HUBUNGAN ORGANISASI SISWA TERHADAP KEBERHASILAN MANAJEMEN KESISWAAN DI SMP NEGERI 2 MEGALUH JOMBANG.

(1)

SKRIPSI

Oleh :

NETI NURLITA SARI

D03212025

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN

JURUSAN KEPENDIDIKAN ISLAM PRODI MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM


(2)

Hubungan Organisasi Siswa Terhadap Keberhasilan Manajemen Kesiswaan di SMP Negeri 2 Megaluh Jombang

Oleh: Neti Nurlita Sari

ABSTRAK

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh adanya kondisi di lapangan terkadang masih belum sesuai dengan konsep-konsep pembelajaran yang ditawarkan, bagaimana menjadikan organisasi siswa yang bisa sebagai wadah melatih kepemimpinan.

Masalah yang diangkat dalam penelitian ini adalah : (1). Bagaimana keberadaan organisasi siswa di SMP Negeri 2 Megaluh?, (2). Bagaimana keberhasilan manajemen kesiswaan di SMP Negeri 2 Megaluh?, (3). Sejauh mana hubungan organisasi siswa terhadap keberhasilan manajemen kesiswaan di SMP Negeri 2 Megaluh?.

Penelitian ini merupakan jenis penelitian kuantitatif dengan menggunakan metode pengumpulan data melalui observasi, interview, angket, dan dokumentasi. Peneliti mencoba menjawab dengan metode deskriptif, penjabaran hasil data dihitung dengan nilai frekuensi prosentasi relatif. Sedangkan untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh organisasi siswa dalam mendukung keberhasilan manajemen kesiswaan di SMP Negeri 2 Megaluh digunakan rumus korelasi produk moment dan hasilnya diinterprestasikan dengan kalimat yang bersifat kualitatif.

Berdasarkan hasil penelitian disimpulkan bahwa keberadaan organisasi siswa di SMP Negeri 2 Megaluh dalam kategori kurang baik. Keberhasilan manajemen kesiswaan di SMP Negeri 2 Megaluh dalam kategori kurang baik. Dan organisasi siswa mempunyai pengaruh terhadap keberhasilan manajemen

kesiswaan di SMP Negeri 2 Megaluh dibuktikan dari hasil rxy > r tabel. Sehingga

(Ha) diterima. Dan dinyatakan organisasi siswa berhubungan dalam mendukung keberhasilan manajemen kesiswaan di SMP Negeri 2 Megaluh. Dan hasil penelitian “rxy” berada pada interpretasi “sangat kuat”. Sehingga Hubungan Organisasi Siswa Terhadap Keberhasilan Manajemen Kesiswaan di SMP Negeri 2 Megaluh adalah dalam kategori sangat kuat.


(3)

DAFTAR ISI

SAMPUL DALAM ... i

PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

PENGESAHAN TIM PENGUJI ... iii

HALAMAN MOTTO ... iv

HALAMAN PERSEMBAHAN ... v

ABSTRAK ... vi

KATA PENGANTAR ... vii

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL ... xii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 5

C. Tujuan Penelitian ... 6

D. Kegunaan Penelitian... 6

E. Hipotesis Penelitian ... 7

F. Definisi Operasional... 8

G. Sistematika Pembahasan ... 11

BAB II LANDASAN TEORI A. Penelitian Terdahulu ... 13

B. Organisasi Siswa 1. Pengertian Organisasi Siswa ... 14

2. Tujuan dan Prinsip Organisasi Siswa Intra Sekolah ... 18

3. Fungsi, Peranan Organisasi Siswa Intra Sekolah ... 20

4. Manfaat Organisasi Siswa Intra Sekolah ... 22


(4)

6. Syarat Pengurus Organisasi Siswa Intra Sekolah... 24

7. Arti Lambang Organisasi Siswa Intra Sekolah ... 25

C. Manajemen Kesiswaan 1. Pengertian Manajemen Kesiswaan ... 27

2. Tujuan dan Fungsi Manajemen Peserta Didik ... 30

3. Prinsip-prinsip Manajemen Peserta Didik ... 32

4. Ruang Lingkup Manajemen Peserta Didik ... 32

5. Urgensi Manajemen Peserta Didik... 36

6. Kegiatan Manajemen Peserta Didik ... 38

D. Hubungan Organisasi Siswa Terhadap Keberhasilan Manajemen Kesiswaan ... 59

BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian ... 62

B. Rancangan Penelitian ... 63

C. Identifikasi Variabel ... 63

D. Populasi dan Sampel ... 64

E. Jenis dan Sumber Data ... 65

F. Metode Pengumpulan Data ... 67

G. Instrumen Penelitian... 68

H. Teknik Analisis Data ... 69

BAB IV HASIL PENELITIAN A. Gambaran Singkat Objek Penellitian 1. Sejarah Singkat Berdirinnya SMP Negeri 2 Megaluh ... 74

2. Letak Geografis Objek Penelitian ... 74

3. Visi, Misi dan Tujuan Sekolah ... 75

4. Profil Sekolah ... 76

5. Struktur Organisasi ... 76

6. Keadaan Guru dan Siswa ... 77

7. Keadaan Sarana dan Prasarana... 80

B. Penyajian Data 1. Data Tentang Organisasi Siswa di SMP Negeri 2 Megaluh ... 83

2. Data Tentang Keberhasilan Manajemen Kesiswaan di SMP Negeri 2 Megaluh... 87

C. Analisis Data Penelitian 1. Data Tentang Organisasi Siswa di SMP Negeri 2 Megaluh ... 91

2. Data Tentang Keberhasilan Manajemen Kesiswaan di SMP Negeri 2 Megaluh... 93

3. Data Tentang Hubungan Organisasi Siswa Terhadap Keberhasilan Manajemen Kesiswaan di SMP Negeri 2 Megaluh ... 94


(5)

BAB V PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN

A. Hubungan Organisasi Siswa dengan Keberhasilan Manajemen Kesiswaan100

B. Hubungan Organisasi Siswa Terhadap Keberhasilan Manajemen

Kesiswaan ... 101

BAB VI PENUTUP

A. Kesimpulan ... 103 B. Saran ... 104


(6)

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Ruang Lingkup Manajemen Peserta Didik ... 33

Tabel 2.2 Standar Kompetensi Bidang Pembinaan Kesiswaan ... 44

Tabel 2.3 Kaitan Kompetensi Dengan Materi Bidang Pembinaan Kesiswaan ... 50

Tabel 3.1 Interpretase Data Prosentasi ... 71

Tabel 3.2 Pedoman Untuk Memberikan Interpretasi Koefisien Korelasi ... 73

Tabel 4.1 Struktur Organisasi ... 77

Tabel 4.2 Daftar Nama Guru SMP Negeri 2 Megaluh... 77

Tabel 4.3 Data Keadaan Siswa SMP Negeri 2 Megaluh ... 79

Tabel 4.4 Jenis Ekstrakurikuler ... 79

Tabel 4.5 Keadaan Bangunan Berdasarkan Jenis Ruang ... 81

Tabel 4.6 Skor Angket ... 83

Tabel 4.7 Data Nilai Angket Organisasi Siswa ... 84

Tabel 4.8 Daftar Prosentase Tiap Item Pertanyaan ... 86

Tabel 4.9 Data Nilai Angket Keberhasilan Manajemen Kesiswaan ... 88

Tabel 4.10 Daftar Prosentase Tiap Item Pertanyaan ... 90

Tabel 4.11 Interpretasi Data Prosentase ... 92

Tabel 4.12 Kerja Korelasi Produ Moment ... 94


(7)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1: Kisi-kisi Instrumen Yang Diperlukan Untuk Mengukur Organisasi

Siswa Dan Keberhasilan Manajemen Kesiswaan ... 106

Lampiran 2: Angket ... 110

Lampiran 3: Uji Validitas Instrumen ... 112

Lampiran 4: Pedoman Wawancara ... 115

Lampiran 5: SK Pengurus OSIS ... 116


(8)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Menurut Dr. J. Sudarminta, pendidikan dimengerti secara luas dan umum sebagai usaha sadar yang dilakukan oleh pendidik melalui bimbingan, pengajaran, dan latihan untuk membantu peserta didik mengalami proses pemanusiaan diri ke arah tercapainya pribadi yang

dewasa-susila.1 Proses pendidikan diharapkan mampu membuat peserta

didik tumbuh menjadi pribadi dewasa yang berakhlakhul karimah.

Dalam UU Sisdiknas No. 20 Tahun 2003 pasal 1 ayat 1 dinyatakan bahwa : “Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spriritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.”2

Tujuan Pendidikan nasional menurut Undang-Undang no. 2 Tahun

1989 adalah untuk mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan

manusia Indonesia seutuhnya, yaitu manusia yang beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi luhur, memiliki pengetahuan dan keterampilan, kesehatan jasmani, dan rohani, kepribadian yang

1 Darmaningtyas, Pendidikan Pada Dan Setelah Krisis, (Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 1999), hlm. 3 2 Dr. Badrudin, M. Ag., Manajemen Peseta Didik, (Bandung : PT Indeks, 2014), hlm. 1


(9)

mantap dan mandiri serta rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan.3

Selain itu untuk terwujudnya tujuan pendidikan tersebut, maka perlu didukung oleh kepala sekolah yang merupakan salah satu faktor terpenting dalam keberhasilan proses pendidikan di sekolah. Hal ini harus diakui karena kepala sekolah merupakan pengelolah dalam mengarahkan sekolah keberadaannya diakui dan memberikan manfaat untuk konsumen pendidikan. Kepala sekolah adalah manajer pendidikan tingkat sekolah

dan ujung tombak utama dalam mengelola pendidikan level sekolah.4

Peserta didik adalah konsumen pendidikan. Kepala sekolah bertugas untuk memberikan pelayanan baik kepada peserta didik sesuai dengan tujuan pendidikan yang ingin dicapai. Kegiatan-kegiatan sekolah yang menjadi tanggung jawab kepala sekolah seperti yang ditegaskan dalam Rapat Kerja Kepala SMA Daerah Istimewa Yogyakarta tanggal 22-23 September 1987 adalah sebagai berikut :

1. Kegiatan mengatur proses belajar-mengajar, 2. Kegiatan mengatur kesiswaan,

3. Kegiatan mengatur personalia,

4. Kegiatan mengatur peralatan pengajaran,

5. Kegiatan mengatur dan memelihara gedung dan perlengkapan sekolah, 6. Kegiatan mengatur keuangan,

3 Darmaningtyas, Pendidikan Pada Dan Setelah Krisis, (Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 1999), hlm. 5 4 Dr. Hadiyanto, M.Ed., Mencari Sosok Desentralisasi Manajemen Pendidikan di Indonesia,


(10)

7. Kegiatan mengatur hubungan sekolah dengan masyarakat.5

Asosiasi Nasional Sekolah Menengah Amerika Serikat (1995)6,

mengidentifikasi kebutuhan-kebutuhan peserta didik dilihat dari dimensi pengembangnnya, yaitu, kebutuhan intelektual, kebutuhan sosial, kebutuhan fisik, kebutuhan emosional dan psikologis, kebutuhan moral, dan kebutuhan homodivinous. Kebutuhan sosial yaitu dimana peserta didik terlibat dalam membentuk dan mempertanyakan identitas mereka

sendiri pada lingkungannya.7 Berarti setiap individu membutuhkan

pengakuan dari lingkungan sekitarnya. Maka, peserta didik perlu dibekali tentang kepemimpinan.

Kepemimpinan tidak lain adalah sebagai pengaruh, seni atau proses mempengaruhi orang-orang sehingga mereka mau berjuang bekerja secara

sukarela dan penuh antusias kearah pencapaian tujuan kelompok.8

Kepemimpinan merupakan salah satu karakter yang harus dimiliki setiap peserta didik untuk bekal hidup bermasyarakat nanti. Karena peserta didik adalah pemimpin untuk dirinya sendiri. Maka dari itu, perlu bagi kepala sekolah mengadakan sebuah pembinaan untuk mencukupi kebutuhan peserta didik tersebut.

Tujuan dari pembinaan dan pengembangan peserta didik itu sesuai dengan Tujuan Pendidikan Nasional Indonesia yang tercantum dalam GBHN. Peserta didik sebagai kader penerus perjuangan bangsa dan

5 Ary H Gunawan, Administrasi Sekolah, (Jakarta : Rineka Cipta, 1996), hlm. 81

6 Prof. Dr. Sudarwan Danim, Perkembangan Peserta Didik, (Bandung: Alfabeta, 2011), hlm. 3 7 Ibid, hlm. 4

8 Burhanuddin, Analisis Administrasi Manajemen dan Kepemimpinan Pendidikan, (Jakarta : Bumi


(11)

pembangunan nasional, harus dipersiapkan sebaik-baiknya serta dihindarkan dari segala kendala yang merusaknya, dengan memberikan bekal secukupnya dalam kepemimpinan Pancasila, pengetahuan, keterampilan, kesegaran jasmani, keteguhan iman, kekuatan mental, patriotisme, idealisme, kepribadian nasional, kesadaran nasional, daya kreasi dan budi pekerja luhur serta penghayatan dan pengamalan

Pancasila.9

Salah satu perwujudan dari peningkatan potensi kepemimpinan siswa adalah dengan dibentuknya OSIS (Organisasi Siswa Intra Sekolah). OSIS merupakan organisasi murid yang resmi diakui dan diselenggarakan di sekolah dengan tujuan untuk melatih kepemimpinan murid serta memberikan wahana bagi murid untuk melakukan kegiatan-kegiatan

ko-kurikuler yang sesuai.10 Organisasi dalam hal ini dimaksudkan sebagai

satuan atau kelompok kerjasama peserta didik yang dibentuk dalam usaha mencapai tujuan bersama, yaitu mendukung terwujudnya pembinaan

kepesertadidikan.11

Kepala Sekolah dapat menjalankan tanggungjawabnya, dengan kemampuan manajemennya. Manajemen adalah seni untuk melaksanakan pekerjaan melalui tenaga orang lain. Para manajer mencapai tujuan

9 Ary H Gunawan, Administrasi Sekolah, (Jakarta : Rineka Cipta, 1996), hlm. 12 10 Drs. H. Daryanto, Administrasi Pendidikan, (Jakarta: PT Rineka Cipta,2005), hlm 62 11 Dr.Badrudin,M.Ag., Manajemen Peserta Didik, (Jakarta: PT. Indeks, 2014), hlm. 184


(12)

organisasi dengan cara mengatur orang lain untuk melaksanakan

pekerjaannya, bukan dengan cara melaksanakan pekerjaan itu sendiri.12

Manajemen kesiswaan merupakan proses pengurusan segala hal yang berkaitan dengan siswa, pembinaan sekolah mulai dari perencanaan penerimaan siswa, pembinaan selama siswa berada di sekolah, sampai dengan siswa menamatkan pendidikannya melalui penciptaan suasana yang kondusif terhadap berlangsungnya proses belajar mengajar yang

efektif.13 Secara khusus, manajemen peserta didik salah satunya bertujuan

untuk menyalurkan aspirasi, harapan, dan memenuhi kebutuhan peserta didik.

Untuk itu, peneliti melakukan penelitian yang berhubungan

dengan keberhasilan dari manajemen kesiswaan, dengan judul “ Hubungan

Organisasi Siswa Dalam Mendukung Keberhasilan Manajemen Kesiswaan di SMP Negeri 2 Megaluh “

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, penulis merumuskan rumusan masalah sebagai berikut:

1. Bagaimana keberadaan organisasi siswa di SMP Negeri 2

Megaluh?

2. Bagaimana keberhasilan manajemen kesiswaan di SMP Negeri 2

Megaluh?

12 Dr. H. U. Saefullah, M.M.Pd, Manajemen Pendidikan Islam, (Bandung : CV Pustaka Setia, 2012),

hlm. 3


(13)

3. Sejauh mana hubungan organisasi siswa terhadap keberhasilan manajemen kesiswaan di SMP Negeri 2 Megaluh?

C. Tujuan Penelitian

Setiap kegiatan penelitian yang dilakukan harus memiliki tujuan yang jelas sebab dengan mempunyai tujuan yang jelas kegiatan itu tidak akan sia-sia. Adapun tujuan dalam penelitian tersebut adalah:

1. Untuk mengetahui bagaimana keberadaan organisasi siswa di SMP

Negeri 2 Megaluh.

2. Untuk mengetahui bagaimana keberhasilan manajemen kesiswaan

di SMP Negeri 2 Megaluh.

3. Untuk mengetahui sejauh mana hubungan organisasi siswa

terhadap keberhasilan manajemen kesiswaan di SMP Negeri 2 Megaluh.

D. Kegunaan Penelitian

Dengan adanya penelitian ini diharapkan mampu memberikan manfaat sebagai berikut :

1. Akademik Ilmiah

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah khazanah ilmu pengetahuan di bidang pendidikan khususnya dalam menambah pengetahuan, menambah wawasan keilmuan penelitian, dan dalam mengetahui keberhasilan manajemen kesiswaan melalui organisasi siswa.


(14)

Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai acuan dalam membentuk organisasi siswa yang baik dalam meningkatkan keberhasilan manajemen kesiswaan.

E. Hipotesis Penellitian

Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian, dimana rumusan masalah penelitian telah dinyatakan dalam bentuk pertanyaan. Dikatakan sementara, karena jawaban yang diberikan baru didasarkan pada teori relevan, belum didasarkan pada

fakta-fakta empiris yang diperoleh melalui pengumpulan data.14

Sehubungan dengan rumusan masalah yang dikemukakan, maka terdapat hipotesis dalam penelitian ini yang perlu dibuktikan kebenarannya yaitu:

1. Hipotesis Kerja (Ha) atau disebut hipotesis alternative yang

menyatakan hubungan antara variable X dan variable Y atau

adanya perbedaan antara dua kelompok.15 Dalam penelitian ini

hipotesis kerja (Ha) adalah adanya Hubungan Organisasi Siswa Terhadap Keberhasilan Manajemen Kesiswaan di SMP Negeri 2 Megaluh.

2. Hipotesis Nihil (Ho) atau disebut hipotesis statistik yang

menyatakan bahwa tidak ada hubungan antara variabel X dan variabel Y atau tidak adanya perbedaan. Dalam penelitian ini

14 Prof. Dr. Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif Dan R & D, (Bandung : Alfabeta,

2011), hlm. 64

15 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik (Jakarta: Rineka Cipta), hlm.


(15)

hipotesis alternative (Ho) adalah tidak ada Hubungan Organisasi Siswa Terhadap Keberhasilan Manajemen Kesiswaan di SMP Negeri 2 Megaluh.

F. Definisi Operasional

Definisi Operasional adalah definisi yang didasarkan atau sifat-sifat hal yang di definisikan yang dapat diamati atau diobservasikan atau diteliti. Konsep ini sangat penting karena hal yang diamati itu membuka kemungkinan bagi orang lain untuk melakukan hal yang serupa. Sehingga apa yang dilakukan oleh penulis terbuka untuk diuji kembali oleh orang lain.16

Untuk mendapatkan gambaran yang jelas tentang pengertian dalam judul skripsi ini, maka penulis tegaskan beberapa istilah yang terdapat dalam judul skripsi, yaitu :

1. Efektivitas

a. Efektivitas adalah ukuran hasil tugas atau pencapaian tujuan.17

b. Martoyo (2002: 4) mendefinisikan efektivitas sebagai suatu

kondisi atau keadaan dimana dalam memilih tujuan yang hendak dicapai dan sarana atau peralatan yang digunakan, disertai dengan kemampuan yang dimiliki adalah tepat, sehingga tujuan yang diinginkan dapat dicapai dengan hasil

yang memuaskan.18

16 Sunardi Suryabrata, Metodologi Penelitian, (Jakarta: Raja Grafindo, 1998), hlm. 76

17 Hari Setiawan, Kamus Bahasa Indonesia, (Surabaya: Karya Gemilang Utama), hlm. 116

18 file:///E:/567/Kelinci%20Go%20Blog%20%20Kumpulan%20Teori%20Efektivitas.htm, Selasa, 29


(16)

c. Gie (2002: 16) efektivitas diartikan sebagai suatu keadaan yang mengandung pengertian mengenai terjadinya efek atau akibat

yang dikehendaki.19

d. Handayaningrat (2002: 16) efektivitas ialah pengukuran dalam

arti tercapainya sasaran yaitu tujuan yang telah ditentukan sebelumnya.

Pandangan dari segi efektivitas organisasi adalah terdiri atas efektivitas individu dan kelompok. Pada tingkat yang paling dasar dalam suatu organisasi terletak pada efektivitas individu. Pandangan ini menekankan pada kinerja individu-individu yang ada di dalam

organisasi.20 Ini berarti bahwa menekankan masing-masing individu

memberikan kontribusinya.

Pada pandangan efektivitas kelompok, penekanannya adalah pada kinerja yang dapat diberikan kelompok pekerja sebab di samping bekerja sendiri, pada kenyataannya individu biasanya bekerja bersama-sama di dalam kelompok. Dengan demikian, yang dimaksut dengan

efektivitas kelompok adalah kontribusi dari semua anggotanya.21

Sharma dalam Tangkilisan (2005: 64) memberikan kriteria atau ukuran efektivitas organisasi yang menyangkut faktor internal organisasi dan faktor eksternal organisasi antara lain:

a. Produktivitas organisasi atau output

19 Ibid

20 Prof. Dr. Manahan P. Tampubolon, M.M., Perilaku Keorganisasian, (Jakarta : Ghalia Indonesia,

2008), hlm. 173


(17)

b. Efektivitas organisasi dalam bentuk keberhasilannya menyesuaikan diri dengan perubahan-perubahan di dalam dan di luar organisasi

c. Tidak adanya ketegangan di dalam organisasi atau

hambatan-hambatan konflik diantara bagian-bagian organisasi.22

Adapun Emerson dalam Handayaningrat (1996: 16) mengatakan bahwa efektivitas adalah pengukuran dalam arti tercapainya sasaran atau tujuan yang telah ditentukan. Jadi apabila tujuan tersebut telah

tercapai, baru dapat dikatakan efektif.23

2. Organisasi Siswa

Organisasi adalah suatu system, mempunyai struktur dan perencanaan yang dilakukan dengan penuh kesadaran, di dalamnya orang-orang bekerja dan berhubungan satu sama lain dengan suatu cara yang terkoordinasi dan kooperatif guna mencapai tujuan-tujuan

yang telah ditetapkan (Dales S. Beach, 1980, hal. 132).24

Siswa adalah siapa saja yang terdaftar sebagai objek didik di suatu lembaga pendidikan. Di lembaga pendidikan tingkat dasar dan menengah, yakni sekolah dasar, sekolah lanjutan tingkat pertama dan

sekolah lanjutan tingkat atas, objek didik ini disebut siswa.25

22 file:///E:/567/Kelinci%20Go%20Blog%20%20Kumpulan%20Teori%20Efektivitas.htm, Selasa, 29

Desember 2015

23 Ibid

24 Burhanuddin, Analisis Asministrasi Manajemen dan Kepemimpinan Pendidikan, (Jakarta : Bumi

Aksara, 1994), hlm. 192

25 Dr. Suharsimi Arikunto, Pengelolaan Kelas dan Siswa, (Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada,


(18)

Dari penjelasan diatas yang dimaksud penulis dengan organisasi siswa adalah suatu wadah atau arena kehidupan siswa yang berada di tingkat sekolah, yang dikelola oleh siswa yang terpilih dari beberapa siswa untuk menjadi pengurus. Di dalam Surat Keputusan Direktur Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah Nomor 226/C/Kep/0/1992 disebutkan bahwa organisasi kepesertadidikan di sekolah adalah

OSIS. OSIS adalah Organisasi Intra Sekolah.26

3. Keberhasilan Manajemen Kesiswaaan

Keberhasilan berasal dari kata “hasil” yang artinya (1) sesuatu

yang terjadi oleh suatu kerja, (2) perolehan.27

Sedangkan Manajemen Kesiswaan merupakan proses

pengurusan segala hal yang berkaitan dengan siswa, pembinaan sekolah mulai dari perencanaan penerimaan siswa, pembinaan selama siswa berada di sekolah, sampai dengan siswa menamatkan pendidikannya melalui penciptaaan suasana yang kondusif terhadap

berlangsungnya proses belajar mengajar yang efektif.28

Dari penjelasan diatas yang dimaksud penulis yaitu keberhasilan upaya manajemen kesiswaan dalam membina siswa selama berada di sekolah dalam berorganisasi, sehingga siswa memiliki kesempatan mendapatkan pelatihan jiwa kepemimpinan yang ada pada dirinya. G. Sistematika Pembahasan

26 Dr. Badrudin, M.Ag., Manajemen Peseta Didik, (Jakarta: PT. Indeks, 2014), hlm, 184

27 Hari Setiawan, Kamus Bahasa Indonesia, (Surabaya: Karya Gemilang Utama), hlm. 147


(19)

Untuk lebih memudahkan pembahasan pada judul skripsi ini penulis mengaturkan secara sistematis dan untuk menghindari kerancuan pembahasan, maka peneliti membuat sistematika pembahasan sebagai berikut:

Bab I, merupakan BAB Pendahuluan yang memuat tentang latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, kegunaan penelitian, hipotesis penelitian, definisi operasional, dan diakhiri dengan sistematika pembahasan.

Bab II, merupakan BAB Landasan Teori yang terdiri dari; yang pertama, tentang organisai siswa yang kedua tentang keberhasilan manajemen kesiswaan.

BAB III, merupakan BAB Metode Penelitian, yang terdiri dari; jenis dan rancangan penelitian, variable, indikator dan instrumen penelitian, populasi dan sampel, teknik pengumpulan data, teknik analisis data.

BAB IV, merupakan BAB Hasil Penelitian yang terdiri dari; pertama, deskripsi data. Kedua, analisis data dan pengujian hipotesis.

BAB V, merupakan BAB Pembahasan Hasil Penelitian.

BAB VI, merupakan BAB Penutup yang meliputi kesimpulan dan saran-saran.


(20)

BAB II

LANDASAN TEORI A. Penelitian Terdahulu

Penelitian terdahulu untuk memberikan gambaran yang jelas mengenai kerangka pembahasan. Topik yang dibahas belum pernah dibahas dan diteliti oleh peneliti lain, tetapi kemungkinan ada beberapa kemiripan-kemiripan tertentu di dalamnya. Berikut ini adalah judul penelitian yang dahulu pernah dilakukan antara lain:

1. Miftahul Abidin (2015), dalam penelitiannya yang berjudul

“OPTIMALISASI FUNGSI MANAJEMEN KESISWAAN DALAM

MENINGKATKAN POTENSI BERORGANISASI SISWA DI MA MA’ARIF 7 SUNAN DRAJAT PACIRAN LAMONGAN”. Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui: 1) Manajemen kesiswaan

di MA Ma’arif 7 Sunan Drajat. 2) Optimalisasi fungsi manajemen

kesiswaan dalam meningkatkan potensi berorganisasi siswa di MA Ma’arif 7 Sunan Drajat. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif lapangan dengan teknik pengumpulan data yaitu: observasi, wawancara, dokumentasi dan triangulasi data. Analisis data dalam penelitian ini berupa teknik analisis deskriptif, yaitu metode analisis data yang berupa kata-kata, gambar dan bukan angka.

Perbedaan dengan penelitian peneliti adalah peneliti ingin mengetahui efektivitas organisasi dengan keberhasilan manajemen kesiswaan, yang dimana organisasi siswa sebagai variabel X (variabel


(21)

independen) dan keberhasilan manajemen kesiswaan Y (variabel dependen). Penelitian ini menggunakan korelasi Produk Momen. Hal ini membuktikan bahwa penelitian ini bukan merupakan penelitian replika. B. Organisasi Siswa

1. Pengertian Organisasi Siswa

Organisasi adalah suatu system, mempunyai struktur dan perencanaan yang dilakukan dengan penuh kesadaran, di dalamnya orang-orang bekerja dan berhubungan satu sama lain dengan suatu cara yang terkoordinasi dan kooperatif guna mencapai tujuan-tujuan yang

telah ditetapkan (Dales S. Beach, 1980, hal. 132).1

Organisasi secara umum dapat diartikan memberi struktur atau susunan yakni dalam penyusunan atau penempatan orang-orang dalam suatu kelompok kerja sama, dengan maksud menempatkan hubungan antara orang-orang dalam kewajiban-kewajiban, hak-hak dan tanggung jawab masing-masing. Penentuan struktur, hubungan tugas dan tanggung jawab itu dimaksudkan agar tersusun suatu pola kegiatan

untuk menuju ke arah tercapainya tujuan bersama.2

Secara umum organisasi adalah kelompok kerja sama antara pribadi yang diadakan untuk mencapai tujuan bersama. Organisasi dalam hal ini dimaksudkan sebagai satuan atau kelompok kerja sama para peserta didik yang dibentuk dalam usaha mencapai tujuan

1 Burhanuddin, Analisis Asministrasi Manajemen dan Kepemimpinan Pendidikan, (Jakarta : Bumi

Aksara, 1994), 192.

2 Drs. B. Suryosubroto, Manajemen Pendidikan di Sekolah, (Jakarta: PT. Asdi Mahasatya, 2014),


(22)

bersama, yaitu mendukung terwujudnya pembinaan

kepesertaandidikan.3

Dari beberapa pengertian organisasi di atas yang dimaksud organisasi oleh penulis merupakan sekelompok peserta didik yang saling bekerja sama untuk mencapai suatu tujuan tertentu untuk mendukung tercapainya manajemen peserta didik.

Siswa adalah siapa saja yang terdaftar sebagai objek didik di suatu lembaga pendidikan. Di lembaga pendidikan tingkat dasar dan menengah, yakni sekolah dasar, sekolah lanjutan tingkat pertama dan

sekolah lanjutan tingkat atas, objek didik ini disebut siswa.4

Peserta didik adalah peserta didik pada satuan pendidikan dasar

dan menengah.5

Di dalam UU No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas), peserta didik didefinisikan sebagai setiap manusia yang berusaha mengembangkan potensi diri melalui proses pembelajaran pada jalur pendidikan baik pendidikan formal maupun pendidikan non-formal, pada jenjang pendidikan dan jenis pendidikan tertentu. Peserta didik juga dapat didefinisikan sebagai orang yang belum dewasa dan memiliki sejumlah potensi dasar yang masih perlu

3 Dr. Badrudin, M. Ag., Manajemen Peseta Didik, (Bandung : PT Indeks, 2014), 184.

4 Dr. Suharsimi Arikunto, Pengelolaan Kelas dan Siswa, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1996),

11.


(23)

dikembangkan. Potensi yang dimaksud umumnya terdiri dari tiga

kategori, yaitu kognitif, afektif dan psikomotorik.6

Peserta didik mempunyai sebutan yang berbeda-beda. Pada taman kanak-kanak disebut dengan anak didik, pada jenjang pendidikan dasar dan menengah disebut dengan siswa, sedangkan pada jenjang pendidikan tinggi disebut mahasiswa. Di samping sebutan tersebut masih ada sebutan lain bagi peserta didik, yaitu: murid, pembelajar, santri dan sebagainya (Tim Dosen Administrasi UPI,

2011: 205).7

Sedangkan yang disebut peserta didik atau siswa adalah setiap manusia yang terdaftar menjadi objek di suatu lembaga pendidikan untuk mengembangkan potensinya melalui proses pembelajaran yang dilakukan baik di pendidikan formal maupun non-formal.

Dari penjelasan diatas yang dimaksud penulis dengan organisasi siswa adalah suatu wadah atau arena kehidupan siswa yang berada di tingkat sekolah, yang dikelola oleh siswa yang terpilih dari beberapa siswa untuk menjadi pengurus. Di dalam Surat Keputusan Direktur Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah Nomor 226/C/Kep/0/1992 disebutkan bahwa organisasi kepesertadidikan di sekolah adalah

OSIS. OSIS adalah Organisasi Intra Sekolah.8

OSIS adalah satu-satunya wadah organisasi peserta didik yang sah di sekolah. Oleh karena itu setiap sekolah wajib membentuk

6 Prof. Dr. Sudarwan Danim, Perkembangan Peserta Didik, (Bandung: Alfabeta, 2011), 2. 7 Dr. Badrudin, M.Ag., Manajemen Peserta Didik, (Jakarta: PT. Indeks, 2014), 21. 8 Ibid, 184.


(24)

Organisasi Siswa Intra Sekolah (OSIS), yang tidak mempunyai hubungan organisatoris dengan OSIS di sekolah lain dan tidak menjadi

bagian atau alat dari organisasi lain yang ada di luar sekolah.9

Organisasi Siswa Intra Sekolah adalah suatu organisasi yang berada di tingkat sekolah di Indonesia yang dimulai dari Sekolah Menengah yaitu Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan Sekolah Menengah Atas (SMA). OSIS diurus dan dikelola oleh peserta didik yang terpilih untuk menjadi pengurus OSIS. Biasanya organisasi ini memiliki seorang pembimbing dari guru yang dipilih oleh pihak

sekolah.10

Anggota OSIS adalah seluruh peserta didik yang berada pada satu sekolah tempat OSIS itu berada. Seluruh anggota OSIS berhak

untuk memilih calonnya untuk kemudian menjadi pengurus OSIS.11

OSIS adalah satu-satunya wadah organisasi siswa di sekolah dan kursus, di lingkungan pembinaan Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah (SD. SMTP, SMTA, dan kursus-kursus), dan tidak ada hubungan organisatoris dengan OSIS di sekolah atau kursus yang lain.12

Dari beberapa pengertian OSIS di atas dapat diambil kesimpulan bahwa OSIS adalah suatu organisasi sekolah yang diurus dan dikelola

9 Dr. Badrudin, M.Ag., Manajemen Peserta Didik, (Jakarta: PT. Indeks, 2014), 184. 10 Ibid, 184.

11 Ibid, 185.

12 Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Pedoman Umum Penyelenggaraan Administrasi


(25)

oleh peserta didik yang terpilih menjadi OSIS dalam bimbingan guru yang dipilih oleh sekolah.

Dalam Organisasi Siswa Intra Sekolah atau OSIS, siswa belajar melakukan koordinasi antara anggota OSIS dalam upaya menciptakan suatu organisasi yang mampu mencapai tujuan organisasi. Dengan tercapainya tujuan organisasi tersebut berarti juga membantu penyelenggaraan sekolah dalam mencapai tujuan sekolah. Partisipasi aktif yang mendidik (pedagogis) dapat digiatkan melalui kegairahan murid sendiri yang bergerak dengan wadah OSIS (Organisasi Siswa

Intra Sekolah).13 Disinilah yang dimaksud dengan keberadaan OSIS.

2. Tujuan dan Prinsip Organisasi Siswa Intra Sekolah Tujuan Organisasi Siswa Intra Sekolah adalah:

a. Mempertebal ketaqwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa

b. Menjaga dan menciptakan sekolah sebagai Wiyatamandala

(lingkungan pendidikan) agar terhindar dari usaha dan pengaruh yang bertentangan dengan tujuan pendidikan nasional sehingga terciptanya suasana kehidupan belajar mengajar yang efektif dan efisien, serta tertanamnya rasa hormat dan cinta terhadap orang tua, guru, dan almamater di kalangan siswa.

c. Menumbuhkan daya tangkal pada diri siswa, agar menjunjung

tinggi kebudayaan nasional dan mampu menjaring pengaruh


(26)

kebudayaan yang datang dari luar yang bertentangan dengan kepribadian Indonesia.

d. Meningkatkan presepsi, apresiasi, dan kreasi seni dalam rangka

tercapainya keselarasan, keserasian, dan keseimbangan antara kehidupan lahiriah dan kepuasan batiniah serta menumbuhkan rasa indah dan halus sebagai dasar pembentukan kepribadian dan budi pekerti luhur.

e. Menumbuhkan dan membina sikap berbangsa dan bernegara.

f. Meneruskan dan mengembangkan jiwa, semangat, serta nilai-nilai

45, dan

g. Meningkatkan kesegaran jasmani dan daya kreasi guna tercapinya

keseimbangan antara pertumbuhan jasmani dan rohani.14

Sedangkan prinsip Organisasi Siswa Intra Sekolah, sebagai berikut:

a. Individual, yaitu prinsip kegiatan ekstrakurikuler yang sesuai

dengan potensi, bakat dan minat peserta didik masing-masing.

b. Pilihan, yaitu prinsip kegiatan ekstrakurikuler yang sesuai dengan

keinginan dan diikuti secara sukarela oleh peserta didik.

c. Keterlibatan aktif, yaitu prinsip kegiatan ekstrakurikuler yang

menuntut keikutsertaan peserta didik secara penuh.

d. Menyenangkan, yaitu prinsip kegiatan ekstrakurikuler dalam

suasana yang disukai dan menggembirakan peserta didik.


(27)

e. Etos kerja, yaitu prinsip kegiatan ekstrakurikuler yang membangun semangat peserta didik untuk bekerja dengan baik dan berhasil.

f. Kemanfaatan sosial, yaitu prinsip kegiatan ekstrakurikuler yang

dilaksanakan untuk kepentingan masyarakat (Mamat Supriatna,

2010: 2)15

3. Fungsi dan Peranan Organisasi Siswa Intra Sekolah

OSIS sebagai bagian dari kegiatan ekstrakurikuler memiliki

fungsi sebagai berikut: a. Pengembangan, yaitu fungsi kegiatan

ekstrakurikuler untuk mengembangkan kemampuan dan kreativitas peserta didik sesuai dengan potensi, bakat dan minat mereka, b. Sosial, yaitu fungsi kegiatan ekstrakurikuler untuk mengembangkan

kemampuan dan rasa tanggung jawab sosial peserta didik, c. Rekreatif,

yaitu fungsi kegiatan ekstrakurikuler untuk mengembangkan suasana rileks, menggembirakan dan menyenangkan bagi peserta didik yang

menunjang proses perkembangan, d. Persiapan karir, yaitu fungsi

kegiatan ekstrakurikuler untuk mengembangkan kesiapan karir peserta

didik (Mamat Supriatna, 2010:c1).16

Sebagai salah satu upaya pembinaan kesiswaam, OSIS memiliki peranan sebagai berikut:

a. Sebagai wadah

15 Dyah Nursanti, Skripsi : “Peranan Organisasi Siswa Intra Sekolah Dalam Membentuk Karakter

Siswa di SMP Negeri di Kabupaten Magelang”. (Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta, 2013), 8.


(28)

OSIS merupakan satu-satunya wadah kegiatan siswa di sekolah. Oleh sebab itu, OSIS dalam mewujudkan fungsinya sebagai wadah harus melakukan upaya-upaya bersama-sama dengan jalur yang lain, misalnya latihan kepemimpinan siswa yang bersifat ekstrakurikuler. Tanpa saling bekerja sama dengan upaya-upaya lain, peranan OSIS sebagai wadah kegiatan siswa tidak akan berlangsung.

b. Sebagai Penggerak

Motivator adalah perangsang yang menyebabkan lahirnya keinginan, semangat partisipasi untuk berbuat, dan pendorong kegiatan bersama dalam mencapai tujuan. OSIS akan tampil sebagai penggerak apabila para Pembina dan pengurus mampu membawa OSIS selalu memenuhi kebutuhan yang diharapkan, yaitu menghadapi perubahan, memiliki daya terhadap ancaman, memanfaatkan peluang dan perbuatan, dan yang terpenting adalah memberikan kepuasan kepada anggota. Dengan kata lain manajemen OSIS mampu memainkan fungsi inteleknya, yaitu kemampuan para Pembina dan pengurus dalam mempertahankan dan meningkatkan keberadaan OSIS baik secara internal maupun eksternal. Apabila OSIS dapat berfungsi demikian, maka sekaligus OSIS berhasil menampilkan peranan sebagai motivator.


(29)

Apabila peran yang bersifat intelek dalam arti secara internal OSIS dapat meggerakkan sumber daya yang ada dan secara

eksternal mampu beradaptasi dengan lingkungan seperti

menyelesaikan persoalan perilaku menyimpang siswa dan sebaginya. Dengan demikian secara preventif OSIS berhasil mengamankan sekolah dari segala ancaman yang datang dari dalam maupun dari luar. Peranan preventif OSIS akan terwjujud apabila peranan OSIS sebagai pendorongan lebih dahulu harus

diwujudkan (Mamat Supriatma, 2010: 18).17

Dari pemamparan di atas dapat diketahui bahwa peranan OSIS sebagai sebuah organisasi yang berada di lingkungan sekolah menengah yaitu sebagai wadah bagi siswa untuk bekerja sama dalam organisasi. Selanjutnya sebagai penggerak atau motivator, OSIS akan berperan sebagai penggerak apabila pembina dan pengurus OSIS mampu membawa OSIS untuk memenuhi kebutuhan sesuai yang diharapkan oleh warga sekolah. Peranan OSIS yang terakhir adalah peranan yang bersifat preventif yaitu apabila OSIS mampu meminimalisir terjadinya pelanggaran dan terjadinya ancaman baik

yang datang dari dalam sekolah maupun dari luar sekolah.18

4. Manfaat Organisai Siswa Intra Sekolah

Manfaat mengikuti kegiatan OSIS menurut Mamat Supriatna (2010: 16):

17 Ibid, 10. 18 Ibid, 10.


(30)

a. Meningkatkan nilai-nilai ketaqwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa.

b. Meningkatkan kesadaran berbangsa, bernegara dan cinta tanah air.

c. Meningkatkan kepribadian dan budi pekerti luhur.

d. Meningkatkan kemampuan berorganisasi, pendidikan politik dan

kepimpinan.

e. Meningkatkan keterampilan, kemandirian dan percaya diri.

f. Meningkatkan kesehatan jasmani dan rohani.

g. Menghargai dan menjiwai nilai-nilai seni, meningkatkan dan

mengembangkan kreasi seni.19

5. Pembinaan dan Struktur Organisasi Siswa Intra Sekolah

Pembinaan OSIS dilakukan oleh kepala sekolah dan dibantu oleh guru-guru Pembina OSIS yang ditunjuk oleh kepala sekolah. Semua kegiatan OSIS dilakukan sesuai dengan Anggaran Dasar dan Rumah Tangga OSIS yang telah disahkan dan tidak bertentangan de

ngan tata tertib sekolah.20

Pada dasarnya setiap OSIS di satu sekolah memiliki struktur organisasi yang berbeda antara satu dengan yang lainnya. Namun biasanya struktur keorganisasian dalam OSIS terdiri atas:

a. Ketua Pembina (biasanya Kepala Sekolah)

b. Wakil Ketua Pembina (biasanya Wakil Kepala Sekolah)

c. Pembina (biasanya guru yang ditunjuk oleh sekolah)

19 Ibid, 12.

20 Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Pedoman Umum Penyelenggaraan Administrasi


(31)

d. Ketua Umum

e. Wakil Ketua I

f. Wakil Ketua II

g. Sekretaris Umum

h. Sekretaris I

i. Sekretaris II

j. Bendahara

k. Wakil Bendahara

l. Koordinator Bidang (Korbid) dan Seksi Bidang (Sekbid) sebagai

pembantu Korbid dalam mengurus setiap kegiatan peserta didik

yang berhubungan dengan tanggung jawab bidangnya.21

6. Syarat Pengurus Organisasi Siswa Intra Sekolah

a. Memiliki budi pekerti yang baik dan sopan santun terhadap orang

tua, guru, dan teman-teman siswa.

b. Memiliki bakat sebagai pemimpin siswa.

c. Memiliki kemauan dan inisiatif yang tinggi, kemampuan, dan

pengetahuan memadai, dapat mengatur waktu dengan sebaik-baiknya, sehingga pelajarannya tidak terganggu karena menjadi pengurus OSIS, dan

d. Dicalonkan oleh Perwakilan Kelas.

e. Khusus untuk Ketua OSIS SMTA, ditambah persyaratan:

1) Mempunyai kemampuan berpikir yang jernih


(32)

2) Mengenal wawasan mengenai kondisi yang sedang dihadapi bangsanya, dan

3) Pergaulan luas, luwes, dan berdisiplin tinggi.22

7. Arti Lambang Organisasi Siswa Intra Sekolah

a. Bunga bintang sudut lima dan lima kelopak daun bunga

Generasi muda adalah bunga harapan bangsa dengan bentuk bintang sudut lima menunjukkan kemurnian jiwa peserta didik yang berintikan Pancasila. Para peserta didik berdaya upaya melalui lima jalan dengan kesungguhan hati, agar menjadi warga Negara yang baik dan berguna. Kelima jalan tersebut dilukiskan dalam bentuk lima kelopak daun bunga, yaitu: abdi, adab, ajar, aktif, dan amal.

b. Buku terbuka

Belajar keras menuntut ilmu pengetahuan dan teknologi, merupakan sumbangasih peserta didik terhadap pembangunan bangsa dan Negara.

c. Kunci pas

Kemauan bekerja keras akan menumbuhkan rasa percaya pada kemampuan diri dan bebas dari ketergantungan pada belas kasihan orang lain, menyebabkan peserta didik berani mandiri. Kunci pas adalah alat kerja yang dapat membuku semua permasalahan dan kunci pemecahan dari segala kesulitan.

22 Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Pedoman Umum Penyelenggaraan Administrasi


(33)

d. Tangan terbuka

Kesediaan menolong orang lain yang lemah sesama peserta didik dan masyarakat yang memerlukan bantuan dan pertolongan, yang menunjukkan adanya sikap mental peserta ddik yang baik dan bertanggung jawab.

e. Biduk

Biduk atau perahu, yang melaju di lautan hidup menuju masa depan yang lebih baik, yaitu tujuan nasional yang dicita-citakan.

f. Pelangi merah putih

Tujuan nasional yang dicita-citakan adalah masyarakat adil dan makmur berdasarkan Pancasila, yaitu Negara Kesatuan Republik Indonesia yang sejahtera baik material maupun spiritual.

g. Tujuh belas butir padi, delapan lipatan pita, empat buah kapas,

lima daun kapas

Pada tanggal 17 Agustus 1945 adalah peristiwa penegakan jembatan emas kemerdekaan Indonesia mengandung nilai-nilai perjuangan’45 yang harus dihayati para peserta didik sebagai kader penerus perjuangan bangsa dan pembangunan nasional. Kemerdekaan yang telah ditebus dengan mahal perlu diisi dengan partisipasi penuh para peserta didik.

h. Warna kuning

Sebagai dasar lambang yaitu warna kehormatan atau agung. Suatu kehormatan bila generasi muda diberi kepercayaan untuk


(34)

berbuat baik dan bermanfaat melalui organisasi, untuk kepentingan dirinya dan sesama mereka, sebagai salah satu sumbangasih nyata pada tanah air, bangsa, dan negara.

i. Warna cokelat

Dapat berarti sifat kedewasaan dan sikap rela berkorban bagi tanah air.

j. Warna merah putih

Warna kebangsaan Indonesia yang menggambarkan hati suci

dan berani membela kebenaran.23

C. Manajemen Kesiswaan

Komponen peserta didik di sekolah atau madrasah kedudukannya

sangat penting karena yang menjadi input, proses, dan output lembaga

sekolah atau madrasah peserta didik. Peserta didik perlu di-manage

dengan baik.24 Manajemen peserta didik dibutuhkan pada lembaga

pendidikan karena keberhasilan proses pendidikan bergantung pada perkembangan peserta didik.

1. Pengertian Manajemen Kesiswaan

Manajemen dan administrasi adalah dua kata yang biasa memiliki arti yang sama atau berbeda. Akan tetapi, tulisan ini cenderung menggunakan istilah manajemen karena pada dasarnya manajemen identik dengan administrasi. Sutisna (1989: 25) menulis,

23 Dr. Badrudin, M. Ag, Manajemen Peserta Didik, (Jakarta : PT Indeks, 2014), 188. 24 Ibid, 19.


(35)

dalam pemakaiannya secara umum, administrasi diartikan sama dengan manajemen, dan administrator dengan manajer. Dibidang pendidikan, pemerintah, rumah sakit, dan kemiliteran, orang umumnya memakai istilah administrasi, sedangkan bidang industri

dan perusahaan istilah manajemen dan manajer.25

Manajemen berasal dari kata to manage yang berarti mengelola.

Pengelolaan dilakukan melalui proses dan dikelola berdasarkan urutan dan fungsi-fungsi manajemen itu sendiri. Manajemen adalah melakukan pengelolaan sumberdaya yang dimilliki oleh sekolah atau organisasi yang diantaranya adalah manusia, uang, metode, material, mesin, dan pemasaran yang dilakukan dengan sistematis dalam suatu proses.26

Istilah “manajemen peserta didik” merupakan gabungan kata “manajemen” dan kata “peserta”. Manajemen adalah suatu proses yang dilakukan agar suatu usaha dapat berjalan dengan baik, memerlukan perencanaan, pemikiran, pengarahan, dan pengaturan serta mempergunakan atau mengikutsertakan semua potensi yang ada,

baik personal maupun material secara efektif dan efisien.27 Peserta

didik adalah seseorang yang terdaftar dalam suatu jalur, jenjang, dan jenis lembaga pendidikan tertentu, yang selalu ingin mengembangkan

25 Dr. Rohiat, M.Pd.,Manajemen Sekolah,(Bandung: PT. Refika Aditama, 2010), 13. 26 Ibid, 14.


(36)

potensi dirinya baik pada aspek akademis maupun nonakademis

melalui proses pembelajaran yang diselenggarakan.28

Manajemen peserta didik merupakan penataan dan pengaturan terhadap kegiatan yang berkaitan dengan peserta didik sejak peserta

didik masuk sekolah sampai keluar dari sekolah.29

Setiap anak mendapat perlakuan secara maksimal dan adil, maka perlu didaftar, dicatat, dikelompok-kelompokkan, ditempatkan di kelas. Pada waktu-waktu tertentu, sekolah berkewajiban memberikan laporan kepada orang tua atau walinya tentang hasil dari apa yang telah diucapkan atau dilakukan oleh anak tersebut di sekolah dari hari ke hari. Mendaftar, mencatat, menempatkan, melaporkan dan lain-lain pekerjaan yang berhubungan dengan siswa inilah disebut pengelolaan siswa. Jadi pengelolaan siswa adalah pekerjaan mengatur siswa yang meliputi: mendaftar, mencatat, menempatkan, melaporkan dan sebagainya.30

Menurut Mulyono, 2008;178, manajemen peserta didik adalah seluruh proses kegiatan yang direncanakan dan diusahakan secara sengaja serta pembinaan secara kontinu terhadap seluruh peserta didik dalam lembagan bersangkutan agar proses pembelajaran berjalan

efektif dan efisien.31

28 Ibid, 20. 29 Ibid, 23.

30 Suharsimi, Pengelolaan Kelas Dan Siswa, (Jakarta: PT Raja Grafinso Persada, 1996), 12. 31 Ibid, 23.


(37)

Manajemen kesiswaan merupakan kegiatan-kegiatan yang bersangkutan dengan masalah kesiswaan di sekolah. Tujuan manajemen kesiswaan adalah menata proses kesiswaan mulai dari, perekrutan, mengikuti pembelajaran sampai dengan lulus sesuai dengan tujuan institusional agar dapat berlangsung secara efektif dan efisien. Kegiatan manajemen kesiswaan meliputi: perencanaan

penerimaan murid baru, pembinaan siswa, dan kelulusan.32

2. Tujuan dan Fungsi Manajemen Peserta Didik

Manajemen peserta didik bertujuan mengatur kegiatan-kegiatan peserta didik agar menunjang proses pembelajaran di sekolah atau madrasah sehingga proses pembelajaran berjalan lancar, tertib, teratur

dan dapat memberikan kontribusi bagi pencapaian tujuan

pembelajaran dan tujuan sekolah atau madrasah secara efektif dan efisien. Manajemen peserta didik juga bertujuan untuk menciptakan kondisi lingkungan sekolah yang baik.

Secara khusus, manajemen peserta didik bertujuan:

a. Meningkatkan pengetahuan, keterampilan, dan psikomotorik

peserta didik.

b. Menyalurkan dan mengembangkan kemampuan umum

(kecerdasan), bakat, dan minat peserta didik.

c. Menyalurkan aspirasi, harapan, dan memenuhi kebutuhan peserta

didik.


(38)

d. Peserta didik mencapai kebahagiaan dan kesejahteraan hidup yang lebih lanjut dapat belajar dengan baik dan mencapai cita-cita

mereka.33

Fungsi manajemen peserta didik secara khusus dirumuskan sebaga berikut :

a. Fungsi yang berkenaan dengan pengembangan individualitas

peserta didik, ialah agar mereka dapat mengembangkan potensi-potensi individualitasnya tanpa banyak terhambat. Potensi-potensi-potensi bawaan tersebut meliputi : kemampuan umum (kecerdasan), kemampuan khusus (bakat), dan kemampuan lainnya.

b. Fungsi yang berkenaan dengan pengembangan fungsi sosial

peserta didik ialah agar peserta didik dapat mengadakan sosialisasi dengan sebayanya, dengan orang tua dan keluarganya, dengan lingkungan sosial sekolahnya, dan lingkungan sosial masyarakatnya. Fungsi ini berkaitan dengan hakikat peserta didik sebagai makhluk sosial.

c. Fungsi yang berkenaan dengan penyaluran aspirasi dan harapan

peserta didik, ialah agar peserta didik dapat menyalurkan hobi, kesenangan, dan minat. Hobi, kesenangan, dan minat peserta didik patut disalurkan karena dapat menunjang perkembangan diri peserta didik secara keseluruhan.


(39)

d. Fungsi yang berkenaan dengan pemenuhan kebutuhan dan kesejahteraan peserta didik ialah agar pesera didik sejahtera dalam hidupnya. Kesejahteraan demikian sangat penting karena dengan demikian ia akan juga turut memikirkan kesejahteraan

sebayanya.34

3. Prinsip-Prinsip Manajemen Peserta Didik

Depdiknas (2000;87) mengemukakan prinsip dasar dalam manajemen kesiswaan, yaitu :

a. Siswa harus diperlukan sebagai subjek dan bukan objek, sehingga

harus didorong untuk berperan serta dalam setiap perencanaan dan pengambilan keputusan yang terkait dengan kegiatan mereka.

b. Kondisi siswa sangat beragam, ditinjau dari kondisi fisik,

kemampuan intelektual, social ekonomi, minat, dan seterusnya. Oleh karena itu diperlukan wahana yang beragam, sehingga setiap siswa memiliki wahana untuk berkembang secara optimal.

c. Siswa akan termotivasi belajar, jika mereka menyenangi apa yang

ia kerjakan.35

4. Ruang Lingkup Manajemen Peserta Didik

Menurut Eka Prihatin (2011; 13-14) ruang lingkup manajemen peserta didik mencakup : a. Perencanaan peserta didik, b. Penerimaan peserta didik, c. Pengelompokan peserta didik, d. Kehadiran peserta didik, e. Pembinaan disiplin peserta didik, f. Kenaikan kelas dan

34 Ibid, 25.


(40)

penjurusan, g. Perpindahan peserta didik, h. Kelulusan dan alumni, i. Kegiatan ekstrakulikuler, j. Tata laksana manajemen peserta didik, k. Peranan kepala sekolah dalam manajemen peserta didik, l. Mengatur layanan peserta didik.

Tabel 2.1

Ruang Lingkup Manajemen Peserta Didik

No.

Ruang Lingkup Manajemen Peserta Didik

Uraian Kegiatan

1. Perencanaan peserta didik a. Sensus sekolah

b. Penentuan jumlah peserta didik

yang diterima

2. Penerimaan peserta didik a. Kebijakan dalam penerimaan

peserta didik

b. Sistem penerimaan peserta didik

baru

c. Orientasi

3. Pengelompokan peserta didik a. Kelas

b. Bidang studi

c. Spesialisasi

d. Sistem kredit

e. Kemampuan


(41)

No.

Ruang Lingkup Manajemen Peserta Didik

Uraian Kegiatan

4. Kehadiran peserta didik a. Rekap kehadiran

b. Faktor-faktor penyebab

ketidakhadiran

c. Sumber-sumber penyebab

ketidakhadiran

5. Pembinaan disiplin peserta didik a. Pengertian disiplin

b. Konsepsi disiplin kelas

c. Teknik pembinaan disiplin kelas

6. Kenaikan kelas dan penjurusan a. Pendataan nilai siswa lengkap

dan objektif

b. Pendayagunaan fungsi dan

peranan Bimbingan dan

Penyuluhan (BP)

7. Perpindahan peserta didik a. Perpindahan peserta didik dari

suatu sekolah ke sekolah lain yang sejenis

b. Perpindahan peserta didik dari

suatu jenis program ke program lain

8. Kelulusan dan alumni a. Kelulusan


(42)

No.

Ruang Lingkup Manajemen Peserta Didik

Uraian Kegiatan

9. Kegiatan ekstrakurikuler a. Kegiatan ekstrakurikuler

b. Kegiatan kokurikuler

10. Tata laksana manajemen peserta didik

a. Pengertian tata laksana

b. Manfaat tata laksana

c. Macam atau jenis tata laksana

11. Peranan kepala sekolah dalam manajemen peserta didik

a. Pengarah

b. Pengawas atau pengendali

c. Pengambil keputusan

12. Mengatur layanan peserta didik a. Layanan bimbingan akademis

dan administrative

b. Layanan bimbingan dan

konseling peserta didik

c. Layanan kesehatan (fisik dan

mental)

d. Layanan kafetaria

e. Layanan koperasi

f. Layanan perpustakaan

g. Layanan laboratorium

h. Layanan asrama

i. Layanan transportasi36


(43)

5. Urgensi Manajemen Peserta Didik

Manajemen peserta didik pada lembaga pendidikan sangat

penting karena yang menjadi input, proses, dan output pendidikan

adalah peserta didik. Manajemen peserta didik yang bermutu

berkontribusi pada adanya output pendidikan yang bermutu. Oleh

karena itu, diperlukan optimalisasi manajemen peserta didik baik di sekolah atau madrasah agar mendukung pencapaian tujuan pendidikan, baik tujuan kurikuler (mata pelajaran), tujuan institusional (lembaga atau satuan pendidikan), dan tujuan pendidikan nasional.

Secara hierarkis, manajemen peserta didik memiliki dasar hokum sebagai berikut:

a. Pembukaan UUD RI Tahun 1945 mengamanatkan bahwa

Pemerintahan Negara Indonesia harus dapat melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaina abadi, dan keadilan social.

b. Berdasarkan UUD RI Tahun 1945 pemerintah mewajibkan setiap

warga negara untuk mengikuti pendidikan dasar sembilan tahun dan pemerintah wajib membiayainya.


(44)

c. Pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem pendidikan nasional yang meningkatkan keimanan dan ketakwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa serta akhlak mulia dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa yang tentu saja diatur dalam undang-undang.

d. Sistem pendidikan nasional harus mampu menjamin pemerataan

kesempatan pendidikan, peningkatan mutu, serta relevansi dan efisiensi manajemen pendidikan untuk menghadapi tantangan sesuai dengan tuntutan perubahan kehidupan lokal, nasional, dan global sehingga perlu dilakukan pembaharuan pendidikan secara terencana, terarah, dan berkesinambungan.

e. Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan

Nasional terutama: pasal 1 ayat (1), pasal 5 ayat (1), pasal 6 ayat (1), pasal 12 aayat (1) dan (2).

f. Peraturan Pemerintahan RI No. 28 Tahun 1990 tentang

Pendidikan Dasar yaitu pasal 15 ayat (1) dan 15 ayat (2).

g. Peraturan Pemerintah RI Nomor 29 tentang Pendidikan

Menengah pasal 16, 17, dan 18.

h. Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar

Nasional Pendidikan.

i. Peraturan Menteri Agama RI Nomor 16 Tahun 2010 tentang


(45)

j. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2010 tentang Pengelolaan dan Penyelenggaraan Pendidikan.

k. Peraturan Pemerintah RI Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar

Nasional Pendidikan.

l. Peraturan Menteri Agama RI Nomor 16 Tahun 2010 tentang

Pengelolaan Pendidikan Agama pada Sekolah.

m. Peraturan Direktur Jenderal Pendidikan Islam Nomor Dj.I/12

Tahun 2009 tentang Penyelenggaraan Kegiatan Ekstrakurikuler Pendidikan Agama Islam (PAI) pada Sekolah.

n. Pemerdiknas Nomor 34 Tahun 2006 tentang Pembinaan Prestasi

Peserta Didik yang Memiliki Potensi Kecerdasan dan atau Bakat Istimewa.

o. Pemendiknas Nomor 39 Tahun 2008 tentang Pembinaan

Kesiswaan.37

6. Kegiatan Manajemen Peserta Didik

Ruang lingkup atau bidang garapan manajemen peserta didik meliputi beberapa kegiatan yaitu: perencanaan peserta didik (analisis kebutuhan peserta didik), rekrutmen peserta didik, seleksi peserta didik, penerimaan peserta didik baru, orientasi peserta didik baru, penempatan peserta didik, pencatatan dan pelaporan peserta didik,


(46)

kelulusan dan alumni, pembinaan dan pengembangan peserta didik,

evaluasi peserta didik, dan mutasi peserta didik.38

a. Perencanaan Peserta Didik

Perencanaan terhadap peserta didik menyangkut perencanaan penerimaan siswa baru, kelulusan, jumlah putus sekolah, dan kepindahan. Perencanaan peserta didik berhubungan dengan kegiatan penerimaan dan proses pencatatan atau dokumentasi data pribadi peserta didik, data hasil belajar peserta didik, dan aspek-aspek yang terkait dengan kegiatan kurikuler dan kokurikuler. Perencanaan peserta didik mencakup kegiatan, analisis kebutuhan peserta didik.

b. Rekrutmen Peserta Didik

Rekrutmen peserta didik pada hakikatnya proses pencarian, menentukan peserta didik yang nantinya akan menjadi peserta didik di lembaga sekolah yang bersangkutan.

Langkah-langkah penerimaan peserta didik baru pada garis besarnya adalah sebagai berikut:

1) Membentuk panitia. Panitia penerimaan peserta didik baru

terdiri dari kepala sekolah dan beberapa guru yang ditunjuk untuk mempersiapkan segala sesuatu yang diperlukan, yakni syarat-syarat pendaftaran, formulir pendaftaran, pengumuman,


(47)

buku pendaftaran, waktu pendaftaran, dan jumlah calon yang diterima.

2) Menentukan syarat pendaftaran calon peserta didik. Syarat

pendaftaran calon peserta didik barru biasanya sudah ditentukan dan diatur oleh Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi dengan berpedoman pada ketentuan-ketentuan yang berasal dari Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan.

3) Menyediakan formulir pendaftaran. Formulir pendaftaran

dimaksudkan untuk mengetahui identitas calon peserta didik dan untuk kepentingan pengisian buku induk sekolah.

4) Pengumuman pendaftaran calon.

5) Menyediakan buku pendaftaran.

6) Menentukan waktu pendaftaran.

c. Seleksi Peserta Didik

Seleksi peserta didik merupakan kegiatan pemilihan calon peserta didik untuk menentukan diterima atau tidaknya calon peserta didik menjadi peserta didik di lembaga pendidikan berdasarkan ketentuan yang berlaku. Adapun cara-cara seleksi yang dapat digunakan adalah: 1) Melalui tes atau ujian (tes psikotes, tes jasmani, tes kesehatan, tes akademis, atau tes keterampilan), 2) Melalui penelusuran bakat kemampuan, biasanya berdasarkan pada prestasi yang diraih oleh calon peserta


(48)

didik dalam bidang olahraga atau kesenian, 3) Berdasarkan nilai STTB atau nilai UAN.

d. Penerimaan Peserta Didik

Ada beberapa hal yang harus mendapat perhatian dalam penerimaan peserta didik baru yaitu: kebijakan penerimaan peserta didik baru, sistem penerimaan peserta didik baru, kriteria penerimaan peserta didik baru, prosedur penerimaan peserta didik baru, dan problem-problem penerimaan peserta didik.

e. Orientasi Peserta Didik Baru

Orientasi peserta didik (siswa) baru merupakan kegiatan penerimaan peserta didik baru dengan mengenalkan situasi dan kondisi lembaga pendidikan tempat peserta didik menempuh pendidikan. Situasi dan kondisi tersebbut meliputi lingkungan fisik dan lingkungan sosial sekolah. Lingkungan fisik sekolah seperti jalan menuju sekolah, halaman sekolah, tempat olahraga, gedung dan perlengkapan sekolah serta fasilitas-fasilitas lainnya yang disediakan lembaga. Lingkungan sosial sekolah meliputi kepala sekolah, guru-guru, tenaga tata usaha, teman sebaya, kakak-kakak kelas, peraturan atau tata tertib sekolah, layanan-layanan peserta didik serta kegiatan-kegiatan dan organisasi kesiswaan yang ada pada lembaga.


(49)

Penempatan peserta didik (pembagian kelas) yaitu kegiatan pengelompokan peserta didik yang dilakukan dengan sistem kelas. Pengelompokan pesera didik pada kelas (kelompok belajar) dilakukan sebelum peserta didik mengikuti proses pembelajaran. Pengelompokan tersebut dapat dilakukan berdasarkan kesamaan yang ada pada peserta didik yaitu jenis kelamin dan umur. Pengelompokan juga dapat didasarkan pada perbedaan individu peserta didik seperti minat, bakat dan kemampuan.

g. Pencatat dan Pelaporan Peserta Didik

Pencatatan dan pelaporan peserta didik dimulai sejak peserta didik diterima di sekolah sampai peserta didik tamat atau meninggalkan sekolah. Pencatatan peserta didik bertujuan agar lembaga dapat memberikan bimbingan yang optimal terhadap peserta didik. Pelaporan peserta didik dilakukan sebagai bentuk tanggung jawab lembaga dalam perkembangan peserta didik di sebuah lembaga agar pihak-pihak terkait dapat mengetahui perkembangan peserta didik di lembaga tersebut. Peralatan dan perlengkapan yang diperlukan untuk mendukung pencatatan dan pelaporan peserta didik adalah buku induk siswa, buku klapper, daftar presendi, buku catatan pribadi peserta didik, daftar mutasi peserta didik, daftar nilai, buku leger, dan buku rapor.


(50)

Pembinaan dan pengembangan peserta didik dilakukan sehingga anak mendapatkan bermacam-macam pengalaman belajar untuk bekal kehidupan di masa yang akan datang. Peserta

didik melaksanakan bermacam-macam kegiatan untuk

mendapatkan pengetahuan atau pengalaman belajar. Lembaga pendidikan mengadakan kegiatan kurikuler dan ekstrakurikuler dalam rangka membina dan mengembangkan peserta didik.

Kegiatan kurikuler adalah kegiatan yang telah ditentukan di dalam kurikulum yang pelaksanaannya dilakukan pada jam-jam pelajaran. Kegiatan kurikuler dilakukan melalui pelaksanaan pembelajaran setiap mata pelajaran atau bidang studi di sekolah atau madrasah. Kegiatan ekstrakurikuler merupakan kegiatan peserta didik yang dilaksanakan di luar ketentuan yang ditentukan kurikulum tingkat satuan pendidikan. Kegiatan ekstrakurikuler biasanya dilakukan dalam rangka merespons kebutuhan peserta didik dan menyalurkan serta mengembangkan hobi, minat, dan bakat peserta didik.

i. Pembinaan Kesiswaan


(51)

Tabel 2.2

STANDAR KOMPETENSI BIDANG PEMBINAAN KESISWAAN

No. Kompetensi Sub Kompetensi Indikator

1. Memahami

perkembangan peserta didik

1.1Memahami:

- Karakteristik

perkembangan peserta didik

- Perkembangan

fisik psikomotorik

1.1.1 Adanya pembinaan

yang memfasilitasi perkembangan peserta didik dalam hal:

- Tahap-tahap

perkembangan peserta didik

- Pemahaman gejala

perubahan fisik dan perilaku motorik

- Perkembangan

sosial-emosional

- Kehidupan

sosial-emosional

berkelompok (peer

group)

- Perkembangan

intelektual, bakat dan minat

- Prestasi akademis dan


(52)

No. Kompetensi Sub Kompetensi Indikator

- Perkembangan

kreativitas

- Orisinalitas dan

fleksibilitas, pembaharuan

2. Memahami ruang

lingkup pembinaan kesiswaan

2.1 Memahami lingkup bembinaan

- Ketakwaan kepada

Tuhan YME

2.1.1 Lingkup pembinaan kesiswaan

- Terdapat pelaksanaan

sosial keagamaan, adanya toleransi kehidupan beragama, terdapat kegiatan hari besar keagamaan, adanya kegiatan seni dan budaya yang bernapaskan agama.

- Kepribadian dan

budi pekerti

- Terlaksananya tata

tertib dan tata krama dalam kehidupan sosial di sekolah, sikap saling menghormati

antarmasyarakat sekolah.


(53)

No. Kompetensi Sub Kompetensi Indikator

- Kepemimpinan - Terlaksananya aktivitas

OSIS, kelompok belajar, latihan dasar kepemimpinan, forum diskusi.

- Kreativitas,

keterampilan dan kewirausahaan

- Ada dan terlaksananya

koperasi sekolah, adanya kumpulan hasil karya dan prestasi siswa.

- Kualitas jasmani dan

kesehatan

- Adanya aktivitas PMR

(Palang Merah Remaja), kantin

sekolah, olahraga, UKS (Usaha Kesehatan Sekolah), kegiatan sosial, kegiatan 6K.

- Seni budaya - Adanya berbagai


(54)

No. Kompetensi Sub Kompetensi Indikator

- Pendidikan

pendahuluan bela negara dan wawasan kebangsaan

- Terlaksananya upacara

bendera, peringatan hari-hari besar nasional, bakti sosial, wisata alam, napak tilas, pelestarian alam, taat tata tertib.

- 3.2 Merancang

kegiatan ekstrakurikuler

- 3.2.1 Ada program

kegiatan ekstrakurikuler 3.3 Merancang kegiatan

ekstrakurikuler melalui latihan terprogram

3.3.1 Ada program-program pelatihan dan kompetisi kegiatan ekstrakurikuler. 3.4 Menciptakan

kegiatan kompetisi

3.4.1 Terdapat kegiatan kompetisi.

4. Mampu

mengembangkan kegiatan pembinaan kesiswaan

4.1 Mengembangkan jenis-jenis kegiatan pembinaan kesiswaan

4.1.1 Terdapat berbagai jenis kegiatan pembinaan kesiswaan, baik di dalam maupun di luar lingkungan sekolah.


(55)

No. Kompetensi Sub Kompetensi Indikator 4.1.2 Terdapat berbagai kegiatan pembinaan kesiswaan yang bersifat edutainment, pembinaan mental-agama, kompetitif, pelatihan, dan ekspose.

5. Mampu merancang

dan mengembangkan

evaluasi kegiatan

pembinaan kesiswaan

5.1 Memahami konsep dasar dan jenis evaluasi kegiatan pembinaan kesiswaan

5.2 Mampu merancang instrumen evaluasi kegiatan pembinaan kesiswaan

Adanya instrumen evaluasi proses dan hasil, baik dalam bentuk tes maupun nontes.

6. Profesionalitas

pribadi pembina kesiswaan

6.1 Pribadi yang profesional dan terintegrasi

6.1.1 Menunjukkan karakteristik pribadi yang: jujur, tanggung jawab, komitmen, empati, simpati, humoris, inovatif, kreatif, teladan, respek, mudah bergaul, disiplin, dan mampu membuat jejaring.


(56)

No. Kompetensi Sub Kompetensi Indikator

6.1.2 Berpengalaman dalam bidang pembinaan

kesiswaan.

2) Fungsi dan Tujuan Pembina Kesiswaan

Fungsi dan tujuan akhir pembinaan kesiswaan secara umum sama dengan fungsi dan tujuan pendidikan nasional sebagaimana tercantum dalam Undang-Undang RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Bab II, Pasal 3, yang berbunyi sebagai berikut:

“Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan

kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.”


(57)

Tabel 2.3

KAITAN KOMPETENSI DENGAN MATERI BIDANG PEMBINAAN KESISWAAN

No. Kompetensi Sub Kompetensi Pokok Materi

1. Memahami perkembangan peserta didik 1.1Memahami perkembangan peserta didik - Karakteristik perkembangan peserta didik

- Perkembangan fisik

psikomotorik

- Perkembangan sosial

emosional

- Perkembangan

intelektual, bakat dan minat

- Perkembangan

kreativitas

- Tahap-tahap dan

tugas-tugas

perkembangan peserta didik

- Perkembangan fisik

psikomotorik

- Perkembangan sosial

emosional

- Perkembangan

intelektual, bakat dan minat

- Perkembangan

Kreativitas 2. Memahami

ruang lingkup pembinaan kesiswaan

2.1 Memahami ruang lingkup pembinaan kesiswaan

- Pembinaan ketakwaan


(58)

No. Kompetensi Sub Kompetensi Pokok Materi - Ketakwaan kepada Tuhan

YME

- Kepribadian dan budi pekerti

- Kepemimpinan - Kreativitas, keterampilan,\ dan wirausahaan

- Kualitas jasmani dan kesehatan

- Seni budaya

- Pendidikan pendahuluan bela negara dan wawasan kebangsaan

- Pembinaan

kepribadian dan budi pekerti

- Pembinaan

kepemimpinan

- Pembinaan kreativitas,

keterampilan dan kewirausahaan

- Pembinaan kualitas

jasmani dan kesehatan

- Pembinaan seni

budaya

Pembinaan pendidikan pendahuluan bela negara dan wawasan kebangsaan


(59)

No. Kompetensi Sub Kompetensi Pokok Materi 3. Mampu

merancang strategi pelaksanaan pembinaan kesiswaan

- Merancang strategi

pelaksanaan pembinaan kesiswaan

- Merancang kegiatan

ekstrakurikuler

- Merancang kegiatan

ekstrakurikuler melalui latihan terprogram

- Menciptakan kegiatan

kompetisi

- Rancangan strategi

pelaksanaan

pembinaan kesiswaan

- Rancangan kegiatan

ekstrakurikuler

- Rancangan kegiatan

ekstrakurikuler melalui latihan terprogram dan pembelajaran

- Rancangan kegiatan

kompetisi 4. Mampu

mengembangkan kegiatan

pembinaan kesiswaan

Mengembangkan jenis-jenis kegiatan pembinaan kesiswaan

- Pengembangan

model-model outbound

- Program edutainment

- Pembinaan mental

agama dan kegiatan waktu luang


(60)

No. Kompetensi Sub Kompetensi Pokok Materi 5. Mampu

merancang dan mengembangkan evaluasi kegiatan pembinaan kesiswaan

5.1 Memahami konsep dasar dan jenis evaluasi kegiatan pembinaan kesiswaan

5.2 Mampu merancang instrumen evaluasi kegiatan pembinaan kesiswaan

- Konsep dasar dan jenis evaluasi kegiatan

pembinaan kesiswaan - Rancangan jenis instrumen evaluasi kegiatan pembinaan kesiswaan

6. Profesionalitas pribadi pembina kesiswaan

Pribadi yang profesional dan terintegrasi

- Ciri-ciri pribadi (jujur,

tanggung jawab, komitmen, empati, simpati, humoris, inovatif, kreatif, teladan, respek, mudah bergaul, disiplin)

- Berpengalaman dan

mampu membuat jejaring

4) Materi Program

Subkelompok program pembinaan kesiswaan meliputi sebagai berikut.


(61)

a) Lokakarya Kegiatan Kesiswaan, terdiri dari: (1) Kegiatan yang bersifat akademis, dan (2) Kegiatan nonakademis.

b) Pengembangan Program Kesiswaan, meliputi

pengembangan: (1) klub olahraga siswa, (2) klub bakat, minat dan kreativitas siswa, (3) etika, tata tertib dan tata kehidupan sosial di sekolah, dan (4) Usaha Kesehatan Sekolah (UKS).

c) Program pravokasional untuk siswa SMP dinamakan

Program Pendidikan Berorientasi Kecakapan Hidup melalui Pendidikan Pravokasional.

d) Program Lomba Kesiswaan, meliputi: (1) International

Junior Science Olympiade/ IJOS, (2) Olimpiade Sains Nasional (OSN) untuk siswa SMP, (3) Lomba Penelitian Ilmiah Pelajar (LPIP), (4) Pekan Olahraga dan Seni (Porseni) siswa SMP, (5) Lomba mengarang dalam bahasa Indonesia, (6) Lomba pidato dalam bahasa Inggris, dan (7) Lomba Motivasi Belajar Mandiri (Lomojari) untuk siswa SMP terbuka.

e) Pembinaan Lingkungan Sekolah, terdiri dari: (1) Asistensi

Pendidikan Pencegahan Penyalahgunaan Narkoba, (2) Program Pembinaan Sekolah Sehat (Lomba Sekolah Sehat/ LSS), dan (3) Program Pendidikan Budi Pekerti.


(62)

Sesuai dengan tujuan dan karakteristik materi program pembinaan kesiswaan tersebut, maka strategi yang digunakan meliputi pelatihan (terintegrasi dan distrik), lokakarya,

kunjungan sekolah (school visit), dan perlombaan atau

pertandingan (bersifat kompetisi). Penggunaan strategi bersifat fleksibel, dalam arti dapat digunakan satu strategi untuk program tertentu, dan atau beberapa strategi dikombinasikan dalam pelaksanaan satu atau beberapa program, yang disesuaikan dengan kondisi dan kebutuhan pelaksanaan. Di samping itu, dasar pertimbangan penggunaan suatu strategi mencakup aspek-aspek sebagai berikut: a) keluasan materi dan sasaran program, b) waktu dan tempat penyelenggaraan, c) tenaga pelaksana, dan d) dana yang tersedia.

6) Evaluasi Program Pembinaan Kesiswaan

Evaluasi perlu dilakukan untuk mengukur kadar efektivitas dan efisiensi setiap program pembinaan kesiswaan. Hasil evaluasi dapat dijadikan dasar pertimbangan lahirnya kebijakan tentang tindak lanjut program. Evaluasi seyogianya dilakukan terhadap setiap program pembinaan kesiswaan, baik berkenaan dengan aspek persiapan, pelaksanaan, maupun hasil.


(63)

Pelaporan setiap program pembinaan kesiswaam didasarkan atas data dan atau informasi yang dihasilkan dari kegiatan evaluasi. Agar keotentikan laporan diperoleh, maka

laporan disusun secara komprehensif setelah selesai

pelaksanaan suatu program.

j. Pengembangan Peserta Didik

Pengembangan terhadap peserta didik meliputi layanan-layanan khusus yang menunjang manajemen peserta didik. Layanan yang diperlukan peserta didik di sekolah meliputi:

1) Layanan bimbingan dan konseling

Layanan bimbingan dan konseling (BK) merupakan proses

pemberian bantuan terhadap peserta didik agar

perkembangannya optimal sehingga peserta didik bisa mengarahkan dirinnya dalam bertindak dan bersikap sesuai dengan tuntutan dan situasi lingkungan sekolah, keluarga, dan masyarakat.

2) Layanan perpustakaan

Layanan perpustakaan diperlukan untuk memberikan layanan dalam menunjang proses pembelajaran di sekolah, melayani informasi yang dibutuhkan serta memberikan layanan rekreatif melalui koleksi bahan pustaka.


(64)

Kantin diperlukan di sekolah agar kebutuhan peserta didik terhadap makanan yang bersih, bergizi, dan higienis tersedia sehingga kesehatan peserta didik selama di sekolah terjamin dengan baik.

4) Layanan kesehatan

Layanan kesehatan di sekolah biasanya dibentuk dalam sebuah wadah yang bernama Usaha Kesehatan Sekolah (UKS). Sasaran utama UKS adalah untuk meningkatkan atau membina kesehatan peserta didik dan lingkungan hidupnya.

5) Layanan transportasi

Sarana transportasi bagi peserta didik sebagai penunjang untuk

kelancaran proses pembelajaran. Layanan transportasi

diperlukan peserta didik terutama pada jenjang pendidikan prasekolah dan pendidikan dasar.

6) Layanan asrama

Peserta didik yang jauh dari keluarga memerlukan layanan asrama yang nyaman untuk beristirahat. Layanan asrama umumnya disediakan pada jenjang pendidikan menengah dan perguruan tinggi.

7) Layanan ekstrakurikuler

Kegiatan ekstrakurikuler bagi peserta didik di sekolah di antaranya kegiatan ekstrakurikuler keagamaan, paskibra,


(65)

marawis, band, calung, upacara adat) UKS, olahraga, bahasa, klub sains.

k. Evaluasi Kegiatan Peserta Didik

Evaluasi hasil belajar peserta didik berarti kegiatan menilai proses dan hasil belajar siswa baik yang berupa kegiatan kurikuler, kokurikuler, maupun ekstrakurikuler. Penilaian hasil belajar bertujuan untuk melihat kemajuan belajar peserta didik dalam hal penguasaan materi pengajaran yang telah dipelajarinya sesuai dengan tujuan-tujuan yang telah ditetapkan.

Secara garis besar ada dua macam alat evaluasi, yaitu tes dan nontes. Dalam penggunaan alat evaluasi yang berupa tes, hendaknya guru membiasakan diri tidak hanya menggunakan tes objektif saja tetapi juga diimbangi dengan tes uraian.

Hasil evaluasi terhadap peserta didiktersebut selanjutnya ditindaklanjuti dengan memberikan umpan balik. Ada dua kegiatan dalam menindaklanjuti hasil penilaian peserta didik,

antara lain program remedial dan program pengayaan.

l. Kelulusan dan Alumni

Setelah lulus, secara formal hubungan peserta didik dengan lembaga pendidikan sudah selesai. Namun demikian, hubungan peserta didik dengan lembaga pendidikan dapat dilanjutkan melalui wadah ikatan alumni. Sekolah dapat memperoleh keuntungan dengan adannya hubungan dengan alumni. Misalnya


(66)

informasi tentang materi pelajaran mana yang sangat membantu untu studi selanjutnya. Mungkin juga informasi tentang lapangan kerja yang bias dijangkau bagi alumni lainnya.

m. Mutasi Peserta Didik39

Mutasi peserta didik diartikan sebagai proses perpindahan peserta didik dari sekolah satu ke sekolah yang lain atau perpindahan peserta didik yang berada dalam sekolah. Oleh karena itu, ada dua jenis mutasi peserta didik, yaitu:

1) Mutasi ekstern

Mutasi ekstern adalah perpindahan peserta didik dari satu sekolah ke sekolah yang lain.

2) Mutasi intern

Mutasi intern adalah perpindahan peserta didik dalam suatu sekolah. Dalam hal ini akan dibahas khusus mengenai kenaikan kelas.

D. Hubungan Organisasi Siswa Terhadap Keberhasilan Manajemen Kesiswaan

Secara umum organisasi adalah kelompok kerja sama antara pribadi yang diadakan untuk mencapai tujuan bersama. Organisasi dalam hal ini dimaksudkan sebagai satuan atau kelompok kerja sama para peserta


(1)

102

dikonsultasikan pada tabel interpretasi, dan diketahui besarnya rxy = 0,802

terletak antara 0,80 – 1,000. Yang artinya antara variabel X dan variabel

Y terdapat pengaruh yang sangat kuat. Berarti “hubungan organisasi siswa

terhadap keberhasilan manajemen kesiswaan di SMP Negeri 2 Megaluh

adalah “sangat kuat”.

Dengan demikian, terbukti bahwa keberadaan organisasi siswa


(2)

BAB VI PENUTUP

A. Kesimpulan

Penelitian yang dilakukan penulis tentang hubungan organisasi

siswa dalam mendukung keberhasilan manajemen kesiswaan di SMP

Negeri 2 Megaluh menghasilkan 3 kesimpulan penting, yaitu:

1. Keberadaan organisasi siswa di SMP Negeri 2 Megaluh berjalan

kurang baik. Hal ini ditunjukkan dari data yang diperoleh

menunjukkan bahwa organisasi siswa kurang berjalan dengan tertib

dan baik. Dan dari hasil penyebaran angket juga menunjukkan bahwa

keberadaan organisasi siswa di SMP Negeri 2 Megaluh mencapai

51,6%, maka dari itu dapat diketahui bahwa keberadaan organisasi

siswa dalam mendukung keberhasilan manajemen kesiswaan di SMP

Negeri 2 Megaluh kurang baik, karena berada diantara (40% - 55%).

2. Keberhasilan manajemen kesiswaan di SMP Negeri 2 Megaluh melalui

organisasi siswa dalam kategori kurang baik. Hal ini ditunjukkan dari

data yang diperoleh dan dari hasil penyebaran angket juga

menunjukkan bahwa keberhasilna manajemen kesiswaan di SMP

Negeri 2 Megaluh mencapai 47,0%, maka dapat dikatakan bahwa

keberhasilan manajemen kesiswaan di SMP Negeri 2 Megaluh


(3)

104

3. Hubungan organisasi siswa terhadap keberhasilan manajemen

kesiswaan di SMP Negeri 2 Megaluh sedang dan berjalan cukup

efektif, dikarenakan kerjasama yang baik antara bidang manajemen

kesiswaan dan bidang kurikulum dan wakil kepala sekolah dalam

mengelolah siswa. Hal ini ditunjukkan dari data yang diperoleh dan

dari hasil penyebaran angket juga menunjukkan dari hasil rxy = 0,802

dan dari hasil tersebut berarti menunjukkan bahwa rxy> r tabel berarti

Ha diterima yaitu adanya hubungan organisasi siswa terhadap

keberhasilan manajemen kesiswaan di SMP Negeri 2 Megaluh. Dan

diketahui besarnya rxy = 0,802 terletak antara 0,80 – 1,000. Yang

artinya antara variabel X dan Variabel Y terdapat pengaruh yang

sangat kuat. Berarti “hubungan organisasi siswa terhadap keberasilan

manajemen kesiswaan di SMP Negeri 2 Megaluh adalah “sangat kuat”.

B. Saran

Dengan keberadaan organisasi siswa, SMP Negeri 2 Megaluh bisa

dikatakan lembaga pendidikan yang sudah menjalankan Surat Keputusan

Direktur Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah Nomor

226/C/Kep/0/1992 dengan baik. Pemanfaatan organisasi siswa sebagai

wadah untuk mengajarkan karakter kepemimpinan dan jiwa sosial kepada

siswa. Namun, setelah penulis melakukan berbagai macam pengamatan

dan penelitian di lembaga ini ada beberapa catatan dan masukan yang

mungkin berguna untuk meningkatkan keberasilan manajemen kesiswaan


(4)

105

1. Bidang manajemen kesiswaan seharusnya melaksanakan

langkah-langkah memanajemen sesuai dengan prosedur yang ada agar bisa

maksimal dalam menjalankan tugasnya.

2. Diperlukan aturan khusus, atau bahkan sanksi tegas untuk siswa yang

tidak melaksanakan tanggungjwabanya sebagai anggota OSIS.

3. Keapala sekolah hendaknya melakukan supervise secara rutin untuk

mengevaluasi keberhasilan manajemen kesiswaan melalui organisasi

siswa.

Begitulah sekelumit catatan serta saran yang bisa saya berikan

kepada sekolah sehingga menjadi bahann acuan untuk menjadi lebih baik


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Darmaningtyas. Pedidikan Pada Dan Setelah Krisis. Yogyakarta: Pustaka Pelajar,

1999.

Badrudin. Manajemen Peserta Didik. Bandung: PT Indeks, 2014.

Hadiyanto. Mencari Sosok Desentralisasi Manajemen Pendidikan di Indonesia.

Jakarta: PT Rineka Cipta, 2014.

Gunawan, Ary. Administrasi Sekolah. Jakarta: Rineka Cipta, 1996.

Danim, Sudarwan. Perkembangan Peserta Didik. Bandung: Alfabeta, 2011.

Burhanuddin. Analisis Administrasi Manajemen dan Kepemimpinan Pendidikan.

Jakarta: Bumi Aksara, 1994.

Daryanto. Administrasi Sekolah. Jakarta: PT Rineka Cipta, 2005.

Saefullah. Manajemen Pendidikan Islam. Bandung: CV Pustaka Setia, 2012.

Mantja. Profesionalisasi Tenaga Kependidikan. Malang: Elang Emas, 2007.

Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif Dan R & D. Bandung:

Alfabeta, 2011.

Arikunto, Suharsimi. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik.. Jakarta:

Rineka Cipta, 2004.


(6)

Setiawan, Hari. Kamus Bahasa Indonesia. Surabaya: Karya Gemilang Utama

Tampubolon, Manahan. Perilaku Keorganisasian. Jakarta: Ghalia Indonesia,

2008.

Arikunto, Suharsimi. Pengelolaan Kelas dan Siswa. Jakarta: PT Raja Grafindo

Persada, 1996.

Richard. Efektivitas Organisasi. Jakarta: Erlangga, 1985.

Departemen Pendidikan dan Kebudayaa. Pedoman Umum Penyelenggaraan

Administrasi Sekolah Menengah. Jakarta: Balai Pustaka, 1989.

Nursanti, Dyah : “Peranan Organisasi Siswa Intra Sekolah Dalam Membentuk

Karakter Siswa di SMP Negeri di Kabupaten Magelang”. Yogyakarta:

Universitas Negeri Yogyakarta, 2013.

Rohiat. Manajemen Sekolah. Bandung: PT Refika Aditama, 2010.

Musfiqon. Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta: PT Prestasi Pustakarya,

2012.

file:///E:/567/Kelinci%20Go%20Blog%20%20Kumpulan%20Teori%20Efektivita

s.htm, Selasa, 29 Desember 2015