ProdukHukum BankIndonesia

(1)

Ikhtisar

Perkembangan berbagai indikator ekonomi makro dan moneter Indonesia paska Pemilu - sampai dengan April 2004 – mengindikasikan proses

pemulihan ekonomi yang terus berlanjut. Perkembangan harga dan nilai tukar

yang masih sesuai dengan prakiraan awal, perkembangan uang primer yang masih di bawah target indikatifnya, serta suku bunga yang lebih rendah menunjukkan kondisi fundamental dalam negeri yang membaik. Mempertimbangkan perkembangan indikator ekonomi makro dan moneter yang bergerak sesuai dengan prakiraan, perekonomian Indonesia pada triwulan II-2004 diprakirakan tumbuh pada kisaran 4,3% - 4,8% dengan inflasi mencapai kisaran 5% - 6%, dan nilai tukar Rupiah rata-rata yang masih sesuai dengan prakiraan awal tahun. Dengan demikian, arah kebijakan moneter ke depan secara konsisten tetap diarahkan untuk menjaga stabilitas ekonomi, melalui penurunan suku bunga secara berhati-hati dengan laju yang semakin melambat. Walaupun demikian, perkembangan eksternal yang mulai memberikan tekanan terhadap nilai tukar rupiah juga perlu diwaspadai. Upaya sterilisasi ataupun monitoring transaksi devisa bank-bank selain melakukan himbauan (moral suasion) akan terus dilakukan untuk menghindari tindakan spekulasi di pasar valas.

Perkembangan harga pada April kembali mencatat inflasi yang lebih tinggi

dibandingkan inflasi pada Maret. Pada April, perkembangan harga-harga

mencatat inflasi 0,97% (m-t-m), lebih tinggi dibandingkan 0,36% (m-t-m) pada Maret. Inflasi pada April terutama disebabkan oleh inflasi pada kelompok bahan makanan (1,78%, m-t-m), perumahan (1,23%, m-t-m), dan kesehatan (0,78%, m-t-m). Lebih tingginya laju inflasi pada April terutama disebabkan oleh kecenderungan meningkatnya inflasi global dan melemahnya nilai tukar Rupiah, walaupun ekspektasi inflasi masyarakat menunjukkan penurunan.

Nilai tukar rupiah pada April melemah dibandingkan Maret, namun masih

bergerak pada kisaran Rp8.200 – Rp8.700 per dolar AS. Secara rata-rata,

rupiah ditransaksikan Rp8.620 per dolar AS, sedikit melemah dibandingkan Rp8.570 per dolar AS pada Maret. Sementara itu, secara point-to-point, nilai tukar Rupiah mencapai Rp8.691 per dolar AS dibandingkan Rp8.564 per dolar AS, pada bulan sebelumnya, melemah 1,48%. Melemahnya nilai tukar Rupiah terutama disebabkan oleh adanya efek rambatan dari penguatan dolar AS terhadap mata uang dunia yang disertai oleh adanya sentimen regional atas upaya untuk memperlambat pertumbuhan ekonomi Cina. Walaupun demikian, pelemahan rupiah ini masih dapat tertahan seiring dengan tersedianya cadangan devisa yang cukup tinggi, masih kondusifnya country risk, serta langkah intervensi yang dilakukan oleh Bank Indonesia.

Pada April, laju inflasi masih relatif terkendali...

..., sementara itu nilai tukar sedikit tertekan namun masih terkendali. Kestabilan ekonomi relatif terjaga.


(2)

Pada April, suku bunga instrumen moneter kembali menurun diikuti oleh penurunan pada suku bunga perbankan, baik suku bunga kredit maupun

simpanan. SBI 1 bulan pada April turun 9 bps menjadi 7,33%, sedangkan SBI

3 bulan turun 8 bps menjadi 7,25%. Kondisi likuiditas perbankan yang masih berlebih disertai dengan masih kuatnya ekspektasi pasar atas penurunan suku bunga yang lebih lanjut terus mendorong lebih rendahnya suku bunga instrumen moneter. Sejalan dengan turunnya suku bunga instrumen moneter, suku bunga simpanan perbankan dan suku bunga kredit juga menunjukkan penurunan dengan laju yang berbeda. Suku bunga deposito 1 bulan turun dari 5,99% pada Februari menjadi 5,86% pada Maret. Sementara itu, suku bunga kredit untuk modal kerja, investasi dan konsumsi masing-masing turun 18 bps, 17 bps, dan 36 bps menjadi 14,61%, 15,12%, dan 18,11%.

Posisi uang primer pada April mengalami peningkatan sebesar Rp3,52 triliun

dibandingkan posisi akhir Maret sehingga menjadi Rp146,3 triliun. Dengan perkembangan ini, rata-rata posisi test date sementara tercatat sebesar Rp140,1 triliun (tumbuh 12,73%, y-o-y), masih lebih rendah dari target indikatifnya sebesar Rp145,1 triliun. Lebih tingginya uang primer disebabkan oleh meningkatnya uang kartal seiring dengan terus turunnya suku bunga dan meningkatnya pertumbuhan ekonomi. Dilihat dari faktor-faktor yang mempengaruhinya, peningkatan uang primer disebabkan oleh lebih besarnya ekspansi OPT dibandingkan kontraksi pada rekening rupiah pemerintah. Kontraksi pada rekening rupiah terutama disebabkan oleh hasil penjualan T-bonds, penerimaan pajak dan hasil migas.

Pada Maret posisi M2 dan M1 mengalami penurunan dibandingkan bulan

sebelumnya. M2 turun Rp584 miliar menjadi Rp935,16 triliun, sedangkan M1

turun Rp34 miliar menjadi Rp219,0 triliun. Penurunan M2 tertama didorong oleh lebih rendahnya uang kuasi rupiah, terutama simpanan berjangka. Selanjutnya, apabila ditinjau dari faktor-faktor yang mempengaruhinya, likuiditas perekonomian yang lebih rendah disebabkan oleh net kontraksi rekening pemerintah dan lainnya bersih (NOI). Kontraksi rekening pemerintah terutama bersumber dari hasil penjualan T-bonds, penerimaan pajak, dan hasil migas. Sementara itu, posisi kredit meningkat 2,18% (m-t-m) mencapai Rp446,59 triliun diiringi oleh peningkatan aktiva luar negeri bersih sebesar 5,72% (m-t-m) mencapai Rp287,82 triliun.

Fungsi intermediasi perbankan secara umum masih relatif baik, meskipun

belum seperti yang diharapkan. Walaupun terjadi penutupan dua bank, yaitu

Bank Dagang Bali dan Bank Asiatic, kinerja perbankan pada umumnya tetap stabil seperti tercermin pada beberapa indikator perbankan. Posisi kredit pada Maret tercatat meningkat, diiringi oleh loan to deposit ratio (LDR) dan net performing loans (NPLs) yang membaik, serta perkembangan net interest margin (NIM) yang lebih tinggi. Namun demikian, pengumpulan dana pihak ketiga (DPK) yang menurun dan porsi realisasi terhadap persetujuan kredit baru yang rendah, masih perlu dipantau perkembangannya.

Suku bunga masih terus turun.

..., namun

demikian, M1dan M2 mengalami penurunan. Uang primer sedikit meningkat...

Kinerja

perbankan pada umumnya relatif stabil.


(3)

Perkembangan Ekonomi, Moneter, dan Perbankan

Inflasi, Nilai Tukar, Suku Bunga, Pasar Uang, dan Pasar Modal

Perkembangan harga selama April 2004 kembali mencatat inflasi sebesar 0,97% (m-t-m), lebih tinggi dibandingkan inflasi Maret sebesar 0,36% (m-t-m). Inflasi global yang cenderung meningkat, nilai tukar Rupiah yang melemah dan adanya kenaikan administered price berupa kenaikan tarif telepon per 1 April 2004 ditengarai telah menyebabkan peningkatan laju inflasi walaupun ekspektasi inflasi masyarakat terus membaik.

Harga pada April mencatat inflasi yang cukup tinggi ...

Sumber : BPS Bahan Makanan

Kesehatan

Pendidikan, Rekreasi & Olahraga Makanan Jadi, Minuman, Rokok & Tembakau Perumahan Transportasi & Komunikasi

Sandang

1,78 0,24

0,11 0,32

1,23 0,78

0,44 Sumbangan

Inflasi

0,00 0,50 1,00 1,50 2,00

4,0 6,0 8,0 10,0 12,0 14,0 16,0

-1,0 0,0 1,0 2,0 3,0

% y-o-y % m-t-m

m-t-m y-o-y

Sumber : BPS

Feb Apr Jun Ags Okt Des Feb Apr Jun Ags Okt Des Feb Apr

2002 2003 2004

Grafik 1. Tingkat Inflasi Grafik 2. Inflasi Berdasarkan Kelompok Barang

Pada bulan April, semua kelompok barang dan jasa mencatat inflasi, dengan kenaikan terbesar terjadi pada kelompok bahan makanan sebesar 1,78% (m-t-m) terutama pada sub kelompok daging dan hasil-hasilnya, disusul oleh kelompok perumahan 1,23% (m-t-m) terutama pada sub kelompok bahan bakar, penerangan dan air, serta kelompok kesehatan 0,78% (m-t-m) terutama pada sub kelompok jasa kesehatan.

Inflasi inti pada April menunjukkan peningkatan dari 6,17% (y-o-y) pada Maret menjadi 6,65% (y-o-y). Kenaikan inflasi inti ini mencerminkan perkembangan faktor fundamental yang semakin memberikan tekanan kepada inflasi sebagai akibat adanya peningkatan dari sisi permintaan yang terlihat dari membaiknya indikator pertumbuhan (PDB) dan upah riil. Namun demikian, tekanan dari sisi permintaan ini masih dapat diimbangi dari sisi penawaran sehingga peningkatan inflasi inti tidak terlalu tinggi.

...yang terutama disumbang oleh kelompok bahan makanan, perumahan, dan kesehatan.

Inflasi inti meningkat.


(4)

Rupiah cenderung melemah...

Nilai tukar Rupiah sepanjang April menunjukkan kecenderungan melemah dengan volatilitas yang rendah. Nilai tukar Rupiah pada April secara point-to-point melemah 1,48% menjadi Rp8.691/USD dibandingkan posisi akhir Maret. Sementara itu, secara rata-rata, nilai tukar melemah menjadi Rp8.620/USD atau sebesar 0,58% dibandingkan bulan sebelumnya. Namun demikian, pelemahan ini diikuti oleh volatilitas yang lebih rendah mencapai 0,33% dibandingkan 0,76% pada Maret (Grafik 5).

Rp/USD

Sumber : Bloomberg 7.000 7.500 8.000 8.500 9.000 9.500

Sep Okt Nov Des Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nov Des Jan Feb Mar Apr 2003

2002 2004

9.142 9.067

8.921 8.890 8.922

8.419

8.230 8.337

8.508 8.455

8.439 8.501

8.487 8.386

8.432 8.570

8.620 8.803

8.895 8.958

4,0 6,0 8,0 10,0 12,0 14,0 16,0

Feb Apr Jun Ags Okt Des Feb Apr Jun Ags Okt Des Feb Apr

2004

2002 2003

Exclusion Headline

% (y-o-y)

Grafik 3. Inflasi Inti Tahunan Grafik 4. Rata-rata Nilai Tukar Rupiah

Feb Apr Jun Ags Okt Des Feb Apr Jun Ags Okt Des Feb Apr 5,0

7,0 9,0 11,0 13,0 15,0 17,0

2002 2003 2004

1 Bulan 3 Bulan 6 Bulan 12 Bulan Persen

Sumber : Bloomberg, diolah 0,0

0,5 1,0 1,5 2,0 2,5 3,0 3,5 4,0 4,5 5,0

Sep Okt Nov Des Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nov Des Jan Feb Mar Apr

2003 2004

2002

Volatilitas Kurs Rp Rata-rata

Volatilitas Persen

Grafik 5. Volatilitas Nilai Tukar Rupiah Grafik 6. Premi SWAP

...terutama disebabkan oleh pengaruh rambatan penguatan dolar AS...

Nilai tukar Rupiah yang melemah terutama disebabkan oleh pengaruh rambatan dari menguatnya nilai tukar dolar AS terhadap mata uang dunia seiring dengan membaiknya beberapa indikator makroekonomi AS, dan adanya sentimen regional atas kebijakan bank sentral Cina untuk mengurangi tekanan overheating perekonomian di negaranya.


(5)

Walaupun demikian, pelemahan nilai tukar Rupiah ini masih dapat tertahan oleh kondisi fundamental ekonomi dalam negeri yang terus membaik, sebagaimana tercermin dari masih tingginya cadangan devisa, masih kondusifnya country risk, serta langkah intervensi yang dilakukan oleh Bank Indonesia. Faktor lain yang juga menahan laju pelemahan nilai tukar Rupiah lebih lanjut adalah membaiknya indikator resiko, baik untuk jangka panjang maupun untuk jangka pendek. Selama April, indikator resiko jangka pendek yang dicerminkan oleh premi swap menunjukkan penurunan untuk keseluruhan tenor (Grafik 6). Sementara itu, indikator resiko jangka panjang yang tercermin pada yield spread antara Yankee bonds dan US T-Notes, tercatat lebih rendah mencapai 216 bps pada April dibandingkan 255 bps pada Maret (Grafik 7).

Penurunan suku bunga instrumen moneter terus berlanjut...

Walaupun melemah secara nominal, nilai tukar riil yang tercermin pada indeks

Real Effective Exchange Rate (REER) pada April naik menjadi 88,72 dari 86,13 pada Maret (Grafik 8). Peningkatan ini disebabkan oleh lebih tingginya depresiasi di negara mitra dagang dibandingkan depresiai nilai tukar Rupiah. Seiring dengan peningkatan REER, berdasarkan perhitungan Bilateral Real Exchange Rate

(BRER), indeks untuk Indonesia juga meningkat menjadi 69,16 pada April dibandingkan 68,68 pada Maret. Level indeks BRER rupiah ini masih lebih rendah atau masih lebih kompetitif dibandingkan mata uang negara Asia lainnya, kecuali Thailand dan Malaysia (Grafik 9).

Suku bunga instrumen moneter pada April terus turun dengan laju yang melambat. SBI 1 bulan dan 3 bulan turun menjadi 7,33% dan 7,25% dibandingkan 7,42% dan 7,33% pada bulan sebelumnya. Penurunan ini juga diikuti oleh penurunan suku bunga FASBI menjadi 7,00% dibandingkan 7,25% pada Maret (Grafik 10). Lebih rendahnya suku bunga instrumen moneter mengindikasikan kondisi likuiditas perbankan yang masih berlebih selain faktor masih kuatnya ekspektasi pasar atas penurunan suku bunga yang lebih lanjut.

70 80 90 100

Feb Apr Jun Ags Okt Des Feb Apr Jun Ags Okt Des Feb Apr

2002 2003 2004

Sumber :Bloomberg dan CEIC diolah

88,72

86,15

Indeks

Premi Resiko (bp) Rp/USD

Yield Spread

IDR/USD

8.000 8.200 8.400 8.600 8.800 9.000 9.200

190 240 290 340 390 440

Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nov Des Jan Feb Mar Apr

2003 2004

Grafik 7. Premi Resiko dan Kurs Rupiah Grafik 8. Real Effective Exchange Rate

... tetapi tertahan oleh indikator risiko yang lebih baik.

Level nilai tukar rupiah masih cukup kompetitif.


(6)

Perkembangan rata-rata suku bunga PUAB sepanjang April kembali menunjukkan penurunan. Rata-rata suku bunga PUAB pagi turun 16 bps menjadi 7,18%, sedangkan rata-rata suku bunga PUAB sore turun 91 bps menjadi 5,23% (Grafik 11). Rata-rata volume transaksi perdagangan PUAB pagi tercatat menurun dari Rp2,9 triliun menjadi Rp1,0 triliun, sedangkan rata-rata volume transaksi perdagangan PUAB sore menunjukkan peningkatan dari Rp1,8 triliun menjadi Rp2,0 triliun. ...diiringi oleh penurunan suku bunga PUAB... ..., serta penurunan suku bunga simpanan dan suku bunga kredit perbankan walaupun dengan laju yang lebih lambat. 6 7 8 9 10 11 12 13 14

Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nov Des Feb Mar Apr

2003 2004

Persen

FASBI O/N

SBI 1 BULAN

JIBOR 1 Bulan

50 55 60 65 70 75 80 85 90 Indeks

Apr Jun Ags Okt Des Feb Apr Jun Ags Okt Des Feb Apr

2002 2003 2004

Korea Selatan Thailand Singapura Malaysia Indonesia RRC

Grafik 9. Bilateral Real Exchange Rate Grafik 10. Suku Bunga Instrumen

Moneter dan Pasar Uang

2002 2003 2004

5 7 9 11 13 15 17 19

Feb Apr Jun Aug Okt Des Feb Apr Jun Ags Okt Des Feb Apr SBI 1 WA

Jam Dep. 1

Dep 1 WA Persen

Volume PUAB Pagi Volume PUAB Sore Sk. Bunga PUAB Pagi Sk. Bunga PUAB Sore

Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sept Okt Nov Des Jan Feb Mar Apr

2003 2004 0,0 2,0 4,0 6,0 8,0 10,0 12,0 14,0 1678,2 1651,71702,8 2690,7 1844,0 2157,9 1799,61931,0 1328,2 1715,2 2359,0 2534,4 1858,4 2280,0 2953,5 1033,1

Volume PUAB (Miliar Rp) Suku Bunga (%)

0,0 500,0 1000,0 1500,0 2000,0 2500,0 3000,0 3500,0

Grafik 11. Rata-rata Suku Bunga PUAB Pagi dan Sore

Grafik 12. Perkembangan Suku Bunga SBI, Deposito, dan Penjaminan

Tren penurunan suku bunga juga masih terjadi pada suku bunga simpanan perbankan dan suku bunga kredit. Pada Maret, suku bunga deposito 1 bulan turun 13 bps menjadi 5,86%, sedangkan suku bunga tabungan turun 7 bps menjadi 4,62% (Grafik 12). Sementara itu, suku bunga kredit juga mencatat penurunan dengan laju yang tidak terlalu jauh berbeda dibandingkan laju penurunan suku bunga simpanan perbankan. Suku bunga kredit baik untuk Kredit Modal Kerja (KMK), Kredit Investasi (KI), dan Kredit Konsumsi (KK) masing-masing turun 18 bps, 17 bps, dan 36 bps menjadi 14,61%, 15,12%, dan 18,11% (Grafik 13). Perkembangan ini telah menyebabkan spread antara suku bunga simpanan dan suku bunga kredit relatif tidak berubah.


(7)

Covered interest rate parity naik.

IHSG sedikit meningkat...

Covered interest parity (CIP) pada April kembali meningkat menjadi 0,84% dari 0,45% pada Maret (Grafik 14)1. Hal tersebut disebabkan oleh lebih besarnya

penurunan premi swap sebagai indikator resiko, dibandingkan penurunan suku bunga di dalam negeri. Premi swap untuk 1 bulan turun dari 6,02% pada Maret menjadi 5,50% pada April, sedangkan suku bunga dalam negeri yang diwakili oleh suku bunga JIBOR 1 bulan turun dari 7,56% pada Maret menjadi 7,44% pada April.

1 Covered interest rate parity = suku bunga dalam negeri (JIBOR 1 bulan) – suku bunga luar negeri (SIBOR 1 bulan) – premi swap (1 bulan).

0,51 0,73

-0,06 1,18

0,53

-0,21 1,39

-0,20 0,02

0,17

-0,27 0,26

-0,19

-0,47 -0,02

0,26

-0,76 -0,57

0,16 0,02

0,63

-0,32

-0,84 0,30

1,24

0,45 0,84

-1,0 -0,5 0,0 0,5 1,0 1,5

Trend (Covered Interest Rate Parity) Covered Interest Rate Parity

Feb Apr Jun Ags Okt Des Feb Apr Jun Ags Okt Des Feb Apr

2002 2003 2004

Persen

Jul Sep Nov Jan Mar Mei Jul Sep Nov Jan Mar Jan Mar Mei

Kredit Investasi Kredit Konsumsi Kredit Modal Kerja

Persen

15 16 17 18 19 20 21 22

2002 2003 2004

Grafik 13. Perkembangan Suku Bunga Kredit Grafik 14. Covered Interest Rate Parity

Kinerja pasar modal pada April 2004 menunjukkan perkembangan yang menggembirakan, sebagaimana terlihat dari meningkatnya indeks saham dan kapitalisasi pasar, rata-rata volume serta nilai harian transaksi pasar. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Jakarta (BEJ) meningkat dari 735,677 pada Maret menjadi 783,413 pada April. Bahkan pada April, IHSG sempat menembus batas 800, mencapai 818,159 pada minggu terakhir April sebelum akhirnya terkoreksi ke bawah. Koreksi yang terjadi merupakan dampak dari sentimen global terhadap isu kenaikan suku bunga Fed Fund dan regional terkait

330 430 530 630 730 830 930

200.000 250.000 300.000 350.000 400.000 450.000 500.000 550.000 600.000

Jan Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nov Des Jan Feb Mar Apr Sumber : BEJ

2003 2004

Kapitalisasi

IHSG

Kapitalisasi (Rp miliar)

IHSG


(8)

dengan keputusan Cina untuk memperlambat laju pertumbuhan ekonominya. Seiring dengan meningkatnya IHSG, nilai kapitalisasi pasar juga mencatat kenaikan dari Rp492,5 triliun pada Maret menjadi Rp529,8 triliun pada April.

Sejalan dengan pergerakan indeks dan nilai kapitalisasi yang lebih tinggi, pada April 2004 rata-rata volume transaksi harian tercatat meningkat dari 1,50 miliar lembar saham pada Maret menjadi 1,94 miliar saham. Sementara itu, rata-rata nilai perdagangan harian mencatat penurunan dari Rp1,2 triliun pada Maret menjadi Rp1,07 triliun pada April. Investor asing juga membukukan net beli sebesar Rp84,70 miliar, lebih rendah dibandingkan Rp96,96 miliar pada Maret.

Uang Primer

Posisi uang primer pada akhir April 2004 menunjukkan peningkatan dibandingkan posisi pada akhir Maret 2004. Uang primer tercatat sebesar Rp146,34 triliun, atau naik Rp3,52 triliun dari posisi akhir Maret. Berdasarkan pergerakan uang primer hariannya, posisi test date rata-rata uang beredar sementara mencapai Rp140,10 triliun (tumbuh 12,73%, y-o-y), lebih rendah dibandingkan target indikatifnya sebesar Rp145,10 triliun (Grafik 16). Dilihat dari sisi komponennya, meningkatnya uang kartal sebesar Rp3,55 triliun telah menyebabkan naiknya uang primer seiring dengan terus berlanjutnya penurunan suku bunga dan masih meningkatnya pertumbuhan ekonomi.

Feb

70000 80000 90000 100000 110000 120000 130000

Apr Jun Ags Okt Des Feb Apr Jun Ags Okt Des Feb Apr

2002 2003 2004

Ags Sep Okt Nov Des Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nov Dec Jan Feb Mar Apr 115,0

120,0 125,0 130,0 135,0 140,0 145,0 150,0 155,0 160,0

2002 2003 2004

Target Indikatif

Aktual Test Date

Triliun Rp

Grafik 16. Uang primer Grafik 17. Pergerakan Harian Uang Kartal

...diikuti volume transaksi dan nilai

perdagangan yang meningkat.

Uang primer meningkat...

Dari sisi faktor yang mempengaruhinya, faktor-faktor yang menyebabkan peningkatan uang primer antara lain adalah ekspansi bersih OPT sebesar Rp9,28 triliun yang lebih besar dibandingkan kontraksi rekening rupiah pemerintah sebesar Rp6,85 triliun (Tabel 1). Ekspansi OPT terutama disebabkan oleh ekspansi SBI sebesar Rp13,57 triliun, sedangkan Fasbi mencatat kontraksi sebesar Rp4,28 triliun. Sementara itu, Kontraksi rekening rupiah bersumber dari hasil penjualan T-bonds, serta adanya penerimaan pajak dan hasil migas.

...terutama karena ekspansi bersih OPT.


(9)

Perkembangan NIR pada April relatif tidak menunjukkan perubahan dibandingkan bulan sebelumnya, yaitu mencapai USD25,7 miliar (Grafik 19). Sementara itu, NDA mencatat ekspansi dari negatif Rp37,05 triliun pada Maret menjadi negatif Rp33,51 triliun pada April yang disebabkan oleh ekspansi pada OPT, terutama dari hasil lelang SBI (Grafik 18).

NIR menunjukkan ekspansi,

sedangkan NDA kontraksi.

NIR (aktual)

NIR (adjusted target)

18,0 19,0 20,0 21,0 22,0 23,0 24,0 25,0 26,0 27,0 (Miliar USD)

Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nov Des Feb Mar Apr

2003 2004

NDA (adjusted target)

NDA (aktual)

-50,0 -40,0 -30,0 -20,0 -10,0 0,0 10,0

Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nov Des Feb Mar Apr 2004 2003

Triliun Rp

Grafik 18. Posisi NDA Grafik 19. Posisi NIR

Maret April

Mg I Mg II Mg III Mg IV

Perubahan Bulanan

142.817 146.152 141.500 139.202 146.341 3.524

142.817 146.152 141.500 139.202 146.341 3.524

102.354 105.790 100.930 99.026 105.900 3.546

86.708 91.873 87.661 85.124 89.087 2.379

15.646 13.917 13.269 13.902 16.813 1.167

38.878 38.785 38.973 38.540 38.790 -88

185 185 185 185 185 0

1.585 1.577 1.597 1.636 1.651 66

179.870 180.176 179.544 179.659 179.848 -22

37.053 -34.024 -38.044 -40.457 -33.507 3.546

-30.307 -30.016 -34.577 -29.891 -37.158 -6.851

204.792 204.780 204.780 204.780 204.883 91

200.468 200.468 200.468 200.468 200.571 103

4.324 4.312 4.312 4.312 4.312 -12

13.533 13.519 13.516 13.515 13.505 -28

5.644 5.665 5.664 5.655 5.664 20

-156.907 -154.317 -154.227 -161.458 -147.624 9.283

-140.390 -118.828 -126.626 -126.923 -126.824 13.566

-16.517 -35.489 -27.601 -34.535 -20.800 -4.283

-73.808 -73.655 -73.200 -73.059 -72.777 1.031

37.887 37.865 38.189 37.563 37.640 -247

806 735 599 792 965 159

Tabel 1. Uang Primer dan Faktor yang Mempengaruhinya

(Miliar Rp)

Base Money

Statutory reserves shortfall Reserve Money Currency

- Currency outside banks - Cash in vaults

Comercial Banks Positive Balance at BI of which frozen banks & banks without TPL Private sector Demand Deposits Net International reserves (USD=Rp7000)

Net Domestic Assets

1. Net Claims on Central Government 2. Liquidity Support

a. IBRA and IBRA Banks b. Non IBRA Banks 3. Liquidity Credit 4. Other Claims 5. Open Market Operations

- SBI - FasBI 6. Net Other Items Memorandum item

GWM Excess GWM


(10)

Likuiditas Domestik

M2 pada bulan Maret masih terus menunjukkan penurunan, mencapai Rp935,2 triliun dibandingkan Rp935,7 triliun pada Februari. Penurunan M2 terutama disebabkan oleh lebih rendahnya simpanan berjangka dalam rupiah (Tabel 2). Selain itu, lebih rendahnya M2 juga dipengaruhi oleh semakin rendahnya insentif penanaman di deposito seiring dengan terus turunnya suku bunga deposito. Penurunan M2 pada Maret juga didorong oleh adanya pengalihan dana dari bentuk simpanan berjangka ke pasar surat utang negara (SUN). Sementara itu, pada Maret, M1 relatif tidak mencatat perubahan yang signifikan, mencapai Rp219,0 triliun. Selanjutnya, pertumbuhan M1 dan M2 riil yang relatif tidak berubah diharapkan masih mampu mendorong membaiknya daya beli dan perbaikan konsumsi masyarakat.

M2 menunjukkan penurunan…

Lebih rendahnya M2, dilihat dari faktor-faktor yang mempengaruhinya, disebabkan oleh kontraksi pada rekening pemerintah menjadi Rp449,0 triliun yang bersumber dari hasil penjualan T-bonds, penerimaan pajak, serta hasil migas. Faktor lain yang menyebabkan penurunan M2 adalah kontraksi pada Net Other Items (NOI) menjadi negatif Rp279,2 triliun karena adanya peningkatan laba tahun berjalan di sektor perbankan. Di lain pihak, posisi kredit meningkat 2,67% (m-t-m) menjadi Rp477,5 triliun. Peningkatan ini terjadi pada semua jenis kredit, baik pada kredit investasi (tumbuh 2,02%, m-t-m), kredit modal kerja (naik 1,75%, m-t-m), dan kredit konsumsi (tumbuh 3,17%, m-t-m).

...sejalan dengan kontraksi pada rekening pemerintah.

(10) (5) 0 5 10 15 20

Jan Feb MarApr Mei Jun Jul Ags Sep Okt NovDes Jan Feb MarApr Mei Jun Jul Ags Sep Okt NovDes Jan Feb Mar

2002 2003 2004

M1 Riil M2 Riil % y-o-y

Grafik 20.Pertumbuhan M1 & M2 Riil Grafik 21. APU 1, APU 2, Dan rasio C/DPK

4,0 5,0 6,0 7,0 8,0 9,0 10,0 11,0 12,0 13,0

2001 2002 2003 2004

1,0 1,2 1,4 1,6 1,8 2,0

Persen Persen

C/DPK (%) APU2 (M2/M0) APU1 (M1/M0) Skala Kanan


(11)

Proses penciptaan uang di sistem perbankan masih belum optimal.

Pertumbuhan Money Divisia* Pertumbuhan M2

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 1112 1 2 3

2001 2002 2003 2004

-5 0 5 10 15 20 25 Persen

Grafik 22. Pertumbuhan Divisia dan M2

KOMPONEN M2

M2 Rupiah M1 - Uang Kartal - Uang Giral Uang Kuasi

- Uang Kuasi Rupiah = Deposito Rupiah = Tabungan Rupiah - Simpanan Valas (dalam miliar USD) FAKTOR

NFA NCG

Claims on Business Sector Kredit

- Kredit Rupiah - Kredit Valas Lainnya NOI

Memorandum Items Nilai Tukar (posisi neraca)

Tabel 2. Perkembangan Uang Beredar Dalam Arti Luas

Des 2002

Mar Jun Sep Des Jan Feb Mar (%,y-o-y)

(dalam miliar Rp, posisi)

INDIKATOR BESARAN MONETER

883.908 877.776 894.213 911.224 955.692 947.277 935.745 935.161 6,54

743.443 740.216 759.191 773.712 816.514 805.2809 794.315 793.103 7,14

191.939 181.239 194.878 207.587 223.799 216.343 219.033 218.999 20,83

80.686 72.323 77.091 81.118 94.542 90.619 86.846 86.794 20,01

111.253 108.916 117.787 126.469 129.257 125.724 132.187 132.205 21,38

691.969 696.537 699.335 703.637 731.893 730.934 716.712 716.162 2,82

551.504 558.977 564.313 566.125 592.715 588.946 575.282 574.104 2,71

359.847 370.692 363.460 354.362 350.885 346.347 332.373 327.722 -11,59

191.657 188.285 200.853 211.763 241.830 242.599 242.909 246.382 30,86

140.465 137.560 135.022 137.512 139.178 141.988 141.430 142.058 3,27

15,71 15,44 16,30 16,39 16,44 16,82 16,74 16,54 7,13

250.696 249.736 236.660 240.781 271.820 269.714 272.243 287.824 15,25

510.351 510.307 506.218 481.552 479.885 486.229 475.003 449.011 -12,01

389.296 400.353 417.875 441.205 466.826 461.827 465.114 477.504 19,27

365.410 376.141 390.563 411.696 437.942 432.738 437.040 446.593 18,73

271.851 280.774 299.665 318.820 342.027 335.129 339.731 347.363 23,72

93.559 95.367 90.899 92.877 95.917 97.610 97.309 99.231 4,05

23.886 24.212 27.312 29.509 28.884 29.089 28.074 30.911 27,67

-266.434 -282.621 -266.199 -252.483 -262.839 -270.493 -276.615 -279.178 -1,22

-266.434 -282.621 -266.199 -252.483 -262.839 -270.493 -276.615 -279.178 -1,22

8.940 8.908 8.285 8.389 8.465 8.441 8.447 8.587

2004 2003

Perkembangan indeks divisia yang meningkat mencerminkan masih berlanjutnya preferensi masyarakat untuk menyimpan dana dalam bentuk simpanan jangka pendek untuk kebutuhan konsumsi di tengah-tengah menurunnya suku bunga simpanan. Pertumbuhan money divisia yang cenderung lebih tinggi dibandingkan M2 telah membuat spread di antara keduanya semakin besar (Grafik 22). Sementara itu, proses penciptaan uang yang belum optimal tercermin pada angka pengganda uang M2 (APU 2) dan M1 (APU 1) yang relatif tidak berubah (Grafik 21). Belum optimalnya proses penciptaan uang juga tercermin pada pertumbuhan kredit yang masih rendah.


(12)

Sektor Eksternal

Ekspor Indonesia pada Maret tercatat lebih tinggi dibandingkan ekspor bulan sebelumnya, mencapai USD5,07 miliar atau tumbuh 3,43% (m-t-m). Meningkatnya ekspor nonmigas dan migas masing-masing sebesar 2,86% dan 5,31% menjadi pendorong naiknya ekspor Indonesia. Ekspor migas pada April mencapai USD1,29 miliar yang disebabkan oleh naiknya ekspor minyak mentah seiring dengan meningkatnya volume ekspor dan meningkatnya harga minyak mentah Indonesia di pasar dunia menjadi USD33,16 per barrel dari USD30,96 per barrel pada Februari. Sementara itu, kenaikan ekspor nonmigas yang mencapai USD3,87 miliar

Ekspor mengalami peningkatan...

terutama disebabkan oleh peningkatan pada kelompok bubur kayu dan pulp, kelompok bijih, kerak, dan abu logam, serta kelompok mesin dan peralatan listrik. Dilihat berdasarkan negara tujuannya, kenaikan ekspor nonmigas terutama ditujukan ke negara Cina, Jepang, dan Korea Selatan.

Keterangan

Nilai CIF % Perubahan % Perubahan % Peran Thd

Mar 2004 thd Jan - Mar 2004 total Jan - Mar

Feb 2004 Thd 2003 2004

2.893,1 3.132,3 8.375,3 8.880,4 8,27 6,03 100,00

775,8 949,2 1.947,2 2.443,9 22,35 25,51 27,52

497,0 639,6 1.119,9 1.518,9 28,69 35,63 17,10

278,8 309,6 827,3 923,5 11,05 11,63 10,40

- - 0,0 1,5 - - 0,02

2.117,3 2.183,1 6.428,1 6.436,5 3,11 0,13 72,48

Tabel 4. Impor Indonesia

(Juta USD)

Februari Maret Jan - Mar Jan - Mar

2004 2004 2003 2004

Sumber : BPS Total Impor Migas

Minyak Mentah Hasil Minyak Gas

Non Migas Keterangan

Nilai FOB % Perubahan % Perubahan % Peran Thd

Mar 2004 thd Jan - Mar 2004 total Jan - Mar

Feb 2004 Thd 2003 2004

Total Ekspor Migas

Minyak Mentah Hasil Minyak Gas

Non Migas

Tabel 3. Ekspor Indonesia

(Juta USD)

Februari Maret Jan - Mar Jan - Mar

2004 2004 2003 2004

Sumber : BPS

4.901,4 5.069,6 15.140,2 15.005,6 3,43 -0,89 100,00

1.138,0 1.198,4 3.753,4 3.533,6 5,31 -5,86 23,55

481,9 529,8 1.484,3 1.481,3 9,94 -0,20 9,87

112,2 105,7 490,2 316,1 -5,79 -35,52 2,11

543,9 562,9 1.778,9 1.736,2 3,49 -2,40 11,57


(13)

Posisi pinjaman luar negeri naik USD1,70 miliar...

Seiring dengan meningkatnya ekspor, pada Maret impor juga tercatat meningkat 8,27% (m-t-m) mencapai USD3,13 miliar. Naiknya impor migas sebesar 22,35% (m-t-m) mencapai USD0,95 miliar dan impor nonmigas sebesar 3,11% (m-t-m) mencapai USD2,18 miliar telah menyebabkan kenaikan impor total. Peningkatan impor nonmigas ini didukung oleh peningkatan pada impor barang konsumsi yang tumbuh 10,37% (m-t-m) dan impor bahan baku yang tumbuh 12,84% (m-t-m).

...sedangkan pembayaran cicilan pokok tercatat lebih tinggi.

...yang diikuti pula oleh peningkatan impor.

2 0 0 3

Pemerintah Swasta

Lembaga Keuangan

Bank Non Bank

Bukan Lembaga Keuangan Surat-Surat Berharga Total

Tabel 5. Posisi Pinjaman Luar Negeri

(Juta USD)

* Angka Sementara

Mar Jun Sep Des Mar Jun Sep Des Jan* Feb* Mar*

71.677 74.157 72.994 74.497 74.513 76.008 77.709 81.666 80.365 80.009 81.973

58.299 56.493 56.390 55.212 53.750 53.288 52.991 51.942 52.435 52.769 52.393

8.735 8.372 8.021 7.642 7.806 7.056 7.571 7.53 77.647 7.731 7.988

6.309 5.848 5.164 4.870 4.850 4.059 4.414 4.316 4.308 4.371 4.463

2.426 2.524 2.857 2.772 2.956 2.997 3.157 3.221 3.339 3.360 3.525

49.564 48.121 48.369 47.570 45.944 46.232 45.420 44.405 44.788 45.038 44.405

1.580 1.486 1.436 1.470 1.203 1.290 1.253 1.794 1.759 1.620 1.730

131.556 132.136 131.290 131.343 129.466 130.586 131.953 135.402 134.559 134.398 136.096

2 0 0 2 2 0 0 4

Posisi pinjaman luar negeri Indonesia pada Maret meningkat mencapai USD136,10 miliar dibandingkan USD134,40 miliar pada Februari. Naiknya posisi pinjaman luar negeri Indonesia terutama disebabkan oleh meningkatnya posisi pinjaman pemerintah yang mencapai USD81,97 miliar dibandingkan USD80,01 miliar pada bulan sebelumnya, dan peningkatan posisi pinjaman surat-surat berharga yang dimiliki oleh non-residen seiring dengan diterbitkannya obligasi internasional pemerintah (Tabel 5). Sementara itu, posisi pinjaman swasta kembali tercatat lebih rendah, dari USD52,77 miliar pada Februari menjadi USD52,39 miliar pada Maret. Penurunan ini terutama disebabkan oleh lebih rendahnya posisi pinjaman swasta bukan lembanga keuangan dari USD45,04 miliar pada Februari menjadi USD44,40 miliar pada Maret, sedangkan posisi pinjaman swasta, baik untuk bank maupun nonbank, menunjukkan peningkatan.

Pada Maret, pembayaran pinjaman luar negeri Indonesia menunjukkan peningkatan sebesar 38,62% dibandingkan bulan sebelumnya. Pembayaran pinjaman luar negeri tercatat sebesar USD1,96 miliar, yang terdiri dari USD1,75 miliar pembayaran cicilan pokok dan USD201 juta untuk pembayaran bunga. Pembayaran cicilan pokok pemerintah pada Maret mencapai USD532 juta, sedangkan untuk swasta mencapai USD1,22 miliar, yang terdiri dari USD682 juta untuk pembayaran cicilan pokok bank dan USD473 juta untuk pembayaran cicilan pokok bukan lembaga keuangan. Sementara itu, pembayaran bunga pemerintah pada Februari mencapai USD158 juta, sedangkan swasta mencapai USD42 juta (Tabel 6).


(14)

Perekonomian masih akan ditopang oleh konsumsi...

Sektor Riil

Perkembangan beberapa indikator sektor riil selama triwulan I-2004 menunjukkan bahwa penggerak utama perekonomian masih akan ditopang oleh kegiatan di sektor konsumsi, sedangkan pertumbuhan investasi dan ekspor masih relatif terbatas. Secara sektoral, sektor yang mencatat pertumbuhan ekonomi tertinggi adalah sektor pengangkutan, bangunan, dan listrik.

Difussion Index

-50 -40 -30 -20 -10 0 10 20 30 40

Permintaan:ekspor Permintaan: domestik

Inventory Harga jual:domestik Jun Ags Okt Des Feb Apr Jun Ags Okt Des Feb Apr Jun Ags Okt Des Feb Apr Apr-Jun

2003

2001 2002 2004

optimis pesimis

40,0 60,0 80,0 100,0 120,0 Indeks

Feb Apr Jun Ags Okt Des Feb Apr Jun Ags Okt Des Feb Apr

2002 2003 2004

Indeks Keyakinan Konsumen Kondisi Ekonomi Saat Ini Ekspektasi Konsumen

Grafik 23. Survei Konsumen Grafik 24. Survei JETRO

Tabel 6. Realisasi Pembayaran Pinjaman Luar Negeri Indonesia

Total Pembayaran Pinjaman Luar Negeri / Total External Debt Servicing

- Pokok / Principal - Bunga / Interest

A. Pemerintah / Government - Pokok / Principal - Bunga / Interest B. Swasta / Private

- Pokok / Principal - Bunga / Interest B.1. Lembaga Keuangan

- Pokok / Principal - Bunga / Interest 1. Bank

- Pokok / Principal - Bunga / Interest

2. Bukan Bank / Non Bank Institutions - Pokok / Principal

- Bunga / Interest B.2. Bukan Lembaga Keuangan

- Pokok / Principal - Bunga / Interest

(Juta USD)

* Angka Sementara

Mar Jun Sep Des

20.983 1.293 2.305 1.717 1.966 18.900 1.246 1.411 1.956

16.950 1.135 1.926 1.524 1.471 15.669 973 1.183 1.755

4.033 158 378 193 496 3.231 273 228 201

7.374 358 826 498 781 6.450 680 687 690

5.009 248 562 355 398 4.000 456 507 532

2.365 110 264 143 383 2.451 224 180 158

13.609 935 1.478 1.219 1.186 12.449 566 724 1.266

11.941 886 1.364 1.170 1.073 11.669 517 676 1.223

1.668 48 114 50 113 780 49 48 42

5.808 398 941 440 423 5.656 376 353 755

5.323 391 909 435 395 5.521 348 351 751

485 7 32 4 28 136 28 2 5

4.825 308 908 381 372 5.078 347 336 684

4.372 307 878 379 345 4.965 320 334 682

453 1 31 1 27 113 27 2 1

983 90 33 59 51 579 29 17 72

951 84 31 56 50 556 28 17 68

32 6 1 3 1 23 1 0 3

7.801 537 537 780 762 6.793 189 371 511

6.617 496 455 735 677 6.148 169 326 473

1.183 41 82 45 85 645 20 45 38

2 0 0 3 Total

2003 Total

2002

Keterangan 2004


(15)

Kegiatan produksi, yang tercermin pada indeks produksi, pada Maret 2004, menunjukkan sedikit peningkatan. Peningkatan ini hampir terjadi pada semua industri, kecuali industri logam dasar, dengan peningkatan tertinggi pada industri makanan, minuman dan tembakau (Grafik 26). Sementara itu, kapasitas produksi pada Maret menunjukkan penurunan (Grafik 25). Penurunan penggunaan kapasitas produksi terjadi pada semua industri, kecuali industri makanan dan industri logam dasar.

Kondisi Perbankan

Perkembangan kinerja perbankan secara umum mencatat perbaikan dan tidak menunjukkan adanya potensi resiko yang dapat membahayakan stabilitas sistem keuangan, walaupun terjadi penutupan dua bank, yaitu Bank Dagang Bali dan Bank Asiatic pada April 2004. Beberapa indikator perbankan seperti penyaluran kredit pada Maret tercatat meningkat, diiringi dengan non performing loan (NPL) gross yang membaik dari 8,3% pada Februari menjadi 7,8%, LDR yang meningkat mencapai 43,7% dibandingkan 42,9% pada Februari, serta net interest margin (NIM) dan permodalan yang meningkat. Namun demikian, total asset dan posisi dana pihak ketiga (DPK) terlihat sedikit lebih rendah.

... seperti tercermin pada hasil survei.

Kegiatan produksi relatif tidak berubah...

Kinerja perbankan terus membaik...

indeks

40 60 80 100 120 140 160 180 200

Indeks Total Makanan, minuman & Tembakau Tekstil, pak. jadi & kulit Kimia, m. bumi, btbara, karet & plastik

2002 2003 2004

Jan Mar Mei Jul Sep Nov Jan Mar Mei Jul Sep Nov Jan Mar

2002 2003 2004

0 20 40 60 80

Total Makanan Tekstil Kimia

Persen

Jan Mar Mei Jul Sep Nov Jan Mar Mei Jul Sep Nov Jan Mar

Grafik 25. Utilisasi Kapasitas Produksi Grafik 26. Indeks Produksi

Indikasi peningkatan konsumsi swasta ditunjukkan oleh indeks keyakinan konsumen yang meningkat. Indeks keyakinan konsumen pada April tercatat sebesar 90,7 dibandingkan 82,4 pada Maret (Grafik 23). Hasil survei JETRO yang dilakukan pada sejumlah perusahaan industri Jepang di Indonesia juga menunjukkan bahwa permintaan baik untuk konsumsi dalam negeri (domestik) maupun luar negeri (ekspor) meningkat (Grafik 24). Masih tumbuhnya konsumsi swasta dipengaruhi oleh meningkatnya ekspektasi pendapatan masyarakat selain adanya kemudahan untuk memperoleh pembiayaan kegiatan konsumsi baik yang bersumber dari bank (kredit konsumsi) maupun yang bersumber dari lembaga pembiayaan di luar bank.


(16)

...walaupun dana pihak ketiga sedikit menurun...

Pada Maret, posisi DPK mencapai Rp875,1 triliun, turun 0,23% dibandingkan posisi pada bulan sebelumnya (Tabel 7). Penurunan ini terutama disebabkan oleh penghimpunan dana dalam bentuk deposito yang turun tajam. Penghimpunan dana dalam bentuk deposito turun sebesar Rp7,5 triliun, sedangkan penghimpunan dana dalam bentuk giro dan tabungan masing-masing meningkat sebesar Rp1,2 triliun dan Rp4,3 triliun. Sementara itu, persetujuan kredit baru pada Maret meningkat 45,60% (m-t-m) mencapai Rp23,5 triliun, sedangkan realisasi kredit baru tercatat turun 2,7% (m-t-m) mencapai Rp2,1 triliun pada Maret. Dengan demikian, proporsi realisasi terhadap persetujuan kredit baru menjadi lebih rendah mencapai 9,17% (Grafik 28). Masih rendahnya realisasi kredit baru nampaknya dipengaruhi oleh sikap debitur yang menunggu penurunan suku bunga kredit lebih lanjut.

Berdasarkan kredit yang disalurkan, pertumbuhan kredit sebesar 1,80%, terutama disumbang oleh pertumbuhan kredit konsumsi. Pada Maret, pertumbuhan kredit konsumsi memberikan kontribusi sebesar 0,81%, sedangkan pertumbuhan kredit modal kerja dan kredit investasi masing-masing memberikan kontribusi sebesar 0,53% dan 0,41% (Grafik 29). Tingginya kontribusi kredit konsumsi nampaknya masih akan terus berlangsung seiring dengan semakin besarnya pembiayaan konsumsi oleh sektor perbankan sementara penyaluran kredit untuk kegiatan investasi masih terbatas. Menurunnya pengumpulan dana pihak ketiga yang

... namun posisi kredit meningkat.

Keterangan

1.112,2 1.117,8 1.105,1 1.100,0 1.111,7 1.130,4 1.068,4 1.152,7 1152,7 1.150,0

835,8 824,6 832,0 833,4 846,8 863,5 885,2 886,5 877,1 875,1

410,3 402,6 411,2 420,5 434,1 454,2 477,2 475,0 477,3 485,9

38,4 37,5 40,8 39,7 40,3 42,0 43,2 40,1 42,9 43,7

23,0 23,5 26,7 24,6 22,9 19,6 19,3 23,8 23,7 23,5

8,1 8,4 8,2 8,2 8,0 7,9 8,2 8,2 8,3 7,8

2,1 2,1 1,2 0,6 1,2 1,3 3,0 2,8 2,6 2,7

4,0 3,8 3,6 4,0 4,1 4,7 3,2 5,2 5,1 5,7

93,0 95,5 99,5 98,1 99,6 106,3 110,8 117,9 115,9 121,7

(Triliun Rp)

Total Assets Deposits Credit LDR (%) CAR (%) NPLs : - Gross (%) - Net (%) NIM

Capital

Des-02 Jan-03 Feb-03 Mar-03 Jun-03 Sep-03 Des-03 Jan-04 Feb-04 Mar-04

Tabel 7. Kondisi Umum Perbankan

Banks

0 5.000 10.000 15.000 20.000 25.000 30.000

0,0 10,0 20,0 30,0 40,0 50,0 60,0 70,0

Miliar Rp Proporsi (%)

Persetujuan Realisasi Proporsi

2003 2004

2002

Jan Mar Mei Jul Sep Nov Jan Mar Mei Jul Sep Nov Jan Mar 0

50 100 150 200 250 300 350 400 450 500

720 740 760 780 800 820 840 860 880 900

Jan Mar Mei Jul Sep Nov Jan Mar Mei Jul Sep Nov Jan Mar

2002 2003 2004

Giro Deposito Tabungan Total

Triliun Rp Total DPK (Triliun Rp)


(17)

diiringi dengan posisi kredit yang meningkat telah mendorong loan to

deposit ratio (LDR) yang meningkat dari 42,9% pada Februari menjadi

43,7% pada Maret.

NPL-net perbankan membaik...

0 50 100 150 200 250

Mar Jun Sep Des Jan Feb Mar Jun Sep Des Jan Feb Mar

2 0 0 2 2 0 0 3 2 0 0 4

Channeling Total Kredit Total Adjst Investasi Konsumsi Modal Kerja

Kredit Per jenis (Triliun Rp) Total Kredit (Triliun Rp)

300 330 360 390 420 450 480 510 540

Grafik 29. Kredit Rupiah Perbankan

Triliun Rp

Jan Mar Mei Jul Okt Nov Jan Mar Mei Jul Sep Nov Jan Mar

2002 2003 2004

3,30 3,21

3,42 3,38

3,35 3,55

3,66 3,82

3,71 3,65

3,85 4,01

3,78

3,63 3,95

3,96 3,93

4,12 4,39

4,48 4,69

4,47 4,90

3,20 5,20

5,10 5,89

2,5 3,0 3,5 4,0 4,5 5,0 5,5 6,0 6,5

0,0 2,0 4,0 6,0 8,0 10,0 12,0 14,0

kredit (kanan) NPLs (%) (kiri) NPLs Net (%) (kiri)

Persen Triliun Rp

0 50 100 150 200 250 300 350 400 450 500

Jan Mar Mei Juli Sep Nov Jan Mar Mei Jul Sep Nov Jan Mar

2002 2003 2004

Grafik 30. Perkembangan NPL Grafik 31. Perkembangan Posisi NIM Perbankan

Pada Maret 2004, NPL-gross menunjukkan perbaikan yang cukup signifikan dari 8,3% pada Februari menjadi 7,8% pada Maret. Di lain pihak, NPL-net sedikit meningkat dari 2,6% pada Februari menjadi 2,7% pada Maret (Grafik 30). Selanjutnya, indikator perbankan NIM, yang mencerminkan pendapatan perbankan yang diperoleh dari selisih perolehan bunga, pada Maret tercatat Rp5,7 triliun, sedikit menurun dibandingkan Rp5,1 triliun pada Februari. (Grafik 31).

Kondisi permodalan pada Maret 2004 menunjukkan peningkatan dari Rp115,9 triliun pada Februari menjadi Rp121,7 triliun. Membaiknya kondisi permodalan juga tercermin pada capital adequacy ratio (CAR) selama tiga bulan pertama 2004 yang relatif stabil mencapai 23,5% pada Maret. Sedangkan posisi total asset pada Maret relatif tidak mencatat perubahan yang signifikan dibandingkan bulan sebelumnya, yaitu tercatat sebesar Rp1.152 triliun.

...dan posisi permodalan yang terus meningkat.


(18)

Prospek

Pertumbuhan ekonomi pada triwulan II-2004 diprakirakan berkisar pada

4,3% - 4,8%. Meskipun masih bertumpu pada pertumbuhan konsumsi,

pertumbuhan investasi dan ekspor mulai meningkat. Beberapa indikator yang mengindikasikan peningkatan kegiatan konsumsi antara lain hasil survei konsumen yang menunjukkan membaiknya ekspektasi masyarakat terhadap penghasilan, kondisi ekonomi, dan tingkat pengangguran. Hasil survei lain yang juga mendukung peningkatan konsumsi adalah meningkatnya rencana pembelian barang-barang non-makanan dalam periode 1-6 bulan mendatang. Prakiraan meningkatnya investasi didukung oleh meningkatnya sumber pembiayaan yang bersumber dari kredit perbankan maupun non perbankan dalam bentuk penerbitan obligasi atau saham. Sementara itu, meningkatnya ekspor terutama dipengaruhi oleh meningkatnya volume perdagangan dunia seiring dengan meningkatnya kegiatan ekonomi global.

Untuk triwulan II-2004, inflasi diprakirakan berada pada kisaran 5% - 6%

(y-o-y). Indikator perekonomian yang kondusif seperti terjaganya pasokan serta

ekspektasi inflasi yang membaik diprakirakan masih dapat dipertahankan pada triwulan II-2004. Selain itu, terbatasnya kebijakan pemerintah di bidang harga ditengarai tidak akan memberikan tekanan yang cukup signifikan pada inflasi. Namun, dari sisi eksternal, inflasi di beberapa negara mitra dagang yang mulai meningkat serta kecenderungan melemahnya nilai tukar dikhawatirkan dapat memberikan tekanan kepada inflasi. Dengan mempertimbangkan beberapa faktor diatas, inflasi pada triwulan II-2004 diprakirakan akan dapat terjaga pada kisaran yang sama.

Prakiraan rata-rata nilai tukar rupiah pada triwulan II-2004 masih sesuai

dengan prakiraan awal tahun. Tekanan terhadap nilai tukar Rupiah yang timbul

dari dampak rambatan penguatan dolar AS secara global, serta adanya sentimen regional atas upaya perlambatan pertumbuhan ekonomi nampaknya masih dapat diimbangi oleh kondisi fundamental dalam negeri yang masih kondusif. Masih tingginya cadangan devisa serta membaiknya indikator resiko diprakirakan masih mampu menahan pelemahan nilai tukar Rupiah yang lebih lanjut.

Perekonomian Indonesia pada triwulan II-2004 diprakirakan tumbuh 4,3% -4,8%…

...,inflasi diprakirakan berada pada kisaran 5% - 6% (y-o-y)...

...,dengan rata-rata nilai tukar

diperkirakan tetap stabil sesuai dengan prakiraan awal tahun


(19)

* angka prakiraan Bank Indonesia r) revisi

1) minggu terakhir 2) rata2 tertimbang 3) penutupan pada akhir periode 4) closed file

Sumber : Bank Indonesia, kecuali data pasar modal (BAPEPAM), IHK, ekspor/impor open file dan PDB (BPS)Tw. I 2004*)

Jan Feb Mar Jun Sep Okt Nov Des Jan Feb Mar Apr

SEKTOR KEUANGAN

Indikator Terkini

12,69 12,24 11,40 9,53 8,66 8,48 8,49 8,31 7,86 7,48 7,42 7,33

12,94 12,68 11,97 10,18 8,75 8,43 8,38 8,34 8,15 7,70 7,33 7,25

12,64 12,35 11,90 10,31 7,67 7,47 6,98 6,62 6,27 5,99 5,86 N,a

13,49 13,15 12,90 11,55 8,58 7,96 7,58 7,14 6,68 6,38 6,11 N,a

12,71 12,30 11,72 9,81 8,69 8,56 8,63 8,35 7,99 7,55 7,38 7,20

425 399 398 505 598 626 617 692 753 761 736 783

127.407 125.936 125.211 132.403 136.471 140.085 175.498 166.474 147.039 142.518 142.729 146.341

180.111 181.530 181.239 195.219 207.587 212.614 224.318 223.799 216.343 219.033 218.999 N,a

75.908 74.555 72.323 77.091 81.118 84.238 103.788 94.542 90.619 85.840 86.794 89.087

104.203 106.975 108.916 118.128 126.469 128.376 120.530 129.257 125.724 132.187 132.205 N,a

873.683 881.215 877.776 894.554 911.223 926.324 944.647 955.692 947.277 935.745 935.161 N,a

693.572 699.685 696.537 699.335 703.636 713.710 720.329 731.893 730.934 716.712 716.162 N,a

550.357 557.107 558.977 564.313 566.125 576.072 580.116 592.715 588.946 575.282 574.104 N,a

362.553 368.970 370.692 363.460 354.362 358.541 355.902 350.885 346.347 332.373 327.722 N,a

187.804 188.137 188.285 200.853 211.763 217.531 224.214 241.830 242.599 242.909 246.382 N,a

143.215 142.578 137.560 135.022 137.511 137.638 140.213 139.178 141.988 141.430 142.058 N,a

730.468 738.637 740.216 759.532 773.712 788.686 804.434 816.514 805.289 794.315 793.103 N,a

382.536 390.750 400.353 417.875 441.205 451.147 461.788 466.826 461.827 465.114 477.504 N,a

358.084 366.467 376.141 390.563 411.696 421.295 432.230 437.942 432.738 437.040 446.625 N,a

0,80 0,20 -0,23 0,09 0,36 0,55 1,01 0,94 0,57 -0,02 0,36 0,97

8,74 7,34 7,12 6,62 6,20 6,21 5,33 5,06 4,82 4,60 5,11 5,92

8.940 8.905 8.908 8.285 8.389 8.495 8.537 8.465 8.441 8.447 8.587 8.661

3.936 3.723 4.008 4.197 3.857 4.044 3.417 3.717 3.995 N,a N,a N,a

2.322 2.632 2.267 1.862 1.713 1.877 1.828 2.335 2.768 N,a N,a N,a

21,81 22,26 22,68 23,66 23,63 23,85 24,05 24,20 24,00 24,10 25,70 25,70

4,45 3,65 3,97 4,35 4,46

4,12 4,64 4,75 5,01 6,43

4,26 1,09 -0,41 0,68 7,57

2,90 4,04 2,76 6,48 0,85

5,45 0,01 0,76 1,78 6,54

2 0 0 3 2 0 0 4

Tw. I Tw. II Tw. III Tw. IV Tw. I

SUKU BUNGA & SAHAM

Suku bunga SBI 1 bln 1)

Suku bunga SBI 3 bln 1)

Suku bunga deposito 1 bln 2)

Suku bunga deposito 3 bln 2)

JIBOR satu minggu 2)

BEJ Indeks 3)

BESARAN MONETER (miliar Rp) Base Money

M1(C+D)

Uang Kartal (C) Uang giral (D)

Broad Money (M2 = C+D+T)

Uang kuasi (T) Uang kuasi (Rupiah)

Deposito Tabungan Deposito (Valas) M2 - Rupiah

Tagihan pada Dunia Usaha Kredit-Bank Umum

Inflasi bulanan (%) y-y %

Rp/USD (akhir periode, nilai tengah) Barang Non migas (f.o.b, juta USD) 4)

Impor Barang Non migas (c & f, juta USD) 4)

Net International Reserve (juta USD)

Pertumbuhan PDB (% yoy) Konsumsi

Investasi Ekspor Impor

HARGA

SEKTOR EKSTERNAL

INDIKATOR KUARTALAN


(1)

Perekonomian masih akan ditopang oleh konsumsi...

Sektor Riil

Perkembangan beberapa indikator sektor riil selama triwulan I-2004 menunjukkan bahwa penggerak utama perekonomian masih akan ditopang oleh kegiatan di sektor konsumsi, sedangkan pertumbuhan investasi dan ekspor masih relatif terbatas. Secara sektoral, sektor yang mencatat pertumbuhan ekonomi tertinggi adalah sektor pengangkutan, bangunan, dan listrik.

Difussion Index

-50 -40 -30 -20 -10 0 10 20 30 40

Permintaan:ekspor Permintaan: domestik

Inventory Harga jual:domestik Jun Ags Okt Des Feb Apr Jun Ags Okt Des Feb Apr Jun Ags Okt Des Feb Apr Apr-Jun

2003

2001 2002 2004

optimis pesimis

40,0 60,0 80,0 100,0 120,0

Indeks

Feb Apr Jun Ags Okt Des Feb Apr Jun Ags Okt Des Feb Apr

2002 2003 2004

Indeks Keyakinan Konsumen Kondisi Ekonomi Saat Ini Ekspektasi Konsumen

Grafik 23. Survei Konsumen Grafik 24. Survei JETRO

Tabel 6. Realisasi Pembayaran Pinjaman Luar Negeri Indonesia

Total Pembayaran Pinjaman Luar Negeri / Total External Debt Servicing

- Pokok / Principal - Bunga / Interest

A. Pemerintah / Government - Pokok / Principal - Bunga / Interest B. Swasta / Private

- Pokok / Principal - Bunga / Interest B.1. Lembaga Keuangan

- Pokok / Principal - Bunga / Interest 1. Bank

- Pokok / Principal - Bunga / Interest

2. Bukan Bank / Non Bank Institutions - Pokok / Principal

- Bunga / Interest B.2. Bukan Lembaga Keuangan

- Pokok / Principal - Bunga / Interest

(Juta USD)

* Angka Sementara

Mar Jun Sep Des

20.983 1.293 2.305 1.717 1.966 18.900 1.246 1.411 1.956

16.950 1.135 1.926 1.524 1.471 15.669 973 1.183 1.755

4.033 158 378 193 496 3.231 273 228 201

7.374 358 826 498 781 6.450 680 687 690

5.009 248 562 355 398 4.000 456 507 532

2.365 110 264 143 383 2.451 224 180 158

13.609 935 1.478 1.219 1.186 12.449 566 724 1.266

11.941 886 1.364 1.170 1.073 11.669 517 676 1.223

1.668 48 114 50 113 780 49 48 42

5.808 398 941 440 423 5.656 376 353 755

5.323 391 909 435 395 5.521 348 351 751

485 7 32 4 28 136 28 2 5

4.825 308 908 381 372 5.078 347 336 684

4.372 307 878 379 345 4.965 320 334 682

453 1 31 1 27 113 27 2 1

983 90 33 59 51 579 29 17 72

951 84 31 56 50 556 28 17 68

32 6 1 3 1 23 1 0 3

7.801 537 537 780 762 6.793 189 371 511

6.617 496 455 735 677 6.148 169 326 473

1.183 41 82 45 85 645 20 45 38

2 0 0 3 Total

2003 Total

2002

Keterangan 2004


(2)

Kegiatan produksi, yang tercermin pada indeks produksi, pada Maret 2004, menunjukkan sedikit peningkatan. Peningkatan ini hampir terjadi pada semua industri, kecuali industri logam dasar, dengan peningkatan tertinggi pada industri makanan, minuman dan tembakau (Grafik 26). Sementara itu, kapasitas produksi pada Maret menunjukkan penurunan (Grafik 25). Penurunan penggunaan kapasitas produksi terjadi pada semua industri, kecuali industri makanan dan industri logam dasar.

Kondisi Perbankan

Perkembangan kinerja perbankan secara umum mencatat perbaikan dan tidak menunjukkan adanya potensi resiko yang dapat membahayakan stabilitas sistem keuangan, walaupun terjadi penutupan dua bank, yaitu Bank Dagang Bali dan Bank Asiatic pada April 2004. Beberapa indikator perbankan seperti penyaluran kredit pada Maret tercatat meningkat, diiringi dengan non performing loan (NPL) gross yang membaik dari 8,3% pada Februari menjadi 7,8%, LDR yang meningkat mencapai 43,7% dibandingkan 42,9% pada Februari, serta net interest margin (NIM) dan permodalan yang meningkat. Namun demikian, total asset dan posisi dana pihak ketiga (DPK) terlihat sedikit lebih rendah.

... seperti tercermin pada hasil survei.

Kegiatan produksi relatif tidak berubah...

Kinerja perbankan terus membaik...

indeks

40 60 80 100 120 140 160 180 200

Indeks Total Makanan, minuman & Tembakau Tekstil, pak. jadi & kulit Kimia, m. bumi, btbara, karet & plastik

2002 2003 2004

Jan Mar Mei Jul Sep Nov Jan Mar Mei Jul Sep Nov Jan Mar

2002 2003 2004

0 20 40 60 80

Total Makanan Tekstil Kimia

Persen

Jan Mar Mei Jul Sep Nov Jan Mar Mei Jul Sep Nov Jan Mar

Grafik 25. Utilisasi Kapasitas Produksi Grafik 26. Indeks Produksi

Indikasi peningkatan konsumsi swasta ditunjukkan oleh indeks keyakinan konsumen yang meningkat. Indeks keyakinan konsumen pada April tercatat sebesar 90,7 dibandingkan 82,4 pada Maret (Grafik 23). Hasil survei JETRO yang dilakukan pada sejumlah perusahaan industri Jepang di Indonesia juga menunjukkan bahwa permintaan baik untuk konsumsi dalam negeri (domestik) maupun luar negeri (ekspor) meningkat (Grafik 24). Masih tumbuhnya konsumsi swasta dipengaruhi oleh meningkatnya ekspektasi pendapatan masyarakat selain adanya kemudahan untuk memperoleh pembiayaan kegiatan konsumsi baik yang bersumber dari bank (kredit konsumsi) maupun yang bersumber dari lembaga pembiayaan di luar bank.


(3)

...walaupun dana pihak ketiga sedikit menurun...

Pada Maret, posisi DPK mencapai Rp875,1 triliun, turun 0,23% dibandingkan posisi pada bulan sebelumnya (Tabel 7). Penurunan ini terutama disebabkan oleh penghimpunan dana dalam bentuk deposito yang turun tajam. Penghimpunan dana dalam bentuk deposito turun sebesar Rp7,5 triliun, sedangkan penghimpunan dana dalam bentuk giro dan tabungan masing-masing meningkat sebesar Rp1,2 triliun dan Rp4,3 triliun. Sementara itu, persetujuan kredit baru pada Maret meningkat 45,60% (m-t-m) mencapai Rp23,5 triliun, sedangkan realisasi kredit baru tercatat turun 2,7% (m-t-m) mencapai Rp2,1 triliun pada Maret. Dengan demikian, proporsi realisasi terhadap persetujuan kredit baru menjadi lebih rendah mencapai 9,17% (Grafik 28). Masih rendahnya realisasi kredit baru nampaknya dipengaruhi oleh sikap debitur yang menunggu penurunan suku bunga kredit lebih lanjut.

Berdasarkan kredit yang disalurkan, pertumbuhan kredit sebesar 1,80%, terutama disumbang oleh pertumbuhan kredit konsumsi. Pada Maret, pertumbuhan kredit konsumsi memberikan kontribusi sebesar 0,81%, sedangkan pertumbuhan kredit modal kerja dan kredit investasi masing-masing memberikan kontribusi sebesar 0,53% dan 0,41% (Grafik 29). Tingginya kontribusi kredit konsumsi nampaknya masih akan terus berlangsung seiring dengan semakin besarnya pembiayaan konsumsi oleh sektor perbankan sementara penyaluran kredit untuk kegiatan investasi masih terbatas. Menurunnya pengumpulan dana pihak ketiga yang ... namun posisi

kredit meningkat.

Keterangan

1.112,2 1.117,8 1.105,1 1.100,0 1.111,7 1.130,4 1.068,4 1.152,7 1152,7 1.150,0 835,8 824,6 832,0 833,4 846,8 863,5 885,2 886,5 877,1 875,1 410,3 402,6 411,2 420,5 434,1 454,2 477,2 475,0 477,3 485,9 38,4 37,5 40,8 39,7 40,3 42,0 43,2 40,1 42,9 43,7 23,0 23,5 26,7 24,6 22,9 19,6 19,3 23,8 23,7 23,5

8,1 8,4 8,2 8,2 8,0 7,9 8,2 8,2 8,3 7,8

2,1 2,1 1,2 0,6 1,2 1,3 3,0 2,8 2,6 2,7

4,0 3,8 3,6 4,0 4,1 4,7 3,2 5,2 5,1 5,7

93,0 95,5 99,5 98,1 99,6 106,3 110,8 117,9 115,9 121,7

(Triliun Rp)

Total Assets Deposits Credit LDR (%) CAR (%) NPLs : - Gross (%) - Net (%) NIM

Capital

Des-02 Jan-03 Feb-03 Mar-03 Jun-03 Sep-03 Des-03 Jan-04 Feb-04 Mar-04

Tabel 7. Kondisi Umum Perbankan Banks

0 5.000 10.000 15.000 20.000 25.000 30.000

0,0 10,0 20,0 30,0 40,0 50,0 60,0 70,0

Miliar Rp Proporsi (%)

Persetujuan Realisasi Proporsi

2003 2004 2002

Jan Mar Mei Jul Sep Nov Jan Mar Mei Jul Sep Nov Jan Mar

0 50 100 150 200 250 300 350 400 450 500

720 740 760 780 800 820 840 860 880 900

Jan Mar Mei Jul Sep Nov Jan Mar Mei Jul Sep Nov Jan Mar

2002 2003 2004

Giro Deposito Tabungan Total

Triliun Rp Total DPK (Triliun Rp)


(4)

diiringi dengan posisi kredit yang meningkat telah mendorong loan to deposit ratio (LDR) yang meningkat dari 42,9% pada Februari menjadi 43,7% pada Maret.

NPL-net perbankan membaik...

0 50 100 150 200 250

Mar Jun Sep Des Jan Feb Mar Jun Sep Des Jan Feb Mar

2 0 0 2 2 0 0 3 2 0 0 4

Channeling Total Kredit Total Adjst Investasi Konsumsi Modal Kerja

Kredit Per jenis (Triliun Rp) Total Kredit (Triliun Rp)

300 330 360 390 420 450 480 510 540

Grafik 29. Kredit Rupiah Perbankan

Triliun Rp

Jan Mar Mei Jul Okt Nov Jan Mar Mei Jul Sep Nov Jan Mar

2002 2003 2004

3,30 3,21

3,42 3,38

3,35 3,55

3,66 3,82

3,71 3,65

3,85 4,01

3,78 3,63

3,95 3,96

3,93 4,12

4,39 4,48

4,69 4,47

4,90

3,20 5,20

5,10 5,89

2,5 3,0 3,5 4,0 4,5 5,0 5,5 6,0 6,5

0,0 2,0 4,0 6,0 8,0 10,0 12,0 14,0

kredit (kanan) NPLs (%) (kiri) NPLs Net (%) (kiri)

Persen Triliun Rp

0 50 100 150 200 250 300 350 400 450 500

Jan Mar Mei Juli Sep Nov Jan Mar Mei Jul Sep Nov Jan Mar

2002 2003 2004

Grafik 30. Perkembangan NPL Grafik 31. Perkembangan Posisi NIM Perbankan

Pada Maret 2004, NPL-gross menunjukkan perbaikan yang cukup signifikan dari 8,3% pada Februari menjadi 7,8% pada Maret. Di lain pihak, NPL-net sedikit meningkat dari 2,6% pada Februari menjadi 2,7% pada Maret (Grafik 30). Selanjutnya, indikator perbankan NIM, yang mencerminkan pendapatan perbankan yang diperoleh dari selisih perolehan bunga, pada Maret tercatat Rp5,7 triliun, sedikit menurun dibandingkan Rp5,1 triliun pada Februari. (Grafik 31).

Kondisi permodalan pada Maret 2004 menunjukkan peningkatan dari Rp115,9 triliun pada Februari menjadi Rp121,7 triliun. Membaiknya kondisi permodalan juga tercermin pada capital adequacy ratio (CAR) selama tiga bulan pertama 2004 yang relatif stabil mencapai 23,5% pada Maret. Sedangkan posisi total asset pada Maret relatif tidak mencatat perubahan yang signifikan dibandingkan bulan sebelumnya, yaitu tercatat sebesar Rp1.152 triliun.

...dan posisi permodalan yang terus meningkat.


(5)

Prospek

Pertumbuhan ekonomi pada triwulan II-2004 diprakirakan berkisar pada 4,3% - 4,8%. Meskipun masih bertumpu pada pertumbuhan konsumsi, pertumbuhan investasi dan ekspor mulai meningkat. Beberapa indikator yang mengindikasikan peningkatan kegiatan konsumsi antara lain hasil survei konsumen yang menunjukkan membaiknya ekspektasi masyarakat terhadap penghasilan, kondisi ekonomi, dan tingkat pengangguran. Hasil survei lain yang juga mendukung peningkatan konsumsi adalah meningkatnya rencana pembelian barang-barang non-makanan dalam periode 1-6 bulan mendatang. Prakiraan meningkatnya investasi didukung oleh meningkatnya sumber pembiayaan yang bersumber dari kredit perbankan maupun non perbankan dalam bentuk penerbitan obligasi atau saham. Sementara itu, meningkatnya ekspor terutama dipengaruhi oleh meningkatnya volume perdagangan dunia seiring dengan meningkatnya kegiatan ekonomi global.

Untuk triwulan II-2004, inflasi diprakirakan berada pada kisaran 5% - 6% (y-o-y). Indikator perekonomian yang kondusif seperti terjaganya pasokan serta ekspektasi inflasi yang membaik diprakirakan masih dapat dipertahankan pada triwulan II-2004. Selain itu, terbatasnya kebijakan pemerintah di bidang harga ditengarai tidak akan memberikan tekanan yang cukup signifikan pada inflasi. Namun, dari sisi eksternal, inflasi di beberapa negara mitra dagang yang mulai meningkat serta kecenderungan melemahnya nilai tukar dikhawatirkan dapat memberikan tekanan kepada inflasi. Dengan mempertimbangkan beberapa faktor diatas, inflasi pada triwulan II-2004 diprakirakan akan dapat terjaga pada kisaran yang sama.

Prakiraan rata-rata nilai tukar rupiah pada triwulan II-2004 masih sesuai dengan prakiraan awal tahun. Tekanan terhadap nilai tukar Rupiah yang timbul dari dampak rambatan penguatan dolar AS secara global, serta adanya sentimen regional atas upaya perlambatan pertumbuhan ekonomi nampaknya masih dapat diimbangi oleh kondisi fundamental dalam negeri yang masih kondusif. Masih tingginya cadangan devisa serta membaiknya indikator resiko diprakirakan masih mampu menahan pelemahan nilai tukar Rupiah yang lebih lanjut.

Perekonomian Indonesia pada triwulan II-2004 diprakirakan tumbuh 4,3% -4,8%…

...,inflasi diprakirakan berada pada kisaran 5% - 6% (y-o-y)...

...,dengan rata-rata nilai tukar

diperkirakan tetap stabil sesuai dengan prakiraan awal tahun


(6)

* angka prakiraan Bank Indonesia r) revisi

1) minggu terakhir 2) rata2 tertimbang

3) penutupan pada akhir periode 4) closed file

Sumber : Bank Indonesia, kecuali data pasar modal (BAPEPAM), IHK, ekspor/impor open file dan PDB (BPS)Tw. I 2004*)

Jan Feb Mar Jun Sep Okt Nov Des Jan Feb Mar Apr

SEKTOR KEUANGAN

Indikator Terkini

12,69 12,24 11,40 9,53 8,66 8,48 8,49 8,31 7,86 7,48 7,42 7,33 12,94 12,68 11,97 10,18 8,75 8,43 8,38 8,34 8,15 7,70 7,33 7,25 12,64 12,35 11,90 10,31 7,67 7,47 6,98 6,62 6,27 5,99 5,86 N,a 13,49 13,15 12,90 11,55 8,58 7,96 7,58 7,14 6,68 6,38 6,11 N,a 12,71 12,30 11,72 9,81 8,69 8,56 8,63 8,35 7,99 7,55 7,38 7,20 425 399 398 505 598 626 617 692 753 761 736 783

127.407 125.936 125.211 132.403 136.471 140.085 175.498 166.474 147.039 142.518 142.729 146.341 180.111 181.530 181.239 195.219 207.587 212.614 224.318 223.799 216.343 219.033 218.999 N,a 75.908 74.555 72.323 77.091 81.118 84.238 103.788 94.542 90.619 85.840 86.794 89.087 104.203 106.975 108.916 118.128 126.469 128.376 120.530 129.257 125.724 132.187 132.205 N,a 873.683 881.215 877.776 894.554 911.223 926.324 944.647 955.692 947.277 935.745 935.161 N,a 693.572 699.685 696.537 699.335 703.636 713.710 720.329 731.893 730.934 716.712 716.162 N,a 550.357 557.107 558.977 564.313 566.125 576.072 580.116 592.715 588.946 575.282 574.104 N,a 362.553 368.970 370.692 363.460 354.362 358.541 355.902 350.885 346.347 332.373 327.722 N,a 187.804 188.137 188.285 200.853 211.763 217.531 224.214 241.830 242.599 242.909 246.382 N,a 143.215 142.578 137.560 135.022 137.511 137.638 140.213 139.178 141.988 141.430 142.058 N,a 730.468 738.637 740.216 759.532 773.712 788.686 804.434 816.514 805.289 794.315 793.103 N,a 382.536 390.750 400.353 417.875 441.205 451.147 461.788 466.826 461.827 465.114 477.504 N,a 358.084 366.467 376.141 390.563 411.696 421.295 432.230 437.942 432.738 437.040 446.625 N,a

0,80 0,20 -0,23 0,09 0,36 0,55 1,01 0,94 0,57 -0,02 0,36 0,97 8,74 7,34 7,12 6,62 6,20 6,21 5,33 5,06 4,82 4,60 5,11 5,92

8.940 8.905 8.908 8.285 8.389 8.495 8.537 8.465 8.441 8.447 8.587 8.661 3.936 3.723 4.008 4.197 3.857 4.044 3.417 3.717 3.995 N,a N,a N,a 2.322 2.632 2.267 1.862 1.713 1.877 1.828 2.335 2.768 N,a N,a N,a 21,81 22,26 22,68 23,66 23,63 23,85 24,05 24,20 24,00 24,10 25,70 25,70

4,45 3,65 3,97 4,35 4,46

4,12 4,64 4,75 5,01 6,43

4,26 1,09 -0,41 0,68 7,57

2,90 4,04 2,76 6,48 0,85

5,45 0,01 0,76 1,78 6,54

2 0 0 3 2 0 0 4

Tw. I Tw. II Tw. III Tw. IV Tw. I

SUKU BUNGA & SAHAM

Suku bunga SBI 1 bln 1)

Suku bunga SBI 3 bln 1)

Suku bunga deposito 1 bln 2)

Suku bunga deposito 3 bln 2)

JIBOR satu minggu 2)

BEJ Indeks 3)

BESARAN MONETER (miliar Rp) Base Money

M1(C+D)

Uang Kartal (C) Uang giral (D)

Broad Money (M2 = C+D+T)

Uang kuasi (T) Uang kuasi (Rupiah)

Deposito Tabungan Deposito (Valas) M2 - Rupiah

Tagihan pada Dunia Usaha Kredit-Bank Umum

Inflasi bulanan (%) y-y %

Rp/USD (akhir periode, nilai tengah) Barang Non migas (f.o.b, juta USD) 4)

Impor Barang Non migas (c & f, juta USD) 4)

Net International Reserve (juta USD)

Pertumbuhan PDB (% yoy) Konsumsi

Investasi Ekspor Impor

HARGA

SEKTOR EKSTERNAL

INDIKATOR KUARTALAN