GAMBARAN PENGGUNAAN OBAT DAN KEPATUHAN MENGKONSUMSI OBAT PADA PENYAKIT HIPERTENSI DI INSTALASI RAWAT JALAN RSUD KRATON KABUPATEN PEKALONGAN ipi351647

GAMBARAN PENGGUNAAN OBAT DAN KEPATUHAN
MENGKONSUMSI OBAT PADA PENYAKIT HIPERTENSI DI
INSTALASI RAWAT JALAN RSUD KRATON KABUPATEN
PEKALONGAN TAHUN 2013
Anita Mursiany1), Nur Ermawati2), Nila Oktaviani3)
Dosen Progdi Farmasi Universitas Pekalongan
Abstrak
Hipertensi adalah peningkatan tekanan darah sistolik lebih dari 140mmHg dan tekanan
darah diastolik lebih dari 90mmHg pada dua kali pengukuran dengan selang waktu 5 menit dalam
keadaan cukup istirahat atau tenang. Pengobatan hipertensi untuk menurunkan tekanan darah dan
mencegah komplikasi dengan penyakit lain. Hipertensi merupakan salah satu penyakit kronis yang
membutuhkan pengobatan dalam jangka panjang bahkan seumur hidup. Sehingga kepatuhan
pasien dalam mengkonsumsi obat bertujuan untuk menjaga tekanan darah tetap terkontrol. Tujuan
penelitian ini untuk mengetahui gambaran penggunaan obat dan kepatuhan mengkonsumsi obat
pada penyakit hipertensi di instalasi rawat jalan RSUD Kraton Kabupaten Pekalongan tahun 2013.
Penelitian deskriptif observasional dengan pengambilan sampel menggunakan metode
consecutive sampling pada pasien hipertensi yang menjalani rawat jalan di RSUD Kraton Kab.
Pekalongan tahun 2013. Sumber data penggunaan obat adalah informasi yang tertulis didalam
rekam medik pasien. Kepatuhan mengkonsumsi obat diukur menggunakan kuesioner MMAS
(Morisky Medication Adherence Scale) merupakan kuesioner yang digunakan untuk melihat
kepatuhan pengobatan pada pasien hipertensi.

Obat yang digunakan pada penyakit hipertensi terdiri dari obat tunggal dan kombinasi.
Penggunaan Obat tunggal pada penyakit hipertensi adalah golongan beta bloker dengan obat
bisoprolol sebesar 33,33%. Obat antihipertensi 2 kombinasi adalah Diuretik kuat dan ACE
Inhibitor sebesar 36,47%. Obat antihipertensi 3 kombinasi adalah Diuretik kuat dan ACE Inhibitor
dan β- bloker sebesar 31,89%. Obat antihipertensi 4 kombinasi adalah Diuretik kuat dan β-bloker
dan ACE Inhibitor dan diuretik hemat kalium sebesar 42,85%. Hasil pengukuran dengan
kuesioner MMAS diperoleh persentase tingkat kepatuhan dari 42 pasien yaitu kepatuhan
tinggi sebesar 26,20%, kepatuhan sedang sebesar 52,40% dan kepatuhan rendah sebesar
21,40%.

Penyakit degeneratif banyak terjadi

PENDAHULUAN
Perkembangan
degeneratif

telah

penyakit
menjadi


suatu

masalah yang besar di dunia dan
khususnya di Indonesia pada saat ini.

karena gaya hidup yang tidak sehat.
Masyarakat banyak mengkonsumsi
makanan instan yang mengandung
pengawet,
kandungan

kurang
gizi

yang

memiliki
rendah,


237

mengandung lemak jenuh, garam,

90mmHg pada dua kali pengukuran

gula,

tinggi.

dengan selang waktu 5 menit dalam

Makanan dengan kandungan lemak

keadaan cukup istirahat atau tenang

jenuh dan kalori yang tinggi dapat

(DepKes RI, 2014).


dan

MSG

mengakibatkan

yang

kegemukan

atau

obesitas. Hal ini memacu semakin
berkembangnya

penyakit

degeneratif. Salah satu jenis penyakit
degeneratif adalah hipertensi.


Tabel 1. Klasifikasi Hipertensi
Menurut JNC VII 2003 (DepKes RI,
2014)
Klasifikasi
tekanan darah
Normal
Prahipertensi
Hipertensi stage 1
Hipertensi stage 2

Tujuan

Data dari Dinas Kesehatan

Tekanan darah
Sistolik
(mmHg)
< 120
120-139
140-159

160 atau > 160

dari

pengobatan

Kabupaten Pekalongan menunjukkan

hipertensi

penyakit hipertensi masuk kedalam

tekanan

10 besar penyakit terbanyak selama 2

komplikasi dengan penyakit lain.

tahun berturut-turut tahun 2012 dan


Seseorang yang menderita hipertensi

2013. Data dari RSUD Kraton

dan tidak mendapatkan pengobatan

Kabupaten

maupun pengontrolan secara rutin

Pekalongan

penyakit

untuk

Tekanan Darah
Diastolik
(mmHg)
< 80

80-89
90-99
100 atau > 100

darah

menurunkan
dan

menyebabkan

mencegah

hipertensi masuk dalam 10 besar

bisa

penyakit terbanyak dan mengalami

penyakit yang serius. Penyakit yang


peningkatan tiap tahunnya.

serius

seperti

terjadinya

kerusakan

ginjal,

jantung koroner, dan stroke.
Hipertensi atau tekanan darah
tinggi adalah peningkatan tekanan

Hipertensi

merupakan


salah

darah sistolik lebih dari 140mmHg

satu penyakit kronis yang tidak dapat

dan tekanan darah diastolik lebih dari

disembuhkan, hanya dapat dikontrol

238

dan membutuhkan pengobatan dalam

digunakan untuk menilai tingkat

jangka

kepatuhan penggunaan obat adalah


panjang

bahkan

seumur

hidup. Untuk itu, kepatuhan pasien

Self

dalam

Adherence Scale (MMAS) dengan 8

mengkonsumsi

merupakan

hal

yang

obat
penting,

bertujuan untuk menjaga tekanan

Report

Morisky

Medication

item pertanyaan.
METODELOGI PENELITIAN

darah tetap terkontrol.
Penelitian
Kepatuhan (compliance) dalam
pengobatan dapat diartikan sebagai
perilaku pasien yang mentaati semua
nasihat dan petunjuk yang dianjurkan
oleh tenaga medis, seperti dokter dan
apoteker mengenai segala sesuatu
yang

harus

dilakukan

mencapai

tujuan

Kepatuhan

dalam

untuk

pengobatan.
minum

obat

merupakan syarat utama tercapainya
keberhasilan pengobatan yang di
lakukan (Saragi, 2011)

deskriptif

observasional dengan pengambilan
sampel

menggunakan

metode

consecutive

sampling.

Teknik

pengambilan

sampel

berdasarkan

pertimbangan tertentu yang telah
dibuat oleh peneliti berdasarkan ciri
atau sifat

populasi

yang sudah

diketahui

sebelumnya.

Sampel

penelitian adalah pasien hipertensi di
instalasi rawat jalan RSUD Kraton
Kab. Pekalongan.
Pengambilan data di RSUD

untuk

Kraton Kab. Pekalongan pada tahun

mengukur kepatuhan mengkonsumsi

2013. Sumber data penelitian adalah

obat adalah menggunakan Morisky

informasi

Scale.

rekam medik pasien dan kuesioner

Salah

satu

Skala

cara

Morisky

yang

yang

tertulis

didalam

239

Morisky Medication Adherence Scale

Hasil

Uji

validitas

dan

(MMAS) yang di isi oleh pasien

reabilitas dari kuesioner MMAS

hipertensi.

merujuk pada penelitian “Evaluasi

Kuesioner Morisky Medication

Pengaruh

Konseling

Adherence Scale (MMAS) adalah

terhadap

Nilai

Hipertensi

kepatuhan

mengkonsumsi

Hasil

Farmasi

Terapi

Usia

Pasien

Lanjut

di

obat 8 skala baru untuk mengukur

Poliklinik Jantung RSUD Undata

kepatuhan penggunaan obat dengan

Palu

rentang nilai 0 sampai 8. Kategori

Desember 2011” yang dilakukan

respon terdiri dari ya dan tidak. Item

oleh Ingrid Faustine Hasil validitas

nomor 1 sampai 4 dan 6 sampai 7

menunjukkan

nilai 1 untuk jawaban tidak. Item 5

pertanyaan valid dengan nilai r

nilai 1 untuk jawaban ya dan 5

hitung = 0,3. Reliabilitas kuesioner

skala likert

MMAS menggunakan Cronbach’s

untuk

1

item

periode

November

semua

-

item

pertanyaan nomor 8 dengan nilai 1

alpha

untuk

0

reliabel apabila nilai Cronbach’s

untuk jawaban sekali-kali, kadang-

alpha > 0,60). Hasil uji validitas

kadang,

dan

jawaban

tidak pernah,

biasanya

dan

selalu.

sebesar 0,715

reliabilitas

dari

(dinyatakan

kuesioner

MMAS dikategorikan menjadi 3

MMAS

tingkat kepatuhan obat : kepatuhan

kuesioner dapat digunakan sebagai

tinggi (nilai 8), kepatuhan sedang (6-

instrument kepatuhan mengkonsumsi

< 8) dan kepatuhan rendah (nilai < 6)

obat.

menyatakan

bahwa

(Morisky dkk, 2008).

240

Mekanisme kerja bisoprolol

HASIL DAN PEMBAHASAN
Tabel II. Penggunaan
hipertensi tunggal.
Golongan
antihipertensi
Diuretik Kuat

Obat

Jenis Obat

anti

Furosemid

Prosentas
e (%)
8,33

Atenolol
Bisoprolol
Propanolol
diltiazem
Candesartan

16,66
33,33
16,66
16,66
8,39

b. Non selektif
Antagonis kalsium
ARB

Berdasarkan

tabel

obat

diatas

antihipertensi

tunggal yang digunakan oleh RSUD
Kraton

Kab.

furosemid,

penghambatan pelepasan renin oleh
ginjal, dan pengurangan aliran tonus
simpatis dari pusat vasomotor pada
otak. Efek samping sakit kepala,

β-bloker
a. Kardioselektif

penggunaan

obat

Pekalongan
atenolol,

adalah

bisoprolol,

mulut kering, vertigo.
Propanolol mekanisme kerja βbloker non selektif (antiaritmia),
memblok secara kompetitif respon
terhadap stimulasi α-bloker dan βbloker

menghasilkan

propanolol, dan candesartan.

jantung.
Furosemid

bekerja

adrenergik

dengan

yang

akan

penurunan

denyut

sampimg

pusing,

Efek

gangguan tidur, diare.

menghalangi penyerapan natrium,
klorida dan air dari cairan yang
disaring

dalam

menyebabkan

tubulus

ginjal,

peningkatan

yang

mendalam output urin (diuresis).

Diltiazem

adalah

benzodiazepin
prototip

dari

yang
antagonis

derivat
merupakan
kalsium.

Mekanisme kerja senyawa ini adalah
mendepresi fungsi nodus SA dan

Atenolol termasuk golongan βbloker mempengaruhi jantung dan
peredaran darah (darah mengalir
melalui arteri dan vena).

AV, juga vasodilatasi arteri dan
arteriol koroner serta perifer. Dengan
demikian

maka

diltiazem

akan

menurunkan denyut jantung dan
241

kontraklititas otot jantung, sehingga

penggunaan

terjadi

mempunyai efek samping gangguan

keseimbangan

antara

ACE

Namun

persediaan dan pemakaian oksigen

pencernaan

pada iskhemik jantung. Diltiazem

menerus (Tjay, T. H dan Rahardja,

efektif

2007).

terhadap

angina

yang

disebabkan oleh vasospasme koroner
maupun

aterosklerosis

Pemberian

koroner.

diltiazem

mengurangi

frekuensi

akan
serangan

angina dan menurunkan kebutuhan
pemakaian obat nitrogliserin. Efek
samping

nyeri

gangguan

kepala,

saluran

cerna

pusing,
dan

bradikardia.
Candesartan golongan ARB

bila

I.

dipakai

terus

Tabel III. Penggunaan kombinasi 2
obat pada pasien hipertensi
Kombinasi
2
obat
antihipertensi
Diuretik kuat +ACE
Inhibitor
ACE Inhibitor+β-bloker
Antagonis kalsium+ACE
Inhibitor
Diuretik kuat+ARB
β-bloker+diuretik kuat
diuretik kuat+diuretik hemat
kalium
antagonis kalsium+β-bloker
antagonis kalsium+ diuretik
kuat
diuretik hemat kalium +
ACE Inhibitor
diuretik hemat kalium + βbloker

Prosentase
(%)
36,47
5,88
2,35
10,53
18,82
4,70
11,76
5,88
1,17
2,39

merupakan antagonis II pada reseptor
Kombinasi obat antihipertensi
AT I, yang menyebabkan penurunan
sebaiknya dipilihkan dari golongan
resistensi perifer tanpa adanya reflek
yang berbeda. Dimulai dari dosis
peningkatan denyut

jantung dan
yang rendah untuk meningkatkan

menurunkan kadar aldosteron. ARB
keefektifan dan mengurangi efek
tidak menimbulkan efek bradikinin
samping. Kombinasi yang banyak
yang menyebabkan munculnya efek
diresepkan
samping

batuk

seperti

adalah

diuretik

kuat

pada

242

dengan ACE Inhibitor (36,47%).

ACE Inhibitor dengan diuretik hemat

Diuretik kuat dapat meningkatkan

kalium (31,89%). Kombinasi ACE

efektivitas ACE Inhibitor. Diuretik

Inhibitor dan beta bloker efektif dan

kuat mencegah retensi cairan oleh

aman diberikan bersama dengan

ACE Inhibitor sehingga efek obat

golongan diuretik.

dapat

bertahan

mekanisme

kerja

lama.

Dengan

yang

berbeda

sehingga dosis dapat di.kurangi.
Tabel VIII. Penggunaan kombinasi 3
obat pada pasien hipertensi
Kombinasi
3
obat
antihipertensi
Antagonis kalsium+βbloker+ACE Inhibitor
ARB+ACE Inhibitor +
diuretic kuat
Diuretik kuat + ACE Inhibitor
+ β- bloker
β-bloker +antagonis kalsium +
diuretic kuat
Diuretic kuat+ACE
Inhibitor+diuretic hemat
kalium
Diuretic kuat+βbloker+diuretic hemat kalium
Diuretic kuat+ARB+diuretic
hemat kalium
ARB+β- bloker+diuretic kuat
Antagonis
kalsium+ACE
Inhibitor+diuretic kuat
ACE Inhibitor+antagonis
kalsium+diuretic hemat
kalium
Antagonis kalsium+diuretic
kuat+diuretic hemat kalium

Prosentase
(%)
6,03
0,86
23,27
11,20

Tabel IV. Penggunaan 4 kombinasi
obat pada pasien hipertensi
Kombinasi 4 obat hipertensi
Diuretic kuat+antagonis
kalsium+ACE Inhibitor+βbloker
Diuretic kuat+β-bloker+ACE
Inhibitor+diuretic hemat
kalium
Antagonis kalsium+diuretic
kuat+diuretic hemat
kalium+ACE Inhibitor
Diuretik hemat kalium βbloker+antagonis
kalsium+diuretic kuat
Diuretic kuat+diuretic hemat
kalium+ARB+β-bloker

Prosentase
(%)
35,71

42,85

3,57

7,14

10,73

31,89

Pasien yang menderita penyakit
10,34
5,17
2,58
6,89
0,86

0,91

hipertensi akan membutuhkan lebih dari
3 kombinasi obat antihipertensi untuk
dapat

menurunkan

tekanan

darah.

Penambahan obat dari golongan yang
berbeda

boleh

dilakukan

ketika

penggunaan obat tunggal atau kombinasi

Obat antihipertensi dengan 3

2-3 obat dengan dosis adekuat gagal

kombinasi yang sering digunakan

mencapai

golongan obat diuretik kuat dengan

Pemberian obat dengan lebih dari 3

tekanan

darah

target.

243

golongan

obat

antihipertensi

pada penelitian ini dapat disebabkan

dimungkinkan dapat mencapai target

oleh beberapa alasan.

tekanan darah. Namun harus tetap

Tabel VI. Alasan Ketidakpatuhan
Pemakaian
Obat
pada
Pasien
Hipertensi
Alasan
Prosentase
ketidakpatuhan
(%)
mengkonsumsi obat
Lupa
26,90
Merasa sehat
34,90
Lupa membawa obat
8,00
ketika bepergian
Bosan
8,00
Obat habis
4,70
Kesulitan mengingat
1,60
obat
Efek samping obat
15,90
100%
Jumlah

memperhatikan keamanan, efek samping
samping

maupun

interaksi

obat,

terutama pada pasien lansia.

Kepatuhan dalam pemakaian
obat pada pasien hipertensi rawat
jalan diukur menggunakan kueisoner
MMAS-8.

Hasil

dari

kuesioner

dikategorikan menjadi 3 kelompok
yaitu kepatuhan tinggi, kepatuhan

Pasien hipertensi yang lupa
sedang dan kepatuhan rendah (tidak
dalam

pemakaian

(minum)

obat

patuh).
26,90%
Tabel V. Distribusi kepatuhan
pemakaian obat antihipertensi
Kepatuhan
Kepatuhan Tinggi
Kepatuhan Sedang
Kepatuhan Rendah
Jumlah

Presentase (%)

26,20
52,40
21,40
100,00

kesibukan

pekerjaan

dilakukan

maupun

yang

melalui

Ketidakpatuhan

ketidakpatuhan

pasien

karena

ingat seperti

Hal ini dapat diatasi salah satunya
dengan

mengkonsumsi

yang

yang terjadi pada pasien lanjut usia.

terdapat sebagian pasien hipertensi

dalam

dikarenakan

berkurangnya daya

Tabel di atas menunjukkan

memiliki

dapat

obat.
hipertensi

teman

mengingatkan
dukungan keluarga
terdekat

Kurangnya

(Saragi,

informasi

pasien
atau
2011).
yang

244

diberikan oleh tenaga

kesehatan

khususnya farmasis juga mungkin

dahulu berkonsultasi kepada tenaga
kesehatan.

dapat menyebabkan ketidakpatuhan

Dukungan

keluarga

yang

pasien dalam pemakaian obat, dapat

kurang

dilihat dari 34,90% yang menjawab

berpengaruh

akan

pasien hipertensi dalam pengobatan.

berhenti

minum

obat

dimungkinkan
kepada

antihipertensi jika sudah merasa

Salah

sehat

meningkatkan

atau

penghentian

enak.

Padahal,

pemakaian

antihipertensi

obat

satu

pengobatan

dapat
kepatuhan

cara

untuk

kepatuhan
dengan

dalam

dukungan

mengakibatkan

keluarga atau teman dekat dalam

tekanan darah kembali naik dan

mengingatkan waktu minum obat

dapat menimbulkan komplikasi pada

agar teratur dalam pemakaian obat

tubuh.

demi keberhasilan pengobatan.

Alasan

lain

yang

Ketidakpatuhan

pasien

diungkapkan oleh pasien hipertensi

hipertensi juga terlihat pada tidak

yang

dapat

dilakukannya anjuran dokter dalam

kepatuhan

melakukan perubahan gaya hidup

mungkin

mempengaruhi
pemakaian

obat

yaitu

efek

salah

satunya olahraga. Padahal

samping yang ditimbulkan oleh obat

dengan olahraga secara teratur yaitu

hipertensi yang diminum. Hal ini

3-4 kali dalam

dapat dilihat pada 15,90% yang

membantu

berhenti minum obat tanpa terlebih

darah sebesar 8-10 mmHg untuk

seminggu dapat

menurunkan

tekanan

tekanan sistolik dan 6-10 mmHg

245

untuk tekanan

diastolik (Susilo &

Wulandari, 2011).

yang

tidak

memiliki

jaminan kesehatan. Ketidakpatuhan

Ketidakpatuhan

pasien

tersebut

dalam

ketidakpatuhan yang disengaja dan

kontrol pasien

hipertensi

dapat diatasi dengan penggunaan

mengatakan

bahwa

frekuensi

dokter

pengkontrolan

hipertensi
waktu

hipertensi

juga

yang
melakukan

terlihat

kontrol

ke

juga

termasuk

pemberian

obat

dengan

dalam

serta
interval

sebulan 1 kali, namun dalam catatan

waktu yang lebih panjang (Saragi,

rekam

2011).

medik

kontrolnya

ternyata

tidak

sesuai.

waktu
Hasil

Alasan lain yang mungkin

penelitian menunjukkan mayoritas

dapat

pasien hipertensi tidak melakukan

kontrol pasien hipertensi yaitu jarak

pemeriksaan

rumah dengan rumah sakit. Pasien

ulang

(check

up)

secara teratur.

akan

Hal ini dapat mengakibatkan
terjadinya

kekosongan

hipertensi

sehingga

obat
pasien

mempengaruhi

cenderung

melakukan

kepatuhan

malas

pemeriksaan

untuk
ke

pelayanan kesehatan, apabila terletak
pada tempat yang jauh.

hipertensi tidak minum obat dan

KESIMPULAN

tekanan darah kemungkinan dapat

Berdasarkan hasil penelitian dapat

naik

disimpulkan bahwa

kembali.

pemeriksaan

ulang

Ketidakpatuhan
pada

dokter

dapat disebabkan oleh keterbatasan
biaya pengobatan untuk

pasien

1.

Obat tunggal yang digunakan
pada penyakit hipertensi adalah
golongan beta bloker dengan

246

2.

obat bisoprolol sebesar 33,33%.

pasien yang memiliki kepatuhan

Penggunaan obat antihipertensi

rendah sebesar 21,40%.

kombinasi adalah Diuretik kuat
dan

ACE

36,47%.

Inhibitor

sebesar

Penggunaan

antihipertensi

3

obat

kombinasi

adalah Diuretik kuat dan ACE
Inhibitor dan β- bloker
31,89%.

sebesar

Penggunaan

antihipertensi

4

obat

kombinasi

adalah Diuretic kuat dan βbloker dan ACE Inhibitor dan
diuretic hemat kalium sebesar

1. Perlu dilakukan kajian tentang
Drug

Related

Problem

pada

pasien hipertensi.
2. Perlu dilakukan penelitian tentang
kajian keamanan penggunaan obat
antihipertensi.
3. Perlu dilakukan penelitian lebih
lanjut

mengenai

hubungan

kepatuhan mengkonsumsi obat
terhadap hasil terapi dan kualitas

42,85%
3.

SARAN

Kepatuhan pasien hipertensi di

hidup dari pasien hipertensi

Instalasi rawat jalan di RSUD

DAFTAR PUSTAKA

Kraton Kabupaten Pekalongan

Depkes RI , 2006, Pharmaceutical
Care
untuk
Penyakit
Hipertensi,
Dirjen
Bina
Farmasi Komunitas dan Klinik,
Departemen Kesehatan RI,
Jakarta

2013

yaitu

yang

memiliki

kepatuhan

tinggi

dalam

pemakaian

obat

sebesar

26,20%,

memiliki

kepatuhan

sedang

sebesar 52,40% dan

DepKes R.I., 2014, infodatinhipertensi.
Departemen
Kesehatan Republik Indonesia,
Jakarta

247

Dinkes Kab. Pekalongan, 2012,
Profil Kesehatan Kabupaten
Pekalongan
Tahun 2012,
Dinas Kesehatan Kabupaten
Pekalongan, Pekalongan.
Faustine,
I.,
2011,
Evaluasi
Pengaruh Konseling Farmasi
terhadap Hasil Terapi pasien
hipertensi usia lanjut di
Poliklinik Jantung RSUD
Undata
Palu
Periode
November-Desember
2011,
Tesis,
Fakultas
Farmasi,
Universitas Gadjah Mada,
Yogyakarta
Morisky DE, Ang A, KrouselWood
M,
Ward
H.
Predictive Validity of a
Medication
Adherence
Measure for Hypertension
Control. Journal of Clinical
Hypertension 2008; 10(5):348354

2009, Hubungan Dukungan
Sosial
Keluarga
dengan
Kepatuhan
Menjalankan
Program Pengobatan Pasien
Hipertensi di URJ Jantung
RSU Dr. Soetomo Surabaya,
Jurnal Keperawatan, Program
Studi Keperawatan Sidoarjo,
Surabaya.
Tjay, T. H dan K. Rahardja, 2007,
Obat-obatPenting,Edisi VI, PT
Elax
Media,Komputindo,
Jakarta.
www.rsudkraton.com. 2014. Data 10
penyakit terbesar di RSUD
Kraton. Kota Pekalongan

Pujiyanto, 2007,
faktor sosio
ekonomi yang mempengaruhi
kepatuhan
minum obat
Antihipertensi di Kota depok,
Jurnal penelitian,
Saragi,
S.,
2011,
Panduan
Penggunaan Obat, Rosemata
Publisher, Jakarta
Susilo, Y., Wulandari, A., 2011, Cara
Jitu Mengatasi Hipertensi, C.V
Andi Offset, Yogyakarta
Suprianto, Purnawan ,K., Arna,
Y.D, Kuspiantiningsih, T.,

248

Dokumen yang terkait

EVALUASI PENGGUNAAN OBAT ANALGETIK PADA PASIENOSTEOARTRITIS DI INSTALASI RAWAT JALAN RSUD Dr. MOEWARDI Evaluasi Penggunaan Obat Analgetik Pada Pasien Osteoartritis di Instalasi Rawat Jalan RSUD Dr. Moewardi Surakarta Tahun 2015.

0 6 17

HUBUNGAN ANTARA KEPATUHAN PENGGUNAAN OBAT DAN KEBERHASILAN TERAPI PADA PASIEN DIABETES MELLITUS INSTALASI RAWAT JALAN DI RS X Hubungan Antara Kepatuhan Penggunaan Obat Dan Keberhasilan Terapi Pada Pasien Diabetes Mellitus Instalasi Rawat Jalan Di Rsud Dr

0 1 15

TINGKAT KEPATUHAN PENGGUNAAN OBAT ANTIHIPERTENSI PADA PASIEN HIPERTENSI DI INSTALASI RAWAT JALAN Tingkat Kepatuhan Penggunaan Obat Antihipertensi Pada Pasien Hipertensi Di Instalasi Rawat Jalan Rsud Dr. Moewardi Pada Tahun 2014.

0 6 12

PENDAHULUAN Tingkat Kepatuhan Penggunaan Obat Antihipertensi Pada Pasien Hipertensi Di Instalasi Rawat Jalan Rsud Dr. Moewardi Pada Tahun 2014.

13 157 19

TINGKAT KEPATUHAN PENGGUNAAN OBAT ANTIHIPERTENSI PADA PASIEN HIPERTENSI DI INSTALASI RAWAT JALAN Tingkat Kepatuhan Penggunaan Obat Antihipertensi Pada Pasien Hipertensi Di Instalasi Rawat Jalan Rsud Dr. Moewardi Pada Tahun 2014.

3 9 11

EVALUPADA P Evaluasi Tingkat Kepatuhan Penggunaan Obat Pada Pasien Hipertensi Di Instalasi Rawat Jalan RSUD Kabupaten Karanganyar.

0 1 13

PENDAHULUAN Evaluasi Tingkat Kepatuhan Penggunaan Obat Pada Pasien Hipertensi Di Instalasi Rawat Jalan RSUD Kabupaten Karanganyar.

1 3 14

EPA Evaluasi Tingkat Kepatuhan Penggunaan Obat Pada Pasien Hipertensi Di Instalasi Rawat Jalan RSUD Kabupaten Karanganyar.

0 0 17

EVALUASI TINGKAT KEPATUHAN PENGGUNAAN OBAT PADA PASIEN DIABETES MELLITUS TIPE 2 DI INSTALASI Evaluasi Tingkat Kepatuhan Penggunaan Obat Pada Pasien Diabetes Mellitus Tipe 2 Di Instalasi Rawat Jalan RSUD Kabupaten Sukoharjo.

1 4 14

EVALUASI TINGKAT KEPATUHAN PENGGUNAAN OBAT PADA PASIEN DIABETES MELLITUS TIPE 2 DI INSTALASI Evaluasi Tingkat Kepatuhan Penggunaan Obat Pada Pasien Diabetes Mellitus Tipe 2 Di Instalasi Rawat Jalan RSUD Kabupaten Sukoharjo.

0 2 17