PENINGKATAN KADAR EUGENOL PADA MINYAK ATSIRI CENGKEH DENGAN METODE SAPONIFIKASI-DISTILASI VAKUM - Diponegoro University | Institutional Repository (UNDIP-IR)

Jurnal Tekno
knologi Kimia dan Industri, Vol. 2, No. 2, Tahun
n 22013, Halaman 198-203
Online di: http://ejournal-s1.un
.undip.ac.id/index.php/jtki

PENINGKATAN KADA
DAR EUGENOL PADA MINYAK ATSIRI
RI CENGKEH
DENGAN MET
ETODE SAPONIFIKASI-DISTILASI VAKU
KUM
Machmud Lutfi H (L2C0080774), Wisnu Jati N (L2C008112) dan Aprilina Purbasari,ST,
P
MT
Jurusan Tekn
eknik Kimia, Fakultas Teknik, Universitas Diponeg
egoro
Jln. Prof. Sudharto
rto, Tembalang, Semarang, 50239, Telp/Fax: (024)
4)7460058

P
Pembimbing
: Aprilina Purbasari,ST, MT
Abstrak
Tujuan dari penelitian ini
ni adalah untuk mempelajari proses saponifikasi dan
da distilasi vakum untuk
mengisolasi eugenol dalam minyak
yak atsiri cengkeh dan mendapatkan kondisi operasi
si optimum dari proses ini.
Eugenol merupakan senyawa yangg banyak
b
dipakai dalam industri parfum, penyedap, dan farmasi sebagai pencuci
hama dan pembius lokal. Minyak atsiri
ats cengkeh yang kini banyak dijual memiliki kadarr eu
eugenol atau kemurniannya
70%. Namun untuk industri dibutuh
tuhkan minyak dengan kadar eugenol paling rendahh 90%.
9
Sehingga diperlukan

upaya yang efisien untuk memurnik
nikannya, salah satunya dengan proses saponifikasi-dis
distilasi vakum. Rancangan
percobaan proses saponifikasi-disti
istilasi vakum ini yaitu variasi normalitas NaOH dan suhu distilasi . Dengan
variasinya adalah NaOH 0,3 sampai
pai 1,2 N. Sedangkan untuk suhu distilasinya adalah (17
170, 195, 220)o C. Prosedur
penelitian ini yaitu diawali dengan pencampuran
p
minyak atsiri cengkeh 70% dengan NaO
aOH dalam mixer, kemudian
setelah homogen didiamkan hingga
ga terbentuk lapisan air dan Na-eugenol. Lapisan air yang terbentuk dipisahkan
dari Na-eugenol . Lalu untuk Na-eug
eugenol ditambahkan HCl sampai pH 3-4. Kemudian lapisan
la
atas berupa eugenol
80% dimasukkan ke labu distilasii dan
d lalu didistilasi dengan suhu sesuai variable dann tekanan

t
vakum 6x10-2kPa.
o
Dari hasil distilasi vakum didapatt massa
m
eugenol terbesar pada suhu distilasi 220 C den
dengan berat 33,13 gram dan
kadar 89,65%.
Kata Kunci : minyak atsiri cengkeh, eugenol, saponifikasi, distilasi

Abstract
The purpose of this research
ch is to study the saponification and vacuum distillation
on process to isolate eugenol
from clove essential oils and get the
th optimum condition from this process.Eugenol is a compound that is used in
many industries, such as perfume,
e, fflavouring, pesticides and anesthetic. In this era,, th
the clove essential oils are
available in market including 70% of

o eugenol. But the industry needs more than 90% euge
ugenol included. So, we need
the efficience process to increasee its
i purity. And the process we use in this research
ch is saponification-vacuum
disltilation. The experimental design
ign used in this research is the variation of NaOH norm
ormality and the temperature
operation of distilllation.The NaOH
H normalities are from 0,3 to 1,2 N, and the temperatur
ture operation of distilllation
are 170 o, 195 o, 220o C. The proced
cedure of this research is mixing 70% clove essentiall oils
o with NaOH . After the
solution has became homogeneous,, let it stand into two layers, water and Na-eugenol. Separate
S
the organic layer,
and add HCl to the Na-eugenol till the pH down into 3-4. And then separate them. The
he higher layer that is 80 %
eugenol is entered to the distilation

on tube. Run the distilation process with fixed temperat
rature and vacuum pressure
(6x10-2 kPa). After distillation proce
cess we got the weightest mass of eugenol at the tempera
erature 220o C that the mass
is 33,13 grams and the percentages
es oof the mass is 89,65%.
Keywords: clove essentiall ooil, eugenol, saponification, distilation

PENDAHULUAN
Minyak atsiri atau disebut jug
juga dengan essential oils, etherial oils atau volatile oil
oils adalah komoditi ekstrak
alami dari jenis tumbuhan yang be
berasal dari daun, bunga, kayu, biji-bijian bahkan pu
putik bunga. Minyak Atsiri
merupakan suatu minyak yang mud
udah menguap, biasanya terdiri dari senyawa organik
nik yang bergugus alkohol,
aldehid, keton dan berantai pendek.

ek. Beberapa contoh minyak atsiri yaitu minyak cengk
gkeh, minyak sereh, minyak
kayu putih, minyak lawang dan dann lain-lain (Firdaus,2009). Setidaknya ada 150 jenis minyak
min
atsiri yang selama ini
diper-dagangkan di pasar internasion
ional (Gunawan, 2009).
Cengkeh adalah tangkai bun
unga kering beraroma dari keluarga pohon Myrtaceae.. Cengkeh adalah tanaman
asli Indonesia, banyak digunakan se
sebagai bumbu masakan pedas di negara-negara Eropa,
pa, dan sebagai bahan utama
pembuatan rokok kretek khas Indo
donesia. Salah satu pemanfaatan cengkeh adalah dia
iambil minyaknya. Minyak
cengkeh termasuk salah satu jenis
is minyak atsiri yang terdapat di Indonesia dan meru
erupakan komoditas ekspor.

198


Jurnal Tekno
knologi Kimia dan Industri, Vol. 2, No. 2, Tahun
n 22013, Halaman 198-203
Online di: http://ejournal-s1.un
.undip.ac.id/index.php/jtki

Minyak daun cengkeh mudah diper
eroleh karena Indonesia merupakan penghasil rempah
ah-rempah terbesar di dunia
(diantaranya cengkeh). Pada tahun
un 2000 kebutuhan minyak cengkeh dunia mencapai
ai 2080 ton dan Indonesia
merupakan negara terbesar dalam suplai
su
pemenuhan kebutuhan minyak cengkeh dunia sebanyak
seb
1317 ton atau 60%
kebutuhan dunia (Deperindag, 2001)
01). Hal ini menjadikan kontinunitas usaha penyulingan

an minyak cengkeh ini akan
tetap terjaga dan mempunyai nilai bi
bisnis yang tinggi.
Minyak daun cengkeh hasil
il penyulingan dari petani mempunyai kadar eugenoll aantara 70-80%, sedangkan
untuk industri dibutuhkan minyak de
dengan kadar eugenol paling rendah 90%. Saat ini, miny
inyak cengkeh dengan kadar
eugenol 70% mempunyai kisarann harga
h
Rp 150.000,- s.d. Rp 160.000,-/kg, sedangka
kan untuk minyak cengkeh
dengan kadar eugenol +90% berhar
harga mulai dari harga Rp 300.000,-/lt. Produk minyak
ak cengkeh yang beredar di
pasaran saat ini didominasi dengann minyak
m
cengkeh kadar eugenol 70 %. Oleh karena itu perlu dilakukan tindakan
lanjut untuk mendapatkan minyak ccengkeh dengan kadar eugenol minimal 90% sehingga
gga memiliki nilai ekonomis

dari yang tinggi. Metode yang dipi
ipilih penulis untuk meningkatkan kualitas dan kuantita
titas Minyak Daun Cengkeh
yaitu metode saponifikasi-distilasi vakum.
v
Saponifikasi dimaksudkan untuk mengisolasi
si kadar
k
eugenol, sedangkan
distilasi vakum bertujuan untuk me
memisahkan minyak cengkeh dengan komponen lainn berdasarkan
b
titik didihnya
pada tekanan di bawah 1atm.
Berdasarkan uraian di atas,, dapat
da
kami simpulkan bahwa untuk mendapatkan nilai
ai jual minyak atsiri cengkeh
yang lebih tinggi diperlukan upay
aya peningkatan kadar eugenol dengan cara produk

uksi yang lebih sederhana,
kemurnian produk lebih tinggi, dan lebih hemat energi. Tujuan dari penelitian ini adalah
ad
Mempelajari proses
saponifikasi dan distilasi vakum,, m
mengkaji pengaruh normalitas NaOH (saponifikasi)
si) dan suhu distilasi serta
mendapatkan kondisi optimum untuk
tuk mendapatkan kadar eugenol tertinggi dengan volum
me terbesar. Dengan adanya
penelitian ini diharapkan dapat dipe
peroleh kadar eugenol yang lebih tinggi dari minyak atsiri
at
cengkeh, memberikan
metode alternatif bagi masyarakat
at dengan adanya pemurnian eugenol dari minyakk atsiri cengkeh dan dapat
meningkatkan nilai ekonomi dari ukm minyak atsiri cengkeh.
METODE PENELITIAN
Bahan-bahan yang digunakan
kan dalam penelitian ini antara lain: minyak atsiri ceng

engkeh 70%, larutan NaOH,
larutan HCl, dan aquades.
Alat-alat yang digunakan ad
adalah mixer, labu leher tiga, kondensor, kompor, pompa
po
vakum, termometer,
piknometer, beaker glass, timbangan
an, tabung reaksi, refraktometer
Dalam penelitian ini, diguna
nakan 2 variabel berubah yang diuji. Variabel tersebut
but adalah normalitas NaoH
dalam proses saponifikasi (0,3; 0,4;
4; 0,5; 0,6; 0,7; 0,8; 0,9; 1; 1,1; 1,2 N) dan suhu distilas
lasi (1700 C; 1950 C; 2200 C).
Dengan variabel tetap perbandingan
an volume minyak atsiri dengan volume NaOH yaitu 1:1,1
1:
dan waktu distilasi 30
menit serta tekanan vakum 6x10-2 Paa.
Langkah-langkah percobaann dibagi dalam dua tahapan proses, yaitu proses sapon
onifikasi dan proses distilasi
vakum. Dalam proses saponifikasii in
ini pemurnian eugenol minyak atsiri cengkeh dimulaii ddengan mencampur minyak
atsiri cengkeh dengan NaOH sesuai
ai dengan perbandingan yang ditetapkan. Setelah camp
mpuran homogen, kemudian
didiamkan selama 1 hari hingga ter
terbentuk dua lapisan yaitu lapisan bawah yang berup
rupa Na-eugenolat (aqueous
layer) dengan lapisan atas yang beru
erupa senyawa organik (organic layer). Pisahkan keduaa llapisan lalu hitung volume
dan densitas aqueous layer dari tiapp variabel normalitas NaOH. Kemudian buat grafik hubungan
hu
normalitas dengan
volume aqueous layer. Setelah itu dapat dilihat normalitas terbaik untuk dijadikan vvariable tetap pada proses
selanjutnya. Setelah itu dilakukann proses distilasi vakum yaitu Na-eugenolat yang ddidapat dari massa NaOH
optimum pada tahap pertama ditamb
mbahkan HCl sampai didapatkan pH 3-4. Kemudian dimasukkan
d
ke dalam labu
leher tiga/ketel distilasi. Campurann ini
in dipanaskan dan pompa vakum dihidupkan sesuai dengan
de
kondisi operasi pada
rancangan penelitian yang telah dite
itentukan. Setelah temperatur pada ketel distilasi menca
capai suhu yang diinginkan,
baru dihitung waktu ke-nol dan kond
ondisi operasi dijaga konstan. Setelah dilakukan selamaa 30 menit didapatkan hasil
distilasi ini berupa eugenol sebagai
ai distilat dan NaCl sebagai residu. Eugenol yang dida
idapat dianalisa densitas dan
kadarnya dengan analisis Gas Chrom
omatography.
Data-data yang didapat berup
rupa volume, densitas dan kadar eugenol ini diolah den
dengan menggunakan grafik.
Grafik yang digunakan adalah grafi
afik hubungan kadar eugenol dengan suhu, hubungan
an volume dengan suhu dan
hubungan massa eugenol dengan suhu.
suh Untuk menentukan suhu terbaik digunakan grafik
fik hubungan massa eugenol
dengan suhu.

199

Jurnal Tekno
knologi Kimia dan Industri, Vol. 2, No. 2, Tahun
n 22013, Halaman 198-203
Online di: http://ejournal-s1.un
.undip.ac.id/index.php/jtki

HASIL DAN PEMBAHASAN
Dari penelitian ini didapatkan
an hasil percobaan seperti pada tabel 4.1 dan tabel 4.2 di
d bawah ini
Tabe
abel 1. Hasil Percobaan Proses Saponifikasi
No.

N NaOH

Vo Aqueous layer (ml)
Vol.

Densitas (gr/ml)

1
2

V Organic layer (ml)
Vol.

0.3

19

1.048

23

0.4

19.3

1.05

22.7

3

0.5

19.5

1.051

22.5

4

0.6

19.6

1.053

22.4

5

0.7

19.8

1.058

22.1

6

0.8

20.1

1.062

21.9

7

0.9

20.1

1.061

21.9

8

1

20.1

1.062

21.9

9

1.1

20.1

1.061

21.9

10

1.2

20.2

1.061

21.8

Tabel
el 2. Hasil Percobaan Proses Distilasi Vakum

volume awal (ml)
tekanan vakum (kPa)
(kP

variabel

variabel

varia
riabel

50

50

50

6x10

-2

6x10

-2

6x1
x10-2

suhu distilasi (ºC)

220

195

17
170

waktu distilasi (me
menit)

30

30

30

35,5

23,5

9,
9,5

densitas distilat (gr/ml)
(gr

1,041

1,036

1,0
,015

kadar eugenol disti
istilat (%)

89.65

90.2

89.
9.03

β-caryophillene (%)
(%

3.27

2.09

2.
2.1

volume distilat (ml
ml)

Pengaruh normalitas NaOH dalam
lam proses saponifikasi dengan aqueos layer
Dari data pada tabel 4.1 da
dapat dilihat bahwa semakin tinggi kadar NaOH, volume
vo
aqueous layer yang
terbentuk semakin besar. Hal inii ddikarenakan belum habisnya salah satu reaktan (NaO
aOH ataupun minyak daun
cengkeh) untuk bereaksi. Namun setelah
se
penambahan NaOH dengan normalitas 0,8 N mulai didapatkan volume
aqueous layer yang cenderung konst
nstan, dimana terlihat pada gambar 4.1, grafik menunjuk
jukkan kurva mendatar yang
stabil setelah melewati normalitass 00,8 N. Hal tersebut dikarenakan telah habisnya reakta
ktan untuk bereaksi dan Naeugenolat yang terbentuk sudah bisa
isa dikatakan maksimal. Dengan kata lain, untuk penam
ambahan konsentrasi NaOH
diatas 0,8 N tidak akan berpengaruh
uh secara signifikan terhadap terbentuknya Na-eugenolat
lat.

200

Jurnal Tekno
knologi Kimia dan Industri, Vol. 2, No. 2, Tahun
n 22013, Halaman 198-203
Online di: http://ejournal-s1.un
.undip.ac.id/index.php/jtki

vol. aqueous layer
(ml)

21
20.5
20
19.5
19
18.5
18
0.3

0.4

0.5

0.6

0.7 0.8
N NaOH

0.9

1

1.1

1.2

Gambar
ar 1. Grafik hubungan N NaOH dengan volume aqueous
ous layer
Dengan melihat hasil percoba
obaan tersebut, dimana volume Na-eugenolat yang terb
erbentuk mulai konstan pada
normalitas NaOH 0,8, maka untu
ntuk proses selanjutnya digunakan variable tetap yaitu
ya
NaOH 0,8 N untuk
ditambahkan HCl yang kemudian dilanjutkan
dil
proses distilasi vakum.
Pengaruh suhu operasi distilasi va
vakum terhadap kadar eugenol pada distilat
Berdasarkan data percobaan
an pada tabel 4.2, dapat diketahui bahwa kadar eugenol
eug
untuk suhu operasi
terendah (170 ºC ) mampu menghasi
asilkan kadar eugenol 89,03 %. Pada kondisi operasi pada
pad suhu 195 ºC didapatkan
kadar eugenol sebesar 90,20 %. Sed
edangkan untuk suhu operasi 220 ºC menghasilkan kadar
kad eugenol 89,95 %. Dari
data tersebut dapat dilihat bahwa kadar
ka
eugenol tertinggi justru didapat pada suhu 195 ºC.
ºC Hal ini dapat dijelaskan
dengan membandingkan kadar β-car
caryophillene yang terdapat pada variable 1,2 dan 3. Dim
imana untuk variable 1(220
ºC) terdapat β-caryophillene sebes
besar 3,27% sedangkan untuk variable 2(195 ºC) ddan 3 (170 ºC) kadar βcaryophillene masing-masing sebesa
sar 2,09 dan 2,1 %.
Kadar β-caryophillene yangg lebih
l
tinggi pada variable 1 ini disebabkan karena pada
pad suhu operasi yang lebih
tinggi β-caryophillene akan menguap
uap lebih banyak sehingga akan mengurangi kemurnian
an eugenol. Seperti diketahui
bahwa boiling point untuk β-caryoph
phillene adalah 264 ºC pada tekanan 1 atm sedangkann eeugenol pada tekanan yang
sama adalah 254 ºC. Sehingga berda
rdasarkan hasil percobaan didapatkan bahwa kadar eug
ugenol yang maksimal pada
suhu distilasi 195 ºC.
91

kadar %

90.5
90
89.5
89
88.5
88
170

195
suhu (ºC)

220

Gam
ambar 2. Kurva hubungan suhu distilasi vs kadar eugeno
enol

vol. (ml)

Jika melihat hasil tersebut se
secara keseluruhan, kadar eugenol yang dihasilkan pada
pa proses distilasi vakum
tidak menunjukkan perbedaan yang
ng signifikan untuk tiap variable suhu. Yang justruu jelas
j
perbadaannya adalah
dilihat dari sisi volume yang dihasilk
ilkan. Seperti dapat dilihat pada grafik dibawah ini:

40
35
30
25
20
15
10
5
0

201

170

195

220

Jurnal Tekno
knologi Kimia dan Industri, Vol. 2, No. 2, Tahun
n 22013, Halaman 198-203
Online di: http://ejournal-s1.un
.undip.ac.id/index.php/jtki

Gamba
bar 3. Kurva hubungan suhu distilasi dengan volume distilat
di
Dari grafik dapat diketahuii bahwa
ba
volume distilat eugenol semakin besar dengann ssemakin meningkatnya
suhu distilasi. Hal ini karena dengan
gan semakin meningkatnya suhu, maka laju penguapan
an distilat akan semakin
besar. Sehingga pada rentang waktu
tu dan tekanan vakum yang sama akan didapatkan volu
olume distilat yang lebih
besar pada suhu yang lebih tinggi.

massa (gr)

Kondisi operasi untuk mendapatka
tkan volume dan kadar eugenol optimum
Untuk mendapatkan hasil yan
yang optimum, diperlukan suatu kondisi operasi tertentu
ntu. Kondisi operasi tertentu
untuk penelitian ini dibatasi pada no
normalitas NaOH pada proses saponifikasi dan suhu dis
distilasi pada proses distilasi
vakum. Sedangkan untuk hasil diba
ibatasi pada volume dan kadar yang bisa didapat setel
telah minyak atsiri diproses
melalui proses saponifikasi distilasi
asi vakum. Pada proses saponifikasi, seperti dijelaskan
an pada poin pertama dalam
pembahasan ini, normalitas NaOH
H yang paling baik adalah 0,8. Karena pada normalita
litas tersebut reaktan untuk
bereaksi NaOH telah habis dan Na
Na-eugenolat yang terbentuk sudah bisa dikatakan m
maksimal.Sehingga dengan
penambahan NaOH selanjutnya, tida
idak akan berpengaruh secara signifikan.
Proses saponifikasi dilanjutka
tkan dengan proses distilasi vakum. Pada proses ini, kondisi
kon
operasi terbaik dapat
dilihat dengan melihat grafik dimana
ana didapatkan massa eugenol terbanyak. Massa eugeno
nol ini didapatkan dari kadar
eugenol teranalisa dikalikan dengan
an massa larutan hasil distilasi. Hasil dari percobaann ddan perhitungan diketahui
bahwa pada suhu 170 ºC didapatkan
kan massa eugenol sebesar 8,58 gram, pada suhu 1955 ºC adalah 21,96 gram dan
pada 220 ºC didapatkan massa sebes
esar 33,13 gram. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada
da gambar 4.4.

35
30
25
20
15
10
5
0
17
170

195
suhu (ºC)

220

Gambar 4. Kurva
K
hubungan suhu distilasi dengan massa eugenol
Sehingga dengan melihat gra
rafik pada gambar 4.4 diatas dapat diketahui bahwa m
massa eugenol tertinggi
didapatkan pada suhu 220 ºC. Diman
ana pada suhu tersebut massa yang didapat adalah sebe
ebesar 33,13 gram. Pada
suhu ini juga didapatkan kadar yang
ng cukup tinggi yaitu sebesar 89,65 %.
Selain dengan melihat grafik
ik pada gambar 4.4, dapat dibandingkan densitas minyak
yak atsiri sesuai SNI 062387-2006 pada tabel 2.1 dengan data
da hasil percobaan pada tabel 4.2. Dengan memband
ndingkannya maka akan
didapat variabel 1 dan 2 yang memenuhi
m
syarat, sedangkan variabel 3 tidak mem
emenuhinya. Jadi dapat
disimpulkan bahwa dengan melihat
at data
d yang didapat berdasar percobaan, kondisi operasi
asi terbaik untuk operasi
distilasi vakum pada tekanan 6x10-2 kPa adalah pada suhu 220 ºC.
KESIMPULAN

202

Jurnal Tekno
knologi Kimia dan Industri, Vol. 2, No. 2, Tahun
n 22013, Halaman 198-203
Online di: http://ejournal-s1.un
.undip.ac.id/index.php/jtki

Normalitas NaOH yang palin
ling baik untuk saponifikasi berdasar percobaan adalah
lah sebesar 0,8 N. Pada
normalitas NaOH tersebut semuaa rreaktan pada minyak daun cengkeh akan habis da
dan Na-eugenolat yang
terbentuk bisa dikatakan maksimal.
l. Hal tersebut nampak dari grafik hubungan volume Na-eugenolat
N
(aqueous
layer) dengan normalitas NaOH.
Suhu distilasi berpengaruh pa
pada semakin meningkatnya kadar eugenol pada distila
tilat yang didapat namun
akan menurun pada suhu dimana
na β-caryophillene menguap semakin banyak. β-ca
caryophillene ini akan
mengurangi kemurnian eugenol pada
ada suhu yang lebih tinggi.
Volume distilat dipengaruhi
hi suhu distilasi, dimana semakin tinggi suhu distilas
lasi, maka akan didapat
volume distilat yang semakin bes
esar. Hal ini disebabkan karena dengan meningkatn
atnya suhu, maka laju
penguapan distilat akan semakin besar.
be
Sehingga pada rentang waktu dan tekanan vak
vakum yang sama akan
didapatkan volume distilat yang lebih
bih besar pada suhu yang lebih tinggi.
Kondisi operasi distilasi vaku
akum pada tekanan vakum 6x10-2 kPa yang terbaik pa
pada percobaan dengan
melihat hasil data percobaan adalah
lah pada suhu 220º C. Dimana pada suhu tersebut dida
idapakan kadar eugenol
89,65% dan volume sebesar 35,5 ml
ml. Pada volume dan kadar tersebut didapatkan massa
sa eugenol sebesar 31,33
gram.
DAFTAR PUSTAKA
inyak Cengkeh Dunia. Jakarta : Departemen Perdag
dagangan dan Perindustrian
Deperindag. 2010. Kebutuhan Min
Indonesia.
Firdaus, I. 2009. Analisis Total Miny
inyak Atsiri. Jakarta : Penebar Swadaya.
Golmakani, Mohammad-Taghi, Kar
aramatollah Rezaei. 2007. Comparison of microwave
ve-assisted hydrodistillation
method in the extractionn oof essential oils from Thymus vulgaris L. Food Chemis
istry 109, 925-930.
Guenther, E. 1990. The Essential Oils.
Oil London : D. Van Nostrand Company, Inc.
Gunawan, D., Mulyani, S. 2004. Ilmu
lmu Obat Alam (Farmakognosi). Jakarta : Penebar Swad
adaya.
Gunawan, W, 2009. Kualitas dan Nilai
Ni Minyak Atsiri, Implikasi Pada Pengembangan Tur
urunannya. Semarang.
Kardinan, A. 2005. Tanaman Pengh
ghasil Minyak Atsiri. Bandung : Agro Media Pustaka
Lutony, T.L dan Y. Rahmayati. 2002
02. Produksi dan Perdagangan Minyak Atsiri. Jakarta : Penebar Swadaya.
Manurung ,T. 2010. Eksportir Miny
inyak Atsiri Indonesia. Jakarta : The Indonesian Essenti
ntial Oil Trade Association /
Indessota)
Marine Municipal. 2008. Clove Oil. Water District Vegetation Management Plan Herbicid
cide Risk Assessment.
Masango, P. 2004. Cleaner producti
ction of essential oils by steam distillation. Journal of Cleaner
Cl
Production 13, 833839.
Moustafa, N.E. 2008. Prediction Gas
Ga Chromatographic Retention Times On Pona Column
mn For Some Petroleum
Components Based On Linear
Lin
Solvation Relationships. Egypt Petroleum Researc
arch Institute.
Perry, R.H. 2008. Perry’s Chemical
al Engineers Handbook. Mc Graw-Hill Companies.
SNI 06-2387-2006. Minyak Daun Cengkih.
Ce
Badan Standarisassi Nasional Indonesia.

203