PPT Likuidasi berangsur
LIKUIDASI BERANGSUR
Likuidasi yang nilai realisasi non-kasnya di ketahui
secara bertahap sehingga realisasinya juga dilakukan
secara berangsur.
Proses realisasi kadang memakan waktu lama. Setelah
semua utang kepada pihak ketiga diselesaikan berarti
sisa kas yang ada adalah haknya sekutu.
Oleh karena itu pembagian kas dapat dilakukan tanpa
menunggu selesainya realisasi.
Untuk menentukan besarnya bagian kas
masing-masing sekutu dapatdi hitung dengan
2 cara:
Perhitunga
n
Pembagian
Kas
Program
Pembagian
Kas
Perhitungan Pembagian Kas
Prosedur Pembagian Kas:
Menghitung saldo bersih masing-masing
sekutu setelah selesai pelunasan utang pada
pihak ketiga
Menghitung rugi potensial yang maksimal
Membagi rugi potensial
Menghitung saldo modal bersih masingmasing
sekutu
setelah
diperhitungkan
dengan rugi potensial
Membagi modal bersih sekutu yang defisit
Contoh 6
Persekutuan ABCD dengan para sekutu A, B, C,
dan D membagi laba atau rugi dengan ratio
15:20:35:30.
Pada
awal
tahun
1991
persekutuan
tersebut
sepakat
untuk
diliikuidasi. Neraca persekutuan per 31
Desember 1990 adalah sebagai berikut ini:
AKTIVA
Kas
Piutang Dagang
Persediaan
Aktiva Tetap
Total Aktiva
PASIVA
Utang Dagang
Utang A
Modal, A
Modal, B
Modal, C
Modal, D
Total Pasiva
Rp 25.000.000
Rp 90.000.000
Rp 100.000.000
Rp 85.000.000
Rp 300.000.000
Rp 90.000.000
Rp 13.000.000
Rp 20.000.000
Rp 32.000.000
Rp 70.000.000
Rp 75.000.000
Rp 300.000.000
Proses likuidasi tersebut berlangsung selama 3 bulan,
yaitu :
Januari:
Semua piutang dagang berhasil direalisasi sebesar Rp
86.000.000. Setelah semua utang kepada pihak
ketiga diselesaikan sisa kas dibagi dengan disisakan
Rp 2.000.000
Februari:
Semua persediaan berhasil direalisasi sebesar Rp
90.000.000. Kas langsung dibagi engan menyisakan
Rp 1.000.000.
Maret:
Semua aktiva tetap berhasil direalisasi sebesar Rp
79.000.000 dan semua kas yang ada langsung
dibagi.
Tabel 4.7
Persekutuan ABCD
Laporan Likuidasi Berangsur
(dalam 000 rupiah)
Tabel 4.8
Perhitungan Pembagian Kas Ke-1
Penjelasan:
Rugi Potensial:
Rugi Potensial yang maksimal terdiri atas:
- Nilai Buku aktiva non kas yang belum diuangkan:
Persediaan
Rp 100.000.000
Aktiva Tetap
Rp 85.000.000
Jumlah aktiva non kas
Rp 185.000.000
- Kas yang tidak dibagi
Rp 2.000.000
Jumlah Rugi Potensial
Rp 187.000.000
Dibagi:
A = 15% x Rp 187.000.000
B = 20% x Rp 187.000.000
C = 35% x Rp 187.000.000
D = 30% x Rp 187.000.000
Pembagian Defisit:
Defisit B Rp 6.200.000
Dibagi:
A = 15/80 x Rp 6.200.000
C = 35/80 x Rp 6.200.000
D = 30/80 x Rp 6.200.000
= Rp 28.050.000
= Rp 37.400.000
= Rp 65.450.000
= Rp 56.100.000
= Rp 1.162.500
= Rp 2.712.500
= Rp 2.325.000
Tabel 4.9
Perhitungan Pembagian Kas Ke-2
Penjelasan:
1. Pembagian Rugi Potensial:
Rugi potensial:
- Aktiva Tetap yang belum diuangkan Rp 85.000.000
- Sisa kas yang tidak dibagi Rp 1.000.000
Jumlah rugi potensial Rp 86.000.000
Dibagi:
A = 15% x Rp 86.000.000 = Rp 12.900.000
B = 20% x Rp 86.000.000 = Rp 17.200.000
C = 35% x Rp 86.000.000 = Rp 30.100.000
D = 30% x Rp 86.000.000 = Rp 25.800.000
Dalam pembagian ke-2 di dalam contoh 6 ini semua sekutu
telah menerima bagian kas maka saldo modal masing-masing
sekutu proporsional dengan ratio pembagian laba, yaitu:
Pembagian Kas Ke-3
Kas yang tersedia dibagi:
- Sisa dari pembagian ke-2
Rp 1.000.000
- Hasil realisasi terakhir
Rp 79.000.000
Jumlah
Rp 80.000.000
Pembagian:
A = 15% x Rp 80.000.000 = Rp 12.000.000
B = 20% x Rp 80.000.000 = Rp 16.000.000
C = 35% x Rp 80.000.000 = Rp 28.000.000
D = 30% x Rp 80.000.000 = Rp 24.000.000
Jumlah
Rp 80.000.000
Bulan Januari:
1. Untuk mencatat realisasi piutang dagang sebesar
Rp 90.000.000 dengan realisasi sebesar Rp
86.000.000 dan membagi rugi realisasi sebesar Rp
4.000.000
Kas Rp 86.000.000
Modal, A Rp
600.000
Modal, B Rp
800.000
Modal, C Rp
1.400.000
Modal, D Rp
1.200.000
Piutang Dagang Rp 90.000.000
2.
Untuk mencatat pelunasan utang dagang:
Utang Dagang Rp 90.000.000
Kas Rp 90.000.000`
3.
Untuk mencatat pembagian kas yang pertama:
Utang A
Rp 3.187,50o
Modal, C
Rp 437.500
Modal, D
Rp 15.375.000
Kas
Rp 19.000.000
Bulan Februari:
1. Untuk mecatat realisasi persediaan sebesar Rp 100.000.000 dengan
nilai realisasi bersih Rp 90.000.000 dengan rugi Rp 10.000.000
Kas Rp 90.000.000
Modal, A Rp 1.500.000
Modal, B Rp 2.000.000
Modal, C Rp 3.500.000
Modal, D Rp 3.000.000
Persediaan Rp 100.000.000
2.
Untuk mencatat pembagian kas sebesar Rp 91.000.000:
Utang A Rp 9.812.500
Modal, A Rp 5.000.000
Modal, B Rp 12.000.000
Modal, C Rp 34.562.500
Modal, D Rp 29.625.000
Kas Rp 91.000.000
Bulan Maret:
1. Untuk mencatat realisasi aktiva tetap dengan nilai
buku Rp 85.000.000 dengan nilai realisasi bersih Rp
79.000.000 dengan rugi 6.000.000:
Kas Rp 79.000.000
Modal, A Rp
900.000
Modal, B Rp 1.200.000
Modal, C Rp 2.100.000
Modal, D Rp 1.800.000
Persediaan Rp 85.000.000
2. Untuk
mencatat
pembagian
kas
sebesar
Rp
80.000.000:
Modal, A Rp 12.000.000
Modal, B Rp 16.000.000
Modal, C Rp 28.000.000
Modal, D Rp 24.000.000
Kas Rp 80.000.000
Program Pembagian Kas
Dengan cara yang kedua ini rencana pembagian kas
itu cuku sekali saja, yaitu sebelum dilakukan
pembagian kas. Besarnya bagian kas untuk masingmasing sekutu tiap-tiap pembagian kas dengan
cara yang kedua ini tidak berbeda dengan cara
yang pertama (dibuat perhitungan pembagian kas).
Prosedur penyusunan rencana program
pembagian kas:
1. Menghitung saldo modal bersih masingmasing sekutu.
2. Menghitung kemampuan masing-masing
sekutu
untuk
menanggung
rugi
persekutuan.
3. Menyusun urutan (ranking) kemampuan
masing-masingsekutu
didalam
menanggung rugi dan menghitung selisih
antar ranking tersebut.
4. Menyusun urutan prioritas pembagian kas
dan besarnya bagian kas untuk masingmasing sekutu.
Contoh 7
Dengan menggunakan data yang sama
dengan contoh 6, yaitu: Persekutuan ABCD
dengan para sekutu A, B, C, dan D membagi
laba atau rugi dengan ratio 15:20:35:30. Pada
awal tahun 1991 persekutuan tersebut
sepakat
untuk
dilikuidasi.
Neraca
persekutuan per 31 Desember 1990 adalah:
AKTIVA
Kas Rp 25.000.000,00
Piutang Dagang Rp 90.000.000,00
Persediaan Rp 100.000.000,00
Aktiva Tetap Rp 85.000.000,00
Total Aktiva Rp 300.000.000,00
PASIVA
Utang Dagang Rp 90.000.000
Utanng – A Rp 13.000.000
Modal, A Rp 20.000.000
Modal, B Rp 32.000.000
Modal, C Rp 70.000.000
Modal, D Rp 75.000.000
Total Pasiva Rp 300.000.000
Proses Likuidasi tersebut berlangsung selama 3 bulan,
yaitu:
Januari:
Semua piutang dagang berhasil direalisasi sebesar
Rp 86.000.000,00. Setelah semua utang kepada
pihak ketiga diselesaikan sisa kas dibagi dengan
disisakan Rp 2.000.000,00 untuk realisasi berikutnya.
Februari:
Semua persediaan berhasil direalisasi sebesar Rp
90.000.000,00. Kas langsung dibagi dengan
menyisakan Rp 1.000.000,00.
Maret:
Semua aktiva tetap berhasil direalisasi sebesar Rp
79.000.000,00 dan semua kas yang ada langsung
dibagi.
Prioritas ke-1
Apabila tersedia kas sampai dengan 9.000.000 maka
semuanya untuk sekutu yang berada pada ranking 1,
yaitu D. Apabila prioritas pertama ini sudah terpenuhi
maka kalau masih tersedia kas, kas akan dibagi untuk
prioritas kedua.
Prioritas ke-2
Pembagian kas untuk prioritas kedua ini baru dilakukan
apabila hak prioritas pertama (kesatu) sebesar Rp
9.000.000 sudah terpenuhi. Jadi pembagian untuk
prioritas kedua ini baru dilakukan apabila kas yang
dibagi melebihi Rp 9.000.000. Apabila prioritas pertama
sudah terpenuhi maka apabila tersedia kas sampai
dengan sebesar Rp 9.000.000 semuanya akan dibagi
sesuai dengan prioritas kedua, yaitu untuk para sekutu
yang berada di ranking 1 yaitu D dan ranking 2 yaitu
A
= 15 bagian atau 1/3 (=15/45)
D
= 30 bagian atau 2/3 (=30/45)
Jmlh= 45 bagian
Apabila prioritas kedua ini sudah terpenuhi dan
masih tersedia kas maka akan dibagi untuk
prioritas ketiga.
Perioritas Ke-3
Pembagian kas untuk prioritas ketiga baru
dilakukan apabila hak prioritas pertama dan kedua
sudah terpenuhi, yaitu:
- Prioritas kesatu
Rp 9.000.000
- Prioritas kedua
Rp 9.000.000
Jumlah
Rp 18.000.000
Jadi pembagian kas untuk prioritas ketiga ini
baru dilaksanakan apabila jumlah kas yang dibagi
melebihi jumlah Rp 18.000.000
Apabila
kedua
prioritas
tersebut
sudah
terpenuhi maka apabila tersedia kas sampai
dengan Rp 32.000.000 akan dibagi untuk prioritas
ketiga. Rasio pembagian rugi-laba:
A = 15 bagian
C = 35 bagian
D = 30 bagian
jmlh = 80 bagian
Apabila prioritas ketiga sudah terpenuhi dan
masih tersedia kas maka akan dibagi untuk
“prioritas terakhir”
Prioritas Terakhir:
Pembagian kas untuk prioritas terakhir ini baru
dilaksanakan apabila hak prioritas sebelumnya
sudah terpenuhi, yang dalam contoh ini adalah:
- Hak prioritas ke-1 Rp 9.000.000
- Hak prioritas ke-2 Rp 9.000.000
- Hak prioritas ke-3 Rp 32.000.000
Jumlah
Rp 50.000.000
Likuidasi yang nilai realisasi non-kasnya di ketahui
secara bertahap sehingga realisasinya juga dilakukan
secara berangsur.
Proses realisasi kadang memakan waktu lama. Setelah
semua utang kepada pihak ketiga diselesaikan berarti
sisa kas yang ada adalah haknya sekutu.
Oleh karena itu pembagian kas dapat dilakukan tanpa
menunggu selesainya realisasi.
Untuk menentukan besarnya bagian kas
masing-masing sekutu dapatdi hitung dengan
2 cara:
Perhitunga
n
Pembagian
Kas
Program
Pembagian
Kas
Perhitungan Pembagian Kas
Prosedur Pembagian Kas:
Menghitung saldo bersih masing-masing
sekutu setelah selesai pelunasan utang pada
pihak ketiga
Menghitung rugi potensial yang maksimal
Membagi rugi potensial
Menghitung saldo modal bersih masingmasing
sekutu
setelah
diperhitungkan
dengan rugi potensial
Membagi modal bersih sekutu yang defisit
Contoh 6
Persekutuan ABCD dengan para sekutu A, B, C,
dan D membagi laba atau rugi dengan ratio
15:20:35:30.
Pada
awal
tahun
1991
persekutuan
tersebut
sepakat
untuk
diliikuidasi. Neraca persekutuan per 31
Desember 1990 adalah sebagai berikut ini:
AKTIVA
Kas
Piutang Dagang
Persediaan
Aktiva Tetap
Total Aktiva
PASIVA
Utang Dagang
Utang A
Modal, A
Modal, B
Modal, C
Modal, D
Total Pasiva
Rp 25.000.000
Rp 90.000.000
Rp 100.000.000
Rp 85.000.000
Rp 300.000.000
Rp 90.000.000
Rp 13.000.000
Rp 20.000.000
Rp 32.000.000
Rp 70.000.000
Rp 75.000.000
Rp 300.000.000
Proses likuidasi tersebut berlangsung selama 3 bulan,
yaitu :
Januari:
Semua piutang dagang berhasil direalisasi sebesar Rp
86.000.000. Setelah semua utang kepada pihak
ketiga diselesaikan sisa kas dibagi dengan disisakan
Rp 2.000.000
Februari:
Semua persediaan berhasil direalisasi sebesar Rp
90.000.000. Kas langsung dibagi engan menyisakan
Rp 1.000.000.
Maret:
Semua aktiva tetap berhasil direalisasi sebesar Rp
79.000.000 dan semua kas yang ada langsung
dibagi.
Tabel 4.7
Persekutuan ABCD
Laporan Likuidasi Berangsur
(dalam 000 rupiah)
Tabel 4.8
Perhitungan Pembagian Kas Ke-1
Penjelasan:
Rugi Potensial:
Rugi Potensial yang maksimal terdiri atas:
- Nilai Buku aktiva non kas yang belum diuangkan:
Persediaan
Rp 100.000.000
Aktiva Tetap
Rp 85.000.000
Jumlah aktiva non kas
Rp 185.000.000
- Kas yang tidak dibagi
Rp 2.000.000
Jumlah Rugi Potensial
Rp 187.000.000
Dibagi:
A = 15% x Rp 187.000.000
B = 20% x Rp 187.000.000
C = 35% x Rp 187.000.000
D = 30% x Rp 187.000.000
Pembagian Defisit:
Defisit B Rp 6.200.000
Dibagi:
A = 15/80 x Rp 6.200.000
C = 35/80 x Rp 6.200.000
D = 30/80 x Rp 6.200.000
= Rp 28.050.000
= Rp 37.400.000
= Rp 65.450.000
= Rp 56.100.000
= Rp 1.162.500
= Rp 2.712.500
= Rp 2.325.000
Tabel 4.9
Perhitungan Pembagian Kas Ke-2
Penjelasan:
1. Pembagian Rugi Potensial:
Rugi potensial:
- Aktiva Tetap yang belum diuangkan Rp 85.000.000
- Sisa kas yang tidak dibagi Rp 1.000.000
Jumlah rugi potensial Rp 86.000.000
Dibagi:
A = 15% x Rp 86.000.000 = Rp 12.900.000
B = 20% x Rp 86.000.000 = Rp 17.200.000
C = 35% x Rp 86.000.000 = Rp 30.100.000
D = 30% x Rp 86.000.000 = Rp 25.800.000
Dalam pembagian ke-2 di dalam contoh 6 ini semua sekutu
telah menerima bagian kas maka saldo modal masing-masing
sekutu proporsional dengan ratio pembagian laba, yaitu:
Pembagian Kas Ke-3
Kas yang tersedia dibagi:
- Sisa dari pembagian ke-2
Rp 1.000.000
- Hasil realisasi terakhir
Rp 79.000.000
Jumlah
Rp 80.000.000
Pembagian:
A = 15% x Rp 80.000.000 = Rp 12.000.000
B = 20% x Rp 80.000.000 = Rp 16.000.000
C = 35% x Rp 80.000.000 = Rp 28.000.000
D = 30% x Rp 80.000.000 = Rp 24.000.000
Jumlah
Rp 80.000.000
Bulan Januari:
1. Untuk mencatat realisasi piutang dagang sebesar
Rp 90.000.000 dengan realisasi sebesar Rp
86.000.000 dan membagi rugi realisasi sebesar Rp
4.000.000
Kas Rp 86.000.000
Modal, A Rp
600.000
Modal, B Rp
800.000
Modal, C Rp
1.400.000
Modal, D Rp
1.200.000
Piutang Dagang Rp 90.000.000
2.
Untuk mencatat pelunasan utang dagang:
Utang Dagang Rp 90.000.000
Kas Rp 90.000.000`
3.
Untuk mencatat pembagian kas yang pertama:
Utang A
Rp 3.187,50o
Modal, C
Rp 437.500
Modal, D
Rp 15.375.000
Kas
Rp 19.000.000
Bulan Februari:
1. Untuk mecatat realisasi persediaan sebesar Rp 100.000.000 dengan
nilai realisasi bersih Rp 90.000.000 dengan rugi Rp 10.000.000
Kas Rp 90.000.000
Modal, A Rp 1.500.000
Modal, B Rp 2.000.000
Modal, C Rp 3.500.000
Modal, D Rp 3.000.000
Persediaan Rp 100.000.000
2.
Untuk mencatat pembagian kas sebesar Rp 91.000.000:
Utang A Rp 9.812.500
Modal, A Rp 5.000.000
Modal, B Rp 12.000.000
Modal, C Rp 34.562.500
Modal, D Rp 29.625.000
Kas Rp 91.000.000
Bulan Maret:
1. Untuk mencatat realisasi aktiva tetap dengan nilai
buku Rp 85.000.000 dengan nilai realisasi bersih Rp
79.000.000 dengan rugi 6.000.000:
Kas Rp 79.000.000
Modal, A Rp
900.000
Modal, B Rp 1.200.000
Modal, C Rp 2.100.000
Modal, D Rp 1.800.000
Persediaan Rp 85.000.000
2. Untuk
mencatat
pembagian
kas
sebesar
Rp
80.000.000:
Modal, A Rp 12.000.000
Modal, B Rp 16.000.000
Modal, C Rp 28.000.000
Modal, D Rp 24.000.000
Kas Rp 80.000.000
Program Pembagian Kas
Dengan cara yang kedua ini rencana pembagian kas
itu cuku sekali saja, yaitu sebelum dilakukan
pembagian kas. Besarnya bagian kas untuk masingmasing sekutu tiap-tiap pembagian kas dengan
cara yang kedua ini tidak berbeda dengan cara
yang pertama (dibuat perhitungan pembagian kas).
Prosedur penyusunan rencana program
pembagian kas:
1. Menghitung saldo modal bersih masingmasing sekutu.
2. Menghitung kemampuan masing-masing
sekutu
untuk
menanggung
rugi
persekutuan.
3. Menyusun urutan (ranking) kemampuan
masing-masingsekutu
didalam
menanggung rugi dan menghitung selisih
antar ranking tersebut.
4. Menyusun urutan prioritas pembagian kas
dan besarnya bagian kas untuk masingmasing sekutu.
Contoh 7
Dengan menggunakan data yang sama
dengan contoh 6, yaitu: Persekutuan ABCD
dengan para sekutu A, B, C, dan D membagi
laba atau rugi dengan ratio 15:20:35:30. Pada
awal tahun 1991 persekutuan tersebut
sepakat
untuk
dilikuidasi.
Neraca
persekutuan per 31 Desember 1990 adalah:
AKTIVA
Kas Rp 25.000.000,00
Piutang Dagang Rp 90.000.000,00
Persediaan Rp 100.000.000,00
Aktiva Tetap Rp 85.000.000,00
Total Aktiva Rp 300.000.000,00
PASIVA
Utang Dagang Rp 90.000.000
Utanng – A Rp 13.000.000
Modal, A Rp 20.000.000
Modal, B Rp 32.000.000
Modal, C Rp 70.000.000
Modal, D Rp 75.000.000
Total Pasiva Rp 300.000.000
Proses Likuidasi tersebut berlangsung selama 3 bulan,
yaitu:
Januari:
Semua piutang dagang berhasil direalisasi sebesar
Rp 86.000.000,00. Setelah semua utang kepada
pihak ketiga diselesaikan sisa kas dibagi dengan
disisakan Rp 2.000.000,00 untuk realisasi berikutnya.
Februari:
Semua persediaan berhasil direalisasi sebesar Rp
90.000.000,00. Kas langsung dibagi dengan
menyisakan Rp 1.000.000,00.
Maret:
Semua aktiva tetap berhasil direalisasi sebesar Rp
79.000.000,00 dan semua kas yang ada langsung
dibagi.
Prioritas ke-1
Apabila tersedia kas sampai dengan 9.000.000 maka
semuanya untuk sekutu yang berada pada ranking 1,
yaitu D. Apabila prioritas pertama ini sudah terpenuhi
maka kalau masih tersedia kas, kas akan dibagi untuk
prioritas kedua.
Prioritas ke-2
Pembagian kas untuk prioritas kedua ini baru dilakukan
apabila hak prioritas pertama (kesatu) sebesar Rp
9.000.000 sudah terpenuhi. Jadi pembagian untuk
prioritas kedua ini baru dilakukan apabila kas yang
dibagi melebihi Rp 9.000.000. Apabila prioritas pertama
sudah terpenuhi maka apabila tersedia kas sampai
dengan sebesar Rp 9.000.000 semuanya akan dibagi
sesuai dengan prioritas kedua, yaitu untuk para sekutu
yang berada di ranking 1 yaitu D dan ranking 2 yaitu
A
= 15 bagian atau 1/3 (=15/45)
D
= 30 bagian atau 2/3 (=30/45)
Jmlh= 45 bagian
Apabila prioritas kedua ini sudah terpenuhi dan
masih tersedia kas maka akan dibagi untuk
prioritas ketiga.
Perioritas Ke-3
Pembagian kas untuk prioritas ketiga baru
dilakukan apabila hak prioritas pertama dan kedua
sudah terpenuhi, yaitu:
- Prioritas kesatu
Rp 9.000.000
- Prioritas kedua
Rp 9.000.000
Jumlah
Rp 18.000.000
Jadi pembagian kas untuk prioritas ketiga ini
baru dilaksanakan apabila jumlah kas yang dibagi
melebihi jumlah Rp 18.000.000
Apabila
kedua
prioritas
tersebut
sudah
terpenuhi maka apabila tersedia kas sampai
dengan Rp 32.000.000 akan dibagi untuk prioritas
ketiga. Rasio pembagian rugi-laba:
A = 15 bagian
C = 35 bagian
D = 30 bagian
jmlh = 80 bagian
Apabila prioritas ketiga sudah terpenuhi dan
masih tersedia kas maka akan dibagi untuk
“prioritas terakhir”
Prioritas Terakhir:
Pembagian kas untuk prioritas terakhir ini baru
dilaksanakan apabila hak prioritas sebelumnya
sudah terpenuhi, yang dalam contoh ini adalah:
- Hak prioritas ke-1 Rp 9.000.000
- Hak prioritas ke-2 Rp 9.000.000
- Hak prioritas ke-3 Rp 32.000.000
Jumlah
Rp 50.000.000