Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Rencana strategis peningkatan mutu sekolah dengan analisis Swot di SMK St. Petrus Comoro Dili Timor Leste T2 942010008 BAB I
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sebagai negara yang baru merdeka pada tanggal
20 mei 2002, Timor Leste membutuhkan sumber daya
manusia yang berkualitas, terutama bidang pendidikan.
Pendidikan Nasional tertuang dalam buku Rencana
Pembangunan Nasional (RPN) bahwa “Pada tahun 2020
nanti, diharapkan rakyat Timor Leste berpendidikan
cukup, sehat, produktif, demokratis dan mandiri, mening
katkan nilai-nilai nasionalisme, non diskriminasi dan
persamaan dalam konteks global (Jose, 2011). Hal ini
sejalan dengan pendapat Presiden Timor Leste :
“Untuk hidup di era globalisasi ini, sebagai negara kecil
kita
harus
berusaha
sekuat
mungkin
untuk
menanam modal lebih banyak lagi dibidang pendidikan,
guna memproduksi atau menghasilkan orang-orang yang
berkualitas” (Josefa, 2011).
Dalam menghasilkan manusia yang berkualitas
diperlukan komitmen
dan kerjasama yang baik antara
departemen yang terkait, dari pusat sampai ke daerah
serta institusi pendidikan setempat sebagai pihak yang
berhubungan langsung dengan masyarakat. Oleh karena
itu
perlu
adanya
kejelasan
secara
sistemik
dalam
memberikan kewenangan antar institusi terkait. Dengan
ini diharapkan akan terjadi perubahan yang cukup efektif
bagi pengembangan dan peningkatan mutu pendidikan
(Sallis, 2006). Oleh karena itu bagi setiap institusi
pendidikan meningkatkan mutu adalah agenda utama
dan
tugas
yang
paling
penting
karena
mutu
1
merupakan masalah pokok yang akan menjamin perkembangan sekolah untuk meraih status ditengah-tengah
persaingan dunia pendidikan yang kian keras, baik itu
ditingkat SD, SMP, SMA maupun perguruan tinggi.
Sebagai salah satu sekolah swasta di Timor Leste,
SMAK St. Petrus yang dikelola oleh Kongregasi Salesian,
selama ini mempunyai prestasi dan mutu yang baik,
namun semakin kerasnya persaingan antara sesama
sekolah swasta maupun sekolah negeri yang ada, maka
SMAK
St.
Petrus
memerlukan
strategi
untuk
mempertahankan mutu yang ada, bila perlu lebih
ditingkatkan lagi. Untuk meningkatkan mutu pendidikan
suatu sekolah ditentukan oleh komponen input, proses
dan output yang ada pada sekolah tersebut, dengan
melakukan perbaikan secara berkesinambungan.
Untuk komponen input SMAK St. Petrus ditunjang
oleh jumlah siswa tiap tahunnya selalu mencapai target,
yang diambil berdasarkan seleksi yang dilakukan oleh
sekolah. Selain itu fasilitas yang dimiliki sekolah sudah
cukup memadai. Sedangkan output sekolah, kelulusan
tiga tahun terakhir selalu mencapai 100% (tabel 1.1)
Tabel 1.1
Jumlah Murid Baru, % Kelulusan, dan peringkat sekolah
Tahun Ajaran 2007/2008 – 2009/2010
Tahun
Ajaran
2007/2008
2008/2009
2009/2010
Jumlah
murid baru
Yang
Yang
daftar dterima
480
300
350
300
390
300
Prosentase
kelulusan
(%)
100 %
100 %
100 %
Peringkat
sekolah
negeri dan
swasta
1
2
3
Peringkat
sekolah
swasta
1
2
2
Sumber : data sekunder dari sekolah
Dari tabel ini terlihat bahwa walaupun jumlah
murid baru yang diterima tiap tahun selalu memenuhi
2
target, namun cenderung tidak stabil jumlah yang
mendaftar, dari 480 siswa yang mendaftar ditahun
ajaran 2007/2008 turun menjadi 350 siswa ditahun
ajaran 2008/2009, dan sedikit meningkat ditahun ajaran
2009/2010 menjadi 390 siswa. Sama halnya juga
dengan prosentase kelulusan, walaupun tiap tahun
selalu 100%, namun tidak membuat sekolah selalu
berada
pada
peringkat
pertama
sekolah
terbaik
dibandingkan dengan sekolah swasta dan negeri lainnya.
Komponen output yang lain yaitu prestasi-prestasi
dalam bidang ekstra kurikuler yang diperoleh, SMAK St.
Petrus
harus
bersaing
dengan
SMA
lain
untuk
menduduki peringkat pertama, hal ini dipengaruhi
karena SMAK St. Petrus kurang memberikan porsi waktu
yang cukup untuk kegiatan ekstrakurikuler seperti yang
ada pada tabel 1.2 berikut ini:
Tabel 1.2
Peringkat Kegiatan Ekstra Kurikuler
Antar SMA se Kota Dili
Tahun
2009
2010
2011
Olimpiade
IPA
1
1
2
Cerdas
Cermat
2
3
3
Basket
1
2
3
Paduan
Suara
3
2
3
Sumber: Data Sekunder dari Sekolah
Dari tabel 1.2 terlihat bahwa baik olimpiade IPA,
cerdas cermat, pertandingan basket dan paduan suara,
SMAK St. Petrus mempunyai prestasi yang cenderung
menurun. Hal ini disebabkan karena sekolah lebih
mengutamakan
kegiatan
akademik
yang
berkaitan
dengan proses belajar mengajar, sehingga kegiatankegiatan ekstrakurikuler walaupun ada namun porsinya
3
belum begitu banyak sehingga prestasi dalam bidang
ekstrakurikulerpun tersendat.
Untuk komponen proses, ada beberapa masalah
yang
muncul
khususnya
dalam
Kegiatan
Belajar
Mengajar (KBM) seperti yang diungkapkan seorang siswa
kelas 3 IPA berikut:
“Sekolah ini memang mempunyai nama baik di
mata masyarakat khususnya orang tua siswa
karena prestasi-prestasi yang sudah diperoleh, tapi
saya sebagai siswa merasa bahwa dalam KBM
mayoritas guru cenderung menggunakan satu
metode saja dalam pembelajaran sehingga kami
merasa bosan untuk mengikuti pelajaran, buku
referensi dalam bahasa Portuguespun sangat
kurang jadi variasi latihan soalnya cuma yang ituitu saja. Selain itu untuk mata pelajaran eksata,
guru lebih banyak memberikan teori tanpa praktek,
padahal sekolah memiliki fasilitas laboratorium
yang memadai.”
Dari apa yang disampaikan siswa menunjukkan
ada rasa bosan dari siswa mengikuti pelajaran karena
guru
kurang
mampu
menggunakan
variasi
metode
maupun variasi soal dalam KBM, apalagi buku referensi
dalam bahasa Portugues sebagai penunjang belajar
siswapun kurang. Fasilitas laboratorium yang memadai
namun
kemampuan
guru
yang
kurang
untuk
memberikan praktekpun turut mengganggu dalam proses
belajar
dengan
mengajar.
apa
Keluhan
yang
siswa
disampaikan
diataspun
senada
kepala
sekolah
berdasarkan berikut:
“menurut pengamatan saya, guru sedikit kesulitan
dengan KBM dengan bahasa Portugues, karena
tidak semua guru mahir menggunakan bahasa
Portugues untuk menerangkan pelajaran, sehingga
KBM dikelas yang sebenarnya bukan untuk
mencatat tapi untuk menjelaskan dan latihanlatihan soal, sekarang terpaksa di isi dengan
4
mencatat setelah itu baru dijelaskan karena buku
pegangan siswa kurang. Penggunaan media/alat
bantu
dalam
pembelajaran
sangat
jarang
dilakukan. Selain itu guru bidang sejenis dijenjang
kelas yang sama, memberikan soal tes untuk
evaluasi dengan bobot yang berbeda sehingga kita
kesulitan untuk menentukan kemampuan siswa.”
Masalah penggunaan bahasa Portugues sebagai
bahasa pendidikan ini, menjadi hal yang mengganggu
dalam proses pembelajaran. Karena tidak semua guru
menguasai bahasa Portugues dengan baik. Bagaimana
siswa bisa memahami materi yang diajarkan dengan baik
jika guru sendiri tidak tahu bagaimana mengajarkan
materi
tersebut.
Penggunaan
media/alat
bantupun
sebenarnya bisa membantu dalam proses KBM namun
guru
kurang
berusaha
menerapkan
itu
dalam
pembelajaran.
Melihat permasalahan diatas seperti kurangnya
buku pegangan dalam bahasa Portugues, kemampuan
guru
baik
dalam
mengajar
menggunakan
bahasa
Portugues maupun menggunakan variasi metode dan
media dalam mengajar, menyebabkan siswa sebagai
pelanggan dalam suatu institusi pendidikan mengalami
ketidakpuasan, sehingga mengacu pada pemikiran Tony
Henry
dalam
menekankan
Sallis
pada
(2006)
kepuasan
bahwa
mutu
pelanggan,
lebih
dengan
melibatkan seluruh staf dan mutu lebih menekankan
pada
perbaikan
secara
terus
menerus
dan
bukan
sekedar lompatan yang temporer, maka SMAK St. Petrus
Comoro berusaha untuk tidak sekedar menjaga mutu
yang
sudah
ada,
namun
berusaha
untuk
meningkatkannya dengan cara memperbaiki kualitas
5
layanan, hal ini sependapat dengan apa yang dikatakan
oleh wakil kepala sekolah:
“program-program yang dibuat kepala sekolah
untuk meningkatkan kualitas layanan sudah baik,
namun itu percuma kalau dalam pelaksanaannya
cuma satu dua orang guru yang terlibat sedangkan
yang lain tidak mau tahu. Kepala sekolah juga
kurang tegas dalam melakukan supervisi terhadap
bendahara, administrasi dan laboran karena usaha
perbaikan mutu itu bukan semata-mata oleh guru
namun semua orang yang terlibat didalam sekolah.”
Perbaikan
mutu
membutuhkan
keterlibatan
seluruh staf, namun kenyataannya dalam pelaksanaan
kegiatan-kegiatan yang terjadi disekolah guru yang
menjadi panitia saja yang bekerja sedangkan yang lain
tidak peduli. Bendaharapun jarang sekali memberikan
laporan keuangan yang rutin. Petugas administrasi
kadang kesulitan mencari berkas ijasah atau surat-surat
lain yang dibutuhkan siswa karena penataan ruang yang
kurang memadai. Hal ini tentu bisa menghambat usahausaha peningkatan mutu disekolah tersebut.
Berkaitan dengan mutu Arcaro (2007) berpendapat
bahwa mutu menjadi salah satu hal yang sangat penting
dalam pendidikan, karena dengan sistem pendidikan
yang terfokus pada mutu maka lembaga pendidikan
akan menghasilkan lulusan yang dapat mengembangkan
ketrampilan
yang
mereka
butuhkan
dan
mampu
bersaing dalam era persaingan global. Sugiono (2010)
menegaskan
bahwa
dalam
rangka
meningkatkan
kualitas pendidikan pada gradasi yang tinggi setiap
upaya untuk meningkatkan kualitas pendidikan perlu
dilakukan penelitian, sehingga penelitian tentang mutu
pendidikan perlu mendapat perhatian.
6
Beberapa penelitian tentang mutu pendidikan yang
sudah dilakukan di Indonesia dengan menggunakan
analisis SWOT untuk memperoleh strategi yang tepat
antara
lain
oleh
Remiasa
(2008)
yang
melakukan
penelitian di jurusan perhotelan Universitas Kristen
Petra Surabaya, Wulanningrum (2006) di SD Kristen
Tritunggal Semarang, Deliyanti (2009) dalam penelitian
di SD Kristen Satya Wacana, Sumarni (2011) pada SMP
Kristen Satya Wacana Salatiga, dan Ramli (2010) di MA
Darul
Ulum
memberikan
Banyuanyar
strategi
Pamekasan,
agresif
dalam
sama-sama
usaha
untuk
meningkatkan mutu pendidikan.
Berdasarkan hasil-hasil penelitian terdahulu diatas
yang mana analisis SWOT sudah diterapkan untuk
meningkatkan mutu pendidikan pada sekolah-sekolah
yang sudah maju dan terkenal di Indonesia, maka
peneliti
tertarik
untuk
melakukan
penelitian
menggunakan analisis SWOT untuk membuat rencana
strategis sebagai upaya peningkatan mutu pada SMAK
St. Petrus Comoro Dili.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas maka rumusan
masalah yang bisa diangkat dalam penelitian ini yaitu :
1. Apa
saja
kelemahan
yang
serta
menjadi
peluang
faktor
dan
kekuatan
dan
ancaman,
bagi
peningkatan mutu sekolah di SMAK St. Petrus
Comoro Dili dengan analisis SWOT.
2. Rencana strategis apa yang perlu dibuat oleh SMAK
St. Petrus Comoro Dili untuk meningkatkan mutu
sekolah berdasarkan hasil analisis SWOT?
7
1.3 Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah diatas maka yang
menjadi tujuan dalam penelitian ini adalah :
1. Menganalisis faktor-faktor yang menjadi kekuatan
dan kelemahan serta peluang dan ancaman bagi
peningkatan mutu sekolah di SMAK St. Petrus
Comoro Dili dengan analisis SWOT.
2. Mengembangkan rencana strategis yang tepat untuk
meningkatkan kualitas sekolah di SMAK St. Petrus
Comoro Dili berdasarkan hasil analisis SWOT.
1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1 Manfaat Akademis
Memberi alternatif wawasan tentang peningkatan
kualitas sekolah melalui penyusunan rencana strategis
berdasarkan hasil analisis SWOT.
1.4.2 Manfaat Praktis
1. Sebagai pedoman bagi sekolah untuk menjalankan
strategis yang tepat bagi peningkatan mutu di
SMAK St. Petrus Comoro untuk jangka pendek dan
jangka menengah.
2. Dapat
menjadi
masukan
untuk
lembaga
pendidikan lain untuk mulai memikirkan rencana
strategis yang tepat untuk meningkatkan mutu
pendidikan dalam lembaga pendidikannya masingmasing.
8
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sebagai negara yang baru merdeka pada tanggal
20 mei 2002, Timor Leste membutuhkan sumber daya
manusia yang berkualitas, terutama bidang pendidikan.
Pendidikan Nasional tertuang dalam buku Rencana
Pembangunan Nasional (RPN) bahwa “Pada tahun 2020
nanti, diharapkan rakyat Timor Leste berpendidikan
cukup, sehat, produktif, demokratis dan mandiri, mening
katkan nilai-nilai nasionalisme, non diskriminasi dan
persamaan dalam konteks global (Jose, 2011). Hal ini
sejalan dengan pendapat Presiden Timor Leste :
“Untuk hidup di era globalisasi ini, sebagai negara kecil
kita
harus
berusaha
sekuat
mungkin
untuk
menanam modal lebih banyak lagi dibidang pendidikan,
guna memproduksi atau menghasilkan orang-orang yang
berkualitas” (Josefa, 2011).
Dalam menghasilkan manusia yang berkualitas
diperlukan komitmen
dan kerjasama yang baik antara
departemen yang terkait, dari pusat sampai ke daerah
serta institusi pendidikan setempat sebagai pihak yang
berhubungan langsung dengan masyarakat. Oleh karena
itu
perlu
adanya
kejelasan
secara
sistemik
dalam
memberikan kewenangan antar institusi terkait. Dengan
ini diharapkan akan terjadi perubahan yang cukup efektif
bagi pengembangan dan peningkatan mutu pendidikan
(Sallis, 2006). Oleh karena itu bagi setiap institusi
pendidikan meningkatkan mutu adalah agenda utama
dan
tugas
yang
paling
penting
karena
mutu
1
merupakan masalah pokok yang akan menjamin perkembangan sekolah untuk meraih status ditengah-tengah
persaingan dunia pendidikan yang kian keras, baik itu
ditingkat SD, SMP, SMA maupun perguruan tinggi.
Sebagai salah satu sekolah swasta di Timor Leste,
SMAK St. Petrus yang dikelola oleh Kongregasi Salesian,
selama ini mempunyai prestasi dan mutu yang baik,
namun semakin kerasnya persaingan antara sesama
sekolah swasta maupun sekolah negeri yang ada, maka
SMAK
St.
Petrus
memerlukan
strategi
untuk
mempertahankan mutu yang ada, bila perlu lebih
ditingkatkan lagi. Untuk meningkatkan mutu pendidikan
suatu sekolah ditentukan oleh komponen input, proses
dan output yang ada pada sekolah tersebut, dengan
melakukan perbaikan secara berkesinambungan.
Untuk komponen input SMAK St. Petrus ditunjang
oleh jumlah siswa tiap tahunnya selalu mencapai target,
yang diambil berdasarkan seleksi yang dilakukan oleh
sekolah. Selain itu fasilitas yang dimiliki sekolah sudah
cukup memadai. Sedangkan output sekolah, kelulusan
tiga tahun terakhir selalu mencapai 100% (tabel 1.1)
Tabel 1.1
Jumlah Murid Baru, % Kelulusan, dan peringkat sekolah
Tahun Ajaran 2007/2008 – 2009/2010
Tahun
Ajaran
2007/2008
2008/2009
2009/2010
Jumlah
murid baru
Yang
Yang
daftar dterima
480
300
350
300
390
300
Prosentase
kelulusan
(%)
100 %
100 %
100 %
Peringkat
sekolah
negeri dan
swasta
1
2
3
Peringkat
sekolah
swasta
1
2
2
Sumber : data sekunder dari sekolah
Dari tabel ini terlihat bahwa walaupun jumlah
murid baru yang diterima tiap tahun selalu memenuhi
2
target, namun cenderung tidak stabil jumlah yang
mendaftar, dari 480 siswa yang mendaftar ditahun
ajaran 2007/2008 turun menjadi 350 siswa ditahun
ajaran 2008/2009, dan sedikit meningkat ditahun ajaran
2009/2010 menjadi 390 siswa. Sama halnya juga
dengan prosentase kelulusan, walaupun tiap tahun
selalu 100%, namun tidak membuat sekolah selalu
berada
pada
peringkat
pertama
sekolah
terbaik
dibandingkan dengan sekolah swasta dan negeri lainnya.
Komponen output yang lain yaitu prestasi-prestasi
dalam bidang ekstra kurikuler yang diperoleh, SMAK St.
Petrus
harus
bersaing
dengan
SMA
lain
untuk
menduduki peringkat pertama, hal ini dipengaruhi
karena SMAK St. Petrus kurang memberikan porsi waktu
yang cukup untuk kegiatan ekstrakurikuler seperti yang
ada pada tabel 1.2 berikut ini:
Tabel 1.2
Peringkat Kegiatan Ekstra Kurikuler
Antar SMA se Kota Dili
Tahun
2009
2010
2011
Olimpiade
IPA
1
1
2
Cerdas
Cermat
2
3
3
Basket
1
2
3
Paduan
Suara
3
2
3
Sumber: Data Sekunder dari Sekolah
Dari tabel 1.2 terlihat bahwa baik olimpiade IPA,
cerdas cermat, pertandingan basket dan paduan suara,
SMAK St. Petrus mempunyai prestasi yang cenderung
menurun. Hal ini disebabkan karena sekolah lebih
mengutamakan
kegiatan
akademik
yang
berkaitan
dengan proses belajar mengajar, sehingga kegiatankegiatan ekstrakurikuler walaupun ada namun porsinya
3
belum begitu banyak sehingga prestasi dalam bidang
ekstrakurikulerpun tersendat.
Untuk komponen proses, ada beberapa masalah
yang
muncul
khususnya
dalam
Kegiatan
Belajar
Mengajar (KBM) seperti yang diungkapkan seorang siswa
kelas 3 IPA berikut:
“Sekolah ini memang mempunyai nama baik di
mata masyarakat khususnya orang tua siswa
karena prestasi-prestasi yang sudah diperoleh, tapi
saya sebagai siswa merasa bahwa dalam KBM
mayoritas guru cenderung menggunakan satu
metode saja dalam pembelajaran sehingga kami
merasa bosan untuk mengikuti pelajaran, buku
referensi dalam bahasa Portuguespun sangat
kurang jadi variasi latihan soalnya cuma yang ituitu saja. Selain itu untuk mata pelajaran eksata,
guru lebih banyak memberikan teori tanpa praktek,
padahal sekolah memiliki fasilitas laboratorium
yang memadai.”
Dari apa yang disampaikan siswa menunjukkan
ada rasa bosan dari siswa mengikuti pelajaran karena
guru
kurang
mampu
menggunakan
variasi
metode
maupun variasi soal dalam KBM, apalagi buku referensi
dalam bahasa Portugues sebagai penunjang belajar
siswapun kurang. Fasilitas laboratorium yang memadai
namun
kemampuan
guru
yang
kurang
untuk
memberikan praktekpun turut mengganggu dalam proses
belajar
dengan
mengajar.
apa
Keluhan
yang
siswa
disampaikan
diataspun
senada
kepala
sekolah
berdasarkan berikut:
“menurut pengamatan saya, guru sedikit kesulitan
dengan KBM dengan bahasa Portugues, karena
tidak semua guru mahir menggunakan bahasa
Portugues untuk menerangkan pelajaran, sehingga
KBM dikelas yang sebenarnya bukan untuk
mencatat tapi untuk menjelaskan dan latihanlatihan soal, sekarang terpaksa di isi dengan
4
mencatat setelah itu baru dijelaskan karena buku
pegangan siswa kurang. Penggunaan media/alat
bantu
dalam
pembelajaran
sangat
jarang
dilakukan. Selain itu guru bidang sejenis dijenjang
kelas yang sama, memberikan soal tes untuk
evaluasi dengan bobot yang berbeda sehingga kita
kesulitan untuk menentukan kemampuan siswa.”
Masalah penggunaan bahasa Portugues sebagai
bahasa pendidikan ini, menjadi hal yang mengganggu
dalam proses pembelajaran. Karena tidak semua guru
menguasai bahasa Portugues dengan baik. Bagaimana
siswa bisa memahami materi yang diajarkan dengan baik
jika guru sendiri tidak tahu bagaimana mengajarkan
materi
tersebut.
Penggunaan
media/alat
bantupun
sebenarnya bisa membantu dalam proses KBM namun
guru
kurang
berusaha
menerapkan
itu
dalam
pembelajaran.
Melihat permasalahan diatas seperti kurangnya
buku pegangan dalam bahasa Portugues, kemampuan
guru
baik
dalam
mengajar
menggunakan
bahasa
Portugues maupun menggunakan variasi metode dan
media dalam mengajar, menyebabkan siswa sebagai
pelanggan dalam suatu institusi pendidikan mengalami
ketidakpuasan, sehingga mengacu pada pemikiran Tony
Henry
dalam
menekankan
Sallis
pada
(2006)
kepuasan
bahwa
mutu
pelanggan,
lebih
dengan
melibatkan seluruh staf dan mutu lebih menekankan
pada
perbaikan
secara
terus
menerus
dan
bukan
sekedar lompatan yang temporer, maka SMAK St. Petrus
Comoro berusaha untuk tidak sekedar menjaga mutu
yang
sudah
ada,
namun
berusaha
untuk
meningkatkannya dengan cara memperbaiki kualitas
5
layanan, hal ini sependapat dengan apa yang dikatakan
oleh wakil kepala sekolah:
“program-program yang dibuat kepala sekolah
untuk meningkatkan kualitas layanan sudah baik,
namun itu percuma kalau dalam pelaksanaannya
cuma satu dua orang guru yang terlibat sedangkan
yang lain tidak mau tahu. Kepala sekolah juga
kurang tegas dalam melakukan supervisi terhadap
bendahara, administrasi dan laboran karena usaha
perbaikan mutu itu bukan semata-mata oleh guru
namun semua orang yang terlibat didalam sekolah.”
Perbaikan
mutu
membutuhkan
keterlibatan
seluruh staf, namun kenyataannya dalam pelaksanaan
kegiatan-kegiatan yang terjadi disekolah guru yang
menjadi panitia saja yang bekerja sedangkan yang lain
tidak peduli. Bendaharapun jarang sekali memberikan
laporan keuangan yang rutin. Petugas administrasi
kadang kesulitan mencari berkas ijasah atau surat-surat
lain yang dibutuhkan siswa karena penataan ruang yang
kurang memadai. Hal ini tentu bisa menghambat usahausaha peningkatan mutu disekolah tersebut.
Berkaitan dengan mutu Arcaro (2007) berpendapat
bahwa mutu menjadi salah satu hal yang sangat penting
dalam pendidikan, karena dengan sistem pendidikan
yang terfokus pada mutu maka lembaga pendidikan
akan menghasilkan lulusan yang dapat mengembangkan
ketrampilan
yang
mereka
butuhkan
dan
mampu
bersaing dalam era persaingan global. Sugiono (2010)
menegaskan
bahwa
dalam
rangka
meningkatkan
kualitas pendidikan pada gradasi yang tinggi setiap
upaya untuk meningkatkan kualitas pendidikan perlu
dilakukan penelitian, sehingga penelitian tentang mutu
pendidikan perlu mendapat perhatian.
6
Beberapa penelitian tentang mutu pendidikan yang
sudah dilakukan di Indonesia dengan menggunakan
analisis SWOT untuk memperoleh strategi yang tepat
antara
lain
oleh
Remiasa
(2008)
yang
melakukan
penelitian di jurusan perhotelan Universitas Kristen
Petra Surabaya, Wulanningrum (2006) di SD Kristen
Tritunggal Semarang, Deliyanti (2009) dalam penelitian
di SD Kristen Satya Wacana, Sumarni (2011) pada SMP
Kristen Satya Wacana Salatiga, dan Ramli (2010) di MA
Darul
Ulum
memberikan
Banyuanyar
strategi
Pamekasan,
agresif
dalam
sama-sama
usaha
untuk
meningkatkan mutu pendidikan.
Berdasarkan hasil-hasil penelitian terdahulu diatas
yang mana analisis SWOT sudah diterapkan untuk
meningkatkan mutu pendidikan pada sekolah-sekolah
yang sudah maju dan terkenal di Indonesia, maka
peneliti
tertarik
untuk
melakukan
penelitian
menggunakan analisis SWOT untuk membuat rencana
strategis sebagai upaya peningkatan mutu pada SMAK
St. Petrus Comoro Dili.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas maka rumusan
masalah yang bisa diangkat dalam penelitian ini yaitu :
1. Apa
saja
kelemahan
yang
serta
menjadi
peluang
faktor
dan
kekuatan
dan
ancaman,
bagi
peningkatan mutu sekolah di SMAK St. Petrus
Comoro Dili dengan analisis SWOT.
2. Rencana strategis apa yang perlu dibuat oleh SMAK
St. Petrus Comoro Dili untuk meningkatkan mutu
sekolah berdasarkan hasil analisis SWOT?
7
1.3 Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah diatas maka yang
menjadi tujuan dalam penelitian ini adalah :
1. Menganalisis faktor-faktor yang menjadi kekuatan
dan kelemahan serta peluang dan ancaman bagi
peningkatan mutu sekolah di SMAK St. Petrus
Comoro Dili dengan analisis SWOT.
2. Mengembangkan rencana strategis yang tepat untuk
meningkatkan kualitas sekolah di SMAK St. Petrus
Comoro Dili berdasarkan hasil analisis SWOT.
1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1 Manfaat Akademis
Memberi alternatif wawasan tentang peningkatan
kualitas sekolah melalui penyusunan rencana strategis
berdasarkan hasil analisis SWOT.
1.4.2 Manfaat Praktis
1. Sebagai pedoman bagi sekolah untuk menjalankan
strategis yang tepat bagi peningkatan mutu di
SMAK St. Petrus Comoro untuk jangka pendek dan
jangka menengah.
2. Dapat
menjadi
masukan
untuk
lembaga
pendidikan lain untuk mulai memikirkan rencana
strategis yang tepat untuk meningkatkan mutu
pendidikan dalam lembaga pendidikannya masingmasing.
8