Obesitas kelas II (sedang) 35,0–29,9 Obesitas kelas III (berat) 40,0 Sumber : WHO, 2000

Meta-analisis beberapa kelompok etnis yang berbeda, dengan konsentrasi lemak tubuh, usia, dan gender yang sama, manunjukkan etnik Amerika berkulit hitam memiliki IMT lebih tinggi 1,3 kg/m2 dan etnik Polinesia memiliki IMT lebih tinggi 4,5 kg/m2 dibandingkan dengan etnik Kaukasia. Sebaliknya nilai IMT pada bangsa Cina, Ethiopia, Indonesia dan Thailand adalah 1,9,4,6,3,3 dan 2,9 kg/m2 lebih rendah daripada etnik Kaukasia. Hal itu memperlihatkan adanya nilai cut off IMT untuk obesitas yang spesifik untuk populasi tertentu. Wilayah Asia Pasifik telah mengusulkan kriteria dan klasifikasi obesitas sendiri. Klasifikasi obesitas berdasarkan IMT untuk orang Asia menurut WHO adalah sebagai berikut: (Sugondo, 2009)


(32)

11

Tabel 2. Klasifikasi IMT berdasarkan kriteria Asia Pasifik

Klasifikasi IMT (kg/m2)

Underweight <18,5

Normal 18,5–22,9

Overweight 23,0–24,9

Obesitas I 25,0–29,9 Obesitas II >30,0 Sumber : WHO (2000)

2.2 Trigliserida

2.2.1 Definisi

Trigliserida disebut juga triasilgliserol adalah lipid sederhana yang terdiri dari asam lemak dan gliserol. Trigliserida terdiri dari tiga asam lemak, yang masing-masing berhubungan dengan gliserol tunggal (Almatsier, 2011). Struktur kimia trigliserida dapat dilihat pada Gambar 1. berikut ini.

Gambar 1. Struktur kimia trigliserida (Murray, 2009)

Trigliserida merupakan komponen lipid utama dalam asupan makanan, terdapat sekitar 98% dari total lipid dan 2% sisanya terdiri


(33)

12

atas fosfolipid dan kolesterol (bebas dan ester). Trigliserida dapat disimpan dalam jumlah berlimpah untuk memasok kebutuhan energi tubuh selama berbulan-bulan, seperti dalam kasus orang obesitas. Trigliserida disimpan dalam jaringan adiposa, otot rangka, hati, paru-paru dan usus untuk menyediakan energi untuk proses metabolisme (Dashty, 2014; Jain, 2005).

Lemak yang paling sering terdapat dalam trigliserida pada tubuh manusia adalah:

1. Asam stearat, yang mempunyai rantai karbon -18 dan sangat jenuh dengan atom hidrogen.

2. Asam oleat, mempunyai rantai karbon -18 tetapi mempunyai satu ikatan ganda di bagian tengah rantai.

3. Asam palmitat, mempunyai 16 atom karbon dan sangat jenuh (Guyton, 2007).

2.2.2 Biosintesis Trigliserida

Dalam penggunaan trigliserida untuk energi tahap pertama yang terjadi adalah hidrolisis trigliserida menjadi asam lemak dan gliserol. Kemudian asam lemak dan gliserol ditransfer dalam darah ke jaringan yang aktif tempat oksidasi kedua zat untuk menghasilkan energi. Gliserol sewaktu memasuki jaringan yang aktif, segera diubah oleh enzim intrasel menjadi gliserol 3-fosfat (Guyton, 2007).


(34)

13

Gliserol 3-fosfat diproduksi di dua tempat yaitu hati dan jaringan adiposa. Dalam hati, G3P dibuat oleh fosforilasi gliserol menggunakan gliserol kinase dan ATP. Gliserol dari degradasi adipocyte-TAG ditransfer ke hati melalui sirkulasi. Dalam jaringan adiposa, G3P dibentuk dari reduksi dihidroksiaseton fosfat (DHAP, metabolit glikolisis) oleh dehidrogenase gliserol-3-fosfat (G3PDH) (Jain, 2005; Dahsty, 2014).

Selanjutnya, dua molekul asil-CoA (fatty acid) bergabung dengan G3P menggunakan sintetase fosfatidat atau lemak-asil-CoA transferase untuk membuat asam fosfatidat. Asam fosfatidat, menggunakan fosfatase, kehilangan satu gugus fosfat dan menghasilkan digliserid (DAG). DAG menggunakan synthase, bergabung dengan satu ekstra asil-CoA dan menghasilkan TAG. TAG kemudian diangkut ke VLDL hati. Gliserol juga dapat mengikuti glukoneogenesis untuk menghasilkan glukosa dan glikogen. Skema sintesis trigliserida dapat dilihat pada Gambar. 2 berikut ini (Dashty, 2014).


(35)

14

Gambar 2. Biosintesis Trigliserida (Dashty, 2014)

2.2.3 FaktorFaktor yang Mempengaruhi Kadar Trigliserida

Kadar trigliserida dalam darah dapat dipengaruhi oleh berbagai sebab, diantaranya:

1. Diet tinggi karbohidrat (60% dari intake energi) dapat meningkatkan kadar trigliserida (U.S. Departemen of Health and Human Services, 2001).

2. Asupan protein bila seseorang mengkonsumsi protein dalam makanannya melebihi jumlah protein yang dapat digunakan jaringannya, sejumlah protein ini akan disimpan sebagai lemak (Guyton, 2007).


(36)

15

3. Peningkatan asupan lemak akan meningkatkan kadar trigliserida (Hidayati, Hadi, & Lestariana, 2006).

4. Diet tinggi serat, intake serat yang tinggi akan mencegah karbohidrat membentuk trigliserida (Albrink & Ullrich, 1986) 5. Faktor genetik, misalnya pada hipertrigliseridemia familial dan

disbetalipoproteinemia familial.

6. Usia, semakin tua seseorang maka akan terjadi penurunan berbagai fungsi organ tubuh sehingga keseimbangan kadar trigliserida darah sulit tercapai akibatnya kadar trigliserida cenderung lebih mudah meningkat.

7. Stres mengaktifkan sistem saraf simpatis yang menyebabkan pelepasan epinefrin dan norepinefrin yang akan meningkatkan konsentrasi asam lemak bebas dalam darah, serta meningkatkan tekanan darah (Guyton, 2007).

8. Penyakit hati, menimbulkan kelainan pada trigliserida darah karena hati merupakan tempat sintesis trigliserida sehingga penyakit hati dapat menurunkan kadar trigliserida (Ganong, 2005).

9. Hormon-hormon dalam darah. Hormon tiroid menginduksi peningkatan asam lemak bebas dalam darah, namun menurunkan kadar trigliserida darah. Hormon insulin menurunkan kadar trigliserida darah, karena insulin akan mencegah hidrolisis trigliserida (Guyton, 2007).


(37)

16

2.2.4 Pemeriksaan Kadar Trigliserida

Pemeriksaan trigliserida dilakukan dengan metode kalorimetrik enzimatik atau disebut glycerol-3-phosphate oxidase-phenol aminophenazone (GPO-PAP). Metode ini menggunakan prinsip oksidasi dan hidrolisis enzimatis. Intensitas warna yang terbentuk sesuai dengan konsentrasi trigliserida yang ditentukan secara fotometri (Hardjoeno, 2003).

Trigliserida akan dihidrolisis oleh enzim lipase menghasilkan gliserol dan asam lemak. Gliserol kemudian diubah menjadi gliserol-3-fosfat oleh enzim gliserolkinase. Gliserol-gliserol-3-fosfat yang dihasilkan dioksidasi menghasilkan dihidroksi aseton fosfat dan peroksida (H2O2) yang dihasilkan akan bereaksi lebih lanjut dengan 4-aminofenazon dan 4-klorofenol menghasilkan senyawa quinoneimine yang berwana merah (Maulana, 2014). Reaksinya dapat dilihat pada Gambar 3.

Gambar 3. Reaksi yang terjadi pada pemeriksaan kadar trigliserida (Hardjoeno, 2003)


(38)

17

Prosedur pemeriksaan ini pasien diminta puasa minimal 10 jam atau maksimal 14 jam termasuk menghentikan merokok dan olahraga tetapi diperbolehkan minum air putih. Puasa diperlukan untuk menghindari lipemia. Kondisi pasien harus dalam keadaan stabil, tidak mengalami stress dan tidak sedang mengkonsumsi obat-obatan yang mempengaruhi kadar lipid dalam 2 minggu terakhir.

Sampel darah diperoleh melalui vena punksi pada vena mediana cubiti dengan menggunakandisposible syringe10 cc. Diambil darah sebanyak 5 mL tanpa antikoagulan agar darah dapat membeku kemudian disentrifuge 3000 rpm selama 10 menit untuk mendapatkan serum. Setelah itu serum dipisahkan dari bekuan darah dan siap untuk dilakukan pemeriksaan kadar trigliserida.

Sampel serum sebanyak 500 ul dimasukkan dalam tempat sampel kemudian diletakkan pad arak sampel sesuai dengan nomor tes. Reagen dimasukkan dalam tempat reagen kemudian diletakkan pada rak sesuai dengan program tes trigliserida. Data identitas dan jenis tes dimasukkan melalui keyboard selanjutnya alat akan melakukan tes secara otomatis sesuai program (sampel 10 ul dan reagen 200 ul). Hasil tes pemeriksaan akan keluar melalui print out (Hardjoeno, 2003).


(39)

18

Menurut National Cholesterol Education Program Adult Panel III (NCEP-ATP III) nilai kadar kolesterol dalam tubuh dapat dilihat dalam Tabel 3. berikut.

Tabel 3. Kadar Trigliserida Dalam Darah

Kadar Trigliserida Nilai

< 150 Optimal

150-199 Diinginkan

200-499 Tinggi

> 500 Sangat tinggi

Sumber : National Cholesterol Education Program Adult Panel III(NCEP-ATP III)

2.3 Asupan Makan

2.3.1 Definisi

Makanan adalah kebutuhan dasar manusia (John, 2004). Makanan adalah bahan selain obat yang mengandung zat-zat gizi dan unsur-unsur/ikatan kimia yang dapat diubah menjadi zat gizi oleh tubuh, yang berguna bila dimasukkan kedalam tubuh. Seseorang memerlukan sejumlah zat gizi untuk dapat hidup sehat serta dapat mempertahankan kesehatannya. Zat gizi yang diperoleh melalui konsumsi pangan harus sesuai dan cukup bagi kebutuhan tubuh (Almatsier, 2011).


(40)

19

2.3.2 Macam–Macam Zat Gizi

Makanan dan gizi sangat berkaitan erat karena gizi seseorang sangat tergantung pada kondisi pangan yang dikonsumsinya. Menurut Almatsier (2011), zat gizi adalah ikatan kimia yang diperlukan tubuh untuk melakukan fungsinya, yaitu menghasilkan energi, membangun dan memelihara jaringan serta mengatur proses-proses kehidupan. Zat-zat makanan yang diperlukan tubuh dapat dikelompokkan menjadi 6, yaitu : karbohidrat, protein, lemak, air, vitamin dan mineral (Grosvenor, 2002).

a. Karbohidrat

Karbohidrat terdiri atas unsur- unsur karbon (C, hidrogen (H) dan oksigen (O), yang dibagi dalam dua golongan, yaitu karbohidrat sederhana atau gula sederhana dan karbohidrat kompleks. Karbohidrat sederhana yang paling penting dalam ilmu gizi adalah monosakarida dan disakarida. Monosakarida adalah glukosa, fruktosa, dan galaktosa. Disakarida adalah sukrosa, maltosa dan laktosa. Karbohidrat ini mudah dipecah dan dengan cepat menghasilkan energi (Almatsier, 2011).

Karbohidrat kompleks atau polisakarida merupakan ikatan kompleks yang terdiri atas unit-unit sakarida yang membentuk


(41)

20

amilum atau pati, dektrin, glikogen, serta serat atau polisakarida nonpati. Karbohidrat kompleks terdiri hingga 1000 unit atau lebih gula sederhana yang tersusun atas ikatan rantai panjang lurus atau bercabang. Unit gula sederhana ini terutama adalah glukosa. Pati merupakan simpanan karbohidrat yang dimakan manusia di seluruh dunia (Almatsier, 2011). Ringkasan jenis karbohidrat menurut kelompok dan sumbernya disaikan dalam Tabel 4. berikut ini.

Tabel 4. Ringkasan jenis karbohidrat menurut kelompok dan sumbernya Kelompok Karbohidrat Jenis Karbohidrat Sumber Polisakarida karbohidrat kompleks

Pati/amilum Padi-padian dan hasil olah beras, gandum, jagung Umbi-umbian: ubi, kentang, singkong, talas

Kacang-kacangan: kacang merah, kacang kedelai, kacang tanah

Dekstrin Hasil antara pencernaan dan hidrolisis pati

Digunakan dalam produk pangan

Glikogen Jaringan hean, hati, otot Serat makanan Padi-padian tumbuk,

biji-bijian, kacang-kacangan, sayuran, buah-buahan

Disakarida, gula sederhana

Sukrosa Gula tebu, gula aren, gula kelapa, gula bit

Laktosa Susu

Maltosa Hasil antara pencernaan pati, pemanis makanan

Monosakarida Glukosa (dekstrosa)


(42)

21

Fruktosa Sirup jagung (digunakan dalam produk pangan)

Hasil pencernaan sukrosa; buah dan madu

Galaktosa Hasil pencernaan laktosa (dalam susu)

Sumber: Almatsier, 2011

Serat atau polisakarida non pati tidak dapat dicernakan karena tumbuh tidak mempunyai enzim-enzim yang diperlukan untuk memecah rantai sakaridanya. Serat dibagi dalam dua golongan yaitu serat tidak larut berupa selulosa, hemiselulosa dan lignin serta serat larut air berupa pectin gum dan mukilase. Beberapa jenis serat terutama yang larut dalam air berperan banyak dalam memelihara kesehatan. Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi menganjurkan konsumsi serat sebanyak 19-30g/hari dengan rasio serat makanan tidak larut air dan serat larut air 3:1. Jenis serat, sumber dan fungsi disajikan dalam Tabel 5. berikut ini.

Tabel 5. Jenis serat, sumber dan fungsi

Jenis Fungsi Sumber

Selulosa Menyerap air menurunkan tekanan di dalam rongga kolon yang meningkat; mengikat seng Bagian utama dinding sel tumbuh-tumbuhan Polisakarida non selulosa Gum Mukilase Polisakarida algal Memperlambat pengosongan lambung; menyediakan bahan yang dapat difermentasi oleh bakteri dalam usus besar yang menimbulkan gas dan asam lemak yang menguap; mengikat asam empedu dan kolesterol Sekresi tumbuh-tumbuhan dan biji-bijian Algae rumput laut Bahan-bahan pektin Bahan perekat antar dinding sel


(43)

22

tumbuh-tumbuhan Hemiselulosa Menahan air dan

meningkatkan volume feses; menurunkan tekanan kolon yang meningkat; mengikat asam empedu

Dalam dinding sel tumbuh-tumbuhan

Lignin Antioksidan; mengikat asam empedu, kolesterol dan logam

Bagian keras tumbuh-tumbuhan Sumber: Almatsier, 2011

b. Protein

Protein merupakan suatu zat makanan yang sangat penting bagi tubuh, karena zat ini disamping berfungsi sebagai zat pembangun dan pengatur, protein adalah sumber asam- asam amino yang mengandung unsur C, H, O dan N yang tidak dimiliki oleh lemak atau karbohidrat. Molekul protein mengandung pula fosfor, belerang dan ada jenis protein yang mengandung unsur logam seperti besi dan tembaga (Budianto, 2009).

Protein berperan lebih penting dalam pembentukan biomolekul daripada sumber energi. Namun demikian apabila organisme sedang kekurangan energi, maka protein ini dapat juga di pakai sebagai sumber energi. Keistimewaan lain dari protein adalah strukturnya yang selain mengandung N, C, H, O, kadang mengandung S, P, dan Fe (Sudarmadji, 2003).


(44)

23

Protein adalah molekul makro yang mempunyai berat molekul antara lima ribu hingga beberapa juta. Protein terdiri atas rangkaian ikatan asam-asam amino. Asam amino ini saling terkait melalui ikatan peptida dalam urutan-urutan khusus, yang membedakan protein yang satu dengan yang lainnya. Protein terdiri atas rantai-rantai asam amino, yang terikat satu sama lain dalam ikatan peptida. Molekul protein lebih kompleks daripada karbohidrat dan lemak dalam hal berat molekul dan keanekaragaman unit-unit asam amino yang membentuknya (Almatsier, 2011).

Pada umumnya asam amino larut dalam air dan tidak larut dalam pelarut organik non polar seperti eter, aseton, dan kloroform. Sifat asam amino ini berbeda dengan asam karboksilat maupun dengan sifat amina. Asam karboksilat alifatik maupun aromatik yang terdiri atas beberapa atom karbon umumnya kurang larut dalam air tetapi larut dalam pelarut organik. Demikian amina pula umumnya tidak larut dalam air, tetapi larut dalam pelarut organik (Pudjiadi, 2006).

Sumber protein dikelompokkan menjadi dua macam, yaitu protein hewani dan protein nabati. Sumber protein hewani dapat berbentuk daging dan alat-alat dalam seperti hati, pankreas, ginjal, paru, jantung, jerohan. Susu dan telur termasuk pula


(45)

24

sumber protein hewani yang berkualitas tinggi. Ikan, kerang-kerangan dan jenis udang merupakan kelompok sumber protein yang baik, karena mengandung sedikit lemak, tetapi ada yang alergis terhadap beberapa jenis sumber protein hasil laut ini. Jenis kelompok sumber protein hewani ini mengandung sedikit lemak, sehingga baik bagi komponen susunan hidangan rendah lemak. Namun kerang-kerangan mengandung banyak kolesterol, sehingga tidak baik untuk dipergunakan dalam diet rendah kolesterol. Ayam dan jenis burung lain serta telurnya, juga merupakan sumber protein hewani yang berkualitas baik. Harus diperhatikan bahwa telur bagian merahnya mengandung banyak kolesterol, sehingga sebaiknya ditinggalkan pada diet rendah kolesterol (Sediaoetama, 2008).

Sumber protein nabati meliputi kacang-kacangan dan biji-bijian seperti kacang kedelai, kacang tanah, kacang hijau, kacang koro, kelapa dan lain-lain. Asam amino yang terkandung dalam protein ini tidak selengkap pada protein hewani, namun penambahan bahan lain yaitu dengan mencampurkan dua atau lebih sumber protein yang berbeda jenis asam amino pembatasnya akan saling melengkapi kandungan proteinnya. Bila dua jenis protein yang memiliki jenis asam amino esensial pembatas yang berbeda dikonsumsi bersama-sama, maka kekurangan asam amino dari satu protein dapat ditutupi oleh


(46)

25

asam amino sejenis yang berlebihan pada protein lain. Dua protein tersebut saling mendukung (complementary) sehingga mutu gizi dari campuran menjadi lebih tinggi daripada salah satu protein itu. Contohnya yaitu dengan mencampurkan dua jenis bahan makanan antara campuran tepung gandum dengan kacang-kacangan, dimana tepung gandum kekurangan asam amino lisin, tetapi asam amino belerangnya berlebihan, sebaliknya kacang-kacangan kekurangan asam amino belerang dan kelebihan asam amino lisin. Pencampuran 1: 1 antara tepung gandum dan kacang-kacangan akan membentuk bahan makanan campuran yang telah meningkatkan mutu protein nabati. Karena itu susu dengan serealia, nasi dengan tempe, kacang-kacangan dengan daging atau roti, bubur kacang hijau dengan ketan hitam merupakan kombinasi menu yang dapat meningkatkan mutu protein (Winarno, 2004).

c. Lemak

Lemak merupakan salah satu komponen utama makanan yang memberikan dampak positif dan negatif terhadap kesehatan. Lemak mempunyai multifungsi, yaitu sebagai penyumbang energi terbanyak (30% atau lebih dari energi total yang diperlukan tubuh) serta merupakan sumber asam lemak esensial linoleat dan linolenat. Selain sebagai pelarut vitamin A, D, E


(47)

26

dan K, lemak memberikan cita rasa dan aroma spesifik pada makanan yang tidak dapat digantikan oleh komponen makanan lainnya. Sedangkan dampak negatif dari konsumsi lemak yang berkaitan dengan aterogenik dapat terjadi bila konsumsi lemak lebih dari 30% dari kebutuhan energi total (Murray, 2009).

Menurut ada atau tidaknya ikatan rangkap pada rantai karbon, lemak dibedakan menjadi asam lemak jenuh dan asam lemak tak jenuh (Almatsier, 2011). Konsumsi lemak total maksimal per hari yang dianjurkan adalah 30% dari energi total, yang meliputi 10% asam lemak jenuh (SFA), 10% asam lemak tak jenuh tunggal (MUFA) dan 10% asam lemak tak jenuh jamak (PUFA) (Lichtenstein, 2006).

Asam lemak jenuh (Saturated Fatty Acid/SFA) adalah asam lemak yang tidak memiliki ikatan rangkap pada atom karbon. Ini berarti asam lemak jenuh tidak peka terhadap oksidasi dan pembentukan radikal bebas seperti halnya asam lemak tidak jenuh. Efek dominan dari asam lemak jenuh adalah peningkatan kadar kolesterol total dan K-LDL (kolesterol LDL) (Muller, 2003).

Secara umum makanan yang berasal dari hewani (daging berlemak, keju, mentega dan krim susu) mengandung asam


(48)

27

lemak jenuh. Asam lemak jenuh selain banyak ditemukan pada lemak hewani juga terdapat pada minyak kelapa, kelapa sawit serta minyak lainnya yang sudah pernah dipakai untuk menggoreng (jelantah), meskipun pada mulanya adalah asam lemak tak jenuh (Sartika, 2008).

Asam lemak tak jenuh terbagi atas asam lemak tak jenuh tunggal dan asam lemak tak jenuh jamak. Asam lemak tak jenuh tunggal (Mono Unsaturated Fatty Acid/ MUFA) merupakan jenis asam lemak yang mempunyai 1 (satu) ikatan rangkap pada rantai atom karbon. Asam lemak ini tergolong dalam asam lemak rantai panjang (LCFA), yang kebanyakan ditemukan dalam minyak zaitun, minyak kedelai, minyak kacang tanah, minyak biji kapas, dan kanola. Salah satu jenis MUFA adalah Omega-9 (Oleat), memiliki sifat lebih stabil dan lebih baik perannya dibandingkan PUFA (Poly Unsaturated Fatty Acid/asam lemak tak jenuh jamak) (Muller, 2003).

Asam lemak tak jenuh jamak (Poly Unsaturated Fatty Acid/PUFA) adalah asam lemak yang mengandung dua atau lebih ikatan rangkap, bersifat cair pada suhu kamar bahkan tetap cair pada suhu dingin, karena titik lelehnya lebih rendah dibandingkan dengan MUFA atau SFA. Asam lemak ini banyak ditemukan pada minyak ikan dan nabati seperti saflower, jagung


(49)

28

dan biji matahari. Sumber alami PUFA yang penting bagi kesehatan adalah kacang-kacangan dan biji-bijian (Almatsier, 2011).

Contoh PUFA adalah asam linoleat (omega-6), dan omega-3, tergolong dalam asam lemak rantai panjang (LCFA) yang banyak ditemukan pada minyak nabati/sayur dan minyak ikan. PUFA (asam lemak arakhidonat, linoleat dan linolenat) antara lain berperan penting dalam transpor dan metabolisme lemak, fungsi imun, mempertahankan fungsi dan integritas membran sel. Asam lemak omega-3 dapat membersihkan plasma dari lipoprotein kilomikron dan kemungkinan juga dari VLDL(Very Low Density Lipoprotein), serta menurunkan produksi trigliserida dan apolipoprotein b (beta) di dalam hati (Almatsier, 2011; Mayes, 2009).

Asam lemak tidak jenuh sering disebut isomer cis/trans, terbentuk ketika asam lemak tidak jenuh dengan konfigurasicis (struktur bengkok) terisomerisasi (perubahan bentuk struktur kimia/isomer) menjadi konfigurasi trans (struktur lebih linier), yang lebih menyerupai asam lemak jenuh dibandingkan asam lemak tidak jenuh (Mayes, 2009). Sehingga diyakini bahwa gabungan antara asam lemak jenuh dengan asam lemak trans berpengaruh fisiologis yang lebih besar. Asam lemak trans


(50)

29

merupakan bentuk struktur kimia asam lemak dengan posisi trans (berseberangan), diperoleh dari hasil perlakuan hidrogenasi (pemberian atom hidrogen) pada asam lemak tidak jenuh (linoleat, linolenat, arakidonat, oleat). (Almatsier, 2011)

Minyak sayur (kedelai, jagung, biji bunga matahari dan kanola) mengandung sekitar 87-93% asam lemak tak jenuh yang sangat peka terhadap pemanasan. Proses menggoreng dengan caradeep frying, selain menyebabkan pembentukan asam lemak jenuh rantai panjang (LCFA), juga menimbulkan reaksi polimerisasi termal dan reaksi oksidasi yang membentuk asam lemak trans (Fennema, 1996).

Asam lemak tak jenuh cis merupakan isomer alami, contohnya adalah asam oleat, linoleat dan linolenat. Isomer geometris terbentuk apabila ikatan rangkap cis terisomerisasi menjadi konfigurasitransyang secara termodinamik sifatnya lebih stabil daripada cis (perubahan asam oleat menjadi asam elaidat). Ikatan rangkap cis adalah sebuah konfigurasi berenergi tinggi, sehingga molekul asam lemak tidak jenuh cis tidak linier dan bersifat cair pada suhu kamar (titik leleh asam oleat 16,3oC). Sebaliknya ikatan trans merupakan konfigurasi berenergi lebih rendah. Molekul asam lemak tidak jenuh trans berbentuk linear


(51)

30

dan bersifat padat pada suhu kamar (titik leleh asam elaidat 45oC) (Mayes, 2009; Sartika, 2008).

Sumber utama asam lemaktransadalah berbagai produk pangan dari minyak nabati yang dihidrogenasi seperti margarin, shortening, HVO (Hydrogenated Vegetable Oil) dan produk-produk lain yang diolah menggunakan minyak yang telah terhidrogenasi (HVO), seperti chips, sereal dan biskuit. Secara komersial tujuan dari proses hidrogenasi adalah untuk mengurangi derajat ketidakjenuhan asam lemak sehingga mengurangi kecepatan reaksi oksidasi, produk yang dihasilkan lebih jenuh/padat, memiliki daya oles prima serta tahan lama/stabil terhadap pengaruh oksidasi. Dalam jumlah kecil, asam lemaktransterdapat secara alami pada hewan ruminansia, oleh sebab itu asam lemak ini terdapat pada mentega, susu full-cream, keju, telur dan daging (Ketaren, 1996; Mayes, 2009).

2.3.3 Pengukuran Asupan Makanan

Pengukuran konsumsi asupan makanan digunakan dalam penentuan status gizi perorangan atau kelompok. Metode pengukuran konsumsi makanan berdasarkan jenis data yang diperoleh dikelompokkan menjadi: (Supariasa, 2012)


(52)

31

1. Kualitatif

Metode yang bersifat kualitatif biasanya untuk mengetahui frekuensi makan, frekuensi konsumsi menurut jenis bahan makanan dan menggali informasi tentang kebiasaan makan(food habit) serta cara-cara memperoleh bahan makanan tersebut. Metode-metode pengukuran konsumsi makanan yang bersifat kualitatif antara lain:

a. Metode frekuensi makanan(food frecuency) b. Metodedietary history

c. Metode telepon

d. Metode pendaftaran makanan(food list) 2. Kuantitatif

Metode secara kuantitatif dimaksudkan untuk mengetahui jumlah makanan yang dikonsumsi sehingga dapat dihitung jumlah zat gizi dengan menggunakan Daftar Komposisi Bahan Makanan (DKBM) atau daftar lain yang diperlukan seperti Daftar Ukuran Rumah Tangga (URT), Daftar Konversi Mentah-Masak (DKMM) dan Daftar Penyerapan Minyak. Metode-metode untuk pengukuran konsumsi secara kuantitatif antara lain:

a. MetodeRecall24 jam

b. Perkiraan makanan(estimated food record) c. Penimbangan makanan (food weighing) d. Metodefood account


(53)

32

f. Pencatatan(household food record)

Metode recall 24 jam merupakan salah satu metode yang dapat digunakan untuk pengukuran konsumsi makanan tingkat individu baik secara kualitatif maupun kuantitatif. Prinsip dari metode recall 24 jam, dilakukan dengan mencatat jenis dan jumlah bahan makanan yang dikonsumsi pada periode 24 jam yang lalu. Dalam metode ini responden diminta menceritakan semua makanan yang dimakan dan diminum selama 24 jam yang lalu. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa minimal 2 kali recall 24 jam tanpa berturut-turut, dapat menghasilkan gambaran asupan zat gizi lebih optimal dan memberikan variasi yang lebih besar tentang intake harian individu. Langkah-langkah pelaksanaanrecall24 jam yaitu

1. Pewanancara menanyakan kembali dan mencatat semua makanan dan minuman yang dikonsumsi responden dalam ukuran rumah tangga (URT) dalam kurun waktu 24 jam yang lalu.

2. Menganalisis bahan makanan ke dalam zat gizi dengan menggunakan Daftar Komposisi Bahan Makanan (DKBM) Kelebihan metoderecall24 jam:

- Mudah melaksanakannya serta tidak terlalu membebani responden

- Biaya relatif murah

- Cepat, sehingga dapat mencakup banyak responden - Dapat digunakan untuk responden yang buta huruf


(54)

33

- Dapat memberikan gambaran nyata yang benar-benar dikonsumsi individu sehingga dapah dihitung intake zat gizi sehari

Kekurangan metoderecall24 jam:

- Tidak dapat menggambarkan asupan sehari-hari bila hanya dilakukan recall satu hari

- Ketepatannya sangat bergantung pada daya ingat responden - The flat slope syndrome

- Membutuhkan tenaga atau petugas yang terlatih dalam menggunakan alat bantu URT

2.4 Hubungan Asupan Makan Dengan Kadar Trigliserida

Berdasarkan penelitian Tsalissavrina (2006) peningkatan kadar trigliserida disebabkan karena asupan makanan yang tinggi akan karbohidrat dan lemak. Asupan ini akan meningkatkan kadar fruktose 2,6 bifosfat sehingga fosfofruktokinase-1 menjadi lebih aktif dan terjadi rangsangan terhadap reaksi glikolisis. Reaksi glikolisis yang meningkat ini akan menyebabkan glukosa yang diubah menjadi asam lemak juga meningkat. Asam lemak bebas inilah yang kemudian bersama-sama dengan gliserol membentuk trigliserida. Sehingga semakin tinggi karbohidrat yang dikonsumsi, akan semakin tinggi pula kadar trigliserida di dalam darah (Marks, 2000).


(55)

34

Asupan serat juga berpengaruh terhadap profil lipid serum. Serat larut dapat mempengaruhi absorbsi lemak dan meningkatkan asam lemak koleserol dan garam empedu di saluran cerna. Lemak yang berikatan dengan serat tidak dapat diserap sehingga akan terus ke usus besar untuk diekskresi melalui feses atau didegradasi oleh bakteri usus. Dalam saluran pencernaan serat dapat mengikat garam empedu (produk akhir kolesterol) kemudian dikeluarkan bersamaan dengan feses. Dengan begitu serat dapat menurunkan tingkat kolesterol dalam darah sampai 5% atau lebih. (Santoso, 2011).

Hipertrigliseridemia ini menurut beberapa penelitian merupakan salah satu faktor resiko timbulnya aterosklerosis. Hal ini karena adanya kondisi hipertrigliseridemia akan meningkatkan aktifitas dari CETP (Cholesteryl Ester Transfer Protein). (Tsalissavrina, 2006).


(56)

35

2.5 Kerangka Teori

Berdasarkan teori-teori yang telah dijelaskan pada tinjauan pustaka, maka kerangka teori pada penelitian ini tergambar pada Gambar 4.

Gambar 4. Kerangka Teori

Keterangan:

: Ruang Lingkup Penelitian : Mempengaruhi

Obesitas

↑ TG serum

↑ LDL serum

↑ Kolesterol Total ↓ HDL serum Penumpukan

lemak berlebih karbohidratDiet tinggi

Diet tinggi protein Genetik Penyakit Hati Stress Hormon Diet tinggi lemak

Diet rendah serat

Usia Asupan Makan Non Alcoholic Fatty Liver Epinefrin Norepinefrin Tiroid Insulin Dislipidemia


(57)

36

2.6 Kerangka Konsep

Gambar 5. Kerangka Konsep Penelitian

2.7 Hipotesis

Hipotesis dari penelitian ini adalah terdapat hubungan asupan makan (karbohidrat, protein, lemak dan serat) terhadap kadar trigliserida pada mahasiswa obesitas di Fakultas Kedokteran Universitas Lampung.

↑ TG serum

(Variabel terikat)

Diet tinggi karbohidrat

Diet tinggi protein

Diet tinggi lemak

Diet rendah serat Asupan Makan

(Variabel bebas)

Obesitas

Penumpukan lemak berlebih


(58)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Desain Penelitian

Penelitian ini merupakan jenis penelitian observasional analitik dengan pendekatan cross sectional. Penelitian observasional analitik adalah penelitian yang dilakukan tanpa melakukan intervensi terhadap subyek penelitian (masyarakat) yang diarahkan untuk menjelaskan suatu keadaan atau situasi. Sedangkan cross sectional ialah suatu penelitian untuk mempelajari dinamika korelasi antara faktor-faktor resiko dengan efek, dengan cara pendekatan, observasi atau pengumpulan data sekaligus pada suatu saat(point time approach)(Notoatmodjo, 2012).

3.2 Waktu dan Tempat Penelitian

3.2.1 Waktu Penelitian

Pengumpulan data dan penelitian akan dilakukan pada bulan September sampai dengan Oktober 2015.


(59)

38

3.2.2 Tempat Penelitian

Penelitian akan dilakukan di Fakultas Kedokteran Universitas Lampung.

3.3 Populasi dan Sampel Penelitian

3.3.1 Populasi Penelitian

Populasi adalah sejumlah besar subyek yang mempunyai karakteristik tertentu (Sastroasmoro, 2014). Yang menjadi populasi dalam penelitian adalah mahasiswa obesitas di Fakultas Kedokteran Universitas Lampung.

3.3.2 Sampel Penelitian

Sampel adalah bagian dari populasi yang dipilih dengan sampling tertentu untuk dapat mewakili populasi. Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah consecutive sampling, yaitu semua subjek yang datang dan memenuhi kriteria pemilihan dimasukkan dalam penelitian sampai jumlah subjek yang diperlukan terpenuhi (Notoatmodjo, 2012). Jumlah sampel penelitian diukur dengan menggunakan rumus uji korelasi. Besar sampel menggunakan rumus berikut:


(60)

39

=

( )

, (( )) + 3

Keterangan:

Zα = derivate bakunormal α Zβ = derivate baku normal β

r = koefisien korelasi

Berdasarkan rumus di atas maka dapat diperoleh estimasi besar sampel sebanyak:

= ( )

, ( ) ( )

+ 3

= ( , , )

, ( , ) ( , )

+ 3

= 43,49 orang dibulatkan menjadi 44 orang

Jadi jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 44 orang.

3.3.2.1 Kriteria Inklusi

Kriteria inklusi merupakan kriteria dimana subyek penelitian mewakili sampel penelitian yang memenuhi syarat sebagai sampel (Nursalam, 2011). Kriteria inklusi dalam penelitian ini meliputi :

a. Mahasiswa Fakultas Kedokteran Unila angkatan 2012-2015.


(61)

40

c. Bersedia puasa 8-10 jam sebelum pengambilan darah.

3.3.2.2 Kriteria Eksklusi

Kriteria eksklusi adalah kriteria dimana subyek penelitian tidak dapat mewakili sampel karena tidak memenuhi syarat sebagai sampel penelitian, seperti adanya hambatan etis, menolak menjadi responden atau keadaan yang tidak memungkinkan untuk dilakukan penelitian (Nursalam, 2011). Kriteria eksklusi dalam penelitiaan ini yakni:

1. Mahasiswa dalam keadaan sakit dan atau dalam perawatan dokter berkaitan dengan penyakit jantung koroner, diabetes mellitus, hipertensi, gagal ginjal dan penyakit kronik lainnya.

2. Mahasiswa sedang mengkonsumsi obat-obat anti-hiperlipidemia seperti simvastatin, gembfibrozil, lovastatin dan lain-lain.

3.4 Variabel Penelitian

Variabel penelitian adalah sesuatu yang digunakan sebagai ciri, sifat, dan ukuran yang dimiliki atau didapatkan oleh satuan penelitian tentang sesuatu konsep pengertian tertentu (Notoatmodjo, 2012). Jenis variabel penelitian yang digunakan yaitu:


(62)

41

3.4.1 Variabel bebas (independent)

Variabel bebas (independent variable) adalah variabel yang menjadi sebab atau berubahnya dependent variable (Sugiyono, 2013). Variabel bebas dalam penelitian ini adalah asupan makan (karbohidrat, protein, lemak dan serat).

3.4.2 Variabel terikat (dependent)

Variabel terikat adalah variabel yang dipengaruhi oleh atau yang menjadi akibat adanya variabel bebas dan variabel ini sering disebut respon output (Sugiyono, 2013). Variabel terikat dalam penelitiaan ini adalah kadar trigliserida.

3.5 Definisi Operasional

Variabel Definisi Operasional

Alat Ukur

Cara Ukur Skala Hasil Ukur

Independent Variable Asupan

Makanan

Asupan makanan adalah semua jenis makanan dan minuman yang

mengandung karbohidrat, protein, lemak dan serat yang dikonsumsi tubuh setiap hari.

Food Recall 3x24 jam

Wawancara atau mengisi kuesioner Food Recall 3x24 jam Rasio Jumlah asupan makanan (karbohidrat, protein, lemak, serat) dalam satuan gram.


(63)

42 Dependent Variable Kadar Triglise-rida Banyaknya trigliserida yang terkandung dalam serum yang beredar di sirkulasi darah. Auto Chemical Analyzer Darah subyek diambil dari pembuluh darah vena dengan spuit 3cc dan diletakkan pada tabung yang telah disediakan lalu dibawa ke laboratorium untuk dibaca. Pemeriksaan kadar trigliserida menggunakan Auto Chemical Analyzer dengan metode GPO-PAP

Rasio Kadar

trigliserida dalam satuan unit mg/dl.

3.6 Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data dalam penelitian ini, seluruh data diambil secara langsung dari responden (data primer), yang meliputi :

a) Penjelasan mengenai maksud dan tujuan penelitian. b) Pengukuran berat badan

c) Pengukuran tinggi badan

d) Pengisianinformed consent, form identitas dan kuisionerfood recall3x24 jam


(64)

43

f) Proses pengolahan sampel darah dengan menggunakan Auto Chemical Analyzer

g) Pencatatan hasil pengukuran pada formulir lembar penelitian.

3.7 Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian adalah alat atau fasilitas yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data agar mempermudah peneliti dan hasilnya lebih baik (Saryono, 2010). Pada penelitian ini digunakan alat-alat sebagai berikut:

a)Microtoiseyang sudah dikalibrasi

b) Timbangan berat badan yang sudah dikalibrasi d) Kalkulator

e) Alat tulis

f) Alat pengambilan sampel darah berupa spuit, kapas, alkohol, tourniquet, plester dan vacuntainer.

Untuk pemeriksaan kadar trigliserida alat dan bahan yang digunakan adalah: a) Pipet mikro

b) Tabung mikro c) Rak tabung d) Rak sampel

e) AlatAuto Chemical Analyzer


(65)

44

3.8 Alur Penelitian

Adapun alur penelitian yang akan dilakukan pada penelitian ini adalah sebagai berikut :

Gambar 6. Alur Penelitian 1. Tahap Persiapan

2. Tahap Pelaksanaan

3. Tahap Pengolahan Data

Pembuatan Proposal, Perizinan dan

Koordinasi

Pengisian Form Inform Consent, Identitas dan KuisionerFood Recall 3x24 jam

Pengukuran Berat Badan dan Tinggi Badan

Pengambilan Sampel Darah Puasa dan Pengantaran ke Laboratorium < 2 jam

Pemeriksaan Sampel Darah dan Pencatatan


(66)

45

3.9 Pengolahan dan Analisa Data

3.9.1 Pengolahan Data

Data yang diperoleh dari hasil pengumpulan data selanjutnya diolah dalam bentuk tabel-tabel dan dianalisa menggunakan software komputer. Proses pengolahan data menggunakan program komputer ini terdiri beberapa langkah, yaitu :

a. Editing

Penyempurnaan data yang kurang atau tidak sesuai, belum lengkap, tentang kejelasan data, konsistensi data, dan kesesuaian respondensi (mengkoreksi data yang telah diperoleh).

b. Coding

Setelah semua kuesioner diedit, selanjutnya dilakukan pengkodean, yaitu mengubah data berbentuk kalimat atau huruf menjadi angka atau bilangan.

c. Entry Data

Pada tahapan ini, jawaban-jawaban responden dikelompokkan dengan teliti dan teratur, kemudian dimasukkan ke dalam program komputer.

d. Cleaning

Apabila data dari setiap sumber atau responden selesai dimasukan perlu diperiksa kembali untuk melihat kemungkinan-kemungkinan


(67)

46

adanya kesalahan kesalahan-kesalahan kode, ketidaklengkapan dan sebagainya, kemudian dilakukan pembetulan atau koreksi.

3.9.2 Analisa Data

Analisis data dilakukan melalui beberapa tahap yakni: a. Analisis Univariat

Analisis univariat bertujuan untuk menjelaskan atau mendeskripsikan karakteristik setiap variabel penelitian. Pada umumnya dalam analisis ini hanya menampilkan ditribusi frekuensi dan persentase dari setiap variabel. Analisis univariat pada penelitian ini dilakukan untuk mengetahui karasteristik variabel bebas yaitu asupan makan serta variabel terikat yaitu kadar trigliserida mahasiswa obesitas di Fakultas Kedokteran Universitas Lampung.

b. Analisis Bivariat

Analisis bivariat merupakan analisis yang dilakukan untuk mengetahui ada tidaknya hubungan atau pengaruh antara variabel bebas dan variabel terikat.

1. Uji normalitas data

Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui sebaran distribusi suatu data apakah normal atau tidak. Uji normalitas data menggunakan uji Shapiro-Wilk karena besar sampel ≤ 50.


(68)

47

ditransformasikan ke dalam bentuk p dan diasumsikan normal. Jika nilainya > 0,05 maka distribusi data dinyatakan memenuhi asumsi normalitas, dan jika nilainya < 0,05 maka diinterpretasikan sebagai tidak normal. (Dahlan, 2014)

2. Uji Korelatif

Pada penelitian ini digunakan uji pearson karena skala hasil penelitian merupakan numerik-numerik. Uji pearson merupakan uji yang digunakan untuk mengetahui hubungan atau korelasi dan seberapa besar kekuatan korelasinya. Dalam hal ini uji tersebut digunakan untuk mengetahui hubungan antara komposisi asupan makanan dengan kadar trigliserida. Dimana dikatakan terdapat korelasi yang bermakna jika nilai p < 0,05. Nilai kekuatan korelasi adalah sebagai berikut :

- 0,0 sd < 0,2 : Sangat lemah - 0,2 sd < 0,4 : Lemah - 0,4 sd < 0,6 : Sedang - 0,6 sd < 0,8 : Kuat

- 0,8 sd < 1 : Sangat kuat.

Namun, apabila distribusi data tidak normal dapat digunakan uji Spearman sebagai uji alternatif. (Dahlan, 2014)

c. Analisis Multivariat

Pada analisis ini digunakan regresi linear karena untuk mengetahui hubungan suatu variabel terikat yang mempunyai skala pengukuran numerik dengan satu atau lebih variabel bebas.


(69)

48

Regresi linear dapat digunakan apabila syarat-syarat regresi linear terpenuhi. Ada beberapa syarat regresi linear yaitu linearitas, normalitas, rerata residu nol, tidak ada outlier, independen, konstan dan tidak ada autokorelasi (Dahlan, 2012).

3.10 Etika Penelitian

Penelitian ini telah disetujui oleh komisi etik penelitian kesehatan di Fakultas Kedokteran Universitas Lampung.


(70)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

1. Rerata asupan karbohidrat responden adalah 128,8gram per hari. Rerata asupan protein responden adalah 46gram per hari. Rerata asupan lemak responden adalah 32,3gram per hari. Rerata asupan serat responden adalah 3,3gram per hari. Rerata kadar trigliserida responden adalah 70,3mg/dL.

2. Terdapat hubungan positif yang bermakna antara asupan karbohidrat terhadap kadar trigliserida pada mahasiswa obesitas di Fakultas Kedokteran Universitas Lampung dengan kekuatan korelasi sedang. 3. Terdapat hubungan positif yang bermakna antara asupan protein

terhadap kadar trigliserida pada mahasiswa obesitas di Fakultas Kedokteran Universitas Lampung dengan kekuatan korelasi sedang. 4. Terdapat hubungan positif yang bermakna antara asupan lemak

terhadap kadar trigliserida pada mahasiswa obesitas di Fakultas Kedokteran Universitas Lampung dengan kekuatan korelasi lemah. 5. Tidak terdapat hubungan antara asupan serat terhadap kadar trigliserida


(71)

80

5.2 Saran

1. Bagi responden yang obesitas disarankan untuk mulai melakukan diet obesitas secara benar karena asupan makan berhubungan dengan peningkatan kadar trigliserida pada penderita obesitas.

2. Institusi terkait disarankan untuk mengadakan promosi kesehatan mengenai pencegahan dan penatalaksanaan obesitas mulai dari anak sampai remaja supaya tidak terjadi efek negatif dari obesitas pada masa dewasa.

3. Peneliti lain disarankan melakukan penelitian dengan metode lain seperti kohort dan dengan melihat banyak aspek lain pada penderita obesitas misalnya konsep biomolekuler pada obesitas.


(72)

DAFTAR PUSTAKA

Adam JMF. 2009. Dislipidemia. Dalam Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta: Interna Publishing.

Adriani M. 2012.Peranan Gizi Dalam Siklus Kehidupan. Jakarta: Kencana.

Albrink MJ, Ullrich IH. 1986. Interaction of Dietary Sucrose and Fiber on Serum-Lipids in Healthy-Young Men Fed High-Carbohydrate Diets. American Journal of Clinical Nutrition. 43(3):419–28.

Almatsier S. 2011. Gizi Seimbang Dalam Daur Kehidupan. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Anwar TB. 2004. Dislipidemia Sebagai Faktor Resiko Penyakit Jantung Koroner. e-USU Repository.

Arisman. 2010. Gizi Dalam Daur Kehidupan: Buku Ajar ilmu Gizi 2nd ed. Jakarta: EGC

Badan Pusat Statistik. 2011. Konsumsi kalori dan protein penduduk Indonesia dan provinsi 2011.Jakarta: Badan Pusat Statistik.

Budianto, AK. 2009.Dasar-Dasar Ilmu Gizi.Malang: UMM Press

Bender DA, Mayes PA. 2009. Tinjauan Umum Metabolisme & Penyediaan Bahan Bakar Metabolik. DalamBiokimia Harper. Jakarta: EGC


(73)

Chiu S, et al.2014. Diets High in Protein or Saturated Fat Do Not Affect Insulin Sensitivity or Plasma Concentrations of Lipids and Lipoproteins in Overweight and Obese Adults.The Journal of Nutrition. 144: 1753–1759 Dahlan MS. 2014. Statistik Untuk Kedokteran dan Kesehatan 6th ed. Jakarta:

Epidemiologi Indonesia.

Dahlan MS. 2012.Regresi Linear. Jakarta: Epidemiologi Indonesia

Dashty M. 2014. A quick look at biochemistry: lipid metabolism. Journal Diabetes

Metabolism.5(1): 1–17.

David D. 2004. Obesity And Weight Management. University Of Cincinnati: Ohio State.

Ercho NC. 2014. Hubungan Obesitas Dengan Kadar HDL dan LDL Pada Mahasiswa Preklinik Fakultas Kedokteran Universitas Lampung. Skripsi. Lampung: Universitas Lampung.

Fehrenbach MJ, Weiner J. 2009. Reviews of dental hygiene 2nd ed. USA : Saunders Elsevier.

Fennema O. 1996.Food chemistry 3rded.USA: Marcel Dekker.

Fitriah JN, Murbawani EA. 2007. Hubungan asupan zat gizi, aktivitas fisik dengan status gizi pada peserta senam aerobik. Skripsi. Semarang: Universitas Dipenogoro

Ganong. 2005.Review of Medical Physiology.Jakarta: EGC.

Groff JL, Gropper SS, Hunt SM. 2005. Dietary Fiber : Advanced Nutrition and Human Metabolism 4thEd.Los Angeles: West Publishing


(74)

Guyton AC. 2007.Buku Ajar Fisiologi Kedokteran edisi ke-11. Jakarta: EGC.

Hardinsyah. 2011. Analisis konsumsi lemak, gula dan garam penduduk Indonesia. Gizi Indonesia.34(2): 92−100.

Hardjoeno. 2003.Interpretasi Hasil Tes Laboratorium Diagnostik. Jakarta: EGC. Hidayati S, Hadi H, Lestariana W. 2006. Hubungan asupan zat gizi dan indeks massa

tubuh dengan hiperlipidemia pada murid SLTP yang obesitas di yogyakarta.Sari Pediatri. 8(1): 2531.

Irawati, Ida Dwi. 2004. Hubungan Tingkat Kecukupan Karbohidrat, Lemak dan Serat Makanan Dengan Kadar Trigliserida Darah. Skripsi. Semarang: Universitas Diponegoro

Jahari AB, Sumarno I. 2001. Epidemiologi Konsumsi Serat di Indonesia. Gizi Indonesia. 25:37-56

Jain J. 2005.Fundamental Of Biochemistry. New Delhi: S. Chand & Company LTD. Jellinger PS. 2000. AACE lipid guidelines.Endocr Pract. 6:1−52.

John S. 2004. Nutrition and dietetics 1st ed. Coimbatore: Avnashilingam Deemed University.

Ketaren S. 1996. Pengantar Teknologi Minyak dan Lemak Pangan. Jakarta: Universitas Indonesia.

Kustiah L, Widhianti MU, Dewi M. 2013. Hubungan asupan serat dengan status gizi dan profil lipid darah pada orang dewasa dislipidemia.Jurnal Gizi dan Pangan. 8(3): 193—200

Lichtenstein AH. 2006. Diet And Lifestyle Recommendation. A Scientific Statement From American Heart Assosiation Committe.


(75)

Lilyasari O. 2007. Hipertensi Dengan Obesitas: Adakah Peran Endotelin-1?. Jurnal

Kardiologi Indonesia. 28(6): 460–75.

Lupton JR, Brooks GA, Butte NF, Caballero B, Flatt JP, Fried SK, et al. 2005. Dietary Reference Intake For Energy, Carbohydrate, Fiber, Fat, Fatty Acid, Cholesterol, Protein and Amino Acids. Washington DC: The National Academies PressMarks, 2000. Biokimia Kedokteran Dasar. Jakarta: EGC.

Maulana M. 2014. Pengaruh pemberian ekstrak etanol 95% cabe jawa (Piper retrofractum vahl) terhadap kadar low density lipoprotein (LDL) pada tikus putih (Rattus novergicus) jantan galur Sparague dawley yang diberikan diet tinggi lemak.Skripsi. Lampung: Universitas Lampung. Mayes P. 2009. Biosintesis asam lemak. DalamBiokimia Harper. Jakarta: EGC. Muller, 2003. The serum LDL/HDL cholesterol ratio is influenced more favorably by

exchanging saturated with unsaturated fat than by reducing saturated fat in the diet of women.J Nutr.

Murray RK. 2009.Biokimia Harper 27thed. Jakarta: EGC.

Myers. 2003. Interrelationship between carbohydrate and lipid metabolism

”biological chemistry”.Long Beach: California State University. Notoatmodjo S. 2012.Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta. Nursalam. 2011. Konsep Dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan

2nded. Jakarta: Salemba Medika.


(76)

Kemenkes, 2013. Riset Kesehatan Dasar Tahun 2013. Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan

Park, EJ. 2001. Effect of Dietary Carbohydrate on Triglyceride Metabolism In Human.J. Nutr. 131: 2772S-2774S

Rolfes SR, Pinna K, Whitney E. 2006. Understanding normal and clinical nutrition 7thed. USA: Thomson Laerning.

Rustika, Omeati R. 2014. Penyakit jantung coroner (PJK) dengan obesitas di kelurahan kebon kalapa, bogor [baseline studi kohor factor risiko ptm]. Buletin Penelitian Sistem Kesehatan.17(4): 385−93.

Santawati FV. 2010. Hubungan asupan serat dengan beberapa factor risiko penyakit kardiovaskular. Artikel penelitian. Semarang: Universitas Diponegoro.

Santoso A. 2011. Serat pangan (dietary fiber) dan manfaatnya bagi kesehatan. Magistra.75: 35−40.

Sartika RAD. 2008. Pengaruh asam lemak jenuh, tidak jenuh dan asam lemak trans terhadap kesehatan.Kesehatan Masyarakat Nasional. 2(4): 15460. Saryono. 2010. Metode Penelitian Kualitatif dalam Bidang Kesehatan. Yogyakarta:

Nuha Medika.

Sastroasmoro S. 2014.Dasar-Dasar Metodologi Penelitian Klinis edisi ke-5. Jakarta: Sagung Seto.

Sediaoetama AD. 2008.Ilmu Gizi.Jakarta: Dian Rakyat.

Sherwood L. 2012.Anatomi dan fisiologi manusia dari sel ke sistem. Jakarta: EGC. Siswoyo D. 2007.Ilmu Pendidikan.Yogyakarta: UNY Press.


(77)

Sugiyono. 2013. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Sugondo S. 2009. Obesitas. DalamBuku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta: EGC. Sunarti E. 2009. Rasio Lingkar Pinggang dan Pinggul dengan Penyakit Jantung

Koroner di Rsud Kabupaten Sukoharjo. Skripsi. Yogyakarta: Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta.

Supariasa IDN. 2012.Penilaian Status Gizi. Jakarta: EGC.

Syarief F. 2008. Efek suplementasi serat chitosan dengan omega-3 dalam minyak ikan terhadap trigliserida plasma dan kolesterol total pada pekerja obes. Jurnal Kedokteran Indonesia.2(1): 23–9.

Tsalissavrina I, Wahono D, Handayani D. 2006. The influence of high-carbohydrate dietadministration in comparison with high-fat diet toward triglceride and HDL level in blood on Rattus novergicus strain wistar.Jurnal Kedokteran Brawijaya. 22(2): 80-8.

Waspadji S. 2003. Pengkajian status gizi, studi epidemiologi. Jakarta: Balai Penerbit FKUI.

Westerterp KR. 2004. Diet induced thermogenesis. Nutrition & Metabolism. 1 (5): 1753-9

WHO. 2015. Obesity and Overweight. Available at: http://www.who.int/mediacentre/factsheets/fs311/en/.

Winarno FG. 2004.Kimia Pangan Dan Gizi.Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. Yusuf S. 2012. Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Bandung: Remaja


(78)

(1)

Chiu S, et al.2014. Diets High in Protein or Saturated Fat Do Not Affect Insulin Sensitivity or Plasma Concentrations of Lipids and Lipoproteins in Overweight and Obese Adults.The Journal of Nutrition. 144: 1753–1759 Dahlan MS. 2014. Statistik Untuk Kedokteran dan Kesehatan 6th ed. Jakarta:

Epidemiologi Indonesia.

Dahlan MS. 2012.Regresi Linear. Jakarta: Epidemiologi Indonesia

Dashty M. 2014. A quick look at biochemistry: lipid metabolism. Journal Diabetes Metabolism.5(1): 1–17.

David D. 2004. Obesity And Weight Management. University Of Cincinnati: Ohio State.

Ercho NC. 2014. Hubungan Obesitas Dengan Kadar HDL dan LDL Pada Mahasiswa Preklinik Fakultas Kedokteran Universitas Lampung. Skripsi. Lampung: Universitas Lampung.

Fehrenbach MJ, Weiner J. 2009. Reviews of dental hygiene 2nd ed. USA : Saunders Elsevier.

Fennema O. 1996.Food chemistry 3rded.USA: Marcel Dekker.

Fitriah JN, Murbawani EA. 2007. Hubungan asupan zat gizi, aktivitas fisik dengan status gizi pada peserta senam aerobik. Skripsi. Semarang: Universitas Dipenogoro

Ganong. 2005.Review of Medical Physiology.Jakarta: EGC.

Groff JL, Gropper SS, Hunt SM. 2005. Dietary Fiber : Advanced Nutrition and Human Metabolism 4thEd.Los Angeles: West Publishing


(2)

Guyton AC. 2007.Buku Ajar Fisiologi Kedokteran edisi ke-11. Jakarta: EGC.

Hardinsyah. 2011. Analisis konsumsi lemak, gula dan garam penduduk Indonesia. Gizi Indonesia.34(2): 92−100.

Hardjoeno. 2003.Interpretasi Hasil Tes Laboratorium Diagnostik. Jakarta: EGC. Hidayati S, Hadi H, Lestariana W. 2006. Hubungan asupan zat gizi dan indeks massa

tubuh dengan hiperlipidemia pada murid SLTP yang obesitas di yogyakarta.Sari Pediatri. 8(1): 2531.

Irawati, Ida Dwi. 2004. Hubungan Tingkat Kecukupan Karbohidrat, Lemak dan Serat Makanan Dengan Kadar Trigliserida Darah. Skripsi. Semarang: Universitas Diponegoro

Jahari AB, Sumarno I. 2001. Epidemiologi Konsumsi Serat di Indonesia. Gizi Indonesia. 25:37-56

Jain J. 2005.Fundamental Of Biochemistry. New Delhi: S. Chand & Company LTD. Jellinger PS. 2000. AACE lipid guidelines.Endocr Pract. 6:1−52.

John S. 2004. Nutrition and dietetics 1st ed. Coimbatore: Avnashilingam Deemed University.

Ketaren S. 1996. Pengantar Teknologi Minyak dan Lemak Pangan. Jakarta: Universitas Indonesia.

Kustiah L, Widhianti MU, Dewi M. 2013. Hubungan asupan serat dengan status gizi dan profil lipid darah pada orang dewasa dislipidemia.Jurnal Gizi dan Pangan. 8(3): 193—200

Lichtenstein AH. 2006. Diet And Lifestyle Recommendation. A Scientific Statement From American Heart Assosiation Committe.


(3)

Lilyasari O. 2007. Hipertensi Dengan Obesitas: Adakah Peran Endotelin-1?. Jurnal Kardiologi Indonesia. 28(6): 460–75.

Lupton JR, Brooks GA, Butte NF, Caballero B, Flatt JP, Fried SK, et al. 2005. Dietary Reference Intake For Energy, Carbohydrate, Fiber, Fat, Fatty Acid, Cholesterol, Protein and Amino Acids. Washington DC: The National Academies PressMarks, 2000. Biokimia Kedokteran Dasar. Jakarta: EGC.

Maulana M. 2014. Pengaruh pemberian ekstrak etanol 95% cabe jawa (Piper retrofractum vahl) terhadap kadar low density lipoprotein (LDL) pada tikus putih (Rattus novergicus) jantan galur Sparague dawley yang diberikan diet tinggi lemak.Skripsi. Lampung: Universitas Lampung. Mayes P. 2009. Biosintesis asam lemak. DalamBiokimia Harper. Jakarta: EGC. Muller, 2003. The serum LDL/HDL cholesterol ratio is influenced more favorably by

exchanging saturated with unsaturated fat than by reducing saturated fat in the diet of women.J Nutr.

Murray RK. 2009.Biokimia Harper 27thed. Jakarta: EGC.

Myers. 2003. Interrelationship between carbohydrate and lipid metabolism

”biological chemistry”.Long Beach: California State University.

Notoatmodjo S. 2012.Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta. Nursalam. 2011. Konsep Dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan

2nded. Jakarta: Salemba Medika.


(4)

Kemenkes, 2013. Riset Kesehatan Dasar Tahun 2013. Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan

Park, EJ. 2001. Effect of Dietary Carbohydrate on Triglyceride Metabolism In Human.J. Nutr. 131: 2772S-2774S

Rolfes SR, Pinna K, Whitney E. 2006. Understanding normal and clinical nutrition 7thed. USA: Thomson Laerning.

Rustika, Omeati R. 2014. Penyakit jantung coroner (PJK) dengan obesitas di kelurahan kebon kalapa, bogor [baseline studi kohor factor risiko ptm]. Buletin Penelitian Sistem Kesehatan.17(4): 385−93.

Santawati FV. 2010. Hubungan asupan serat dengan beberapa factor risiko penyakit kardiovaskular. Artikel penelitian. Semarang: Universitas Diponegoro.

Santoso A. 2011. Serat pangan (dietary fiber) dan manfaatnya bagi kesehatan. Magistra.75: 35−40.

Sartika RAD. 2008. Pengaruh asam lemak jenuh, tidak jenuh dan asam lemak trans terhadap kesehatan.Kesehatan Masyarakat Nasional. 2(4): 15460.

Saryono. 2010. Metode Penelitian Kualitatif dalam Bidang Kesehatan. Yogyakarta: Nuha Medika.

Sastroasmoro S. 2014.Dasar-Dasar Metodologi Penelitian Klinis edisi ke-5. Jakarta: Sagung Seto.

Sediaoetama AD. 2008.Ilmu Gizi.Jakarta: Dian Rakyat.

Sherwood L. 2012.Anatomi dan fisiologi manusia dari sel ke sistem. Jakarta: EGC. Siswoyo D. 2007.Ilmu Pendidikan.Yogyakarta: UNY Press.


(5)

Sugiyono. 2013. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Sugondo S. 2009. Obesitas. DalamBuku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta: EGC. Sunarti E. 2009. Rasio Lingkar Pinggang dan Pinggul dengan Penyakit Jantung

Koroner di Rsud Kabupaten Sukoharjo. Skripsi. Yogyakarta: Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta.

Supariasa IDN. 2012.Penilaian Status Gizi. Jakarta: EGC.

Syarief F. 2008. Efek suplementasi serat chitosan dengan omega-3 dalam minyak ikan terhadap trigliserida plasma dan kolesterol total pada pekerja obes. Jurnal Kedokteran Indonesia.2(1): 23–9.

Tsalissavrina I, Wahono D, Handayani D. 2006. The influence of high-carbohydrate dietadministration in comparison with high-fat diet toward triglceride and HDL level in blood on Rattus novergicus strain wistar.Jurnal Kedokteran Brawijaya. 22(2): 80-8.

Waspadji S. 2003. Pengkajian status gizi, studi epidemiologi. Jakarta: Balai Penerbit FKUI.

Westerterp KR. 2004. Diet induced thermogenesis. Nutrition & Metabolism. 1 (5): 1753-9

WHO. 2015. Obesity and Overweight. Available at: http://www.who.int/mediacentre/factsheets/fs311/en/.

Winarno FG. 2004.Kimia Pangan Dan Gizi.Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. Yusuf S. 2012. Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Bandung: Remaja


(6)