Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Komparasi Undang-Undang No.25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal dengan Law on Investment in Vietnam No.59-2005-QH11 T1 312008044 BAB IV
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan analisa yang telah dikemukakan pada bab III
mengenai perbandingan UUPM dengan LIV, maka Penulis memperoleh
kesimpulan bahwa LIV memberikan pengaturan yang lebih komprehensif
tentang investasi. Banyak peraturan yang tidak dicantumkan (secara
eksplisit maupun implisit) dalam UUPM meskipun dalam pelaksanaannya
beberapa hal berlaku untuk investor di Indonesia. Lengkapnya suatu UU
mengatur maka semakin baik pula nilai kepastian hukum yang diberikan.
Analisa yang telah dilakukan menunjukkan bahwa LIV memberikan
kepastian hukum lebih baik dari pada UUPM. Selain itu, LIV mengatur
investasi lebih sistematis. Investor hanya perlu melihat LIV untuk
pengaturan-pengaturan tentang investasi, daftar sektor investasi tertutup
dan bersyarat serta pengaturan lain yang di Indonesia diatur dalam
beberapa peraturan perundang-undangan.
Mengenai keberpihakan, Penulis berpendapat kedua UU tersebut
sebagian besar berpihak pada Investor. LIV dipengaruhi tingkat
kompleksitas pengaturan terlihat sangat berpihak kepada investor.
Pernyataan tersebut didukung dengan pemberian bantuan pelaksanaan alih
teknologi, pelatihan tenaga kerja, pembangunan infrastruktur pada zona
78
tertentu serta bantuan modal untuk berinvestasi. Ada pula keberpihakan
yang sekaligus menimbulkan kerugian pada negara, yang seharusnya
dihindari, yaitu pada UUPM. Insentif perizinan penggunaan lahan pada
UUPM yang memberikan jangka waktu sangat lama, menimbulkan
eksploitasi besar-besaran padakekayaan alam negara.
Selain berpihak pada investor, kedua UU juga berpihak pada
negara dan warga negaranya. Secara implisit kegiatan investasi yang
didorong
pertumbuhannya
(pembangunan
nasional)
adalah
dan
untuk
kesejahteraan
kepentingan
negara
masyarakat.
UUPM
menunjukkan keberpihakannya kepada negara secara eksplisit tentang
keharusan mendahulukan penggunaan tenaga kerja domestik dan dalam
pelaksanaan repatriasi atau transfer. Lain halnya dengan LIV yang
memberikan keberpihakan dalam hal perlindungan hak tenaga kerja dalam
keikutsertaannya berorganisasi (sosial-politik), usaha melakukan alih
teknologi dan pelatihan tenaga kerja Vietnam. Berdasarkan perbandingan
diatas maka menurut Penulis LIV mengatur investasi masih lebih baik dari
pada UUPM.
B. Saran
Berikut merupakan saran yang dapat Penulis sampaikan:
1. Kepada Legislator (Indonesia), semoga penelitian ini dapat menjadi
referensi dalam perubahan UUPM yang akan dilakukan kedepannya.
Menilik pada hasil perbandingan yang menjadi kekurangan dari
79
UUPM, secara umum adalah kurang komprehensifnya peraturan yang
menjadi unsur terpenting dalam meningkatkan kepastian hukum dalam
pelaksanaan investasi. Kekurangan lainnya (secara khusus) terletak
pada sisi pemberian izin penggunaan lahan yang terlalu memihak pada
investor, aspek pemberian jaminan dalam berinvestasi (untuk
meningkatkan daya prediksi dari UU), kompleksitas pengaturan
tentang hak investor, dan dorongan kepada investor misal dalam
bantuan
dana
pelatihan
kerja,
alih
teknologi,
pembangunan
infrastruktur dan modal investasi dari APBN. Diharapkan kekurangan
tersebut dapat dipenuhi pada perubahan UUPM pada masa yang akan
datang, sehingga dapat menarik minat para investor untuk berinvestasi
dengan jumlah lebih banyak dari saat ini.
2. Kepada Peneliti selanjutnya, disadari bahwa penelitian ini masih
memiliki kekurangan, sehingga dapat dikembangkan lebih lanjut.
Penulis belum meneliti secara komprehensif tentang kedua UU, dan
hanya menitik beratkan pemilihan substansi pada apa yang diatur
dalam UUPM. UUPM tidak selengkap LIV yang mengatur investasi
lepas pantai, prosedur hingga evaluasi proyek investasi, klasifikasi
proyek berdasarkan modal yang ditanamkan, prosedur perubahan
proyek investasi dan sebagainya. Selain itu, penyelesaian sengketa,
sanksi pelanggaran, prosedur pendaftaran, tugas pejabat yang
berwenang terkait investasi dan beberapa hal lainnya, belum
80
disinggung dalam penelitian ini. Penulis membatasi penelitian pada
pengaturan investasi langsung dikarenakan pengaturan investasi di
Indonesia yang dipisah dalam dua UU yaitu UUPM (investasi
langsung) dan UU Pasar Modal (investasi tidak langsung).
81
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan analisa yang telah dikemukakan pada bab III
mengenai perbandingan UUPM dengan LIV, maka Penulis memperoleh
kesimpulan bahwa LIV memberikan pengaturan yang lebih komprehensif
tentang investasi. Banyak peraturan yang tidak dicantumkan (secara
eksplisit maupun implisit) dalam UUPM meskipun dalam pelaksanaannya
beberapa hal berlaku untuk investor di Indonesia. Lengkapnya suatu UU
mengatur maka semakin baik pula nilai kepastian hukum yang diberikan.
Analisa yang telah dilakukan menunjukkan bahwa LIV memberikan
kepastian hukum lebih baik dari pada UUPM. Selain itu, LIV mengatur
investasi lebih sistematis. Investor hanya perlu melihat LIV untuk
pengaturan-pengaturan tentang investasi, daftar sektor investasi tertutup
dan bersyarat serta pengaturan lain yang di Indonesia diatur dalam
beberapa peraturan perundang-undangan.
Mengenai keberpihakan, Penulis berpendapat kedua UU tersebut
sebagian besar berpihak pada Investor. LIV dipengaruhi tingkat
kompleksitas pengaturan terlihat sangat berpihak kepada investor.
Pernyataan tersebut didukung dengan pemberian bantuan pelaksanaan alih
teknologi, pelatihan tenaga kerja, pembangunan infrastruktur pada zona
78
tertentu serta bantuan modal untuk berinvestasi. Ada pula keberpihakan
yang sekaligus menimbulkan kerugian pada negara, yang seharusnya
dihindari, yaitu pada UUPM. Insentif perizinan penggunaan lahan pada
UUPM yang memberikan jangka waktu sangat lama, menimbulkan
eksploitasi besar-besaran padakekayaan alam negara.
Selain berpihak pada investor, kedua UU juga berpihak pada
negara dan warga negaranya. Secara implisit kegiatan investasi yang
didorong
pertumbuhannya
(pembangunan
nasional)
adalah
dan
untuk
kesejahteraan
kepentingan
negara
masyarakat.
UUPM
menunjukkan keberpihakannya kepada negara secara eksplisit tentang
keharusan mendahulukan penggunaan tenaga kerja domestik dan dalam
pelaksanaan repatriasi atau transfer. Lain halnya dengan LIV yang
memberikan keberpihakan dalam hal perlindungan hak tenaga kerja dalam
keikutsertaannya berorganisasi (sosial-politik), usaha melakukan alih
teknologi dan pelatihan tenaga kerja Vietnam. Berdasarkan perbandingan
diatas maka menurut Penulis LIV mengatur investasi masih lebih baik dari
pada UUPM.
B. Saran
Berikut merupakan saran yang dapat Penulis sampaikan:
1. Kepada Legislator (Indonesia), semoga penelitian ini dapat menjadi
referensi dalam perubahan UUPM yang akan dilakukan kedepannya.
Menilik pada hasil perbandingan yang menjadi kekurangan dari
79
UUPM, secara umum adalah kurang komprehensifnya peraturan yang
menjadi unsur terpenting dalam meningkatkan kepastian hukum dalam
pelaksanaan investasi. Kekurangan lainnya (secara khusus) terletak
pada sisi pemberian izin penggunaan lahan yang terlalu memihak pada
investor, aspek pemberian jaminan dalam berinvestasi (untuk
meningkatkan daya prediksi dari UU), kompleksitas pengaturan
tentang hak investor, dan dorongan kepada investor misal dalam
bantuan
dana
pelatihan
kerja,
alih
teknologi,
pembangunan
infrastruktur dan modal investasi dari APBN. Diharapkan kekurangan
tersebut dapat dipenuhi pada perubahan UUPM pada masa yang akan
datang, sehingga dapat menarik minat para investor untuk berinvestasi
dengan jumlah lebih banyak dari saat ini.
2. Kepada Peneliti selanjutnya, disadari bahwa penelitian ini masih
memiliki kekurangan, sehingga dapat dikembangkan lebih lanjut.
Penulis belum meneliti secara komprehensif tentang kedua UU, dan
hanya menitik beratkan pemilihan substansi pada apa yang diatur
dalam UUPM. UUPM tidak selengkap LIV yang mengatur investasi
lepas pantai, prosedur hingga evaluasi proyek investasi, klasifikasi
proyek berdasarkan modal yang ditanamkan, prosedur perubahan
proyek investasi dan sebagainya. Selain itu, penyelesaian sengketa,
sanksi pelanggaran, prosedur pendaftaran, tugas pejabat yang
berwenang terkait investasi dan beberapa hal lainnya, belum
80
disinggung dalam penelitian ini. Penulis membatasi penelitian pada
pengaturan investasi langsung dikarenakan pengaturan investasi di
Indonesia yang dipisah dalam dua UU yaitu UUPM (investasi
langsung) dan UU Pasar Modal (investasi tidak langsung).
81