profil kota bandar lampung provinsi lampung

PROFI L KABUPATEN / KOTA

KOTA BAN D AR LAM PUN G
LAM PUN G

KOTA BANDAR LAMPUNG

ADMINISTRASI
Profil Wilayah
Kota Bandar Lampung pintu gerbang Pulau Sumatera. Sebutan ini layak untuk ibu kota
Propinsi Lampung. Kota yang terletak di sebelah barat daya Pulau Sumatera ini
memiliki posisi geografis yang sangat menguntungkan. Letaknya di ujung Pulau
Sumatera berdekatan dengan DKI Jakarta yang menjadi pusat perekonomian negara.
Kota ini menjadi pertemuan antara lintas tengah dan timur Sumatera. Kendaraan dari
daerah lain di Pulau Sumatera harus melewati Bandar Lampung bila menuju ke Pulau
Jawa. Pada umumnya kendaraan tersebut transit di terminal Rajabasa. Keluar dan
masuknya kendaraan baik bus, angkutan kota maupun minibus ke terminal ini, ternyata
mampu mendatangkan pemasukan bagi Pendapatan Asli Daerah Sendiri (PADS) Kota
Bandar Lampung yang pada tahun anggaran 200 mencapai Rp 11,9 milyar. Angkutan
jalan raya mampu menyumbang Rp 273 milyar dari total kegiatan ekonomi tahun 2000.
Sumbangan lapangan usaha ini paling besar dibanding angkutan lain misalnya air.

Banyaknya kendaraan yang keluar masuk melewati Bandar Lampung ini menambah
padatnya jalan-jalan kota. Sejalan dengan perkembangan kota, kendaraan pribadi
maupun umum pun semakin menjamur, ditambah lagi dengan kendaraan pengangkut
hasil bumi dari pelosok daerah Propinsi Lampung yang akan dikirim ke Bandar
Lampung sebagai pusat perdagangan provinsi.
Tabel IV. 1 LUAS WILAYAH KOTA BANDAR LAMPUNG
No.
1
2
3
4
5
6
7
8
9

Kecamatan
Tanjungkarang Pusat
Tanjungkarang Timur

Tanjungkarang Barat
Telukbetung Utara
Telukbetung Selatan
Telukbetung Barat
Panjang
Sukarame
Kedaton
Total
Sumber: BPS Kota Bandar Lampung

Luas (Km²)
4,95
21,10
41,01
6,25
5,39
24,12
27,16
27,46
35,52

192,96

Wilayah Kota Bandar Lampung merupakan daerah perkotaan yang terus berkembang
dari daerah tengah ke daerah pinggiran kota yang ditunjang fasilitas perhubungan dan
penerangan. Pengembangan kota ditandai dengan tumbuhnya kawasan permukiman,
namun demikian daerah pinggiran belum terlihat jelas ciri perkotaannya.
Pada tahun 2001 Kota Bandar Lampung dimekarkan dari 9 Kecamatan dan 84
kelurahan menjadi 13 kecamatan dan 98 kelurahan.
Orientasi Wilayah
Secara geografis wilayah Kota Bandar Lampung berada antara 50º20’-50º30’ LS dan
105º28’-105º37’ BT dengan luas wilayah 192.96 km2 dengan batas-batas sebagai
berikut :
o Batas Utara
: Kecamatan Natar, Kabupaten Lampung Selatan
o Batas Selatan : Kecamatan Padang Cermin, Ketibung dan Teluk Lampung,
Kabupaten Lampung Selatan
o Batas Timur
: Kecamatan Tanjung Bintang, Kabupaten Lampung Selatan
o Batas Barat
: Kecamatan Gedungtataan dan Padang Cermin Kabupaten

Lampung Selatan
Kota Bandar Lampung berada di bagian selatan Propinsi Lampung (Teluk Lampung)
dan ujung selatan Pulau Sumatera.
Menurut kondisi topografi, Propinsi Lampung dapat dibagi ke dalam 5 (lima) satuan
ruang, yaitu:
Daerah berbukit sampai bergunung, dengan ciri khas lereng-lereng yang curam
dengan kemiringan lebih dari 25% dan ketinggian rata-rata 300 meter dpl.
Daerah ini meliputi Bukit Barisan, kawasan berbukit di sebelah Timur Bukit
Barisan, serta Gunung Rajabasa.
o Daerah berombak sampai bergelombang, yang dicirikan oleh bukit-bukit sempit,
kemiringan antara 8% hingga 15%, dan ketinggian antara 300 meter sampai
500 meter dpl. Kawasan ini meliputi wilayah Gedong Tataan, Kedaton,
Sukoharjo, dan Pulau Panggung di Daerah Kabupaten Lampung Selatan, serta
Adirejo dan Bangunrejo di Daerah Kabupaten Lampung Tengah.
o Dataran alluvial, mencakup kawasan yang sangat luas meliputi Lampung
Tengah hingga mendekati pantai sebelah Timur. Ketinggian kawasan ini
berkisar antara 25 hingga 75 meter dpl., dengan kemiringan 0% hingga 3%.
Dataran rawa pasang surut di sepanjang pantai Timur dengan ketinggian 0,5 hingga 1
meter dpl. 5. Daerah aliran sungai, yaitu Tulang Bawang, Seputih, Sekampung,
Semangka, dan Way Jepara.

o

Tabel IV. 2 TATA GUNA LAHAN PROVINSI LAMPUNG
Guna Lahan
Areal hutan
Belukar
Padang rumput
Ladangan
Lataran tinggi
Sawah
Perkebunan
Perairan darat
Permukiman

Luas (Km2)
6.863
8.880
2.264
5.200
3.962

601
4.422
71
3.113

Dominasi penggunaan lahan berupa belukar dan area hutan seluas 17 ribu km2. Area
lahan sawah seluas 601 km2, perkebunan seluas 4.422 km2, sedangkan area
pemukiman seluas 3.113 km2.

PENDUDUK
Jumlah dan Pertumbuhan Penduduk
Masyarakat Lampung terdiri atas berbagai suku antara lain Lampung, Rawas, Melayu,
Pasemah dan Semendo. Masyarakat Lampung bentuknya yang asli memiliki struktur
hukum adat yang tersendiri, bentuk masyarakat hukum adat tersebut berbeda antara
kelompok masyarakat yang satu dengan yang lainnya, kelompok-kelompok tersebut
menyebar di berbagai tempat di daerah Lampung.
Penduduk pendatang yang menetap di Propinsi Lampung diperkirakan mencapai 84
%. Kelompok etnis terbesar adalah Jawa (30%), Banten/Sunda (20%), Minangkabau
(10%), Semendo (12 %). Kelompok etnis lain yang cukup banyak jumlahnnya adalah
Bali, Batak, Bengkulu, Bugis, China, Ambon, Aceh, Riau, dan lain-lain.

Banyaknya penduduk pendatang ini akibat adanya progam relokasi yang dilakukan
sejak tahun 1905 oleh pemerintah kolonial Belanda dengan memindahkan petani dari
Bagelan Jawa Tengah dan membangun Kota Wonosobo dan Kota Agung. Kemudian
tahun 1932 – 1937 ada pembukaan lahan transmigrasi baru di Kota Metro, Pringsewu,
dan berbagai kota lainnya. Program transmigrasi ini terus berlangsung hingga akhir
dekade 80-an.
Karakteristik mata pencaharian penduduk pendatang pada umumnya memiliki
kekhasan dalam beradaptasi. Sebagai contoh pendatang asal Pati – Jawa Tengah
yang semula sebagai petambak lebih memilih usaha tambak di lokasi barunya. Semula
mereka berbudidaya bandeng dan jenis ikan lainnya, tetapi seiring dengan
perkembangan tren budidaya udang windu mereka beralih ke jenis yang lebih
menguntungkan ini ditambah lagi dengan dukungan dari pihak pemberi modal.
Demikian pula dengan pendatang dari etnis Bugis yang terkenal sebagai pelaut lebih
memilih menjadi nelayan. Pendatang dari Jawa yang semula petani lebih memilih
usaha di bidang pertanian dan perkebunan.
Tabel IV. 3 DATA PENDUDUK TAHUN 2000/2001
Jumlah Penduduk pada Tahun 2000
Jumlah Penduduk Perkotaan pada Tahun 2000
Tingkat Pertumbuhan Penduduk Rata-rata per Tahun selama
periode 1990-2000

Kepadatan Penduduk

743.109 jiwa
743.109 jiwa
1,55%

Jumlah Penduduk Usia Kerja pada Tahun 2001

38,7 jiwa/ha luas wilayah
87,2 jiwa/ha luas kawasan
perkotaan
405.109 jiwa

Jumlah Penduduk Bekerja pada Tahun 2000

320.532 jiwa

Jumlah Penyerapan tenaga Kerja Pada Tahun 2000

637 orang


Tabel IV. 4 JUMLAH PENDUDUK PER KECAMATAN DI KOTA BANDAR LAMPUNG TAHUN 2000
Kecamatan
Kedaton
Sukarame
Tanjungkarang pusat
Tanjungkarang Barat
Tanjungkarang Timur
Telukbetung Utara
Telukbetung Barat
Telukbetung Selatan
Panjang
Kemiling
Rajabasa
Sukabumi
Tanjung Seneng
Jumlah

Penduduk
Laki-laki

40.175
22.845
35.954
23.680
39.415
31.903
42.839
46.248
28.536
18.884
10.719
23.928
14.173
379.299

Perempuan
40.084
24.373
38.399
22.998

34.665
31.092
42.940
43.990
30.482
18.586
10.799
24.329
15.300
378.037

Jumlah
80.259
47.208
74.353
46.678
74.080
62.995
85.779
90.238
59.018
37.470
21.518
48.257
29.473
757.336

Sumber: Dinas Kependudukan Kota Bandar Lampung 2000

Sebaran dan Kepadatan Penduduk
Menurut data tahun 2001, Kota Bandar Lampung dibagi atas 9 kecamatan (sekarang
sudah dimekarkan menjadi 13 kecamatan), dengan jumlah penduduk terbanyak adalah
Kecamatan Kedaton dengan 136.685 jiwa. Sedangkan kecamatan dengan kepadatan
penduduk tertinggi adalah Kecamatan Telukbetung Selatan dengan 16.215 jiwa/km2 .
Tabel IV. 5 JUMLAH DAN KEPADATAN PENDUDUK
No
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
Total

Kecamatan
Tanjungkarang Pusat
Tanjungkarang Timur
Tanjungkarang Barat
Telukbetung Utara
Telukbetung Selatan
Telukbetung Barat
Panjang
Sukarame
Kedaton

Penduduk
Jumlah
Kepadatan
69.982
14.138
75.296
3.568
99.785
2.433
56.565
9.050
87.399
16.215
52.500
2.177
68.652
2.528
95.885
3.492
136.685
3.848
742.749
3.849

Sumber: Badan Pusat Statistik Provinsi Lampung 2001

Tenaga Kerja
Tenaga kerja yang dimaksud adalah penduduk yang diatas 15 tahun. Pada tahun 1997
sebanyak 472.454 jiwa, pada tahun 1998 sebanyak 490.374 jiwa, dan pada tahun
1999 sebanyak 495.038 jiwa

EKONOMI
Kondisi Perekonomian Daerah
Tabel IV. 6 DISTRIBUSI PERSENTASE KEGIATAN EKONOMI Th.2000
NO
1
2
3
4
5
6
7
8
9

BIDANG
Perdagangan, Hotel, dan Restoran
Bangunan
Listrik Gas, dan Air Bersih
Pengangkutan dan Komunikasi
Keuangan
Jasa – jasa
Pertanian
Industri Pengolahan
Pertambangan dan Penggalian

JUMLAH (%)
22.78
7.88
1.11
13.23
6.64
14.00
4.10
29.82
0.44

Sumber : Badan Pusat Statistik Provinsi Lampung

DISTRIBUSI PERSENTASE KEGIATAN EKONOMI 2000
Pertambangan dan

Perdagangan,

Penggalian;
0,44%

Hotel, dan
Restoran; 22,78%

Industri
Pengolahan;
29,82%

Bangunan; 7,88%
Listrik Gas, dan
Air Bersih; 1,11%

Pertanian; 4,10%

Jasa – jasa;

Keuangan; 6,64%

14,00%

Pengangkutan dan
Komunikasi;
13,23%

Dari data tahun 2000,
kontribusi yang cukup
signifikan
membangun
perekonomian
Kota
Bandar Lampung yaitu
sektor
industri
pengolahan
dan
penggalian
(29,82%),
kemudian diikuti oleh
sektor
perdagangan,
hotel
dan
restoran
(22,78%), sektor jasajasa
(14%),
sektor
pengangkutan
dan
komunikasi
(13,23%).
Sedangkan sektor lainnya
(20,17%) meliputi sektor
pertambangan, pertanian,
bangunan listrik, dan gas
rata-rata 3-4%.

REALISASI TOTAL EKSPORT TAHUN 2000 ($ US)
- Kopi
- Lada hitam
- Pisang segar

26,000,000.00
5,800,000.00
58,976.00

Komoditi ekspor non migas pada tahun 2000 sekitar 32 juta U$ dengan jenis komoditi
seperti kopi, lada hitam dan pisang segar, industri pengolahan. Volume ekspor pada
tahun 2000 sebanyak 3.016.417 ton, sedangkan volume impor sebanyak 492.764 ton.
Industri Utama
™ industri pengolahan
™ perdagangan
™ jasa

Produk Utama
™ keripik pisang
™ industri mpek-mpek
™ industri marmer
™ industri tahu tempe
™ usaha rotan dan ukiran
™ usaha kain tapis dan sulam usus
Neraca Perdagangan (Export-Import) pada Tahun 2000
™ Volume ekspor

: 3.016.417 ton

™ Volume impor

: 492.764 ton

™ Selisih ekspor atas impor sebesar

: 2.523.653 ton

PDRB per kapita tahun 1999 yang rendah (tahun 1999 Rp 978.000,- atas dasar harga
konstan tahun 1993), kemampuan PAD yang masih belum optimal digali untuk
mendukung pembangunan daerah (dengan tingkat pertumbuhan sebesar rata-rata
25%), dan rendahnya jiwa kewiraswastaan untuk membangun ekonomi keluarga,
merupakan isu dominan yang masih menonjol.
Tabel IV. 7 PERKEMBANGAN NERACA PERDAGANGAN (TON) PROVINSI LAMPUNG TAHUN 19972001
1997

1998

1999

2000

Ekspor

1.374.753

1.665.878

1.602.638

2.290.515

2.545.927

Impor

8.353.038

5.906.526

4.407.581

4.045.491

4.090.373

Surplus/defisit

6.978.285

4.240.648

2.804.943

1.754.976

1.544.446

Ekspor

1.374.753

1.665.878

1.602.638

2.290.515

2.545.927

Impor

3.217.507

272.795

1.994.936

2.068.481

2.059.061

Surplus/defisit

1.842.754

1.393.083

-392.298

222.034

486.866

Uraian

2001

DENGAN MIGAS

TANPA MIGAS

Data tentang endapan mineral di Propinsi Lampung belum tersedia dengan lengkap,
sehingga potensi dari endapan bahan tambang tersebut belum diketahui dengan pasti.
Berdasarkan literatur pada peta geologi Provinsi Lampung dapat diidentifikasi
terdapatnya bahan-bahan tambang, diantaranya:
™ Minyak bumi, terdapat di sebelah timur laut Propinsi Lampung, Mesuji, Menggala,
Kotabumi dan Sukadana.
™ Uranium, terdapat di Bukit Arahan sebelah barat daya Way Semangka, Gedong
Surian, Bukit Semoang dan Bukit Lematang di Timur Teluk Betung serta Pulau
Tabuan.
™ Batubara Muda, terdapat di Way Pidada di bagian hulu Way Tulang Bawang dan
Kecamatan Abung Barat di Lampung Utara.

™ Mineral Besi, terdapat di sebelah timur Sukadana dan di sekitar Labuan Maringgai.
- Emas dan Perak, terdapat di sebelah barat daya Way Semangka, di hulu Way
Rilau dan Pemerihan, Blambangan Umpu, Kasui, Kedondong dan Padang Cermin.
™ Marmer, terdapat di Hulu Way Rilau disebelah barat Way Semangka, Bukit Arahan,
Way Perihan, Gedung Tataan dan Tegineneng.
™ Sumber air panas dan gas bumi, di Natar, Way Ngarip, Kota Agung dan Way Muli

Keuangan Daerah
Tabel IV. 8 ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH 2001
PENERIMAAN
- Bagian sisa lebih perhitungan anggaran tahun lalu
- Bagian pendapatan asli daerah
- Bagian dana perimbangan
- Bagian pinjaman daerah
- Bagian lain-lain penerimaan yang sah
TOTAL
PENGELUARAN
- Belanja rutin
- Belanja pembangunan
TOTAL

JUMLAH (Rp)
6,388,591,484.61
19,412,922,000.00
181,166,400,000.00
206,967,913,484.61
163,607,923,484.61
43,359,990,000.00
206,967,913,484.61

Dari sisi penerimaan APBD Kota Bandar Lampung pada tahun 2001, penerimaan
daerah yang berasal dari Dana Perimbangan merupakan yang terbesar yaitu sekitar
87% atau sekitar 181,1 milyar dari sekitar 206,9 milyar, sedangkan penerimaan yang
berasal dari Pendapatan Asli Daerah menyumbang sekitar 9% atau sekitar 19,4 milyar.
Sedangkan penerimaan lain yaitu sebesar 6,3 milyar yang berasal dari sisa anggaran
tahun lalu.
Dari sisi pengeluaran, anggaran terbesar, diperuntukkan bagi belanja rutin yaitu hampir
sekitar 80% atau sekitar 163,6 milyar, sedangkan untuk belanja pembangunan,
dialokasikan hanya sebesar 43,3 milyar atau sekitar 20%. Dengan alokasi dana
pembangunan yang cukup kecil dibandingkan dengan alokasi untuk belanja rutin,
salah satu pertimbangan yang dipakai dalam menentukan kebijakan pengelolaan
anggaran belanja seperti sebagai berikut; Belanja pembangunan difokuskan pada
sektor yang bersifat cost recovery.
Penerimaan PAD kota Bandar Lampung perlu ditingkatkan seiring dengan berlakunya
UU tentang Otonomi Daerah melalui optimalisasi sumber-sumber pendanaan yang
selama ini ada, selain berusaha menciptakan sumber-sumber pendanaan baru, baik
dari penerimaan sektor pajak maupun perusahaan daerah.

FASILITAS UMUM dan SOSIAL
Pendidikan
Jumlah Sekolah Dasar di Kota Bandar Lampung pada tahun 2001 adalah 303 unit,
sedangkan jumlah SLTP mengalami peningkatan dari 116 unit pada tahun 1997
menjadi 130 unit pada tahun 2001. Jumlah SLTA di Kota Bandar Lampung tidak

mengalami perubahan sejak tahun 1997 yaitu sebanyak 95 unit. Untuk lebih jelasnya
dapat dilihat dalam tabel berikut.
Tabel IV. 9 JUMLAH SEKOLAH DI KOTA BANDAR LAMPUNG
No.

Sekolah

97/98

98/99

1
2.
3

SD
SLTP
SLTA

302
116
95

304
110
95

00/Mrt
2001
303
130
95

Sumber: Pendidikan dan Perpustakaan Kota Bandar Lampung 2001

Untuk pendidikan tingkat tinggi terdapat 3 pendidikan tinggi negeri dan 14 pendidikan
tinggi swasta di kota Bandar Lampung. Pendidikan tinggi negeri tersebut adalah:
1. UNILA (Universitas Lampung)
2. IAIN ( Institut Agama Islam Negeri)
3. Akademi Perawat
Sedangkan pendidikan swasta yang ada di Kota Bandar Lampung adalah;
1. UBL (Universitas Bandar Lampung)
2. UNISAB (Universitas Saburai)
3. UTB (Universitas Tulang Bawang)
4. Universitas Muhamadiyah
5. STKIP (Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan)
6. AAN (Akademi Administrasi Negara)
7. A2L (Akademi Akuntansi Lampung)
8. Akademi Pertanian Surya Dharma
9. ABA (Akademi Bahasa Asing)
10. Akademi Manajemen Keuangan
11. Akademi Pendidikan Kesehatan
12. STMIK Darmajaya
13. AMIK Mitra Lampung
14. AMIK Master
Fasilitas Kesehatan
Tabel IV. 10 SARANA KESEHATAN DI KOTA BANDAR LAMPUNG
No.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.

Jenis Sarana
Puskesmas Non TT
Puskesmas TT
Puskesmas Pembantu
Puskesmas Keliling
Posyandu
Balai Pengobatan
Rumah Bersalin
Rumah Sakit Bersalin
RSAM
RS. ABRI
RS. Swasta
Apotik
Toko Obat Berizin
Klinik Spesialis
Jumlah TT Rs.P/S
Jumlah TT. RSB + RB
Praktek Dr Swasta
Laboratorium P/S

Jumlah
20
2
55
20
555
37
18
1
1
1
4
51
74
615/849
265
235
2/9

Sumber : Dinas Kesehatan Kota Bandar Lampung, 2001

PRASARANA dan SARANA PERMUKIMAN
Komponen Air Bersih
Sebagian besar masyarakat tidak terlayani oleh PDAM, kalaupun ada perumahan yang
terlayani air bersih namun waktu mengalirnya tidak teratur dan di beberapa daerah ada
yang hanya mengalir pada saat malam hari sampai dini hari sehingga mengganggu
waktu istirahat. Jumlah sambungan air minum: 18,7% dari jumlah KK. Khusus di
Perumahan Korpri (Kecamatan Sukarame) bangunan PDAM sudah ada, tapi tidak ada
sambungan pipa ke rumah-rumah.
Sumber-sumber PDAM Way Rilau Kota Bandar Lampung meliputi air permukaan dan
air dalam tanah dengan kapasitas produksinya sebagai berikut:
1. Mata air di Tanjung Iman, Way Rilau, Way Pancuran I, Way Pancuran II, Batu
Putih I, Batu Putih II, Way Gudang, Way Linti I dan II, Ega Harap, Way Kandis I,
Way Kandis II dan Way Kandis III dengan kapasitas sebesar 120 l/det. Sumber
mata air terletak di daerah yang relatif tinggi, yaitu pada elevasi 300 sampai
227 sehingga kecuali dari air Batu Putih, Way Pancuran dan Way Rilau yang
menggunakan pompa untuk mengalirkan ke reservoir Kemiling, yang lainnya
dapat mengalir secara gravitasi ke reservoir-reservoir distribusi.
2. Air Permukaan Way Kuripan, WTP I dan WTP II dengan total kapasitas 450
l/det. Total Kapasitas produksi air 570 l/det. Air baku dari Way Kuripan mengalir
yang terletak pada elevasi 15 harus dipompa agar masuk ke dalam WTP 1 dan
2 di Sumur Putri. Selanjutnya diolah, dan secara gravitasi ditampung dalam
reservoir Sumur Putri untuk kemudian di pompa ke reservoir Palapa dan
Rasuna Said.
Selanjutnya melalui 6 (enam) reservoir, yaitu reservoir Langkapura, Kemiling, Cimeng,
Palapa, Rasuna Said dan Sumur Putri, air didistribusikan secara gravitasi ke enam
daerah yaitu zone 300, 231, 185, 145, 108, dan 75. Nama atau nomor zone ini diambil
berdasarkan elevasi operasi dari reservoir yang melayaninya.
Peningkatan kapasitas produksi dapat ditambah dari air permukaan yang
memungkinkan untuk dieksplorasi seperti Sungai Way Sekampung dengan Kapasitas
rata-rata sebesar 2000 l/det dan sumber air baku dan sumber air baku dari sungai Way
Rilau dan Sumber lainnya dengan kapasitas rata-rata 1.400 l/dt
Tabel IV. 11 RESERVOIR, ZONE DISTRIBUSI DAN KECAMATAN YANG DILAYANI
Reservoir

Kapasitas (m3)

elevasi

Zone

/thdibangun
Kemiling/1973
Langkapura/1993
Cimeng/1992

1.000
500
2.000

231/227
314/316
189/186

Distribusi
231
314
185

Sumur Putri

4.000

76/72

75

Sumber : PDAM Way Rilau, 1996

Kecamatan Terlayani
Tj. Karang Barat
Tj. Karang Barat
Tj. Karang Pusat
Tj Karang Barat
Sukarame
Kedaton
T. Betung Utara
T. Betung Barat
T. Betung Selatan
Panjang

Reservoir
/thdibangun
Palapa/1981

Rasuna Said

Kapasitas
(m3)

elevasi

Zone

5.100

145/139

Distribusi
145

1.000

96/92

108

KecamatanTerlayani
T. Betung Utara
Tj. Karang Timur
Tj. Karang pusat
Kedaton
Sukarame
T. Betung Utara
T. Betung Selatan

Jumlah total pelanggan Way Rilau sebanyak 32.380 pelanggan dengan jumlah air
yang disalurkan sebanyak 9.949.384 m3 dengan nilai air terjual sebesar Rp. 7,8 milyar
dengan tingkat pelayanan 30% dan kehilangan air 30%. Distribusi selengkapnya akan
disajikan pada tabel berikut.
Tabel IV. 12 DISTRIBUSI AIR BERSIH PER BULAN
Bulan
Januari
Februari
Maret
April
Mei
Juni
Juli
Agustus
September
Oktober
November
Desember
Jumlah

Distribusi
816.443
797.221
818.560
876.610
797.006
830.824
828.522
848.253
869.541
836.931
840.239
789.244
9.949.384

Nilai (ribu Rp)
620.385,23
625.568,70
632.976,74
683.201,31
620.090,46
640.259,21
642.930,78
668.713,65
678.975,59
670.011,93
674.322,44
621.741,96
7.779.177,97

Sumber: Bandar Lampung Dalam Angka 2000

Tabel IV. 13 JUMLAH PELANGGAN AIR MINUM DI KOTA BANDAR LAMPUNG
MENURUT GOLONGAN KONSUMEN

No.
1.
2.
3.
4.
5.
6.

Kategori Pelanggan

Jumlah Pelanggan

Rumah Tangga ( Tempat Tinggal)
Instansi Pemerintah
Industri
Niaga
Sosial
Pelabuhan
Jumlah 2000

29.007
381
15
2.446
530
1
32.380

Air Minum yang Disalurkan
Banyaknya (m3) Nilai (Rp. 000)
8.223.783
5.207.470,00
370.686
383.354,88
17.742
54.133,65
923.996
1.760.021,60
371.092
153.934,33
42.086
220.263,50
9.949.385
7.779.177,95

Sumber: Bandar Lampung Dalam Angka 2000

Tabel IV. 14 KEBUTUHAN AIR BERSIH KOTA BANDAR LAMPUNG
Jumlah Penduduk
757.336
Sumber : Analisa

Kapasitas Produksi
Eksisting
l/dt
l/hari
771
66.614.400

Kebutuhan
ideal
Kota Besar
135 l/orang/hari

Kebutuhan
Total (Lt//hr)

Selisih
(Lt//hr)

102.240.360

35.625.960

Dari tabel tersebut diatas, maka Kota Bandar Lampung dengan jumlah penduduk
757.336 jiwa, membutuhkan air bersih sebesar 102.240.360 liter/hari. Jumlah ini
didapatkan dari jumlah penduduk x 135 liter/orang/hari. Namun PDAM Way Rilau Kota
Bandar Lampung baru dapat memproduksi sebanyak 66.614.400 liter/hari atau sekitar
65%. Sehingga masih dibutuhkan kapasitas produksi sebanyak 35.625.960 liter/hari,
atau 412,3 liter/detik.
Komponen Persampahan
Jumlah volume sampah per hari di Kota Bandar Lampung sejumlah 246.75 m3, dilayani
dengan menggunaan kendaraan operasional pengangkut sejumlah 23 kendaraan
dengan rotasi per harinya 61 rotasi. Pengelolaan sampah dilakukan oleh dinas
persampahan.
Tabel IV. 15 JUMLAH KENDARAAN, ROTASI DAN VOLUME SAMPAH TERANGKUT TAHUN
Kecamatan

Jumlah Kendaraan
(Unit)

Tanjung Karang Pusat
Tanjung Karang Timur
Tanjung Karang Barat
Kedaton
Sukarame
Teluk Betung Utara
Teluk Betung Selatan
Teluk Betung barat
Panjang
Jumlah

3
3
2
2
3
3
3
2
2
23

Rotasi
8
7
6
6
6
9
7
9
3
61

Volume
Sampah per Hari
32
30.5
24.2
25.25
25.25
36
28
31
14
246.75

Sumber : Dinas Kebersihan Kota Bandar Lampung tahun 2000

Tabel IV. 16 KEBUTUHAN PENANGANAN SAMPAH KOTA BANDAR LAMPUNG

Jumlah Penduduk

Timbulan Sampah
Kota Metro

Perkiraan
timbulan
sampah total

Sampah
yang
terangkut
saat ini

Selisih

757.336

3,25 liter/orang/hari

2.461,34 m3

246,75 m3

2.214,59 m3

Sumber : Analisa

Sesuai dengan standar kota Besar, yaitu tingkat timbulan sampah sebanyak 3,25
liter/orang/hari, Kota Bandar Lampung dengan jumlah penduduk 757.336 jiwa,
menghasilkan 2.461,34 m3 timbulan sampah.
Jumlah ini didapatkan dari jumlah penduduk x 3,25/1000. Namun Kota Bandar
Lampung baru dapat mengelola sebanyak 246,75 m3. Sehingga banyaknya sampah
yang belum terlayani adalah 2.214,59 m3 atau 89%. Jumlah ini cukup besar, sehingga
Dinas Persampahan Kota Bandar Lampung perlu bekerja keras untuk dapat melayani
kebutuhan penduduk akan penanganan masalah sampah.
Masalah Utama Lingkungan Kota Bandar Lampung
1. Pengerukan Bukit
2. Sampah di pesisir laut
3. Sanitasi pemukiman wilayah
pantai

Komponen Sanitasi/Limbah Cair
Sampai saat ini, Kota Bandar Lampung belum memiliki sistem jaringan air limbah untuk
menampung dan menyalurkan limbah perkotaan, 88% dari rumah tangga memiliki
kakus sendiri, 5 % memanfaatkan kakus umum dan 7 % selebihnya memanfaatkan
lahan di sekitarnya atau selokan/parit karena tidak memiliki kakus, dan bahkan di alur
sungai, dan yang paling buruk kondisinya terdapat pada alur Way Galih dan Way
Lunik. Pada umumnya air limbah dari kamar mandi dan dapur dialirkan secara terpisah
dari buangan manusia. Secara keseluruhan 57% air limbah kamar mandi dan dapur
(limbah rumah tangga) dialirkan ke saluran atau alur drainase dan 40% lainnya
dialirkan ke lubang rembesan.
Pemkot Bandar Lampung saat ini belum memiliki peraturan dan belum melaksanakan
pengawasan terhadap dimensi atau standar ukuran septic tank dan sistem rembesan
setempat. Maka saluran drainase kota yang pada umumnya berupa alur sungai alami
menjadi tempat pembuangan effluen dari septictank serta air limbah rumah tangga.
Dalam RIK 1984-2004 dinyatakan bahwa jumlah air limbah rumah tangga diperkirakan
sebesar 70% dari konsumsi air bersih. Penampungan air limbah diusulkan
menggunakan suatu sistem jaringan air limbah. Selanjutnya air limbah yang terkumpul
dialirkan ke suatu Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) yang akan dibangun di
Kelurahan Bumi Waras, dekat Muara Way Kunyit. Namun hingga saat ini rencana
tersebut belum terealisasi.
Apabila melihat kondisi topografi yang memungkinkan dibangun IPAL adalah di daerah
Kali Balok, tepatnya di daerah pertemuan antara alur Way Halim dengan Way Awi
yang membentuk suatu sungai yaitu Way Kuala. Way Kuala paling banyak menerima
limbah, baik limbah rumah tangga maupun pabrik yang berlokasi pada sebelah hulu
Way Kuala. Dan adanya areal yang memadai.
Komponen Drainase
Kualitas air yang mengaliri sungai-sungai di kota mengalami tingkat pencemaran baik
dari limbah domestik maupun perusahaan sudah melebihi ambang batas. Hal ini
disebabkan karena jaringan drainase selain berfungsi menerima dan mengalirkan
limpahan air permukaan juga berfungsi sebagai tempat pembuangan limbah domestik,
industri maupun aktivitas perkotaan lainnya.
Sebagian besar sistem jaringan memanfaatkan saluran alami dan sebagian kecil
saluran dan pasangan batu kali yang didukung oleh topografi yang menguntungkan
untuk pengaliran. Sungai-sungai yang ada di Bandar Lampung merupakan jenis sungai
yang bercabang, ruas-ruas sungai / anak sungai yang menyusun alur aliran yang
terbesar dan terpanjang diklasifikasikan sebagai saluran drainase primer. Sedangkan
anak sungai / cabang sungai yang bermuara ke alur tersebut disebut saluran drainase
sekunder dan seterusnya sebagai saluran kuarter.
Beberapa daerah genangan hujan dapat diidentifikasikan pada 34 lokasi dengan
luasan total 56,376 Ha. Areal terluas yang menderita akibat genangan air hujan ini
Kecamatan Panjang Utara dengan luas areal 3 Ha.

Tabel IV. 17 LOKASI BANJIR DI KOTA BANDAR LAMPUNG
No.
1.
2.
3.
4.

Kecamatan
Kedaton
Tk. Pusat
Tk. Timur
Tb. Utara

5.

Tb. Selatan

6.
7.

Sukarame
Panjang

Lokasi Banjir (Kelurahan)
Rajabasa, Kedaton, Labuhan ratu
Pasir Gintung, Palapa, Durian Payung, Enggal
Campang Raya, Kedamaian
Pengajaran, Gulak Galik, Sumur Batu, Kupang Kota, Kupang Teba,
Kupang Raya, Gunung Mas.
Bumi Waras, Telukbetung, Kangkung, Pesawahan, Garuntang,
Sukaraja, Pecoh Raya, Ketapang, Way Lunik.
Sukarame, Gunung Sulah
Pidada, Panjang Utara

Lama Banjir
= waktu hujan
= waktu hujan
1 – 6 jam
0,5 – 2 jam
0,5 jam – 2 hari
0,5 – 7 jam
2 jam – 2 hari

Sumber; Dinas Bina Marga dan Permukiman, 2000

Komponen Jalan
Di bidang jalan dan jembatan, telah dibangun ruas jalan baru dan peningkatan jaringan
jalan lama mencapai panjang 6.963 km dengan tingkat kepadatan mencapai 233,7
km/1000 km2. Selain itu telah dirintis pembangunan jalan Lintas Timur Sumatera yang
menghubungkan Bakauhuni dengan wilayah Sumatera Selatan sepanjang 550 km. Di
samping itu jalur kereta api semakin berperan melayani angkutan penumpang dan
barang melalui lintas Bandar Lampung Baturaja-Prabumulih ke Lahat-Lubuk Linggau
atau ke Prabumulih Palembang.
Tabel IV. 18 Data Pembangunan Jalan
Panjang jalan total tahun 2001
Luas wilayah
Panjang jalan rusak
Kepadatan Jalan
Ratio Jalan Perkerasan

:900.230 km
:192 km2
:405.990 km
:4,8 km per 1 km2 luas wilayah
:88,5 % terhadap total luas jalan

Kondisi transportasi di pusat Kota Bandar Lampung (Kec.Tanjung Karang Pusat,
Tanjung Karang Barat, Teluk Betung Utara) sudah cukup memadai dengan banyaknya
angkutan umum yang beroperasi sampai 24 jam serta ditunjang dengan kondisi jalan
yang lebar dan tak berlubang. Kemacetan yang cukup parah sering terjadi di daerah
pasar dan terminal. Hal tersebut disebabkan karena kondisi pasar yang tidak teratur
dan memenuhi hampir setengah badan jalan. Sedangkan untuk kecamatan yang
berada di pinggir kota, akses transportasi tidak terlalu baik.
Tabel IV. 19 DATA PELABUHAN TERSEDIA
Darat
™
™
™
™
™

Terminal Rajabasa
Termimal Sukaraja
Terminal Kemiling
Terminal Panjang
Terminal Pasar bawah

Laut
™
™
™
™

Pelabuhan Panjang
Pelabuhan Srengsem
Tempat pelelangan ikan Lempasing
Pelabuhan Batu Serampok

Bentuk jaringan jalan dalam Kota Bandar Lampung terdiri dari jalan kolektor primer
(jalan propinsi) dan jaringan jalan kolektor sekunder menghubungkan jalan-jalan dalam
kota dan jalan ke batas kelurahan/ kecamatan. Selain itu terdapat jaringan jalan lokal
sekitar kompleks perkantoran Pemda, jalan lingkar kota dan jalan-jalan yang
menghubungkan permukiman-permukiman dalam Kota Bandar Lampung.

Tabel IV. 20 PERKEMBANGAN PANJANG JALAN KOTA BANDAR LAMPUNG
MENURUT KELAS JALAN DALAM KM.
Kelas Jalan
I
II
III
III.A
III.B
III.C
Tidak dirinci
Jumlah

Tahun 1998
48.038
196.255
512.124
69.780
826.198

Tahun 1999
49.038
298.718
552.564
900.320

Tahun 2000
298.718
582.053
929.809

Sumber: Dinas Bina Marga dan Permukiman Kota Bandar Lampung

Tabel IV. 21 KEADAAN DAN PANJANG JALAN DI KOTA BANDAR LAMPUNG 2000
Uraian
I. JENIS PERMUKAAN
a. Diaspal
b. Kerikil/Onderlag
c. Tanah/Awcas
d. Tidak dirinci
Jumlah
II. KONDISI JALAN
a. Baik
b. Sedang
c. Rusak
d. Rusak Berat
e. Tidak Dirinci
Jumlah
III. KELAS JALAN
a. Kelas I
b. Kelas II
c. Kelas III
d. Kelas III A
e. Kelas III B
f. Kelas III C
g. Kelas Tidak dirinci
Jumlah
Sumber : Dinas PU Kota Bandar Lampung

Panjang Jalan (Km)
590.3379
232.109
106.321
928.809
150.193
270.447
134.701
57.799
316.669
929.809
49.038
298.718
582.053
929.809

Lapor an Final
Updat ing Pr of il dan Kebut uhan Pr asar ana dan Sar ana Per k ot aan Kot a Besar dan Met r opolit an

BANDAR
LAM PUNG

PT. Per encana Djaja Cipt alar as

IV-1 5