MEMPERKUAT BASIS EKONOMI DESA MELALUI PE

MEMPERKUAT BASIS EKONOMI DESA
MELALUI PEMBERDAYAAN KELOMPOK DI MASYARAKAT
DI ERA PASAR BEBAS ASEAN (MEA)

Lomba Karya Tulis Perkoperasian Tingkat Jawa Timur
Kategori Masyarakat Umum

Oleh :
LA MEMA PARANDY

BADAN PENGURUS WILAYAH HIMPUNAN PENGUSAHA KAHMI
KAHMI Business Association
PROPINSI JAWA TIMUR
2015

KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT sebab pada akhirnya, karya tulis berjudul
“Memperkuat Basis Ekonomi Desa melalui Pemberdayaan Kelompok di
Masyarakat di Era Pasar Bebas Asean (MEA)” telah mampu penulis selesaikan.
Tentu bukan suatu hal yang mudah pastinya mengingat ketujuh Judul lainya
bukan merupakan judul yang ringan. Dan dari ketuju judul tersebut,

memperkuat basis ekonomi Desa sengaja dipilih penulis, melihat demikian
besarnya potensi Desa yang harus di optimalkan melalui Pemberdayaan
Kelompok di Masyarakat di Era Pasar Bebas Asean (MEA).
Apresiasi yang demikian besar penulis berikan kepada Dinas Koperasi
dan UMKM Provinsi Jawa Timur yang memberikan perspektif baru dalam
peringatan 68 tahun puncak peringatan hari Koperasi Provinsi Jawa Timur.
inilah pemberian makna kepada masyarakat luas tentang arti pentinya Koperasi
sebagai dasar kekuatan ekonomi rakyat. Dalam persperktif baru ini kita tidak
hanya memperingati hari jadi Koperasi Indonesia pada tanggal 12 Juli, tetapi
juga kebangkitan budaya intelektual pemikir-pemikir di bidang perkoperasian.
Sebuah gerakan moral ekonomi kerakyatan yang juga ingin diwujudkan
oleh Dinas Koperasi dan UMKM Provinsi Jawa Timur. Sebagai kontribusi besar
Provinsi Jawa Timur bagi bangsa dan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Besar harapan karya tulis ini dapat bermanfaat sekaligus mendapatkan
masukan dari banyak kalangan. Mengingat, karya tulis ini dibuat hanya
berdasarkan kajian teoritik belaka dan belum dilengkapi dengan data-data
empiris dilapangan. Sehingga pada akhirnya Dinas Koperasi dan UMKM
Provinsi Jawa Timur dapat menemukan bentuk peran idealnya seperti yang kita
inginkan bersama.
Pacitan, April 2015


La Mema Parandy

DAFTAR ISI
Kata Pengantar……………………………………………………………… i
Daftar Isi……………………………………………………………………… ii
Pendahuluan………………………………………………………………… 1
Rumusan Masalah………………………………………………………….. 4
Solusi Masalah……………………………………………………………… 6
Kesimpulan………………………………………………………………….. 8
Daftar Pustaka………………………………………………………………. 9
Lampiran Copy Identitas dan Biodata…………………………………… 10

A. PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Potensi perekonomian di Desa yang kaya sumber daya alam belum
dikelolah secara baik dan tepat, sehingga membutuhkan dukungan seluruh
masyarakat Indonesia. Sikap kita yang acuh tak acuh terhadap lingkungan
sekitar, akan mengakibatkan rendahnya kepedulian sosial yang berdampak
pada situasi dan kondisi pengembangan perekonomian masyarakat umum.

Dan pada akhirnya keterbatasan menciptakan peluang dan lapangan pekerjaan
menyebabkan pertumbuhan ekonomi di Desa kurang berkembang. Padahal
potensi Desa, jelas menyimpan banyak peluang ekonomi yang dapat
dikembangkan jika kita mampu mengelola sebaik-baiknya. Sehingga Desa
menjadi tempat tinggal sekaligus tempat bergantung sumber penghidupan yang
nyaman dan layak.
Masih terjadi kesenjangan (disparitas) terutama antar daerah dan sektor
antar golongan masyarakat (Almasdi Syahza, 2003). Kesenjangan antar
daerah pengembangan kawasan industri dengan kawasan pengembangan
pertanian. Sangat mencolok dan memperlihatkan potensi konflik sebagai
sumber melambatnya pertumbuhan ekonomi di Desa. Sementara mata
pencarian pokok masyarakatnya hanya bergantung kepada pemanfaatan
sumberdaya alam yang tersedia yaitu, perkebunan, mencari kayu, nelayan, dan
petani tradisional.
Meskipun keadaan masyarakat dan Desa mengambarkan dinamikannya,
maka hari ini dan seterusnya kita harus optimis untuk bersiap, bahu-membahu
membuat Desa lebih berdaya, kuat dan sejahterah. Tidak perlu lagi beramairamai untuk mencari pekerjaan di Kota atau bahkan keluar negeri. Desa akan
lebih dikenal sebagai Desa yang mampu mendistribusi pendapatan yang adil
dan merata. Desa akan menjadi ikon ekonomi yang mendunia, karena
sekelompok kecil masyarakat melalui basis ekonomi Desa terberdayakan

secara optimal.
Lahirnya gerakan ekonomi kerakyatan, merupakan manifestasi hubungan
keterikatan

sosial

dan

kebudayaan

masa

lampau

yang

dilestarikan.

Keberagaman budaya nusantara telah melahirkan tatanan perekonomian
kelompok yang sejak dahulu berbasis di Desa. Antara lain, kelompok tani,

kelompok nelayan, kelompok pengrajin, dan kelompok usaha mikro dan kecil

lainya yang berbasis Desa. Tentunya inilah sumber utama penyelesaian
ketidakberdayaan ekonomi di Desa. Dan perlunya akses dan dukungan segala
pihak, untuk memperkuat basis ekonomi Desa sehingga menjadi pemicu
kreatifitas dan inovasi masyarakat Desa dan Desa untuk memobilisasi
kemajuannya. Ini akan sejalan dengan program pemerintahan saat ini, jika
pemberdayaan kelompok di masyarakat Desa mau bersama-sama, bahumembahu menjadikan Desanya kuat dan mandiri.
Dalam Instruksi Presiden Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 2014
Tentang Peningkatan Daya Saing Nasional dalam rangka menghadapi
Masyarakat Ekonomi ASEAN (Association Of Southeast Asian Nations) atau
AEC (Asean Economic Community) terdapat 14 fokus utama. Pada poin ke-9
bidang pengembangan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah dititik beratkan
pada: (a) Peningkatan Daya Saing Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah dari Sisi
Pembiayaan; (b) Pengembangan Daya Saing Usaha Mikro, Kecil, dan
Menengah dalam Rangka Peningkatan Eligibilitas dan Kapabilitas Daya Saing
Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah; (c) Mendorong Pemberdayaan Sektor Riil
dan Daya Saing Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah.
Basis ekonomi Desa dengan sendirinya menciptkan sumber mekanisme
pengaturan ekonomi dalam masyarakat Desa dengan kepemilikan pribadi atau

kelompok secara murni dan tidak pula didasarkan atas kepemilikan negara.
Jelas sudah bagaiman kita memulai mempersiapkan segala sesuatunya dalam
menghadapi Era Pasar Bebas Asean atau Masyarakat Ekonomi Asean (MEA)
2015. Dukungan pemerintah dalam segala aspek untuk menjembatani
kebutuhan masyarakat Desa dan basis ekonomi Desa telah siap, namun
bagaimanakah kita menyikapi ini, untuk memperkuat basis ekonomi mayarakat
Desa melalui pemberdyaan kelompok di masyarakat di Era Pasar Bebas Asean
(MEA).
2. Permasalahan
Untuk mempermudah penulisan karya tulis ini dan memiliki arah yang
jelas dalam menginteprestasikan fakta dan data kedalam penulisan maka
terlebih dahulu dirumuskan kedalam suatu masalah. menurut Sugiono
(2005:32) masalah dapat diartikan sebagai penyimpangan antara yang
seharusnya dengan apa yang benar-benar terjadi. masalah-masalah dapat

diketahui atau di cari apabila terdapat penyimpangan antara pengalaman dan
kenyataan, antara apa yang direncanakan dengan kenyataan. Berdasarkan
latarbelakang diatas maka perumusan masalah dalam penulisan karya tulis ini
adalah tentang Bagaimana strategi Memperkuat Basis Ekonomi Desa Melalui
Pemberdayaan Kelompok di Masyarakat di Era Pasar Bebas Asean (MEA)?

3. Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan karya tulis ini adalah tentang menformulasikan strategi
Memperkuat Basis Ekonomi Desa melalui Pemberdayaan Kelompok di
Masyarakat di Era Pasar Bebas Asean (MEA), antara lain;
a. Baik Masyarakat secara umum bersama pemerintah urung rembuk
gagasan, pikiran dan tindakan nyata agar terlibat secara langsung.
b. Menyebarluasakan informasi, mengali potensi dan minat masyarakat dalam
pemberdayaan basis ekonomi desa
c. Mendokumentasikan hasil kajian-kajian tentang basis ekonomi desa
sebagai rujukan penyusunan kebijakan pemerintah Pusat, Daerah dan
Desa.
4. Manfaat Penulisan
Adapun manfaat yang diharapkan melalui penulisan karya tulis ini adalah:
a. Bagi Pemerintah, Kementrian/Lembaga, khususnya Provinsi Jawa Timur;
sebagai sumbangsih bahan gagasan dan pikiran bagi kebijakan.
b. Bagi Pemerintahan Desa di Indonesia khususnya di Provinsi Jawa Timur
sebagai masukan teknis agar lebih mengoptimalkan peran kelompokkelompok basis ekonomi Desa melalui pemberdayaan kelompok sesuai
dengan perkembangan dan kemajuan saat ini.
c. Bagi kelompok basis ekonomi Desa agar lebih termotivasi, sehingga lebih
kreatif dan inovatif untuk terlibat secara langsung dalam persaingan Pasar

Bebas Asean.
d. Bagi akademisi, peneliti dan pemerhati gerakan perkoperasian agar saling
terjalin tranfer ilmu dan informasi sehingga terus mengupayakan produksi
pengetahuan perkoperasian dalam bentuk teori, hasil riset yang bermanfaat.

e. Bagi penulis, sebagai ruang membuka gagasan dan ide atas dasar peka,
peduli dan partisipasi aktif dalam pemberdayaan masyarakat, khususnya
pendampingan bidang UMKM dan Perkoperasian di Jawa Timur.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Basis Ekonomi Desa
Dalam beberapa tulisan tentang basis ekonomi Desa telah melahirkan
teori sosial ekonomi. Diantaranya, bahwa faktor penentu utama pertumbuhan
ekonomi suatu daerah adalah berhubungan langsung antara permintaan akan
barang dan jasa dari luar daerah (Arsyad 1999:116). Sementara kuat tidaknya
basis

ekonomi

Desa


dapat

dilihat

dari

berkembangnya

tingkat

perekonomiannya. Melalui Undang-Undang nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa,
pemerintah berupaya mengarahkan fokus pembangunan berkelanjutan di Desa
sehingga upaya memaksimalkan potensi ekonomi berbasis Desa dapat
menopang pembangunan nasional.
Sementara sasaran pokok pembangunan ekonomi di Desa secara
bertahap dilakukan antara lain: pertama, peningkatan kualitas tenaga kerja di
pedesaan. Kedua, peningkatan kemampuan aparatur pemerintah Desa. Ketiga,
penguatan lembaga pemerintah dan lembaga masyarakat Desa. Keempat,
pengembangan kemampuan sosial ekonomi masyarakat Desa. Kelima,
pengembangan sarana dan prasarana pedesaan. Keenam, pemantapan

keterpaduan pembangunan Desa berwawasan lingkungan.
Basis ekonomi Desa yang sejak dahulu ada seperti kelompok tani,
kelompok nelayan, kelompok pengrajin, dan kelompok usaha mikro dan kecil
lainya terus menjadi penopang perekonomian masyarakat Desa. Seiring
perkembangan usaha-usaha ekonomi produktif di Desa juga ikut berkembang,
seperti: Pasar Desa, Pembentukan dan Pengembangan Badan Usaha Milik
Desa (BUMDES), Lumbung Desa, Pembukaan Lahan Pertanian, Pengelolaan
Usaha hutan Desa, Kolam Ikan dan Pembenihan Ikan, Gudang Pendingin
(Cold Storage), Tempat Pelayanan Ikan (TPI) Desa, Tambak Garam / petani
garam Desa, Kandang Ternak Desa, Intalasi Biogas Desa sebagai energi
alternative, Mesin Pakan Ternak Desa (Teknologi Tepat Guna).
Sebagai contoh berkembangnya basis ekonomi Desa, di propinsi Jawa
Timur diantaranya yaitu Desa Purwoasri Kecamatan Kebonagung Kabupaten

Pacitan dikenal sebagai Desa Gerabah Seni. Ibu-ibu Rumah tangga
membentuk kelompok pengrajin membuat Muntu, Lemper, Kuali, Gentong,
Guci-guci, Pot, berbahan baku tanah liat olahan. Dan di daerah Kesambi
Kampoeng Sayangan Kabupaten Sidoarjo terkenal usaha pengrajin sayangan
seperti Dandang dan Alat Kukus berbahan alumanium. Inilah brand image
cluster-cluster industri, dan masih banyak lagi cluster lainya yang perlu di

optimalkan. (one product one village) satu Desa satu produk, dengan ciri khas
daerahnya.
Ada contoh lainya juga, yaitu Desa Hua Xi di Negara Tiongkok (China)
mampu menjadi Desa terkaya di dunia karena sukses mengelola basis ekonomi
Desa

dengan meningkatkan produksi pertanian, mengembangkan usaha

industri dan membangun pabrik baja dan pipa baja. Desa tersebut mampu
mengekspor ke Amerika, Kanada, Eropa, Australia, dan juga beberapa negara
Asia Tenggara. Dengan prinsip maju dan makmur bersama telah menjadikan
Desa Hua Xi dimata dunia sebagai simbol terberdayanya Desa sebagai basis
ekonomi Desa potensial bagi pertumbuhan ekonomi suatu bangsa dan Negara.
2. Pemberdayaan Kelompok
Menurut Ife dan Tesoriero (2008:510), Pemberdayan berarti menyediakan
sumber daya, kesempatan, pengetahuan, dan ketrampilan untuk meningkatkan
kemampuan masyarakat menentukan masa depan mereka sendiri dan untuk
berpartisipasi serta mempengaruhi kehidupan masyarakatnya. sementara
Sardlow dalam Adi (2008) menyatakan bahwa, pemberdayaan membahas
bagaimana individu, kelompok ataupun komunitas berusaha mengontrol
kehidupan mereka sendiri dan mengusahakan untuk membentuk masa depan
sesuai dengan keinginan mereka.
Mubyarto (1998:178) menekankan pemberdayaan ekonomi rakyat,
dimana proses pemberdayaan masyarakat diarahkan pada pengembangan
sumber daya manusia (di Pedesaan) dan menciptakan peluang berusaha yang
sesuai dengan keinginan masyarakat. Masyarakat menentukan jenis usaha,
kondisi wilayah yang pada gilirannya dan menciptakan lembaga, serta sistem
pelayanan dari, oleh, untuk masyarakat setempat. Pemberdayaan masyarakat
adalah upaya untuk menciptakan atau meningkatkan kapasitas, baik secara

individu maupun berkelompok dalam memecahkan berbagai persoalan terkait
upaya peningkatan kualitas hidup, kemandirian, dan kesejahteraan.
Langkah pemberdayaan kelompok difokuskan pada beberapa hal antara
lain adalah;
a. Dukungan dan Peran Kepala Desa sebagai pemimpin Masyarakat yang
betul-betul mampu untuk membangkitkan usaha ekonomi masyarakat
berdasarkan potensi yang dimiliki oleh Desa. Kepala Desa mengambil
prakarsa untuk pengembangan ekonomi dengan membuat pelatihanpelatihan secara mandiri serta melakukan reviltalisasi aset Desa hingga
menghasilkan Pendapatan Asli Desa (PADes) yang sangat besar. inilah
sebagai siklus bagi desa memberikan bantuan permodalan kepada warga,
selain bantuan permodalan dari investor.
b. Menyiapkan

SDM

Fasilitator

Pemberdayaan

Masyarakat

sebagai

pendamping Desa yang berpengalaman dan bersertifikat kompetensi. Hal
ini bertujuan sebagai transfer pengetahuan (transfer of knowledge),
peneladanan (disicpleship), pembekalan keterampilan (basic skill), dan
peningkatan kapasitas (capacity building) antara pemerintah Desa dan
masyarakat Desa.
c. Mengoptimalkan peran Musyawarah Desa dalam memperjuangkan aspirasi
masyarakatnya. Penyelenggaraan Musyawarah Desa (Musdes) dilakukan
dengan mendorong partisipatif atau melibatkan seluruh unsur masyarakat
baik itu tokoh agama, tokoh masyarakat, perwakilan petani, nelayan,
perempuan maupun masyarakat miskin.
C. SOLUSI MASALAH
Desa ke depan di hadapkan pada tantangan memasuki persaingan pasar
bebas Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) tahun 2015. Upaya untuk menciptakan
daya saing Desa adalah tanggung jawab bersama bangsa Indonesia. Menyadari
pentinya mengoptimalkan berbagai potensi basis ekonomi Desa membutuhkan
perencanaan dan gerakan bersama antara Pemerintah, pelaku usaha di Desa,
Perguruan tinggi, Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) dan organisasi
keprofesian. Sebagai payung hukum melindungi kepentingan Desa, maka
langkah mengsukseskan implementasi UU Desa No. 6 tahun 2014 perlu
disosialisasikan terus-menerus. Tujuanya agar pemahaman yang komprehensif

dalam memaknai penjabaran UU Desa akan memberikan dampak positif bagi
program-pogram penguatan basis ekonomi Desa.
Persiapan-persiapan yang mendasar perlu dilakukan dalam menyongsong
Era Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) 2015 antara lain;
1. Keberpihakan dan dukungan (political will) pemerintah Pusat, Daerah dan
Desa.
2. Meningkatkan kualitas SDM petani, pengrajin, nelayan dan sektor UMKM
diharapkan terdapat sarana pendidikan dan pelatihan minat pada usaha
distribusi peluang usaha lainnya (distribusi bibit, pupuk, peralatan, produksi)
3. Menyiapkan Tenaga Ahli Profesional pemberdayaan masyarakat bidang
Koperasi dan UMKM untuk mendampingi Desa sehingga mereka mampu
memberdayakan Desanya.
4. Menyiapkan sistem database pemetaan kelompok yang difungsikan untuk
mengetahui arah gerak perekonomian berbasis kelompok masyarakat.
5. Dukungan perizinan yang mudah, cepat, murah sesuai bidang usaha (khusus
IUKM Gratis).
6. Akses perbankan untuk menjangkau permodalan dengan tingkat suku bunga
kompetitif berdasarkan kondisi usaha di Desa.
7. Menyiapkan skema investasi bagi investor, terutama untuk investor dalam
negeri diperbanyak 85 % dan investor asing hanya 15 %. Tujuanya adalah
memproteksi dan menghindari kepemilikan asing atas basis ekonomi Desa.
8. Dukungan Infrastruktur fisik antara lain; Jalan raya Desa, akses kabel telepon
dan jaringan pemancar, memaksimalkan sumber energi terbarukan sebagai
pusat pembakit listrik mandiri dengan skema investasi, pelabuhan laut tepian
pantai, pembangunan kanal irigasi terpadu lintas Desa,dll.
9. Menyiapkan personal brand, produk brand dan komunal brand unggulan
dalam negeri yang didukung oleh media masa dan elektronik (bisa bantuan
CSR perusahan) bagi UMKM basis ekonomi Desa dalam iklan, promosi dan
pemasaran.
10. Membangun infrastruktur pendukung sektor ekonomi kreatif berbasis Desa
yaitu;

pariwisata

laut,

gunung,

petualangan

penginapan,hotel dan rest area kluiner.

alam

bebas,

hiburan,

D. KESIMPULAN
Memperkuat basis ekonomi Desa melalui kelompok di masyarakat harus
didukung strategi yang tepat. Partisipasi kelompok di masyarakat menjadi
penting dalam pemberdayaan. Basis ekonomi Desa yang sejak dahulu ada
seperti kelompok tani, kelompok nelayan, kelompok pengrajin, dan kelompok
usaha mikro dan kecil terbukti mampu menopang perekonomian masyarakat
Desa. Usaha-usaha ekonomi produktif di Desa juga ikut berkembang, seperti:
Pasar Desa, Pembentukan dan Pengembangan Badan Usaha Milik Desa (BUM
Desa), Lumbung Desa, Pembukaan Lahan Pertanian, Pengelolaan Usaha hutan
Desa, Kolam Ikan dan Pembenihan Ikan, Gudang Pendingin (Cold Storage),
Tempat Pelayanan Ikan (TPI) Desa, Tambak Garam / petani garam Desa,
Kandang Ternak Desa, Intalasi Biogas Desa sebagai energi alternative, Mesin
Pakan Ternak Desa (Teknologi Tepat Guna).
Basis ekonomi Desa dan modal sosial mempunyai hubungan timbal balik
berkelanjutan membutuhan modal sosial (kerjasama, solidaritas, kepercayaan,
dan lain-lain), dan di sisi lain Basis ekonomi Desa juga memupuk (revitalisasi)
modal sosial. Melalui sepuluh strategi memperkuat basis ekonomi Desa yang
penulis tawarkan dalam menghadapi era pasar bebas Asean (MEA) 2015. Kita
tidak boleh takut tetapi justru sebaliknya inilah momentum yang tepat untuk
tampil menawarkan berbagai potensi dan peluang ekonomi berbasis Desa.
Menawarkan modal sosial budaya lokal (local wisdom) yang kental namun
terberdaya secara modern. Desa akan menjadi lebih daripada Desa, tampil
menjadi ikon-ikon baru kekuatan ekonomi berbasis Desa, satu produk satu Desa
(one product one village) menyamai negara Tiongkok atau lainya.

E. DAFTAR PUSTAKA
Almasdi, Syahza. 2003. Jurnal Pembangunan Pedesaan, Volume 3 Nomor 2.
Universitas Jenderal Soedirman. Purwokerto.
Mustakim, Mochammad Zaini. 2015. Kepemimpinan Desa, Kementrian Desa,
Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi Republi Indonesia.
Cetakan pertama. Maret 2015.
Khairuddin, 2012. Implementasi kebijakan Program Nasional Pemberdyaan
Masyarakat Mandiri dalam Penanggulangan Kemisikina dan Peningkatan
Peranserta Masyarakat di Kecamatan Teluk Bintan Kabupaten Bintan. Tesis:
Pascasarjana Universitas Terbuka.
Zulkarnain, 2006. Kewirausahaan, Strategi Pemberdayaan Usaha Kecil dan
Penduduk Miskin. Adicita Karya Nusa. Yogyakarta.
Undang-undang nomor 6 tahun tentang Desa tahun 2014.
Instruksi Presiden Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Peningkatan
Daya Saing Nasional dalam rangka menghadapi Masyarakat Ekonomi
ASEAN (Association Of Southeast Asian Nations).
Peraturan Menteri Desa, Pembanggunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi
Republik Indonesia Nomor 3 tahun 2015 tentang Pendampingan Desa.
Buku III Agenda Pembangunan Wilayah, RPJM 2015-2019. Kementrian
Perencanaan dan Pembangunan Nasional dan Badan Perencanaan
Nasional tahun 2014.
http://swa.co.id/business-strategy/tantangan-mea-2015-kita-harus-menyerangbukan-bertahan
http://cielsbm.org/komunitas-dan-perubahan-masyarakat/
http://kadabrakukar7.blogspot.com/2015/02/negara-china-dengan-desa-terkayadi.html
http://www.ciamiskab.go.id/berita/734-tantangan-desa-menuju-masyarakatekonomi-asean-mea-2015
http://pariwisatasidoarjo.com/portfolio
http://infopublik.id/read/96616/daya-saing-sdm-dan-umkm-faktor-penting-hadapimea-2015.html
http://www.lensaindonesia.com/2015/04/03/untuk-desa-yang-kuat-maju-mandiridan-demokratis.html

BIODATA PENULIS
Nama

: La Mema Parandy,ST.,MM.

Tempat, Tanggal lahir

: Ambon, 9 September 1982

Alamat

: Gunung Cilik, RT.001 / RW.010 Desa Purwoasri
Kecamatan Kebonagung, Kabupaten Pacitan

Lembaga

: Badan Pengurus Wilayah Himpunan Pengusaha KAHMI
(BPW HIPKA) Provinsi Jawa Timur

No. Handphone

: 0852 0342 5232

E-mail

: lamemaparandy@gmail.com