Index of /ProdukHukum/kehutanan

LAMPI RAN I I PERATURAN MENTERI KEHUTANAN
NOMOR

: P.03/MENHUT-V/2004

TANGGAL

: 22 JULI 2004

V/ 2004
2004

BAGI AN KESATU
PETUNJUK PELAKSANAAN PENGEMBANGAN KELEMBAGAAN
GERAKAN NASI ONAL REHABI LI TASI HUTAN DAN LAHAN
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Upaya rehabilitasi hutan dan lahan (RHL) melalui GN RHL/ Gerhan yang
penyelenggaraannya dilaksanakan secara terpadu dan terkoordinasi
merupakan upaya yang sangat strategis bagi kepentingan nasional, sehingga

kegiatan tersebut diarahkan sebagai gerakan berskala nasional yang
terencana dan terpadu, melibatkan berbagai pihak terkait, baik pemerintah,
swasta dan masyarakat luas melalui suatu perencanaan, pelaksanaan serta
pemantauan dan evaluasi yang efektif dan efisien. Guna terwujudnya
koordinasi, integrasi, sinkronisasi dan sinergi yang optimal dalam
penyelenggaraan GN RHL/ Gerhan diperlukan kelembagaan yang mantap.
Disamping itu dalam pelaksanaan GN RHL/ Gerhan diharapkan sebanyak
mungkin melibatkan masyarakat dan mendorong masyarakat untuk dapat
berpartisipasi secara nyata. Sehingga perlu penguatan kelembagaan
masyarakat melalui pendampingan kepada kelompok tani. Untuk itu
dipandang perlu ditetapkan Petunjuk Pelaksanaan Pengembangan
Kelembagaan GN RHL/ Gerhan.
B. Tujuan
Pengembangan
Kelembagaan
GN
RHL/ Gerhan
bertujuan
untuk
memberdayakan berbagai pihak (Pemerintah, Pemerintah Daerah dan

masyarakat) yang terkait dalam penyelenggaraan kegiatan GN RHL/ Gerhan
demi terciptanya pranata sosial (sistem perilaku) yang berlaku dalam
kehidupan masyarakat ke arah yang lebih baik dan berkelanjutan melalui
pelaksanaan, pengembangan dan atau pemanfaatan hasil-hasil dan dampak
dari kegiatan GN RHL/ Gerhan dalam rangka kesejahteraan masyarakat dan
pelestarian lingkungan.

I-1

C. Pengertian
1.

Kelembagaan atau pranata sosial merupakan sistem perilaku dan
hubungan kegiatan-kegiatan untuk memenuhi kebutuhan khusus dalam
kehidupan masyarakat, yang meliputi tiga komponen (a) organisasi atau
wadah dari suatu kelembagaan, (b) fungsi dari kelembagaan dalam
masyarakat, dan (c) perangkat peraturan yang ditetapkan oleh sistem
kelembagaan dimaksud. Kelembagaan sebagai institusi atau organisasi
yang melakukan pengendalian sumberdaya, selalu berkaitan dengan
aspek (a) kepemilikan (property right), (b) batas-batas kewenangan

(jurisdiction boundaries), dan (c) keterwakilan (rule of representative).

2.

Pengembangan kelembagaan merupakan suatu usaha atau rangkaian
usaha pertumbuhan dan perubahan menuju ke arah yang lebih baik
dalam rangka menjalankan pranata sosial (sistem perilaku) untuk
memenuhi kebutuhan dalam kehidupan masyarakat.

3.

Pendamping adalah seseorang atau sekelompok orang dalam wadah
organisasi atau instansi yang terkait
dengan pendampingan serta
bergerak di bidang kehutanan dan melakukan pendampingan di tengahtengah masyarakat.

4.

Pendampingan adalah proses belajar bersama dalam mengembangkan
hubungan kesejajaran, hubungan pertemanan atau persahabatan, antara

dua subyek yang dialogis untuk menempuh jalan musyawarah dalam
memahami dan memecahkan masalah, sebagai suatu strategi
mengembangkan partisipasi masyarakat menuju kemandirian.

5.

Kelompok tani adalah kumpulan petani dalam suatu wadah organisasi
yang tumbuh berdasarkan kebersamaan, keserasian, kesamaan profesi
dan kepentingan dalam memanfaatkan sumberdaya alam yang mereka
kuasai dan berkeinginan untuk bekerjasama dalam rangka meningkatkan
produktivitas usaha tani dan kesejahteraan anggota dan masyarakat.

6.

Pemberdayaan masyarakat adalah upaya yang ditempuh dalam rangka
meningkatkan kemampuan dan kemandirian masyarakat melalui
(a) penciptaan suasana atau iklim yang memungkinkan berkembangnya
potensi atau daya yang dimiliki masyarakat, (b) memperkuat potensi
atau daya yang dimiliki masyarakat, dan (c) melindungi masyarakat
melalui pemihakan kepada masyarakat untuk memperkuat daya saing.


7.

Fasilitasi adalah upaya yang dilakukan oleh Pemerintah dan Pemerintah
Daerah yang dilaksanakan sesuai dengan batas-batas kewenangannya
serta pihak lain (BUMN, BUMD, BUMS, LSM, Koperasi) dalam rangka
memberikan pelayanan kepada masyarakat, antara lain melalui
pengakuan status legalitas, penguatan kelembagaan, bantuan
permodalan, bimbingan teknologi, bimbingan produksi, pendidikan dan
pelatihan, bimbingan pasca panen, dan akses pemasaran.

8.

Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) adalah
suatu lembaga non
pemerintah yang mandiri dan mempunyai tujuan nyata membantu dan

I-2

bermitra dengan masyarakat dalam mengelola sumberdaya alam secara

lestari
D. Sasaran
Sasaran pengembangan kelembagaan adalah semua institusi yang terkait
dengan penyelenggaraan GN RHL/ Gerhan agar tercipta suatu kondisi yang
kondusif diantara para pihak yang terlibat dalam rangka penetapan
kebijakan, pembagian peran, koordinasi, pembinaan, pengendalian,
pengawasan, pendampingan, bimbingan, pelatihan, penyuluhan, penyediaan
informasi, sosialisasi, bantuan permodalan, dan atau pemberian insentif
lainnya.
E. Ruang Lingkup
Petunjuk Pelaksanaan Pengembangan Kelembagaan GN RHL/ Gerhan
memuat tentang kelembagaan GN RHL/ Gerhan Nasional, Propinsi,
Kabupaten/ Kota dan masyarakat serta pendampingan GN RHL/ Gerhan.

I-3

BAB I I
KELEMBAGAAN GN RHL/ GERHAN
A. NASI ONAL
1. Kelompok Kerja Sektor Pencegahan Lingkungan Hidup dan Sektor

Penanaman Hutan dan Rehabilitasi
Berdasarkan Surat Keputusan bersama Menteri Koordinator Bidang
Kesejahteraan Rakyat, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian dan
Menteri Koordnator Bidang Politik dan Keamanan No : 09/ KEP/ MENKO/
KESRA/ I I I / 2003,
No
:
KEP.16/ M.EKON/ 03/ 2003
dan
No
:
KEP.08/ MENKO/ POLKAM/ I I I / 2003 tentang Pembentukan Tim Koordinasi
Perbaikan Lingkungan melalui Rehabilitasi dan Reboisasi Nasional
(TKPLRRN) telah ditetapkan 2 (dua) Kelompok Kerja (Pokja) yaitu :
a. Sektor Pencegahan Lingkungan Hidup
1) Menteri Negara Lingkungan Hidup (Ketua)
2) Menteri Kehakiman dan HAM
3) Kepala Kepolisian RI
b. Sektor Penanaman Hutan dan Rehabilitasi
1)

2)
3)
4)
5)
6)
7)
8)

Menteri kehutanan (Ketua)
Menteri Pertanian
Menteri Dalam Negeri
Menteri pendidikan Nasional
Menteri Riset dan Teknologi
Menteri Pemukiman dan Prasarana Wilayah
Menteri Keuangan
Panglima Tentara Nasional I ndonesia

Kewenangan Kementerian/ Departemen/ Non Departemen/ Lembaga berdasarkan tugas pokok dan fungsinya masing-masing sesuai dengan
tanggungjawabnya dalam penyelenggaraan GN RHL/ Gerhan.
Tugas Kelompok Kerja (Pokja) Sektor Penanaman Hutan Dan Rehabilitasi

adalah menetapkan kebijakan nasional penyelenggaraan GN RHL/ Gerhan
tentang :
a. Kelayakan program GN RHL/ Gerhan sebagai program yang sangat
mendesak
b. Penyediaan anggaran dalam pendanaan GN RHL/ Gerhan
c. Mendorong kelancaran dan keberhasilan penyelenggaraan GN RHL/
Gerhan
Departemen Keuangan sebagai anggota Kelompok Kerja Penanaman
Hutan dan Rehabilitasi berperan dalam penyusunan dan pengesahan
anggaran GN RHL/ Gerhan. Selanjutnya melalui Kantor Wilayah Ditjen
Anggaran dan KPKN (instansi vertikal di daerah) mem berikan pelayanan
dalam penyaluran anggaran kepada SATKER di daerah.

I-4

Disamping itu Dewan Perwakilan Rakyat Republik I ndonesia (DPR-RI)
melalui Komisi I I I khususnya Panitia Kerja Anggaran, berperan dalam
persetujuan anggaran penyelenggaraan GN RHL/ Gerhan.
Dalam penetapan kebijakan program GN RHL/ Gerhan, pemerintah
didukung dan memperhatikan masukan dari pihak lain diantaranya

lembaga donor, LSM dan komponen masyarakat lainnya.
2. Tim Pengendali Tingkat Pusat
Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Koordinator Bidang Kesejahteraan
Rakyat Nomor 14/ Kep/ Menko/ Kesra/ I I / 2003, dibentuk Sekretariat Tim
Koordinasi Perbaikan Lingkungan Melalui Rehabilitasi dan Reboisasi
Nasional yang sekaligus berfungsi sebagai Tim Pengendali Pusat dengan
anggota terdiri dari pejabat eselon I dari Kementerian/ Departemen/ Non
Departemen/ Lembaga yang terkait dalam penyelenggaraan GN
RHL/ Gerhan.
Kewenangan Tim Pengendali Tingkat Pusat adalah membantu TKPLRRN
dalam mengendalikan penyelenggaraan GN RHL/ Gerhan agar tercapai
keberhasilan. Dalam melaksanakan tugasnya setiap anggota Tim
Pengendali Pusat bertanggungjawab berdasarkan tugas dan fungsinya
masing-masing.
Tugas Tim Pengendali Tingkat Pusat adalah melakukan koordinasi,
menyelenggarakan kesekretariatan, menyiapkan bahan kebijakan bagi
TKPLRRN,
membina
Tim
Pengendali

Tingkat
Propinsi
dan
Kabupaten/ Kota, memantau dan mengevaluasi serta melaporkan hasil
pengendalian penyelenggraan GN RHL/ Gerhan kepada TKPLRRN.
3. Departemen Kehutanan
Menteri Kehutanan sebagai Ketua Kelompok Kerja Sektor Penanaman
Hutan dan Rehabilitasi sekaligus Penanggungjawab Program GN
RHL/ Gerhan, dengan tugas menyiapkan perencanaan dan pembibitan,
pembinaan teknis dalam penanaman dan pemeliharaan serta sebagai
koordinator dalam pelaksanaan GN RHL/ Gerhan.
Dalam pelaksanaan tanggungjawabnya dibantu oleh Pembina
Penyelenggara GN RHL/ Gerhan yang terdiri dari Eselon I dan Tenaga
Ahli Menteri Kehutanan, dimana Direktur Jenderal Rehabilitasi Lahan dan
Perhutanan Sosial (RLPS) ditunjuk sebagai koordinator. Pembina
penyelenggara tersebut mempunyai tugas :

I-5

a. Membina penyelenggaraan GN RHL/ Gerhan di wilayah Propinsi pada
setiap Kabupaten/ Kota di wilayah binaan.
b. Mengkoordinasikan dengan instansi atau pihak-pihak terkait dalam
penyelesaian masalah-masalah yang timbul dalam rangka
pelaksanaan GN RHL/ Gerhan
c. Menyampaikan laporan kepada Menteri Kehutanan tentang
pelaksanaan GN RHL/ Gerhan.
Dalam operasional sehari-hari Direktorat Jenderal RLPS membentuk
Sekretariat GN RHL/ Gerhan yang anggotanya terdiri dari wakil-wakil
Eselon I lingkup Departemen Kehutanan.
B. Propinsi
Tim Pengendali
Gubernur bertindak sebagai ketua dan bertanggungjawab dalam
penyelenggaraan GN RHL/ Gerhan diwilayahnya, dibantu oleh Tim Pengendali
Tingkat Propinsi yang dibentuk berdasarkan Surat Keputusan Gubernur
anggotanya terdiri dari unsur-unsur :
-

Kehutanan (Dinas yang mengurusi Kehutanan dan UPT Departemen
Kehutanan)
Kanwil Ditjen Anggaran
Lingkungan Hidup
Pertanian
Kimpraswil
Pendidikan
Pertanahan
Perguruan Tinggi
Tentara Nasional I ndonesia (TNI )
Kepolisian Republik I ndonesia (POLRI )
Kejaksaan Tinggi
Lembaga Swadaya Masyarakat dan instansi terkait lainnya.

Tugas Tim Pengendali adalah melakukan koordinasi, mendorong partisipasi,
pembinaan, pemantauan dan evaluasi serta melaporkan hasil pengendalian
penyelenggaraan GN RHL/ Gerhan di wilayahnya. Dalam operasional seharihari Tim Pengendali dapat dibantu oleh Sekretariat. Dalam melaksanakan
tugasnya setiap anggota Tim Pengendali bertanggungjawab berdasarkan
tugas pokok dan fungsinya masing-masing.

I-6

Hasil kerja pelaksanaan tugas Tim Pengendali antara lain :
1. Terbitnya SK Tim Pengendali oleh Gubernur
2. Terlaksananya penyebarluasan informasi GN RHL/ Gerhan melalui
pencanangan ataupun pemberitaan di media cetak dan elektronik
3. Terselenggaranya rapat koordinasi
4. Terbitnya pedoman/ petunjuk pelaksanaan secara spesifik wilayah
5. Terlaksananya koordinasi pelaksanaan pembekalan pendamping
6. Terlaksananya pemantauan dan bimbingan teknis ke lapangan
7. Terlaksananya penilaian kinerja yang pelaksanaannya dapat dibantu oleh
Perguruan Tinggi
8. Tersusunnya pelaporan kegiatan, semesteran dan tahunan ke pusat.
C. Kabupaten/ Kota
1. Tim Pembina
Bupati/ Walikota bertindak sebagai ketua dan bertanggungjawab dalam
pelaksanaan GN RHL/ Gerhan di lapangan yang dibantu oleh Tim Pembina
GN RHL/ Gerhan Kabupaten/ Kota. Tim Pembina GN RHL/ Gerhan yang
anggotanya terdiri dari unsur-unsur :
- Dinas Teknis yang mengurusi Kehutanan
- I nstansi terkait lainnya
- KODI M
- POLRES
- Kejaksaan Negeri
- Lembaga Swadaya Masyarakat terkait
Tugas Tim Pembina adalah melaksanakan sosialisasi dan penyebarluasan
informasi, bimbingan teknis, pelaksanaan kegiatan fisik lapangan,
pengawasan dan pengendalian serta melaporkan hasil penyelenggaraan
GN RHL/ Gerhan diwilayahnya. Dalam operasional sehari-hari Tim
Pelaksana dapat dibantu oleh Sekretariat.
Khususnya untuk KODI M berperan dalam menggerakkan masyarakat
melalui kepeloporan TNI , POLRES berperan dalam pengamanan lokasi dan
hasil-hasil kegiatan GN RHL/ Gerhan, sedangkan Kejaksaan Negeri terkait
dengan penyuluhan hukum.
Hasil kerja pelaksanaan tugas Tim Pembina adalah :
a. Terbitnya SK Tim Pembina Kabupaten/ Kota oleh Bupati/ Walikota
b. Tersebarluasnya informasi GN RHL/ Gerhan melalui pencanangan
ataupun pemberitaan melalui media cetak dan elektronik
c. Terselenggaranya rapat koordinasi

I-7

d. Tersusunnya petunjuk teknis/ manual kegiatan secara spesifik wilayah
e. Terlaksananya pemantauan dan bimbingan teknis ke lapangan
f. Terlaksananya pengawasan dan pengendalian program GN
RHL/ Gerhan diwilayahnya.
g. Tersusunnya laporan kegiatan semesteran dan tahunan program
Gerhan di wilayahnya ke Pusat
2. Kepeloporan TNI
Guna terwujudnya koordinasi, integrasi, sinkronisasi dan sinergi yang
optimal dalam pelaksanaan GN RHL/ Gerhan utamanya dalam
menggerakkan peranserta masyarakat dan swasta diperlukan dukungan
kepeloporan TNI di lapangan.
Kegiatan Kepeloporan TNI dalam menggerakkan peranserta masyarakat
meliputi perencanaan, persiapan dan pelaksanaan dengan hasil kerja
sebagai berikut :
a. Tersusunnya rencana kerja kepeloporan TNI
b. Terbentuknya organisasi serta penyiapan petunjuk teknis pelaksanaan
kepeloporan TNI .
c. Terlaksananya penyuluhan kepada masyarakat yang akan dilibatkan
dalam penanaman
d. Dalam kondisi khusus dapat melakukan penanaman di kawasan hutan
yang terisolir (sulit tenaga kerja, rawan konflik)
e. Tersusunnya laporan pelaksanaan kepeloporan TNI
D. Masyarakat
1. Kelompok Tani
Perbedaan yang sangat mendasar program GN RHL/ Gerhan dengan
kegiatan Rehabilitasi Hutan dan Lahan (RHL) sebelumnya, bahwa dalam
pelaksanaan program GN RHL/ Gerhan saat ini disamping kegiatan fisik
dilakukan pula penguatan kelembagaan masyarakat (kelompok tani).
Kelompok tani bertanggungjawab atas pelaksanaan kegiatan hutan rakyat,
pembuatan bangunan konservasi tanah dan rehabilitasi hutan mangrove di
lahan miliknya, disamping itu bekerjasama dengan Dinas yang mengurusi
kehutanan dalam pelaksanaan reboisasi, rehabilitasi hutan mangrove di
kawasan hutan, penanaman turus jalan dan penghijauan kota.
Keterlibatan kelompok tani mulai dari perencanaan, pelaksanaan,
pemeliharaan dan pengamanan hasil kegiatan.
Hasil kerja kegiatan kelompok tani adalah :
a. Terbentuknya kelompok yang dilengkapi dengan susunan pengurus
serta kelengkapan administrasi kelompok.
b. Tersusunnya Rencana Definitif Kelompok (RDK) dan Rencana Definitif
Kebutuhan Kelompok (RDKK).
c. Tersusunnya kesepakatan kelompok dalam pelaksanaan GN
RHL/ Gerhan

I-8

d. Terlaksananya pengelolaan dana kegiatan GN RHL/ Gerhan dengan
Surat Perjanjian Kerjasama (SPKS).
e. Terlaksananya penyiapan lahan meliputi: pemasangan batas lahan,
pembersihan dan pengolahan lahan
f. Terlaksananya distribusi bibit dan sarana produksi sesuai ketentuan
g. Terlaksananya penanaman dan pembuatan bangunan konservasi tanah
berdasarkan rancangan teknis kegiatan.
h. Terbentuknya jaringan kerja kemitraan antara kelompok dengan
pemerintah, swasta dan pihak terkait lainnya, dalam penyediaan
sarana produksi, alih teknologi dan penguatan permodalan
2. Lembaga Swadaya Masyarakat
Dalam rangka penguatan kelembagaan kelompok tani diperlukan fasilitasi/
pendampingan diantaranya oleh Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM),
sebagai lembaga non pemerintah yang mandiri dan mempunyai tujuan
nyata membantu dan bermitra dengan pemerintah maupun masyarakat.
Dalam pelaksanaan GN RHL/ Gerhan, LSM berperan sebagai pendamping
masyarakat
guna pengembangan
kelembagaan
kelompok
dan
kelembagaan usaha, sehingga program GN RHL/ Gerhan dapat
memberikan manfaat bagi kesejahteraan masyarakat dan kelestarian
lingkungan.
3. BUMN, BUMS dan Koperasi
Badan Usaha Milik Negara (BUMN), Badan Usaha Milik Swasta(BUMS) dan
Koperasi merupakan pelaku ekonomi yang diharapkan ikut berperan dan
berpartisipasi dalam penyelenggaraan program GN RHL/ Gerhan.
BUMN/ BUMS/ Koperasi diharapkan dapat menjalin hubungan kemitraan
yang sejajar, saling menguntungkan dengan kelompok tani, pemerintah
dan pemerintah daerah, sehingga terbentuk hubungan kerjasama jangka
panjang, saling membangun kepercayaan dan menguntungkan.
Hasil kerjasama antara BUMN/ BUMS/ Koperasi dengan kelompok tani
antara lain :
a. Tersedianya sarana produksi usaha tani (benih/ bibit, pupuk, obatobatan, dll)
b. I nformasi dan akses pasar
c. Bimbingan usahatani produktif
d. Bantuan permodalan
e. Dukungan teknologi

I-9

BAB I I I
PENDAMPINGAN

A. Prinsip-Prinsip, Syarat dan Kriteria
Dalam kegiatan pendampingan dikenal pendampingan yang bersifat teknis
dan pendampingan yang bersifat penguatan kelembagaan. Pendampingan
yang bersifat teknis dilakukan oleh Penyuluh Kehutanan Lapangan (PKL) dan
teknisi kehutanan lainnya, sedangkan pendampingan yang bersifat penguatan
kelembagaan dilakukan oleh LSM, Tenaga Kerja Sarjana Terdidik (TKST),
Tenaga Kerja Sosial, Tenaga Kerja Sarjana Kehutanan dan Pertanian dalam
arti luas, Organisasi Perduli Lingkungan (Kelompok Pecinta Alam, Kader
Konservasi Alam), PKL dan organisasi lainnya yang dipandang mampu untuk
dilibatkan dalam
pendampingan, dimana yang bersangkutan telah
berpengalaman atau memperoleh pelatihan pemberdayaan masyarakat.
1. Prinsip-prinsip Pendampingan
Di dalam pelaksanaan pendampingan harus mengikuti prinsip-prinsip,
sebagai berikut :
a. Keterbukaan antara pendamping dan kelompok tani yang didampingi.
b. Demokrasi dalam setiap kegiatan pendampingan yang dilaksanakan.
c. Adanya kepastian hak, kewajiban dan tanggung jawab dalam
pelaksanaan GN RHL/ Gerhan.
d. Mendorong masyarakat memecahkan masalahnya sendiri.
e. Menggali dan mengembangkan potensi kelompok tani untuk
melaksanakan GN RHL/ Gerhan.
f. Kesetaraan dan kesejajaran antara pendamping dan kelompok tani
yang didampingi dalam proses belajar bersama.
g. Tidak memaksakan sesuatu di luar kemampuan dan kebiasaan yang
dimiliki kelompok tani dan anggotanya.
h. Saling melengkapi antara pendamping dan kelompok tani serta
anggotanya.
i. Membuka dialog dan kerjasama dengan pemerintah.
2. Syarat dan Kriteria Pendamping
a. Syarat Pendamping
1). Berpengalaman atau telah mengikuti pembekalan pendampingan.
2). Bersedia bekerja sama dengan pemerintah dan sesama
pendamping.
3). Memiliki komitmen yang kokoh dalam melaksanakan tugas
yang diembannya.
4). Mempunyai sikap hati terbuka dalam setiap proses pendampingan.
5). Mampu beradaptasi dengan kondisi sosial budaya masyarakat
setempat.
b. Kriteria Pendamping

I-10

1).
2).
3).
4).
5).
6).
7).
8).

Senang bergaul dengan masyarakat.
Senang tinggal di pedesaan.
Mempunyai kemampuan komunikasi dengan baik.
Memiliki wawasan tentang hutan dan GN RHL/ Gerhan.
Sehat jasmani dan rokhani.
Memiliki kepribadian matang, ramah dan rendah hati.
Tidak diskriminatif.
Memiliki kepekaan terhadap perubahan-perubahan
masyarakat.

dalam

c. Tugas pendamping
Mengembangkan partisipasi, sikap, pengetahuan dan ketrampilan
kelompok tani dan anggotanya dalam pelaksanaan GN RHL/ Gerhan.
d. Fungsi Pendamping
1). Menjaga agar semangat, kemauan, ide-ide dan gagasan kelompok
tani tetap tinggi sehingga kegiatan GN RHL/ Gerhan berjalan lancar.
2). Memacu dan meningkatkan kegiatan kelompok tani sesuai
dengan kebutuhan dan kemampuan kelompok tani GN RHL/ Gerhan.
3). Mengurangi, menghentikan dan mengingatkan apabila ada
kegiatan atau sikap yang menyimpang dan tidak mendukung
kegiatan kelompok tani GN RHL/ Gerhan.
4). Menyelesaikan konflik dan ketegangan yang merugikan kelompok
tani.
5). Membantu kelompok tani dalam menghadapi permasalahan
yang muncul khususnya dalam pelaksanaan GN RHL/ Gerhan.
6). Membimbing kelompok tani untuk mencapai tujuan yang telah
disepakati bersama.
7). Mengembangkan jaringan kerjasama dalam kelompok tani dan
antar kelompok, instansi terkait, lembaga keuangan dan mitra
usaha.
LSM yang melakukan pendampingan harus memenuhi persyaratan sebagai
berikut :
1) Terdaftar pada instansi yang berwenang,
2) Bergerak dalam bidang kehutanan dan pelestarian lingkungan serta
memahami GN RHL/ Gerhan,
3) Biutamakan berdomisili di wilayah setempat,
4) Memiliki tenaga pendamping yang berpengalaman atau terlatih,
5) Memiliki peralatan yang diperlukan, 6) mendapat persetujuan dari
Pemerintah Daerah dan kelompok tani.
B. Penyelenggaraan Pendampingan
1. Persiapan
a. I nventarisasi Pendamping
Dinas yang mengurusi kehutanan Kabupaten/ Kota melaksanakan
inventarisasi keberadaan LSM, Penyuluh Kehutanan Lapangan (PKL),

I-11

Tenaga Kerja Sarjana Terdidik (TKST), Tenaga Kerja Sosial, Tenaga
Kerja Sarjana Kehutanan dan Pertanian dalam arti luas yang telah
memperoleh pendidikan pemberdayaan masyarakat, Organisasi Peduli
Lingkungan (Kelompok Pecinta Alam, Kader Konservasi Alam), dan
organisasi lainnya yang dipandang mampu untuk dilibatkan dalam
pendampingan yang terdapat di wilayahnya, berkoordinasi dengan
instansi terkait.
b. Pemilihan Pendamping
Dari hasil inventarisasi, Dinas Teknis yang mengurusi Kehutanan
Kabupaten/ Kota menginformasikan kepada LSM, organisasi dan pihak
terkait dengan pendampingan, tentang rencana pendampingan GN
RHL/ Gerhan selanjutnya bagi LSM dan mereka yang berminat diminta
mengajukan permohonan disertai kelengkapan administrasinya.
c. Penunjukan Pendamping
Bagi LSM, PKL, organisasi lain terkait dengan pendampingan yang
memenuhi syarat, diajukan kepada Bupati/ Walikota untuk ditetapkan
sebagai pendamping dalam pelaksanaan GN RHL/ Gerhan di
wilayahnya. Berdasarkan penetapan Bupati/ Walikota atau pejabat lain
atas nama Bupati, penyelenggara kegiatan GN RHL/ Gerhan
menindaklanjuti proses administrasi sebagai dasar pelaksanaan.
2. Pelaksanaan Pendampingan
a. Sosialiasi
Pendamping bersama dengan instansi teknis terkait melakukan
sosialisasi rencana kegiatan GN RHL/ Gerhan di wilayahnya serta
merespon aspirasi masyarakat, dan sekaligus dilakukan pengamatan
terhadap anggota kelompok yang layak untuk mengikuti pelatihan.
b. Pendamping harus aktif dalam pelatihan kader petani dan berperan
sebagai nara sumber.
c. I nventarisasi dan I dentifikasi dilakukan terhadap :
1) Pertumbuhan penduduk, kesempatan kerja dan berusaha,
tingkat ketergantungan masyarakat dengan hutan
2) Ada dan tidaknya kelembagaan dalam masyarakat
3) Keberadaan kelompok adat, Kelompok keagamaan dan
kelompok sosial lainnya.
4) Tata nilai/ pranata budaya yang berkembang di masyarakat.

I-12

5) I nformasi kerusakan hutan dan lahan yang telah terjadi, upayaupaya RHL dan konservasi tanah dan air yang telah dilaksanakan,
jenis
tanaman pokok yang telah dibudidayakan (MPTS dan
tanaman unggulan setempat).
d. Pembentukan Kelompok
Masyarakat pelaku GN RHL/ Gerhan diharapkan dapat membentuk
kelompok baru dengan menginduk kepada kelompok tani yang telah
ada atau meningkatkan aktivitas kelompok yang telah ada tersebut.
Pendamping memfasilitasi masyarakat dalam pembentukan kelompok
melalui beberapa tahap diantaranya :
1) Pertemuan informal
Pendamping dan masyarakat menjalin pertemuan yang akrab
dengan diisukan untuk mendirikan sebuah kelompok yang
mencakup seluruh lapisan dan strata sosial budaya dalam rangka
mensejahterakan, melestarikan hutan dan lahan
melalui GN
RHL/ Gerhan.
2) Pengorganisasian kelompok
Hasil pertemuan tersebut ditindaklanjuti untuk membahas bentuk
organisasi, susunan pengurus, anggaran dasar dan anggaran
rumah tangga serta juga bentuk aktifitas apa yang akan dilakukan
dalam pelaksanaan GN RHL/ Gerhan. Pendamping berperan sebagai
mediator, negosiator dan fasilitator.
3) Pengembangan Organisasi Kelompok
Dalam pelakasanaan GN RHL/ Gerhan maka perlu dikembangkan
kelembagaan ekonomi rakyat yaitu suatu kelembagaan yang
tumbuh dari, oleh dan untuk kepentingan rakyat, bukan
kelembagaan yang dibentuk untuk kepentingan instansi pembina.
Upaya mengembangkan kelembagaan usaha yang tangguh melalui
beberapa langkah sebagai berikut :
a)

Langkah I : Mendorong dan membimbing petani agar mampu
bekerjasama dibidang ekonomi secara berkelompok.
Anggota kelompok haruslah terdiri dari petani yang mempunyai
kepentingan sama dan saling percaya, sehingga akan tumbuh
kerjasama yang kompak dan serasi. Bimbingan dan bantuan
kemudahan yang diberikan oleh instansi pembina atau pihak lain
haruslah yang mampu menumbuhkan keswadayaan dan
kemandirian.
Kelompok yang telah terbentuk dapat diklasifikasikan dalam 4
tingkatan yaitu :

I-13

-

Tingkat
Tingkat
Tingkat
Tingkat

I
II
III
IV

:
:
:
:

Kelompok Pemula
Kelompok Lanjut
Kelompok Madya
Kelompok Utama

b) Langkah I I : Menumbuhkan gabungan kelompok atau asosiasi
Kelompok-kelompok yang sudah tumbuh didorong dan
dibimbing agar mau dan mampu bekerjasama antar kelompok
dalam bentuk organisasi yang lebih besar yang disebut
gabungan kelompok atau asosiasi. Dengan bergabung dalam
asosiasi akan mampu memberi manfaat yang lebih besar bagi
para anggotanya antara lain :
- Menghimpun modal usaha yang lebih besar
- Memperbesar skala usaha
- Meningkatkan posisi tawar-menawar (bargaining position)
- Meningkatkan efisiensi dan efektivitas usaha.
- Terbentuknya gabungan kelompok/ asosiasi haruslah atas
dasar kebutuhan atau kepentingan kelompok itu sendiri.
c)

Langkah I I I : Menumbuhkan Lembaga Ekonomi Formal
Gabungan kelompok/ Asosiasi didorong agar mereka mau dan
mampu menjadi satu lembaga ekonomi yang formal dan yang
paling tepat adalah Koperasi.
Untuk mencapai itu perlu dilakukan berbagai latihan atau kursus
yang dirancang secara khusus bagi para pengurus dan anggota
Gabungan Kelompok/ Asosiasi, antara lain adalah kursus
kewirausahaan, manajemen partisipatif (gugus kendali mutu),
pengembagan motivasi berprestasi dan magang (manajemen
usaha koperasi/ manajemen simpan pinjam koperasi).

e. Pembinaan Aktivitas Kelompok
Pendamping melakukan pembinaan kelompok tani dalam melakukan
kegiatan sebagai berikut :
1) Prakondisi yang
meliputi pembahasan dan perumusan jenis
kegiatan, metode dan teknik pelaksanaan, tugas, tanggung jawab
anggota kelompok serta kelengkapan administrasi kelompok.
2) Penyusunan rencana pengelolaan hutan dan lahan pada lokasi GN
RHL/ Gerhan baik rencana jangka pendek dalam bentuk Rencana
Definitif Kelompok (RDK), dan Rencana Definitif Kegiatan Kelompok
(RDKK), rencana jangka menengah ataupun jangka panjang.
3) Persiapan lahan meliputi : pemasangan batas lahan, pembersihan
dan pengolahan lahan
4) Mengembangkan pola tanam yang disesuaikan dengan pengaturan
tata letak tanaman berdasarkan rancangan teknis pengelolaan
lahan dan pengalaman petani setempat.
5) Pendistribusian bibit dan sarana produksi yang kooperatif dan
transparan di antara anggota kelompok.
6) Perumusan bagi hasil kayu maupun bukan kayu.

I-14

7) Memberi bimbingan kelompok dalam pelaksanaan sistem Surat
Perjanjian Kerjasama (SPKS).
8) Melakukan akses keluar dengan membangun kemitraan antara
kelompok dengan pemerintah, swasta dan pihak terkait lainnya.
9) Pemantauan dan penilaian pelaksanaan serta hasil GN RHL/ Gerhan.
Agar tahapan dalam mendampingan dapat terlaksana secara
menyeluruh dan terwujud kelompok yang mampu mandiri, masa
pendampingan dilaksanakan minimal selama 3 (tiga) tahun sesuai
pelaksanaan kegiatan fisik.
3. Pengorganisasian
Dalam penyelenggaraan pendampingan GN RHL/ Gerhan, mekanisme
pengorganisasian sebagai berikut:
a. Pendamping yang telah ditetapkan oleh Bupati, melaksanakan
pendampingan pada kelompok tani yang telah ditunjuk. Penyelenggara
GN RHL/ Gerhan, melakukan monitoring dan pengawasan terhadap
kegiatan yang dilakukan oleh pendamping.
b. Dalam pelaksanaan pendampingan terhadap hal yang menyangkut
teknis maupun penguatan kelompok (pengembangan kelembagaan,
permodalan, kemitraan, informasi pasar), hendaknya pendamping
selalu berkoordinasi dengan Penyuluh Kehutanan Lapangan (PKL),
Camat/ Kepala Desa setempat dan lembaga/ instansi terkait (formal dan
non formal).
c. Dalam proses pendampingan, kedudukan pendamping dengan
kelompok tani adalah setara/ sejajar, dimana pendamping berfungsi
sebagai fasilitator dan menjembatani kepentingan kelompok tani
dengan pemerintah ataupun lembaga/ instansi terkait.
Dalam rangka mendukung keberhasilan GN RHL/ Gerhan dan kemandirian
kelompok tani, perlu peran Pemerintah Daerah (Propinsi/ Kabupaten/ Kota)
dengan mengalokasikan kegiatan dan anggaran pendampingan.
4. Pelaporan dan Penilaian Keberhasilan
a. Pelaporan dan Dokumentasi
Dalam pelaksanaan tugasnya pendamping diwajibkan membuat
laporan secara periodik (bulanan dan tahunan) yang disampaikan
kepada Pimimpin Pelaksana GN RHL/ Gerhan dan Dinas Teknis yang
mengurusi Kehutanan.
Berdasarkan laporan tersebut, Pemimpin Pelasana Kegiatan dan Kepala
Dinas yang mengurusi Kehutanan Kabupaten/ Kota penyelenggara GN
RHL/ Gerhan dapat melakukan monitoring dan evaluasi terhadap
kegiatan pendampingan.
Materi pelaporan pendamping pada dasarnya mencakup seluruh aspek
kegiatan yang menjadi beban tugasnya diantaranya : sosialisasi
program GN RHL/ Gerhan, inventarisasi dan identifikasi data biofisik,

I-15

sosial, ekonomi dan budaya, pembentukan kelompok dan pembinaan
aktivitas kelompok, peran pendamping dalam pelatihan kader petani
yang dilaksanakan sesuai dengan jadwal yang telah disusun.
Pendamping diwajibkan mendokumentasikan seluruh kegiatan yang
dilaksanakan bersama kelompok tani dalam bentuk gambar/ foto
kegiatan, buku laporan dan refleksi bersama kelompok tani dan
masyarakat.
b. Penilaian Keberhasilan
Hasil kerja pendamping dapat dinilai berdasarkan aktivitas kelompok
tani yang difasilitasi sebagaimana tercantum pada Bab I I , sedangkan
hasil kinerja pendamping dapat dinilai melalui :
1) Telah menyusun rencana kegiatan pendampingan
2) Memiliki data potensi biofisik, sosial, ekonomi dan budaya wilayah
binaannya.
3) Melaksanakan sosialisasi dan penyebaran informasi GN RHL/ Gerhan
yang terdokumentasi.
4) Melakukan pembentukan dan pembinaan aktivitas kelompok yang
didokumentasikan
5) Menyusun dan menyampaikan laporan pendampingan secara
lengkap dan tepat waktu (awal bulan/ tahun).

I-16

BAB V
PENUTUP
Dalam rangka mensukseskan penyelenggaraan GN RHL/ Gerhan maka
pengembangan kelembagaan menjadi sangat penting. Pengembangan
kelembagaan diharapkan dapat menggerakkan para pihak untuk
berperanserta secara aktif dalam penyelenggaraan GN RHL/ Gerhan,
pembagian peran menjadi lebih jelas, masing-masing pihak mengetahui
wewenang dan tanggung jawabnya, sehingga sistem manajemen
penyelenggaraan GN RHL/ Gerhan dapat dilaksanakan secara baik. Dengan
demikian dalam pelaksaan GN RHL/ Gerhan, para pihak diarahkan untuk
berpartisipasi aktif membangun kelembagaan yang mantap, baik
kelembagaan pemerintah, pemerintah daerah, dan masyarakat.
Pihak
Pemerintah Kabupaten/ Kota sebagai ujung tombak dalam pelayanan kepada
masyarakat lebih kompeten dalam upaya pemberdayaan dan upaya
pengembangan kelembagaan masyarakat, melalui pendampingan kelompok
tani. Semoga GN RHL/ Gerhan berhasil mensejahterakan masyarakat dan
melestarikan sumberdaya alam.

MENTERI KEHUTANAN

MUHAMMAD PRAKOSA

I-17