S PEA 1203437 Chapter1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian
Bank merupakan lembaga keuangan yang berperan sebagai perantara
(financial intermediary) antara pihak-pihak yang memiliki kelebihan dana dengan
pihak-pihak yang memerlukan dana. Mengingat peran pentingnya, maka
keberadaan bank yang sehat, baik secara individu maupun secara keseluruhan
sebagai suatu sistem, akan menciptakan kondisi perekonomian yang sehat pula.
Berdasarkan Undang-undang No. 10 Tahun 1998 tentang Perubahan Atas
Undang-undang No. 7 Tahun 1992 tentang Perbankan, pengertian bank adalah
sebagai berikut:
Badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk
simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit
dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup
rakyat banyak.
Di Indonesia, terdapat beberapa jenis bank, salah satunya adalah bank umum.
Bank Umum menurut Undang-undang No. 10 Tahun 1998 adalah “bank yang
melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional dan atau berdasarkan prinsip
syariah yang dalam kegiatannya memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran.”
Dewasa ini, bisnis perbankan berkembang pesat dengan persaingan yang
ketat. Di tengah persaingan tersebut, bank harus mampu menjaga eksistensinya
agar bisnisnya tetap berjalan dengan baik. Sebagai lembaga yang menjalankan
fungsi intermediary, dalam proses bisnisnya bank akan menjembatani kebutuhan
masyarakat, baik masyarakat sebagai unit surplus maupun unit defisit. Hal ini
menyebabkan kepercayaan masyarakat terhadap bank menjadi hal yang penting.
Salah satu cara yang dapat dilakukan bank untuk memperoleh kepercayaan
masyarakat adalah dengan menjaga posisi likuiditas yang aman, sehingga bank
dapat memenuhi kewajiban kepada nasabah sewaktu-waktu dan nasabah merasa
aman menempatkan dananya di bank. Seperti yang dikemukakan oleh Rose dan
1
Siti Wulansari, 2016
PENGARUH PERTUMBUHAN DANA PIHAK KETIGA DAN CADANGAN SEKUNDER TERHADAP
LIKUIDITAS BANK DENGAN KELOMPOK BUKU SEBAGAI VARIABEL MODERASI
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
2
Hudgins (2013:359) bahwa salah satu tugas penting dari manajemen institusi
keuangan adalah menjamin likuiditas yang memadai setiap waktu.
Dalam kegiatan operasi bank, pengelolaan likuiditas merupakan masalah
yang cukup kompleks, hal tersebut karena sebagian besar dana yang dimiliki oleh
bank bersifat sementara dan dapat ditarik sewaktu-waktu oleh nasabah. “Tingkat
likuiditas suatu bank mencerminkan sampai berapa jauh suatu bank dapat
mengelola dananya dengan sebaik-baiknya” Rivai et al. (2013:145). Oleh karena
itu, kondisi likuiditas harus diupayakan terjaga dalam kondisi aman. Adapun salah
satu indikator likuiditas perbankan yang paling banyak digunakan seperti yang
diungkapkan Darmawi (2011:61) adalah Loan to Deposit Ratio (LDR), yaitu
perbandingan kredit yang diberikan terhadap total dana pihak ketiga. Begitupun
berdasarkan lampiran Surat Edaran Bank Indonesia No. 3/30/DPNP Tahun 2001
mengenai Laporan Keuangan Publikasi Triwulanan dan Bulanan Bank Umum
serta Laporan tertentu yang disampaikan kepada Bank Indonesia, rasio untuk
aspek likuiditas diukur menggunakan rasio LDR.
Berikut ini merupakan data rata-rata tingkat LDR bank umum
konvensional pada tahun 2013 dan 2014.
Tabel 1.1
Rata-rata Tingkat LDR Bank Umum Konvensional Tahun 2013 dan 2014
LDR (%)
2013
Januari
83,47
Februari
84,35
Maret
84,93
April
85,17
Mei
85,84
Juni
86,80
Juli
88,68
Agustus
88,88
September
88,91
Oktober
89,47
November
89,97
Desember
89,70
Sumber: Statistik Perbankan Indonesia
Bulan
2014
90,47
90,47
91,17
90,79
90,30
90,25
92,19
90,63
88,93
88,45
88,65
89,42
Siti Wulansari, 2016
PENGARUH PERTUMBUHAN DANA PIHAK KETIGA DAN CADANGAN SEKUNDER TERHADAP
LIKUIDITAS BANK DENGAN KELOMPOK BUKU SEBAGAI VARIABEL MODERASI
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
3
Rata-rata LDR bank umum konvensional pada tahun 2014 secara year on
year (yoy) cenderung meningkat dari tahun 2013, seperti yang terlihat dalam
diagram berikut.
94
92
90
88
LDR (%) 86
84
82
80
78
90,47
91,17
90,47
92,19
90,63
90,79 90,3
90,25
88,93
88,68 88,88
84,93
84,35
85,17
85,84
89,47
88,91
89,97
89,7
89,42
88,45 88,65
86,8
2013
83,47
2014
Bulan
Sumber: Statistik Perbankan Indonesia (data diolah)
Gambar 1.1
Rata-rata Tingkat LDR (Loan To Deposit Ratio)
Bank Umum Konvensional Tahun 2013 dan 2014
Berdasarkan diagram tersebut, terlihat bahwa tingkat LDR bank umum
konvensional pada tahun 2014 cenderung lebih tinggi dari tahun 2013. Secara yoy
dari bulan Januari sampai September tahun 2014, tingkat LDR selalu mengalami
peningkatan dari tahun sebelumnya. Mulai bulan Oktober sampai Desember 2014
tingkat LDR mengalami penurunan. Tren peningkatan LDR mendorong terjadinya
tekanan likuiditas dalam bisnis perbankan. Bahkan pada bulan Juli 2014, rata-rata
LDR bank umum berada pada tingkat 92,19%. Angka ini melampaui batas aturan
LDR yang ditetapkan oleh Bank Indonesia dalam Peraturan Bank Indonesia
Nomor 15/7/PBI/2013 yang menghendaki bank untuk menjaga LDR dalam
kisaran 78% - 92%.
Siti Wulansari, 2016
PENGARUH PERTUMBUHAN DANA PIHAK KETIGA DAN CADANGAN SEKUNDER TERHADAP
LIKUIDITAS BANK DENGAN KELOMPOK BUKU SEBAGAI VARIABEL MODERASI
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
4
Adapun berdasarkan kelompok BUKU (Bank Umum Kegiatan Usaha),
rata-rata tingkat LDR bank umum konvensional yang dihitung berdasarkan data
keuangan bulan Desember 2014, terlihat seperti dalam tabel berikut.
Tabel 1.2
Rata-rata Tingkat LDR Bank Umum Konvensional Berdasarkan Kelompok
BUKU Per Desember 2014
Kelompok BUKU
Rata-rata LDR
Bank BUKU I
89,04%
Bank BUKU II
93,73%
Bank BUKU III
92,21%
Bank BUKU IV
82,07%
Sumber: Laporan Keuangan Publikasi Bank (data
diolah)
`
Berdasarkan data dalam tabel tersebut, dengan memperhatikan batasan LDR yang
ditetapkan oleh Bank Indonesia maka rata-rata LDR kelompok bank BUKU II dan
BUKU III, masing-masing sebesar 93,73% dan 92,21% melampaui batas atas
LDR yang ditetapkan Bank Indonesia yaitu 92%. Hal ini menggambarkan
kemampuan likuiditas bank yang rendah. Menurut Surjaningsih et al. (2014:24),
“Nilai LDR yang tinggi mengindikasikan ekspansi kredit bank yang besar dengan
sumber dana (funding) yang relatif lebih terbatas sehingga berpotensi
menyebabkan bank mengalami kesulitan likuiditas.” Oleh karena itu, semakin
tinggi rasio LDR, mengindikasikan rendahnya kemampuan likuiditas bank.
Dalam dunia perbankan sering timbul pertentangan antara kepentingan
likuiditas dan profitabilitas. Seperti yang dikemukakan oleh Nurastuti (2011:94)
bahwa,
Untuk mempertahankan posisi likuiditas yang tinggi berarti harus
menggunakan dana yang seharusnya bisa digunakan untuk memperbesar
cadangan primer. Dengan demikian maka kesempatan untuk mendapatkan
keuntungan akan berkurang.
Begitupun sebaliknya jika semua dana bank ditempatkan dalam bentuk
kredit kepada nasabah, keuntungan yang diharapkan akan besar, namun bank
Siti Wulansari, 2016
PENGARUH PERTUMBUHAN DANA PIHAK KETIGA DAN CADANGAN SEKUNDER TERHADAP
LIKUIDITAS BANK DENGAN KELOMPOK BUKU SEBAGAI VARIABEL MODERASI
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
5
tersebut tidak likuid karena kekurangan kas sehingga akan kesulitan dalam
memenuhi kebutuhan nasabah yang ingin menarik dananya. Menurut Surjaningsih
et al. (2014:3), “...secara alamiah perbankan sendiri memiliki risiko likuiditas
karena dana (funding) yang dihimpun berjangka pendek yang kemudian
disalurkan kepada debitur dalam bentuk pembiayaan yang berjangka lebih
panjang.” Permasalahan mengenai likuiditas penting untuk diperhatikan oleh bank
karena perbankan memiliki pangsa yang dominan dalam sistem keuangan
Indonesia, serta bisnis perbankan berkaitan dengan kepercayaan masyarakat,
nasabah, dan pemerintah. Hal tersebut sejalan dengan pendapat Sastradipoera
(2004:247) yang menyatakan bahwa “memperoleh laba maksimum yang stabil
sekaligus menjamin likuiditas setiap hari merupakan suatu strategi bisnis
perbankan yang berhasil.” Oleh karena itu diperlukan strategi manajemen
likuiditas untuk menentukan jumlah dana yang akan ditahan dan jumlah dana
yang akan ditempatkan dalam berbagai bentuk kredit dengan melihat karakteristik
setiap titipan dari nasabahnya.
Terdapat beberapa dampak yang ditimbulkan jika bank tidak mampu
menjaga posisi likuiditas yang sehat. Rose dan Hudgins (2013:359) menyatakan
bahwa kekurangan likuiditas dapat menjadi salah satu tanda awal yang
menunjukkan suatu institusi keuangan dalam keadaan bermasalah. Untuk
memenuhi kebutuhan likuiditasnya yang mendesak, perbankan nasional biasanya
melupakan efisiensi dengan membeli dana mahal baik dana masyarakat maupun
pinjaman, dengan meningkatkan suku bunga dananya lebih tinggi daripada pasar.
Tekanan likuiditas yang semakin tinggi dapat menyebabkan menurunnya saldo
giro harian bank dan mempersulit bank untuk membayar kewajiban antarbanknya
sehingga mengganggu kelancaran pada sistem pembayaran. Apabila bank tidak
dapat memberikan dana secara tepat waktu kepada deposan, maka kemungkinan
bank akan kehilangan kepercayaan dari deposan sehingga reputasinya akan turun.
Posisi likuiditas yang buruk juga dapat menyebabkan pemberian sanksi dari
regulator. Selain itu, seperti yang diungkapkan Wuryandani et al. (2014:248)
bahwa, ”kesulitan likuiditas pada suatu bank dapat menjalar pada bank lain
Siti Wulansari, 2016
PENGARUH PERTUMBUHAN DANA PIHAK KETIGA DAN CADANGAN SEKUNDER TERHADAP
LIKUIDITAS BANK DENGAN KELOMPOK BUKU SEBAGAI VARIABEL MODERASI
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
6
sehingga menimbulkan risiko sistemik.” Sejalan dengan pendapat yang
dikemukakan oleh Surjaningsih et al. (2014:5) bahwa individual liquidity risk
dapat berdampak terhadap pasar atau menjadi market liquidity risk melalui
keterkaitan antarbank di interbank market. Crowe (dalam Anam, 2013:2)
menyatakan bahwa ‘sebuah bank memiliki kualitas aset yang baik, pendapatan
yang kuat dan modal yang cukup, mungkin gagal jika tidak mempertahankan
likuiditas yang memadai.’ Bahkan krisis likuiditas yang parah dapat menyebabkan
dampak besar berupa kebangkrutan dan bank runs, Goodhart (2008:40).
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang penelitian di atas, dapat diidentifikasi faktorfaktor yang mempengaruhi likuiditas perbankan sebagai berikut.
Secara sederhana arti likuiditas adalah tersedianya uang kas yang cukup
apabila sewaktu-waktu diperlukan. Menurut Wuryandani et al. (2014:248) kinerja
suatu bank dipengaruhi oleh bagaimana perilaku bank mengelola asset
(penempatan dana) dan liabilitas (penghimpunan dana). Pengelolaan asset dan
liabilitas mempunyai keterkaitan yang erat dengan likuiditas bank, karena
pengelolaan asset dan liabilitas bertujuan untuk memperoleh keuntungan dan
meningkatkan nilai perusahaan dalam batasan tertentu, yang mencakup tingkat
likuiditas yang mencukupi, risiko yang rendah dan modal yang mencukupi.
Wuryandari et al. (2014:256) mengungkapkan bahwa kegiatan usaha bank dalam
penghimpunan dan penempatan dana mempengaruhi kondisi likuiditas bank.
Penghimpunan dana bank dapat berbentuk giro, tabungan, dan deposito yang
merupakan dana yang berasal dari pihak ketiga, dapat juga berbentuk pinjaman
dari pihak kedua, maupun modal. Sedangkan penempatan dana dapat berbentuk
kas, giro di bank sentral, giro di bank lain, surat berharga, kredit, dan penempatan
lain.
Menurut Nurastuti (2011:77) pengelolaan dana yang kurang baik akan
menimbulkan berbagai risiko seperti: kredit, likuiditas, bunga, risiko modal,
pemilik dana menarik dananya dan mismatch. Adapun dalam pengalokasian dana
Siti Wulansari, 2016
PENGARUH PERTUMBUHAN DANA PIHAK KETIGA DAN CADANGAN SEKUNDER TERHADAP
LIKUIDITAS BANK DENGAN KELOMPOK BUKU SEBAGAI VARIABEL MODERASI
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
7
bank menurut Nurastuti (2011:75), terdapat berbagai kemungkinan sebagai
berikut:
1. Primary Reserve, adalah prioritas pertama yang berupa alat-alat likuid
berupa kas, giro di Bank Indonesia dan saldo pada bank lain, cek dan uang
yang ada dalam proses penagihan.
2. Secondary Reserve, adalah prioritas kedua yang berupa harta yang dapat
memberikan pendapatan bagi bank dan sekaligus merupakan alat likuid.
3. Pinjaman (Loans), merupakan bagian dana bank yang dipergunakan untuk
menciptakan pendapatan.
4. Surat-surat berharga, merupakan dana bank yang dipergunakan dalam
bentuk penyertaan dana pada suatu perusahaan (investment portfolio)
dalam jangka panjang.
Berdasarkan kutipan di atas, maka dalam mengalokasikan dananya, bank
memperhatikan prioritas, yaitu memenuhi kebutuhan primary reserve terlebih
dahulu kemudian pengalokasian dana lainnya. Berkaitan dengan pengelolaan
dana, Rivai et al. (2013:146) berpendapat bahwa pengalokasian dana bank
menurut prioritas merupakan faktor yang penting untuk diperhatikan. Salah satu
jalan untuk mengatasi kesulitan likuiditas adalah dengan adanya secondary
reserve, dimana bank dapat mencairkan surat berharganya dengan tidak
mengalami kerugian.
Untuk memperkecil risiko likuiditas yang disebabkan oleh adanya
kekurangan, maka penting bagi bank untuk mengelola likuiditas secara baik.
Adapun manajemen likuiditas bank menurut Nurastuti (2011:80) yaitu,
“...mengatur penyediaan dana minimal dalam bentuk alat likuid dalam upaya
memenuhi kewajiban bank...” Adapun penyediaan dana dalam alat likuid, sumber
utamanya berasal dari dana yang dihimpun bank dari masyarakat (dana pihak
ketiga) berupa giro, tabungan, dan deposito berjangka. Sumber dana lain bank
dalam mendukung operasionalnya dapat berasal dari pinjaman bank lain atau
lembaga bukan bank (dana pihak kedua) seperti call money, dana likuiditas dari
BI, dsb. Bank berkewajiban menyediakan dana untuk deposan yang sewaktuwaktu dapat menarik kembali dana yang disimpannya. Disamping itu, Rivai et al.
(2013:148) menyebutkan bahwa dunia perbankan terutama dalam hal hukum
perbankan
memberikan
prioritas
utama
dalam
mempertahankan
Siti Wulansari, 2016
PENGARUH PERTUMBUHAN DANA PIHAK KETIGA DAN CADANGAN SEKUNDER TERHADAP
LIKUIDITAS BANK DENGAN KELOMPOK BUKU SEBAGAI VARIABEL MODERASI
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
tingkat
8
kecukupan likuiditas dikarenakan adanya proporsi yang besar dari simpanan
nasabah bank berupa giro, atau tabungan, dan deposito berjangka. Darmawi
(2011:57) juga berpendapat bahwa, “naik turunnya persediaan dana yang
diperlukan masing-masing bank tergantung atas naik turunnya deposit dan naik
turunnya permintaan kredit.” Hal ini berarti bahwa kebutuhan likuiditas
dipengaruhi oleh pertumbuhan dana pihak ketiga dan pertumbuhan kredit.
Berdasarkan laporan Otoritas Jasa Keuangan, rasio Non Performing Loan
(NPL) gross perbankan nasional bulan Maret 2014 mencapai 2% (kompas.com).
Pada bulan Juni sampai Agustus 2014, tercatat NPL gross masing-masing sebesar
2,08%, 2,24%, dan 2,31% (bisnis.com dan koran SINDO). Hal ini
memperlihatkan tingkat NPL perbankan yang cenderung mengalami kenaikan.
Berdasarkan laporan publikasi bank umum periode Desember 2014, terdapat
beberapa bank yang memiliki tingkat NPL di atas 5%, diantaranya Bank Mutiara
sebesar 12,24%, BPD Kalimantan Timur sebesar 10,36% dan Bank Kesejahteraan
Ekonomi sebesar 8,72%. Menurut Hersugondo dan Tamtomo (2012:10) bahwa,
“Banyaknya kredit bermasalah juga membuat bank tidak berani meningkatkan
penyaluran kreditnya apalagi bila dana pihak ketiga tidak dapat dicapai secara
optimal maka dapat mengganggu likuiditas suatu bank....” Oleh karena itu,
mendapatkan dana pihak ketiga secara optimal dapat membantu untuk menjaga
kondisi likuiditas bank.
Adapun berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Nandadipa (2010),
terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi LDR, yaitu: Capital Adequacy Ratio
(CAR), Non Perfoarming Loan (NPL), inflasi, exchange rate, dan pertumbuhan
dana pihak ketiga (DPK). Penelitian Abidin (2010), memberikan hasil bahwa
simpanan masyarakat dan pinjaman yang diberikan mempengaruhi likuiditas bank
umum go public di Bursa Efek Indonesia periode 2007-2009. Penelitian Nadia
(2010) mengenai analisis faktor-faktor yang mempengaruhi likuiditas pada Bank
Syariah Mandiri, diperoleh hasil bahwa DPK, asset siap konversi menjadi kas,
pembiayaan, dan profit bank berpengaruh terhadap tingkat buffer likuiditas.
Menurut penelitian ini, variabel DPK merupakan variabel yang memiliki
Siti Wulansari, 2016
PENGARUH PERTUMBUHAN DANA PIHAK KETIGA DAN CADANGAN SEKUNDER TERHADAP
LIKUIDITAS BANK DENGAN KELOMPOK BUKU SEBAGAI VARIABEL MODERASI
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
9
pengaruh paling dominan. Penelitian Granita (2011) menunjukkan hasil bahwa
variabel Net Interest Margin (NIM), Kurs, DPK, Suku Bunga, Non Performing
Loan (NPL), Inflasi, dan Capital Adequacy Ratio (CAR) berpengaruh signifikan
terhadap LDR pada Bank Devisa periode 2002-2009. Penelitian yang dilakukan
oleh Wuryandani et al. (2014) menunjukkan hasil bahwa penghimpunan dan
penempatan dana bank mempengaruhi keputusan likuiditas perbankan. Dalam
penelitiannya,
likuiditas
dibagi
dalam
dua
kelompok
yaitu
likuiditas
precautionary dan likuiditas involuntary. Penelitian yang dilakukan oleh Melese
dan Laximikantham (2015) mengenai faktor penentu likuiditas bank umum di
Ethiopia mendapatkan hasil bahwa faktor CAR, profitability (ROA), dan Bank
Size berpengaruh terhadap likuiditas. Hasil penelitian Ogilo dan Mugenyah (2015)
menyatakan bahwa secara simultan, variabel CAR, Liquid Asset Ratio (LAR),
Ownership Type, Bank Size, dan Leverage berpengaruh signifikan terhadap risiko
likuiditas yang diukur dengan LDR.
Berdasarkan pemaparan para ahli dan penelitian sebelumnya, maka dapat
disimpulkan faktor-faktor yang mempengaruhi likuiditas perbankan diantaranya
sebagai berikut: kegiatan usaha bank dalam penghimpunan dan penempatan dana;
pertumbuhan dana pihak ketiga (DPK); pertumbuhan kredit; Capital Adequacy
Ratio (CAR); Non Perfoarming Loan (NPL); inflasi; exchange rate;
pembiayaan/pinjaman yang diberikan; asset siap konversi menjadi kas; profit
bank; Net Interest Margin (NIM); Kurs; Suku Bunga; ROA; Bank Size; Liquid
Asset Ratio (LAR); Ownership Type; dan Leverage.
Dari berbagai faktor yang teridentifikasi, faktor Pertumbuhan DPK, dan
kegiatan usaha bank dalam penempatan dana khususnya dalam bentuk secondary
reserve (cadangan sekunder) menarik untuk diteliti pengaruhnya terhadap
likuiditas perbankan. Pertumbuhan DPK dipilih karena memiliki kontribusi
terbesar sebagai sumber dana bank dalam mendukung kegiatan operasionalnya.
Disisi lain, dana pihak ketiga memberikan ketidakpastian terhadap bank karena
nasabah dapat menarik dananya sewaktu-waktu, sehingga bank perlu memelihara
likuiditasnya agar dapat membayar penarikan oleh nasabah sehingga tidak
Siti Wulansari, 2016
PENGARUH PERTUMBUHAN DANA PIHAK KETIGA DAN CADANGAN SEKUNDER TERHADAP
LIKUIDITAS BANK DENGAN KELOMPOK BUKU SEBAGAI VARIABEL MODERASI
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
10
kehilangan kepercayaan dari nasabah. Selain itu, menurut Rivai et al. (2013:150)
bahwa “jumlah likuiditas yang diinginkan pada dasarnya ditentukan oleh
perubahan tingkat deposito/simpanan yang ada di bank dan permintaan nasabah
akan kredit ataupun transaksi lainnya”, sehingga pertumbuhan DPK akan
mempengaruhi likuiditas perbankan.
Adapun faktor penempatan dana khususnya dalam cadangan sekunder
dipilih untuk diteliti karena keputusan penempatan dana suatu bank akan
menentukan posisi likuiditas. Dengan memiliki cadangan sekunder bank akan
terbantu ketika mengalami kesulitan likuiditas karena dapat mencairkan surat
berharganya atau alat pasar uang yang dimiliki tanpa mengalami kerugian. Selain
sebagai alat likuid, cadangan sekunder juga dapat memberikan pendapatan bagi
bank.
Bank umum dibagi kedalam empat kelompok berdasarkan kegiatan usaha
yang didasarkan kepada modal inti yang dimiliki seperti yang diatur dalam
Peraturan Bank Indonesia (PBI) Nomor 14/26/PBI/2012. Empat kelompok
tersebut terdiri dari BUKU I merupakan bank yang memiliki modal inti sampai
dengan di bawah Rp 1 triliun, BUKU II memiliki modal inti minimum Rp 1
triliun sampai dengan di bawah Rp 5 triliun, BUKU III merupakan bank yang
bermodal inti minimum Rp 5 triliun sampai dengan di bawah Rp 30 triliun, dan
BUKU IV yang memiliki modal inti minimum Rp 30 triliun. Peraturan ini
bertujuan untuk meningkatkan ketahanan dan daya saing perbankan nasional.
Bank hanya dapat melakukan kegiatan usaha dan memiliki jaringan kantor sesuai
dengan modal inti yang dimiliki. Kegiatan usaha bank dapat berpengaruh terhadap
likuiditas karena dapat menjadi sumber-sumber alat likuid. Dengan demikian,
selain faktor pertumbuhan DPK dan cadangan sekunder yang mempengaruhi
likuiditas, keberadaan kelompok BUKU dapat berpengaruh pula untuk
menguatkan atau melemahkan hubungan pertumbuhan DPK dan cadangan
sekunder terhadap likuiditas bank. Oleh karena itu, dalam penelitian ini, bank
yang dipilih untuk diteliti adalah bank umum konvensional di Indonesia yang
dikelompokkan berdasarkan kelompok BUKU.
Siti Wulansari, 2016
PENGARUH PERTUMBUHAN DANA PIHAK KETIGA DAN CADANGAN SEKUNDER TERHADAP
LIKUIDITAS BANK DENGAN KELOMPOK BUKU SEBAGAI VARIABEL MODERASI
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
11
Berdasarkan pemaparan di atas, penulis tertarik untuk melakukan
penelitian dengan judul, “Pengaruh Pertumbuhan Dana Pihak Ketiga dan
Cadangan Sekunder Terhadap Likuiditas Bank dengan Kelompok BUKU
sebagai Variabel Moderasi (Suatu Kasus Pada Bank Umum Konvensional di
Indonesia Periode 2014).”
C. Rumusan Masalah Penelitian
Berdasarkan paparan dalam latar belakang dan identifikasi masalah,
permasalahan selanjutnya dirumuskan dalam beberapa pertanyaan penelitian
sebagai berikut.
1. Bagaimana gambaran likuiditas, pertumbuhan DPK, dan cadangan sekunder
pada bank umum konvensional berdasarkan kelompok BUKU periode 2014.
2. Bagaimana pengaruh pertumbuhan DPK terhadap likuiditas bank umum
konvensional periode 2014.
3. Bagaimana pengaruh cadangan sekunder terhadap likuiditas bank umum
konvensional periode 2014.
4. Bagaimana pengaruh pertumbuhan DPK terhadap likuiditas bank umum
konvensional periode 2014 dengan kelompok BUKU sebagai variabel
moderasi.
5. Bagaimana pengaruh cadangan sekunder terhadap likuiditas bank umum
konvensional periode 2014 dengan kelompok BUKU sebagai variabel
moderasi.
D. Maksud dan Tujuan Penelitian
Penelitian ini dimaksudkan untuk menganalisis pengaruh pertumbuhan
DPK dan cadangan sekunder terhadap likuiditas. Adapun tujuan dari penelitian ini
adalah:
1. Untuk mendeskripsikan gambaran likuiditas, pertumbuhan DPK, dan
cadangan sekunder pada bank umum konvensional berdasarkan kelompok
BUKU periode 2014.
Siti Wulansari, 2016
PENGARUH PERTUMBUHAN DANA PIHAK KETIGA DAN CADANGAN SEKUNDER TERHADAP
LIKUIDITAS BANK DENGAN KELOMPOK BUKU SEBAGAI VARIABEL MODERASI
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
12
2. Untuk memverifikasi pengaruh pertumbuhan DPK terhadap likuiditas bank
umum konvensional periode 2014.
3. Untuk memverifikasi pengaruh cadangan sekunder terhadap likuiditas bank
umum konvensional periode 2014.
4. Untuk memverifikasi pengaruh pertumbuhan DPK terhadap likuiditas bank
umum konvensional periode 2014 dengan kelompok BUKU sebagai variabel
moderasi.
5. Untuk memverifikasi pengaruh cadangan sekunder terhadap likuiditas bank
umum konvensional periode 2014 dengan kelompok BUKU sebagai variabel
moderasi.
E. Kegunaan Penelitian
1.
Manfaat Teoretis
Mendorong untuk dilakukan kajian dan penelitian ulang mengenai
permasalahan pada penelitian ini dan faktor-faktor yang mempengaruhinya
dengan
mengacu
pada
penelitian-penelitian
sebelumnya,
serta
untuk
memverifikasi faktor-faktor mana yang konsisten mempengaruhi permasalahan
yang diteliti.
2.
Manfaat Praktis
Melalui penelitian ini, diharapkan dapat menambah wawasan penulis dan
pembaca mengenai manajemen keuangan perbankan khususnya dalam hal yang
berkaitan dengan likuiditas bank. Adapun kegunaan praktis lainnya adalah sebagai
berikut:
a. Hasil penelitian ini dapat memberikan kontribusi bagi lembaga perbankan
dalam pengambilan keputusan berkaitan dengan likuiditas.
b. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi untuk penelitian
selanjutnya.
Siti Wulansari, 2016
PENGARUH PERTUMBUHAN DANA PIHAK KETIGA DAN CADANGAN SEKUNDER TERHADAP
LIKUIDITAS BANK DENGAN KELOMPOK BUKU SEBAGAI VARIABEL MODERASI
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian
Bank merupakan lembaga keuangan yang berperan sebagai perantara
(financial intermediary) antara pihak-pihak yang memiliki kelebihan dana dengan
pihak-pihak yang memerlukan dana. Mengingat peran pentingnya, maka
keberadaan bank yang sehat, baik secara individu maupun secara keseluruhan
sebagai suatu sistem, akan menciptakan kondisi perekonomian yang sehat pula.
Berdasarkan Undang-undang No. 10 Tahun 1998 tentang Perubahan Atas
Undang-undang No. 7 Tahun 1992 tentang Perbankan, pengertian bank adalah
sebagai berikut:
Badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk
simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit
dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup
rakyat banyak.
Di Indonesia, terdapat beberapa jenis bank, salah satunya adalah bank umum.
Bank Umum menurut Undang-undang No. 10 Tahun 1998 adalah “bank yang
melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional dan atau berdasarkan prinsip
syariah yang dalam kegiatannya memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran.”
Dewasa ini, bisnis perbankan berkembang pesat dengan persaingan yang
ketat. Di tengah persaingan tersebut, bank harus mampu menjaga eksistensinya
agar bisnisnya tetap berjalan dengan baik. Sebagai lembaga yang menjalankan
fungsi intermediary, dalam proses bisnisnya bank akan menjembatani kebutuhan
masyarakat, baik masyarakat sebagai unit surplus maupun unit defisit. Hal ini
menyebabkan kepercayaan masyarakat terhadap bank menjadi hal yang penting.
Salah satu cara yang dapat dilakukan bank untuk memperoleh kepercayaan
masyarakat adalah dengan menjaga posisi likuiditas yang aman, sehingga bank
dapat memenuhi kewajiban kepada nasabah sewaktu-waktu dan nasabah merasa
aman menempatkan dananya di bank. Seperti yang dikemukakan oleh Rose dan
1
Siti Wulansari, 2016
PENGARUH PERTUMBUHAN DANA PIHAK KETIGA DAN CADANGAN SEKUNDER TERHADAP
LIKUIDITAS BANK DENGAN KELOMPOK BUKU SEBAGAI VARIABEL MODERASI
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
2
Hudgins (2013:359) bahwa salah satu tugas penting dari manajemen institusi
keuangan adalah menjamin likuiditas yang memadai setiap waktu.
Dalam kegiatan operasi bank, pengelolaan likuiditas merupakan masalah
yang cukup kompleks, hal tersebut karena sebagian besar dana yang dimiliki oleh
bank bersifat sementara dan dapat ditarik sewaktu-waktu oleh nasabah. “Tingkat
likuiditas suatu bank mencerminkan sampai berapa jauh suatu bank dapat
mengelola dananya dengan sebaik-baiknya” Rivai et al. (2013:145). Oleh karena
itu, kondisi likuiditas harus diupayakan terjaga dalam kondisi aman. Adapun salah
satu indikator likuiditas perbankan yang paling banyak digunakan seperti yang
diungkapkan Darmawi (2011:61) adalah Loan to Deposit Ratio (LDR), yaitu
perbandingan kredit yang diberikan terhadap total dana pihak ketiga. Begitupun
berdasarkan lampiran Surat Edaran Bank Indonesia No. 3/30/DPNP Tahun 2001
mengenai Laporan Keuangan Publikasi Triwulanan dan Bulanan Bank Umum
serta Laporan tertentu yang disampaikan kepada Bank Indonesia, rasio untuk
aspek likuiditas diukur menggunakan rasio LDR.
Berikut ini merupakan data rata-rata tingkat LDR bank umum
konvensional pada tahun 2013 dan 2014.
Tabel 1.1
Rata-rata Tingkat LDR Bank Umum Konvensional Tahun 2013 dan 2014
LDR (%)
2013
Januari
83,47
Februari
84,35
Maret
84,93
April
85,17
Mei
85,84
Juni
86,80
Juli
88,68
Agustus
88,88
September
88,91
Oktober
89,47
November
89,97
Desember
89,70
Sumber: Statistik Perbankan Indonesia
Bulan
2014
90,47
90,47
91,17
90,79
90,30
90,25
92,19
90,63
88,93
88,45
88,65
89,42
Siti Wulansari, 2016
PENGARUH PERTUMBUHAN DANA PIHAK KETIGA DAN CADANGAN SEKUNDER TERHADAP
LIKUIDITAS BANK DENGAN KELOMPOK BUKU SEBAGAI VARIABEL MODERASI
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
3
Rata-rata LDR bank umum konvensional pada tahun 2014 secara year on
year (yoy) cenderung meningkat dari tahun 2013, seperti yang terlihat dalam
diagram berikut.
94
92
90
88
LDR (%) 86
84
82
80
78
90,47
91,17
90,47
92,19
90,63
90,79 90,3
90,25
88,93
88,68 88,88
84,93
84,35
85,17
85,84
89,47
88,91
89,97
89,7
89,42
88,45 88,65
86,8
2013
83,47
2014
Bulan
Sumber: Statistik Perbankan Indonesia (data diolah)
Gambar 1.1
Rata-rata Tingkat LDR (Loan To Deposit Ratio)
Bank Umum Konvensional Tahun 2013 dan 2014
Berdasarkan diagram tersebut, terlihat bahwa tingkat LDR bank umum
konvensional pada tahun 2014 cenderung lebih tinggi dari tahun 2013. Secara yoy
dari bulan Januari sampai September tahun 2014, tingkat LDR selalu mengalami
peningkatan dari tahun sebelumnya. Mulai bulan Oktober sampai Desember 2014
tingkat LDR mengalami penurunan. Tren peningkatan LDR mendorong terjadinya
tekanan likuiditas dalam bisnis perbankan. Bahkan pada bulan Juli 2014, rata-rata
LDR bank umum berada pada tingkat 92,19%. Angka ini melampaui batas aturan
LDR yang ditetapkan oleh Bank Indonesia dalam Peraturan Bank Indonesia
Nomor 15/7/PBI/2013 yang menghendaki bank untuk menjaga LDR dalam
kisaran 78% - 92%.
Siti Wulansari, 2016
PENGARUH PERTUMBUHAN DANA PIHAK KETIGA DAN CADANGAN SEKUNDER TERHADAP
LIKUIDITAS BANK DENGAN KELOMPOK BUKU SEBAGAI VARIABEL MODERASI
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
4
Adapun berdasarkan kelompok BUKU (Bank Umum Kegiatan Usaha),
rata-rata tingkat LDR bank umum konvensional yang dihitung berdasarkan data
keuangan bulan Desember 2014, terlihat seperti dalam tabel berikut.
Tabel 1.2
Rata-rata Tingkat LDR Bank Umum Konvensional Berdasarkan Kelompok
BUKU Per Desember 2014
Kelompok BUKU
Rata-rata LDR
Bank BUKU I
89,04%
Bank BUKU II
93,73%
Bank BUKU III
92,21%
Bank BUKU IV
82,07%
Sumber: Laporan Keuangan Publikasi Bank (data
diolah)
`
Berdasarkan data dalam tabel tersebut, dengan memperhatikan batasan LDR yang
ditetapkan oleh Bank Indonesia maka rata-rata LDR kelompok bank BUKU II dan
BUKU III, masing-masing sebesar 93,73% dan 92,21% melampaui batas atas
LDR yang ditetapkan Bank Indonesia yaitu 92%. Hal ini menggambarkan
kemampuan likuiditas bank yang rendah. Menurut Surjaningsih et al. (2014:24),
“Nilai LDR yang tinggi mengindikasikan ekspansi kredit bank yang besar dengan
sumber dana (funding) yang relatif lebih terbatas sehingga berpotensi
menyebabkan bank mengalami kesulitan likuiditas.” Oleh karena itu, semakin
tinggi rasio LDR, mengindikasikan rendahnya kemampuan likuiditas bank.
Dalam dunia perbankan sering timbul pertentangan antara kepentingan
likuiditas dan profitabilitas. Seperti yang dikemukakan oleh Nurastuti (2011:94)
bahwa,
Untuk mempertahankan posisi likuiditas yang tinggi berarti harus
menggunakan dana yang seharusnya bisa digunakan untuk memperbesar
cadangan primer. Dengan demikian maka kesempatan untuk mendapatkan
keuntungan akan berkurang.
Begitupun sebaliknya jika semua dana bank ditempatkan dalam bentuk
kredit kepada nasabah, keuntungan yang diharapkan akan besar, namun bank
Siti Wulansari, 2016
PENGARUH PERTUMBUHAN DANA PIHAK KETIGA DAN CADANGAN SEKUNDER TERHADAP
LIKUIDITAS BANK DENGAN KELOMPOK BUKU SEBAGAI VARIABEL MODERASI
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
5
tersebut tidak likuid karena kekurangan kas sehingga akan kesulitan dalam
memenuhi kebutuhan nasabah yang ingin menarik dananya. Menurut Surjaningsih
et al. (2014:3), “...secara alamiah perbankan sendiri memiliki risiko likuiditas
karena dana (funding) yang dihimpun berjangka pendek yang kemudian
disalurkan kepada debitur dalam bentuk pembiayaan yang berjangka lebih
panjang.” Permasalahan mengenai likuiditas penting untuk diperhatikan oleh bank
karena perbankan memiliki pangsa yang dominan dalam sistem keuangan
Indonesia, serta bisnis perbankan berkaitan dengan kepercayaan masyarakat,
nasabah, dan pemerintah. Hal tersebut sejalan dengan pendapat Sastradipoera
(2004:247) yang menyatakan bahwa “memperoleh laba maksimum yang stabil
sekaligus menjamin likuiditas setiap hari merupakan suatu strategi bisnis
perbankan yang berhasil.” Oleh karena itu diperlukan strategi manajemen
likuiditas untuk menentukan jumlah dana yang akan ditahan dan jumlah dana
yang akan ditempatkan dalam berbagai bentuk kredit dengan melihat karakteristik
setiap titipan dari nasabahnya.
Terdapat beberapa dampak yang ditimbulkan jika bank tidak mampu
menjaga posisi likuiditas yang sehat. Rose dan Hudgins (2013:359) menyatakan
bahwa kekurangan likuiditas dapat menjadi salah satu tanda awal yang
menunjukkan suatu institusi keuangan dalam keadaan bermasalah. Untuk
memenuhi kebutuhan likuiditasnya yang mendesak, perbankan nasional biasanya
melupakan efisiensi dengan membeli dana mahal baik dana masyarakat maupun
pinjaman, dengan meningkatkan suku bunga dananya lebih tinggi daripada pasar.
Tekanan likuiditas yang semakin tinggi dapat menyebabkan menurunnya saldo
giro harian bank dan mempersulit bank untuk membayar kewajiban antarbanknya
sehingga mengganggu kelancaran pada sistem pembayaran. Apabila bank tidak
dapat memberikan dana secara tepat waktu kepada deposan, maka kemungkinan
bank akan kehilangan kepercayaan dari deposan sehingga reputasinya akan turun.
Posisi likuiditas yang buruk juga dapat menyebabkan pemberian sanksi dari
regulator. Selain itu, seperti yang diungkapkan Wuryandani et al. (2014:248)
bahwa, ”kesulitan likuiditas pada suatu bank dapat menjalar pada bank lain
Siti Wulansari, 2016
PENGARUH PERTUMBUHAN DANA PIHAK KETIGA DAN CADANGAN SEKUNDER TERHADAP
LIKUIDITAS BANK DENGAN KELOMPOK BUKU SEBAGAI VARIABEL MODERASI
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
6
sehingga menimbulkan risiko sistemik.” Sejalan dengan pendapat yang
dikemukakan oleh Surjaningsih et al. (2014:5) bahwa individual liquidity risk
dapat berdampak terhadap pasar atau menjadi market liquidity risk melalui
keterkaitan antarbank di interbank market. Crowe (dalam Anam, 2013:2)
menyatakan bahwa ‘sebuah bank memiliki kualitas aset yang baik, pendapatan
yang kuat dan modal yang cukup, mungkin gagal jika tidak mempertahankan
likuiditas yang memadai.’ Bahkan krisis likuiditas yang parah dapat menyebabkan
dampak besar berupa kebangkrutan dan bank runs, Goodhart (2008:40).
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang penelitian di atas, dapat diidentifikasi faktorfaktor yang mempengaruhi likuiditas perbankan sebagai berikut.
Secara sederhana arti likuiditas adalah tersedianya uang kas yang cukup
apabila sewaktu-waktu diperlukan. Menurut Wuryandani et al. (2014:248) kinerja
suatu bank dipengaruhi oleh bagaimana perilaku bank mengelola asset
(penempatan dana) dan liabilitas (penghimpunan dana). Pengelolaan asset dan
liabilitas mempunyai keterkaitan yang erat dengan likuiditas bank, karena
pengelolaan asset dan liabilitas bertujuan untuk memperoleh keuntungan dan
meningkatkan nilai perusahaan dalam batasan tertentu, yang mencakup tingkat
likuiditas yang mencukupi, risiko yang rendah dan modal yang mencukupi.
Wuryandari et al. (2014:256) mengungkapkan bahwa kegiatan usaha bank dalam
penghimpunan dan penempatan dana mempengaruhi kondisi likuiditas bank.
Penghimpunan dana bank dapat berbentuk giro, tabungan, dan deposito yang
merupakan dana yang berasal dari pihak ketiga, dapat juga berbentuk pinjaman
dari pihak kedua, maupun modal. Sedangkan penempatan dana dapat berbentuk
kas, giro di bank sentral, giro di bank lain, surat berharga, kredit, dan penempatan
lain.
Menurut Nurastuti (2011:77) pengelolaan dana yang kurang baik akan
menimbulkan berbagai risiko seperti: kredit, likuiditas, bunga, risiko modal,
pemilik dana menarik dananya dan mismatch. Adapun dalam pengalokasian dana
Siti Wulansari, 2016
PENGARUH PERTUMBUHAN DANA PIHAK KETIGA DAN CADANGAN SEKUNDER TERHADAP
LIKUIDITAS BANK DENGAN KELOMPOK BUKU SEBAGAI VARIABEL MODERASI
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
7
bank menurut Nurastuti (2011:75), terdapat berbagai kemungkinan sebagai
berikut:
1. Primary Reserve, adalah prioritas pertama yang berupa alat-alat likuid
berupa kas, giro di Bank Indonesia dan saldo pada bank lain, cek dan uang
yang ada dalam proses penagihan.
2. Secondary Reserve, adalah prioritas kedua yang berupa harta yang dapat
memberikan pendapatan bagi bank dan sekaligus merupakan alat likuid.
3. Pinjaman (Loans), merupakan bagian dana bank yang dipergunakan untuk
menciptakan pendapatan.
4. Surat-surat berharga, merupakan dana bank yang dipergunakan dalam
bentuk penyertaan dana pada suatu perusahaan (investment portfolio)
dalam jangka panjang.
Berdasarkan kutipan di atas, maka dalam mengalokasikan dananya, bank
memperhatikan prioritas, yaitu memenuhi kebutuhan primary reserve terlebih
dahulu kemudian pengalokasian dana lainnya. Berkaitan dengan pengelolaan
dana, Rivai et al. (2013:146) berpendapat bahwa pengalokasian dana bank
menurut prioritas merupakan faktor yang penting untuk diperhatikan. Salah satu
jalan untuk mengatasi kesulitan likuiditas adalah dengan adanya secondary
reserve, dimana bank dapat mencairkan surat berharganya dengan tidak
mengalami kerugian.
Untuk memperkecil risiko likuiditas yang disebabkan oleh adanya
kekurangan, maka penting bagi bank untuk mengelola likuiditas secara baik.
Adapun manajemen likuiditas bank menurut Nurastuti (2011:80) yaitu,
“...mengatur penyediaan dana minimal dalam bentuk alat likuid dalam upaya
memenuhi kewajiban bank...” Adapun penyediaan dana dalam alat likuid, sumber
utamanya berasal dari dana yang dihimpun bank dari masyarakat (dana pihak
ketiga) berupa giro, tabungan, dan deposito berjangka. Sumber dana lain bank
dalam mendukung operasionalnya dapat berasal dari pinjaman bank lain atau
lembaga bukan bank (dana pihak kedua) seperti call money, dana likuiditas dari
BI, dsb. Bank berkewajiban menyediakan dana untuk deposan yang sewaktuwaktu dapat menarik kembali dana yang disimpannya. Disamping itu, Rivai et al.
(2013:148) menyebutkan bahwa dunia perbankan terutama dalam hal hukum
perbankan
memberikan
prioritas
utama
dalam
mempertahankan
Siti Wulansari, 2016
PENGARUH PERTUMBUHAN DANA PIHAK KETIGA DAN CADANGAN SEKUNDER TERHADAP
LIKUIDITAS BANK DENGAN KELOMPOK BUKU SEBAGAI VARIABEL MODERASI
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
tingkat
8
kecukupan likuiditas dikarenakan adanya proporsi yang besar dari simpanan
nasabah bank berupa giro, atau tabungan, dan deposito berjangka. Darmawi
(2011:57) juga berpendapat bahwa, “naik turunnya persediaan dana yang
diperlukan masing-masing bank tergantung atas naik turunnya deposit dan naik
turunnya permintaan kredit.” Hal ini berarti bahwa kebutuhan likuiditas
dipengaruhi oleh pertumbuhan dana pihak ketiga dan pertumbuhan kredit.
Berdasarkan laporan Otoritas Jasa Keuangan, rasio Non Performing Loan
(NPL) gross perbankan nasional bulan Maret 2014 mencapai 2% (kompas.com).
Pada bulan Juni sampai Agustus 2014, tercatat NPL gross masing-masing sebesar
2,08%, 2,24%, dan 2,31% (bisnis.com dan koran SINDO). Hal ini
memperlihatkan tingkat NPL perbankan yang cenderung mengalami kenaikan.
Berdasarkan laporan publikasi bank umum periode Desember 2014, terdapat
beberapa bank yang memiliki tingkat NPL di atas 5%, diantaranya Bank Mutiara
sebesar 12,24%, BPD Kalimantan Timur sebesar 10,36% dan Bank Kesejahteraan
Ekonomi sebesar 8,72%. Menurut Hersugondo dan Tamtomo (2012:10) bahwa,
“Banyaknya kredit bermasalah juga membuat bank tidak berani meningkatkan
penyaluran kreditnya apalagi bila dana pihak ketiga tidak dapat dicapai secara
optimal maka dapat mengganggu likuiditas suatu bank....” Oleh karena itu,
mendapatkan dana pihak ketiga secara optimal dapat membantu untuk menjaga
kondisi likuiditas bank.
Adapun berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Nandadipa (2010),
terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi LDR, yaitu: Capital Adequacy Ratio
(CAR), Non Perfoarming Loan (NPL), inflasi, exchange rate, dan pertumbuhan
dana pihak ketiga (DPK). Penelitian Abidin (2010), memberikan hasil bahwa
simpanan masyarakat dan pinjaman yang diberikan mempengaruhi likuiditas bank
umum go public di Bursa Efek Indonesia periode 2007-2009. Penelitian Nadia
(2010) mengenai analisis faktor-faktor yang mempengaruhi likuiditas pada Bank
Syariah Mandiri, diperoleh hasil bahwa DPK, asset siap konversi menjadi kas,
pembiayaan, dan profit bank berpengaruh terhadap tingkat buffer likuiditas.
Menurut penelitian ini, variabel DPK merupakan variabel yang memiliki
Siti Wulansari, 2016
PENGARUH PERTUMBUHAN DANA PIHAK KETIGA DAN CADANGAN SEKUNDER TERHADAP
LIKUIDITAS BANK DENGAN KELOMPOK BUKU SEBAGAI VARIABEL MODERASI
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
9
pengaruh paling dominan. Penelitian Granita (2011) menunjukkan hasil bahwa
variabel Net Interest Margin (NIM), Kurs, DPK, Suku Bunga, Non Performing
Loan (NPL), Inflasi, dan Capital Adequacy Ratio (CAR) berpengaruh signifikan
terhadap LDR pada Bank Devisa periode 2002-2009. Penelitian yang dilakukan
oleh Wuryandani et al. (2014) menunjukkan hasil bahwa penghimpunan dan
penempatan dana bank mempengaruhi keputusan likuiditas perbankan. Dalam
penelitiannya,
likuiditas
dibagi
dalam
dua
kelompok
yaitu
likuiditas
precautionary dan likuiditas involuntary. Penelitian yang dilakukan oleh Melese
dan Laximikantham (2015) mengenai faktor penentu likuiditas bank umum di
Ethiopia mendapatkan hasil bahwa faktor CAR, profitability (ROA), dan Bank
Size berpengaruh terhadap likuiditas. Hasil penelitian Ogilo dan Mugenyah (2015)
menyatakan bahwa secara simultan, variabel CAR, Liquid Asset Ratio (LAR),
Ownership Type, Bank Size, dan Leverage berpengaruh signifikan terhadap risiko
likuiditas yang diukur dengan LDR.
Berdasarkan pemaparan para ahli dan penelitian sebelumnya, maka dapat
disimpulkan faktor-faktor yang mempengaruhi likuiditas perbankan diantaranya
sebagai berikut: kegiatan usaha bank dalam penghimpunan dan penempatan dana;
pertumbuhan dana pihak ketiga (DPK); pertumbuhan kredit; Capital Adequacy
Ratio (CAR); Non Perfoarming Loan (NPL); inflasi; exchange rate;
pembiayaan/pinjaman yang diberikan; asset siap konversi menjadi kas; profit
bank; Net Interest Margin (NIM); Kurs; Suku Bunga; ROA; Bank Size; Liquid
Asset Ratio (LAR); Ownership Type; dan Leverage.
Dari berbagai faktor yang teridentifikasi, faktor Pertumbuhan DPK, dan
kegiatan usaha bank dalam penempatan dana khususnya dalam bentuk secondary
reserve (cadangan sekunder) menarik untuk diteliti pengaruhnya terhadap
likuiditas perbankan. Pertumbuhan DPK dipilih karena memiliki kontribusi
terbesar sebagai sumber dana bank dalam mendukung kegiatan operasionalnya.
Disisi lain, dana pihak ketiga memberikan ketidakpastian terhadap bank karena
nasabah dapat menarik dananya sewaktu-waktu, sehingga bank perlu memelihara
likuiditasnya agar dapat membayar penarikan oleh nasabah sehingga tidak
Siti Wulansari, 2016
PENGARUH PERTUMBUHAN DANA PIHAK KETIGA DAN CADANGAN SEKUNDER TERHADAP
LIKUIDITAS BANK DENGAN KELOMPOK BUKU SEBAGAI VARIABEL MODERASI
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
10
kehilangan kepercayaan dari nasabah. Selain itu, menurut Rivai et al. (2013:150)
bahwa “jumlah likuiditas yang diinginkan pada dasarnya ditentukan oleh
perubahan tingkat deposito/simpanan yang ada di bank dan permintaan nasabah
akan kredit ataupun transaksi lainnya”, sehingga pertumbuhan DPK akan
mempengaruhi likuiditas perbankan.
Adapun faktor penempatan dana khususnya dalam cadangan sekunder
dipilih untuk diteliti karena keputusan penempatan dana suatu bank akan
menentukan posisi likuiditas. Dengan memiliki cadangan sekunder bank akan
terbantu ketika mengalami kesulitan likuiditas karena dapat mencairkan surat
berharganya atau alat pasar uang yang dimiliki tanpa mengalami kerugian. Selain
sebagai alat likuid, cadangan sekunder juga dapat memberikan pendapatan bagi
bank.
Bank umum dibagi kedalam empat kelompok berdasarkan kegiatan usaha
yang didasarkan kepada modal inti yang dimiliki seperti yang diatur dalam
Peraturan Bank Indonesia (PBI) Nomor 14/26/PBI/2012. Empat kelompok
tersebut terdiri dari BUKU I merupakan bank yang memiliki modal inti sampai
dengan di bawah Rp 1 triliun, BUKU II memiliki modal inti minimum Rp 1
triliun sampai dengan di bawah Rp 5 triliun, BUKU III merupakan bank yang
bermodal inti minimum Rp 5 triliun sampai dengan di bawah Rp 30 triliun, dan
BUKU IV yang memiliki modal inti minimum Rp 30 triliun. Peraturan ini
bertujuan untuk meningkatkan ketahanan dan daya saing perbankan nasional.
Bank hanya dapat melakukan kegiatan usaha dan memiliki jaringan kantor sesuai
dengan modal inti yang dimiliki. Kegiatan usaha bank dapat berpengaruh terhadap
likuiditas karena dapat menjadi sumber-sumber alat likuid. Dengan demikian,
selain faktor pertumbuhan DPK dan cadangan sekunder yang mempengaruhi
likuiditas, keberadaan kelompok BUKU dapat berpengaruh pula untuk
menguatkan atau melemahkan hubungan pertumbuhan DPK dan cadangan
sekunder terhadap likuiditas bank. Oleh karena itu, dalam penelitian ini, bank
yang dipilih untuk diteliti adalah bank umum konvensional di Indonesia yang
dikelompokkan berdasarkan kelompok BUKU.
Siti Wulansari, 2016
PENGARUH PERTUMBUHAN DANA PIHAK KETIGA DAN CADANGAN SEKUNDER TERHADAP
LIKUIDITAS BANK DENGAN KELOMPOK BUKU SEBAGAI VARIABEL MODERASI
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
11
Berdasarkan pemaparan di atas, penulis tertarik untuk melakukan
penelitian dengan judul, “Pengaruh Pertumbuhan Dana Pihak Ketiga dan
Cadangan Sekunder Terhadap Likuiditas Bank dengan Kelompok BUKU
sebagai Variabel Moderasi (Suatu Kasus Pada Bank Umum Konvensional di
Indonesia Periode 2014).”
C. Rumusan Masalah Penelitian
Berdasarkan paparan dalam latar belakang dan identifikasi masalah,
permasalahan selanjutnya dirumuskan dalam beberapa pertanyaan penelitian
sebagai berikut.
1. Bagaimana gambaran likuiditas, pertumbuhan DPK, dan cadangan sekunder
pada bank umum konvensional berdasarkan kelompok BUKU periode 2014.
2. Bagaimana pengaruh pertumbuhan DPK terhadap likuiditas bank umum
konvensional periode 2014.
3. Bagaimana pengaruh cadangan sekunder terhadap likuiditas bank umum
konvensional periode 2014.
4. Bagaimana pengaruh pertumbuhan DPK terhadap likuiditas bank umum
konvensional periode 2014 dengan kelompok BUKU sebagai variabel
moderasi.
5. Bagaimana pengaruh cadangan sekunder terhadap likuiditas bank umum
konvensional periode 2014 dengan kelompok BUKU sebagai variabel
moderasi.
D. Maksud dan Tujuan Penelitian
Penelitian ini dimaksudkan untuk menganalisis pengaruh pertumbuhan
DPK dan cadangan sekunder terhadap likuiditas. Adapun tujuan dari penelitian ini
adalah:
1. Untuk mendeskripsikan gambaran likuiditas, pertumbuhan DPK, dan
cadangan sekunder pada bank umum konvensional berdasarkan kelompok
BUKU periode 2014.
Siti Wulansari, 2016
PENGARUH PERTUMBUHAN DANA PIHAK KETIGA DAN CADANGAN SEKUNDER TERHADAP
LIKUIDITAS BANK DENGAN KELOMPOK BUKU SEBAGAI VARIABEL MODERASI
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
12
2. Untuk memverifikasi pengaruh pertumbuhan DPK terhadap likuiditas bank
umum konvensional periode 2014.
3. Untuk memverifikasi pengaruh cadangan sekunder terhadap likuiditas bank
umum konvensional periode 2014.
4. Untuk memverifikasi pengaruh pertumbuhan DPK terhadap likuiditas bank
umum konvensional periode 2014 dengan kelompok BUKU sebagai variabel
moderasi.
5. Untuk memverifikasi pengaruh cadangan sekunder terhadap likuiditas bank
umum konvensional periode 2014 dengan kelompok BUKU sebagai variabel
moderasi.
E. Kegunaan Penelitian
1.
Manfaat Teoretis
Mendorong untuk dilakukan kajian dan penelitian ulang mengenai
permasalahan pada penelitian ini dan faktor-faktor yang mempengaruhinya
dengan
mengacu
pada
penelitian-penelitian
sebelumnya,
serta
untuk
memverifikasi faktor-faktor mana yang konsisten mempengaruhi permasalahan
yang diteliti.
2.
Manfaat Praktis
Melalui penelitian ini, diharapkan dapat menambah wawasan penulis dan
pembaca mengenai manajemen keuangan perbankan khususnya dalam hal yang
berkaitan dengan likuiditas bank. Adapun kegunaan praktis lainnya adalah sebagai
berikut:
a. Hasil penelitian ini dapat memberikan kontribusi bagi lembaga perbankan
dalam pengambilan keputusan berkaitan dengan likuiditas.
b. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi untuk penelitian
selanjutnya.
Siti Wulansari, 2016
PENGARUH PERTUMBUHAN DANA PIHAK KETIGA DAN CADANGAN SEKUNDER TERHADAP
LIKUIDITAS BANK DENGAN KELOMPOK BUKU SEBAGAI VARIABEL MODERASI
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu