School Readiness Anak ditinjau dari Persepsi terhadap Pola Komunikasi dengan Orangtua

A.07

SCHOOL READINESS ANAK

DITINJAU DARI PERSEPSI TERHADAP POLA KOMUNIKASI
DENGAN ORANG TUA
Istiqomah
Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Jember
iztieq75@yahoo.com

Abstraksi.Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara persepsi anak tentang
pola komunikasi orang tua dengan capaian kesiapan sekolah ( school readiness) mereka,
utamanya dalam memasuki masa transisi dari TK ke SD. Memperkuat peran orang tua
merupakan salah satu pendekatan yang dapat meningkatkan kesiapan anak masuk sekolah.
Anak akan beradaptasi dengan lebih baik, ketika dia mendapat dukungan dan penerimaan
dari orang tua, guru, dan teman. Penelitian ini merupakan penelitian korelasional yang
dilakukan di SDIT Harapan Ummat Jember dengan subjek penelitian sebanyak 25 siswa
kelas 1. Kesiapan sekolah diukur dengan Nijmeegse Schoolbekwaamheids Test (NST),
sedangkan persepsi terhadap pola komunikasi orang tua diukur dengan yang diadaptasi dari
Parent-Child Communication Scale. Data penelitian dianalisis dengan teknis analisis regresi
sederhana.Adapun hasilnya menunjukkan nilai R = 0,199 dengan R2 = 0,039 artinya

persepsi anak terhadap pola komunikasi orang tua memberikan sumbangan sebesar 3,9%
bagi capaian kesiapan sekolah. Hasil uji hipotesis pada penelitian ini menunjukkan nilai F
hitung sebesar 0.273 dengan mempergunakan signifikansi sebesar 0.05, sedangkan F tabel
ditemukan sebesar 7.94. Selanjutnya terlihat bahwa F hitung ≤ F tabel, maka dapat ditarik
kesimpulan bahwa persepsi anak tentang pola komunikasi dengan orang tua tidak
berpengaruh terhadap kesiapan sekolah mereka.
Kata kunci:persepsi, pola komunikasi dengan orang tua, school readiness

Pemahaman bahwa

Sejalan

perkembangan

dengan

pemahaman

tersebut,


otak pada awal usia kanak-kanak memegang

masyarakat juga mulai mengembangkan

peranan

ketertarikan

yang

menentukan

bagi

untuk

mengetahui

dan


perkembangan pengetahuan individu pada

mempelajari apa yang tepat dan tidak tepat

masa-masa

meningkatkan

untuk diberikan pada anak diperiode-periode

akan pentingnya

awal usia mereka. Masyarakat dalam hal ini

kesadaran

mendatang
masyarakat

stimulasi sejak dini. Stimulasi, baik yang


orang

berlangsung secara positif maupun negatif,

pengetahuan dan informasi pada lembaga-

mendatangkan konsekuensi yang panjang

lembaga terkait yang memberikan layanan

terhadap

tumbuh kembang anak. Dua hal utama

keseluruhan

kemampuan kognitif

perkembangan


dan sosial

tua

berusaha

mendapatkan

dalam pemahaman tentang periode awal

anak.

96

School Readiness Anak Ditinjau dari Persepsi terhadap Pola Komunikasi dengan Orangtua | 97
Istiqomah [hal.96-106]

tumbuh kembang anak tersebut lambat laun


tahun 1999 menunjukkan bahwa data angka

mengubah

dan

mengulang kelas tahun 2001/2002 untuk

pentingnya

kelas I sebesar 10,85%, kelas II sebesar

persepsi

orang

masyarakat

tentang


mempersiapkan

kesiapan

tua

untuk

6,68%, kelas III sebesar 5,48%, kelas IV

memasuki dunia sekoalah (school readiness)

sebesar 4,28, kelas V sebesar 2,92%, dan

(Janus & Offord, 2000).

kelas IV sebesar 0,42%. Diperkirakan

anak


Setiap tahun, menjadi tugas utama

bahwa anak-anak yang mengulang kelas

seorang guru TK menyiapkan siswanya

adalah

untuk memiliki kesiapan masuk sekolah.

pendidikan prasekolah sebelum masuk SD.

Sejalan dengan kondisi tersebut, setiap

Mereka adalah anak yang belum siap dan

tahun pula orang tua memasukkan putra

tidak


putrinya ke TK dengan harapan akan

memasuki

mendapatkan pengalaman mempersiapkan

pentingnya upaya pengembangan seluruh

putra putrinya untuk bersekolah. Penelitian

potensi anak usia prasekolah, utamanya

terkait

dalam hal kesiapan sekolah (Sisdiknas

kesiapan

sekolah


ini

telah

menemukan kesenjangan antara prestasi

anak-anak

yang

dipersiapkan
SD.

Hal

tidak

masuk

oleh


orangtuanya

ini

menunjukkan

dalam Irani, 2009).
Kesiapan

sekolah dengan aspek kesiapan sekolah.

sekolah

membutuhkan

Prestasi sekolah dan kesiapan sekolah

pengembangan lebih jauh yang tidak sebatas

berkorelasi secara berkesinambungan pada

persiapan terkait keterampilan akademik.

setiap temuan-temuan penelitian (Cross,

Para guru pra sekolah sepakat kesiapan

A.F. & Conn-Powers, M., 2011).

sekolah

Kegagalan dalam proses

sekolah

pada

anak

meliputi:

physical

wellbeing, menumbuhkan rasa ingin tahu,

diyakini berdampak pada anak, keluarga,

perkembangan

dan masyarakat. Masyarakat dan keluarga

penggunaan bahasa, perkembangan kognisi

menginginkan anak-anak mereka berhasil di

dan pengetahuan umum (Cody, 1993;

sekolah, sehingga pada akhirnya nanti akan

Kagan,1992) (dalam Janus & Offord, 2000).

tumbuh menjadi individu yang memiliki

Hanya saja keseluruhan aspek kesiapan

integritas diri. Selanjutnya ditemukan bahwa

sekolah ini tampaknya belum sepenuhnya

kesuksesan akademik yang ingin dicapai

dipahami

individu dapat terhalang ketika tidak disertai

perkembangan situasi dunia pendidikan saat

dengan kesiapan ketika memulai periode

ini,

sekolah

1974;

mengesankan terjadi ketatnya persaingan

Gordon,1976; dalam Janus & Offord, 2000).

untuk masuk pada sekolah-sekolah favorit.

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan

Fenomena tersebut menyebabkan orang tua

oleh Pusat Kurikulum, Balitbang Diknas

berupaya meningkatkan kompetensi anak

(Bronfenbrenner,

sosio

para

fenomena

emosional

orangtua.

yang

anak,

Menilik

menyeruak

98 | Prosiding Seminar Nasional Parenting 2013

sedini dan semaksimal mungkin.Lebih jauh

elemen

fenomena tersebut membawa dampak yang

berkembang melebihi gagasan tradisional

lebih

proses

yang hanya menekankan pada kemampuan

pembelajaran ditingkat TK dimana fokus

kognitif dan bahasa yang dibutuhkan dalam

pembelajaran mengarah pada keterampilan

keberhasilan memulai sekolah.

signifikan

yaitu

pada

yang

melingkupi

semakin

membaca, menulis, dan berhitung (ca-lis-

Kajian utama tentang perkembangan

tung). Memang tidak menutup kemungkinan

anak membantu mengidentifikasikan faktor-

pada saat TK, anak juga mulai dapat

faktor yang dapat mempengaruhi kesiapan

mengembangkan

dasar

anak untuk masuk sekolah, dimulai dari

berhitung, hal-hal konseptual dan kognitif

aspek terdekat dengan anak dan bergerak

serta konsep-konsep dasar ilmu alam dan

keluar meliputi keluarga, perawatan awal

pengetahuan teknis lainnya.Beberapa hal

dan

penting dapat mereka peroleh pada saat

tetangga, dan melampaui itu semua adalah

bermain seperti kemampuan memahami

media.

budaya dan seni, kemampuan memahami

terdapat

mahkluk hidup dan lingkungan sekitar,

merefleksikan

bangkitnya kesadaran terhadap kesehatan

dukungan sejak dini untuk kesiapan sekolah

lingkungan,

rekreasi

anak, yaitu (1) Setiap anak harus dapat

(Hutabarat, 2007). Proses belajar yang

mengakses program pra sekolah yang

komprehensif inilah sebanarnya yang akan

berkualitas

mengoptimalkan tumbuh kembanga anak,

kembang dan membantu mempersiapkan

sekaligus kesiapan mereka untuk masuk

mereka untuk sekolah; (2) Setiap orang tua

sekolah dan pada akhirnya berprestasi

merupakan guru pertama dan menyediakan

sebagaimana diharapkan berbagai pihak.

waktu setiap hari untuk membantu putra-

kemampuan

olahraga

dan

pendidikan,

Pada

sekolah,

konteks

tiga

faktor

prioritas
pentingnya

dan

lingkungan

keluarga,

utama

yang

memberikan

menunjang

tumbuh

Kesiapan untuk belajar pada siswa

putri mereka belajar. Oleh karena itu orang

secara singkat dapat didefinisikan dalam

tua harus mendapat akses pelatihan dan

lima aspek seperti physical well-being dan

dukungan yang mereka butuhkan; dan (3)

perkembangan

kesehatan

Anak harus menerima makanan, aktivitas

emosional dan pendekatan yang positif

fisik, dan perawatan kesehatan yang mereka

terhadap pengalaman baru, pengetahuan

butuhkan, sehingga dapat hadir ke sekolah

sosial

kecakapan

dengan pikiran dan badan yang sehat untuk

berbahasa, serta pengetahuan umum dan

menjaga kesiagaan mental.Untuk mencapai

keterampilan kognitif (Kagan dalam Emig

hal tersebut, jumlah kelahiran bayi dengan

et.al.

dan

berat badan rendah harus dikurangi melalui

bagaimana kesiapan sekolah didefinisikan,

peningkatan perawatan prenatal.Kepastian

dan

2001).

motorik,

kompetensi,

Merujuk

pada

apa

School Readiness Anak Ditinjau dari Persepsi terhadap Pola Komunikasi dengan Orangtua | 99
Istiqomah [hal.96-106]

bahwa semua anak memasuki sekolah yang

(Hadi, 2004). Penelitian jenis ini bertujuan

sehat dan menyiapkan kesuksesan bagi

membuat gambaran tentang variabel atau

mereka, dan bahwa setiap sekolah siap

kondisi

untuk membawa keberhasilan setiap siswa,

memberikan

merupakan

penelitian.

situasi

kritis

yang

harus

yang

diteliti
perlakuan

dengan

tidak

pada

subjek

dihadirkan demi keberhasilan masyarakat,

Penelitian ini mempergunakan sampel

agama, dan kehidupan berbangsa (Rimm-

populasi (N=24) yang terdiri dari 15 anak

Kaufman, 2004).

laki-laki dan 9 anak perempuan. Populasi

Oleh karena itulah, apabila kita dapat

pada penelitian ini memiliki karakteristik

merubah konsep keluarga tentang kesiapan

umum sebagai berikut: siswa SD kelas 1,

sekolah,

meningkatkan

rentangan usia antara 6-7 tahun, dan kedua

kesempatan anak-anak mereka untuk sukses

orang tua rata-rata bekerja dengan latar

di sekolah. Strategi yang menyertakan

belakang pendidikan rata-rata sarjana.

interaksi

kita

dapat

orang

menumbuhkan

tua

dan

kesiapan

anak

Dua

data

kuantitatif

berusahan

dalam

dikumpulkan pada penelitian ini. Pertama

memulai sekolah (Reynolds, 1992 dalam

data tentang kesiapan sekolah yang didapat

Wright, Adien, Susanckay, 2000).

dengan cara mengukur kesiapan memasuki

Penelitian

ini

anak

dapat

menggambarkan

sekolah

dasar

dengan

mempergunakan

kesiapan sekolah pada anak ditinjau dari

Nijmeegse

beberapa aspek. Tujuan pertama adalah

(N.S.T.) yang disusun oleh Mönks, Rost,

menggambarkan pengaruh persepsi anak

dan Coffie. NST merupakan alat ukur untuk

tentang pola komunikasi orang tua dengan

mengetahui kematangan aspek-aspek yang

kesiapan sekolah mereka. Kedua, penelitian

menunjang kesiapan anak masuk Sekolah

ini menggambarkan pola kesiapan sekolah

Dasar (Mönks, et. al., tanpa tahun). NST

mereka. Ketiga, penelitian ini berusaha

terdiri atas 10 subtes yang mengungkap: 1)

menggambarkan persepsi anak tentang pola

pengamatan dan kemampuan membedakan;

komunikasi dengan orang tua.

2) motorik halus; 3) pengertian tentang
besar,

Metode Penelitian

Schoolbekwaamheids

jumlah

dan

perbandingan;

ketajaman pengamatan;

5)

Test

4)

pengamatan

Jenis penelitian ini adalah ex post

kritis; 6) konsentrasi; 7) daya ingat; 8)

facto yaitu penelitian yang dilakukan untuk

pengertian tentang objek dan penilaian

meneliti peristiwa atau kondisi yang telah

terhadap situasi; 9) memahami cerita; dan

terjadi yang kemudian merunut ke belakang

10) gambar orang.

untuk mengetahui faktor-faktor yang dapat

NST

menimbulkan kejadian atau kondisi tersebut

disusun

dengan

pandangan

bahwa secara kognitif harus memperhatikan

100 | Prosiding Seminar Nasional Parenting 2013

berbagai

kematangan

ketajaman

anak,

pengamatannya,

membedakan

misalnya
kemampuan

diantara

mengenai perasaan dan permasalahan yang
mereka hadapi.
Data diambil dalam dua tahap yaitu,

persamaan,

membedakan figure dan ground dan lain

data

sebagainya. Secara motorik anak harus

dilakukan pada saat anak mendaftar untuk

sudah mampu duduk dalam jangka waktu

masuk SD. Sedangkan data mengenai

lama, terampil menggunakan tangan untuk

persepsi tentang pola komunikasi dengan

kegiatan tulis-menulis dan lain sebagainya.

orang tua diambil pada saat awal anak

Secara sosial dan emosi anak harus nyaman

masuk di sekolah tersebut.

terpisah dari lingkungan rumah, orangtua

kesiapan

Analisis

sekolah

regresi

dengan

linier

NST

sederhana

dan menerima otoritas dari guru serta

digunakan dalam penelitian ini

bergaul

NST

memprediksi atau meramalkan pengaruh

merupakan tes yang lazim digunakan untuk

persepsi anak tentang pola komunikasi

mengukur kesiapan anak sekolah. Melalui

orang tua terhadap kesiapan sekolah mereka

NST tergambar kematangan anak dalam sisi

(Priyanto,

kognitif,

statistik deskriptif juga dipergunakan pada

dengan

teman

motorik

sebaya.

dan

sosial-emosi

2009).

Selanjutnya

untuk

analisis

penelitian ini untuk menggambarkan profil

(Kustimah, dkk, tanpa tahun).
Data kedua yang dikumpulkan adalah

atau distribusi penyebaran data kesiapan

data tentang persepsi anak terhadap pola

sekolah dan persepsitentang efektifitas pola

komunikasi antara diri mereka dengan orang

komunikasi anak dengan orang tua mereka.

tua. Data diukur dengan mempergunakan

Analisa data ini meliputi, persentase,SD,

kuesioner

Communication,

dan mean kesiapan sekolah dan persepsi

Child Report yang diadaptasi dari Revised

tentang efektifitas pola komunikasi dengan

Parent-Adolescent Communication Form of

orang tua (Winarsunu, 2009).

the

Parent-Child

Pittsburgh

Farrington,

Youth

Study

Stouthamer-Loeber,

(Loeber,
&

van

Hasil dan Pembahasan

Kammen, 1998; Thornberry, Huizinga, &

Hasil penelitian ini disajikan dalam

Loeber, 1995). Kuesioner ini terdiri dari 10

tiga bahasan utama yaitu: (1) gambaran

item yang mengukur persepsi anak tentang

pengaruh

keterbukaan

mereka

komunikasi orang tua terhadap kesiapan

dengan orang tua. Terdapat dua aspek

sekolah mereka; (2)gambaran penyebaran

terukur yaitu; 1) persepsi anak tentang usaha

data tentang kesiapan sekolah mereka; dan

orang tua untuk membangun keterbukaan

(3) gambaran penyebaran data tentang

komunikasi dengan mereka; 2) frekuensi

persepsi mereka mengenai pola komunkasi

anak untuk berkomunikasi dengan orang tua

dengan orang tua.

pola

komunikasi

persepsi

anak

tentang

pola

School Readiness Anak Ditinjau dari Persepsi terhadap Pola Komunikasi dengan Orangtua | 101
Istiqomah [hal.96-106]

Tabel 1.Gambaran Pengaruh Persepsi Anak tentang Kesiapan Sekolah
Model
1

Sum of Squares
Regression
21.114
Residual
1698.719
Total
1719.833
a Predictors: (Constant), komunikasi
b Dependent Variable: kesiapan

Df

Mean Square
21.114
77.215

1
22
23

F
.273

Sig.
.606(a)

ANOVA

mereka. Hasil tersebut menjelaskan bahwa

tabel

1,

perepsi anak tentang keterbukaan orang tua

diketahui bahwa nilai F hitung sebesar 0.273

dalam berkomunikasi maupun banyaknya

dengan mempergunakan signifikansi sebesar

percakapan yang dilakukan anak dengan

0.05,

orang tua mereka terkait perasaan maupun

Dari
sebagaimana

hasil

analisis

tercantum

sedangkan

F

pada

tabel

ditemukan

sebesar7.94. Selanjutnya terlihat bahwa F

permasalahan

hitung ≤ F tabel, maka Ho diterima dengan

berpegaruh

kesimpulan persepsi anak tentang pola

mereka untuk memasuki jenjang sekolah

komunikasi

dasar.

dengan

orang

tua

tidak

yang
terhadap

dihadapi
capaian

tidak
kesiapan

berpengaruh terhadap kesiapan sekolah
Tabel 2.Analisa Deskriptif
N
Kesiapan
Komunikasi
Valid N (listwise)

24
24
24

Minimum
33
7

Maximum
65
14

Mean
47.42
10.83

Std. Deviation
8.647
2.057

Berdasarkan hasil analisa statistik

tentang pola komunikasi didapatkan skor

deskriptif yang tercantum pada tabel 2,

minimum sebesar 7 dan skor maksimum 14

didapatkan gambaran bahwa pada aspek

dengan rata-rata 10.83 dan SD sebesar

kesiapan sekolah skor minimum yang

2.057. Tahap berikutnya dilakukan analisis

dicapai adalah 33 dan skor maksimum 65

lebih untuk menentukan kategori pada

dengan rata-rata 47.42 dan SD sebesar

masing-masig aspek, sebagaimana terlihat

8.647. Sedangkan pada aspek persepsi

pada tabel berikut.

Tabel 3.Frekuensi Kategori Kesiapan
Valid

kurang siap
cukup siap
sangat siap
Total

Frequency
4
14
6
24

Percent
16.7
58.3
25.0
100.0

Valid Percent
16.7
58.3
25.0
100.0

Cumulative Percent
16.7
75.0
100.0

102 | Prosiding Seminar Nasional Parenting 2013

Berdasarkan hasil analisa pada tabel

anak masuk kategori sangat siap, dan 4 anak

3, diketahui bahwa dari 24 anak, sebanyak

sisanya masuk kategori kurang siap untuk

14 anak mencapai taraf kesiapan cukup, 6

memasuki jenjang sekolah dasar.

Tabel 4.Frekuensi Kategori Komunikasi
Valid

Missing
Total

Kurang
cukup efektif
sangat efektif
Total
System

Sedangkan

pada

Frequency
5
14
1
20
4
24
aspek

Percent
20.8
58.3
4.2
83.3
16.7
100.0

persepsi

Valid Percent
25.0
70.0
5.0
100.0

Cumulative Percent
25.0
95.0
100.0

efektif dan mereka masih kurang siap. Siswa

terhadap pola komunikasi diketahui bahwa

yang

dari

anak

kurang efektif dengan kesiapan sekolah

mereka

cukup sebanyak 4 siswa. Sementara siswa

dengan orang tua sudah cukup efektif, 5

yang mempersepsi pola komunikasi cukup

anak mempersepsi kurang efektif, dan 1

serta

anak mempersepsi sangat efektif.

sekolah sebanyak 6 siswa. Seorang siswa

24

anak,

mempersepsi

pola

sebanyak

14

komunikasi

mempersepsi

memiliki

komunikasi

cukup

kesiapan

mereka

untuk

Dalam proses melihat kesiapan anak

sangat siap dalam kesiapan sekolahnya,

untuk berkomunikasi yang dikorelasikan

meskipun mempersepsi pola komunikasi

dengan keefektifan komunikasi, terdapat 4

dengan

data yang tidak valid. Dari 20 data yang ada,

Terakhir terdapat 4 siswa yang mempersepsi

didapatkan

pola komunikasi cukup efektif dan mereka

sekolah

gambaran
dan

persepsi

profil

kesiapan

tentang

pola

komunikasi ditemukan bahwa sebanyak 4

orang tuanya kurang efektif.

sangat siap dalam hal kesiapan sekolah.
Rincian data ditampakkan pada tabel 5.

anak mempersepsi komunikasi telah cukup

Tabel 5.Kategori Kesiapan * Kategori Komunikasi
Kurang
kategori kesiapan

Total

kurang siap
cukup siap
sangat siap

kategori komunikasi
cukup efektif
sangat efektif
0
4
0
4
6
1
1
4
0
5
14
1

Total
4
11
5
20

School Readiness Anak Ditinjau dari Persepsi terhadap Pola Komunikasi dengan Orangtua | 103
Istiqomah [hal.96-106]

Profil tersebut menunjukkan bahwa
siswa pada kelas tersebut rata-rata memiliki
profil kesiapan dan persepsi tentang pola

ketika

anak

menyampaikan

apa

yang

sebenarnya dia inginkan atau rasakan.
Pada

konteks

kesiapan

sekolah

komunikasi yang berada pada kategori

tampaknya perlu dipahami elemen-elemen

cukup. Hal ini menandakan sumberdaya

yang yang dapat mempermudah masa

yang dimiliki siswa cukup baik untuk

transisi

mengoptimalkan proses belajar didalam

memasuki jenjang sekolah dasar (Broström,

kelas. Namun demikian, mereka tetap harus

2000): 1) kesiapan anak atau kemampuan

terus diberikan stimulasi guna mematangkan

anak mengembangkan kompetensi personal,

kesiapan

keterampilan

sosial dan intelektual dengan arahan dari

berkomunikasi baik oleh guru maupun

orang dewasa dibutuhkan untuk kesuksesan

orang tua.

tahun-tahun awal sekolah. Anak yang tidak

sekolah

dan

anak-anak

dari

prasekolah

Pada uji hipotesa ditemukan bahwa

diarahkan untuk “siap,” utamanya oleh guru

persepsi anak tentang keterbukaan orang tua

mereka pada tahun pertama sekolah, akan

dalam

berkomunikasi

maupun

seberapa

menceritakan
perasaannya

dengan

mereka

tidak merasa nyaman berada di lingkungan

sering

mereka

mereka; 2) dukungan dari orang tua,

dan

keluarga dan masyarakat. Orang dewasa ini

permasalahan
tidak

berpengaruh

pada

diharapkan

membantu

anak

untuk

kesiapan sekolah mereka. Melihat lebih jauh

beradaptasi dengan keseluruhan aspek dari

pada persepsi anak tentang pola komunikasi

pengalaman

mereka dengan orang tua, pada sampel

sosial, dan psikologis; 3) sistem yang

penelitian memang ditemukan bahwa orang

berkualitas melibatkan proses belajar dan

tua

berkembang bagi anak,

dirasa

cukup

mampu

memahami

baru

termasuk,

akademik,

yang disertai

perasaan dan keinginan mereka. Sedangkan

dengan interaksi dengan teman sebaya,

topik-topik pembicaraan yang dilakukan

interaksi dengan orang dewasa, kesempatan

lebih banyak mengarah pada aturan-aturan

untuk bermain, dsb; 4) bukan hanya anak

yang diberikan oleh arang tua, seperti tidak

yang membutuhkan “kesiapan sekolah”, tapi

boleh

jangan

sekolah perlu untuk menjadi sekolah yang

berbohong, harus rajin sholat, serta beberapa

“siap anak.”; 5) kritikal aspek untuk menjadi

bentuk

sekolah

bermain

aturan

kedisiplinan anak.

lama-lama,

untuk

menumbuhkan

Topik-topik tersebut

yang

keberlanjutan

“siap
proses

anak”

adanya

stimulasi

melalui

disatu sisi membuat anak tidak sepenuhnya

kurikulum, komunikasi antara rumah dan

terbuka pada orang tua, karena ada pikiran

sekolah, dan lingkungan yang terbuka bagi

serta perasaan takut dimarahi oleh orang tua

keluarga dan anak. Salah satu model dengan

104 | Prosiding Seminar Nasional Parenting 2013

perspektif ekologis ditawarkan oleh Pianta

et. al., 2000). Kembali pada hasil penelitian,

&

tersebut

dimana anak mempersepsikan komunikasi

menjelaskan bahwa koneksi yang positif

dengan orang tua cukup efektif namun tidak

antara rumah dansekolah dilakukan dengan

berpengaruh pada kesiapan sekolah anak,

mengembangkan

maka muncul pertanyaan bentuk komunikasi

Walsh

kurikulum

(1996).

dan

Model

komunikasi
kegiatan

yang

terkait
akan

seperti apa

yang perlu

dikembangkan

dilakukan. Jadi jelaslah bawa komunikasi

sehingga

yang diperlukan adalah komunikasi yang

optimalisasi

terstruktur antara anak, orang tua, dan

Komunikasi dalam kesiapan sekolah pada

sekolah. Hal ini menjadi penting untuk

anak mengacu pada dua aspek, yaitu aspek

dicermati, manakala banyak terjadi tidak

akademik

adanya

yang berkelanjutan

Aspek akademik dapat dilakukan dengan

antara pihak guru pra sekolah dengan guru

mengarahkan pada kemampuan literacy

sekolah dasar, sehingga proses transisi anak

anak, dimana dukungan orangtua muncul

menjadi kurang optimal.

dalam bentuk keterlibatan orang tua dalam

komunikasi

akan

mengarahkan

kesiapan

dan

aspek

sekolah

pada
anak.

sosio-emosional.

Kebanyakan tes kesiapan sekolah

beberapa kegiatan anak, seperti: seberapa

yang dikembangkan banyak memfokuskan

banyak waktu yang diluangkan orang tua

pada kemampuan kognitif anak (Graue,

untuk

1993).

banyak

seberapa banyak keluarga menyediakan

mempengaruhi persepsi orang tua dan guru

waktu untuk pergi ke toko buku (Janus,

tentang hasil pengukuran kesiapan sekolah.

2001).

Pada penelitian tentang kesiapan sekolah

menstimulasi aspek sosio-emosional dapat

selanjutnya, keterampilan akademik tidak

dilakukan dengan banyak mendengarkan

lagi

guru.

pendapat, perasaan, dan keinginan anak.

Perkembangan sosial dan emosional anak

Apabila dua aspek komunikasi ini dapat

yang selanjutnya menjadi prioritas dalam

dilakukan oleh orang tua khususnya, maka

aspek kesiapan sekolah anak. Guru dan

proses pengembangan kesiapan sekolah

orang tua menginginkan anak-anak mampu

anak akan semakin optimal.

mengatasi konflik dan belajar bagaimana

Menilik pada

Hal

inilah

banyak

yang

ditekankan

oleh

membaca

bersama

Sedangkan

anak,

komunikasi

pentingnya

atau

dalam

adanya

menjalinrelasi yang terus menerus dengan

komunikasi yang terstruktur antara orang

anak lain. Beberapa peneliti menyampaikan

tua, anak, dan sekolah, maka program

bahwa perkembangan sosial dan emosional

parenting untuk orang tua dan dukungan

anak merupakan dasar bagi pencapaian

kelompok

kesuksesan

and

pengetahuan orang tua tentang tumbuh

Chard,1993;Schweinhartetal., dalam Wright,

kembang anak dan utamanya lagi terkait

di

sekolah

(Katz

yang

bertujuan

memperkuat

School Readiness Anak Ditinjau dari Persepsi terhadap Pola Komunikasi dengan Orangtua | 105
Istiqomah [hal.96-106]

persepsi orang tua tentang peran mereka

berfokus pada proses mendisiplinkan

sebagai pendidik bagi anak mereka perlu

maupun menyelesaikan tugas-tugas

untuk terus dilakukan dan dikembangkan.

sekolah.
3. Dengan

melihat

bahwa

proses

menstimulasi anak adalah proses yang

Simpulan dan Saran
Hasil uji hipotesis pada penelitian ini

berkelanjutan, maka perlu kiranya

menunjukkan nilai F hitung sebesar 0.273

guru terus mengoptimalkan proses

dengan mempergunakan signifikansi sebesar

kesiapan sekolah anak, terutama pada

0.05, sedangkan F tabel ditemukan sebesar

awal-awal usia mereka masuk SD.

7.94. Selanjutnya terlihat bahwa F hitung ≤

Hal

F tabel, maka dapat ditarik kesimpulan

munculnya permasalahan pada kelas

bahwa

yang makin tinggi nantinya.

persepsi

komunikasi

anak

dengan

tentang

orang

tua

pola
tidak

4. Proses

ini

dapat

meminimalisir

stimulasi

diharapkan

berpengaruh terhadap kesiapan sekolah

diaplikasikan dalam metode belajar

mereka. Hasil tersebut menjelaskan bahwa

mengajar dikelas,

perepsi anak tentang keterbukaan orang tua

memunculkan perasaan aman dan

dalam berkomunikasi maupun banyaknya

diterima dari anak yang akan menjadi

percakapan yang dilakukan anak dengan

bekal

orang tua mereka terkait perasaan maupun

mengembangkan prestasi mereka di

permasalahan

masa mendatang.

yang

dihadapi

tidak

bagi

sehingga akan

anak

untuk

berpengaruh terhadap capaian kesiapan

5. Sekolah kiranya dapat memfasilitasi

mereka untuk memasuki jenjang sekolah

orangtua dalam kegiatan parenthing

dasar.

untuk lebih mengenali kebutuhan
Saran

yang

dapat

diberikan

berdasarkan temuan hasil penelitian sebagai
berikut:

tumbuh kembang putra-putrinya.
6. Peneliti

selanjutnya

mengembangkan

dapat

penelitian terkait

1. Orang tua perlu terus menstimulasi

pengembangan alat ukur maupun

kesiapan anak dalam beradaptasi

model-model stimulasi yang bisa

dengan tugas-tugas

dilakukan oleh, orang tua, sekolah,

perkembangan

mereka, baik terkait keterampilan
akademik maupun kecakapan sosial.
2. Orangtua perlu memiliki ketrampilan
dalam

berkomunikasi

dan masyarakat.
7. Pada penelitian berikutnya disarankan
untuk

memperhatikan

nilai

untuk

kerepresentatifan sampel, sehingga

menumbuhkan keterbukaan hubungan

hasil penelitian bisa dipergunakan

orang tua anak, yang tidak hanya

secara optimal.

106 | Prosiding Seminar Nasional Parenting 2013

DAFTAR PUSTAKA

Broström, S. (2000).Communication & continuity in the transition from kindergarten to school
in denmark. Conference on Quality in Early Childhood Education, University of London,
29 August to 1 September 2000.
Cross, A.F., Conn-Powers, M. (2011) A working paper: New information about school readiness .
Emig, C., Moore, A., Scarupa, H.J. (2001). School Readiness: Helping Communities Get
Children Ready for School and Schools Ready for Children. Child Trends.Research Brief
Series.Second Printing.
Hadi, S. (2004).Metodologi research.Jilid 1. Yogyakarta. Andi Offset.
Irani, D.P. (2009). Peran taman kanak-kanak terhadap kesiapan diri anak untuk memasuki
sekolah dasar . Skripsi.Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Janus, M. (2001).Validation of a techer measure of school readiness with parent and shild-care
provider reports.Canadian Centre for Studies of Children at Risk (in collaboration with
Calgary Regional Health Authority) Poster presented at the Deprtment of Psychiatry
Research Day, McMaster University, May 2001
Janus, M. Offord, D (2000). Readiness to learn at school.Isuma.
Kustimah, Abidin, F. A., Kusumawati, D. (t.t.). Gambaran kesiapan anak masuk sekolah dasar
ditinjau dari hasil tes NST (Nijmeegse Schoolbekwaamheids Test).
Mönks, F.J., Rost, H., & Coffie. (t.t). Nijmeegse schoolbekwaamheids test (N.S.T.).
Priyatno, D. (2009). 5 jam belajar olah data dengan SPSS 17. Yogyakarta. Penerbit Andi.
Rimm-Kaufman S. (2004). School transition and school readiness: An outcome of early
childhood development. Encyclopedia on Early Childhood Development.Centre of
Excellence for Early Childhood Development. 1-7.
Winarsunu, T. (2009).Statistik dalam penelitian psikologi dan peneltian. Malang. UMM Press.
Wright, C. Adien, M. Susanckay. (2000). School readiness of low-income children at risk for
schooll failure.Journal of Children & Poverty, 6(2), 99–117.