TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP LELANG HASIL GRATIFIKASI OLEH KEMENKEU RI.

TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP LELANG HASIL
GRATIFIKASI OLEH KEMENKEU RI

SKRIPSI
Oleh :
MUHAMMAD KANZUL FIKRI AMINUDDIN
NIM : C02210044

Universitas Islam Negeri Sunan Ampel
Fakultas Syari’ah dan Hukum
Jurusan Hukum Perdata Islam
Prodi Hukum Ekonomi Syari’ah (Muamalah)
Surabaya
2015

TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP LELANG HASIL
GRATIFIKASI OLEH KEMENKEU RI

SKRIPSI
Diajukan kepada
Universitas Islam Negeri Sunan Ampel

untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan
dalam Menyelesaikan Program Sarjana Strata Satu
Ilmu Syari’ah dan Hukum

Oleh
Muhammad Kanzul Fikri Aminuddin
NIM. C02210044

Universitas Islam Negeri Sunan Ampel
Fakultas Syari’ah dan Hukum
Jurusan Hukum Perdata Islam
Prodi Ekonomi Syari’ah (Muamalah)
Surabaya
2015

i

ii

iii


iv

ABSTRAK
Skripsi ini berjudul ‚Tinjauan Hukum Islam Terhadap Lelang Hasil
Gratifikasi oleh Kementerian Keuangan Republik Indonesia‛. Skripsi ini adalah
hasil penelitian kepustakaan untuk menjawab pertanyaan bagaimana teknis
pelaksanaan lelang hasil gratifikasi oleh Kementerian Keuangan Republik
Indonesia dan bagaimana hukum lelang tersebut menurut Hukum Islam.
Data dalam penelitian ini dihimpun melalui pembacaan dan kajian teks
(library research), yang selanjutnya dianalisis dengan menggunakan deskriptif
analitis yaitu menggambarkan, meringkaskan berbagai kondisi, berbagai situasi,
atau berbagai fenomena yang tertuang dalam data yang diperoleh tentang
pelaksanaan lelang hasil gratifikasi oleh Kementerian Keuangan Republik
Indonesia yang disertai dengan analisis menggunakan pola pikir deduktif yaitu
analisis pada teori-teori jual beli muza>yadah (lelang) secara umum, kemudian di
sandingkan terhadap pelaksanaan lelang hasil gratifikasi oleh Kementerian
Keuangan Republik Indonesia, yang kemudian diteliti dan dianalisis sehingga
ditemukan pemahaman secara khusus yang terdapat pada kesimpulan.
Hasil penelitian ini menyatakan bahwa teknis pelaksanaan lelang ini sesuai

dengan dasar-dasar akutansi. Akan tetapi, tahap teknis pelaksanaan lelang
tentang nilai limit dan pembatalan lelang sebagai pembeli perlu dilakukan
pembenaran, karena terdapat unsur-unsur yang dilarang dalam Islam, yakni z}alim
dan fasad. Agar tercapai tujuan dari lelang itu sendiri yakni untuk menentramkan
hati orang yang sedang pailit, atau seseorang yang sedang tersandung
permasalahan hukum agar harta bendanya dapat dilelang sebagai uang pengganti,
maka unsur tersebut harus dihilangkan. Sedangkan lelang hasil gratifikasi
merupakan lelang dari harta/ benda yang diperoleh dari musuh untuk berdamai.
Koruptor adalah musuh Negara, oleh sebab itu harta/ bendanya yang disita oleh
KPK termasuk dalam kategori harta fai’, karena tujuan lelang tersebut sebagai
uang pengganti dari pelaku Tindak Pidana Korupsi, yakni untuk berdamai.
Penelitian ini menyimpulkan bahwa teknis pelaksanaan ini masih
memerlukan pembenahan mengenai nilai limit dalam lelang dan pembatalan
lelang sebagai pembeli. Nilai limit ini hanya menunjukkan tentang harga awal
dalam pembukaan penawaran jual beli lelang ini. Karenanya, penawaran harga
lelang yang semakin meningkat tanpa batas bisa mengakibatkan pembeli merasa
dirugikan. Sedangkan pembatalan lelang sebagai pembeli, perbuatan ini sama
halnya dengan jual beli ‘urba>n. Menurut mayoritas ulama’ hal ini tidak
diperbolehkan. Karena, lelang seperti itu tidak sah, terdapat syarat fasad (rusak),
menipu (gharar) dan juga memakan harta orang lain dengan cara bat}il. Sedangkan

lelang hasil gratifikasi dalam Islam sama halnya melelang harta fai’, yakni lelang
harta yang didapatkan dari musuh secara damai. Mayoritas ulama’ membolehkan
jual beli lelang, karena bertujuan untuk mencari maslahah, yakni untuk
menentramkan hati orang yang pailit atau untuk menentramkan hati terpidana
korupsi yang tidak bisa membayar uang pengganti setelah putusan pengadilan
yang mempunyai kekuatan hukum tetap.
vii

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

DAFTAR ISI
COVER DALAM ...............................................................................................i
PERNYATAAN KEASLIAN ............................................................................ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING ......................................................................iii
PENGESAHAN ..................................................................................................iv
MOTTO ..............................................................................................................v
PERSEMBAHAN ...............................................................................................vi
ABSTRAK ..........................................................................................................vii
KATA PENGANTAR ........................................................................................viii
DAFTAR ISI .......................................................................................................x

DAFTAR TABEL...............................................................................................xii
DAFTAR TRANSLITERASI ............................................................................xiii
BAB I PENDAHULUAN
A.

Latar Belakang Masalah .........................................................1

B.

Identifikasi dan Batasan Masalah ..........................................9

C.

Rumusan Masalah...................................................................10

D.

Kajian Pustaka ........................................................................10

E.


Tujuan Penelitian....................................................................12

F.

Kegunaan Hasil Penelitian .....................................................12

G.

Definisi Operasional ...............................................................13

H.

Metode Penelitian...................................................................14

I.

Sistematika Pembahasan ........................................................20

BAB II JUAL BELI MUZAyadah (Lelang) .............................21


B.

Dasar Hukum Jual Beli Muza>yadah (Lelang) ........................23

C.

Subyek dan Obyek Jual Beli Muzayadah (Lelang) ................35

D.

Manfaat dan Resiko Jual Beli Muza>yadah (Lelang) ..............46

BAB III PROSEDUR PELAKSANAAN LELANG HARTA/ BENDA
HASIL GRATIFIKASI
A.

Pengertian Lelang ...................................................................50
x


digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

B.

Pengertian Hasil Gratifikasi ...................................................50

C.

Dasar Hukum Lelang Harta/ Benda Hasil Gratifikasi ...........55

D.

Pelaksanaan Lelang Harta/ Benda Hasil Gratifikasi ..............56
1.

Latar Belakang Lelang Harta/ Benda Hasil Gratifikasi56

2.

Penyelenggara Lelang Harta/ Benda Hasil Gratifikasi.58


3.

Subyek dan Obyek Lelang Harta/ Benda Hasil
Gratifikasi .....................................................................59

4.

Petunjuk Teknis Pelaksanaan Lelang Harta/ Benda
Hasil Gratifikasi ............................................................61

5.

Contoh Pelaksanaan Lelang Harta/ Benda Hasil
Gratifikasi .....................................................................64

BAB IV ANALISA TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP LELANG
HASIL GRATIFIKASI OLEH KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK
INDONESIA


A.

Tinjauan Hukum Islam Tentang Teknis Pelaksanaan
Lelang Hasil Gratifikasi oleh Kementerian Keuangan
Republik Indonesia .................................................................68

B.

Tinjauan Hukum Islam Tentang Hukum Lelang Hasil
Gratifikasi oleh Kementerian Keuangan Republik
Indonesia .................................................................................74

BAB V PENUTUP
A.

Kesimpulan .............................................................................81

B.

Saran .......................................................................................82


DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

xi

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

DAFTAR TABEL
Tabel
1.1

Halaman
Bentuk gratifikasi Legal dan gratifikasi Ilegal ................................. 52

xii

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

DAFTAR TRANSLITERASI
Di dalam naskah skripsi ini banyak dijumpai nama dan istilah teknis
(technical term) yang berasal dari bahasa Arab ditulis dengan huruf Latin.
Pedoman transliterasi yang digunakan untuk penulisan tersebut adalah sebagai
berikut :
A.

Konsonan
No.

Arab

Indonesia

Arab

Indonesia

1

‫ا‬



‫ط‬

t}

2

‫ب‬

b

‫ظ‬

z}

3

‫ت‬

t

‫ع‬



4

‫ث‬

th

‫غ‬

gh

5

‫ج‬

j

‫ف‬

f

6

‫ح‬

h{

‫ق‬

q

7

‫خ‬

kh

‫ك‬

k

8

‫د‬

d

‫ل‬

l

9

‫ذ‬

dh

‫م‬

m

10

‫ر‬

r

‫ن‬

n

11

‫ز‬

z

‫و‬

w

12

‫س‬

s

‫ه‬

h

13

‫ش‬

sh

‫ء‬



14

‫ص‬

s}

‫ي‬

y

15

‫ض‬

d{

Sumber: Kate L. Turabin. A Manual of Writers of Term Papers,

Desertations (Chicago and London: The University of Chicago Press,
1987).
B.

Vokal
1.

Vokal Tunggal (monoftong)
Tanda dan Huruf Arab

Nama

Indonesia

‫ـــ‬

fath{ah

a

‫ـــ‬

kasrah

i

xiii

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

‫ـــ‬

d{ammah

u

Catatan: Khusus untuk hamzah, penggunaan apostrof hanya berlaku
jika hamzah berh{arakat sukun atau didahului oleh huruf yang
berh{arakat sukun. Contoh iqtid{a>’ (
2.

Vokal Rangkap (diftong)
Tanda dan Huruf Arab

Nama

Indonesia

Ket.

fath{ah dan ya’

ay

a dan y

fath{ah dan wawu

aw

a dan w

)

Contoh : bayna (

)

: mawd{u’> (
3.

)

Vocal Panjang (mad)
Tanda dan

Nama

Indonesia

Keterangan

fath{ah dan alif

a>

a dan garis di atas

kasrah{ dan ya’

i>

i dan garis di atas

d{ammah dan wawu

u>

u dan garis di atas

Huruf Arab

Contoh : al-jama>‘ah (

C.

: takhyi>r (

)

: yadu>ru (

)

)

Ta>’ Marbu>t}ah
Transliterasi untuk ta>’ marbu>t{ah ada dua:
1.

Jika hidup (menjadi mud{a>f) transliterasinya adalah t.

2.

Jika mati atau sukun, transliterasinya adalah h.
Contoh : shari>’at al-isla>m

(

)

xiv

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

: shari>’ah isla>mi>yah

D.

(

)

Penulisan Huruf Kapital
Penulisan huruf besar dan kecil pada kata, phrase (ungkapan) atau
kalimat yang ditulis dengan transliterasi Arab-Indonesia mengikuti
ketentuan penulisan yang berlaku dalam tulisan. Huruf awal (initial latter)
untuk nama diri, tempat, judul buku, lembaga dan yang lain ditulis dengan
huruf besar.

xv

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

1

BAB I
PENDAHULUAN

A.

Latar Belakang Masalah
Kegiatan jual beli termasuk dalam kegiatan perdagangan yang
merupakan perbuatan yang diizinkan oleh ajaran agama Islam. Hal ini
dapat dilihat dari dasar hukum yang dapat dijadikan petunjuk transaksi jual
beli. Perdagangan atau jual beli dapat dilakukan dengan tunai, dapat juga
dilakukan dengan pembayaran yang ditangguhkan.1
Jual beli mempunyai berbagai macam bentuk. Jika ditinjau dari segi
penentuan harga, maka terdapat bentuk jual beli muza>yadah (lelang). Jual
beli muza>yadah (lelang) adalah jika seorang penjual menawarkan barang
dagangannya dalam pasar (di hadapan para calon pembeli), kemudian para
calon pembeli saling bersaing dalam menambah harga, kemudian barang
dagangan itu diberikan kepada orang yang paling tinggi dalam memberikan
harga.2
Sedangkan jual beli muza>yadah (lelang) dalam pandangan madzhab
Sha>fi’i adalah penjualan yang dilakukan secara lelang. Umpamanya
perkataan seseorang yang hendak membeli, ‚saya mau menambah.‛ Lalu
orang lain menambah harga yang ditawarkannya, seraya berkata, ‚Saya

1

Zainuddin Ali, Hukum Perdata Islam di Indonesia (Jakarta: Sinar Grafika, Cet. IV, 2012), 145.
Abdullah bin Muhammad ath-Thayyar, et al, Ensiklopedi Fiqih Muamalah “Dalam Pandangan 4
Madzhab” (Yogyakarta: Maktabah al-Hanif, 2014), 25.

2

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

2

mau membeli dengan harga sekian,‛ demikian seterusnya hingga tak ada
lagi yang sanggup membayar lebih tinggi.3
Mayoritas ulama’ berpendapat bahwa jual beli muza>yadah (lelang)
hukumnya boleh, mereka semua mengikuti pendapat Imam Tirmidhi. Tidak
ada yang menentang pendapat ini kecuali an-Nakha’i yang berpendapat
bahwa jual beli seperti ini hukumnya makruh. Juga pendapat Al-Hasan alBashri, Ibnu Sirin al-Auza’i dan lainnya berpendapat bahwa jual beli
(lelang) hukumnya makruh kecuali pada harta rampasan perang dan harta
pusaka.4
Dalam Hukum di Indonesia lelang merupakan penjualan yang terbuka
untuk umum atau di muka umum dengan penawaran harga yang dilakukan
secara tertulis atau lisan yang semakin meningkat atau menurun untuk
mencapai harga tertinggi yang didahului dengan pengumuman lelang
terlebih dahulu.5
Penjualan umum (lelang) secara resmi ini diatur dalam Perundangundangan di Indonesia sejak tahun 1908, dengan berlakunya Vendu

Reglement (Peraturan Lelang Stbl. 1908 nomor 189) dan Vendu Instructie
(Instruksi Lelang Stbl. 1908 No. 190) dan hingga sekarang masih berlaku.
Berkaitan dengan jual beli tersebut, Peraturan Menteri Keuangan
Republik Indonesia Nomor 03/PMK.06/2011 tentang Pengelolaan Barang

Ibnu Mas’ud dan Zainal Abidin, Fiqih Madzhab Syafi’i 2 (Bandung: Pustaka setia, 2007), 52.
Abdullah bin Muhammad ath-Thayyar, et al, Ensiklopedi Fiqih Muamalah…,25.
5
Menteri Keuangan, Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 106/PMK.06/2013
tentang perubahan atas Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 93/PMK.06/2010
tentang Petunjuk Pelaksanaan Lelang, pasal 1 angka 1.
3

4

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

3

Milik Negara (BMN) yang Berasal dari Barang Rampasan Negara dan
Barang Gratifikasi merupakan pedoman peraturan yang digunakan oleh
kejaksaan untuk mengelola barang rampasan Negara dan Komisi
Pemberantasan Korupsi (KPK) untuk mengelola barang gratifikasi.
Gratifikasi merupakan pemberian dalam arti luas, yaitu meliputi
pemberian uang, barang, rabat (discount), komisi, pinjaman tanpa bunga,
tiket perjalanan, fasilitas penginapan, perjalanan wisata, pengobatan cumacuma, dan fasilitas lainnya. Gratifikasi tersebut baik yang diterima di
dalam negeri maupun di luar negeri dan yang dilakukan dengan
menggunakan sarana elektronik atau tanpa sarana elektronik. Hal ini telah
dijelaskan dalam penjelasan pasal 12 B ayat (1) UU No. 31 Tahun 1999
juncto UU No. 20 Tahun 2001 Tentang Pemberantasan Tindak Pidana
Korupsi.6
Barang atau jenis pemberian yang ditujukan kepada Pegawai Negeri
atau Pejabat Penyelenggara Negara rawan terjadi tindak pidana korupsi.
Perbuatan tersebut bisa mempengaruhi kebijakan-kebijakan yang akan
dibuat oleh Pegawai Negeri maupun Pejabat Penyelanggara Negara. Barang
atau jenis pemberian ini disebut gratifikasi.
Barang gratifikasi adalah barang yang telah ditetapkan status
gratifikasinya menjadi milik Negara oleh Pimpinan KPK.7 Karenanya,

6

Tim Permata Press, Undang-Undang Republik Indonesia tentang Pengadilan Tindak Pidana
Korupsi (t.tp.: Permata Press, 2013), 171.
7
Menteri Keuangan, Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 03/PMK.06/2011
tentang Pengelolaan Barang Milik Negara yang Berasal dari Barang Rampasan Negara dan Barang
Gratifikasi, Pasal 1 angka 9.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

4

barang yang telah ditetapkan KPK sebagai barang gratifikasi, akan menjadi
Barang Milik Negara (BMN).
Barang gratifikasi yang telah menjadi Barang Milik Negara
diserahkan oleh KPK kepada Kementerian Keuangan Republik Indonesia
(KEMENKEU RI). Penyerahan tersebut dituangkan dalam berita acara
serah terima. Sebagaimana dijelaskan dalam Pasal 24 ayat (2) Peraturan
Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 03/PMK.06/2011, bahwa
‚Penyerahan Barang Gratifikasi dari Komisi Pemberantasan Korupsi
kepada Menteri dituangkan dalam berita acara serah terima.‛8
Hal ini juga merupakan amanat Undang-Undang Nomor 30 Tahun
2002 tentang Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi. Sehingga,
serah terima barang gratifikasi ini merupakan salah satu wujud kerja sama
dan sinergi yang baik antara KPK dengan DJKN dalam rangka
pemberantasan korupsi di Indonesia.9
Dalam hal ini, KPK sudah beberapa kali menyerahkan barang hasil
gratifikasi tersebut kepada Kementerian Keuangan Republik Indonesia,
antara lain:
1.

Siaran Pers Direktorat Jendral Kekayaan Negara KEMENKEU RI
tentang Direktur Jendral Kekayaan Negara Akan Melelang Barang
Gratifikasi KPK dalam Rangka Pekan Anti Korupsi 2013. (Lampiran
1.1)

8

Ibid.,Pasal 24 ayat (2).
Dwinanto,
“DJKN
Terima
50
Barang
Gratifikasi
Dari
KPK”,
dalam
https://www.djkn.kemenkeu.go.id/berita/djkn-terima-50-barang-gratifikasi-dari-kpk, diakses pada
14 Mei 2014.
9

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

5

2.

Siaran Pers Direktorat Jendral Kekayaan Negara KEMENKEU RI
tentang Direktur Jendral Kekayaan Negara kembali terima 41 barang
gratifikasi KPK di Tahun 2013. (Lampiran 1.2)

3.

Pengumuman Lelang Nomor: PENG-5/KN/2013 yang dilaksanakan
pada hari rabu, 11 Desember 2013, pukul: 10.50 s/d 13.00 di Ruang
Utama Istora Gelora Bung Karno Senayan Jakarta. (Lampiran 1.3)
Pengelolaan BMN yang berasal dari barang rampasan Negara

(gratifikasi) dapat dijual oleh Komisi Pemberantasan Korupsi dengan cara
lelang melalui Kantor Pelayanan Kekayaan Negara dan Lelang (KPKNL).
Sebagaimana dijelaskan dalam Pasal 15 ayat (1) Peraturan Menteri
Keuangan Republik Indonesia Nomor 03/PMK.06/2011, bahwa ‚Penjualan
Barang Rampasan Negara oleh Kejaksaan atau Komisi Pemberantasan
Korupsi dilakukan dengan cara lelang melalui Kantor Pelayanan‛.10
Akan tetapi, dalam pelaksanaan lelang tersebut dilaksanakan oleh
DJKN melalui pejabat KPKNL yang berada di bawah kepemimpinannya.
Karena DJKN merupakan pelaksana lelang dalam KEMENKEU RI. Hal ini
dijelaskan dalam pasal 22 Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia
Nomor 03/PMK.06/2011, bahwa ‚Direktur Jenderal Kekayaan Negara
berwenang untuk melakukan pengelolaan barang gratifikasi yang telah
diserahkan kepada Menteri sesuai dengan batas kewenangannya berupa

10

Menteri Keuangan, Peraturan
03/PMK.06/2011…, pasal 15 ayat (1).

Menteri

Keuangan

Republik

Indonesia

Nomor

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

6

penetapan status penggunaan, Pemanfaatan, Pemindahtanganan dan
penghapusan.‛11
Hal-hal yang menarik perhatian masyarakat dalam peraturan tersebut
antara lain, bahwa dimungkinkannya penggunaan ‚garansi bank‛ sebagai
jaminan penawaran lelang, dan diperbolehkannya penawaran lelang
menggunakan email dan ataupun menggunakan aplikasi internet.12
Begitu juga mengenai pembatalan lelang yang diatur lebih detil yaitu
hanya gugatan yang terkait kepemilikan objek lelang tentang hak
tanggungan saja. Mengenai pembatalan lelang tersebut, yang dapat
membatalkan adalah penetapan provisional atau putusan ‚lembaga
peradilan‛ secara keseluruhan.13
Salah satu fungsi lelang atau penjualan di muka umum adalah
menjamin kepastian hukum dan guna mengikuti perkembangan kebutuhan
masyarakat,14 dimana seseorang atau pihak yang dinyatakan sebagai
pemenang lelang akan memperoleh suatu kepastian dari pejabat lelang
bahwa yang bersangkutan dijamin hak-haknya dalam kepemilikan benda
yang dijadikan obyek pada pelelangan setelah yang bersangkutan
dinyatakan sebagai pemenang.
Selain itu, lelang hasil gratifikasi juga merupakan wujud kontribusi
terhadap penerimaan Negara. Hal ini disampaikan oleh Direktur Lelang
11

Menteri Keuangan, Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor
03/PMK.06/2011…, pasal 22.
12
Risman, “Deregulasi Lelang One Step A Head PMK Nomor 106 Tahun 2013 Efektif Berlaku 6
Oktober 2013”, dalam https://www.djkn.kemenkeu.go.id/artikel/deregulasi-lelang-one-step-ahead-pmk-nomor-106-tahun-2013-efektif-berlaku-6-oktober-2013, diakses pada 14 Mei 2014.
13
Ibid.
14
Ibid.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

7

DJKN Purnama T Sianturi yang menyampaikan kepada peserta lelang agar
menawar dengan harga setinggi-tingginya. Menurutnya, tawaran yang
tinggi terhadap barang lelang tersebut merupakan wujud kontribusi
terhadap penerimaan Negara.15
Hasil bersih lelang atas lelang Barang Milik Negara/Daerah, dan
barang-barang yang sesuai peraturan perundang-undangan, harus disetor ke
Kas Negara/Daerah, dilakukan paling lama 1 (satu) hari kerja setelah
pembayaran diterima oleh Bendahara Penerimaan KPKNL.16
Lelang hasil gratifikasi secara khusus baru diatur oleh Pemerintah
pada tahun 2011. Hal ini dibuktikan dengan adanya Peraturan Menteri
Keuangan

Republik

Indonesia

Nomor

03/PMK.06/2011

tentang

Pengelolaan Barang Milik Negara yang Berasal dari Barang Rampasan
Negara dan Barang Gratifikasi.
Sedangkan pelaksanaan lelang hasil gratifikasi diatur dalam
Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 106/PMK.06/2013
tentang Perubahan atas Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia
Nomor 93/PMK.06/2010 tentang Petunjuk Pelaksanaan Lelang dan
Peraturan Direktur Jenderal Kekayaan Negara Nomor Per-06/KN/2013
tentang Petunjuk Teknis Pelaksanaan Lelang.

Kementerian Keuangan RI, “DJKN Sukses Lelang Barang Gratifikasi KPK”, dalam
http://www.kemenkeu.go.id/Berita/djkn-sukses-lelang-barang-gratifikasi-kpk, diakses pada 11
Juni 2014.
16
Menteri Keuangan, Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor
106/PMK.06/2013…, pasal 74 ayat (1).

15

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

8

Secara umum dalam Al-Qur’an maupun H{adith tidak ada yang
menjelaskan tentang hukum lelang hasil gratifikasi. Akan tetapi Al-Qur’an
memberi petunjuk yang berkenaan dengan perikatan jual beli berdasarkan
firman Allah dalam (QS. al-Baqarah [2]: 282) yang berbunyi:

Artinya:
‚Wahai orang-orang yang beriman! Apabila kamu melakukan utangpiutang untuk waktu yang ditentukan, hendaklah kamu menuliskannya.‛17
Pengertian yang terkandung dalam ayat tersebut, tidak terbatas pada
utang-piutang, tetapi juga jual-beli, sewa-menyewa dan bentuk hubungan
hukum keperdataan Islam lainnya. Manfaatnya jelas, yaitu memberikan
kepastian hukum kepada masing-masing pihak yang terlibat di dalam
perikatan itu. Selain itu, untuk menghindari adanya kemungkinan sengketa
di antara pihak-pihak yang berkepentingan.18
Oleh karenanya, penulis mengangkat masalah ini tak lain untuk
dianalisis apakah lelang hasil gratifikasi oleh Kementerian Keuangan
Republik Indonesia ini diperbolehkan dalam Islam. Menurut manfaat dan
resiko yang mungkin terjadi, maka hal tersebut mendorong penulis untuk
mengangkat tema dengan judul ‚Tinjauan Hukum Islam Terhadap Lelang
Hasil Gratifikasi oleh Kementerian Keuangan Republik Indonesia.‛

17
18

Kementerian Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya (Jakarta: Hati Emas, 2014), 48.
Zainuddin Ali, Hukum Perdata Islam…, 146.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

9

B.

Identifikasi dan Batasan Masalah
1.

Identifikasi Masalah
Adapun masalah yang ada yaitu:
a.

Teknis

dan

pelaksanaan

lelang

hasil

gratifikasi

oleh

Kementerian Keuangan Republik Indonesia.
b.

Lelang hasil gratifikasi merupakan lelang barang sitaan yang
didapat KPK dari Pegawai Negeri atau Pejabat Penyelenggara
Negara yang melakukan Tindak Pidana Korupsi.

c.

Barang gratifikasi adalah barang yang dihasilkan dari perbuatan
yang dilarang oleh agama Islam.

d.

Lelang hasil gratifikasi menjamin kepastian hukum hak
kepemilikan.

e.
2.

Konsep harga lelang hasil gratifikasi.

Batasan Masalah
Agar permasalahan ini bisa dikaji dengan baik, maka dari
identifikasi masalah tersebut, penulis hanya membatasi pada
masalah-masalah tentang:
a.

Teknis pelaksanaan lelang hasil gratifikasi oleh Kementerian
Keuangan Republik Indonesia.

b.

Lelang hasil gratifikasi oleh Kementerian Keuangan Republik
Indonesia.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

10

C.

Rumusan Masalah
1.

Bagaimana

teknis

pelaksanaan

lelang

hasil

gratifikasi

oleh

Kementerian Keuangan Republik Indonesia menurut hukum Islam?
2.

Bagaimana lelang hasil gratifikasi oleh Kementerian Keuangan
Republik Indonesia menurut hukum Islam?

D.

Kajian Pustaka
Kajian pustaka adalah deskripsi ringkas tentang kajian atau penelitian
yang sudah dilakukan diseputar masalah yang akan diteliti, sehingga
terlihat jelas bahwa kajian yang akan dilakukan ini tidak merupakan
pengulangan atau duplikasi dari kajian atau penelitian yang telah ada.19
Adapun kajian atau penelitian yang pernah diteliti oleh peneliti
sebelumnya adalah sebagai berikut: Pertama, ‚Tinjauan Hukum Islam
tentang Lelang Barang Via SMS oleh Telkomsel‛ oleh Wiwin Windari.
Dalam pembahasannya peneliti menjelaskan tentang mekanisme lelang
barang via SMS oleh Telkomsel.
Berdasarkan hasil penelitiannya, peneliti menyimpulkan bahwa
kegiatan program lelang tersebut menurut hukum Islam adalah haram.
Karena terdapat unsur maysir dan gharar, terlebih lagi menimbulkan
permusuhan dan angan-angan kosong yang mengakibatkan sifat malas

19

Tim Penyusun Fakultas Syariah dan Ekonomi Islam, Petunjuk Teknis Penulisan Skripsi
(Surabaya: UIN Sunan Ampel Surabaya, 2014), 8.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

11

bekerja, pemborosan, menunggu yang tidak pasti serta termasuk
membodohi diri sendiri juga merugikan orang lain..20

Kedua, ‚Konsep Harga Lelang Dalam Perspektif Islam‛ oleh
Zumrotul Malikah. Dalam pembahasannya peneliti menjelaskan tentang
mekanisme penetapan harga perspektif ekonomi Islam, kemudian
bagaimana pandangan ekonomi terhadap harga dalam sistem lelang.
Berdasarkan hasil penelitiannya, peneliti menyimpulkan bahwa dalam
penetapan harga dalam ekonomi Islam dengan mempertimbangkan harga
yang pantas yaitu harga yang adil yang memberikan perlindungan kepada
konsumen. Dan konsep harga dalam sistem lelang adalah harga ditentukan
oleh juru lelang dengan melihat keadaan fisik barang tersebut dan tidak
meninggalkan Nilai Limit atau lebih dikenal dengan Harga Limit Lelang
(HLL): bisa berupa Harga Pasar Pusat (HPP), Harga Pasar Daerah (HPD),
dan Harga Pasar Setempat (HPS). Tujuannya agar tidak adanya trik-trik
kotor komplotan lelang (auction ring) dan komplotan penawar (bidder’s

ring). Hal ini sesuai dengan konsep ekonomi Islam yang menjunjung tinggi
keadilan konsep maslahah.21

Ketiga, ‚Tinjauan Pelaksanaan Lelang Terhadap Objek Hak
Tanggungan Yang Dilakukan Melalui KPKNL Menurut Hukum Islam
Dikaitkan Dengan UU No. 4 Th 1996 Tentang Hak Tanggungan‛ oleh

Wiwin Windari, “Tinjauan Hukum Islam tentang Lelang Barang Via SMS oleh Telkomsel”
(Skripsi--IAIN Sunan Ampel, Surabaya 2011).
21
Zumrotul Malikah, “Konsep Harga Lelang Dalam Perspektif Islam” (Skripsi--IAIN Walisongo,
Semarang, 2012).

20

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

12

Fikri. Dalam pembahasannya peneliti menjelaskan tentang pelaksanaan
lelang terhadap objek hak tanggungan yang dilakukan melalui KPKNL.
Berdasarkan hasil penelitiannya, peneliti menyimpulkan bahwa lelang
dalam hukum Islam hukumnya boleh (mubah) dengan melihat konsekuensi
akad jual beli yang dilaksanakan para pihak tidak secara ba>ti} l dan sesuai
dengan prinsip hukum ekonomi Islam. Di dalam UU No. 4 Tahun 1996
terdapat ketidakpastian mengenai prosedur eksekusi, maka diperlukan
tanggung jawab yang mutlak untuk penjual objek hak tanggungan secara
lelang terkait dengan harga limit, risalah lelang dan legalitas barang guna
mewujudkan perlindungan hukum bagi pembeli lelang yang beritikad
baik.22

E.

Tujuan Penelitian
1.

Untuk mengetahui teknis pelaksanaan lelang hasil gratifikasi oleh
Kementerian Keuangan Republik Indonesia.

2.

Untuk mengetahui Hukum Islam terhadap lelang hasil gratifikasi oleh
Kementerian Keuangan Republik Indonesia.

F.

Kegunaan Hasil Penelitian
Sesuai dengan tujuan penelitian, maka kegunaan hasil penelitian yang
ingin diraih dalam penulisan skripsi, antara lain sebagai berikut:

Fikri, “Tinjauan Pelaksanaan Lelang Terhadap Objek Hak Tanggungan yang Dilakukan Melalui
KPKNL Menurut Hukum Islam Dikaitkan dengan UU No. 4 Th 1996 Tentang Hak Tanggungan”
(Skripsi--Universitas Padjajaran, Bandung, 2013).

22

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

13

1.

Aspek teoritis, sebagai upaya bagi pengembangan ilmu pengetahuan,
khususnya yang berkaitan dengan pelaksanaan lelang hasil gratifikasi
oleh Kementerian Keuangan Republik Indonesia.

2.

Aspek praktis, hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan
masukan atau bahan informasi serta manfaat yang besar bagi
masyarakat serta pihak pelaksana lelang hasil gratifikasi, selanjutnya
diharapkan dapat berguna sebagai pedoman bertransaksi di lapangan
atau masyarakat.

G.

Definisi Operasional
Definisi operasional adalah penjelasan secara operasional tentang apa
yang dimaksud oleh beberapa istilah dalam penelitian, agar tidak terjadi
kerancuan makna, maka penulis merasa perlu dicantumkan definisi dalam
judul ‚Tinjauan Hukum Islam Terhadap Lelang Hasil Gratifikasi oleh
Kementerian Keuangan Republik Indonesia‛ sebagai berikut:
1.

Hukum Islam

: Peraturan-peraturan dan ketentuan hukum yang
terkait

dengan

bersumber

dari

hukum

muamalah

Al-Qur’an,

Hadith

yang
dan

pendapat para ulama’ fiqh.
2.

Lelang

: Merupakan penjualan yang terbuka untuk
umum atau di muka umum dengan penawaran
harga yang dilakukan secara tertulis atau lisan
yang semakin meningkat atau menurun untuk

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

14

mencapai

harga

tertinggi

yang didahului

dengan pengumuman lelang terlebih dahulu.
3.

Hasil gratifikasi

: Merupakan hasil pemberian berupa barang yang
status gratifikasinya telah ditetapkan menjadi
milik

Negara

oleh

Pimpinan

Komisi

Pemberantasan Korupsi.
4.

KEMENKEU RI

: Kementerian Keuangan Republik Indonesia.
(dahulu

disebut

disingkat

Departemen

DEPKEU)

adalah

Keuangan,
Kementerian

Negara di lingkungan Pemerintah Indonesia
yang

membidangi

kekayaan

negara,

urusan

keuangan

Kementerian

dan

Keuangan

berkedudukan di bawah dan bertanggungjawab
kepada Presiden.

H.

Metode Penelitian
Adapun metode penelitian ini memuat uraian tentang:
1.

Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian pustaka (library research),
yaitu meneliti sejumlah buku tentang jual beli menurut hukum Islam
dan Peraturan-peraturan tentang pelaksanaan lelang hasil gratifikasi
oleh Kementerian Keuangan Republik Indonesia.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

15

2.

Data yang dikumpulkan
Data yang dikumpulkan dalam skripsi ini adalah data yang
diperoleh dari peraturan pemerintah, jurnal Kementerian Keuangan,
buku, karya ilmiah, internet dan lain-lain yang berkaitan dengan
pembahasan tentang Tinjauan Hukum Islam Terhadap Lelang Hasil
Gratifikasi oleh Kementerian Keuangan Republik Indonesia, yaitu
sebagai berikut:
a.

Pelaksanaan

lelang

hasil

gratifikasi

oleh

Kementerian

Keuangan Republik Indonesia.

3.

b.

Jurnal Kementerian Keuangan Republik Indonesia.

c.

Hukum Islam tentang Lelang.

Sumber Data
Sumber data ialah tempat atau orang dimana data diperoleh.23
Dalam penelitian ini data yang diperlukan diperoleh melalui
penelitian pustaka (library research). Bahan-bahan yang terkait
dengan penelitian dikumpulkan, diseleksi, dan diklasifikasikan
menurut pokok-pokok pembahasan. Adapun sumber-sumber data
tersebut terdiri atas:
a.

Sumber Data Primer
Yaitu data yang diperoleh dari kepustakaan yang sesuai
dengan pembahasan penelitian ini, antara lain sebagai berikut:

23

Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek (Jakarta: Rineka Cipta,
2002), 45.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

16

1)

Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor
03/PMK.06/2011 tentang Pengelolaan Barang Milik
Negara yang Berasal dari Barang Rampasan Negara dan
Barang Gratifikasi.

2)

Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor
106/PMK.06/2013 tentang perubahan atas Peraturan
Menteri

Keuangan

Republik

Indonesia

Nomor

93/PMK.06/2010 tentang Petunjuk Pelaksanaan Lelang.
3)

Peraturan Direktur Jenderal Kekayaan Negara Nomor Per06/KN/2013

tentang

Petunjuk

Teknis

Pelaksanaan

Lelang.
4)

Undang-undang Republik Indonesia Nomor 31 Tahun
1999 juncto Undang-undang Nomor 20 Tahun 2001
Tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi.

5)

Undang-undang Republik Indonesia Nomor 30 Tahun
2002 tentang Komisi Pemberantasan Tindak Pidana
Korupsi.

b.

Sumber Data Sekunder
Yaitu data yang diperoleh dari kepustakaan yang relevan
dengan pembahasan penelitian ini, antara lain sebagai berikut:
1)

Tim

Permata

Press,

Undang-Undang

RI

tentang

Pengadilan Tindak Pidana Korupsi.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

17

2)

Peraturan Lelang Stbl. 1908 nomor 189 tentang Peraturan
Penjualan di Muka Umum di Indonesia.

3)

Abdullah bin Muhammad Ath-Thayyar et al, Ensiklopedi
Fiqih Muamalah dalam Pandangan 4 Madzhab, Terjemah:
Miftahul Khairi.

4)

Ibnu Mas’ud dan Zainal Abidin, Fiqih Madzhab Sha>fi’i.

5)

S. H. Alatas, Korupsi.

6)

Robert Klitgaar, Membasmi Korupsi.

7)

R. Wiyono, Pembahasan Undang-undang Pemberantasan
Tindak Pidana Korupsi.

8)

Sayyid

Sabiq,

Fikih

Sunnah

4,

Terjemah:

Nur

Hasanuddin.
9)

Wahbah Zuhaily, Fiqh al-Islam Wa Adillatuhu.

10)

Zainuddin Ali, Hukum Perdata Islam di Indonesia.

11)

Chairuman Pasaribu, Hukum Perjanjian dalam Islam.

12)

Rachmat Syafe’i, Fiqih Muamalah.

13)

Buku-buku lain yang berkaitan dengan masalah yang akan
dibahas.

4.

Teknik Pengumpulan Data
Yaitu cara yang digunakan dalam rangka mencari data-data
yang diperlukan. Karena kategori penelitian ini adalah penelitian
pustaka (library research), maka metode yang digunakan adalah
metode dokumentasi yaitu teknik pengumpulan data yang didasarkan

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

18

atas literatur, laporan atau publikasi yang ada berdasarkan penelitianpenelitian lain yang sesuai, atau dari laporan-laporan lembaga yang
menerbitkan informasi atau segala jenis data yang dibutuhkan dalam
penelitian ini.24 Adapun metode dokumentasi yang digunakan untuk
mengumpulkan data yaitu membaca dan mengkaji buku, Undangundang, Peraturan-peraturan, karangan ilmiah dan artikel dari
internet yang berhubungan dengan pelaksanaan lelang hasil
gratifikasi oleh Kementerian Keuangan Republik Indonesia.
5.

Teknik Pengolahan Data
Setelah semua data yang diperlukan dapat dikumpulkan,
selanjutnya penulis akan melakukan pengolahan data dengan melalui
langkah-langkah sebagai berikut:
a.

Organizing, yaitu yaitu proses yang sistematis dalam
pengumpulan, pencatatan, dan penyajian fakta untuk tujuan
penelitian.25

b.

Editing, yaitu proses pengecekan dan penyesuaian yang
diperlukan untuk menjamin kelengkapan dan kesiapan data
penelitian dalam proses analisis.26

c.

Coding, yaitu proses identifikasi dan klasifikasi data penelitian
yang relevan dengan tema penelitian agar lebih fungsional.27

24

Suparmoko, Metode Penelitian Praktis: Untuk Ilmu Sosial Ekonomi Dan Bisnis (Yogyakarta:
BPFE, Ed. IV, Cet. II, 2007), 68-69.
25
Sonny Sumarsono, Metode Riset Sumber Daya Manusia (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2004), 66.
26
Nur Indriantoro dan Bambang Supomo, Metodologi Penelitian Bisnis : Untuk Akuntansi dan
Manajemen (Yogyakarta: BPFE, Ed. I, Cet. II, 2002), 167-168.
27
Ibid., 168.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

19

6.

Teknik Analisis Data
Dalam pembahasan penelitian ini, penulis menggunakan
metode deskriptif analitis dan pola pikir deduktif.
a.

Deskriptif

analitis

yaitu

menggambarkan,

meringkaskan

berbagai kondisi, berbagai situasi, atau berbagai fenomena yang
tertuang

dalam

data

yang

diperoleh.28

Yaitu

tentang

pelaksanaan lelang hasil gratifikasi oleh Kementerian Keuangan
Republik Indonesia yang disertai dengan analisis yang
kemudian diambil kesimpulan.
b.

Pola pikir deduktif yaitu analisis yang dibangun berdasarkan
kesimpulan umum dan bermuara pada hal-hal yang khusus.29
Pada analisis penelitian ini yang dimaksud dengan pola pikir
deduktif adalah analisis pada teori-teori jual beli muza>yadah
(lelang) secara umum, kemudian di sandingkan terhadap
pelaksanaan lelang hasil gratifikasi oleh Kementerian Keuangan
Republik Indonesia, yang kemudian diteliti dan dianalisis
sehingga ditemukan pemahaman secara khusus yang terdapat
pada kesimpulan.

28

M. Burhan Bungin, Penelitian Kualitatif Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan Publik, dan Ilmu
Sosial Lainnya (Jakarta: Kencana, 2011), 68.
29
Ibid.,147.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

20

I.

Sistematika Pembahasan
Untuk memudahkan pembahasan masalah-masalah dalam skripsi ini
dan dapat dipahami permasalahannya secara sistematis dan lebih terarah,
maka pembahasannya di bab-bab yang masing-masing bab mengandung
sub bab-sub bab, sehingga tergambar keterkaitan yang sistematis. Untuk
selanjutnya sistematika pembahasan disusun sebagai berikut:
Bab pertama merupakan gambaran yang memuat pola dasar penulisan
skripsi ini, yang meliputi: latar belakang masalah, identifikasi dan batasan
masalah, rumusan masalah, kajian pustaka, tujuan penelitian, kegunaan
hasil penelitian, definisi operasional, metode penelitian dan sistematika
pembahasan.
Bab kedua adalah landasan teori tentang jual beli muza>yadah (lelang),
memuat tentang pengertian jual beli muza>yadah (lelang), dasar hukum jual
beli muza>yadah (lelang), subyek dan obyek jual beli muza>yadah (lelang),
manfaat dan resiko jual beli muza>yadah (lelang).
Bab ketiga adalah prosedur pelaksanaan lelang harta/ benda hasil
gratifikasi, memuat tentang pengertian lelang, pengertian hasil gratifikasi,
dasar hukum lelang harta/ benda hasil gratifikasi, dan pelaksanaan lelang
harta/ benda hasil gratifikasi.
Bab keempat merupakan tinjauan hukum Islam terhadap lelang hasil
gratifikasi oleh Kementerian Keuangan Republik Indonesia.
Bab kelima adalah penutup yang terdiri dari kesimpulan dan saran.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

21

BAB II
JUAL BELI MUZAyadah (Lelang)
Jual beli dalam bahasa Arab disebut al-bai’ (
bentuk masdar dari kata

yang artinya menjual sedangkan kata
yaitu masdar dari kata

beli dalam bahasa arab dikenal dengan
namun pada umumnya kata
dengan demikian kata

) yang merupakan

sudah mencakup keduanya,

berarti menjual dan sekaligus berarti membeli.1

Secara etimologis bai’ (jual beli) berarti pertukaran sesuatu dengan
sesuatu yang lain (

),2 atau dapat juga disebut tukar

menukar (barter) secara mut}lak.3
Adapun bai’ (jual beli) secara terminologis para ulama’ berbeda
pendapat, antara lain:
1.

Menurut Sayyid Sabiq, jual beli adalah penukaran benda dengan
benda lain saling merelakan atau memindahkan hak milik dengan ada
penggantinya dengan cara yang diperbolehkan.4

2.

Menurut Hasbi ash-Shiddieqy, jual beli adalah akad yang tegak atas
dasar penukaran harta dengan harta, maka terjadilah penukaran hak
milik secara tetap.5

1

A.W. Munawwir, Kamus al-Munawir: Arab-Indonesia Terlengkap (Surabaya: Pustaka
Progressif, 1997), 124.
2
Rachmat Syafe’i, Fiqih Muamalah (Bandung: Pustaka Setia, 2001), 73.
3
Abdullah bin Muhammad ath-Thayyar, et al, Ensiklopedi Fiqih Muamalah…, 1.
4
Sayyid Sabiq, Fiqh al-Sunnah, Juz III (Beirut: Da>r al-Fikr, 1983), 126.
5
Hasbi ash-Shiddieqy, Pangantar Fiqh Muamalah (Jakarta : Bulan Bintang, 1974), 360.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

22

3.

Menurut Hendi Suhendi, jual beli adalah suatu perjanjian tukarmenukar barang atau barang yang mempunyai nilai secara sukarela
diantara kedua belah pihak, yang satu menerima benda-benda dan
pihak lain yang menerimanya sesuai dengan perjanjian atau ketentuan
yang telah dibenarkan syara’ dan disepakati.6

4.

Menurut Aiyub Ahmad, jual beli adalah menukar suatu barang
dengan barang yang lain atau penukaran barang dengan uang dengan
cara tertentu yang sama jenisnya atau memiliki nilai sama.7
Definisi yang dipilih adalah tukar menukar barang dengan barang,

barang dengan uang,8 harta dengan harta, harta dengan manfaat (jasa) yang
mubah meskipun dalam tanggungan,9 dengan jalan melepaskan hak milik
dari seseorang terhadap orang lainnya dengan jalan tertentu yang
diperbolehkan oleh agama Islam.
Sedangkan jual beli muza>yadah secara etimologis berarti bersaing

(tanaffus), yaitu bersaing dalam menambah harga barang dagangan yang
ditawarkan untuk dijual.10
Adapun secara terminologis, jual beli muza>yadah adalah jika seorang
penjual menawarkan barang dagangannya dalam pasar (di hadapan para
calon pembeli), kemudian para calon pembeli saling bersaing dalam

6

Hendi Suhendi, Fiqh Muamalah (Jakarta : Raja Grafindo Persada, 2002), 68.
Aiyub Ahmad, Fiqih Lelang (Jakarta : Kiswah, 2004), 37.
8
Ibnu Mas’ud dan Zainal Abidin, Fiqih Madzhab Syafi’i…, 22.
9
Abdullah bin Muhammad ath-Thayyar, et al, Ensiklopedi Fiqih Muamalah…, 2.
10
Ibid., 24.
7

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

23

menambah harga, kemudian barang dagangan itu diberikan kepada orang
yang paling tinggi dalam memberikan harga.11
Secara teknis jual beli muza>yadah dalam pandangan madzhab Sha>fi’i
adalah penjualan yang dilakukan secara lelang. Umpamanya perkataan
seseorang yang hendak membeli, ‚saya mau menambah.‛ Lalu orang lain
menambah harga yang ditawarkannya, seraya berkata, ‚Saya mau membeli
dengan harga sekian,‛ demikian seterusnya hingga tak ada lagi yang
sanggup membayar lebih tinggi.12
Dari pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa jual beli

muza>yadah adalah jual beli yang dilakukan dihadapan umum, atau di muka
umum dengan cara si pembeli bersaing untuk menambah harga yang telah
ditawarkan oleh penjual sampai tidak ada yang sanggup untuk menambah
harga lagi, sehingga barang dagangan tersebut diberikan kepada si pembeli
yang telah menambah harga paling tinggi.

B.

Dasar Hukum Jual Beli Muza>yadah (Lelang)
Dasar hukum jual beli muza>yadah (lelang) dalam Islam masih
diperdebatkan. Baik oleh ulama’ salaf, maupun ulama’ kontemporer.
Sebagian mengatakan larangannya, dan sebagian lainnya mengatakan
kebolehannya.

11
12

Ibid., 25.
Ibnu Mas’ud dan Zainal Abidin, Fiqih Madzhab Sha>fi’i…, 52.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

24

Tentang jual beli ini, ada beberapa h{adith yang membicarakannya,
yang menyebutkan larangannya, dan yang menunjukkan kebolehannya.
Berikut adalah rinciannya:
1.

H{adith-h{adith yang melarang jual beli Muza>yadah (lelang)
Pertama, H{adith pada kitab al-Mu’jam al-Ausa>t} dalam bab Man
Baqiyati Min Awwali Ismuhu> Mim Man Ismuhu> Mu>sa, no. 8391:

Artinya:
Dengannya, bercerita kepada kita Ibnu Luhai’ah dari Ubaidillah bin
Abi> Ja’far dari Zaid bin Aslam dari Ibnu Umar, dia berkata:
Rasulullah saw melarang salah satu di antara kalian untuk membeli
barang belian saudaranya kecuali pada harta rampasan perang dan
harta warisan dan melarang salah satu dia antara kalian untuk
melamar lamaran saudaranya sehingga dia meninggalkannya.13
H{adith ini diriwayatkan oleh Imam T{abra>ni. Dalam H{adith ini
terdapat sanad dari Ubaidillah bin Abi Ja’far, mayoritas ulama
memujinya: s}adu>q mauthuq (jujur dan dapat dipercaya). Abu Hatim,
Al-Nasa’i, dan lainnya mengatakan: thiqah (terpercaya). Ibnu Yunus
mengatakan: dia seorang alim, zuhud, dan ahli ibadah. Sedangkan
Imam Ahmad mengatakan: laisa biqawwi< (tidak kuat).14

Abu al-Qa>sim Sulaima>n bin Ahmad al-T{abra>ni, Al-Mu’jam al-Ausat}, Juz VIII (Da>r alharamain: al-Qa>hirah, 1415 H), 198.
14
Abi< Abdillah Muh{ammad bin Ah{mad bin Uthma>n al-Dhahaby>, Min al-I’tida>l, Juz III (Beiru>t:
Da>r al-Ma’rifah Lit}t}aba>’ah wa al-Nashar, 748 H), 4.
13

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

25

Sedangkan Zaid bin Aslam, dia adalah pelayan Umar bin
Khat}t}a>b. Ibnu ‘Adi mengatakan: thiqah h}ujjah (terpercaya dan
hujjah).15 Ibnu Hajar al-‘Asqala>ny> mengatakan thiqah ‘aq (jujur), namun hafalannya
kacau setelah buku-bukunya terbakar.17
Sedangkan Imam Ibnu Ma’in mengatakan, bahwa Ibnu
Luhai’ah adalah lemah baik sebelum dan sesudah terbakar bukubukunya. Yahya bin Said memandang h{adithnya bukan apa-apa. Ibnu
Mahdi mengatakan: ‚Saya tidak membawa apa pun dari Ibnu
Luhai’ah.‛ Yahya bin Bakir mengatakan: ‚Buku-buku dan rumahnya
terbakar pada tahun 170 H.‛ Yahya bin Said berkata: ‚Berkata
kepadaku Bishr bin al-Sirri, seandainya kau melihat Ibnu Luhai’ah,
janganlah kau bawa h{adithnya sehuruf pun.‛ Al-Nasa>’i mengatakan:

dhai’f.18

15

Ibid., Juz II, 98.
Ah{mad bin ‘Ali< bin H{ajar al-‘Asqala>ny>, Taqrir al-Maktabah al‘Alamiyah, 852 H), 326.
17
Ibid., 526.
18
Abi< Abdillah Muh{ammad bin Ah{mad bin Uthma>n al-Dhahaby>, Min al-I’tida>l, Juz II…, 475477.
16

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

26

Sedangkan Imam al-Haithami< mengatakan: Diriwayatkan oleh
Imam Ahmad dan Imam al-T{abra>ni, di dalamnya terdapat Ibnu
Luhai’ah, hadithnya hasan, dan perawi lainnya adalah s}ah{i al-Qubra> dalam bab
al-Nahyu an al-Najashi, no. 10669:

Artinya:
Mengabarkan kepada kita Abu> Zakaria> bin Abi> Ish{aq> dan Abu Bakar
bin al-H{asan, mereka berdua berkata: bercerita kepada kita Abu al‘Abba>s al-As}am
> , bercerita kepada kita Muh{ammad bin ‘Abdullah bin
‘Abdul H{akam, bercerita kepada kita Ibnu Wahab, telah
mengabarkanku ‘Amru bin Ma>lik, dari ‘Ubaidillah bin Abi> Ja’far, dari
Zaid bin Aslam, dia berkata: aku mendengar seorang laki-laki yang
dipanggil namanya ‚Shahr‛ , seorang pedagang, dia bertanya kepada
‘Abdullah bin ‘Umar tentang membeli dengan cara lelang. Maka
‘Abdullah bin ‘Umar berkata: ‚Rasulullah saw melarang kalian
membeli barang belian saudaranya sehingga dia meninggalkannya,
kecuali pada harta rampasan perang dan warisan. Dan hal seperti itu

19

Nu>r al-Dir al-Fikr,
1412 H), 150.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

27

diriwayatkan oleh Ibnu Luhai’ah dari ‘Ubaidillah bin Abi> Ja’far dan
Yu>nus bin ‘Abdul A’la dari ibnu Wahab.20
H{adith yang diriwayatkan oleh Imam Baihaqitim mengatakan: thiqah s}adu>q (terpercaya dan jujur).21 Ibnu
Hajar al-‘Asqala>ny> mengatakan:

faqilik,
Ubaidillah bin Abi< Ja’far, dan Zaid bin Aslam, adalah thiqah
(terpercaya). Maka semua perawi hadits ini adalah thiqah.
2.

H{adith-h{adith yang membolehkan jual beli Muza>yadah (lelang)
Pertama, H{adith pada kitab Jami’ al-S}ah{ih{ Sunan al-Tirmidhi
dal