Lampiran Keputusan Mentri Kehutanan Nomor 4895 Kpts II 2002

Lampiran : KEPUTUSAN MENTERI KEHUTANAN
Nomor
Tanggal
Tent ang

:
:
:

4895/ Kpt s-II/ 2002
5 Juni 2002
KRITERIA DAN INDIKATOR PENILAIAN KELANGSUNGAN PERUSAHAAN HTI PATUNGAN
DAN HTI BUMN

I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Pada awalnya program pembangunan HTI dirancang dengan t uj uan pokok unt uk
meningkat kan produkt ivit as lahan hut an dalam rangka mendukung kelanj ut an pemenuhan
bahan baku indust ri hasil hut an, sekaligus unt uk rehabilit asi hut an dan perbaikan kualit as
lingkungan alam sert a membuka lapangan kerj a. Saat it u j arang invest or yang berminat

dalam pembangunan HTI karena dianggap t idak mengunt ungkan mengingat t idak sepadannya
t ingkat pengembalian usaha ( rat e of ret urn) dibandingkan dengan biaya modal ( cost of
capit al ). Disamping it u hampir t idak ada Bank yang mau memf asilit asi kredit , karena j angka
wakt u pengembalian yang lama dan resiko ket idakpast ian cukup t inggi.
Unt uk mengawali dan mempercepat pembangunan HTI, Pemerint ah menggandeng
perusahaan swast a membent uk perusahaan HTI pat ungan (PHTI) unt uk melaksanakan
pembangunan program HTI. Dalam mendukung pembiayaannya Pemerint ah langsung t erlibat
dengan skema Penyert aan Modal Pemerint ah melalui BUMN Kehut anan dan f asilit as pinj aman
dengan t ingkat bunga 0%, dengan sumber dana berasal dari Dana Reboisasi (DR). Fasilit asi
pembiayaan Pemerint ah dengan skema pinj aman 0% pada saat it u dimaksudkan unt uk
memperkecil biaya modal sehingga program HTI dapat layak ekonomis. Dengan demikian
sumber pembiayaan pembangunan HTI t erdiri dari Penyert aan Modal Pemerint ah (PMP),
Penyert aan Modal Swast a (PMS) dan Pinj aman DR 0% sebagai sumber pembiayaan t ahap
pert ama. Disamping it u Pemerint ah j uga menf asilit asi skema pembiayaan sej enis, t erhadap
PT. Inhut ani I s/ d V unt uk melaksanakan HTI swakelola.
Selanj ut nya sumber pendanaan t ahap kedua menggunakan pinj aman DR dengan bunga
Komersial, set elah pembangunan HTI secara f isik dinilai t elah mencapai minimal 67, 5% dari
luas t anaman yang direncanakan dalam unit HTI dengan hasil baik. Sampai dengan t ahun
1998/ 1999 mekanisme pembiayaan HTI dengan skema pembiayaan t ersebut diat as berj alan
dengan baik, namun dengan adanya kebij akan pemerint ah unt uk menempat kan DR sebagai

Penerimaan Negara Bukan Paj ak (PNBP), maka di perlukan Perat uran Pemerint ah yang
mengat urnya. Sement ara PP DR t ersebut masih dalam proses penyusunan, t elah dit erbit kan
UU No. 41 t ahun 1999 sehingga pembiayaan yang bersumber dari DR baik melalui skema PMP
maupun Pinj aman dihent ikan Pemerint ah.
Dampak dari berhent inya pembiayaan Pemerint ah t ersebut ant ara lain :
1.

2.

Perusahaan HTI pat ungan yang t et ap mampu berlanj ut adalah HTI yang sudah/ hampir
menyelesaikan t anaman daur pert ama. HTI mampu berlanj ut dengan dana t alangan yang
berasal dari mit ra perusahaan swast a dalam bent uk pinj aman. Dana t alangan dibukukan
sebagai t ambahan Penyet oran Modal Swast a (PMS) di luar kewaj iban PMS sesuai akad
kredit . Apabila BUMN belum menyet or PMP sesuai dengan j umlah yang t elah dit et apkan,
maka t ambahan PMS t ersebut dapat diperhit ungkan t erhadap perubahan komposisi saham
Perusahaan Pat ungan.
HTI t idak mampu berlanj ut dan HTI semakin rusak. Kondisi pembiayaan yang
memprihat inkan t ersebut disert ai dengan dampak kebakaran besar t ahun 1997/ 1998 dan
krisis ekonomi yang berkepanj angan t elah menyebabkan kondisi sebagian besar HTI


pat ungan semakin t erpuruk. Unt uk mencegah hal ini berlarut -larut , Ment eri Kehut anan
t elah membent uk Kelompok Kerj a Rest rukt urisasi HTI Pat ungan dan HTI BUMN unt uk
melakukan t elaahan komprehensif t erhadap kondisi HTI Pat ungan dan f asilit asi
kelangsungan usaha BUMN yang dalam melaksanakan t ugasnya perlu dilengkapi dengan
krit eria dan indikat or sebagai pedoman dalam melaksanakan penilaian kondisi
kelangsungan usaha perusahaan HTI Pat ungan dan HTI BUMN.

B. Maksud dan Tuj uan
Maksud penyusunan Krit eria Dan Indikat or Penilaian Kelangsungan Usaha Perusahaan HTI
Pat ungan dan HTI BUMN adalah memberikan rambu-rambu sebagai pedoman penilaian kondisi
kelangsungan usaha perusahaan HTI pat ungan dan HTI BUMN dalam kerangka revit alisasi
program pembangunan HTI.
Adapun t uj uannya adalah unt uk merumuskan kebij akan regulasi dan f asilit asi Pemerint ah
t erhadap perusahaan HTI pat ungan dan HTI BUMN dalam rangka melanj ut kan kembali program
pembangunan HTI.
II. KERANGKA PENDEKATAN

1.

2.


3.

4.

5.

Skenario Penanganan PHTI pat ungan dan HTI BUMN diawali dengan t elaahan
komprehensif t erhadap kondisi 92 perusahaan HTI pat ungan dan unit swakelola HTI BUMN
berdasarkan krit eria dan indikat or yang berl andaskan dua aspek ut ama yait u aspek t eknis
dan aspek f inancial.
Telaahan komprehensif dilakukan secara bert ahap, yait u aspek t eknis digunakan unt uk
menilai kelayakan keberlanj ut an HTI dan merancang regulasi t eknis, sedangkan aspek
f inansial digunakan unt uk merancang kebij akan f asilit asi Pemerint ah yang dapat
mendukung pembiayaan HTI, yang secara keseluruhan unt uk mendukung kelanj ut an
program HTI.
Berdasarkan aspek t eknis dapat dikelompokan kondisi HTI pat ungan & unit swakelola HTI
BUMN sebagai berikut :
a. HTI t idak layak dilanj ut kan
b. HTI layak dilanj ut kan

Perusahaan HTI pat ungan yang t idak layak dilanj ut kan, dilakukan melalui dua t ahap
penanganan; pert ama dit awarkan kepada mit ra perusahaan swast a unt uk divest asi; dan
apabila t ahap ini t idak dapat dilaksanakan dilanj ut kan dengan t indakan
likuidasi/ penut upan perusahaan. Hasil penj ualan aset perusahaan yang dilikuidasi
dipergunakan ant ara lain unt uk pengembalian pinj aman DR kepada Pemerint ah sesuai
dengan ket ent uan yang berlaku.
Perusahaan HTI pat ungan yang layak dilanj ut kan, dit elaah lebih lanj ut dari aspek
f inansial unt uk merancang f asilit asi & insent if beberapa pilihan yang dapat mendukung
kelanj ut an pembiayaan HTI, yait u :
a. Dalam hal PMP t elah disalurkan kepada perusahaan HTI pat ungan dan pada saat
ini dana PMP t ersebut masih mengendap di BUMN, maka dana PMP t ersebut harus
disalurkan.
b. Peluang penj adwalan ulang ( rescheduling) ada t erhadap perusahaan HTI
pat ungan dan HTI BUMN yang pada saat j at uh t empo mengalami kesulit an
cashf low dengan alasan yang dapat dipert anggung j awabkan yait u t idak
berj alannya kont rak j ual beli karena f akt or diluar kemampuan perusahaan
sepert i krisis ekonomi yang berdampak langsung pada t ert unda/ berhent inya
pabrik berproduksi dan kebakaran hut an yang berakibat t ert undanya
panen/ berkurangnya produksi kayu saat masak t ebang. Penj adwalan ulang
t ersebut sebagai insent if at as skema Rekomposisi saham (dilusi), Divest asi dan

Merger at au Konsolidasi.

c.

d.

e.
f.

Rekomposisi saham (dilusi) t erhadap HTI pat ungan yang skema pembiayaan
pemerint ahan belum mencapai sat u daur dan selama ini kelanj ut an HTI dit alangi
dengan hut ang af iliasi, maka hut ang af iliasi t ersebut dapat dikonversi menj adi
penambahan penyert aan modal swast a.
Divest asi at au dilusi t erhadap HTI pat ungan yang skema pembiayaan pemerint ah
belum mencapai sat u daur dan mit ra swast a at aupun perusahaan swast a lain
berminat melanj ut kan HTI dengan membeli seluruh at au sebagian saham
Pemerint ah (BUMN).
Merger at au konsolidasi dengan perusahaan HTI lain t erhadap HTI pat ungan yang
dari pert imbangan bisnis lebih layak.
Apabila f asilit asi unt uk mendukung kelanj ut an pembiayaan HTI t ersebut t idak

dapat berj alan, maka dapat dilakukan likuidasi t erhadap perusahaan HTI
pat ungan t ersebut .

Gambaran mengenai kerangka pendekat an penanganan HTI pat ungan dan HTI BUMN dapat dilihat
pada gambar 1, sedangkan penilaian kelayakan berdasarkan krit eria dan indikat or kondisi
perusahaan HTI pat ungan t ermasuk skema f asilit asi unt uk penanganannya dapat dilihat pada
gambar 2.

III. KRITERIA DAN INDIKATOR PENILAIAN

Krit eria penilaian kondisi kelangsungan usaha perusahaan HTI pat ungan dan HTI BUMN meliput i
dua komponen ut ama, yait u:
1.
2.

Aspek t eknis
Aspek f inansial

Kedua komponen penilaian di at as memiliki bobot yang sama pent ing, namun penggunaannya
dilakukan secara bert ahap, yait u aspek t eknis digunakan unt uk menilai kelayakan kelangsungan

HTI dan merancang regulasi t eknis; dan aspek f inansial digunakan unt uk merancang kebij akan
f asilit asi Pemerint ah yang dapat mendukung kelanj ut an pembiayaan HTI. Adanya dua j enis
perusahaan pat ungan yang menangani HTI, yait u HTI Trans dan HTI Non Tran, maka st andar hasil
penilaian dibedakan. St andar yang dit et apkan t erhadap perusahaan HTI-t rans lebih ringan,
karena HTI-t rans mengemban misi t ambahan yakni melaksanakan program t ransmigrasi disamping
misi ut amanya membangun HTI.

Penilaian at au klasif ikasi “ layak” bagi perusahaan HTI dit et apkan apabila bobot dari seluruh
krit eria dan aggregat krit eria di dalam komponen aspek kelayakan mencapai st andar minimum
yang dit et apkan.

a. Aspek Teknis
Aspek t eknis t erdiri dari 4 (empat ) krit eria, yait u :
a.
b.
c.
d.

Kepast ian areal, dengan 5 j enis indikat or dan 14 t olok ukur
Fisik t anaman, dengan 2 j enis indikat or dan 6 t olok ukur

Penunj ang, dengan 5 j enis indikat or dan 13 t olok ukur
Pemasaran, dengan 1 j enis indikat or dan 3 t olok ukur

Kont ribusi krit eria kepast ian areal dan f isik t anaman t erhadap kelayakan t eknis adalah masingmasing 40%, sedangkan krit eria penunj ang dan pemasaran masing-masing 12, 5% dan 7, 5%.
Indikat or t erpent ing di dalam aspek t eknis adalah luas t anaman dengan bobot 25% t erhadap
kelayakan t eknis.
Krit eria, indikat or dan t olok ukur t eknis disaj ikan secara t erinci sebagaimana Tabel 2, sedangkan
penet apan nilai int ensit as disaj ikan pada Tabel 6.
Penilaian layak t eknis, apabila t ot al bobot t ert imbang mencapai minimum 40% dari bobot
t ert inggi unt uk HTI t rans (yait u sebesar bobot t ert imbang 1, 20 dari j umlah bobot t ert inggi
sebesar 3, 00) dan j umlah bobot minimal t anaman 0, 45 sert a j umlah bobot minimal kepast ian
areal 0, 3. Sedangkan unt uk HTI non t rans apabila t ot al bobot t ert imbang sebesar 60% yakni
sebesar 1, 80 dari nilai bobot t ert inggi sebesar 3, 00 dan j umlah bobot minimal t anaman 0, 90
sert a j umlah bobot minimal kepast ian areal 0, 60 (Tabel 3).

*) Unt uk Acacia sp. , unt uk j enis lainnya mengikut i ket ent uan yang dit et apkan Depart emen
Kehut anan.

b. Aspek Finansial
Aspek f inansial t erdiri dari 4 (empat ) krit eria dengan 11 indikat or, yait u krit eria a) modal, b)

pinj aman, c) pengembalian pinj aman, dan d) laporan keuangan.
Bobot t ert inggi dari keempat krit eria t ersebut adalah laporan keuangan yakni dit et apkan sebesar
50% dari bobot kelayakan aspek f inansial. Indikat or cashf low merupakan krit eria t erpent ing
dengan peran kelayakan sebesar 40% dari keseluruhan bobot aspek f inancial.
Krit eria, indikat or dan t olak ukur f inancial secara t erinci disaj ikan sebagaimana Tabel 4,
sedangkan penet apan nilai int ensit as disaj ikan pada Tabel 6. St andar klasif ikasi kelayakan
adalah perusahaan yang memiliki nilai bobot minimum sebesar 1, 80 unt uk HTI t rans dan sebesar
2, 10 unt uk HTI non t rans, dengan syarat bahwa indikat or kelayakan cashf low harus t ermasuk
kat egori t olok ukur ada dan prospekt if (Tabel 5).

IV. PENUTUP

Penanganan t erhadap berbagai permasalahan dan kendala di dalam pembangunan HTI harus
segera dilaksanakan karena pengembangan HTI memiliki banyak art i st rat egis dan adanya
berbagai manf aat . Kegiat an HTI t idak hanya menyangkut aspek t eknis kehut anan, namun t erkait
dengan berbagai aspek pengelolaan hut an, ekonomi, sosial dan lingkungan. Unt uk it u, maka
penanganan HTI dalam bent uk rest rukt urisasi pembangunan hut an t elah menj adi salah sat u
program kerj a priorit as Depart emen Kehut anan. Penanganan harus t ransparan karena
akunt abilit as pembangunan HTI yang dilaksanakan oleh perusahaan HTI pat ungan harus dapat
diket ahui oleh publik.

Penet apan krit eria dan indikat or penilaian perusahaan HTI pat ungan sebagaimana diuraikan di
at as merupakan salah sat u langkah awal dari upaya penanganan pembangunan HTI di Indonesia
yang saat ini dihadapkan pada berbagai sit uasi dan kondisi yang sulit .