POLITIK PESANTREN DAN KESETARAAN GENDER: PENDIDIKAN KEPEMIMPINAN SANTRIWATI DI PONDOK PESANTREN PUTRI AL LATHIFIYYAH 1 BAHRUL 'ULUM TAMBAKBERAS JOMBANG.
POLITIK PESANTREN DAN KESETARAAN GENDER:
Pendidikan Kepemimpinan Santriwati di Pondok Pesantren Putri Al
Lathifiyyah 1 Bahrul ‘Ulum Tambakberas Jombang
SKRIPSI
Diajukan Kepada Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya Untuk
Memenuhi Salah Satu Persyaratan Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Sosial
(S.Sos) Dalam Bidang Sosiologi
Disusun Oleh:
Fifit Mulyana
NIM : B05212019
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
JURUSAN ILMU SOSIAL
PROGRAM STUDI SOSIOLOGI
AGUSTUS 2016
ABSTRAK
Fifit Mulyana, 2016: Politik Pesantren dan Kesetaraan Gender :Pendidikan
Kepemimpinan di Pondok Pesantren Putri Al Lathifiyyah 1 Bahrul ‘Ulum
Tambakberas Jombang. Skripsi Program Studi Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial
dan Ilmu Politik UIN Sunan Ampel Surabaya.
Kata kunci,Gender, Politik, Pendidikan Kepemimpinan dan Santri.
Penelitian ini berbicara tentang pendidikan kepemimpinan santri putri
yang diselenggarakan di pondok pesantren putri Al lathifiyyah 1 Bahrul ‘Ulum
Tambakberas Jombang. Berbagai macam kegiatan dilakukan dalam program ini
mulai dari pelatihan kepemimpinan dan keorganisasian. Penelitian ini menarik
diteliti karena objek dari pendidikan kepemimpinan itu diperuntukkan kepada
santri putri yang berada di pondok.
Ada tiga permasalahan yang hendak dikaji dalam penelitian ini 1) Apa yang
melatar belakangi pendidikan kepemimpinan santriwati di Pondok Pesantren putri
Al Lahifiyyah 1 Tambakberas Jombang? 2) Bagaimana Bentuk Pendidikan
kepemimpinan santriwati Pondok Pesantren Putri Al Lathifiyyah 1 Bahrul ‘ ulum
Tambakberas Jombang? 3) Bagaimana pandangan santri terhadap pendidikan
kepemimpinan di Pondok Pesantren Putri Al Lathifiyyah 1 Bahrul ‘Ulum
Tambakberas Jombang?
Untuk mengungkap persoalan tersebut secara menyeluruh dan mendalam,
dalam penelitian ini digunakan metode penelitian kualitatif, data diperoleh melalui
metode observasi, wawancara dan dokumentasi. Data yang diperoleh kemudian
disajikan secara deskriptif dan dianalisis dengan menggunakan dua teori yaitu
teori konstruksi sosial Peter L Berger dan teori feminis liberal.
Dari hasil penelitian tersebut, ditemukan bahwa 1) hal yang melatar
belakangi pendidikan kepemimpinan santriwati adalah dilihat dari keadaan
masyarakat sekitar pondok pesantren yang hanya bekerja sebagai ibu rumah
tangga dan melihat keadaan tersebut pengasuh memberikan inisiatif untuk
membuat pendidikan kepemimpinan untuk menambah skiil santri dalam
menghadapi tantangan masa depan.2) Pendidikan kepemimpinan memiliki 4
bentuk program yang mana program tersebut dibagi menjadi 2 program utama dan
program tambahan. Program utama dalam pendidikan kepemimpinan ini terdiri
dari pelatihan kepemimpinan dan pelatihan persidangan, sedangkan program
tambahanya terdiri dari pelatihan bina kader da’iyah dan kajian Aswaja.3)
Pandangan santri terhadap adanya pendidikan kepemimpinan ini sangat ponsitif.
Mereka mampu menambah keilmuan dan wawasan baru sehingga mampu
menjadi pemimpin yang baik di masa mendatang.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL…………………………………………………..
i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING………………….........
ii
HALAMAN PENGESAHAN PENGUJI………………………………
iii
HALAMAN MOTTO……………………………………………….…
iv
HALAMAN PERSEMBAHAN……………………………………….
v
PERNYATAAN PERTANGGUNGJAWABAN PENULISAN SKRIPSI... vi
ABSTRAK……………………………………………………………..
vii
KATA PENGANTAR………………………………………………….... viii
DAFTAR ISI……………………………………………………………... x
DAFTAR GAMBAR …………………………………………………..
xiii
DAFTAR TABEL …………………………………………………......
xiv
BAB I : PENDAHULUAN……………………………………………… 1
A. Latar Belakang………………………………………....…...
1
B. Rumusan Masalah…………………………………………... 3
C. Tujuan Penelitian…………………………………………...
4
D. Manfaat Penelitian……………………………………..…...
4
E. Definisi Konseptual…………………………………….…..
5
F. Kajian Pustaka …………………………………….….........
8
G. Metode Penelitian…………………………………….…...
10
Pendekatan dan Jenis Penelitian………………....…...
11
1.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
2.
Lokasi dan Waktu Penelitian……………….………...
12
3.
Pemilihan Subjek Penelitian……………………..…...
13
4.
Tahap-Tahap Penelitian………………………….…...
15
5.
Teknik Pengumpulan Data……………………..…....
17
6.
Tahap Analisis Data………………………………....
19
7.
Teknik Pemeriksaan Keabsahan Data………….…...
20
H. Sistematika Pembahasan………………………………....
21
BAB II PENDIDIKAN KEPEMIMPINAN PRESPEKTIF TEORI
KONSTRUKSI SOSIAL DAN TEORI FEMINISME LIBERAL
A. Teori Konstruksi Sosial……………………………….
23
B. Feminisme Liberal………………………………….....
37
BAB III: PERAN DAN HASIL PENDIDIKAN KEPEMIMPINAN
SANTRIWATI DI PONDOK PESANTREN PUTRI AL LATHIFIYYAH 1
A. Deskripsi Umum Objek Penelitian………….......…...…... 45
1. Sejarah Pondok Pesantren…………………………… 45
2. Letak Geografis Pondok Pesantren……………………47
3. Rekapitulasi Data Santri………………………………..48
B. Deskripsi Hasil Penelitian……………………….…………49
1. Latar Belakang Pendidikan Kepemimpinan Santriwati..49
2. Bentuk- Bentuk Pendidikan Kepemimpinan Sabtriwati.56
3. Pandangan Santriwati Terhadap Pendidikan Kepemimpinan
Santriwati……………………………………………….86
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
C. Teori Konstruksi Sosial dan Teori Feminisme dalam Pendidikan
Kepemimpinan Santriwati di Pondok Pesantren Putri Al
Lathifiyah 1…………………………………………………91
BAB IV: PENUTUP
A. Kesimpulan…………………………………………….. 98
B. Saran…………………………………………………… 100
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
1. Pedoman Wawancara
2. Dokumen Lain Yang Relevan
3. Jadwal Penelitian
4. Surat Keterangan (bukti melakukan penelitian)
5. Biodata Peneliti
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pondok pesantren putri Al Lathifiyyah 1 merupakan Pondok Pesantren
yang berada di Dusun Tambakrejo, Desa Tambakberas, Kecamatan Jombang,
Kabupaten Jombang. Pondok pesantren tersebut sangat lah berbeda dengan
pesantren lainya. Santriwati di Pondok Pesantren ini tidak hanya diberikan
pelajaran agama saja, akan tetapi ada tambahan
kegiatan ekstra. Di
antaranya, pelatihan kepemimpinan, pelatihan kader da’iyah, Keorganisasian,
Aswaja dan Jam’iyatul Qurra’ Wal Huffadz ( JQ).
Kegiatan ekstra tersebut dilakukan secara bergantian setiap malam
selasa dan malam jum’at. Misalnya, kegiatan Bina Kader Da’yah ( BKD)
dilakukan pada malam selasa di minggu pertama yang dibimbing langsung
oleh Ibu Imadul Ummah atau biasa dikenal dengan nama neng yayang.
Biasanya
materi yang diajarkan dalam kegiatan tersebut adalah latihan
berpidato yang baik atau latihan berkhitobah. Kegiatan tersebut biasanya
diikuti oleh santri yang berminat dan memiliki bakat di bidang da’iyah.
Selanjutnya yakni kegiatan Jam’iyatul Qurra’ Wal Huffadz ( JQ)
dilakukan pada setiap malam Jum’at yang dibimbing langsung oleh Bapak
As’adi. Biasanya santriwati diajarkan Qiro’ah dan sholawat.
Kegiatan
tersebut biasanya diikuti oleh santriwati yang berminat dan memiliki bakat di
bidang Qiro’ah. Selain itu, ada juga kegiatan pelatihan kepemimpinan yang
1
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
2
diwajibkan untuk diikuti oleh santri baru. Biasanya kegiatan tersebut
dilakukan pada hari libur sekolah. Adapun pembimbing atau Pembina dalam
kegiatan pelatihan kepemimpinan setiap tahun berbeda.
Dalam kegiatan keorganisasian biasanya lebih difokuskan pada daerah
asal santriwati. Misalnya, santriwati asal daerah lamongan bergabung dengan
organisasi daerah lamongan yang diberi nama Himpunan Santri Lamongan
(HISLA). Adapun kegiatan yang dilakukan tergantung dari program kerja
dari masing- masing organisasi daerah.
Tidak hanya untuk organisasi daerah saja, untuk pengurus harian
pondok pesantren juga diberikan banyak pelatihan tentang keorganisasian. Di
antaranya, pelatihan persidangan, pelatihan membuat laporan pertanggung
jawaban dan rapat kerja. Adapun untuk hari- hari biasa tetep dilakukan
kegiatan rutinan mengaji kitab- kitab kuning.
Dari keseluruhan kegiatan ekstra di Pondok Pesantren tersebut,
pelatihan kepemimpinan lah yang paling diutamakan. Hal Ini terlihat dari
keaktifan Santriwati di organisasi daerah (ORDA). Tidak hanya itu, sebagian
Santriwati yang menjabat sebagai pengurus harian juga diberikan pelatihan
kepemimpinan dan keorganisasian. Oleh karena itu, Pondok Pesantren ini
terlihat unik dan berbeda dari Pondok Pesantren Pada umumnya.
Kecenderungan Santriwati untuk aktif dalam organisasi adalah
berawal dari pengasuh Pondok Pesantren yaitu bu Nyai Machfudloh Aly
Ubaid yang telah berhasil menjadi anggota DPR RI selama dua periode.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
3
Beliau mulai menjabat sebagai anggota DPR RI pada tahun 1987 yang
diusung oleh partai persatuan pembangunan (PPP).1 Dari pengalaman beliau
tersebut, para santri diharapkan untuk turut aktif dalam kegiatan
keorganisasian. Walaupun santri di Pondok Pesantren tersebut seluruhnya
perempuan, tidak menutup kemungkinan mereka untuk aktif dalam dunia
publik. Asumsinya, ketika Santriwati lulus nantinya minimal mereka bisa
memimpin masyarakat dalam organisasi masyarakat (ORMAS) di daerah
asal mereka masing- masing.
Dari bentuk pendidikan kepemimpinan di pondok pesantren tersebut,
banyak prestasi yang telah dicapai. Seperti ibu Ida Fauziyah yang bisa
menjadi anggota DPR RI, ada juga santri yang pernah menjuarai lomba
pidato bahas arab. Dari pemaparan unik di atas, peneliti ingin meneliti lebih
lanjut mengenai pendidikan kepemimpinan Santriwati di Pondok Pesantren
Putri Al Lathifiyyah 1 Bahrul ‘Ulum Tambakberas Jombang.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang dari isu sosial di atas, dapat diambil fokus
permasalahan sebagai berikut:
1. Apa yang melatar belakangi pendidikan kepemimpinan santriwati di
Pondok Pesantren putri Al Lahifiyyah 1 Tambakberas Jombang?
2. Bagaimana
Bentuk
Pendidikan
kepemimpinan
santriwati
Pondok
Pesantren Putri Al Lathifiyyah 1 Bahrul ‘ ulum Tambakberas Jombang?
1
Sururin, Perjuangan Bu Nyai dan Politisi Perempuan ( Tangerang:CV Sarana Mahkota Mandiri,
2012), 17.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
4
3. Bagaimana pandangan santri terhadap pendidikan kepemimpinan di
Pondok Pesantren Putri Al Lathifiyyah 1 Bahrul ‘Ulum Tambakberas
Jombang?
C. Tujuan Penelitian
Dari fokus permasalahan dan penelitian di atas, tujuan dilakukannya
penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Mengetahui latar belakang pendidikan
kepimimpinan santriwati
di
Pondok Pesantren Putri Al Lathifiyyah 1 Bahrul ‘Ulum Tambakberas
Jombang.
2. Mengetahui bentuk pendidikan kepemimpinan santriwati di Pondok
Pesantren Putri Al Lathifiyyah 1 Bahrul ‘Ulum Tambakberas Jombang.
3. Mengetahui bentuk pendidikan kepemimpinan santriwati di Pondok
Pesantren Putri Al Lathifiyyah 1 Bahrul ‘Ulum Tambakberas Jombang.
D. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dari penelitian yang akan dilakukan ini, diantaranya
adalah sebagai berikut:
1.
Manfaat Teoritis
a.
Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan, pengetahuan
dan pengalaman khususnya di bidang Sosiologi.
b.
Untuk dapat mengaplikasikan keilmuan yang telah didapat di bangku
perkuliahan dan dapat digunakan sebagai referensi bagi semua pihak
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
5
terutama bagi mahasiswa Prodi Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial dan
Ilmu Politik UIN Sunan Ampel Surabaya.
2.
Manfaat Praktis
a.
Penelitian ini diharapkan mampu memberikan informasi kepada para
santriwati Al Lathifiyyah 1 tentang pendidikan kepemimpinan yang
diajarkan di pondok pesantren tersebut.
b.
Untuk dapat memberikan masukan bagi santri dan pengelola
pendidikan
kepemimpinan
di
pondok
pesantren
putrid
Al
Lathifiyyah 1 agar terus berinovasi mengembangkan model- model
pelatihan kepemimpinan yang mereka lakukan.
c.
Bagi peneliti lainya dapat memberikan kontribusi pengetahuan dan
wawasan sehingga dapat melakukan penelitian lainya.
E. Definisi Konseptual
Konsep- konsep yang peneliti gunakan dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut:
1. Politik
Meskipun terdapat berbagai definisi politik.2 Dalam penelitian ini
yang dimaksud dengan definisi politik
masyarakat
dalam
pembangunan.
pembuatan
Pendidikan
di sini adalah keikutsertaan
kebijakan
atau
partisipasi
dalam
kepemimpinan
yang
diberikan
kepada
santriwati akan menjadi bekal bagi mereka untuk ikut dalam politik.
2
Lihat Adi Gunawan, Kamus Praktis Ilmiah Populer, ( Surabaya: Kartika Surabaya, 2002)
hal.406
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
6
2.
Kesetaraan Gender
Adi genawan mendefinisikan gender sebagai jenis kelamin. Tetapi
sebenarnya gender adalah peran sosial yang diberikan oleh masyarakat
laki- laki dan perempuan. Kesetaraan gender adalah pemberian
kesempatan bagi laki- laki dan perempuan untuk berpartisipasi dalam
pembangunan dan kemanfaatan hasilnya. Dalam hal ini kesetaraan gender
yang dimaksud yaitu peran santriwati dalam pendidikan kepemimpinan
dan keikutsertaan dalam dunia organisasi.
3. Pendidikan Kepemimpinan.
Pendidikan adalah pembelajaran pengetahuan, keterampilan, dan
kebiasaan sekelompok orang yang diturunkan dari satu generasi ke
generasi berikutnya melalui pengajaran, pelatihan, atau penelitian.
Pendidikan sering terjadi di bawah bimbingan orang lain, tetapi juga
memungkinkan secara otodidak.3
Sedangkan Kepemimpinan adalah perilaku dengan tujuan tertentu
untuk mempengaruhi aktivitas para anggota kelompok untuk mencapai
tujuan bersama yang dirancang untuk memberikan manfaat individu dan
organisasi, sehingga dalam suatu organisasi kepemimpinan merupakan
faktor sangat penting dalam menentukan pencapaian tujuan yang telah
ditetapkan oleh organisasi.4
3
Dewey, John (1916/1944). Democracy and Education. The Free Press. hal. 1–4.
Bachtiar, Boy Rafli Amar dan Veithzal Rivai, Pemimpin dan Kepemimpinan dalam Organisasi
(Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2014), 3.
4
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
7
Yang dimaksud dalam pendidikan kepemimpinan di penelitian ini
adalah pembelajaran untuk mencetak santri sebagai seorang pemimpin.
4. Santriwati
Santriwati merupakan sebutan bagi para siswi yang belajar
mendalami agama di pesantren. Menurut Zamakhsyari Dhofir, Santri
adalah murid- murid yang tinggal di dalam pesantren. Mereka belajar
untuk memahami kitab – kitab kuning atau kitab- kitab klasik pada
umumnya. Santri terdiri dari dua kelompok yaitu: Santri mukim dan
Santri kalong atau tidak mukim.
Santri mukim adalah santri yang
menetap di pesantren. Sedangkan santri kalong adalah santri yang tidak
menetap di pesantren dan pulang ke rumah. Akan tetapi, mereka bisa
bersekolah di lingkungan pesantren. Adapaun yang peneliti fokuskan
dalam penelitian ini adalah santri yang mukim di pesantren.
Di pesantren, para santri ini mengurus sendiri keperluan mereka seharihari. Mereka mendapat fasilitas yang sama, dan diwajibkan menaati peraturan
yang sama pula. Peraturan – peraturan ini ditetapkan oleh pesantren. Apabila
ada pelanggaran, maka santri akan dikenakan sanksi sesuai dengan bobot
pelanggaran yang dilakukan. 5
Santriwati yang dimaksud di sini adalah
Santriwati yang aktif sebagai pengurus harian pondok pesantren, pengurus
berbagai organisasi daerah dan santriwati aktif di pondok Pesantren Al
Lathifiyyah 1 Bahrul ‘Ulum Tambakberas Jombang.
5
Zamakhsyari Dhofier, Tradisi Pesantren Studi tentang Pandangan Hidup Kyai (Jakarta: LP3S,
1983), 51.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
8
F. Kajian Pustaka
Penelitian yang relevan dengan penelitian ini tentu dapat membantu
dalam memenkan fokus penelitianya.
Berikut ini adalah penelitian-
penelitian yang terkait dengan penelitian ini:
1. Penelitian dengan judul “Peran Pondok Pesantren Sebagai Basis
Pendidikan Karakter Kepemimpinan Santri (Studi Deskriptif di
Pondok Pesantren Darunnajah Ulujami Pesanggrahan, Jakarta
Selatan)”6 , penelitian ini dilakukan oleh Gita Chinintya Gunawan pada
tahun 2014.
Penelitian ini
menjelaskan bahwa di pondok pesantren
Darunnajah terdapat program kegiatan ekstra kurikuler di antaranya,
leadership, kepramukaan, organisasi Darunnajah (OSDN), panggung
gembira, pidato tiga bahasa ( bahasa arab, Inggris dan Indonesia) melalui
pendidikan 24 jam.
Hal ini dilakukan untuk menanggulangi krisis
kepemimpinan yang terjadi di kota Jakarta. Akan tetapi, dalam
pelaksanaan program ekstra kurikuler tersebut banyak menuai hambatan.
Pendidikan ekstra kurikuler yang dilakukan melalui pendidikan 24 jam itu
membuat santri tidak betah dengan pesantren. Penyebab tidak betahnya
santri di pesantren di antaranya adalah letak kota Jakarta yang kurang
kondusif dan padatnya kegiatan santri sehingga tidak bisa membagi waktu
dengan baik. Jadi, meskipun pesantren memprogramkan pendidikan
6
Gita Chinintya, Peran Pondok Pesantren Sebagai Basis Pendidikan Karakter Kepemimpinan
Santri (Studi Deskriptif di Pondok Pesantren Darunnajah Ulujami Pesanggrahan, Jakarta Selatan
( SH Skrip, Universitas Pendidikan Indonesia Bandung, 2014)
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
9
karakter kepemimpina dengan baik, pada dasarnya efek dari program
tersebut masih belum maksimal.
Pada skripsi tersebut, memiliki perbedaan dengan skripsi yang
ditulis oleh peneliti. Kajian yang peneliti ambil adalah para santriwati yang
menjadi pengurus harian pondok pesantren, pengurus organisasi berbagai
daerah dan santriwati aktif dalam pondok pesantren tersebut.
Sebagimana dapat dilihat dari letak perbedaan pada pada penelitian
terdahulu yang peneliti angkat dari penelitian terdahulu. Peneliti,
menggunakan penelitian terdahulu dengan tujuan untuk membandingkan
antara kajian yang peneliti ambil dengan dengan kajian yang terdapat pada
penelitian terdahulu sehingga dapat diketahui perbedaan pada penelitian
tersebut dan tidak dianggap sebagai plagiasi.
Dalam Pondok Pesantren tersebut, program ekstra kurikuler yang
digagas adalah pelatihan kepemimpinan, keorganisasian, pelatihan pidato
dan pelatihan Qiro’ah. Pelaksanaanya juga tidak menganggu kegiatan
belajar mengajar yakni setiap 2 kali sehari dalam satu minggu ( malam
selasa dan malam jum’at ). Jadi, tidak ada alasan bagi santriwati untuk
tidak bisa mengatur waktu mereka. Tujuan yang diharapkan oleh pesantren
minimal santriwati pada saat sudah lulus minimal dapat memimpin
organisasi masyarakat ( ORMAS) di daerah masing- masing.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
10
2. Penelitian dengan judul” Manajemen
Ujungharapan
Pondok Pesantren Putri
Bahagia Bekasi” 7 penelitian ini dilakukan oleh Siti
Badriyah pada tahun 2008. Penelitian ini menjelaskan bahwa di pondok
pesantren at taqwa putri memprogramkan santri untuk aktif dalam bidang
pengorganisasian, perencanaan dan pengawasan pesantren. Melalui
kegiatan tersebut santri dapat menjadi muslimah yang berdzikr dan berfikr
maju dalam berbagai aspek terutama dalam aspek keagamaan.
Titik perbedaan dengan penelitian yang peneliti ambil adalah
pendidkan kepemimpinan di pondok pesantren putrid Al Lathifiyyah 1
Tambakbersa Jombang lebih menfokuskan pada kemampuan memimpin
dan berorganisasi dlam berbagai bidang tidak hanya dalam aspek
keagamaan saja. Penelitian ini lebih rinci dalam pemrogramanya. Misalnya
dalam bentuk pelatihan khitobah dan organisasi berbagai daerah.
G. Metode Penelitian
Metode penelitian merupakan suatu cara atau proses yang digunakan
di dalam melakukan penelitian. Sebagaimana metode penelitian dibutuhkan
oleh peneliti untuk tahapan di dalam melakukan penelitian. Menurut Dedy
Mulyana metode adalah proses, prinsip dan prosedur yang kita gunakan
untuk mendekati problem dan mencari jawaban. Dengan kata lain,
metodologi adalah suatu pendekatan umum untuk mengkaji topik penelitian.8
7
Siti Badriyah, Manajamen Pondok Pesantren At Taqwa Putri Ujungharapan Bekasi. (SH.
Skrip, Universitas Syarif Hidayatullah Jakarta, 2008)
8
Deddy Mulyana, Metodologi Penelitian Kualitatif Paradigma Baru Ilmu Komunikasi dan Sosial
Lainya ( Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2008), 145
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
11
1. Pendekatan dan Jenis Penelitian
a.
Pendekatan
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan pendekatan
penelitian kualitatif.
Metodologi kualitatif sering disebut dengan
metode penelitian naturalistik karena penelitianya dilakukan pada
kondisi yang alamiah.9
Metode penelitian kualitatif adalah metode penelitian yang
digunakan untuk meneliti objek yang alamiah. Di mana peneliti
merupakan instrument kunci. Teknik Pengumpulan data dilakukan
secara triangulasi, Analisis data bersifat induktif. Sebagai penelitian
kualitatif,
maka dalam penjelasan hasil penelitian, peneliti
lebih
menekankan pada makna spesifik dari pada membuat generalisasi.10
Menurut Bodgan dan Taylor metodologi kualitatif adalah
prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif kualitatif
berupa kata- kata tertulis atau lisan dari orang- orang atau perilaku
yang diamatinya. 11 Sebagaimana dalam metode penelitian kualitatif
itu sendiri, analisis datanya tidak menggunakan analisis statistik.
Alasan peneliti memilih metode penelitian kualitatif adalah
untuk mengkaji lebih dalam
dan mendeskripsikan
pendidikan
9
Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif ( Bandung: Alfabet, 2010), 1.
Ibid .
11
Andi Prastowo, Metode Penelitian Kualitatif: Dalam Prespektif Rancangan Penelitian
(Jogjakarta: Ar- Ruzz Media, 2011), 22.
10
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
12
kepemimpinan yang ada di pondok pesantren Al Lathifiyyah 1 secara
lebih detail.
b. Jenis Penelitian
Jenis penelitian dalam penelitian ini, peneliti menggunakan
format penelitian deskriptif kualitatif. Pada umumnya dilakukan pada
penelitian dalam bentuk studi kasus, memusatkan pada suatu unit
tertentu dari berbagai fenomena. 12 Dari ciri yang demikian itu,
memungkinkan studi ini menjadi penelitian mendalam. Dengan kata
lain, kedalaman data yang menjadi pertimbangan dalam penelitian
model ini.
Pada cirinya yang lain, deskriptif kualitatif studi kasus
merupakan penelitian eksplorasi dan memainkan peranan yang amat
penting dalam menciptakan hipotesis atau pemahaman orang tentang
berbagai variabel sosial.
2. Lokasi dan Waktu Penelitian
a.
Lokasi Penelitian
Lokasi yang dipilih oleh peneliti adalah Pondok Pesantren
Putri Al Lathifiyyah 1 Bahrul Ulum Tambakberas Jombang, terletak
di Dusun Tambakberas, Desa Tambakrejo, Kecamatan Jombang,
Kabupaten Jombang, Propinsi Jawa Timur, tepatnya ± 3 Km sebelah
utara kota Jombang.
12
Burhan Bungin, Penelitian Kualitatif:Komunikasi, Kebijakan Publik dan Sosial Lainya ( Jakrta:
Predana Media Group, 2007), 68
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
13
Alasan peneliti memilih lokasi ini karena di pondok pesantren
Al Lathifiyyah 1 ini terkenal dengan pondok yang memproduksi para
pemimpin wanita.
b. Waktu Penelitian
Dalam Penelitian ini, waktu yang dibutuhkan kurang lebih 3
bulan. Diperkirakan antara bulan November sampai dengan bulan
Januari.
3. Pemilihan Subjek Penelitian
Subjek
penelitian
merupakan
pihak–pihak
yang
menjadi
pendukung dalam mencari data dan menentukan permasalahan dalam
penelitian. Secara ilmiah pihak – pihak yang menjadi sumber data disebut
informan.
Menurut Moleong, jika sudah mulai terjadinya pengulangan
informasi, maka penarikan sampel harus dihentikan. 13 Oleh karena itu,
ketika memperoleh jawaban yang sama dari beberapa informan, maka
pertanyaan yang sama tidak diulangi pada informan berikutnya.
Menurut sumber data dalam penelitian ini dapat dibedakan menjadi
dua yaitu, data primer dan data sekunder. 14
1.
Data Primer
13
Lexy J Moleong, Penelitian Metode Kualitatif,( Bandung: Remaja Rosda Karya, 1998), 225.
Suyanto, Metode Penelitian Sosial: Berbagai Alternatif dan Pendekatan Sosial (Yogyakarta:
Kencana Prenada Media Group, 2007), 55
14
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
14
Data primer ialah data yang diperoleh secara langsung dari
sumber data pertama di lapangan yakni berupa hasil wawancara
langsung dari dari informan yang diteliti.
Data ini adalah data dari hasil observasi dan wawancara
peneliti. Sebelumnya peneliti menyusun pertanyaan terlebih dahulu
sebelum lapangan untuk melakukan wawancara. Di sini peneliti harus
bisa memilih siapa yang akan dijadikan informan sehingga peneliti
bisa mendapatkan informasi dan keterangan sebanyak mungkin sesuai
dengan kebutuhan.
Wawancara dilakukan peneliti dengan mendatangi pondok
pesantren yang sudah ditentukan oleh peneliti membantu memberikan
informasi yang relevan. Dalam subjek penelitian ini peneliti
mengambil key informan di antaranya sebagai berikut:
1. Pengasuh Pondok Pesantren
2. Pengurus harian Pondok Pesantren.
3. Pengurus berbagai organisasi daerah.
4. Santriwati.
2.
Data Sekunder
Data sekunder atau (secondary data) atau sumber data
dokumenter ialah data- data yang mendukung data utama, data sengaja
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
15
oleh pembuatnya sebagai dokumen sejarah atau dokumen sejarah atau
dokumen tertulis yang diabadikan.15
Data ini sebagi pelengkap atau pendukung adanya data utama
dari informasi yang diperoleh dari peneliti di lokasi penelitian yaitu di
Pondok Pesantren Putri Al Lathifiyyah 1 Bahrul ‘Ulum Tambakberas
Jombang. Data ini berupa arsip pondok pesantren berupa profil
Pondok Pesantren Putri Al Lathifiyyah 1 Bahrul ‘Ulum Tambakberas
Jombang dan arsip kepengurusan serta arsip organisasi
berbagai
daerah ( ORDA).
4. Tahap–tahap Penelitian
Dalam penelitian yang mana juga menggunakan beberapa tahapan
yang sesuai dengan prosedur atau cara penelitian yang benar. Tahapan
dalam penelitian itu sendiri meliputi:
a. Tahap Pra-Penelitian
Tahap pra lapangan ini merupakan tahap yang digunakan oleh
peneliti sebelum masuk ke lapangan objek studi. Informasi tentang
pendidikan kepemimpinan di atas belum cukup banyak diketahui
peneliti. Sehingga peneliti terdorong untuk melakukan penelitian di
Pondok Pesantren Putri Al Lathifiyyah 1 Bahrul ‘Ulum Tambakberas
Jombang untuk menggali informasi seputar pendidikan kepemimpinan
di Pondok Pesantren tersebut. Adapun tahap pra lapangan itu sendiri
dapat dilihat di antaranya sebagai berikut:
15
Dadang Kahmad, Sosiologi Agama,( Bandung: Remaja Rosdakarya,2006), 115.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
16
1.
Peneliti mengkaji suatu permasalahan yang ada di lingkungan
sekitar untuk dijadikan tema penelitian yang menarik. Setelah
menemukan permasalahan, peneliti mengangkat tema di atas.
2.
Melakukan perizinan penelitian untuk mempermudah dan demi
kelancaran pada saat melakukan penelitian.
b. Tahap Penelitian Lapangan
Dalam tahap penelitian lapangan ini, di mana tahap yang
digunakan oleh peneliti untuk terjun ke lapangan guna meneliti objek
studi. Tahap pekerjaan lapangan merupakan suatu proses awal yang
berkelanjutan dalam sebuah penelitian. Pada tahap ini peneliti akan
melakukan penelitian baik kepada setiap informan maupun lokasi
penelitian yang bersangkutan. Sebagaimana tahap pekerjaan lapangan
ini peneliti masuk di dalam proses penelitian yang perlu diperhatikan
oleh peneliti adalah menjalin hubungan atau interaksi terlebih dahulu
dengan subjek atau informan. Dengan begitu akan mempermudah
peneliti dalam penggalian data.
Setelah peneliti menggali data, dilanjutkan pada proses
pengumpulan data. Tahap pekerjaan lapangan ini dilakukan oleh
peneliti dalam proses penggalian data yang
digunakan untuk
memperoleh data dan digunakan untuk memperoleh data yang
berhubungan dengan permasalahan yang diangkat oleh peneliti.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
17
c. Tahap Penulisan Laporan
Tahap penulisan laporan merupakan tahap terakhir dari berbagai
tahapan di dalam penelitian. Setelah semua data terkumpul dalam
tahapan penelitian lapangan, penulis membuat laporan berdasarkan
hasil penelitian.
5. Teknik Pengumpulan Data
Dalam teknik pengumpulan data merupakan suatu upaya sistematik
untuk memperoleh informasi tentang objek penelitian. Penelitian ini
digunakan dua macam teknik pengumpulan data yaitu:
a.
Metode Observasi
Di dalam tahapan observasi ini tidak hanya langsung melihat
saja melainkan juga perlu keaktifan untuk meresapi, mencermati,
mengamati, memaknai fenomena pendidikan kepemimpinan pondok
pesantren tersebut dan akhirnya mencatat. Peneliti melakukan
pengamatan baik secara langsung maupun tidak langsung terhadap
objek penelitian. Instrument yang dapat digunakan yaitu lembar
pengamatan dan panduan pengamatan. Beberapa informasi yang
diperoleh dari hasil observasi antara lain: ruang ( tempat), pelaku,
kegiatan, objek, perbuatan, kejadian, waktu dan perasaan. Penelitian
ini dilakukan untuk menyajikan gambaran realitas perilaku atau
kejadian, menjawab pertanyaan, membantu mengerti perilaku manusia
dan evaluasi.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
18
b. Metode Interview (Wawancara)
Metode ini merupakan metode pengumpulan data dengan cara
wawancara atau Tanya jawab.16 Wawancara digunakan sebagai tehnik
pengumpulan
data
apabila
peneliti
ingin
menlakukan
studi
pendahuluan untuk menemukan permasalahan yang harus diteliti.,
tetapi juga apabila peneliti ingin mengetahui responden lebih
mendalam.17
Wawancara ini dilakukan untuk memperoleh data yang
mendalam. Peneliti mewawancarai pengasuh dan pengurus harian
pondok pesantren, pengurus berbagai organisasi daerah dan santriwati.
Adapun aspek- aspek wawancara
dalam penelitian ini
dibedakan mulai dari pengasuh, pengurus harian, pengurus organisasi
daerah dan santri biasa. Aspek wawancara kepada pengasuh meliputi
latar belakang pendidikan kepemimpinan, bentuk- bentuk pendidikan
kepemimpinan, mulai kapan pendidikan kepemimpinan diajarkan,
manfaat dan harapan yang diinginkan pengasuh. Selanjutnya aspek
wawancara kepada pengurus harian di antaranya tentang pelaksanaan
pendidikan kepemimpinan, kendala, pembimbing yang mengampu
pelatihan tersebut apa selalu tetap atau berganti dan prestasi.
Selanjutnya yakni aspek wawancaraa kepada pengurus
organisasi daerah yaitu alasan mengapa santri terjun ke organisasi
16
17
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif, ( Bandung: Alfabeta,2011), 137.
Ibid.,72.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
19
daerah, alasan minat santri terhadap organisasi daerah, program –
program apa saja yang diagendakan, kendala yang dialami selama
menjadi pengurus.
c.
Metode Dokumentasi
Dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu.
Dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar atau karya – karya
monumental dari seseorang. Mislanya, biografi, foto, gambar, sejarah
kehidupan dan film.18 Dokumentasi dalam penelitian ini berupa fotofoto
pelaksanaan
kegiatan
pendidikan
kepemimpinan,Arsip
kepengurusan pondok pesantren, organisasi berbagai daerah
dan
sejarah pondok pesantren.
6. Teknik Analisa Data
Teknik analisa data merupakan suatu proses untuk mencari dan
menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara,
catatan lapangan dan dokumentasi dengan cara mengorganisasikan data ke
dalam kategori. Menjabarkan ke dalam unit- unit, melakukan sintesa,
menyusun ke dalam pola, memilih mana yang penting dan yang akan akan
dipelajari, dan membuat kesimpulan sehingga mudah dipahami oleh diri
sendiri ataupun orang lain.19
18
Ibid.,82.
19
Ibid., 244.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
20
Dari data- data yang telah diperoleh peneliti memilih mana data
yang relevan. Kemudian menganalisis sesuai dengan kategori tertentu
yang sesuai dengan penelitian pendidikan kepemimpinan tersebut.
7. Teknik Pemeriksaan Keabsahan Data
Teknik pemeriksaan keabsahan data dalam penelitian ini
menggunakan teknik triangulasi sebagai teknik untuk mengecek keabsahan
data. Di mana dalam pengertianya triangulasi adalah teknik pemeriksaan
keabsahan
data
yang
memanfaatkan
sesuatu
yang
lain
membandingkan hasil wawancara terhadap objek penelitian.
20
dalam
Teknik
pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain di luar
data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap
data itu. Triangulasi yang digunakan adalah:
a.
Triangulasi sumber dilakukan dengan cara membandingkan apa yang
dikatakan orang di depan umum dengan apa yang dikatakanya secara
pribadi, dan membandingkan preespektif seseorang dengan berbagai
pendapat dan pandangan orang lain.
b.
Triangulasi metode dan pengumpulan data peneliti melakukan dengan
cara
membandingkan
data
yang
diperoleh
melalui
teknik
pengumpulan. Mulai dari data hasil pengamatan, wawancara dan
dokumentasi. Data yang berbeda dan pengecekan derajat kepercayaan
beberapa sumber data dengan metode yang sama. Triangulasi metode
20
Lexy Maleong, Metode Penelitian Kualitatif,( Bandung: PT Remaja Roesdakarya,2005),330.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
21
tertuju pada kesesuaian antara data yang diperoleh dengan teknik yang
digunakan.
c.
Triangulasi teori, Pengecekan data dilakukan dengan membandingkan
teori–teori yang dihasilkan para ahli yang dianggap sesuai dan
sepadan melalui penjelasan banding, kemudian hasil penelitian
dikonsultasikan
dengan
subjek
penelitian
sebelum
dianggap
mencukupi.
H. Sistematika Pembahasan
Untuk
mempermudah
pembahasan
serta
pemahaman
dalam
penyusunan proposal skripsi ini, maka penulis membahasnya dengan
sistematika sebagai berikut:
BAB I
: PENDAHULUAN, Merupakan tahapan awal dasar dari proposal
penelitian ini. Yang meliputi, latar belakang masalah, rumusan
masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, definisi konseptual
dan sistematika pembahasan.
BAB II :
PENDIDIKAN
KEPEMIMPINAN
SANTRIWATI
PRESPEKTIF
TEORI KONSTRUKSI SOSIAL DAN FEMINISME LIBERAL.
Dalam bab ini, peneliti mengkaji tentang teori yang digunakan di
dalam penelitian tersebut. Sebagaimana teori yang sesuai dengan
tema yang diangkat oleh peneliti.
BAB III : PERAN
DAN
SANTRIWATI
HASIL
DI
PENDIDIKAN
PONDOK
KEPEMIMPINAN
PESANTREN
PUTRI
AL
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
22
LATHIFIYYAH. Dalam bab ini dijelaskan mengenai deskripsi
umum objek penelitian, deskripsi hasil penelitian dan analisis
data. Sebagaimana di dalam analisis data tersebut peneliti
menjelaskan tentang data yang
telah diperoleh di lapangan
sebagaimana dapat menjawab permasalahan yang diangkat oleh
peneliti. Hasil data yang sudah ditemukan oleh peneliti dibentuk
analisis deskriptif
dengan mendeskripsikan hasil penelitian.
Kemudian setelah dianalisis dikolerasikan dengan teori yang
relevan dan sesuai.
BAB IV
: PENUTUP.
Merupakan bab yang terakhir yang berisi
hasil
kesimpulan dan saran- saran untuk penelitian di atas.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
BAB II
PENDIDIKAN KEPEMIMPINAN PERESPEKTIF TEORI KONSTRUKSI
SOSIAL DAN TEORI FEMINISME LIBERAL
Untuk menjelaskan
pendidikan kepemimpinan santriwati, dalam
penelitian ini peneliti menggunakan dua teori yaitu teori Konstruksi Sosial
dan teori Feminisme Liberal. Teori konstruksi sosial ini akan menjelaskan
pendidikan kepemimpinan santri pondok pesantren putri Al Lathifiyyah 1. Teori
ini
relevan
karena
mampu
menjelaskan
tentang
realitas
pendidikan
kepemimpinan santriwati yang dikonstruk sejak awal oleh pengasuh. Sedangkan
teori feminisme liberal relevan untuk menjelaskan pendidikan kepemimpinan
santriwati ini karena melalui pendidikan ini perempuan juga memiliki hak yang
sama.
A. Teori Konstruksi Sosial
Teori Konstruksi Sosial digagas oleh Peter L. Berger dan Thomas
Luckmann, Peter L.Berger merupakan sosiolog dari New School for Social
Research, New York, Amerika Serikat. sementara Thomas Luckmann adalah
sosiolog dari University of Frankfurt. Jerman. Pada tahun 1962 mereka
menulis buku “ The Social Construction of Reality, A Treatise in the
Sociological Knowladge” yang dirumuskan kedua akademisi ini sebagai
23
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
24
suatu kajian teoretis dan sistematis mengenai sosiologi pengetahuan. 1 Akan
tetapi, Peter L Berger lebih dominan dalam menjelaskan teori ini.
Peter L Berger adalah seorang sosiolog yang mengajar Etika Sosial
di Hartford Seminary Foundation.2 Pada saat itu, dia menulis buku tentang
sosiologi agama. Kajian dalam buku ini membahas tentang fungsi atau posisi
kritis sosiologi agama yang berhadapan dengan perkembangan teologis
ummat Kristen Barat.Menurutnya, terdapat sekularisasi dalam perkembangan
teologis. Pada saat itu, sektor publik modern mulai mengalami pluralisasi
ideologi. Sehingga pemikiran masyarakat pada saat itu lebih bergeser pada
privat individu – individu, akibatnya nilai- nilai teologis mulai luntur.
Setelah mengajar di Hartford Seminary Foundation, Berger diangkat
menjadi Professor di New School For Social Research, New York yang
merupakan pusat gerakan fenomenologi di Amerika Serikat. Salah satu tokoh
dalam gerakan ini adalah Alferdz Scutzh, yang juga merupakan guru besar
di bidang ilmu- ilmu sosial. Fenomenologi merupakan teori yang lahir
sebagai teori tandingan terhadap teori – teori yang berada dalam paradigma
fakta sosial, terutama yang digagas oleh Emile Durkheim. Pada mulanya
teori sosial ini dikembangkan oleh Max Weber, meskipun pada awalnya teori
ini merupakan teori tentang kefilsafatan yang diungkapkan oleh Hegel,
Hurssel dan kemudian oleh Alferd Schutz dan melalui sentuhan Weber teori
ini menjadi teori sosial yang handal digunakan sebagai analisis fenomena
1
Burhan Bungin,Sosiologi Komunikasi : Teori Paradigma dan Diskursus Teknologi Komunikasi
di Masyarakat, ( Jakarta : Kencana Prenada, 2007), hal 188 - 189
2
Peter L Berger dan Thomas Luckmann, Tafsir Sosial Atas Kenyataan: Risalah tentang Sosiologi
Pengetahuan, ( Jakarta : LP3S 1990) xii
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
25
sosial. Adapun cara berfikir
berfikir fenomenologi sendiri dimulai dari
kenyataan kehidupan sehari- hari sebagai realitas utama
bermasyarakat.3
gejala
Gerakan fenomenologi tersebut mempengaruhi Berger
dalam gagasan teori konstruksi sosial, karena di situlah tempat Berger
bekerja.
Pada awalnya, Berger memulai dengan observasi. Situasi sosiologi di
Amerika dengan menggunakan pendekatan positivistis, yang sudah menjadi
tradisi ilmu- ilmu sosiologi
di sana. Perkembangan teori- teori sosial
dipengaruhi oleh pengaruh pemikiran model rasionalitas teknokratis yang
dianut oleh para teknokrat, politisi, birokrat dan kelompok – kelompok
professional serta ilmuwan- ilmuwan dari disiplin ilmu lainya. Akan tetapi,
pada saat itu ilmu- ilmu sosial hanya dikembangkan dalam teoretis saja dan
perekayasaan sosial. Maka dari itu, perkembangan keilmuan di sana
mengalami kemunduran dan tidak berkembang. Sosiologi alternative dan
seperti sosiologi interpretatife atau humanistis yang menempatkan kegiatan
sosial sebagai bagian dari kegiatan manusia konkret yang multidimensional
yang dimengerti oleh filsafat manusia. Manusia- manusia konkret dengan
segala problematikanya menjadi titik tolak pencarian hakikat masyarakat
sebagai tugas utama pengembangan sosiologi.
Berger diuntungkan dengan adanya kemampuan penguasaan bahasa
Eropa dan memiliki akses ke sumber sosiologi di Eropa, terutama karya Max
3
Peter L Berger dan Thomas Luckmann, Tafsir Sosial Atas Kenyataan: Risalah tentang Sosiologi
Pengetahuan, ( Jakarta : LP3S 1990) xiv
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
26
Weber dan Emile Durkheim. Di samping itu, ia juga mempunyai akses pada
sumber- sumber awal karya sosiologi pengetahuan dalam bahasa Inggris dan
digunakan di kalangan ahli sosiologi di Eropa. Oleh karena itu Berger
meminta bantuan para pakar New School untuk membantu menerangkan
tentang literature kontinental di Eropa. Akhirnya Berger mengetahui kalau
pada saat itu situasi ilmu sosial di Amerika sedang memendam problematika
pertikaian metodologis yang mirip dengan situasi konflik metodologis pada
akhir abad ke -19 dan awal abad ke-20 di lingkungan intelektual Eropa
(khususnya di Jerman)
Ketika Max Weber tampil sebagai tokoh yang
mempertahankan posisi
humanistis sebagai subdisiplin ilmu humaniora.
Dalam situasi konflik itu, Weber berusaha mensintesakan pendekatan
positivistis dan pendekatan idealistis untuk membangun pendekatan ilmuilmu sosial yang khas.
Dari situ lah Berger mulai berusaha mengembalikan status ekonomi
sosiologi dari dominasi ilmu- ilmu alam dan ideologi politik. Sosiologi
dikembalikan pada fungsi aslinya yaitu sebagaimana dikehendaki Weber
sebagai sarana teoretis untuk memahami serta menafsirkan secara
bertanggungjawab atas masalah- masalah peradaban manusia. Sementara itu
fenomenologi memberi makna baru dalam sosiologi pengetahuan.
Dalam konsep teoretisi lebensnswelt (terjemah Inggris, life – world
dan dalam terjemahan bahasa Indonesia dunia kehidupan) dalam tradisi
fenomenologi mengandung pengertian ‘dunia’ atau semesta yang kecil, rumit
dan lengkap terdiri atas lingkungan fisik, lingkungan sosial, interaksi antar
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
27
manusia dan nilai-nilai yang dihayati. “ Lebenswelt” itu merupakan realitas
orang- orang biasa yang dalam fenemenologi dapat dikatakan bahwa dalam
“ Lebenswelt” terdapat gejala- gejala sosial yang harus didiskripsikan. Tugas
pemikirlah termasuk ahli sosiologi yang untuk menemukan hakikat
masyarakat di balik gejala- gejala sosial yang kompleks itu. Berger
kemudian yakin bahwa bersosiologi itu harus mengikuti proses berpikir
seperti yang dituntut oleh fenomenologi yakni dimulai dengan kenyataan
kehidupan sehari – hari sebagai utama gejala bermasyarakat. Dari situlah
lahir karya Berger yang membahas tentang sosiologi pengetahuan yaitu
“The Social Construction of Reality, A Treatise in the Sociological
Knowladge.4
Berikut ini usaha Berger dalam mendefinisi ulang tentang hakikat dan
peranan sosiologi pengetahuan: 5
1. Usaha mendefinisikan kembali “kenyataan” dan “pengetahuan” konsteks
sosial sebuah teori sosiologis harus mampu menjelaskan, sehingga kita
memahami bagaimana kehidupan massyarakat itu terbentuk dalam proses
terus menerus setiap hari, yang dalam pengertian sehari- hari dinamakan
pengalaman masyarakat. Karena gejala- gejala sosial itu ditemukan
dalam pengalaman dalam masyarakat yang terus- menerus berproses,
maka perhatian terarah pada bentuk – bentuk penghayatan kehidupan
bermasyarakat secara menyeluruh dengan segala aspeknya (kognitif,
4
Ibid.
Peter L Berger dan Thomas Luckmann, Tafsir Sosial Atas Kenyataan: Risalah tentang Sosiologi
Pengetahuan, ( Jakarta : LP3S 1990) xv-xvii
5
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
28
psikomotoris, emosional dan intuitif). Dengan kata lain kenyataan sosial
itu
terbentuk
dengan
adanya
interaksi,
pergaulan
sosial
yang
diungkapkan lewat berbagai tindakan sosial seperti berkomunikasi. Hal
ini dikatakan sebagai kenyataan intersubjektivitas menunjuk pada
struktur kesadaran umum ke kesadaran individual suatu kelompok
khusus yang sedang saling berinteraksi.
2. Cara meneliti pengalaman intersubjektif sehingga ditemukan bangunan
sosial / konstruksi sosial dari kenyataan adalah dengan menyeleksi
kenyataan yang penting- penting saja dan sikap- sikap subjektif yang
wajar dan alamiah seperti yang dilakukan dalam kehidupan sehari- hari.
Perhatian dipusatkan pada proses terbentuknya fakta- fakta sosial atau
gejala sosial. Di mana individu ikut seta dalam proses pembentukan dan
pemeliharaan hubungan sosial tingkat mikro tampak pada komunikasi
tatap muka. Dengan menyeleksi gejala – gejala sosial ini maka yang
diperhatikan dari kenyataan sosial itu adalah aspek perkembangan,
perubahan serta proses tindakan sosial yang membantu untuk memahami
tatanan sosial yang diciptakan sendiri oleh masyarakat dan dipelihara
dalam kehidupan sehari- hari. Norma- norma dan aturan- aturan yang
mengontrol tindakan manusia dan menstabilkan struktur sosial dinilai
sebagai prestasi peneliti.
3. Usaha untuk memahami realitas sosial dalam masalah pilihan logika
macam manakah yang perlu diterapkan dalam
usaha memahami
kenyataan sosial yang pluralis, dinamis dalam proses perubahan yang
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
29
terus menerus sosiologi pengetahuan memusatkan pada dunia akal sehat
(common sense world)
dimana kenyataan sosial didekati dengan
berbagai pendekatan seperti pendekatan mitologis irrasional , pendekatan
filosofis yang bercorak moralistis pendekatan praktis yang bersifat
fungsional ; semua jenis pengetahuan itu membangun struktur dunia akal
sehat. Setelah itu mulailah pendistribusian ke lembaga- lembaga yang
bersangkutan. Dengan pengetahuan manusia yang kompleks, maka
sosiologi
didekati
dengan
membedakan
antara
kesadaran
dan
pengetahuan. Kesadaran menjadikan seseorang lebih mengenal diri
sendiri yang sedang berhadapan dengan kenyataan tertentu. Sedangkan
pengetahuan merupakan kegiatan yang menjadikan suatu kenyataan
menjadi kurang lebih diungkapkan. Oleh karena itu, dalam sosiologi
pengetahuan yang penuh kontradiksi digunakan yang berfikir dengan
dunia akal sehat berpijak pada berfikir secara dialektis. ( tesis, antitesis,
sintesis).
Teori konstruksi sosial memandang masyarakat adalah sebuah produk
dari manusia. Masyarakat tidak mempunyai bentuk lain kecuali bentuk yang
diberikan kepadanya dari aktivitas dan kesadaran manusia. Masyarakat adalah
produk manusia dan manusia adalah produk dari masyarakat, dan sebaliknya
keduanya menggambarkan sifat dialektik inheren dari fenomen masyarakat.6
Proses dialektika dari masyarakat tadi terdiri dari tiga momentum
atau langkah
6
yaitu
Eksternalisasi,
Objektivasi
dan
Internalisasi.
Peter L Berger, Langit Suci; Agama Sebagai Realitas Sosial ,( Jakarta: LP3ES 1991) hal.4
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
30
Eksternalisasi adalah proses pencurahan kedirian manusia secara terus
menerus ke dalam dunia, baik dalam aktivitas fisik maupun mentalnya,
termasuk dengan produk produk sosial yang telah dikenalkan kepadanya.
Karena pada dasarnya individu sejak lahir akan m
Pendidikan Kepemimpinan Santriwati di Pondok Pesantren Putri Al
Lathifiyyah 1 Bahrul ‘Ulum Tambakberas Jombang
SKRIPSI
Diajukan Kepada Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya Untuk
Memenuhi Salah Satu Persyaratan Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Sosial
(S.Sos) Dalam Bidang Sosiologi
Disusun Oleh:
Fifit Mulyana
NIM : B05212019
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
JURUSAN ILMU SOSIAL
PROGRAM STUDI SOSIOLOGI
AGUSTUS 2016
ABSTRAK
Fifit Mulyana, 2016: Politik Pesantren dan Kesetaraan Gender :Pendidikan
Kepemimpinan di Pondok Pesantren Putri Al Lathifiyyah 1 Bahrul ‘Ulum
Tambakberas Jombang. Skripsi Program Studi Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial
dan Ilmu Politik UIN Sunan Ampel Surabaya.
Kata kunci,Gender, Politik, Pendidikan Kepemimpinan dan Santri.
Penelitian ini berbicara tentang pendidikan kepemimpinan santri putri
yang diselenggarakan di pondok pesantren putri Al lathifiyyah 1 Bahrul ‘Ulum
Tambakberas Jombang. Berbagai macam kegiatan dilakukan dalam program ini
mulai dari pelatihan kepemimpinan dan keorganisasian. Penelitian ini menarik
diteliti karena objek dari pendidikan kepemimpinan itu diperuntukkan kepada
santri putri yang berada di pondok.
Ada tiga permasalahan yang hendak dikaji dalam penelitian ini 1) Apa yang
melatar belakangi pendidikan kepemimpinan santriwati di Pondok Pesantren putri
Al Lahifiyyah 1 Tambakberas Jombang? 2) Bagaimana Bentuk Pendidikan
kepemimpinan santriwati Pondok Pesantren Putri Al Lathifiyyah 1 Bahrul ‘ ulum
Tambakberas Jombang? 3) Bagaimana pandangan santri terhadap pendidikan
kepemimpinan di Pondok Pesantren Putri Al Lathifiyyah 1 Bahrul ‘Ulum
Tambakberas Jombang?
Untuk mengungkap persoalan tersebut secara menyeluruh dan mendalam,
dalam penelitian ini digunakan metode penelitian kualitatif, data diperoleh melalui
metode observasi, wawancara dan dokumentasi. Data yang diperoleh kemudian
disajikan secara deskriptif dan dianalisis dengan menggunakan dua teori yaitu
teori konstruksi sosial Peter L Berger dan teori feminis liberal.
Dari hasil penelitian tersebut, ditemukan bahwa 1) hal yang melatar
belakangi pendidikan kepemimpinan santriwati adalah dilihat dari keadaan
masyarakat sekitar pondok pesantren yang hanya bekerja sebagai ibu rumah
tangga dan melihat keadaan tersebut pengasuh memberikan inisiatif untuk
membuat pendidikan kepemimpinan untuk menambah skiil santri dalam
menghadapi tantangan masa depan.2) Pendidikan kepemimpinan memiliki 4
bentuk program yang mana program tersebut dibagi menjadi 2 program utama dan
program tambahan. Program utama dalam pendidikan kepemimpinan ini terdiri
dari pelatihan kepemimpinan dan pelatihan persidangan, sedangkan program
tambahanya terdiri dari pelatihan bina kader da’iyah dan kajian Aswaja.3)
Pandangan santri terhadap adanya pendidikan kepemimpinan ini sangat ponsitif.
Mereka mampu menambah keilmuan dan wawasan baru sehingga mampu
menjadi pemimpin yang baik di masa mendatang.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL…………………………………………………..
i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING………………….........
ii
HALAMAN PENGESAHAN PENGUJI………………………………
iii
HALAMAN MOTTO……………………………………………….…
iv
HALAMAN PERSEMBAHAN……………………………………….
v
PERNYATAAN PERTANGGUNGJAWABAN PENULISAN SKRIPSI... vi
ABSTRAK……………………………………………………………..
vii
KATA PENGANTAR………………………………………………….... viii
DAFTAR ISI……………………………………………………………... x
DAFTAR GAMBAR …………………………………………………..
xiii
DAFTAR TABEL …………………………………………………......
xiv
BAB I : PENDAHULUAN……………………………………………… 1
A. Latar Belakang………………………………………....…...
1
B. Rumusan Masalah…………………………………………... 3
C. Tujuan Penelitian…………………………………………...
4
D. Manfaat Penelitian……………………………………..…...
4
E. Definisi Konseptual…………………………………….…..
5
F. Kajian Pustaka …………………………………….….........
8
G. Metode Penelitian…………………………………….…...
10
Pendekatan dan Jenis Penelitian………………....…...
11
1.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
2.
Lokasi dan Waktu Penelitian……………….………...
12
3.
Pemilihan Subjek Penelitian……………………..…...
13
4.
Tahap-Tahap Penelitian………………………….…...
15
5.
Teknik Pengumpulan Data……………………..…....
17
6.
Tahap Analisis Data………………………………....
19
7.
Teknik Pemeriksaan Keabsahan Data………….…...
20
H. Sistematika Pembahasan………………………………....
21
BAB II PENDIDIKAN KEPEMIMPINAN PRESPEKTIF TEORI
KONSTRUKSI SOSIAL DAN TEORI FEMINISME LIBERAL
A. Teori Konstruksi Sosial……………………………….
23
B. Feminisme Liberal………………………………….....
37
BAB III: PERAN DAN HASIL PENDIDIKAN KEPEMIMPINAN
SANTRIWATI DI PONDOK PESANTREN PUTRI AL LATHIFIYYAH 1
A. Deskripsi Umum Objek Penelitian………….......…...…... 45
1. Sejarah Pondok Pesantren…………………………… 45
2. Letak Geografis Pondok Pesantren……………………47
3. Rekapitulasi Data Santri………………………………..48
B. Deskripsi Hasil Penelitian……………………….…………49
1. Latar Belakang Pendidikan Kepemimpinan Santriwati..49
2. Bentuk- Bentuk Pendidikan Kepemimpinan Sabtriwati.56
3. Pandangan Santriwati Terhadap Pendidikan Kepemimpinan
Santriwati……………………………………………….86
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
C. Teori Konstruksi Sosial dan Teori Feminisme dalam Pendidikan
Kepemimpinan Santriwati di Pondok Pesantren Putri Al
Lathifiyah 1…………………………………………………91
BAB IV: PENUTUP
A. Kesimpulan…………………………………………….. 98
B. Saran…………………………………………………… 100
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
1. Pedoman Wawancara
2. Dokumen Lain Yang Relevan
3. Jadwal Penelitian
4. Surat Keterangan (bukti melakukan penelitian)
5. Biodata Peneliti
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pondok pesantren putri Al Lathifiyyah 1 merupakan Pondok Pesantren
yang berada di Dusun Tambakrejo, Desa Tambakberas, Kecamatan Jombang,
Kabupaten Jombang. Pondok pesantren tersebut sangat lah berbeda dengan
pesantren lainya. Santriwati di Pondok Pesantren ini tidak hanya diberikan
pelajaran agama saja, akan tetapi ada tambahan
kegiatan ekstra. Di
antaranya, pelatihan kepemimpinan, pelatihan kader da’iyah, Keorganisasian,
Aswaja dan Jam’iyatul Qurra’ Wal Huffadz ( JQ).
Kegiatan ekstra tersebut dilakukan secara bergantian setiap malam
selasa dan malam jum’at. Misalnya, kegiatan Bina Kader Da’yah ( BKD)
dilakukan pada malam selasa di minggu pertama yang dibimbing langsung
oleh Ibu Imadul Ummah atau biasa dikenal dengan nama neng yayang.
Biasanya
materi yang diajarkan dalam kegiatan tersebut adalah latihan
berpidato yang baik atau latihan berkhitobah. Kegiatan tersebut biasanya
diikuti oleh santri yang berminat dan memiliki bakat di bidang da’iyah.
Selanjutnya yakni kegiatan Jam’iyatul Qurra’ Wal Huffadz ( JQ)
dilakukan pada setiap malam Jum’at yang dibimbing langsung oleh Bapak
As’adi. Biasanya santriwati diajarkan Qiro’ah dan sholawat.
Kegiatan
tersebut biasanya diikuti oleh santriwati yang berminat dan memiliki bakat di
bidang Qiro’ah. Selain itu, ada juga kegiatan pelatihan kepemimpinan yang
1
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
2
diwajibkan untuk diikuti oleh santri baru. Biasanya kegiatan tersebut
dilakukan pada hari libur sekolah. Adapun pembimbing atau Pembina dalam
kegiatan pelatihan kepemimpinan setiap tahun berbeda.
Dalam kegiatan keorganisasian biasanya lebih difokuskan pada daerah
asal santriwati. Misalnya, santriwati asal daerah lamongan bergabung dengan
organisasi daerah lamongan yang diberi nama Himpunan Santri Lamongan
(HISLA). Adapun kegiatan yang dilakukan tergantung dari program kerja
dari masing- masing organisasi daerah.
Tidak hanya untuk organisasi daerah saja, untuk pengurus harian
pondok pesantren juga diberikan banyak pelatihan tentang keorganisasian. Di
antaranya, pelatihan persidangan, pelatihan membuat laporan pertanggung
jawaban dan rapat kerja. Adapun untuk hari- hari biasa tetep dilakukan
kegiatan rutinan mengaji kitab- kitab kuning.
Dari keseluruhan kegiatan ekstra di Pondok Pesantren tersebut,
pelatihan kepemimpinan lah yang paling diutamakan. Hal Ini terlihat dari
keaktifan Santriwati di organisasi daerah (ORDA). Tidak hanya itu, sebagian
Santriwati yang menjabat sebagai pengurus harian juga diberikan pelatihan
kepemimpinan dan keorganisasian. Oleh karena itu, Pondok Pesantren ini
terlihat unik dan berbeda dari Pondok Pesantren Pada umumnya.
Kecenderungan Santriwati untuk aktif dalam organisasi adalah
berawal dari pengasuh Pondok Pesantren yaitu bu Nyai Machfudloh Aly
Ubaid yang telah berhasil menjadi anggota DPR RI selama dua periode.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
3
Beliau mulai menjabat sebagai anggota DPR RI pada tahun 1987 yang
diusung oleh partai persatuan pembangunan (PPP).1 Dari pengalaman beliau
tersebut, para santri diharapkan untuk turut aktif dalam kegiatan
keorganisasian. Walaupun santri di Pondok Pesantren tersebut seluruhnya
perempuan, tidak menutup kemungkinan mereka untuk aktif dalam dunia
publik. Asumsinya, ketika Santriwati lulus nantinya minimal mereka bisa
memimpin masyarakat dalam organisasi masyarakat (ORMAS) di daerah
asal mereka masing- masing.
Dari bentuk pendidikan kepemimpinan di pondok pesantren tersebut,
banyak prestasi yang telah dicapai. Seperti ibu Ida Fauziyah yang bisa
menjadi anggota DPR RI, ada juga santri yang pernah menjuarai lomba
pidato bahas arab. Dari pemaparan unik di atas, peneliti ingin meneliti lebih
lanjut mengenai pendidikan kepemimpinan Santriwati di Pondok Pesantren
Putri Al Lathifiyyah 1 Bahrul ‘Ulum Tambakberas Jombang.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang dari isu sosial di atas, dapat diambil fokus
permasalahan sebagai berikut:
1. Apa yang melatar belakangi pendidikan kepemimpinan santriwati di
Pondok Pesantren putri Al Lahifiyyah 1 Tambakberas Jombang?
2. Bagaimana
Bentuk
Pendidikan
kepemimpinan
santriwati
Pondok
Pesantren Putri Al Lathifiyyah 1 Bahrul ‘ ulum Tambakberas Jombang?
1
Sururin, Perjuangan Bu Nyai dan Politisi Perempuan ( Tangerang:CV Sarana Mahkota Mandiri,
2012), 17.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
4
3. Bagaimana pandangan santri terhadap pendidikan kepemimpinan di
Pondok Pesantren Putri Al Lathifiyyah 1 Bahrul ‘Ulum Tambakberas
Jombang?
C. Tujuan Penelitian
Dari fokus permasalahan dan penelitian di atas, tujuan dilakukannya
penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Mengetahui latar belakang pendidikan
kepimimpinan santriwati
di
Pondok Pesantren Putri Al Lathifiyyah 1 Bahrul ‘Ulum Tambakberas
Jombang.
2. Mengetahui bentuk pendidikan kepemimpinan santriwati di Pondok
Pesantren Putri Al Lathifiyyah 1 Bahrul ‘Ulum Tambakberas Jombang.
3. Mengetahui bentuk pendidikan kepemimpinan santriwati di Pondok
Pesantren Putri Al Lathifiyyah 1 Bahrul ‘Ulum Tambakberas Jombang.
D. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dari penelitian yang akan dilakukan ini, diantaranya
adalah sebagai berikut:
1.
Manfaat Teoritis
a.
Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan, pengetahuan
dan pengalaman khususnya di bidang Sosiologi.
b.
Untuk dapat mengaplikasikan keilmuan yang telah didapat di bangku
perkuliahan dan dapat digunakan sebagai referensi bagi semua pihak
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
5
terutama bagi mahasiswa Prodi Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial dan
Ilmu Politik UIN Sunan Ampel Surabaya.
2.
Manfaat Praktis
a.
Penelitian ini diharapkan mampu memberikan informasi kepada para
santriwati Al Lathifiyyah 1 tentang pendidikan kepemimpinan yang
diajarkan di pondok pesantren tersebut.
b.
Untuk dapat memberikan masukan bagi santri dan pengelola
pendidikan
kepemimpinan
di
pondok
pesantren
putrid
Al
Lathifiyyah 1 agar terus berinovasi mengembangkan model- model
pelatihan kepemimpinan yang mereka lakukan.
c.
Bagi peneliti lainya dapat memberikan kontribusi pengetahuan dan
wawasan sehingga dapat melakukan penelitian lainya.
E. Definisi Konseptual
Konsep- konsep yang peneliti gunakan dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut:
1. Politik
Meskipun terdapat berbagai definisi politik.2 Dalam penelitian ini
yang dimaksud dengan definisi politik
masyarakat
dalam
pembangunan.
pembuatan
Pendidikan
di sini adalah keikutsertaan
kebijakan
atau
partisipasi
dalam
kepemimpinan
yang
diberikan
kepada
santriwati akan menjadi bekal bagi mereka untuk ikut dalam politik.
2
Lihat Adi Gunawan, Kamus Praktis Ilmiah Populer, ( Surabaya: Kartika Surabaya, 2002)
hal.406
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
6
2.
Kesetaraan Gender
Adi genawan mendefinisikan gender sebagai jenis kelamin. Tetapi
sebenarnya gender adalah peran sosial yang diberikan oleh masyarakat
laki- laki dan perempuan. Kesetaraan gender adalah pemberian
kesempatan bagi laki- laki dan perempuan untuk berpartisipasi dalam
pembangunan dan kemanfaatan hasilnya. Dalam hal ini kesetaraan gender
yang dimaksud yaitu peran santriwati dalam pendidikan kepemimpinan
dan keikutsertaan dalam dunia organisasi.
3. Pendidikan Kepemimpinan.
Pendidikan adalah pembelajaran pengetahuan, keterampilan, dan
kebiasaan sekelompok orang yang diturunkan dari satu generasi ke
generasi berikutnya melalui pengajaran, pelatihan, atau penelitian.
Pendidikan sering terjadi di bawah bimbingan orang lain, tetapi juga
memungkinkan secara otodidak.3
Sedangkan Kepemimpinan adalah perilaku dengan tujuan tertentu
untuk mempengaruhi aktivitas para anggota kelompok untuk mencapai
tujuan bersama yang dirancang untuk memberikan manfaat individu dan
organisasi, sehingga dalam suatu organisasi kepemimpinan merupakan
faktor sangat penting dalam menentukan pencapaian tujuan yang telah
ditetapkan oleh organisasi.4
3
Dewey, John (1916/1944). Democracy and Education. The Free Press. hal. 1–4.
Bachtiar, Boy Rafli Amar dan Veithzal Rivai, Pemimpin dan Kepemimpinan dalam Organisasi
(Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2014), 3.
4
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
7
Yang dimaksud dalam pendidikan kepemimpinan di penelitian ini
adalah pembelajaran untuk mencetak santri sebagai seorang pemimpin.
4. Santriwati
Santriwati merupakan sebutan bagi para siswi yang belajar
mendalami agama di pesantren. Menurut Zamakhsyari Dhofir, Santri
adalah murid- murid yang tinggal di dalam pesantren. Mereka belajar
untuk memahami kitab – kitab kuning atau kitab- kitab klasik pada
umumnya. Santri terdiri dari dua kelompok yaitu: Santri mukim dan
Santri kalong atau tidak mukim.
Santri mukim adalah santri yang
menetap di pesantren. Sedangkan santri kalong adalah santri yang tidak
menetap di pesantren dan pulang ke rumah. Akan tetapi, mereka bisa
bersekolah di lingkungan pesantren. Adapaun yang peneliti fokuskan
dalam penelitian ini adalah santri yang mukim di pesantren.
Di pesantren, para santri ini mengurus sendiri keperluan mereka seharihari. Mereka mendapat fasilitas yang sama, dan diwajibkan menaati peraturan
yang sama pula. Peraturan – peraturan ini ditetapkan oleh pesantren. Apabila
ada pelanggaran, maka santri akan dikenakan sanksi sesuai dengan bobot
pelanggaran yang dilakukan. 5
Santriwati yang dimaksud di sini adalah
Santriwati yang aktif sebagai pengurus harian pondok pesantren, pengurus
berbagai organisasi daerah dan santriwati aktif di pondok Pesantren Al
Lathifiyyah 1 Bahrul ‘Ulum Tambakberas Jombang.
5
Zamakhsyari Dhofier, Tradisi Pesantren Studi tentang Pandangan Hidup Kyai (Jakarta: LP3S,
1983), 51.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
8
F. Kajian Pustaka
Penelitian yang relevan dengan penelitian ini tentu dapat membantu
dalam memenkan fokus penelitianya.
Berikut ini adalah penelitian-
penelitian yang terkait dengan penelitian ini:
1. Penelitian dengan judul “Peran Pondok Pesantren Sebagai Basis
Pendidikan Karakter Kepemimpinan Santri (Studi Deskriptif di
Pondok Pesantren Darunnajah Ulujami Pesanggrahan, Jakarta
Selatan)”6 , penelitian ini dilakukan oleh Gita Chinintya Gunawan pada
tahun 2014.
Penelitian ini
menjelaskan bahwa di pondok pesantren
Darunnajah terdapat program kegiatan ekstra kurikuler di antaranya,
leadership, kepramukaan, organisasi Darunnajah (OSDN), panggung
gembira, pidato tiga bahasa ( bahasa arab, Inggris dan Indonesia) melalui
pendidikan 24 jam.
Hal ini dilakukan untuk menanggulangi krisis
kepemimpinan yang terjadi di kota Jakarta. Akan tetapi, dalam
pelaksanaan program ekstra kurikuler tersebut banyak menuai hambatan.
Pendidikan ekstra kurikuler yang dilakukan melalui pendidikan 24 jam itu
membuat santri tidak betah dengan pesantren. Penyebab tidak betahnya
santri di pesantren di antaranya adalah letak kota Jakarta yang kurang
kondusif dan padatnya kegiatan santri sehingga tidak bisa membagi waktu
dengan baik. Jadi, meskipun pesantren memprogramkan pendidikan
6
Gita Chinintya, Peran Pondok Pesantren Sebagai Basis Pendidikan Karakter Kepemimpinan
Santri (Studi Deskriptif di Pondok Pesantren Darunnajah Ulujami Pesanggrahan, Jakarta Selatan
( SH Skrip, Universitas Pendidikan Indonesia Bandung, 2014)
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
9
karakter kepemimpina dengan baik, pada dasarnya efek dari program
tersebut masih belum maksimal.
Pada skripsi tersebut, memiliki perbedaan dengan skripsi yang
ditulis oleh peneliti. Kajian yang peneliti ambil adalah para santriwati yang
menjadi pengurus harian pondok pesantren, pengurus organisasi berbagai
daerah dan santriwati aktif dalam pondok pesantren tersebut.
Sebagimana dapat dilihat dari letak perbedaan pada pada penelitian
terdahulu yang peneliti angkat dari penelitian terdahulu. Peneliti,
menggunakan penelitian terdahulu dengan tujuan untuk membandingkan
antara kajian yang peneliti ambil dengan dengan kajian yang terdapat pada
penelitian terdahulu sehingga dapat diketahui perbedaan pada penelitian
tersebut dan tidak dianggap sebagai plagiasi.
Dalam Pondok Pesantren tersebut, program ekstra kurikuler yang
digagas adalah pelatihan kepemimpinan, keorganisasian, pelatihan pidato
dan pelatihan Qiro’ah. Pelaksanaanya juga tidak menganggu kegiatan
belajar mengajar yakni setiap 2 kali sehari dalam satu minggu ( malam
selasa dan malam jum’at ). Jadi, tidak ada alasan bagi santriwati untuk
tidak bisa mengatur waktu mereka. Tujuan yang diharapkan oleh pesantren
minimal santriwati pada saat sudah lulus minimal dapat memimpin
organisasi masyarakat ( ORMAS) di daerah masing- masing.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
10
2. Penelitian dengan judul” Manajemen
Ujungharapan
Pondok Pesantren Putri
Bahagia Bekasi” 7 penelitian ini dilakukan oleh Siti
Badriyah pada tahun 2008. Penelitian ini menjelaskan bahwa di pondok
pesantren at taqwa putri memprogramkan santri untuk aktif dalam bidang
pengorganisasian, perencanaan dan pengawasan pesantren. Melalui
kegiatan tersebut santri dapat menjadi muslimah yang berdzikr dan berfikr
maju dalam berbagai aspek terutama dalam aspek keagamaan.
Titik perbedaan dengan penelitian yang peneliti ambil adalah
pendidkan kepemimpinan di pondok pesantren putrid Al Lathifiyyah 1
Tambakbersa Jombang lebih menfokuskan pada kemampuan memimpin
dan berorganisasi dlam berbagai bidang tidak hanya dalam aspek
keagamaan saja. Penelitian ini lebih rinci dalam pemrogramanya. Misalnya
dalam bentuk pelatihan khitobah dan organisasi berbagai daerah.
G. Metode Penelitian
Metode penelitian merupakan suatu cara atau proses yang digunakan
di dalam melakukan penelitian. Sebagaimana metode penelitian dibutuhkan
oleh peneliti untuk tahapan di dalam melakukan penelitian. Menurut Dedy
Mulyana metode adalah proses, prinsip dan prosedur yang kita gunakan
untuk mendekati problem dan mencari jawaban. Dengan kata lain,
metodologi adalah suatu pendekatan umum untuk mengkaji topik penelitian.8
7
Siti Badriyah, Manajamen Pondok Pesantren At Taqwa Putri Ujungharapan Bekasi. (SH.
Skrip, Universitas Syarif Hidayatullah Jakarta, 2008)
8
Deddy Mulyana, Metodologi Penelitian Kualitatif Paradigma Baru Ilmu Komunikasi dan Sosial
Lainya ( Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2008), 145
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
11
1. Pendekatan dan Jenis Penelitian
a.
Pendekatan
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan pendekatan
penelitian kualitatif.
Metodologi kualitatif sering disebut dengan
metode penelitian naturalistik karena penelitianya dilakukan pada
kondisi yang alamiah.9
Metode penelitian kualitatif adalah metode penelitian yang
digunakan untuk meneliti objek yang alamiah. Di mana peneliti
merupakan instrument kunci. Teknik Pengumpulan data dilakukan
secara triangulasi, Analisis data bersifat induktif. Sebagai penelitian
kualitatif,
maka dalam penjelasan hasil penelitian, peneliti
lebih
menekankan pada makna spesifik dari pada membuat generalisasi.10
Menurut Bodgan dan Taylor metodologi kualitatif adalah
prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif kualitatif
berupa kata- kata tertulis atau lisan dari orang- orang atau perilaku
yang diamatinya. 11 Sebagaimana dalam metode penelitian kualitatif
itu sendiri, analisis datanya tidak menggunakan analisis statistik.
Alasan peneliti memilih metode penelitian kualitatif adalah
untuk mengkaji lebih dalam
dan mendeskripsikan
pendidikan
9
Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif ( Bandung: Alfabet, 2010), 1.
Ibid .
11
Andi Prastowo, Metode Penelitian Kualitatif: Dalam Prespektif Rancangan Penelitian
(Jogjakarta: Ar- Ruzz Media, 2011), 22.
10
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
12
kepemimpinan yang ada di pondok pesantren Al Lathifiyyah 1 secara
lebih detail.
b. Jenis Penelitian
Jenis penelitian dalam penelitian ini, peneliti menggunakan
format penelitian deskriptif kualitatif. Pada umumnya dilakukan pada
penelitian dalam bentuk studi kasus, memusatkan pada suatu unit
tertentu dari berbagai fenomena. 12 Dari ciri yang demikian itu,
memungkinkan studi ini menjadi penelitian mendalam. Dengan kata
lain, kedalaman data yang menjadi pertimbangan dalam penelitian
model ini.
Pada cirinya yang lain, deskriptif kualitatif studi kasus
merupakan penelitian eksplorasi dan memainkan peranan yang amat
penting dalam menciptakan hipotesis atau pemahaman orang tentang
berbagai variabel sosial.
2. Lokasi dan Waktu Penelitian
a.
Lokasi Penelitian
Lokasi yang dipilih oleh peneliti adalah Pondok Pesantren
Putri Al Lathifiyyah 1 Bahrul Ulum Tambakberas Jombang, terletak
di Dusun Tambakberas, Desa Tambakrejo, Kecamatan Jombang,
Kabupaten Jombang, Propinsi Jawa Timur, tepatnya ± 3 Km sebelah
utara kota Jombang.
12
Burhan Bungin, Penelitian Kualitatif:Komunikasi, Kebijakan Publik dan Sosial Lainya ( Jakrta:
Predana Media Group, 2007), 68
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
13
Alasan peneliti memilih lokasi ini karena di pondok pesantren
Al Lathifiyyah 1 ini terkenal dengan pondok yang memproduksi para
pemimpin wanita.
b. Waktu Penelitian
Dalam Penelitian ini, waktu yang dibutuhkan kurang lebih 3
bulan. Diperkirakan antara bulan November sampai dengan bulan
Januari.
3. Pemilihan Subjek Penelitian
Subjek
penelitian
merupakan
pihak–pihak
yang
menjadi
pendukung dalam mencari data dan menentukan permasalahan dalam
penelitian. Secara ilmiah pihak – pihak yang menjadi sumber data disebut
informan.
Menurut Moleong, jika sudah mulai terjadinya pengulangan
informasi, maka penarikan sampel harus dihentikan. 13 Oleh karena itu,
ketika memperoleh jawaban yang sama dari beberapa informan, maka
pertanyaan yang sama tidak diulangi pada informan berikutnya.
Menurut sumber data dalam penelitian ini dapat dibedakan menjadi
dua yaitu, data primer dan data sekunder. 14
1.
Data Primer
13
Lexy J Moleong, Penelitian Metode Kualitatif,( Bandung: Remaja Rosda Karya, 1998), 225.
Suyanto, Metode Penelitian Sosial: Berbagai Alternatif dan Pendekatan Sosial (Yogyakarta:
Kencana Prenada Media Group, 2007), 55
14
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
14
Data primer ialah data yang diperoleh secara langsung dari
sumber data pertama di lapangan yakni berupa hasil wawancara
langsung dari dari informan yang diteliti.
Data ini adalah data dari hasil observasi dan wawancara
peneliti. Sebelumnya peneliti menyusun pertanyaan terlebih dahulu
sebelum lapangan untuk melakukan wawancara. Di sini peneliti harus
bisa memilih siapa yang akan dijadikan informan sehingga peneliti
bisa mendapatkan informasi dan keterangan sebanyak mungkin sesuai
dengan kebutuhan.
Wawancara dilakukan peneliti dengan mendatangi pondok
pesantren yang sudah ditentukan oleh peneliti membantu memberikan
informasi yang relevan. Dalam subjek penelitian ini peneliti
mengambil key informan di antaranya sebagai berikut:
1. Pengasuh Pondok Pesantren
2. Pengurus harian Pondok Pesantren.
3. Pengurus berbagai organisasi daerah.
4. Santriwati.
2.
Data Sekunder
Data sekunder atau (secondary data) atau sumber data
dokumenter ialah data- data yang mendukung data utama, data sengaja
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
15
oleh pembuatnya sebagai dokumen sejarah atau dokumen sejarah atau
dokumen tertulis yang diabadikan.15
Data ini sebagi pelengkap atau pendukung adanya data utama
dari informasi yang diperoleh dari peneliti di lokasi penelitian yaitu di
Pondok Pesantren Putri Al Lathifiyyah 1 Bahrul ‘Ulum Tambakberas
Jombang. Data ini berupa arsip pondok pesantren berupa profil
Pondok Pesantren Putri Al Lathifiyyah 1 Bahrul ‘Ulum Tambakberas
Jombang dan arsip kepengurusan serta arsip organisasi
berbagai
daerah ( ORDA).
4. Tahap–tahap Penelitian
Dalam penelitian yang mana juga menggunakan beberapa tahapan
yang sesuai dengan prosedur atau cara penelitian yang benar. Tahapan
dalam penelitian itu sendiri meliputi:
a. Tahap Pra-Penelitian
Tahap pra lapangan ini merupakan tahap yang digunakan oleh
peneliti sebelum masuk ke lapangan objek studi. Informasi tentang
pendidikan kepemimpinan di atas belum cukup banyak diketahui
peneliti. Sehingga peneliti terdorong untuk melakukan penelitian di
Pondok Pesantren Putri Al Lathifiyyah 1 Bahrul ‘Ulum Tambakberas
Jombang untuk menggali informasi seputar pendidikan kepemimpinan
di Pondok Pesantren tersebut. Adapun tahap pra lapangan itu sendiri
dapat dilihat di antaranya sebagai berikut:
15
Dadang Kahmad, Sosiologi Agama,( Bandung: Remaja Rosdakarya,2006), 115.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
16
1.
Peneliti mengkaji suatu permasalahan yang ada di lingkungan
sekitar untuk dijadikan tema penelitian yang menarik. Setelah
menemukan permasalahan, peneliti mengangkat tema di atas.
2.
Melakukan perizinan penelitian untuk mempermudah dan demi
kelancaran pada saat melakukan penelitian.
b. Tahap Penelitian Lapangan
Dalam tahap penelitian lapangan ini, di mana tahap yang
digunakan oleh peneliti untuk terjun ke lapangan guna meneliti objek
studi. Tahap pekerjaan lapangan merupakan suatu proses awal yang
berkelanjutan dalam sebuah penelitian. Pada tahap ini peneliti akan
melakukan penelitian baik kepada setiap informan maupun lokasi
penelitian yang bersangkutan. Sebagaimana tahap pekerjaan lapangan
ini peneliti masuk di dalam proses penelitian yang perlu diperhatikan
oleh peneliti adalah menjalin hubungan atau interaksi terlebih dahulu
dengan subjek atau informan. Dengan begitu akan mempermudah
peneliti dalam penggalian data.
Setelah peneliti menggali data, dilanjutkan pada proses
pengumpulan data. Tahap pekerjaan lapangan ini dilakukan oleh
peneliti dalam proses penggalian data yang
digunakan untuk
memperoleh data dan digunakan untuk memperoleh data yang
berhubungan dengan permasalahan yang diangkat oleh peneliti.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
17
c. Tahap Penulisan Laporan
Tahap penulisan laporan merupakan tahap terakhir dari berbagai
tahapan di dalam penelitian. Setelah semua data terkumpul dalam
tahapan penelitian lapangan, penulis membuat laporan berdasarkan
hasil penelitian.
5. Teknik Pengumpulan Data
Dalam teknik pengumpulan data merupakan suatu upaya sistematik
untuk memperoleh informasi tentang objek penelitian. Penelitian ini
digunakan dua macam teknik pengumpulan data yaitu:
a.
Metode Observasi
Di dalam tahapan observasi ini tidak hanya langsung melihat
saja melainkan juga perlu keaktifan untuk meresapi, mencermati,
mengamati, memaknai fenomena pendidikan kepemimpinan pondok
pesantren tersebut dan akhirnya mencatat. Peneliti melakukan
pengamatan baik secara langsung maupun tidak langsung terhadap
objek penelitian. Instrument yang dapat digunakan yaitu lembar
pengamatan dan panduan pengamatan. Beberapa informasi yang
diperoleh dari hasil observasi antara lain: ruang ( tempat), pelaku,
kegiatan, objek, perbuatan, kejadian, waktu dan perasaan. Penelitian
ini dilakukan untuk menyajikan gambaran realitas perilaku atau
kejadian, menjawab pertanyaan, membantu mengerti perilaku manusia
dan evaluasi.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
18
b. Metode Interview (Wawancara)
Metode ini merupakan metode pengumpulan data dengan cara
wawancara atau Tanya jawab.16 Wawancara digunakan sebagai tehnik
pengumpulan
data
apabila
peneliti
ingin
menlakukan
studi
pendahuluan untuk menemukan permasalahan yang harus diteliti.,
tetapi juga apabila peneliti ingin mengetahui responden lebih
mendalam.17
Wawancara ini dilakukan untuk memperoleh data yang
mendalam. Peneliti mewawancarai pengasuh dan pengurus harian
pondok pesantren, pengurus berbagai organisasi daerah dan santriwati.
Adapun aspek- aspek wawancara
dalam penelitian ini
dibedakan mulai dari pengasuh, pengurus harian, pengurus organisasi
daerah dan santri biasa. Aspek wawancara kepada pengasuh meliputi
latar belakang pendidikan kepemimpinan, bentuk- bentuk pendidikan
kepemimpinan, mulai kapan pendidikan kepemimpinan diajarkan,
manfaat dan harapan yang diinginkan pengasuh. Selanjutnya aspek
wawancara kepada pengurus harian di antaranya tentang pelaksanaan
pendidikan kepemimpinan, kendala, pembimbing yang mengampu
pelatihan tersebut apa selalu tetap atau berganti dan prestasi.
Selanjutnya yakni aspek wawancaraa kepada pengurus
organisasi daerah yaitu alasan mengapa santri terjun ke organisasi
16
17
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif, ( Bandung: Alfabeta,2011), 137.
Ibid.,72.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
19
daerah, alasan minat santri terhadap organisasi daerah, program –
program apa saja yang diagendakan, kendala yang dialami selama
menjadi pengurus.
c.
Metode Dokumentasi
Dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu.
Dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar atau karya – karya
monumental dari seseorang. Mislanya, biografi, foto, gambar, sejarah
kehidupan dan film.18 Dokumentasi dalam penelitian ini berupa fotofoto
pelaksanaan
kegiatan
pendidikan
kepemimpinan,Arsip
kepengurusan pondok pesantren, organisasi berbagai daerah
dan
sejarah pondok pesantren.
6. Teknik Analisa Data
Teknik analisa data merupakan suatu proses untuk mencari dan
menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara,
catatan lapangan dan dokumentasi dengan cara mengorganisasikan data ke
dalam kategori. Menjabarkan ke dalam unit- unit, melakukan sintesa,
menyusun ke dalam pola, memilih mana yang penting dan yang akan akan
dipelajari, dan membuat kesimpulan sehingga mudah dipahami oleh diri
sendiri ataupun orang lain.19
18
Ibid.,82.
19
Ibid., 244.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
20
Dari data- data yang telah diperoleh peneliti memilih mana data
yang relevan. Kemudian menganalisis sesuai dengan kategori tertentu
yang sesuai dengan penelitian pendidikan kepemimpinan tersebut.
7. Teknik Pemeriksaan Keabsahan Data
Teknik pemeriksaan keabsahan data dalam penelitian ini
menggunakan teknik triangulasi sebagai teknik untuk mengecek keabsahan
data. Di mana dalam pengertianya triangulasi adalah teknik pemeriksaan
keabsahan
data
yang
memanfaatkan
sesuatu
yang
lain
membandingkan hasil wawancara terhadap objek penelitian.
20
dalam
Teknik
pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain di luar
data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap
data itu. Triangulasi yang digunakan adalah:
a.
Triangulasi sumber dilakukan dengan cara membandingkan apa yang
dikatakan orang di depan umum dengan apa yang dikatakanya secara
pribadi, dan membandingkan preespektif seseorang dengan berbagai
pendapat dan pandangan orang lain.
b.
Triangulasi metode dan pengumpulan data peneliti melakukan dengan
cara
membandingkan
data
yang
diperoleh
melalui
teknik
pengumpulan. Mulai dari data hasil pengamatan, wawancara dan
dokumentasi. Data yang berbeda dan pengecekan derajat kepercayaan
beberapa sumber data dengan metode yang sama. Triangulasi metode
20
Lexy Maleong, Metode Penelitian Kualitatif,( Bandung: PT Remaja Roesdakarya,2005),330.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
21
tertuju pada kesesuaian antara data yang diperoleh dengan teknik yang
digunakan.
c.
Triangulasi teori, Pengecekan data dilakukan dengan membandingkan
teori–teori yang dihasilkan para ahli yang dianggap sesuai dan
sepadan melalui penjelasan banding, kemudian hasil penelitian
dikonsultasikan
dengan
subjek
penelitian
sebelum
dianggap
mencukupi.
H. Sistematika Pembahasan
Untuk
mempermudah
pembahasan
serta
pemahaman
dalam
penyusunan proposal skripsi ini, maka penulis membahasnya dengan
sistematika sebagai berikut:
BAB I
: PENDAHULUAN, Merupakan tahapan awal dasar dari proposal
penelitian ini. Yang meliputi, latar belakang masalah, rumusan
masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, definisi konseptual
dan sistematika pembahasan.
BAB II :
PENDIDIKAN
KEPEMIMPINAN
SANTRIWATI
PRESPEKTIF
TEORI KONSTRUKSI SOSIAL DAN FEMINISME LIBERAL.
Dalam bab ini, peneliti mengkaji tentang teori yang digunakan di
dalam penelitian tersebut. Sebagaimana teori yang sesuai dengan
tema yang diangkat oleh peneliti.
BAB III : PERAN
DAN
SANTRIWATI
HASIL
DI
PENDIDIKAN
PONDOK
KEPEMIMPINAN
PESANTREN
PUTRI
AL
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
22
LATHIFIYYAH. Dalam bab ini dijelaskan mengenai deskripsi
umum objek penelitian, deskripsi hasil penelitian dan analisis
data. Sebagaimana di dalam analisis data tersebut peneliti
menjelaskan tentang data yang
telah diperoleh di lapangan
sebagaimana dapat menjawab permasalahan yang diangkat oleh
peneliti. Hasil data yang sudah ditemukan oleh peneliti dibentuk
analisis deskriptif
dengan mendeskripsikan hasil penelitian.
Kemudian setelah dianalisis dikolerasikan dengan teori yang
relevan dan sesuai.
BAB IV
: PENUTUP.
Merupakan bab yang terakhir yang berisi
hasil
kesimpulan dan saran- saran untuk penelitian di atas.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
BAB II
PENDIDIKAN KEPEMIMPINAN PERESPEKTIF TEORI KONSTRUKSI
SOSIAL DAN TEORI FEMINISME LIBERAL
Untuk menjelaskan
pendidikan kepemimpinan santriwati, dalam
penelitian ini peneliti menggunakan dua teori yaitu teori Konstruksi Sosial
dan teori Feminisme Liberal. Teori konstruksi sosial ini akan menjelaskan
pendidikan kepemimpinan santri pondok pesantren putri Al Lathifiyyah 1. Teori
ini
relevan
karena
mampu
menjelaskan
tentang
realitas
pendidikan
kepemimpinan santriwati yang dikonstruk sejak awal oleh pengasuh. Sedangkan
teori feminisme liberal relevan untuk menjelaskan pendidikan kepemimpinan
santriwati ini karena melalui pendidikan ini perempuan juga memiliki hak yang
sama.
A. Teori Konstruksi Sosial
Teori Konstruksi Sosial digagas oleh Peter L. Berger dan Thomas
Luckmann, Peter L.Berger merupakan sosiolog dari New School for Social
Research, New York, Amerika Serikat. sementara Thomas Luckmann adalah
sosiolog dari University of Frankfurt. Jerman. Pada tahun 1962 mereka
menulis buku “ The Social Construction of Reality, A Treatise in the
Sociological Knowladge” yang dirumuskan kedua akademisi ini sebagai
23
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
24
suatu kajian teoretis dan sistematis mengenai sosiologi pengetahuan. 1 Akan
tetapi, Peter L Berger lebih dominan dalam menjelaskan teori ini.
Peter L Berger adalah seorang sosiolog yang mengajar Etika Sosial
di Hartford Seminary Foundation.2 Pada saat itu, dia menulis buku tentang
sosiologi agama. Kajian dalam buku ini membahas tentang fungsi atau posisi
kritis sosiologi agama yang berhadapan dengan perkembangan teologis
ummat Kristen Barat.Menurutnya, terdapat sekularisasi dalam perkembangan
teologis. Pada saat itu, sektor publik modern mulai mengalami pluralisasi
ideologi. Sehingga pemikiran masyarakat pada saat itu lebih bergeser pada
privat individu – individu, akibatnya nilai- nilai teologis mulai luntur.
Setelah mengajar di Hartford Seminary Foundation, Berger diangkat
menjadi Professor di New School For Social Research, New York yang
merupakan pusat gerakan fenomenologi di Amerika Serikat. Salah satu tokoh
dalam gerakan ini adalah Alferdz Scutzh, yang juga merupakan guru besar
di bidang ilmu- ilmu sosial. Fenomenologi merupakan teori yang lahir
sebagai teori tandingan terhadap teori – teori yang berada dalam paradigma
fakta sosial, terutama yang digagas oleh Emile Durkheim. Pada mulanya
teori sosial ini dikembangkan oleh Max Weber, meskipun pada awalnya teori
ini merupakan teori tentang kefilsafatan yang diungkapkan oleh Hegel,
Hurssel dan kemudian oleh Alferd Schutz dan melalui sentuhan Weber teori
ini menjadi teori sosial yang handal digunakan sebagai analisis fenomena
1
Burhan Bungin,Sosiologi Komunikasi : Teori Paradigma dan Diskursus Teknologi Komunikasi
di Masyarakat, ( Jakarta : Kencana Prenada, 2007), hal 188 - 189
2
Peter L Berger dan Thomas Luckmann, Tafsir Sosial Atas Kenyataan: Risalah tentang Sosiologi
Pengetahuan, ( Jakarta : LP3S 1990) xii
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
25
sosial. Adapun cara berfikir
berfikir fenomenologi sendiri dimulai dari
kenyataan kehidupan sehari- hari sebagai realitas utama
bermasyarakat.3
gejala
Gerakan fenomenologi tersebut mempengaruhi Berger
dalam gagasan teori konstruksi sosial, karena di situlah tempat Berger
bekerja.
Pada awalnya, Berger memulai dengan observasi. Situasi sosiologi di
Amerika dengan menggunakan pendekatan positivistis, yang sudah menjadi
tradisi ilmu- ilmu sosiologi
di sana. Perkembangan teori- teori sosial
dipengaruhi oleh pengaruh pemikiran model rasionalitas teknokratis yang
dianut oleh para teknokrat, politisi, birokrat dan kelompok – kelompok
professional serta ilmuwan- ilmuwan dari disiplin ilmu lainya. Akan tetapi,
pada saat itu ilmu- ilmu sosial hanya dikembangkan dalam teoretis saja dan
perekayasaan sosial. Maka dari itu, perkembangan keilmuan di sana
mengalami kemunduran dan tidak berkembang. Sosiologi alternative dan
seperti sosiologi interpretatife atau humanistis yang menempatkan kegiatan
sosial sebagai bagian dari kegiatan manusia konkret yang multidimensional
yang dimengerti oleh filsafat manusia. Manusia- manusia konkret dengan
segala problematikanya menjadi titik tolak pencarian hakikat masyarakat
sebagai tugas utama pengembangan sosiologi.
Berger diuntungkan dengan adanya kemampuan penguasaan bahasa
Eropa dan memiliki akses ke sumber sosiologi di Eropa, terutama karya Max
3
Peter L Berger dan Thomas Luckmann, Tafsir Sosial Atas Kenyataan: Risalah tentang Sosiologi
Pengetahuan, ( Jakarta : LP3S 1990) xiv
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
26
Weber dan Emile Durkheim. Di samping itu, ia juga mempunyai akses pada
sumber- sumber awal karya sosiologi pengetahuan dalam bahasa Inggris dan
digunakan di kalangan ahli sosiologi di Eropa. Oleh karena itu Berger
meminta bantuan para pakar New School untuk membantu menerangkan
tentang literature kontinental di Eropa. Akhirnya Berger mengetahui kalau
pada saat itu situasi ilmu sosial di Amerika sedang memendam problematika
pertikaian metodologis yang mirip dengan situasi konflik metodologis pada
akhir abad ke -19 dan awal abad ke-20 di lingkungan intelektual Eropa
(khususnya di Jerman)
Ketika Max Weber tampil sebagai tokoh yang
mempertahankan posisi
humanistis sebagai subdisiplin ilmu humaniora.
Dalam situasi konflik itu, Weber berusaha mensintesakan pendekatan
positivistis dan pendekatan idealistis untuk membangun pendekatan ilmuilmu sosial yang khas.
Dari situ lah Berger mulai berusaha mengembalikan status ekonomi
sosiologi dari dominasi ilmu- ilmu alam dan ideologi politik. Sosiologi
dikembalikan pada fungsi aslinya yaitu sebagaimana dikehendaki Weber
sebagai sarana teoretis untuk memahami serta menafsirkan secara
bertanggungjawab atas masalah- masalah peradaban manusia. Sementara itu
fenomenologi memberi makna baru dalam sosiologi pengetahuan.
Dalam konsep teoretisi lebensnswelt (terjemah Inggris, life – world
dan dalam terjemahan bahasa Indonesia dunia kehidupan) dalam tradisi
fenomenologi mengandung pengertian ‘dunia’ atau semesta yang kecil, rumit
dan lengkap terdiri atas lingkungan fisik, lingkungan sosial, interaksi antar
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
27
manusia dan nilai-nilai yang dihayati. “ Lebenswelt” itu merupakan realitas
orang- orang biasa yang dalam fenemenologi dapat dikatakan bahwa dalam
“ Lebenswelt” terdapat gejala- gejala sosial yang harus didiskripsikan. Tugas
pemikirlah termasuk ahli sosiologi yang untuk menemukan hakikat
masyarakat di balik gejala- gejala sosial yang kompleks itu. Berger
kemudian yakin bahwa bersosiologi itu harus mengikuti proses berpikir
seperti yang dituntut oleh fenomenologi yakni dimulai dengan kenyataan
kehidupan sehari – hari sebagai utama gejala bermasyarakat. Dari situlah
lahir karya Berger yang membahas tentang sosiologi pengetahuan yaitu
“The Social Construction of Reality, A Treatise in the Sociological
Knowladge.4
Berikut ini usaha Berger dalam mendefinisi ulang tentang hakikat dan
peranan sosiologi pengetahuan: 5
1. Usaha mendefinisikan kembali “kenyataan” dan “pengetahuan” konsteks
sosial sebuah teori sosiologis harus mampu menjelaskan, sehingga kita
memahami bagaimana kehidupan massyarakat itu terbentuk dalam proses
terus menerus setiap hari, yang dalam pengertian sehari- hari dinamakan
pengalaman masyarakat. Karena gejala- gejala sosial itu ditemukan
dalam pengalaman dalam masyarakat yang terus- menerus berproses,
maka perhatian terarah pada bentuk – bentuk penghayatan kehidupan
bermasyarakat secara menyeluruh dengan segala aspeknya (kognitif,
4
Ibid.
Peter L Berger dan Thomas Luckmann, Tafsir Sosial Atas Kenyataan: Risalah tentang Sosiologi
Pengetahuan, ( Jakarta : LP3S 1990) xv-xvii
5
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
28
psikomotoris, emosional dan intuitif). Dengan kata lain kenyataan sosial
itu
terbentuk
dengan
adanya
interaksi,
pergaulan
sosial
yang
diungkapkan lewat berbagai tindakan sosial seperti berkomunikasi. Hal
ini dikatakan sebagai kenyataan intersubjektivitas menunjuk pada
struktur kesadaran umum ke kesadaran individual suatu kelompok
khusus yang sedang saling berinteraksi.
2. Cara meneliti pengalaman intersubjektif sehingga ditemukan bangunan
sosial / konstruksi sosial dari kenyataan adalah dengan menyeleksi
kenyataan yang penting- penting saja dan sikap- sikap subjektif yang
wajar dan alamiah seperti yang dilakukan dalam kehidupan sehari- hari.
Perhatian dipusatkan pada proses terbentuknya fakta- fakta sosial atau
gejala sosial. Di mana individu ikut seta dalam proses pembentukan dan
pemeliharaan hubungan sosial tingkat mikro tampak pada komunikasi
tatap muka. Dengan menyeleksi gejala – gejala sosial ini maka yang
diperhatikan dari kenyataan sosial itu adalah aspek perkembangan,
perubahan serta proses tindakan sosial yang membantu untuk memahami
tatanan sosial yang diciptakan sendiri oleh masyarakat dan dipelihara
dalam kehidupan sehari- hari. Norma- norma dan aturan- aturan yang
mengontrol tindakan manusia dan menstabilkan struktur sosial dinilai
sebagai prestasi peneliti.
3. Usaha untuk memahami realitas sosial dalam masalah pilihan logika
macam manakah yang perlu diterapkan dalam
usaha memahami
kenyataan sosial yang pluralis, dinamis dalam proses perubahan yang
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
29
terus menerus sosiologi pengetahuan memusatkan pada dunia akal sehat
(common sense world)
dimana kenyataan sosial didekati dengan
berbagai pendekatan seperti pendekatan mitologis irrasional , pendekatan
filosofis yang bercorak moralistis pendekatan praktis yang bersifat
fungsional ; semua jenis pengetahuan itu membangun struktur dunia akal
sehat. Setelah itu mulailah pendistribusian ke lembaga- lembaga yang
bersangkutan. Dengan pengetahuan manusia yang kompleks, maka
sosiologi
didekati
dengan
membedakan
antara
kesadaran
dan
pengetahuan. Kesadaran menjadikan seseorang lebih mengenal diri
sendiri yang sedang berhadapan dengan kenyataan tertentu. Sedangkan
pengetahuan merupakan kegiatan yang menjadikan suatu kenyataan
menjadi kurang lebih diungkapkan. Oleh karena itu, dalam sosiologi
pengetahuan yang penuh kontradiksi digunakan yang berfikir dengan
dunia akal sehat berpijak pada berfikir secara dialektis. ( tesis, antitesis,
sintesis).
Teori konstruksi sosial memandang masyarakat adalah sebuah produk
dari manusia. Masyarakat tidak mempunyai bentuk lain kecuali bentuk yang
diberikan kepadanya dari aktivitas dan kesadaran manusia. Masyarakat adalah
produk manusia dan manusia adalah produk dari masyarakat, dan sebaliknya
keduanya menggambarkan sifat dialektik inheren dari fenomen masyarakat.6
Proses dialektika dari masyarakat tadi terdiri dari tiga momentum
atau langkah
6
yaitu
Eksternalisasi,
Objektivasi
dan
Internalisasi.
Peter L Berger, Langit Suci; Agama Sebagai Realitas Sosial ,( Jakarta: LP3ES 1991) hal.4
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
30
Eksternalisasi adalah proses pencurahan kedirian manusia secara terus
menerus ke dalam dunia, baik dalam aktivitas fisik maupun mentalnya,
termasuk dengan produk produk sosial yang telah dikenalkan kepadanya.
Karena pada dasarnya individu sejak lahir akan m