D IPA 0706850 Chapter3

(1)

Kistiono, 2014

Pengembangan Model Praktikum Kontekstual Pada Praktikum Fisika Dasar Untuk Meningkatkan Keterampilan Generik Sains Dan Pemahaman Konsep

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Penelitian ini dilakukan dalam rangka pengembangan model praktikum yang inovatif untuk keperluan kegiatan praktikum Fisika Dasar di tingkat Universitas. Pengembangan ini dilandasi oleh adanya kebutuhan akan model praktikum yang dapat menyokong terhadap pencapaian tujuan perkuliahan Fisika Dasar yaitu membekalkan pemahaman materi ajar Fisika Dasar yang ajeg dan kokoh serta melatihkan keterampilan generik sains. Proses pengembangan dilakukan melalui beberapa tahapan kegiatan antara lain tahapan studi pendahuluan untuk mengidentifikasi bentuk intervensi (perlakuan) yang dibutuhkan dalam kegiatan eksperimen Fisika Dasar untuk mengoptimalkan peran dan fungsinya, tahap perancangan dan tahap pengembangan intervensi (perlakuan) yang meliputi tahap penyusunan intervensi, tahap validasi ahli dan tahap uji coba implementasi perlakuan (intervensi yang dikembangkan). Sesuai dengan fokus dan tahapan penelitian yang dilakukan maka metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian campuran (mixed methods) dengan desain embedded experimental model (Creswell & Clark, 2007 :68). Desain penelitian tersebut secara bagan ditunjukkan pada Gambar 3.1.


(2)

Kistiono, 2014

Pengembangan Model Praktikum Kontekstual Pada Praktikum Fisika Dasar Untuk Meningkatkan Keterampilan Generik Sains Dan Pemahaman Konsep

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Gambar 3.1.

Bagan Metode Penelitian Campuran dengan Desain Embedded Experimental Model

Atas dasar analisis kebutuhan yang dilakukan, teridentifikasi bahwa diperlukan bentuk intervensi dalam kegiatan praktikum Fisika Dasar adalah berupa model praktikum kontekstual (MPK) yang dipandang dapat mengoptimalkan peran dan fungsi praktikum Fisika Dasar dalam menyokong tujuan perkuliahan Fisika Dasar terutama dalam membekalkan pemahaman materi ajar Fisika Dasar dan melatihkan keterampilan generik sains (KGS). Gambar 3.2 menunjukkan bagan penggunaan metode campuran (mixed methods) dalam penelitian yang bertujuan mengembangkan intervensi berupa model praktikum kontekstual (MPK) dan uji coba

Qualitative before intervension

Quantitative premeasure

Quantitative postmeasure

Intervension Qualitative

before intervension Quasy

Experiment

Qualitative during intervension

Interpretation based on quantitative and


(3)

Kistiono, 2014

Pengembangan Model Praktikum Kontekstual Pada Praktikum Fisika Dasar Untuk Meningkatkan Keterampilan Generik Sains Dan Pemahaman Konsep

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

penggunaannya untuk melihat keampuhannya dalam menanamkan pemahaman konsep (materi ajar) dan membekalkan ketarampilan generik sains (KGS).

Gambar 3.2

Bagan Penggunaan Metode Campuran (Mixed Methods) dalam Penelitian MPK untuk kegiatan praktikum Fisika Dasar dikembangkan dengan mengikuti alur pengembangan seperti ditunjukkan pada Gambar 3.3.

Interpretasi data berbasis pada data kualitatif dan data yang

diperoleh Kualitatif

sebelum Intervensi :

Studi kebijakan

Observasi pelaksanaan perkuliahan dan

praktikum

Penelahaan silabus perkuliahan dan

praktikum

Pengukuran PK dan KGS

Pengukuran PK dan KGS MPK

Kualitatif setelah intervensi

Tanggapan mahasiswa terhadap MPK

Karakteristik MPK

Bagaimana MPK dapat membekalkan

pemahaman konsep dan melatihkan KGS Eksperimen Semu implementasi MPK

dengan kontrol MPV untuk mendapatkan gambaran efeknya dalam meningkatkan

pemahaman konsep dan KGS

Observasi pelaksanaan


(4)

Kistiono, 2014

Pengembangan Model Praktikum Kontekstual Pada Praktikum Fisika Dasar Untuk Meningkatkan Keterampilan Generik Sains Dan Pemahaman Konsep

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Gambar 3.3.

Langkah-Langkah Pengembangan Intervensi (MPK)

Pengembangan intervensi

Perancangan intervensi

Studi Pendahulua n

Kajian literatur tentang praktikum dan

pembelajaran fisika serta model-model

desain praktikum

Kajianan literatur tentang CTL, Keterampilan Generik Sains dan Pemahaman

Konsep, Studi lapangan tentang

pelaksanaan praktikum Fisika Dasar dan keadaan KGS dan PK

mahasiswa

Desain Sintaks dan LKM MPK

Desain instrumen KGS dan PK

Desain tanggapan mhs - dosen dan lembar observasi

Intrumen tes KGS dan PK LKM MPK

Sintaks MPK

Uji coba tahap 2 Validasi Perangkat MPK dan Instrumen Penelitian

Rekomendasi dan Revisi

Rekomendasi dan Revisi

Uji Coba Tahap 1

Rekomendasi dan Revisi


(5)

Kistiono, 2014

Pengembangan Model Praktikum Kontekstual Pada Praktikum Fisika Dasar Untuk Meningkatkan Keterampilan Generik Sains Dan Pemahaman Konsep

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

1. Tahap Studi Pendahuluan

Pada tahap ini peneliti melakukan studi lapangan terkait pelaksanaan kegiatan praktikum Fisika Dasar, perangkat pendukungnya atau pedoman kegiatan praktikum Fisika Dasar yang sampai saat ini masih digunakan di salah satu LPTK di Sumatera Selatan dan dampaknya terhadap pemahaman konsep dan keterampilan generik sain mahasiswa. Dari hasil-hasil temuan di lapangan kemudian diidentifikasi permasalahan nyata yang terjadi pada pelaksanaan kegiatan praktikum. Beberapa persoalan yang teridentifikasi di lapangan antara lain: (a) Praktikum Fisika Dasar yang dilakukan sampai saat ini masih menggunakan panduan praktikum yang masih bersifat verifikatif (konvensional), (b) pelaksanaan praktikum Fisika Dasar yang bersifat verifikatif tidak dapat

memfasilitasi mahasiswa untuk mengembangkan pengetahuan dan

keterampilannya, hal ini tercermin dari hasil tes KGS dan PK yang diselenggrakan peneliti saat studi pendahuluan yang masih tergolong rendah.

Hasil-hasil studi di atas menunjukkan bahwa praktikum Fisika Dasar yang masih digunakan sampai saat ini belum dapat menyokong tujuan praktikum yaitu mengembangkan keterampilan dasar dan perolehan pengetahuan terutama dalam pemahaman konsep-konsep dasar fisika sebagai landasan pengembagan fisika selanjutnya. Tentu ini sebuah masalah yang tidak bisa dibiarkan. Ketika suatu tujuan telah ditetapkan maka langkah-langkah yang ditempuh untuk mencapai tujuan tersebut harus benar-benar dapat mendukung pada pencapaian tujuan tersebut. Sebenarnya telah banyak dikembangkan model-model desain praktikum yang inovatif, antara lain inquiry laboratory, problem solving laboratory,

conceptual laboratory, dan lain-lain. Desain-desain ini cocok digunakan untuk kegiatan praktikum yang diorientasikan pada penguatan pemahaman konsep.

Motivasi mahasiswa untuk mengikuti kegiatan praktikum juga tidak begitu kuat, kebanyakan hanya sebatas memenuhi syarat perkuliahan Fisika Dasar. Motivasi mahasiswa untuk melakukan sesuatu dapat ditingkatkan ketika mereka dapat mengetahui manfaat dan keuntungan yang akan mereka peroleh dari mengikuti kegiatan tersebut. Demikian juga dengan praktikum, mahasiswa akan


(6)

Kistiono, 2014

Pengembangan Model Praktikum Kontekstual Pada Praktikum Fisika Dasar Untuk Meningkatkan Keterampilan Generik Sains Dan Pemahaman Konsep

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

tertarik dan termotivasi untuk mengikuti kegiatan praktikum dengan serius dan sungguh-sungguh manakala mereka mengetahui manfaat dan keuntungan yang akan mereka peroleh. Salah satu cara memotivasi mahasiswa untuk mengikuti kegiatan praktikum adalah melalui penyajian tantangan penjelasan fenomena fisis yang sering mereka jumpai dalam keseharian. Untuk dapat menjelaskan fenomena yang disajikan tentu mereka membutuhkan pemahaman konsep terkait, yakinkan kepada mereka bahwa konsep fisika yang mereka butuhkan untuk penjelasan fenomena akan mereka temukan melalui kegiatan praktikum. Dapat dikembangkan suatu desain kegiatan praktikum yang diawali dengan penyajian masalah kontekstual. Sebagaimana pembelajaran yang diawali dengan penyajian masalah kontekstual yang disebut CTL (contextual teaching and learning) maka desain praktikum yang diawali dengan penyajian masalah kontekstual bisa diberi nama praktikum kontekstual. Dalam pelaksanaannya praktikum kontekstual dapat dikembangkan baik untuk meningkatkan pemahaman konsep maupun untuk mengembangkan berbagai keterampilan mahasiswa baik keterampilan proses maupun keterampilan berpikir. Model Praktikum Kontekstual (MPK) inilah yang akan dikembangkan dalam penelitian ini.

2. Tahap Perancangan Intervensi (Treatment)

Selayaknya sebuah model, maka MPK harus mengandung komponen konten (isi) dan komponen aktivitas-aktivitas instruksionalnya. Oleh karena itu dalam pengembangan MPK peneliti melakukan perancangan baik pada segi konten MPK maupun pada segi aktivitas MPK. Aktivitas-aktivitas MPK dirancang untuk membangun sintaks MPK yang secara operasional akan diwujudkan dalam panduan pelaksanaan MPK (lembar kerja mahasiswa = LKM). Konten MPK dirancang untuk mengisi tiap-tiap langkah MPK. Selain itu dilakukan perancangan juga instrumen-instrumen pengukur kompetensi atau variabel yang dapat dikembangkan melalui pelaksanaan MPK diantaranya instrumen tes keterampilan generik sains (KGS) dan instrumen tes pemahaman konsep (PK).


(7)

Kistiono, 2014

Pengembangan Model Praktikum Kontekstual Pada Praktikum Fisika Dasar Untuk Meningkatkan Keterampilan Generik Sains Dan Pemahaman Konsep

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

a. Rancangan Sintaks MPK

Sintaks praktikum merupakan fase-fase atau tahapan-tahapan kegiatan yang harus dilaksanakan dosen dan mahasiswa selama kegiatan praktikum. Fase-fase atau tahapan-tahapan tersebut harus disusun sedemikian rupa agar dapat mendukung pada pencapaian tujuan kegiatan praktikum. Pola umum (global) dari kegiatan pembelajaran dikenal sebagai sintaks pembelajaran. Istilah sintaks mengacu pada pendapat Arends (1997), yaitu keseluruhan aliran atau urutan langkah-langkah yang biasanya diikuti dalam pembelajaran. Sintaks praktikum menggambarkan pola umum pelaksanaan kegiatan praktikum. Sebuah sintaks pembelajaran memiliki ciri (karakteristik) khas yang membedakannya dengan sintaks pembelajaran yang lain. Penamaan Sintaks suatu kegiatan biasanya didasarkan pada ciri spesifik yang dimilikinya. Sintaks MPK menggambarkan pola umum kegiatan MPK dengan ciri khas pada segi kontekstual.

Sintaks MPK dirancang dengan mengacu pada lima strategi dari pebelajaran CTL yang diusulkan oleh Crawford (2001), yaitu : (1) Relating, (2) Experiencing, (3) Applying, (4) Cooperating (learning community), dan (5) Transferring.

Konstruktivisme merupakan paham yang menitikberatkan pada proses konstruksi pengetahuan atau pemahaman oleh mahasiswa itu sendiri; inkuiri adalah sarana yang dapat digunakan konstruksi konsep melalui kegiatan penemuan; bertanya merupakan proses kegiatan interaktif baik lisan/tertulis untuk memperoleh jawaban dalam merumuskan masalah, membuat prediksi (hipotesis), memaknai, meginterpretasi dan menjelaskan hasil-hasil temuan serta membuat kesimpulan; refleksi merupakan kegiatan untuk mengetahui hasil-hasil kegiatan yang telah dilakukan dan kegiatan-kegiatan tindak lajut; masyarakat belajar merupakan strategi kolaboratif yang digunakan dalam kegiatan berinkuiri; penilaian yang sebenarnya merupakan penilaian yang dilakukan terhadap hasil-hasil kegiatan mahasiswa selama praktikum melalui penilaian fortopolio dengan menggunakan sebuah rubrik.

Atas dasar rujukan pada komponen-komponen CTL, maka sintaks MPK harus memuat penyajian persoalan kontekstual, menggunakan pendekatan inkuiri,


(8)

Kistiono, 2014

Pengembangan Model Praktikum Kontekstual Pada Praktikum Fisika Dasar Untuk Meningkatkan Keterampilan Generik Sains Dan Pemahaman Konsep

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

pelaksanaannya dilakukan secara kooperatif kolaboratif, dan kegiatan harus diakhiri dengan kegiatan refleksi dan tindak lanjut.

b. Rancangan LKM MPK

Lembar Kerja Mahasiswa (LKM) merupakan panduan tertulis yang berisi langkah-langkah operasional yang harus dikuti mahasiswa dan instruktur selama melakukan kegiatan praktikum. LKM suatu kegiatan tentu harus selaras dengan tujuan kegiatan dan sintaks kegiatan yang telah ditetapkan. LKM untuk MPK dirancang dengan memuat komponen-komponen antara lain: judul praktikum, rumusan tujuan praktikum, langkah-langkah (prosedur) pelaksanaan praktikum, dan kegiatan penutup. Setiap komponen tersebut dipaparkan sebagai berikut :

1) Judul/Tema yang dipraktikumkan; karena program praktikum yang

dikembangkan secara khusus diperuntukan pada matakuliah Fisika Dasar maka judul/tema praktikum dipilih harus sesuai dengan materi perkuliahan Fisika Dasar, namun karena adanya keterbatasan waktu, sarana dan prasarana maka hanya 8 judul praktikum saja yang diangkat dalam penelitian, antara lain: praktikum hukum II Newton, praktikum gerak jatuh bebas, praktikum hukum Hooke, praktikum rangkaian pegas paralel, praktikum osilasi bandul sederhana, praktikum osilasi pegas, praktikum gaya gesekan, dan praktikum hukum Archimedes.

2) Konteks; karena model kegiatan praktikum ini menggunakan pendekatan kontekstual, maka untuk setiap tema/judul praktikum harus dikaitkan dengan konteks yang relevan. Sesuai dengan jumlah tema/judul praktikum yang dikembangkan, maka jumlah konteks yang ditinjau juga berjumlah 8 konteks, yaitu: fenomena gerak benda, fenomena benda jatuh, aplikasi pegas dalam berbagai perkakas, aplikasi kombinasi pegas paralel dalam berbagai perkakas, fenomena ayunan taman, fenomena ayunan bayi, fenomena gesekan antara benda, fenomena mengapung-melayang dan tenggelam.

3) Rumusan tujuan praktikum; rumusan tujuan praktikum berisikan tentang pernyataan-pernyataan tentang target atau sasaran yang akan dicapai melalui


(9)

Kistiono, 2014

Pengembangan Model Praktikum Kontekstual Pada Praktikum Fisika Dasar Untuk Meningkatkan Keterampilan Generik Sains Dan Pemahaman Konsep

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

kegiatan praktikum. Tujuan praktikum juga harus disesuaikan juga dengan fungsi dan peran dilaksanakannya praktikum tersebut. Fungsi dan peran praktikum Fisika Dasar adalah sebagai sarana untuk memahamkan mahasiswa terhadap konsep-konsep dalam Fisika Dasar dan menanamkan berbagai keterampilan sains, sehingga tujuan praktikum Fisika Dasar ini diarahkan pada pemahaman konsep, penemuan hubungan antar konsep atau antar besaran fisika dan pengembangan keterampilan sains. Tujuan praktikum juga harus menjadi acuan untuk menyusun prosedur melaksanakan praktikum.

4) Prosedur kegiatan penyelidikan

Selakyaknya sebuah kegiatan pembelajaran, maka prosedur kegiatan praktikum harus memuat kegiatan pra praktikum (pendahuluan), kegiatan inti praktikum dan kegiatan akhir (penutup) praktikum.

a) Kegiatan pendahuluan

Kegiatan pendahuluan dilaksanakan dengan tujuan untuk

meningkatkatkan motivasi mahasiswa dalam melaksanakan kegiatan praktikum. Pada MPK kegiatan memotivasi mahasiswa dilakukan dengan cara menyajikan tantangan penjelasan peistiwa/fenomena alam (objek fisis) yang sering terjadi dalam kehidupan sehari-hari. Sebagai contoh, fenomena pada topik gerak jatuh bebas “mengapa sebuah mobil yang jatuh ke jurang akan mengalami tingkat kerusakan yang lebih parah ketika jurangnya sangat dalam?”.

b)Kegiatan inti praktikum

Kegiatan inti praktikum merupakan aktivitas utama dari keseluruhan pragram praktikum. Kebanyakan aktivitas banyak dilakukan pada tahap ini. Dari tahap ini akhirnya kesimpulan diperoleh. Kegiatan inti praktikum harus berisi proses-proses yang disesuaikan dengan tujuan praktikum. Karena tujuan praktikum Fisika Dasar adalah menemukan hubungan antar konsep atau variabel fisis atau besaran fisis, maka proses-proses dalam kegiatan inti


(10)

Kistiono, 2014

Pengembangan Model Praktikum Kontekstual Pada Praktikum Fisika Dasar Untuk Meningkatkan Keterampilan Generik Sains Dan Pemahaman Konsep

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

praktikumnya harus diarahkan pada proses penemuan. Proses penemuan dikenal sebagai inkuiri. Jadi proses pada MPK akan tepat jika menggunakan metode inquiry laboratory. Ciri khas dari inquiry lab adalah petunjuk praktikum berupa pertanyaan bukan pernyataan. Disamping itu sesuai dengan rujukan yang dipakai yaitu CTL dimana salah satu komponennya adalah masyarakat belajar, maka proses-proses MPK harus dilaksanakan secara kooperatif dan kolaboratif.

Terdapat beberapa isi yang harus dicakup dalam kegiatan inti praktikum yaitu:

(a) Demontrasi dan diskusi yang bertujuan untuk mengenalkan konsep/besaran fisis yang terlibat dan menentukan hubungan-hubungan atau salaing kebergantungan antar besaran fisis yang terlibat dalam suatu peristiwa/fenomena.

(c) Mengajukan hipotesis untuk memprediksi bentuk hubungan fungsional yang lebih spesifik antar besaran fisis yang terlibat dalam sebuah fenomena.

(d) Melakukan analisis variabel-variabel ukur, merancang langkah-langkah percobaan dan merancang teknik atau metode analisis data.

(e) Melakukan kegiatan pengukuran (percobaan) dan kegiatan analisis data hasil percoban hingga mendapatkan kesimpulan misalnya berupa bentuk hubungan fungsional antara variabel yang ditemukan dari kegiatan praktikum. Pada tahap ini dapat terlibat berbagai modus refresentasi seperti refresentasi grafik, victorial, matematik dan verbal.

(e) Kegiatan penjelasan fenomena yang disajikan pada tahap pendahuluan. Kegiatan ini diadakan untuk menguji tingkat pemahaman konsep mahasiswa akan suatu konsep atau hubungan antar konsep yang terlibat dalam fenomena yang disajikan.

c) Kegiatan penutup

Kegiatan penutup adalah kegiatan yang dilaksanakan pada setiap akhir kegiatan pelaksanaan praktikum. Salah satu kegiatan yang pantas ada dalam


(11)

Kistiono, 2014

Pengembangan Model Praktikum Kontekstual Pada Praktikum Fisika Dasar Untuk Meningkatkan Keterampilan Generik Sains Dan Pemahaman Konsep

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

kegiatan penutup adalah kegiatan refleksi yang dapat menghasilkan feedback baik bagi mahasiswa maupun untuk dosen. Kegiatan ini juga dapat diisi dengan kegiatan tindak lanjut untuk penguatan dan pengayaan pemahaman konsep.

c. Rancangan Instrumen Tes KGS dan PK

Instrumen tes KGS dan PK dirancang berdasarkan indikator-indikator KGS dan PK serta proses-proses pembekalan yang dilakukan dalam kegiatan praktikum. Rancangan tes KGS dan PK mencakup : 1) indikator KGS dan PK yang dikembangkan melaluiMPK, 2) jumlah soal/item tes, 3) bentuk dan jenis tes 4) alokasi waktu, 5) Konten materi, dan 6) kunci jawaban.

Instrumen tes keterampilan generik sains (KGS) dirancang

berdasarkan pada keterampilan generik sains (KGS) yang dikembangkan oleh Brotosiswoyo (2000). Dari 9 indikator KGS yang ada, hanya 7 indikator yang ditinjau dalam penelitian ini, yaitu: (1) pengamatan tidak langsung, (2) bahasa simbolik, (3) kerangkan logika taat azas, (4) inferensi logika, (5) hubungan sebab akibat, (6) pemodelan matematik, dan (7) membangun konsep yang dapat dikembangkan, dua indikator lain seperti indikator pengamatan langsung dan kesadaran akan skala besaran tidak ditinjau dalam penelitian ini dengan pertimbangan objek atau besaran yang diobservasi tidak dapat diamati secara langsung.

Instrumen tes pemahaman konsep (PK) dikembangkan berdasarkan indikator memahami (understanding) yang dikembangkan oleh Bloom dan

direvisi oleh Anderson, et al (2001). dari 7 indikator, yaitu, (1) menginterpretasi, (2) mencontohkan, (3) mengklasifikasi, (4)

menggeneralisasi, (5) menginferensi, (6) membandingkan dan (7) menjelaskan, hanya enam indikator yang ditinjau. Satu indikator mengklasifikasi tidak ditinjau dalam tes PK ini dengan pertimbangan tidak banyak kegiatan mengklasifikasi pada materi yang dipraktikumkan.


(12)

Kistiono, 2014

Pengembangan Model Praktikum Kontekstual Pada Praktikum Fisika Dasar Untuk Meningkatkan Keterampilan Generik Sains Dan Pemahaman Konsep

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

d. Rancangan Tanggapan Mahasiswa Dan Dosen Terhadap Implementasi MPK.

Untuk menjaring tanggapan dosen dan mahasiswa terhadap implementasi MPK dalam praktikum Fisika Dasar, dirancang suatu tes skala sikap yaitu disajikan beberapa pernyataan yang terkait dengan potensi MPK dalam mengembangkan berbagai kompetensi mahasiswa. Tanggapan dosen dan mahasiswa diberikan dalam bentuk persetujuan dan pertidaksetujuan terhadap item-item pernyataan yang diberikan. Ada empat pilihan tanggapan untuk setiap item pernyataan yaitu SS (bila sangat setuju), S (bila setuju), TS (bila tidak setuju), dan STS (bila sangat tidak setuju). Pernyataan yang disodorkan untuk ditanggapi dirancang mencakup 7 aspek yang terdistribusi dalam 20 butir pernyataan.

3. Tahap Pengembangan Intervensi (Treatment)

Tahap pengembangan merupakan eksekusi dari tahap perencanaan. Tahap ini terdiri atas tiga kegiatan yaitu : (1) tahap pembuatan, (2) tahap validasi ahli, dan (3) tahap uji coba, baik untuk perangkat MPK maupun untuk instrumen penelitian.

a. Tahap Pembuatan Instrumen Penelitian dan Perangkat MPK

Pada tahap ini dilakukan kegiatan pembuatan instrumen penelitian dengan menempuh langkah-langkah sebagai berikut:

(1) Membuat rancangan instrumen tes keterampilan generik sains (KGS) dan instrumen tes pemahaman konsep (PK) seperti ditunjukkan pada Tabel 3.1 dan Tabel 3.2. Kisi-kisi tes KGS dan PK selengkapnya disajikan pada Lampiran A2 dan Lampiran A3.

Tabel 3.1

Rancangan Instrumen Tes Keterampilan Generik Sains (KGS)

No Indikator KGS Jumlah

pertanyaan 1 Pengamatan tak langsung 4


(13)

Kistiono, 2014

Pengembangan Model Praktikum Kontekstual Pada Praktikum Fisika Dasar Untuk Meningkatkan Keterampilan Generik Sains Dan Pemahaman Konsep

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

2 Bahasa simbolik 6

3 Kerangka logika taat azas 5

4 Inferensi logika 4

5 Hukum sebab akibat 6 6 Pemodelan matematika 4

7 Membangun konsep 3

Jumlah Total 32

Tabel 3.2

Rancangan Instrumen Tes Pemahaman Konsep (PK)

(2) Mengembangkan sintaks MPK. Berdasarkan pola umum kegiatan

pembelajaran yang lazim dilakukan, maka MPK akan terbagi dalam tiga kegiatan utama yaitu kegiatan pendahuluan, kegiatan inti dan kegiatan penutup. Pada setiap kegiatan utama tersebut direncanakan akan tercakup satu atau beberapa fase MPK. Rencana fase-fase kegiatan dalam MPK ditunjukkan pada Tabel 3.3.

Tabel 3.3

Fase-Fase Kegiatan MPK untuk Praktikum Fisika Dasar

Kegiatan umum

Fase Orientasi

Pendahuluan Fase 1 Pembangkitan motivasi belajar (bereksperimen)

Inti Fase 2  Pengenalan konsep dan besaran-besaran fisis yang terlibat dalam suatu fenomena fisis dan identifikasi hubungan kualitatif antar besaran fisis dalam suatu fenomena yang ditinjau.

 Pengajuan masalah penyelidikan

Pengajuan prediksi (hipotesis) atas masalah penyelidikan yang diajukan

Fase 3  Merencanakan dan melakukan pengumpulan dan analisis

No Indikator PK Jumlah

Soal

1 Menginterpretasi 5

2 Membandingkan 5

3 Mencontohkan 4

4 Menginferensi 6

5 Menggeneralisasi 4

6 Menjelaskan 4


(14)

Kistiono, 2014

Pengembangan Model Praktikum Kontekstual Pada Praktikum Fisika Dasar Untuk Meningkatkan Keterampilan Generik Sains Dan Pemahaman Konsep

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

data yang mengarah pada suatu penemuan konsep atau hubungan antar konsep (inkuiri)

Fase 4  Penjelasan fenomena alam yang disajikan pada fase motivasi untuk mengecek pemahaman konsep mahasiswa Penutup Fase 5 Peninjauan kembali proses dan hasil praktikum (refleksi),

penguatan dan tindak lanjut kegiatan

(3) Membuat kisi-kisi pernyataan-pernyataan tanggapan mahasiswa dan dosen terhadap MPK yang dikembangkan. Daftar pernyataan untuk tanggapan dosen dan mahasiswa selengkapnya disajikan pada Lampiran B4.

Tabel 3.4.

Kisi-Kisi Tanggapan Mahasiswa Dan Dosen terhadap implementasi MPK

Indikator pertanyaan/pernyataan Jumlah pernyataan

1. Kebaruan MPK 2

2. MPK dan peningkatkan motivasi belajar 1 3. Kesesuaian MPK dengan karakteristik ilmu fisika 1 4. Peranan alat bantu VBL (video based laboratory) 2

5. Kegiatan kolaborasi dalam MPK 1

6. MPK dan pengembangan pemahaman konsep (PK) 6 7. MPK dan pengembangan keterampilan generik sains (KGS) 7

Jumlah total pernyataan 20

b. Tahap Validasi Perangkat MPK dan Instrumen Penelitian

Tahap validasi dilakukan baik terhadap perangkat MPK maupun terhadap instrumen penelitian. Tahap ini dilakukan untuk memastikan bahwa baik perangkat MPK dalam hal ini lembar kerja mahasiswa (LKM) dan instrumen penelitian betul-betul memenuhi kelayakan untuk dijadikan perangkat dan instrumen penelitian.

Proses validasi dilakukan dengan cara meminta pertimbangan (judgement) kepada tiga orang yang dipandang pakar (cakap) dalam menilai perangkat MPK dan instrumen penelitian. Kepada para pakar diminta untuk menilai kelayakan LKM yang dibuat dengan desain dan tujuan kegiatan praktikum yang akan diselenggarakan. Selain itu juga kepada mereka diminta untuk memeriksa kesesuaian instrumen penelitian dengan indikator-indikator yang akan diukur dalam hal ini indikator pemahaman konsep (PK) dan indikator keterampilan


(15)

Kistiono, 2014

Pengembangan Model Praktikum Kontekstual Pada Praktikum Fisika Dasar Untuk Meningkatkan Keterampilan Generik Sains Dan Pemahaman Konsep

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

generik sains (KGS). Jumlah validator yang terlibat dalam validasi ini adalah 3 orang pakar dalam bidang Fisika dan Praktikum Fisika.

Untuk LKM MPK hal-hal yang diminta pertimbangan, masukan dan saran dari validator antara lain kelayakan dalam hal sebagai berikut : (1) kesesuaian setiap LKM dengan sintaks MPK, (2) kesesuaian fenomena/peristiwa fisis (konteks) yang disajikan dalam setiap LKM dengan konsep atau hubungan antar konsep yang akan diselidiki, (3) kesesuaian gambar-gambar fenomena fisis yang disajikan dengan konsep fisika yang akan diselidiki, (4) Kesesuaian proses-proses yang disusun pada setiap LKM dengan desain praktikum yang berorientasi pada penemuan (inkuiri), (5) kesesusaian pertanyaan-pertanyaan pengarah dalam LKM dengan target (tujuan) dari penemuan, (6) kesesuaian proses-proses dalam LKM dengan pengembangan pemahaman konsep, (7) kesesuaian proses-proses dalam LKM dengan pengembangan keterampilan generik sains (KGS), (8) kesesuaian penggunaan VBL (Video Based Laboratory) untuk mengatasi kesukaran pengukuran posisi fungsi waktu untuk peristiwa dinamik dengan alat ukur biasa (stopwatch), (9) LKM yang disusun menunjukkan langkah kerja yang sistematis, runut ke arah penemuan hubungan antar variabel. Selain itu juga tentang (10) kesalahan dalam pengetikan naskah LKM, dan (11) penggunaan tata bahasa dalam LKM yang sesuai dengan kaidah bahasa indonesia yang baik dan benar serta kemudahan untuk dipahami dan tidak membingungkan pembaca. Untuk penilaian LKM MPK disediakan format lembar validasi LKM MPK seperti ditunjukkan pada Lampiran B1.

Untuk instrumen tes KGS dan PK, saran, masukan dan rekomendasi yang diminta adalah tentang kelayakan instrumen tes PK dan KGS dibuat untuk digunakan sebagai alat pengumpul data. Terutama penilaian tentang kesesuaian antara butir-butir soal yang dibuat dengan indikator-indikator pemahaman konsep dan keterampilan generik sains yang diukur. Selain itu juga redaksional soal dan kesalahan dalam pengetikan. Untuk validasi instrumen penelitian disediakan format judgement tes PK dan tes KGS seperti pada Lampiran B2.


(16)

Kistiono, 2014

Pengembangan Model Praktikum Kontekstual Pada Praktikum Fisika Dasar Untuk Meningkatkan Keterampilan Generik Sains Dan Pemahaman Konsep

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

c. Tahap Uji Coba Instrumen Tes

Selain validasi ahli, untuk instrumen tes dilakukan juga ujicoba yang

tujuannya adalah untuk untuk mengetahui reliabilitas tes, tingkat kemudahan butir soal dan daya pembeda butir soal.Uji coba tes dilakukan terhadap sejumlah mahasiswa calon guru fisika angkatan tahun 2011-2012 pada FKIP (fakultas keguruan dan ilmu pendidikan) salah satu Universitas Negeri di Sumatera Selatan dengan jumlah responden sebanyak 25 mahasiswa. Untuk kepentingan pengujian keajegan instrumen tes (reliabilitas tes), ujicoba dilakukan sebanyak dua kali kepada responden yang sama tetapi beda waktu (metode test-retest).

d. Tahap Ujicoba Tahap 1 Implementasi MPK

Untuk menyempurnakan perangkat MPK dan instrumen penelitian dari sisi praktis telah dilakukan ujicoba tahap 1 implementasi MPK dan perangkatnya dalam kegiatan praktikum Fisika Dasar. Ujicoba tahap 1 dilakukan terhadap subyek yang berjumlah 12 mahasiswa Prodi Pendidikan Fisika angkatan tahun 2011-2012 pada FKIP di salah Universitas Negeri di Sumatera Selatan. Dalam pelaksanaanya subyek penelitian dibagi kedalam empat kelompok kecil dengan jumlah masing-masing kelompok sebanyak tiga mahasiswa. Hal ini dimaksudkan agar pelaksanaan praktikum dapat berjalan dengan efektif dan efisisien yang mencerminkan salah satu komponen CTL yaitu masyarakat belajar (belajar secara kooperatif).

Pelaksanaan ujicoba tahap 1 menggunakan desain one group pretest-posttest. Dengan desain ini, sebelum dan sesudah dilakukan perlakuan (treatment) berupa implementasi MPK, terhadap subyek dilakukan tes awal (pretest) dan tes akhir (posttest) baik untuk PK maupun KGS. Karena sifatnya terbatas, maka dari delapan topik kegiatan praktikum yang dikembangkan hanya tiga topik praktikum saja yang diimplementasikan, yaitu praktikum benda jatuh bebas, praktikum gaya gesekan, dan praktikum hukum 2 Newton. Topik-topik praktikum tersebut dipilih dengan pertimbangan karena ketiga topik praktikum merupakan fenomena dinamik sehingga dalam pelaksanaannya menggunakan alat bantu VBL (video


(17)

Kistiono, 2014

Pengembangan Model Praktikum Kontekstual Pada Praktikum Fisika Dasar Untuk Meningkatkan Keterampilan Generik Sains Dan Pemahaman Konsep

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

based laboratory) yang dilengkapi dengan software tracker, yang belum dikenal mahasiswa sebelumnya. Sehingga ujicoba ini juga sekalian mengenalkan VBL kepada mahasiswa.

Desain one group pretest-posttest ditunjukkan seperti pada Gambar 3.4.

Tes Awal Perlakuan Tes Akhir O1,O2 X O1,O2

Gambar 3.4. Desain uji coba tahap 1

Keterangan

O1 : Tes Pemahaman Konsep (PK)

O2 : Tes Keterampilan Generik Sains (KGS)

Dari ujicoba tahap 1 ini diharapkan diperoleh rekomendasi-rekomendasi untuk perbaikan dan penyempurnaan MPK dan perangkatnya beserta instrumen penelitian dalam tataran pelaksanaannya (praktisnya), sehingga program yang dikembangkan lebih visible lagi untuk diaplikasikan dalam kegiatan praktikum Fisika Dasar di pertguruan tinggi nantinya. Untuk itu dalam pelaksanaan ujicoba terbatas tersebut dilakukan observasi yang seksama terhadap keterlaksanaan setiap fase program oleh para observer yang ditunjuk dengan panduan lembar observasi. Tujuan lain dari ujicoba terbatas adalah untuk mengetahuai potensi dari program praktikum yang dikembangkan dalam hal ini MPK dalam mengembangkan pemahaman konsep (PK) dan keterampilan generik sains (KGS) mahasiswa.

e. Tahap Ujicoba Tahap 2 Perangkat MPK.

Perangkat MPK yang telah disempurnakan (direvisi) berdasarkan rekomendasi dari tahap validasi ahli dan hasil ujicoba tahap 1, selanjutnya diujicoba kembali pada tahap ujicoba kedua. Berbeda dengan ujicoba tahap 1, pada uji coba tahap dua ini semua tema/judul praktikum yang dikembangkan (8 judul) diimplementasikan seluruhnya. Uji coba tahap 2 ini ditujukan untuk


(18)

Kistiono, 2014

Pengembangan Model Praktikum Kontekstual Pada Praktikum Fisika Dasar Untuk Meningkatkan Keterampilan Generik Sains Dan Pemahaman Konsep

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

mendapatkan gambaran tentang keunggulan model praktikum yang

dikembangkan (MPK) dalam membekalkan PK dan KGS dibanding dengan pragram praktikum yang biasa dilakukan (praktikum tradisional). Untuk itu pada ujicoba tahap 2 ini digunakan kelas kontrol, yaitu kelas yang mendapatkan kegiatan praktikum secara (tradisional). Metode yang digunakan dalam uji coba tahap 2 ini adalah metode quasi exsperiment dengan menggunakan desain “

Randomized control group pretest-posttest”. Sugiono (2010: 76) menjelaskan bahwa ciri utama Randomized control grouppretest-posttest design adalah sampel dari kelas ekspeimen maupun kelas kontrol dipilih secara acak kelas (cluster random) dan kepada kelas ekperimen diberikan perlakuan eksperimen sedangkan kepada kelas kontrol diberikan perlakuan kontrol. Terhadap kedua kelompok dilakukan tes awal dan tes akhir yang sama pada saat sebelum dan sesudah perlakuan.

Perlakuan (intervensi) yang diberikan pada kelas eksperimen adalah berupa implementasi MPK yang berorientasi pada penemuan (inkuiri) sedangkan perlakukan yang diberikan kepada kelas kontrol adaah berupa kegiatan praktikum tradisional yang bersifat verifikatif.

Desain randomized control group pretest-posttest ditunjukkan pada Gambar 3.5.

Kelompok Sampling Tes awal perlakuan Tes akhir Eksperimen R O1,O2 Xa, Xb O1,O2 Kontrol R O1,O2 Y O1,O2

Gambar 3.5. Desain Ujicoba Tahap 2

Keterangan :

R : kelompok dipilih secara random O1 : Tes pemahaman konsep (PK)


(19)

Kistiono, 2014

Pengembangan Model Praktikum Kontekstual Pada Praktikum Fisika Dasar Untuk Meningkatkan Keterampilan Generik Sains Dan Pemahaman Konsep

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Xa : Perlakuan eksperimen (MPK) dengan VBL

Xb : perlakuan eksperimen (MPK) tanpa VBL Y : Perlakuan kontrol (Praktikum Verifikatif)

Dari hasil ujicoba luas ini selain diharapkan diperoleh rekomendasi untuk penyempurnaan MPK juga diperoleh gambaran efektifitas dari penggunaan MPK yang dikembangkan dalam meningkatkan pemahaman konsep (PK) dan keterampilan generik sains (KGS) dibandingan dengan penggunaan model praktikum tradisional (praktikum verifikasi). Untuk pembandingan ini dijukan hipotesis eksperimen sebagai berikut :

a. : Terdapat perbedaan peningkatan pemahaman konsep (PK) yang signifikan antara mahasiswa yang melaksanakan kegiatan praktikum dengan MPK dengan siswa yang melaksanakan praktikum dengan MPV

b. : Terdapat perbedaan peningkatan keterampilan

generik sains (KGS) yang signifikan antara mahasiswa yang melaksanakan kegiatan praktikum

dengan MPK dengan mahasiswa yang

melaksanakan praktikum dengan MPV.

Karena dalam pelaksanaan kegiatan MPK ada beberapa tema/judul yang menggunakan perangkat VBL dalam pelaksanaannya, maka dilakukan juga pengujian beda rata-rata peningkatan PK dan KGS antara mahasiswa yang mendapatkan kegiatan praktikum dengan MPK yang menggunakan VBL dan yang tidak menggunakan VBL dengan mahasiswa yang mendapatkan kegiatan praktikum tradisional yang tidak menggunakan VBL. Untuk pengujian ini diajukan hipotesis seperti berikut :

a. HA : 5 6 Terdapat perbedaan yang signifikan dalam peningkatan pemahaman konsep (PK) dinamik (gerak benda) antara mahasiswa yang melaksanakan kegiatan


(20)

Kistiono, 2014

Pengembangan Model Praktikum Kontekstual Pada Praktikum Fisika Dasar Untuk Meningkatkan Keterampilan Generik Sains Dan Pemahaman Konsep

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

praktikum dengan MPK berbantuan VBL dengan mahasiswa yang melaksanakan praktikum MPV tanpa bantuan VBL.

b. HA : 7 8 Terdapat perbedaan yang signifikan dalam peningkatan pemahaman konsep (PK) non dinamik antara mahasiswa yang melaksanakan kegiatan praktikum dengan MPK tanpa VBL dengan mahasiswa yang melaksanakan praktikum MPV tanpa bantuan VBL. c. HA : 9 10 Terdapat perbedaan yang signifikan dalam peningkatan

keterampilan generik sains (KGS) terkait materi dinamik (gerak benda) antara mahasiswa yang melaksanakan kegiatan praktikum dengan MPK

berbantuan VBL dengan mahasiswa yang

melaksanakan praktikum MPV tanpa bantuan VBL. d. HA : 9 10 Terdapat perbedaan yang signifikan dalam peningkatan

keterampilan generik sains (KGS) terkait materi non dinamik antara mahasiswa yang melaksanakan kegiatan praktikum dengan MPK tanpa bantuan VBL dengan mahasiswa yang melaksanakan praktikum MPV tanpa bantuan VBL.

Selain itu juga diharapkan diperoleh gambaran tanggapan mahasiswa dan dosen terhadap MPK dan pengguinaannya dalam kegiatan praktikum Fisika Dasar di tingkat Universitas. Untuk menjaring tanggapan mahasiswa dan dosen tersebut telah disiapkan lembar skala sikap yang berisi berbagai pernyataan-pernyataan terkait dengan MPK dan potensi penggunaannya. Kepada dosen dan mahasiswa dimintakan persetujuan atau pertidaksetujuan untuk setiap pernyataan yang diajukan sesuai dengan yang mereka amati, alami dan rasakan.

Ujicoba tahap 2 dilakukan juga pada FKIP di salah satu Universitas Negeri di Sumatera Selatan. Pada FKIP tersebut terdapat jurusan Pendidikan matematika dan ilmu pengetahuan alam (PMIPA) yang meliputi 4 program studi,


(21)

Kistiono, 2014

Pengembangan Model Praktikum Kontekstual Pada Praktikum Fisika Dasar Untuk Meningkatkan Keterampilan Generik Sains Dan Pemahaman Konsep

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

yaitu: Program studi Pendidikan Matematika, program studi Pendidikan Biologi, program studi Pendidikan Kimia, dan program studi Pendidikan Fisika. Semua mahasiswa pada FKIP ini wajib mengontrak matakuliah Fisika Dasar pada tahun pertama dan wajib mengikuti kegiatan praktikum Fisika Dasar.

Rincian jumlah mahasiswa dari masing-masing program studi yang mengontrak matakuliah fisika dasar (tahun pertama) tahun pelajaran 2012-2013 adalah: 34 mahasiswa prodi Pendidikan Matematika (1 kelas), 33 mahasiswa prodi Pendidikan Biologi (1 kelas), 30 mahasiswa prodi Pendidikan Kimia (1 kelas), dan 46 mahasiswa prodi Pendidikan Fisika yang terbagi dalam dua kelas masing-masing kelas berjumlah 28 dan 18 mahasiswa.

Kedua kelas prodi Fisika ini yang kemudian dipilih sebagai subjel ujicoba tahap 2. Dari hasil pemilihan sampel yang dilakukan secara random, terpilih kelas yang jumlah mahasiswanya 28 orang sebagai kelompok eksperimen dan kelas yang jumlah mahasiswanya 18 orang sebagai kelompok kontrol.

Untuk pengumpulan data digunakan berbagai instrumen yang telah disempurnakan berdasarkan hasil validasi ahli dan hasil ujicoba instrumen, yaitu instrumen tes PK, instrumen tes KGS, instrumen skala sikap dan lembar observasi keterlaksanaan program.

B. Hasil Pengembangan Instrumen Penelitian

Instrumen utama yang dikembangkan dalam penelitian pengembangan ini antara lain tes pemahaman konsep (PK), tes keterampilan generik sains (KGS), lembar skala sikap, dan lembar observasi keterlaksanaan MPK.

1. Hasil Pengembangan dan Validasi Ahli Instrumen Tes Pemahaman Konsep (PK) dan Keterampilan Generik Sains (KGS)

Instrumen tes pemahaman konsep (PK) dan tes keterampilan generik sains (KGS) yang dikembangkan masing-masing berjumlah 32 butir soal dan 28


(22)

Kistiono, 2014

Pengembangan Model Praktikum Kontekstual Pada Praktikum Fisika Dasar Untuk Meningkatkan Keterampilan Generik Sains Dan Pemahaman Konsep

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

butir soal. Kedua tes ini dikonstruksi dalam bentuk tes objektif jenis pilihan ganda dengan jumlah option sebanyak 5 yaitu (a, b, c, d, dan e).

Sebaran soal tiap indikator pemahaman konsep (PK) dan tiap indikator keterampilan generik sains (KGS) dapat dilihat pada Tabel 3.5 dan Tabel 3.6.

Tabel 3.5

Komposisi jumlah dan nomor soal pada tiap indikator tes KGS

Tabel 3.6.

Komposisi jumlah dan nomor soal pada tiap indikator tes PK

Hasil validasi ahli untuk instrumen tes keterampilan generik sains (KGS) dan pemahaman konsep (PK) menunjukkan bahwa ketiga validator merekomendasikan bahwa instrumen tes pemahaman konsep (PK) dan tes keterampilan generik sains (KGS) layak digunakan untuk mengukur pemahaman konsep dan keterampilan generik sains mahasiswa, namun demikian terdapat beberapa hal yang perlu direvisi, terutama dalam hal

Indikator KGS

Jumlah item Jumlah

butir soal

Nomor butir soal Pengamatan tak langsung 4 1 – 4 Kerangka logika taat azas 6 5 – 10

Hukum sebab akibat 5 11 – 15

Inferensi logika 4 16 – 19

Bahasa simbolik 6 20 – 25

Membangun konsep 4 26 – 29

Pemodelan matematik 3 30 – 32

Jumlah 32 1 – 32

Indikator Pemahaman Konsep

Jumlah item Jumlah

soal

Nomor soal

Menginterpretasi 5 1 – 5

Membandingkan 5 6 – 10

Mencontohkan 4 11 – 14

Menginferensi 6 15 – 20

Meringkas 4 21 – 24

Menjelaskan 4 25 – 28


(23)

Kistiono, 2014

Pengembangan Model Praktikum Kontekstual Pada Praktikum Fisika Dasar Untuk Meningkatkan Keterampilan Generik Sains Dan Pemahaman Konsep

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

kejelasan dan kesesuaian gambar pada soal yang mengandung gambar, redaksisional soal dan tata tulis soal. Catatan saran revisi dan perbaikan item tes dari ketiga validator disajikan pada Lampiran B3.

Tabel 3.7 menunjukkan rekapitulasi hasil validasi ahli tes KGS serta saran dan rekomendasi dari ketiga validator.

Tabel 3.7.

Reakpitulasi Hasil Validasi Ahli Terhadap Instrumen Tes KGS Kesesuaian item tes KGS,

dengan Saran dan rekomendasi

 Materi ajar Fisika Dasar Ketiga validator menyatakan bahwa konten semua item tes sudah sesuai dengan materi ajar Fisika Dasar

 Rumusan Indikator Ketiga validator menyatakan bahwa semua butir soal KGS yang dibuat sudah sesuai dengan indikator KGS

 Option (pilihan jawaban) Ketiga validator menyatakan bahwa semua option jawaban sudah menunjukkan homogenitas yang baik  Kunci Jawaban Ketiga validator menyatakan bahwa kunci jawaban soal

sudah tidak mengandung kesalahan  Gambar /grafik/Tabel dan

lambang-lambang fisika

Ketiga validator menyatakan bahwa semua gambar sudah sesuai dengan maksud soal, namun demikian ada revisi untuk no 1,2 dan tentang kejelasan Gambar untuk no 7, 8 dan 21 pilihan jawaban tunggal menjadi pilihan berganda. no.23 susunan dan letak Gambar dan no 31 tanda lambang  Penggunaan tata bahasa Ketiga validator menyatakan bahwa penggunaan tata bahasa sudah sesuai dengan kaidah bahasa indonesia yang baik.

Hasil-hasil validasi ahli di atas menunjukkan bahwa instrumen tes KGS yang dikembangkan telah memenuhi butir-butir soal yang valid yaitu butir-butir soal yang dapat mengujur apa yang hendak diukur. Dengan kata lain instrumen tes KGS yang dikembangkan layak digunakan untuk mengukur keterampilan generik sains mahasiswa setelah mengikuti kegiatan praktikum Fisika Dasar. Tabel 3.8 menunjukkan rekapitulasi hasil validasi ahli tes pemahaman konsep (PK) serta saran dan rekomendasi perbaikan dari ketiga validator.

Tabel 3.8


(24)

Kistiono, 2014

Pengembangan Model Praktikum Kontekstual Pada Praktikum Fisika Dasar Untuk Meningkatkan Keterampilan Generik Sains Dan Pemahaman Konsep

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Kesesuaian item

tes PK dengan Saran dan rekomendasi

 Materi ajar Fisika Dasar

Ketiga validator menyatakan bahwa semua item tes PK sesuaiaiai dengan materi ajar Fisika Dasar

 Rumusan Indikator

Ketiga validator menyatakan bahwa semua butir soal yang disusun sesuai dengan indikator-indikator PK yang diukur

 Option (pilihan jawaban)

Ketiga validator menyatakan bahwa semua option sudah homogen, namun ada revisi untuk soal no. 4, 14 dan 20 penggunaan lambang pada option jawaban.

 Kunci Jawaban Ketiga validator menyatakan bahwa semua kunci jawaban sudah tidak mengandung kekeliruan.

 Gambar /grafik/Tabel

Ketiga validator menyatakan bahwa semua gambar sudah sesuai dengan maksud dan tujuan soal, namun ada revisi pada item soal no.20 dari Gambar virtual menjadi gambar nyata.

 Penggunaan tata bahasa

Ketiga validator menyatakan bahwa naskah soal telah dibuat dengan menggunakan tata bahasa indonesia yang baik.

Hasil-hasil validasi ahli di atas menunjukkan bahwa instrumen tes PK yang dikembangkan telah memenuhi butir-butir soal yang valid yaitu butir-butir soal yang dapat mengujur apa yang hendak diukur. Dengan kata lain instrumen tes PK yang dikembangkan layak digunakan untuk mengukur pemahaman konsep mahasiswa setelah mengikuti kegiatan praktikum Fisika Dasar.

2. Analisis Data Hasil Ujicoba Instrumen Tes PK dan KGS

Sebelum instrumen tes keterampilan generik sains (KGS) dan pemahaman konsep (PK) digunakan untuk pengukuran, terlebih dahulu instrumen tes diujicobakan untuk mengetahui keajegannya dalam menghasilkan skor (reliabilitas), tingkat kemudahannya, dan daya pembedanya. Soal yang baik harus memiliki reliabilitas yang tinggi, daya pembeda yang baik dan tingkat kesukaran yang memadai.

1) Reliabilitas tes (r)

Reliabilitas tes didefinisikan sebagai tingkat keajegan atau kestabilan skor yang diperoleh testee yang sama ketika diuji ulang dengan tes yang sama pada situasi yang berbeda atau dari satu pengukuran ke pengukuran lainnya. Suatu instrumen dikatakan reliabel jika digunakan beberapa kali pada subjek yang sama menghasilkan skor yang relatif sama (Sugiyono, 2008:121). Sesuai dengan definisi tersebut maka pengujian reliabilitas instrumen tes PK dan KGS dilakukan


(25)

Kistiono, 2014

Pengembangan Model Praktikum Kontekstual Pada Praktikum Fisika Dasar Untuk Meningkatkan Keterampilan Generik Sains Dan Pemahaman Konsep

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

dengan metode test-retest, yaitu pelaksanaan tes sebanyak dua kali terhadap subjek yang sama namun waktu berbeda, selisih waktunya sekitar dua minggu. Hasil kedua tes untuk tiap siswa kemudian dikorelasikan untuk memperoleh koefisien reliabilitas (r) dengan menggunakan persamaan 3.1.

∑ ∑ ∑

√ ∑ ∑ ∑ ∑ (3.1)

Keterangan :

R = koefisien korelasi anatara variabel X dan variabel Y X = skor tiap testee pada ujicoba pertama

Y = skor tiap testee pada ujicoba kedua N = jumlah testee

Untuk menentukan tinggi rendahnya koefisien reliabilitas tes digunakan kategori seperti ditunjukkan pada Tabel 3.9.

Tabel 3.9

Interpretasi koefisien reliabilitas (r) tes

Koefisien reliabilitas tes

Kategori Reliabilitas 0,8 < r  1,0 Sangat tinggi 0,6 < r  0,8 Tinggi 0,4 < r  0,6 Cukup 0,2 < r  0,4 Rendah 0,0  r  0,2 Sangat Rendah Arikunto (2003 : 89)

2) Tingkat Kemudahan (TK) soal

Tingkat kemudahan tes (TK) menyatakan seberapa persen dari jumlah responden yang dapat menjawab suatu soal dengan benar. Semakin besar persentase siswa yang menjawab benar mana indeks tingkat kemudahan makin besar yang berarti soal tersebut semakin mudah. Pengujian tingkat kemudahan soal dilakukan untuk melihat proporsi soal yang tergolong mudah, sedang dan sukar. Ini penting sebab dalam suatu tes soalnya jangan mudah semua atau sukar semua. Untuk melakukan analisis tingkat kemudahan item tes digunakan software


(26)

Kistiono, 2014

Pengembangan Model Praktikum Kontekstual Pada Praktikum Fisika Dasar Untuk Meningkatkan Keterampilan Generik Sains Dan Pemahaman Konsep

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

kemudahan (TK) yang dapat dihitung dengan menggunakan Persamaan (3.2) berikut ini :

(3.2) Keterangan:

TK : indeks tingkat kemudahan butir soal

B : banyaknya responden yang menjawab suatu butir soal

T : jumlah seluruh responden

Untuk menginterpretasi indek tingkat kemudahan (TK) soal digunakan kategori seperti pada Tabel 3.10.

Tabel 3.10.

Interpretasi indeks tingkat kemudahan (TK) soal Indeks kemudahan

Butir soal (%) Kategori

Sukar

Sedang

Mudah

Mehrens dan Lehmann (1984)

3) Daya Pembeda (DB) soal

Daya pembeda (DP) soal didefinisikan sebagai kemampuan suatu butir soal dalam membedakan responden yang berkemampuan tinggi dan berkemampuan rendah. Soal yang baik harus dapat membedakan yang berkemampuan tinggi dan yang berkemampuan rendah. Daya pembeda soal dinyatakan dengan suatu indek yang disebut indeks daya pembeda (DP). Menurut Matlock & Hetzal (1977), daya pembeda (DP) merupakan selisih antara proporsi responden kelompok atas (berkemampuan tinggi) yang menjawab butir soal dengan benar dengan proporsi mahasiswa kelompok bawah (berkemampuan rendah) yang menjawab butir soal dengan benar. Analisis daya pembeda dilakukan dengan menggunakan Software ANATES versi 4. Indeks daya pembeda


(27)

Kistiono, 2014

Pengembangan Model Praktikum Kontekstual Pada Praktikum Fisika Dasar Untuk Meningkatkan Keterampilan Generik Sains Dan Pemahaman Konsep

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

(3.3) Keterangan:

: Daya pembeda item tes

: Proporsi mahasiswa kelompok atas (berkemampuan tinggi) yang menjawab item tes dengan benar

Pb: Proporsi mahasiswa kelompok bawah (berkemampuan rendah) yang menjawab item tes dengan benar

Hasil daya pembeda (DP) item tes, selanjutnya diinterprestasi daya pembedanya dengan menggunakan katagori seperti ditunjukkan pada Tabel 3.11.

Tabel 3.11

Katagori indeks daya pembeda (DP) butir soal Indeks daya

pembeda (DP)

Kriteria

Sangat baik

Baik

0,2 Cukup

Jelek

(Matlock & Hetzal, 1977)

3, Hasil Analisis Data Ujicoba Instrumen Tes PK dan KGS

1) Hasil Analisis DayaPembeda (DP) Dan Tingkat Kemudahan Soal Tes KGS dan PK

Rekapitulasi hasil analisis daya pembeda (DP) dan tingkat kemudahan (TK) butir soal tes KGS dan PK dengan software ANATES versi 4, ditunjukkan pada Tabel 3.12 dan Tabel 3.13.

Tabel 3.12

Hasil Analisis Daya Pembeda (DP)

Dan tingkat Kemudahan (TK) Tes KGS

Daya Pembeda (DB) soal Tingkat Kemudahan (TK) soal Kategori Jumlah

soal Nomor soal Kete-rangan Katego ri Jumlah soal Nomor Soal Kete-rangan

Jelek 7

6, 8, 18, 22, 23, 24 dan 29

Tidak

digunakan Mudah 3 6, 8 dan 29

Tidak digunakan Baik/ Sangat baik 25

1 -5, 7, 9-17, 19-21, 25-28, 30-32

Digunakan Sedang 25

1 -5, 7, 9-17, 19-21, 25-28, 30-32


(28)

Kistiono, 2014

Pengembangan Model Praktikum Kontekstual Pada Praktikum Fisika Dasar Untuk Meningkatkan Keterampilan Generik Sains Dan Pemahaman Konsep

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Sukar 4 18, 22, 23

dan 24

Tidak digunakan

Jumlah 32 32

Berdasarkan kategori daya pembeda pada Tabel di atas, maka jumlah soal tes KGS yang layak digunakan untuk mengukur keterampilan generik sains mahasiswa setelah mengikuti MPK adalah berjumlah 25 butir soal, karena 7 soal dibuang akibat memiliki daya pembeda yang jelek.

Tabel 3.13 menunjukkan rekapitulasi hasil pengujian daya pembeda (DP) dan tingkat kemudahan (TK) tes pemahaman konsep (PK) hasil analisis dengan mengggunakan software ANATES versi 4.

Tabel 3.13

Hasil Analisis Daya Pembeda (DP) dan tingkat Kemudahan (TK) Tes PK Daya Pembeda (DB) Tingkat Kemudahan (TK)

Kategori Jumlah soal

Nomor Soal

Kete-rangan Kategori

Jumlah soal

Nomor Soal

Kete-rangan Jelek 3 8,9 dan

18

Tidak

digunakan Sedang 25

1-7, 10-17,

19-28 Digunakan Baik/

Sangat baik

25 1-7,

10-17, 19-28 Digunakan sukar 3 8,9 dan 18

Tidak digunakan

28 28

Berdasarkan kategori daya pembeda pada Tabel di atas, maka jumlah soal tes PK yang layak digunakan untuk mengukur pemahaman konsep mahasiswa setelah mengikuti MPK adalah berjumlah 25 butir soal, karena 3 soal dibuang akibat memiliki daya pembeda yang jelek. Hasil analisis daya pembeda (DP) dan tingkat kemudahan (TK) butir soal disajikan pada Lampiran C1.

2) Hasil Analisis Reliabilitas tes KGS dan PK

Hasil analisis reliabilitas tes PK dan KGS dengan metode test-retest diperoleh koefisien reliabilitas dari tes PK dan tes KGS seperti ditunjukkan pada Tabel 3.14. Hasil analisis reliabilitas tes selengkapnya disajikan LampiranC2 dan C3.

Tael 3.14. Hasil Analisis Reliabilitas


(29)

Kistiono, 2014

Pengembangan Model Praktikum Kontekstual Pada Praktikum Fisika Dasar Untuk Meningkatkan Keterampilan Generik Sains Dan Pemahaman Konsep

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Jenis tes Jumlah soal Koefsien

reliabilitas Katagori Tes keterampilan

generik sains (KGS) 25 0.974 Sangat tinggi Tes pemahaman

konsep (PK) 25 0,972 Sangat tinggi

Berdasarkan hasil analisis uji reliabilitas seperti ditunjukkan pada Tabel di atas maka instrumen tes KGS dan PK mempunyai tingkat keajegan yang sangat tinggi, sehingga kedua tes ini memenuhi kelayakan untuk digunakan sebagai instrumen penelitian. Rincian jumlah dan nomor soal untuk setiap indikator KGS dan PK yang digunakan untuk instrumen penelitian dirangkum pada Tabel 3.15 dan Tabel 3.16.

Tabel 3.15.

Komposisi jumlah soal pada setiap indikator tes KGS yang layak digunakan

Tabel 3.16.

Komposisi jumlah soal pada setiap indikator tes PK yang layak digunakan

Indikator KGS Jumlah soal Keterangan

Dibuat Digunakan Pengamatan tak

langsung

4 (1-4) 4 (1 – 4) Semua soal digunakan Kerangka logika

taat azas

6 (5-10) 4 (5, 7, 9, 10) Soal nomor 6 dan 8 dibuang karena memiliki daya pembeda yang jelek Hukum sebab

akibat

5 (11 - 15)

5 (11-15) Semua soal digunakan

Inferensi logika 4 (16 - 19)

3 (16, 17, 19)

Soal nomor 18 dibuang karena memiliki daya pembeda yang jelek

Bahasa simbolik 6 (20 - 25)

3 (20, 21, 25)

Soal nomor 22, 23 dan 24 dibuang karena memiliki daya pembeda yang jelek

Membangun konsep

4 (26 - 29)

3 (26, 27, 29)

Soal nomor 28 dibuang karena mempunyai daya pembeda yang jelek Pemodelan

matematik

3 (30 - 32)

3 (30, 32)

Semua soal digunakan

Jumlah 32 25

Indikator Pemahaman Konsep

Jumlah Soal

Keterangan Dibuat Digunakan

Menginterpretasi 5 (1 - 5) 5 (1 – 5) Semua soal digunakan Membandingkan 5 ( 6 - 10) 3

(6,7 dan 9)

Soal nomor 8 dan 10 dibuang karena memiliki daya pembeda yang jelek

Mencontohkan 4

( 11 - 14)


(30)

Kistiono, 2014

Pengembangan Model Praktikum Kontekstual Pada Praktikum Fisika Dasar Untuk Meningkatkan Keterampilan Generik Sains Dan Pemahaman Konsep

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

3) Hasil Pengembangan Lembar Observasi Keterlaksanaan MPK

Lembar bservasi digunakan untuk mengamati aktivitas dosen dan aktivitas mahasiswa pada setiap pertemuan dalam melaksanakan fase-fafe kegiatan MPK, aktivitas dosen dan mahasiswa diamati oleh masing-masing satu observer dengan menggunakan format seperti ditunjukkan pada Tabel 3.17.

Tabel 3.17.

Lembar Observasi Dosen Dan Mahasiswa

Tahapan

(fase) MPK Aktivitas Dosen Aktivitas mahasiswa

Keterlaksanaan

Catatan/temuan Ya Tidak

Fase 1  ...  ...  ...  Dst  ...  ... ... ... ...

Fase 2 ... ...  Dst

 ...  ...  dst

... ... ...

Fase 3  ...  ...  ...  ...  Dst  ...  ...  ...  ...  Dst ... ... ... Fase 4  ...  ...  dst  ...  ...  ...  Dst ... ... ...

Fase 5  ...  ...  ...  dst  ...  ...  dst ... ... . ...

4) Hasil Pengembangan Instrumen Respon Terhadap MPK (Skala Sikap)

Menginferensi 6 ( 15 - 20) 5 (15, 16, 17, 19 dan 20)

Soal nomor 18 dibuang karena memiliki daya pembeda yang jelek Menggeneralisasi 4 (21- 24) 4( 21-24) Semua soal digunakan

Menjelaskan 4 (25 - 28) 4 (25-28) Semua soal digunakan


(31)

Kistiono, 2014

Pengembangan Model Praktikum Kontekstual Pada Praktikum Fisika Dasar Untuk Meningkatkan Keterampilan Generik Sains Dan Pemahaman Konsep

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Skala sikap digunakan untuk menjaring respon (tanggapan) dosen dan mahasiswa terhadap MPK dan implementasi MPK dalam praktikum Fisika Dasar. Sesuai dengan rancangan instrumen untuk menjaring respon mahasiswa dan dosen yang telah dibuat, maka dikembangkan kisi-kisi butir pernyataan seperti ditunjukkan pada Tabel 3.18. Instrumen skala sikap dosen dan mahasiswa selengkapnya disajikan pada Lampiran B4.

Tabel 3.18.

Indikator tanggapan dosen dan mahasiswa pada pelaksanaan MPK

Indikator pertanyaan/pernyataan Jumlah pernyataan

Nomor pernyataan

1. Kebaruan MPK 2 1 dan 16

2. MPK dan peningkatkan motivasi belajar

1 2

3. Kesesuaian MPK dengan karakteristik ilmu fisika

1 20

4. Peranan alat bantu VBL (video based laboratory)

2 15 dan 17

5. Kegiatan kolaborasi dalam MPK 1 19 6. MPK dan pengembangan

pemahaman konsep (PK)

6 8, 9, 10, 11, 12, 13,

7. MPK dan pengembangan

keterampilan generik sains (KGS)

7 3, 4, 5,

6, 7, 14, 18

Jumlah pertanyaan 20

Tabel 3.19 menunjukkan rekapitulasi hasil validasi ahli, saran, masukan dan rekomendasi ketiga validator terhadap instrumen tanggapan dosen dan mahasiswa terhadap MPK dan implementasinya.

Tabel 3.19.

Rekapitulasi Validasi Validator Terhadap Daftar Tanggapan Dosen Dan Mahasiswa

Komponen penilaian Saran rekomendasi 1. Kesesuaian antara

butir-butir pernyataan dengan aspek-aspek yang diminta tanggapannya

Ketiga validator menyatakan bahwa butir-butir pernyataan yang disusun telah sesuai dengan aspek-aspek yang mau direspon

2. Keselarasan antara aspek yang diminta

tanggapannya dengan karakter MPK dan

Ketiga validator menyatakan bahwa aspek-aspek yang ditanggapi telah sesuai dengan karakter MPK dan implementasinya


(32)

Kistiono, 2014

Pengembangan Model Praktikum Kontekstual Pada Praktikum Fisika Dasar Untuk Meningkatkan Keterampilan Generik Sains Dan Pemahaman Konsep

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu implementasinya

3. Penggunaan tata bahasa indonesia yang baik dan benar

Ketiga validator menyatakan bahwa tata bahasa dan penulisan setiap pernyataan telah

menggunakan kaidah bahasa indonesia yang baik dan tidak membingungkan pembaca

Dari Tabel 3.19 dapat disimpulkan bahwa ketiga validator menyatakan intrumen skala sikap yang dikembangkan layak digunakan untuk menjaring tanggapan mahasiswa dan dosen terhadap MPK dan implementasinya.

C. Teknik Pengolahan dan Analisis Data Hasil Penelitian Uji Coba Tahap 1 dan Tahap 2

Data yang diperoleh dari ujicoba tahap 1 dan tahap 2 meliputi data hasil tes KGS dan PK, data hasil observasi keterlaksanaan MPK dan data tanggapan ,mahasiswa dan dosen terhadap implementasi MPK dalam praktikum Fisika Dasar. Semua data yang diperoleh berupa data kuantitatif.

1. Pengolahan Data Peningkatan KGS dan PK

Peningkatan KGS dan PK mahasiswa antara sebelum dan sesudah perlakuan (treatment) dihitung dengan menggunakan rata-rata gain yang dinormalisasi (rata-rata N-gain = <g>) dengan menggunakan persamaan yang dikembangkan oleh Hake (1998) seperti berikut :

(3.4) Keterangan:

<g> : Rerata skor gain yang dinormalisasi

<G> : Rerata skor gain aktual

<Gmaks> : rerata skor gain maksimum ideal

<RTk> : Rerata skor tes akhir

<RTA> : Rerata skor tes awal

Untuk mengetahui kategori peningkatan PK dan KGS sebagai efek implementasi MPK, digunakan acuan interpretasi rata-rata gain yang dinormalisasi (<g>) seperti ditunjukkan pada Tabel 3.20.


(33)

Kistiono, 2014

Pengembangan Model Praktikum Kontekstual Pada Praktikum Fisika Dasar Untuk Meningkatkan Keterampilan Generik Sains Dan Pemahaman Konsep

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Tabel 3.20.

Kriteria rata-rata gain yang dinormalisasi (<g>)

(Hake, 1998)

Untuk menentukan efektivitas implementasi program praktikum yang dikembangkan dalam meningkatkan PK dan KPS dibandingkan implementasi praktikum verifikasi (konvensional) digunakan ketentuan yang dikemukakan oleh Morgendoller (1999) sebagai berikut : Suatu pembelajaran dikatakan lebih efektif dalam mengembangkan suatu kompetensi dari pembelajaran lainnya apabila implementasi pembelajaran tersebut menghasilkan rata-rata gain yang dinormalisasi <g> lebih tinggi dari pembelajaran lainnya itu.

Untuk menguji hipotesis eksperimen yang diajukan pada ujicoba tahap 2, digunakan teknik uji statistik berupa uji beda dua rerata, yaitu rerata N-gain yang diperoleh oleh kelompok eksperimen dan rerata N-gain yang diperoleh oleh kelas kontrol, masing-masing untuk pemahaman konsep (PK) dan keterampilan generik sains (KGS). Karena jumlah subyek yang digunakan dalam uji coba tahap 2 tergolong kecil (<30 mahasiswa), maka teknik uji beda dua rerata yang digunakan adalah pengujian statistik non parametrik menggunakan uji Mann Whitney U, dengan menggunakan kriteria uji sebagai berikut : “ jika signifikansi < 0,05 , maka H0 ditolak, dan jika signifikansi > 0,05, maka Ho diterima. (Ho:

Tidak terdapat perbedaan peningkatan PK dan KGS antara mahasiswa yang mendapatkan praktikum dengan MPK dan yang menndapatkan model praktikum tradisional (Verifikatif).

2. Teknik Pengolahan dan Analisis Data Hasil Observasi Keterlaksanaan MPK dalam Praktikum Fisika Dasar

<g> Katagori Peningkatan <g> > 0,7 Tinggi 0,3 <g> 0,7 Sedang <g> 0,3 Rendah


(34)

Kistiono, 2014

Pengembangan Model Praktikum Kontekstual Pada Praktikum Fisika Dasar Untuk Meningkatkan Keterampilan Generik Sains Dan Pemahaman Konsep

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Data hasil observasi keterlaksanaan MPK dalam kegiatan praktikum Fisika Dasar diolah melalui perhitungan persestase (%) aktivitas-aktivitas pada setiap fase MPK yang terlaksana baik oleh dosen maupun oleh mahasiswa dalam kegiatan praktikum Fisika Dasar baik pada tahap ujicoba tahap 1 maupun ujicoba tahap 2. Proses perhitungan dilakukan dengan menggunakan persamaan 3.5 sebagai berikut :

(3.5)

Keterangan:

PK (%) : Persentase keterlaksanaan aktivitas

JKT : Jumlah aktivitas (kegiatan) yang terlaksana

JSK : Jumlah seluruh aktivitas (kegiatan) dalam MPK

Untuk menginterpretasi nilai persentase keterlaksanaan MPK yang diperoleh dari hasil perhitungan, digunakan kriteria seperti ditunjukkan pada Tabel 3.21.

Tabel 3.21.

Kriteria Keterlaksanaan MPK

Keterlaksanaan

Aktivitas (%) Kriteria

0 Tak satu aktivitas pun terlaksana 0 sd 24 Sebagian kecil aktivitas terlaksana 25 sd 49 Hampir setengah aktivitas terlaksana

50 Setengah dari aktivitas terlaksana 50 sd 75 sebagian besar aktivitas terlaksana

76 sd 99 Hampir semua aktivitas terlaksana 100 Semua aktivitas terlaksana

(Riduan: 2012)

3. Teknik Pengolahan dan Analisis Data Tanggapan Mahasiswa dan Dosen Terhadap Implementasi MPK dalam Praktikum Fisika Dasar

Data respon atau tanggapan dosen dan mahasiswa terhadap MPK dan implementasinya yang dijaring denga tes skala sikap, diolah melalui perhitungan persentase jumlah responden yang memberikan persetujuan dan pertidaksetujuan terhadap setiap butir pernyataan yang diajukan. Tanggapan persetujuan yang diberikan mahasiswa dan dosen dinyatakan dalam tanggapan SS (sangat setuju) dan S (setuju), sedangkan respon pertidaksetujuan dinyatakan dalam tanggapan


(35)

Kistiono, 2014

Pengembangan Model Praktikum Kontekstual Pada Praktikum Fisika Dasar Untuk Meningkatkan Keterampilan Generik Sains Dan Pemahaman Konsep

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

TS (Tidak setuju) dan STT (sangat tidak setutu). Proses perhitungan dilakuna dengan menggunakan Persamaan 3.6 sebagai berikut :

(3.6) Keterangan:

PTR (%) : Persentase responden terhadap suatu tanggapan

JR : Jumlah responden pada suatu tanggapan

JSR : Jumlah seluruh responden

Untuk menginterpretasi persentase responden terhadap suatu tanggapan digunakan kriteria seperti ditunjukkan pada Tabel 3.22.

Tabel 3.22

Kriteria Jumlah Responden terhadap Suatu Tanggapan

Jumlah responden dalam suatu tanggapan terhadap MPK dan implementasinya

(%)

Kriteria

0 Tak seorangpun

0 sd 24 Sebagian kecil 25 sd 49 Hampir sebagian

50 Sebagian

50 sd 75 Sebagian besar 76 sd 99 Hampir seluruhnya

100 Seluruhnya

(Riduan: 2012)


(1)

Kistiono, 2014

Pengembangan Model Praktikum Kontekstual Pada Praktikum Fisika Dasar Untuk Meningkatkan Keterampilan Generik Sains Dan Pemahaman Konsep

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

3) Hasil Pengembangan Lembar Observasi Keterlaksanaan MPK

Lembar bservasi digunakan untuk mengamati aktivitas dosen dan aktivitas mahasiswa pada setiap pertemuan dalam melaksanakan fase-fafe kegiatan MPK, aktivitas dosen dan mahasiswa diamati oleh masing-masing satu observer dengan menggunakan format seperti ditunjukkan pada Tabel 3.17.

Tabel 3.17.

Lembar Observasi Dosen Dan Mahasiswa Tahapan

(fase) MPK Aktivitas Dosen Aktivitas mahasiswa

Keterlaksanaan

Catatan/temuan Ya Tidak

Fase 1  ...

 ...  ...  Dst  ...  ... ... ... ...

Fase 2 ... ...

 Dst

 ...

 ...

 dst

... ... ...

Fase 3  ...

 ...  ...  ...  Dst  ...  ...  ...  ...  Dst ... ... ... Fase 4  ...  ...  dst  ...  ...  ...  Dst ... ... ...

Fase 5  ...

 ...  ...  dst  ...  ...  dst ... ... . ...

4) Hasil Pengembangan Instrumen Respon Terhadap MPK (Skala Sikap)

Menginferensi 6 ( 15 - 20) 5 (15, 16, 17,

19 dan 20)

Soal nomor 18 dibuang karena memiliki daya pembeda yang jelek

Menggeneralisasi 4 (21- 24) 4( 21-24) Semua soal digunakan

Menjelaskan 4 (25 - 28) 4 (25-28) Semua soal digunakan


(2)

Kistiono, 2014

Pengembangan Model Praktikum Kontekstual Pada Praktikum Fisika Dasar Untuk Meningkatkan Keterampilan Generik Sains Dan Pemahaman Konsep

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Skala sikap digunakan untuk menjaring respon (tanggapan) dosen dan mahasiswa terhadap MPK dan implementasi MPK dalam praktikum Fisika Dasar. Sesuai dengan rancangan instrumen untuk menjaring respon mahasiswa dan dosen yang telah dibuat, maka dikembangkan kisi-kisi butir pernyataan seperti ditunjukkan pada Tabel 3.18. Instrumen skala sikap dosen dan mahasiswa selengkapnya disajikan pada Lampiran B4.

Tabel 3.18.

Indikator tanggapan dosen dan mahasiswa pada pelaksanaan MPK

Indikator pertanyaan/pernyataan Jumlah

pernyataan

Nomor pernyataan

1. Kebaruan MPK 2 1 dan 16

2. MPK dan peningkatkan motivasi

belajar

1 2

3. Kesesuaian MPK dengan

karakteristik ilmu fisika

1 20

4. Peranan alat bantu VBL (video based

laboratory)

2 15 dan 17

5. Kegiatan kolaborasi dalam MPK 1 19

6. MPK dan pengembangan

pemahaman konsep (PK)

6 8, 9, 10, 11, 12, 13,

7. MPK dan pengembangan

keterampilan generik sains (KGS)

7 3, 4, 5,

6, 7, 14, 18

Jumlah pertanyaan 20

Tabel 3.19 menunjukkan rekapitulasi hasil validasi ahli, saran, masukan dan rekomendasi ketiga validator terhadap instrumen tanggapan dosen dan mahasiswa terhadap MPK dan implementasinya.

Tabel 3.19.

Rekapitulasi Validasi Validator Terhadap Daftar Tanggapan Dosen Dan Mahasiswa

Komponen penilaian Saran rekomendasi

1. Kesesuaian antara butir-butir pernyataan dengan aspek-aspek yang diminta tanggapannya

Ketiga validator menyatakan bahwa butir-butir pernyataan yang disusun telah sesuai dengan aspek-aspek yang mau direspon

2. Keselarasan antara aspek yang diminta

tanggapannya dengan karakter MPK dan

Ketiga validator menyatakan bahwa aspek-aspek yang ditanggapi telah sesuai dengan karakter MPK dan implementasinya


(3)

Kistiono, 2014

Pengembangan Model Praktikum Kontekstual Pada Praktikum Fisika Dasar Untuk Meningkatkan Keterampilan Generik Sains Dan Pemahaman Konsep

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu implementasinya

3. Penggunaan tata bahasa

indonesia yang baik dan benar

Ketiga validator menyatakan bahwa tata bahasa dan penulisan setiap pernyataan telah

menggunakan kaidah bahasa indonesia yang baik dan tidak membingungkan pembaca

Dari Tabel 3.19 dapat disimpulkan bahwa ketiga validator menyatakan intrumen skala sikap yang dikembangkan layak digunakan untuk menjaring tanggapan mahasiswa dan dosen terhadap MPK dan implementasinya.

C. Teknik Pengolahan dan Analisis Data Hasil Penelitian Uji Coba Tahap 1

dan Tahap 2

Data yang diperoleh dari ujicoba tahap 1 dan tahap 2 meliputi data hasil tes KGS dan PK, data hasil observasi keterlaksanaan MPK dan data tanggapan ,mahasiswa dan dosen terhadap implementasi MPK dalam praktikum Fisika Dasar. Semua data yang diperoleh berupa data kuantitatif.

1. Pengolahan Data Peningkatan KGS dan PK

Peningkatan KGS dan PK mahasiswa antara sebelum dan sesudah perlakuan (treatment) dihitung dengan menggunakan rata-rata gain yang dinormalisasi (rata-rata N-gain = <g>) dengan menggunakan persamaan yang dikembangkan oleh Hake (1998) seperti berikut :

(3.4)

Keterangan:

<g> : Rerata skor gain yang dinormalisasi <G> : Rerata skor gain aktual

<Gmaks> : rerata skor gain maksimum ideal <RTk> : Rerata skor tes akhir

<RTA> : Rerata skor tes awal

Untuk mengetahui kategori peningkatan PK dan KGS sebagai efek implementasi MPK, digunakan acuan interpretasi rata-rata gain yang dinormalisasi (<g>) seperti ditunjukkan pada Tabel 3.20.


(4)

Kistiono, 2014

Pengembangan Model Praktikum Kontekstual Pada Praktikum Fisika Dasar Untuk Meningkatkan Keterampilan Generik Sains Dan Pemahaman Konsep

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Tabel 3.20.

Kriteria rata-rata gain yang dinormalisasi (<g>)

(Hake, 1998)

Untuk menentukan efektivitas implementasi program praktikum yang dikembangkan dalam meningkatkan PK dan KPS dibandingkan implementasi praktikum verifikasi (konvensional) digunakan ketentuan yang dikemukakan oleh Morgendoller (1999) sebagai berikut : Suatu pembelajaran dikatakan lebih efektif dalam mengembangkan suatu kompetensi dari pembelajaran lainnya apabila implementasi pembelajaran tersebut menghasilkan rata-rata gain yang dinormalisasi <g> lebih tinggi dari pembelajaran lainnya itu.

Untuk menguji hipotesis eksperimen yang diajukan pada ujicoba tahap 2, digunakan teknik uji statistik berupa uji beda dua rerata, yaitu rerata N-gain yang diperoleh oleh kelompok eksperimen dan rerata N-gain yang diperoleh oleh kelas kontrol, masing-masing untuk pemahaman konsep (PK) dan keterampilan generik sains (KGS). Karena jumlah subyek yang digunakan dalam uji coba tahap 2 tergolong kecil (<30 mahasiswa), maka teknik uji beda dua rerata yang digunakan adalah pengujian statistik non parametrik menggunakan uji Mann Whitney U, dengan menggunakan kriteria uji sebagai berikut : “ jika signifikansi < 0,05 , maka H0 ditolak, dan jika signifikansi > 0,05, maka Ho diterima. (Ho: Tidak terdapat perbedaan peningkatan PK dan KGS antara mahasiswa yang mendapatkan praktikum dengan MPK dan yang menndapatkan model praktikum tradisional (Verifikatif).

2. Teknik Pengolahan dan Analisis Data Hasil Observasi Keterlaksanaan

MPK dalam Praktikum Fisika Dasar

<g> Katagori

Peningkatan

<g> > 0,7 Tinggi

0,3 <g> 0,7 Sedang


(5)

Kistiono, 2014

Pengembangan Model Praktikum Kontekstual Pada Praktikum Fisika Dasar Untuk Meningkatkan Keterampilan Generik Sains Dan Pemahaman Konsep

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Data hasil observasi keterlaksanaan MPK dalam kegiatan praktikum Fisika Dasar diolah melalui perhitungan persestase (%) aktivitas-aktivitas pada setiap fase MPK yang terlaksana baik oleh dosen maupun oleh mahasiswa dalam kegiatan praktikum Fisika Dasar baik pada tahap ujicoba tahap 1 maupun ujicoba tahap 2. Proses perhitungan dilakukan dengan menggunakan persamaan 3.5 sebagai berikut :

(3.5)

Keterangan:

PK (%) : Persentase keterlaksanaan aktivitas JKT : Jumlah aktivitas (kegiatan) yang terlaksana JSK : Jumlah seluruh aktivitas (kegiatan) dalam MPK

Untuk menginterpretasi nilai persentase keterlaksanaan MPK yang diperoleh dari hasil perhitungan, digunakan kriteria seperti ditunjukkan pada Tabel 3.21.

Tabel 3.21.

Kriteria Keterlaksanaan MPK Keterlaksanaan

Aktivitas (%) Kriteria

0 Tak satu aktivitas pun terlaksana

0 sd 24 Sebagian kecil aktivitas terlaksana

25 sd 49 Hampir setengah aktivitas terlaksana

50 Setengah dari aktivitas terlaksana

50 sd 75 sebagian besar aktivitas terlaksana

76 sd 99 Hampir semua aktivitas terlaksana

100 Semua aktivitas terlaksana

(Riduan: 2012)

3. Teknik Pengolahan dan Analisis Data Tanggapan Mahasiswa dan Dosen

Terhadap Implementasi MPK dalam Praktikum Fisika Dasar

Data respon atau tanggapan dosen dan mahasiswa terhadap MPK dan implementasinya yang dijaring denga tes skala sikap, diolah melalui perhitungan persentase jumlah responden yang memberikan persetujuan dan pertidaksetujuan terhadap setiap butir pernyataan yang diajukan. Tanggapan persetujuan yang diberikan mahasiswa dan dosen dinyatakan dalam tanggapan SS (sangat setuju) dan S (setuju), sedangkan respon pertidaksetujuan dinyatakan dalam tanggapan


(6)

Kistiono, 2014

Pengembangan Model Praktikum Kontekstual Pada Praktikum Fisika Dasar Untuk Meningkatkan Keterampilan Generik Sains Dan Pemahaman Konsep

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

TS (Tidak setuju) dan STT (sangat tidak setutu). Proses perhitungan dilakuna dengan menggunakan Persamaan 3.6 sebagai berikut :

(3.6) Keterangan:

PTR (%) : Persentase responden terhadap suatu tanggapan JR : Jumlah responden pada suatu tanggapan JSR : Jumlah seluruh responden

Untuk menginterpretasi persentase responden terhadap suatu tanggapan digunakan kriteria seperti ditunjukkan pada Tabel 3.22.

Tabel 3.22

Kriteria Jumlah Responden terhadap Suatu Tanggapan Jumlah responden dalam

suatu tanggapan terhadap MPK dan implementasinya

(%)

Kriteria

0 Tak seorangpun

0 sd 24 Sebagian kecil

25 sd 49 Hampir sebagian

50 Sebagian

50 sd 75 Sebagian besar

76 sd 99 Hampir seluruhnya

100 Seluruhnya

(Riduan: 2012)