PENELITIAN GEOLOGI MEDIS DAERAH LEBONG TAMBANG KABUPATEN LEBONG, PROVINSI BENGKULU

II.4

BUKU 2 : BIDANG MINERAL

PENELITIAN GEOLOGI MEDIS DAERAH LEBONG TAMBANG KABUPATEN
LEBONG, PROVINSI BENGKULU

Ridwan Arief 1), Mulyana Sukandar 1), Candra Putra 1),
Sri Erni Budhiastuti 1), Misdawarni 2) dan Suratno 2)
1)
2)

Pusat Sumber Daya Geologi

Pusat Penilitian dan Pengembangan Kesehatan

SARI

“Pencemaran yang teridentiikasi di daerah penelitian adalah merkuri dan logam berat yang disebabkan kegiatan penambangan emas meliputi : proses amalgamasi dan sianidasi, ceceran tailing dan proses penggarangan atau
pemurnian emas.
Hasil evaluasi melalui metode hirarki secara semantic diferential menunjukkan bahwa tidak ada aspek lingkungan

signiikan, karena angka semuanya masih berada di bawah 380.000. Hanya dua komponen lingkungan yang tinggi
yaitu tercemarnya air sungai ditinjau dari sebarannya mulai dari Hulu Sungai Ketenong hingga simpangan dengan
Sungai Ketaun, sungai di Tambang Sawah dan sungai kecil di Lebong Tambang dan resikonya terhadap kesehatan
masyarakat, keduanya telah terpapar dan terkontaminasi limbah cair dengan parameter dominan berupa BOD,
COD dan unsur-unsur logam berat yaitu Hg, Pb, As dan Cd, tetapi itupun tidak sampai 380.000. Sesuai dengan
kriteria analisis signiikan terhadap aspek lingkungan, maka tidak signiikan bila hasil evaluasi menunjukkan nilai
1– 380.000, kemudian cukup signiikan bila 380.001-760.000 dan signiikan apabila 760.001-1.140.000.
Secara menyeluruh dampak yang diakibatkan tersebut tidak signiikan, tetapi limbah cair dan limbah udara memiliki
peluang paling berpengaruh terhadap lingkungan. Data hasil analisis limbah cair dari Hg, Pb, As dan Cd menunjukkan hanya konsentrasi Hg yang paling dominan, melebihi nilai ambang batas yang ditentukan berdasarkan baku
mutu limbah cair.
Dampaknya terhadap kesehatan masyarakat perlu pengujian dan diagnosis lebih lanjut, tidak hanya pada unsur
merkuri saja tetapi unsur logam berat seperti Pb, As, Cd, Cr 6+ dan lain-lainnya. Pengujian langsung dimana kontak antara bahan pencemar dan lingkungan masyarakat (masyarakat terpajan) sebagai bio-marker melalui media
darah, urine ataupun rambut sangat urgen untuk dilakukan disamping bio-indikator lainnya.

’’

PROSIDING HASIL KEGIATAN PUSAT SUMBER DAYA GEOLOGI TAHUN 2011

BUKU 2 : BIDANG MINERAL


LATAR BELAKANG
Kegiatan PETI (Penambangan Tanpa Izin) untuk
penambangan emas di wilayah Kabupaten Lebong, telah menghasilkan sisa-sisa bahan galian/
tailing yang mengandung merkuri/air raksa,
selain itu di dalamnya kemungkinan terdapat
juga unsur mineral berbahaya dan logam berat
lainnya. Lokasi kegiatan tersebut umumnya,
terletak di sekitar pemukiman penduduk yang
cukup padat dan dekat dengan lingkungan
pesawahan serta perkebunan.
Dilatar belakangi oleh adanya kegiatan PETI
tersebut, berkemungkinan dapat menimbulkan
dampak terhadap kesehatan manusia dan lingkungan, maka perlu dilakukannya penelitian
geologi medika di wilayah tersebut.

Lokasi Penelitian
Lokasi daerah kegiatan secara administratif
termasuk ke dalam Kecamatan Pinang Belapis
dan Lebong Utara, Kabupaten Lebong, Provinsi
Bengkulu. Secara Geografis dibatasi oleh garis

Bujur Timur 102°12’00”-102°18’05” BT dan Lintang Selatan 3°10’00”-3°17’00” LS.
Pencapaian daerah kegiatan dapat dilakukan dengan menggunakan pesawat udara dari
Jakarta ke Bengkulu, selanjutnya dari Bengkulu
menggunakan kendaraan roda empat ke Kabupaten Lebong hingga lokasi penelitian. Peta
lokasi daerah kegiatan dapat dilihat pada Gambar 1.

GEOLOGI DAN PERTAMBANGAN
Geologi Daerah Penelitian

II.4

Daerah Hulu Ketenong ditempati oleh batuan
muda berupa endapan alluvial, di sekitar S.
Ketenong jenis batuan ini menempati daerah
pedataran berupa pesawahan penduduk dan
sebagian undak sungai yang tidak begitu luas,
terdapat di sekitar barat laut daerah penelitian.
Sedikit ditemukan adanya rempah vulkanik bersifat setempat menutupi batuan tua yang ada
dibawahnya, jenis batuan ini terdiri dari lapukan batuan muda bersifat andesitik dan laharik.
Beberapa lokasi yang ditempati batuan ini berupa

undak-undak tua sebagai tempat berkonsentrasi
mineral berat diantaranya emas dan mineral
lainnya.
Andesit tua berwarna abu-abu muda kebiruan,
terubah tersilisifikasikan, sedikit lempungan,
dengan fragmen andesit-basal, terbreksikan
kuat, dimana jenis batuan ini dapat dikorelasikan dengan jenis batuan yang terdapat di dalam
Formasi Hulusimpang. Jenis batuan inilah di
Kabupaten Lebong dianggap sebagai pembawa mineralisasi logam, sehingga masyarakat
sudah hafal betul ciri-ciri batuan ini dapat dijadikan petunjuk dalam mengejar mineralisasi di
wilayah ini.
Geologi Tambang Sawah secara dominan ditempati oleh batuan beku dalam yaitu diorit kuarsa,
yang menerobos batuan vulkanik andesitik
dengan ubahan silika dan lempung. Bagian
permukaan banyak ditutupi oleh batuan muda
berupa batuan vulkanik dan laharik terdapat di
sekeliling wilayah Tambang Sawah, jenis batuan
ini telah menyelimuti batuan tua sehingga susah
untuk mencari singkapannya.
Beberapa urat kuarsa dan breksi hidrotermal


PROSIDING HASIL KEGIATAN PUSAT SUMBER DAYA GEOLOGI TAHUN 2011

BUKU 2 : BIDANG MINERAL

telah menjadikan wilayah ini menjadi prospek,
sehingga dikenal sejak Zaman Belanda dengan
sebutan tambang emas dekat pemukiman. Endapan alluvial terletak agak jauh dari posisi wilayah
prospek, kebanyakan berupa endapan alluvial
Sungai Hulu Ketaun dan cabang-cabangnya.
Geologi Lebong Tambang sudah dikenal sejak
dulu yaitu berupa dinding patahan berarah
barat laut-tenggara, di dalam batuan Formasi
Hulusimpang yang terpatahkan kuat. Intrusi
dasit terdapat dibagian baratnya sebagai batuan
muda dari batuan tadi, akan tetapi pada tubuh
intrusi tersebut terdapat juga mineralisasi emas,
berupa urat-urat dan breksiasi.
Batulempung merupakan batuan yang menutup
batuan termineralisasi di wilayah ini tersingkap

dibagian tengah daerah penelitian, sebagian termineralisasi juga, sedangkan bagian timurlaut
ditutupi oleh laharik yang bersifat lempungan
dengan fragmen andesitik. Jenis batuan ini sebagian mengandung pirit sangat kuat, tetapi tidak
mengandung emas. Lava andesitik merupakan
batuan vulkanik paling muda berwarna kehitaman, berongga, fresh, tidak mengalami ubahan
terletak di bagian barat daya daerah penelitian.
Formasi Hulusimpang merupakan susunan
batuan vulkanik berumur Oligo-Miosen, di seluruh Provinsi Bengkulu keadaan batuan ini telah
terubah dan termineralisasi. Jenis batuan ini
tersebar luas hingga ke wilayah Arga Makmur
yang berbatasan dengan Lebong, dimana Arga
Makmur termasuk ke dalam Kabupaten Bengkulu Utara terkenal dengan Lebong Tandai dan
Karang Suluh. Karang Suluh merupakan lokasi
mineralisasi emas yang ditinggalkan Belanda,
tetapi belum dikerjakan secara maksimal.

Hingga saat ini ada beberapa perusahaan asing
yang sedang melakukan penyelidikan di wilayah
ini.


Struktur
Struktur patahan terdapat dibeberapa lokasi,
diantaranya struktur utama yaitu Patahan
Semangko dengan beberapa arah patahan
lokal yang telah menjadi tempat kedudukan
proses mineralisasi di wilayah ini. Daerah Hulu
Ketenong telah terpatahkan dengan arah patahan membentuk sudut 30° dengan Patahan
Semangko, dimana patahan tersebut sebagai
control struktur di wilayah tersebut.
Mineralisasi di Lebong Tambang dikontrol oleh
patahan yang berarah barat laut-tenggara jenis
patahan naik, dan sebagian kecil patahan berarah timur laut- barat daya, berupa patahan lokal
jenis patahan normal. Selain itu ditemukan juga
struktur kekar, lipatan kecil hingga drag fold,
struktur perlapisan di dalam batuan sedimen.
Lokasi Tambang Sawah merupakan mineralisasi tersendiri, yaitu berupa intrusi diorit kuarsa
terhadap batuan vulkanik andesitik, sehingga
struktur yang ditemukan hanya berupa urat-urat
kuarsa yang berasal dari tarikan dan rekahan.


Pertambangan
Pertambangan tanpa izin (PETI) emas telah lama
dilakukan oleh masyarakat di wilayah Lebong
Tambang, awal kegiatannya menurut informasi
dimulai setelah Belanda menguasai daerah
tersebut. Dimana sejarah terjadinya pertambangan emas di Lebong Tambang hampir bersamaan
dengan penambangan emas di Rejang Lebong

PROSIDING HASIL KEGIATAN PUSAT SUMBER DAYA GEOLOGI TAHUN 2011

II.4

BUKU 2 : BIDANG MINERAL

dan Lebong Tandai. Selain di Lebong Tambang
dilakukan juga di Tambang Sawah dan Hulu
Ketenong, kemudian dilanjutkan ketika zaman
penjajahan Jepang mengalahkan Belanda.
Penambangan ini dilakukan secara tambang dalam dengan pemrosesan emas secara
amalgamasi. Kegiatan penambangan tersebut berdampak luas terhadap lingkungan pada

waktu yang akan datang, pada saat ini kemungkinan belum terlihat atau tidak memperlihatkan
dampak negatif dan perlu diwaspadai untuk
masa-masa mendatang. Penyakit yang paling
diderita penduduk adalah ispa, kemungkinannya
karena mereka memproses emas dengan menggunakan juga asam sulfat, kemudian dibakar
sehingga asapnya sangat pekat dan bau menyengat sekali.

Bahan Galian
Bahan galian logam menjadi hasil utama di daerah ini, diantaranya emas, perak, timbal dan
seng. Sejauh ini mengenai bahan galian bukan
logam atau bahan galian industri belum dapat
dimanfaatkan dan dibeberapa lokasi terlihat
adanya kegiatan pembuatan bata merah dan
genteng.
Penggalian pasir dan kerikil pada bantaran sungai, dilakukan disepanjang hulu Sungai Ketaun
sehingga terlihat adanya pendangkalan sungai
secara cepat akibat erosi dari hulu sungai hingga
bagian tengah yang terdapat di perkampungan
padat.
Batu granit pernah dilirik investor terdapat di

wilayah Tambang Sawah, pada bagian tepi intrusi
tersebut terdapat air panas, hingga saat ini tem-

II.4

pat tersebut dijadikan pemandian air panas.
Granit berwarna abu-abu sebagian kompak dan
sebagian besar terkekarkan kuat, hal ini telah
menurunkan kualitas granit tersebut untuk
dikelola menjadi bahan aksesori bangunan.
Batubelah diambil dari bongkah-bongkah
andesit berwarna abu-abu tua, kompak dan
keras, sehingga kualitasnya cukup baik untuk
bangunan bertingkat dan fondasi jalan raya.
Bongkah-bongkah mangan ditemukan juga di
sekitar Tambang Sawah, akan tetapi sebarannya kurang begitu banyak sehingga sulit untuk
diberdayakan.

PEMBAHASAN
Penelitian geologi medis yang telah dilakukan di

Kecamatan Pinang
Belapis dan Kecamatan
Lebong Utara, memperlihatkan adanya suatu
zonasi endapan logam berat yang berdampak
negatif terhadap lingkungan dan masyarakat di
sekitar tambang. Hal tersebut setelah dilakukan
pengambilan conto dan pengamatan di lapangan,
terlihat adanya kemungkinan dampak terhadap
kesehatan masyarakat di sekitarnya.
Perolehan data dan informasi di lapangan dan
hasil analisis kimia terhadap 42 conto diantaranya, conto stream sediment, conto tanah,
conto batuan, conto tailing dan air, dapat dilihat
hasilnya seperti tercantum di bawah ini ;

Hasil Analisis Kimia Conto Stream Sediment
Pengambilan conto stream sediment/enda-

PROSIDING HASIL KEGIATAN PUSAT SUMBER DAYA GEOLOGI TAHUN 2011

BUKU 2 : BIDANG MINERAL

pan sungai dilakukan di lokasi dekat kegiatan
penambangan hingga sejauh > 5 km kearah down
stream/ ke muara sungai. Pemercontoan endapan sungai dilakukan berdasarkan pemikiran
sejauh mana endapan logam berat tertransportasi, sehingga dapat dipantau melalui endapan
sungai tersebut; Pada titik lokasi itu juga diambil
conto air permukaan/air sungai untuk memantau beberapa logam yang terurai dan terlarut di
dalamnya, lihat.

bil di dekat lokasi
pemrosesan bullion,
untuk memisahkan emas dari air raksa. Selain
itu diambil juga di lokasi yang dianggap dekat
dengan pengolahan emas denga menggunakan
alat penumbuk dan tromol. Conto tanah pada
umumnya berupa tanah yang benar-benar terbentuk di tempat tersebut/in situ, bukan berupa
tanah hasil urugan atau pembuangan tanah
pucuk bekas kegiatan perataan lokasi untuk
dijadikan tempat pemrosesan emas.

Pengambilan conto endapan sungai untuk konsentrasi endapan logam berat, pada umumnya
terkumpul di sekitar sebaran fragmen batuan
berukuran kerakal hingga bongkahan. Secara
tepatnya lebih baik di bagian tengah aliran sungai
aktif, dengan cara penggalian untuk membuang
tumpukan pasir dan kerikil kira-kira sedalam 40
cm.

Tanah diambil dengan cara membuat lubang
untuk mengambil posisi antara horizon A dan
horizon B, yang dianggap telah terjadi adanya
pelarutan bahan kimia dari sisa proses pembakaran emas. Selain itu diambil juga pada tanah
pucuk yang dekat dengan lingkungan kegiatan
tambang, terutama adanya bekas penyimpanan
batuan yang akan diproses. Conto tanah diambil
sebanyak 7 buah di wilayah Hulu Ketenong, Tambang Sawah dan Lebong Tambang.

Sebanyak 10 conto endapan sungai memperlihatkan adanya mineral-mineral yang diendapkan
bersama lempung, pasir, kerikil, kerakal hingga
bongkah batuan. Conto endapan sungai terambil
diperoleh ukuran butiran halus (-80#), kandungan Hg dari hasil analisis kimia yaitu antara 2,6
ppm-23,8 ppm, untuk Au diperoleh hasil antara
0,03 ppm-7,2 ppm, As antara < 2 ppm-32,0 ppm,
Cd antara 2 ppm-6 ppm, Ag 4,0 ppm-49,0 ppm,
Zn antara 54,0 ppm-180,0 ppm, Pb antara 40,0
ppm-124,0 ppm dan Cu antara 26,0 ppm-153,0
ppm. Pengambilan conto tersebut diambil di
wilayah tambang rakyat yang masih aktif diantaranya di Hulu Ketenong, Tambang Sawah dan
Lebong Tambang.

Hasil Analisis Kimia Conto Tanah
Pengambilan conto tanah pada umumnya diam-

Hasil analisis kimia untuk conto tanah diperoleh
adanya kandungan Hg antara 0,03 ppm-41,56
ppm, unsur Au antara 0,01 ppm-3,02 ppm, As
antara 4,0 ppm-52 ppm, Sb antara < 2 ppm-16,0
ppm, Cd antara 3,0 ppm-7,0 ppm, Ag antara 7,0
ppm-24 ppm, Zn antara 26,0 ppm-173,0 ppm, Pb
antara 52,0 ppm-130,0 ppm dan Cu antara 9,0
ppm-65,0 ppm.

Hasil Analisis Kimia Conto Batuan
Pengambilan conto batuan diambil dari lubang
tambang yang sedang aktif, hal ini dilakukan
untuk mengetahui kadar unsur yang masih asli,
sehingga dapat diketahui semua unsur yang
ada di dalam batuan sebelum dilakukan penggerusan dan pengolahan. Jenis batuan terambil

PROSIDING HASIL KEGIATAN PUSAT SUMBER DAYA GEOLOGI TAHUN 2011

II.4

BUKU 2 : BIDANG MINERAL

berupa urat kuarsa kalsedonik berwarna abuabu, terlihat adanya tekstur koloform banding,
mengandung pirit halus,
sedikit khlorit dan
mineral lempung, jejak-jejak argentit berwarna
abu-abu tua secara setempat, stibnit berupa
jarum halus (KL/05/R), sedangkan yang lain
berupa urat kuarsa berwarna kecoklatan dengan
kandungan pirit sangat halus, sedikit kalsedon dan mineral lempung, hematit berwarna
kemerahan dan
manganis mengisi rekahan
(KL/13/R).
Di Hulu Ketenong terlihat berupa urat kuarsa
tebal 1,5m di dalam batuan terargilitisasi dan
sebagian piritisasi diseminasi, memperlihatkan urat-urat pengisi rekahan yang membentuk
sudut 30° dengan Patahan Semangko. Sedangkan di Tambang Sawah berupa urat-urat kuarsa
di dalam andesit terubah yang diterobos oleh
batuan dalam granodiorit, diorit dan andesit
berupa batuan gang/retas.
Pengambilan conto batuan di wilayah Lebong
Tambang berupa pecahan batuan berukuran
kerakal dari hasil penambangan, conto tersebut
berupa urat kuarsa masif tidak memperlihatkan adanya tekstur batuan yang membentuk
pola mineralisasi logam. Kandungan pirit sedikit
sekali terlihat sebagian terlapuk
dicirikan
adanya limonitik berwarna coklat tua menggantikan pirit.
Sebanyak 3 conto batuan diambil pada lokasi
penelitian untuk conto batuan yang diambil di
Hulu Ketenong diperoleh kandungan Au 85,02
ppm, Hg 3,97 ppm, Sb 2000 ppm, As 44 ppm, Cd
2,0 ppm, Fe 9305 ppm, Ag 3700 ppm, Mn 1399
ppm, Zn 342 ppm, Pb 337 ppm dan Cu 436 ppm.
Di Tambang Sawah diperoleh hasil Au 1,06 ppm,

II.4

Hg 0,30 ppm, Sb 2,0 ppm, As 12,0 ppm, Cd < 0,05
ppm, Fe 2954 ppm, Ag 61,0 ppm, Mn 37,0 ppm,
Zn 16,0 ppm, Pb 7,0 ppm dan Cu 9,0 ppm. Hasil
analisis kimia batuan di Lebong Tambang diperoleh kandungan Au 0,54 ppm, Hg 0,17 ppm, Sb
3,0 ppm, As 5,0 ppm, Cd 2,0 ppm, Fe 1750 ppm,
Ag 37,0 ppm, Mn 1933 ppm, Zn 52,0 ppm, Pb 24,0
ppm dan Cu 4,0 ppm.

Hasil Analisis Kimia Conto Tailing
Pengambilan conto tailing berupa cairan yang
mengandung lumpur dan atau berupa lumpur
dengan butiran halus/lanauan dengan sedikit air.
Pengambilan ditempat pemrosesan yang masih
aktif, sehingga lumpur tersebut bertambah terus
dan bercampur antara yang sudah lama dengan
yang baru dibuang. Tailing kering dikumpulkan di
dalam karung sebagian dijual dan diolah kembali
dengan menggunakan sianida. Bekas pengolahan kedua ini sudah tercemar air raksa dan
sianida terlarut.
Para penambang pada umumnya tidak membuang tailing yang masih bisa diproses, akan
tetapi dikumpul sehingga membentuk bukit kecil
dipinggir tempat pengolahan. Apabila dimusim
penghujan sebagian terbawa air kemana-mana
terutama yang melakukan pemrosesan di dekat
pemukiman, hal ini membahayakan untuk lingkungan di sekitarnya. Adapun hasil analisis
kimia terhadap conto tailing diperoleh hasil, Hg
628 ppm–1548 ppm, Pb 15 ppm–86 ppm, As 12
ppm–58 ppm, Cd