Pengaruh kegiatan rohis dalam peningkatan sikap keberagamaan siswa : studi kasus di MAN 11 Jakarta

PENGARUH KEGIATAN ROHIS DALAM
PENINGKATAN SIKAP KEBERAGAMAAN SISWA
(STUDI KASUS DI MAN 11 JAKARTA)
SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
Untuk Memenuhi Persyaratan Mencapai Gelar
Sarjana Pendidikan Islam (S. Pd. I)

Oleh

Ahmad Fuad Basyir
109011000138

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2015

ABSTRAK

AHMAD FUAD BASYIR, NIM 109011000138. “Pengaruh Kegiatan
Rohis Dalam Peningkatan SikapKeberagamaan Siswa (Studi Kasus di MAN
11 Jakarta)”. Skripsi Jurusan Pendidikan Agama Islam, Fakultas Ilmu Tarbiyah
dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Para siswa Sekolah Menengah sedang berada pada tingkat perkembangan
yang disebut “masa remaja” atau pubertas. Masa remaja yang utama adalah masa
menemukan diri, meneliti sikap hidup yang lama dan mencoba-coba yang baru
untuk jadi pribadi yang dewasa. Karena banyaknya kenakalan remaja tampak
jelas pada mereka yang sedang tumbuh jiwanya. Terutama yang hidup di kotakota besar, Mereka dihadapkan pada kontradiksi dan aneka ragam pengalaman,
yang menyebabkan mereka bingung memilih mana yang baik mana yang buruk.
Para pendidik (Guru), terutama orang tua mempunyai tanggung jawab
bersama dalam membentuk karakter serta tingkah laku yang baik. Dalam
menentukan akhlak yang baik bagi manusia untuk berakhak mulia. Oleh karena
itu dalam menanamkan nilai-nilai moral pada siswa, maka sekolah dalam rangka
mengantarkan siswa-siswinya untuk meningkatkan perilaku keberagamaan, salah
satu usaha yang dilakukan adalah memberikan suasana relegius atau wadah
Kerohanian Islam (Rohis) yaitu suatu kegiatan yang dilaksanakan diluar jam
pelajaran yang bertujuan untuk menunjang serta mendukung program
Intrakurikuler yang bertujuan meningkatkan keimanan, pemahaman, pengamatan
dan pengamalan ajaran Agama Islam, supaya siswa dapat termotivasi untuk

bertingkah laku yang baik terhadap dirinya sendiri, terhadap pencipta-Nya (Allah
SWT) dan terhadap sesamanya.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kontribusi kegiatan Rohani Islam
terhadap peningkatan sikap keberagamaan siswa MAN 11 Jakarta, yang
dilaksanakan pada bulan November 2014 sampaidenganDesember 2014.
Adapun Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan menggunakan
metodekorelatif yang didukung teknik-teknik pengumpulan data melalui
penyebaran angket, observasi dan wawancara dengan guru bidang studi Agama
Islam sekaligus pembina MAN 11 Jakarta. Dalam penelitian ini yang menjadi
populasi target adalah seluruh siswa MAN 11. Dari populasi target tersebut yang
menjadi populasi terjangkau adalah pengurus ROHIS dan yang aktif dalam
kegiatan ROHIS sebanyak 30 siswa. Dari populasi terjangkau tersebut diambil
sampel sebanyak 30 siswa.
Dari hasil penelitian diperoleh db sebesar 28, dengan nilai "r" productmoment
pada taraf signifikansi 5% diperoleh r tabel = 0,325 dan pada taraf signifikansi 1%
diperoleh r tabel = 0,325 Seperti yang diketahui "r" hitung diperoleh 0,81, maka
dengan demikian "r" hitung lebih besar daripada "r" tabel, baik pada taraf
signifikansi 5% maupun 1 %. Ini berarti Ha diterima dan Ho ditolak, berarti ada
korelasi yang signifikan antara kegiatan ROHIS dengan sikap keberagamaan
siswa.

Kata Kunci : Organisasi Kesiswaan Rohani Islam, Sikap Keberagamaan Siswa.
i

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah
memberikan karunia serta anugerah-Nya sehingga skripsi yang berjudul
Pengaruh Kegiatan Rohis Dalam Peningkatan Sikap Keberagamaan Siswa
(Studi Kasus di MAN 11 Jakarta) dapat selesai. Tanpa anugerah dan karuniaNya berupa nikmat kesehatan maka penulis tidak dapat menyelesaikan skripsi ini.
Terima kasih ya Allah Engkau telah memberikan kekuatan kepada penulis,
dengan adanya Engkau di samping penulis, Engkau telah memberikan motivasi
yang besar berupa kesabaran dalam menghadapi hambatan dan rintangan selama
penulis mengerjakan skripsi.
Shalawat dan salam tak lupa penulis haturkan kepada junjungan kita Nabi
besar Muhammad SAW, sebagai umat yang taat dan patuh pada ajaran beliau
sehingga kita dapat merasakan nikmat yang tak kalah pentingnya dari nikmat yang
lain yaitu nikmat Islam. Semoga kita termasuk dalam golongan beliau yang
menegakkan panji-panji Islam serta dapat mengembangkan ajaran beliau. Amin.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini tidak sedikit
hambatan dan kesulitan yang penulis hadapi. Namun, berkat doa, dukungan,

bantuan dan motivasi yang tak ternilai dari berbagai pihak, akhirnya penulisan
skripsi ini selesai pada waktunya.
Oleh karena itu, penulis sampaikan terima kasih yang sangat dalam dan
penghargaan yang setinggi-tingginya dengan penuh rasa hormat kepada semua
pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini
khususnya kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Ahmad Thib Raya, M.A, Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan
Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Bapak Abdul Majid Khon, MA, Ketua Jurusan PAI dan Ibu Marhamah
Sholeh, Lc., MA, Sekretaris Jurusan PAI Fakultas Ilmu Tarbiyah dan
Keguruan, penulis ucapkan terima kasih yang telah banyak membantu dan
dukungannya dalam menyelesaikan skripsi ini.

ii

3. Bapak Faza Amri, S. Th.I, Staf Jurusan PAI, yang telah memberikan motivasi
kepada penulis dan memberikan banyak pelajaran kepada penulis.
4. Bapak M. Sholeh Hasan, Lc., MA, Dosen Pembimbing Skripsi yang telah
menyediakan waktu, pikiran dan tenaganya untuk memberikan bimbingan,
pengarahan dan petunjuknya kepada penulis dalam menyusun skripsi ini.

5. Bapak Prof. Dr. Ahmad Syafi’I Noor, Dosen Penasehat Akademik yang
dengan penuh perhatian telah memberi bimbingan, arahan dan motivasi serta
ilmu pengetahuan kepada penulis selama masa perkuliahan.
6. Bapak

pimpinan

dan

karyawan/karyawati

Perpustakaan

UIN

Syarif

Hidayatullah Jakarta, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan yang telah
memberikan pelayanan dan pinjaman buku-buku yang sangat penulis
butuhkan dalam penyusunan skripsi ini.

7. Seterusnya ucapan terima kasih buat orang terkasih yaitu Ibunda Hj. Siti
Aminah Ghazali dan Ayahanda H. Aqib Musthafa, S, Q yang selalu memberi
motivasi dan dukungan buat penulis selama penulis mengerjakan skripsi serta
memberikan dukungan moral dan material, do’a dan senyuman yang
menyemangati penulis untuk tabah dalam menghadapi kesulitan-kesulitan
selama proses pembuatan skripsi ini. Skripsi dan gelar sarjana ini khusus
penulis persembahkan untuk ibunda dan ayahanda.
8. Adik-adikku Nurul Wiri Mardiyah dan Ahmad Mubarok Al-‘Ala, terimakasih
atas bantuan, kepedulian serta dukungan kalian dalam memberikan motivasi
untuk cepat menyelesaikan Skripsi ini.
9. Orang-orang yang menginspirasi dan juga memotivasi penulis dalam, Yunda
Rahmawati, M. Reza Pahlefi, Ari Zaid, Yunita Ihtiarini dan adinda Saepul
Bahri. Terima kasih sudah membantu dan menemani penulis sampai skripsi
ini selesai dan selalu ada buat penulis baik suka maupun duka.
10. Sahabat dan teman-teman (Didin, Abduh, Anang, Awal, Yopi, Fatur, Mamed,
Haffas, Aan, Oman, Anggi, suci, Anike, Nda, Afaf, Nety) serta Kakak-kakak
(Ka Munir, Ka Riyan, Ka Johan, Ka Icha, Ka Asep, Ka Arif, Ka Edy) dan
adek-adek (Aceng, Hasan, Baim, Arif, Feby, Novi, Edwin). Terima kasih

iii


kepada kalian yang telah menemani dan memberikan semangat kepada
penulis, terima kasih juga atas do’a dan dukungan dari kalian.
11. Teman-teman seperjuangan Pendidikan Agama Islam kelas D angkatan 2009,
kenangan indah dan kebersamaan kita tidak akan terlupakan, terima kasih buat
kalian yang menemani hari-hari penulis selama kuliah.
12. Tak lupa juga teman-teman Laskar Hijau Hitam HMI, FK2I, LAPENMI,
KAHFI, LISUMA Jakarta, FKMJ Jambi-Jakarta, PERMAJA, HMJ PAI, BEM
FITK dan DEMA UIN Jakarta yang selalu ada dalam sumbangsih arahan dan
pemikirannya, demi kelancaran skripsi ini dan telah memberikan kesempatan
kepada penulis untuk belajar banyak tentang organisasi.
13. Segenap pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu namanya, terima kasih
atas segala bantuan, perhatian dan semangat yang diberikan kepada penulis.

Penulis memohon kepada Allah SWT agar melimpahkan rahmat dan
karunia-Nya kepada semua yang telah membantu penulis, sebagai imbalan jasa
yang telah dilakukan. Hanya kepada Allah SWT sajalah penulis berharap semoga
apa yang penulis kerjakan mendapat keridhaan dan kecintaan-Nya. Semoga
skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi pembaca umumnya.
Amin.


Jakarta, 19 Januari 2015

Penulis

iv

DAFTAR ISI

LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING
LEMBAR PENGESAHAN
LEMBAR PERNYATAAN
ABSTRAK ............................................................................................................

i

KATA PENGANTAR ...........................................................................................

ii


DAFTAR ISI ..........................................................................................................

v

BAB I

BAB II

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ............................................................

1

B. Identifikasi Masalah ..................................................................

6

C. Pembatasan Masalah .................................................................

6


D. Perumusan Masalah ..................................................................

7

E. Tujuan Penelitian ......................................................................

7

F. Kegunaan Penelitian..................................................................

7

KAJIAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS
A. Deskripsi Teori .........................................................................

8

1. Kegiatan Ekstrakurikuler Rohani Islam (Rohis) .................


8

a. Pengertian Ekstrakurikuler Rohani Islam (Rohis) ........

8

b. Dasar dan Tujuan Kegiatan Ekstrakurikuler
Rohani Islam ................................................................. 10
c. Jenis Kegiatan Ekstrakurikuler Rohani Islam ............... 13
2. Sikap Keberagaman ............................................................ 15
a. Pengertian Sikap Keberagamaan................................... 15
b. Ciri-ciri Sikap Keberagamaan ....................................... 20
c. Terbentuknya Sikap Keberagamaan ............................. 22
d. Faktor-faktor yang mempengaruhi terbentuknya sikap
keberagamaan ................................................................ 23
e. Faktor-faktor yang menghambat terbentuknya sikap
keberagamaan ................................................................ 25

v

B. Hasil Penelitian yang Relevan .................................................. 26
C. Kerangka Berfikir...................................................................... 26
D. Hipotesis Penelitian................................................................... 27
BAB III

METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian ................................................... 28
B. Metodologi Penelitian .............................................................. 28
C. Variabel Penelitian .................................................................... 29
D. Populasi dan Sampel ................................................................. 31
E. Teknik Pengumpulan Data ........................................................ 31
F. Teknik Pengolahan dan Analisa Data ....................................... 33

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Sekolah MAN 11 Jakarta ............................ 39
1. Sejarah Singkat MAN 11 Jakarta ........................................ 39
2. Visi-Misi Sekolah ................................................................. 40
3. Tujuan MAN 11 Jakarta ...................................................... 42
4. Keadaan Guru, Tenaga Kependidikan dan Siswa................. 42
5. Sarana prasarana .... .............................................................. 43
6. Struktur Organisasi MAN 11 Jakarta ................................... 44
B. Rohis MAN 11 Jakarta ............................................................. 45
1. Sejarah Rohis MAN 11 Jakarta ........................................... 45
2. Struktur Organisasi Rohis .................................................. 45
3. Kegiatan Rohis

......................................................... 46

C. Deskriptif Data .......................................................................... 47
D. Hasil Penelitian ......................................................................... 60
E. Pembahasan ............................................................................... 67
BAB VI

PENUTUP
A. Kesimpulan ............................................................................... 69
B. Implikasi .................................................................................... 70
C. Saran .......................................................................................... 71

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................ 72

vi

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Masalah yang melanda kehidupan manusia dewasa ini adalah semakin
banyak mannusia yang krisis moral, merosotnya nilai-nilai dan norma-norma
dalam kehidupan masyarakat yang membawa dampak negatif. Kemerosotan
moral ini tidak hanya mempengaruhi orang dewasa tetapi juga siswa
menengah atas yang menjadi generasi harapan untuk meneruskan cita-cita
bangsa Indonesia. Merosotnya moral dan pergeseran nila-nilai agama yang
terlihat dalam prilaku sehari-hari pelajar sekarang ini disebabkan antar lain,
kurangnya pengetahuan dan penghayatan mereka kepada agama yang mereka
dapatkan di sekolah serta ketidakseimbangan pendidikan jasmani dan rohani
yang bertumpu pada pembinaan mental, dan akhlak. Sekolah merupakan
pendidikan yang formal mempunyai tugas berat.
Hal ini tidak dapat dihindari sebab peran lembaga pendidikan sangat
penting dalam menghasilkan sumber daya manusia yang berkualitas dan siap
terjun di masyarakat sesuai kemampuan mereka untuk memperbaiki tatanan
kehidupan masyarakat ke arah yang lebih baik. Pendidikan agama menjadi
sorotan tajam masyarakat. Banyaknya perilaku menyimpang peserta didik dan
remaja pada umumnya yang tidak sesuai dengan norma agama akhir-akhir ini
mendorong

berbagai

pihak

mempertanyakan

efektivitas

pelaksanaan

pendidikan agama di sekolah. Rendahnya kualitas Pendidikan Agama Islam
(PAI) di sekolah bukan merupakan satu-satunya faktor penyebab terjadinya
penyimpangan perilaku peserta didik, namun peran PAI harus menjadi agent
of change dalam mengubah perilaku peserta didik ke arah yang lebih baik.
Menurut Hasbullah “Pendidikan sebagai bentuk kegiatan manusia
dalam kehidupannya juga menempatkan tujuan sebagai sesuatu yang hendak
dicapai, baik tujuan yang dirumuskan itu bersifat anstrak sampai pada
rumusan-rumusan

yang dibentuk secara khusus

1

untuk memudahkan

2

pencapaian tujuan yang lebih tinggi”.1 Dan hakikatnya tujuan akhir
pendidikan adalah pembinaan yang nantinya akan menciptakan manusis yang
cerdas, baik dari sisi intelektual maupun dari sisi sikap keberagamaan. Akan
tetapi pada saat ini pendidikan hanya lebih condong membangun aspek
intelektual saja, dan sering sekali melupakan aspek keagamaan. Hal ini dapat
menyebabkan tidak optimalnya tujuan dari pendidikan tersebut.
Menurut Winarto Surakhmad, “Tujuan pendidikan di dalam satu
Negara harus pada asas dan falsafah Negara. Sebuah cara untuk sampai pada
pengolongan berbagai tujuan adalah cara taxsonomis, yakni suatu cara
klasifikasi yang logis dan fungsionil dalam tujuan yang kongkrit menuju
tujuan yang terakhir”.2 Dan pada hakikatnya tujuan akhir dari pendidikan
adalah pembinaan yang nantinya akan menciptakan manusia yang cerdas,
cerdas dari sisi intelektual juga cerdas sikap keberagamaan, akan tetapi pada
saat ini pendidikan hanya lebih condong membangun aspek intelektual saja,
dan sering sekali melupakan aspek keagamaan. Hal ini dapat menyebabkan
tidak optimalnya tujuan dari pendidikan tersebut.
Dalam menghadapi tuntutan kondisi zaman serta pembangunan yang
semakin pesat ini pendidikan harus dapat secara tepat guna untuk dapat
menciptakan manusia-manusia yang berkualitas, dalam hal ini diharapakan
yang tercipta bukan hanya kualitas dari segi intelektual juga segi religiusnya.
Menurut M.I Soelaiman, “Pendidikan disekolah formal berlangsung secara
formal, artinya baik kegiatan, tujuan pendidikan, materi dan bahan ajar, serta
metode penyampaiannya telah diprogram secara jelas dan dituangkan dalam
seperangkat aturan atau pegangan yang telah disyahkan”.3 Semua itu bertujuan
agar kegiatan pendidikan diselenggarakan di sekolah dapat berjalan dengan
lancar, tertib dan teratur serta dapat mencapai tujuan yang diharapkan.
Pendidikan dapat dilalui dengan berbagai cara yaitu melaui proses
pendidikan formal, informal, dan nonformal baik pendidikan umum dan
1
2

Hasbullah, Dasar-dasar Ilmu Pendidikan, (Jogjakarta: Kansius, 1994), Cet. 1, hlm. 11.
Winarto Surakhmad, Metodologi Pengajaran Nasional, (Bandung ; Jemmars, 1980) , h.

26
3

M.I Soelaiman, Pendidikan Dalam Keluarga, (Bandung : CV Alvabeta, 2001) h. 167

3

pendidikan agama. Sebagaimana yang dinyatakan oleh Zakiyah Darajat “
bahwa untuk memperoleh pendidikan agama ada tiga jalur yang harus
ditempuh yaitu : keluarga sebagai jalur pendidikan informal, sekolah sebagai
jalur pendidikan formal, dan masyarakat sebagai pendidikan non formal”4
Konsep pendidikan formal di sekolah dibagi atas intrakurikuler dan
ekstrakurikuler, kegitan ekstrakurikuler merupakan kegiatan yang dilakukan
siswa diluar jam mata pelajaran. “Menurut kamus Bahasa Indonesia kegiatan
ekstrakurikuler adalah kegiatan yang ada diluar yang tertentu dalam
kulikulum”.5 Banyak macam ekstrakurikuler yang ada di sekolah Palang
Merah Remaja (PMR), Pramuka, Olah raga dan juga Rohani Islam ( Rohis )
sebuah ekstrakulikuler yang berbasis agama Islam.
Kalau di amati lebih seksama bahwa sesungguhnya kegiatan ekstra
kurikuler tidak kalah pentingnya dibandingkan dengan intra kurikiler.
Kegiatan eskul sebagai media pembinaan dan pengembangan kemampuan,
minat dan bakat para siswa mengandung seperangkat nilai-nilai yang cukup
urgen bagi proses pendewasaan dan kemajuan mereka dimasa depan. Tidak
sedikit para aktivis eskul yang menunjukkan kepiawainya dalam berbagai hal.
Kegiatan semacam ini mampu meredam gejolak kenakalan para pelajar,
karena di asumsikan bahwa kenakalan para pelajar salah satu penyebabnya
adalah mereka merasa kurang senang dengan keadaan di lingkungan keluarga,
sehingga waktu luang mereka digunakan pada hal-hal yang tidak bermanfaat.
Sebaliknya dengan aktif mengikuti kegiatan eskul, diharapkan mereka akan
merasa senang untuk bersosialisasi dengan teman-teman seperjuangannya, dan
menganggap bahwa sekolah sebagai sumber inspirasi untuk memenuhi
kebutuhan dan sekaligus sebagai penyalur minat dan bakat mereka, dan bukan
sekedar pengisi waktu luang.6
Bentuk usaha yang dilakukan sekolah dalam meningkatkan sikap
keberagamaan siswa adalah dengan memberikan wadah kerohanian Islam.
4

Zakiyah Darajat, Kesehatan Mental, (Jakarta : PT. Gunung Agung, 2001), h. 121
Depdikbud, Kamus Besar Bahasa Indonesia, ( Jakarta : Balai Pustaka ) cet 7 h. 225
6
Depag. RI, Kendali Mutu Pendidikan Agama Islam. (Jakarta: Derektorat Jenderal
Pembinaan Kelembagaan Agama Islam. 2001), h. 31
5

4

Ekstrakurikuler Rohis merupakan salah satu dari ekstrakurikuler yang menjadi
suatu kegiatan yang berbasiskan agama. Dalam kegiatan ekstrakurikuler ini
terdapat

program-program

yang

diusahakan

dapat

menciptakan

dan

membangun sikap keberagamaan siswa diantaranya adalah pengajian, bakti
sosial, pesantren kilat, peringatan hari besar Islam (PHBI), seni baca alQur’an, praktik pengamalan ibadah dan kreasi remaja muslim (krem).
Kegiatan keagamaanpun berjalan dengan didasari sikap toleransi antar umat
beragama. Bahkan menurut Muhaimin, diperlukan pula kerjasama yang
harmonis dan interaktif diantara para warga sekolah dan para tenaga
kependidikan yang ada di dalamnya.7 Dengan adanya kerjasama seluruh
komponen di sekolah, diharapkan akan melahirkan suatu budaya sekolah yang
kuat dan bermutu.
Ekstrakurikuler Rohis sebagai suatu wadah keagamaan yang bergerak
secara independen di mana wadah tersebut dikelola dan dikembangkan oleh
siswa serta pembina Rohis, sehingga secara struktural dan operasionalnya
sudah dapat dikatakan sebagai suatu lembaga yang mempunyai kepengurusan,
tujuan yang hendak dicapai secara jelas dan dapat memberikan dukungan
terhadap pelajaran agama Islam. Dalam upaya meningkatkan mutu
pendidikan, PAI harus dijadikan tolak ukur dalam membentuk watak dan
pribadi peserta didik, serta membangun moral bangsa (nation character
building).8
Berbicara mengenai Rohis, tentu berhubungan dengan pendidikan
agama Islam, hal ini dikarenakan kedua hal tersebut sangat berkaitan erat dan
saling menunjang satu sama lain. Pendidikan Agama Islam sekarang ini telah
diakui oleh pemerintahan sebagai salah satu mata pelajaran yang diharuskan
dalam institusi sekolah.
Dalam UU No.2 tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional
ditegaskan bahwa isi kurikulum setiap jenis, jalur dan jenjang pendidikan
7

Muhaimin, Pengembangan Kurikulum Pendidikan Agama Islam di Sekolah, Madrasah
dan Perguruan Tinggi, (Jakarta: PT.Raja Grafindo, 2009), h. 59.
8
Muhammad Alim, Pendidikan Agama Islam; Upaya Pembentukan Pemikiran dan
Kepribadian Muslim, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya), 2006, h. 8.

5

wajib memuat pendidikan Pancasila, pendidikan agama dan pendidikan
kewarganegaraan. Hal ini dengan jelas memposisikan pendidikan agama
sebagai salah satu muatan wajib dalam kurikulum pendidikan apapun.
Disamping itu, menurut Undang-Undang ini keberadaan pendidikan Islam
diakui secara jelas, hanya saja yang menjadi persoalan bagaiman pendidikan
Islam itu sendiri menempatkan dirinya pada posisi yang tepat dan strategis,
sehingga dapat menunjukkan eksistensinya.9
Keberadaan Rohis tentu memberikan imbas yang fositif bagi siswa,
karena mereka dapat memperoleh pelajaran yang tidak hanya bersifat teoritis
saja melainkan pada hal-hal yang bersifat praktis dan diharapkan dengan
kegiatan-kegiatan ini siswa dibekali kreatifitas dan potensi yang baik sehingga
dapat membantu mereka ketika dalam lingkungan masyarakat. Ekstrakurikuler
Rohis merupakan salah satu kegiatan ekstra yang berbentuk suatu organisasi
yang bersifat kesiswaan, Rohis yang menjadi ekstrakurikuler yang berbasis
keagamaan menjadikan ekstrakurikuler ini memiliki peran yang cukup penting
di dalam sekolah. Siswa yang notabenenya adalah siswa muslim diharapkan
dapat mengamalkan nilai-nilai yang islami dalam setiap tindakan serta
perbuatannya dalam kesehariannya.
Pembinaan sikap keberagamaan dapat dilakukan dalam berbagai cara,
dalam kegiatan ekstrakulikuler Rohis terdapat program-program yang
diusahakan dapat menciptakan dan membangun sikap keberagamaan siswa.
Kegiatan Rohis dimungkinkan memberikan dukungan terhadap pelajaran
agama Islam, yang salah satunya dari program tersebut adalah mentoring.
Dengan bertitik tolak dari permasalahan diatas, setelah penulis
mengkaji beberapa literatur bahwasanya penelitian tentang pembinaan sikap
keberagamaan melalui kegiatan pendidikan Agama Islam yang sudah pernah
ada, akan tetapi membahas tentang aspek kegiatan pendidikan agama Islam
secara umum, maka penulis tertarik untuk melakukan sebuah penelitian
tentang kegiatan mentoring ekstrakurikuler Rohani Islam (Rohis) dalam
membina sikap keberagamaan siswa. Maka Skripsi ini saya beri judul
“Pengaruh Kegiatan Rohis dalam Meningkatkan Sikap Keberagamaan
Siswa Di MAN 11 Jakarta”.
9

Hasbullah, op. cit., h. 1.

6

B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang permasalahan di atas, maka teridentifikasi
permasalahan sebagai berikut :
1. Kegiatan yang dilakukan Rohis, dan campur tangan pihak sekolah dalam
kegiatan tersebut.
2. Faktor-faktor yang mempengaruhi terbentuknya sikap keberagamaan
siswa.
3. Hubungan kegiatan Rohis dalam peningkatan sikap keberagamaan siswa.

C. Pembatasan Masalah
Dalam suatu penelitian sering muncul berbagai masalah secara
bersama-sama yang sering menyulitkan untuk diteliti dan dikaji secara
keseluruhan. Karena sering munculnya secara bersama-sama, maka kualitas
penelitian tidak terletak pada keluasan pengkajian tetapi kedalaman
pengkajian. Oleh karena itu, agar masalah dapat dikaji secara mendalam maka
masalah dalam penelitian perlu dibatasi dengan jelas sehingga dapat
mengarahkan perhatian secara seksama pada masalah tersebut.
Agar dapat dikaji dan dijawab secara mendalam, maka dalam
penelitian ini peneliti membatasi masalah pada: kegiatan Rohis, dan sikap
keberagamaan siswa.
Adapun yang menjadi batasan masalah dalam penelitian ini yang erat
kaitannya dengan masalah dalam penelitian adalah tentang “Pengaruh
Kegiatan Rohis Dalam Peningkatan Sikap Keberagamaan Siswa (Studi Kasus
di MAN 11 Jakarta)”.

D. Perumusan Masalah
Berkaitan

dengan

peranan

Rohis

dalam

meningkatkan

sikap

keberagamaan siswa di sekolah maka ada beberapa hal yang dapat dirumuskan
permasalahannya yaitu :
“Berapa besar kegiatan Rohis memberikan pengaruh terhadap sikap
keberagamaan siswa di MAN 11 Jakarta ?”

7

E. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh

kegiatan

Rohis dalam meningkatkan sikap keberagamaan siswa di MAN 11 Jakarta.

F. Kegunaan Penelitian
Kegunaan penelitian ini adalah :
1. Bagi guru dan Pembina Rohis sebagai tolak ukur keberhasilan Program
mentoring Rohis dalam upaya pembinaan sikap keberagamaan siswa.
2. Bagi siswa sebagi media untuk tertarik agar lebih aktif mengikuti
mentoring Rohis untuk membina sikap keberagamaan dalam dirinya.
3. Bagi masyarakat umum sebagai gambaran tentang pentingnya kegiatan
Rohis khususnya mentoring dalam membina sikap keberagamaan .
4. Penulis, baik melalui kajian-kajian kepustakaan maupun dalam bentuk
empirik mendapat informasi yang sangat berharga bagi pengembangan
diri.

BAB II
KAJIAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS
A. Deskripsi Teori
1. Kegiatan Ekstrakurikuler Rohani Islam (Rohis)
a. Pengertian Ekstrakurikuler Rohani Islam (Rohis)
Pendidik ialah orang yang memikul pertanggungan jawab untuk
mendidik.1 Secara umum dapat dikatakan bahwa setiap orang dewasa
dalam masyarakat dapat menjadi pendidik, sebab pendidik merupakan
suatu perbuatan sosial, fundamental yang secara utuh membantu anak
didik dalam perkembangan daya-dayanya dalam penetapan nilai-nilai.
Ekstrakurikuler berasal dari katra ekstra dan kurikuler. Ekstra
artinya keadaan di luar yang resmi. Kurikuler mempunyai kaitan erat
dengan kata kurikulum, yakni kurikulum yang berasal dari bahasa
Yunani, currir artinya pelari, currere artinya tempat pacuan.

2

Sedangkan menurut etimologi kurikulum adalah rencana atau bahasan
pengajaran, sehingga arah kegiatan pendidikan menjadi jelas dan
terang.3
Kurikulum

adalah

seperangkat

rencana

dan

pengaturan

mengenai isi dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai
pedoman penyelenggaraan kegiatan belajar-mengajar.

4

Sedangkan

menurut Crow dan Crow yang dikutip oleh Armai Arief dalam
bukunya Ilmu Pendidian Islam, kurikulum adalah rancangan
pengajaran yang isinya sejumlah mata pelajaran yang disusun
sistematis yang diperlukan sebagai syarat untuk menyelesaian suatu
program pendidikan tertentu.5
1

Ahmad D. Marimba, Pengantar Filsafat Pendidikan Islam, (Bandung: Al-Ma’arif, 1989),

h. 37.
2

Nana Sudjana, Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar, (Bandung: Sinar Baru Algesindo,
2000), h. 1-2.
3
Abuddin Nata, Ilmu Pendidian Islam, (Jakarta: Kencana, 2010), h. 121
4
Oemar Hamalik, Kurikulum dan Pembelajaran, (Bandung: PT Bumi Aksara, 2005), h.
18.
5
Armai Arief, Ilmu Pendidian Islam, (Jakarta: PT. Wahana Kardofa, 2010), h. 113

8

9

Jadi mengenai pendidikan di sekolah, proses pendidikannya
tertuang dalam satuan pendidikan yang lebih dikenal dengan sebutan
kurikulum. Kegiatan pendidikan yang didasarkan pada penjatahan
waktu bagi masing-masing mata pelajaran sebagaimana tercantum
dalam kurikulum sekolah lebih dikenal dengan kurikuler. Sedangkan
kegiatan yang diselenggarakan diluar jam pelajaran tatap muka
dilaksanakan di sekolah atau diluar sekolah agar lebih memperkaya
dan memperluas wawasan pengetahuan dan kemampuan yang telah
dipelajari dari berbagai mata pelajaran dalam kurikulum disebut
kegiatan ekstrakulikuler.6
Kemudian Rohis adalah unsur yang berkenaan dengan
kerohanian yang ada pada jasad manusia yaitu ( Roh ) 7, Pada dasarnya
ruh atau roh adalah kata dasar dari Rohani. Allah meniupkan ruh
kepada manusia, sehingga disebut sempurna.

8

sedangkan dalam buku

Ensiklopedia Islam, roh berarti zat murni yang tinggi, hidup, dan
hakikatnya berbeda dengan tubuh.

9

Rohani dalam Kamus Besar

Bahasa Indonesia berarti sesuatu (unsur) yang ada dalam jasad yang
diciptakan Tuhan sebagai penyebab adanya hidup (kehidupan). 10
Menurut Azhari Aziz Samudra dan Setia Budi, kata rohani
menunjuk kepada bendanya yaitu tubuh roh itu sendiri. Kedua kata
tersebut yakni ruh dan rohani pada prinsipnya bermakna sama. Allah
meniupkan ruh sekaligus dengan inti hidup dan kecerdasan kepda
setiap rohani manusia. Dengan kata lain, setiap manusia yang hidup,
masing-masing memiliki ruh beserta inti hidup (yang hidup kekal) dan
keceerdasan.11.
Jadi ekstrakurikuler adalah kegiatan yang dilakukan siswa
sekolah di luar jam belajar kurikulum standar. Kegiatan ekstrakurikuler
6

Suryosubroto, Proses Belajar Mengajar di Sekolah, (Jakarta: Rineka Cipta, 1997), h. 271.
Depdikbud, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai pustaka, 1992), h. 845.
8
Azhari Aziz Samudra dan Setia Budi, Eksistensi Rohani Manusia, (Jakarta : Yayasan
Majelis Ta’lim HDH, 2004), h. 92.
9
Dewan Redaksi Ensiklopedia Islam, Ensiklopedi Islam, (Jakarta: PT. Ichtiar Baru Van
Hoeve, 1997), cet ke-4, h. 174.
10
Tim Penyusunan Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar
Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 2002), cet ke-2, h. 960.
11
Azhari Aziz, op. cit., h. 93.
7

10

ditujukan agar siswa dapat mengembangkan kepribadian, bakat, dan
kemampuannya di berbagai bidang di luar bidang akademik. Kegiatan
ini diadakan secara swadaya dari pihak sekolah maupun siswa-siswi
itu sendiri untuk merintis kegiatan di luar jam pelajaran sekolah.
Sedangkan ekstrakurikuler Rohis adalah sekumpulan orang-orang atau
kelompok orang atau wadah tertentu dan untuk mencapai tujuan atau
cita-cita yang sama dalam badan kerohanian sehingga manusia yang
tergabung di dalamnya dapat mengembangkan diri berdasarkan konsep
nilai-nilaikeislaman dan mendapatkan siraman kerohanian.
Dengan Demikian, kegiatan ekstrakurikuler di sekolah ikut andil
dalam menciptakan tingkat kecerdasan siswa. Kegiatan ini bukan
termasuk materi pelajaran yang terpisah dari materi pelajaran lainnya,
bahwa dapat dilaksanakan di sela-sela penyampaian materi pelajaran,
mengingat kegiatan tersebut merupakan bagian penting dari kurikulum
sekolah.
b. Dasar dan Tujuan Kegiatan Ekstrakurikuler Rohani Islam
1) Dasar Kegiatan Ekstrakurikuler Rohani Islam
Dasar pemikiran diselenggarakannya Rohis adalah remaja
merupakan generasi penerus yang sangat dibutuhkan dalam
melanjutkan pembangunan. Masa remaja adalah masa transisi yang
penuh gejolak, oleh karena itu diperlukan suatu wadah yang dapat
membina mental spiritual agar jangan mudah goyah. Kemajuan
teknologi yang dikembangkan begitu cepat dapat memberikan
kemudahan dan kesenangan hidup bagi manusia khususnya remaja.
Kemajuan yang membawa kesenangan hidup belum tentu dapat
menjamin kebahagian hidup baik dalam keluarga maupun
masyarakat juga di akhirat nanti. 12
Mengingat pentingnya pembinaan mental bagi remaja, maka
OSIS MAN 11 mengadakan kegiatan ekstrakurikuler dibidang
12

Program Kerja Rohin MAN 11 Jakarta

11

kerohanian Islam yang dapat memberikan pembinaan mental
keagamaan bagi para remaja. Dan sebagai sarana pengayaan
alternative bagi para pelajar untuk memperoleh Pendidikan Agama
Islam dalam rangka mencapai tujuan Pendidikan Agama Islam di
sekolah.

2) Tujuan Kegiatan Ekstrakurikuler Rohani Islam
Kegiatan ekstrakurikuler tidak terbatas pada program untuk
membantu ketercapaian tujuan kurikuler saja, tetapi juga mencakup
pemantapan dan pembentukan kepribadian yang utuh termasuk
pengembangan minat dan bakat peserta didik. Dengan demikian
program kegiatan ekstrakurikuler harus dirancang sedemikian rupa
sehingga

dapat

pembentukan

menunjang

kepribadian

kegiatan
yang

kurikuler,

menjadi

inti

maupun
kegiatan

ekstrakurikuler.
Menurut koesmarwati dan Nugroho Widiantoro, bahwa
Rohis bertujuan untuk mewujudkan barisan remaja pelajar yang
mendukung dan mempelopori tegaknya nilai-nilai kebenaran, dan
mampu menghadapi tantangan masa depan. Kegiatan Rohis
mewujudkan generasi muda yang kuat, bertaqwa, sekaligus cerdas,
memiliki kesamaan cara pandang, visi, akidah, sehingga memiliki
peribadatan yang sama, tujuan yang sama, serta harmoni dalam
gerak langkahnya menyerupai barisan yang kokoh. Barisan ini
harus pandai memadukan aspek iman dan taqwa (imtaq) serta ilmu
pengetahuan dan teknologi (iptek). Kecerdasan, kemampuan
intelektual, giat belajar dan berlatih, serta kedisiplinan adalah bekal
dasar agar dapat menjadi manusia yang kompetitif dalam
menghadapi masa depan di era globalisasi.13

13

Koesmarwanti, Nugroho Widiyanto, Dakwah Sekolah di Era Baru, (Solo: Era Inter
Media, 2000), hal. 52.

12

Sebagai suatu ilmu tentu saja bimbingan rohani Islam
mempunyai tujuan yang sangat jelas. Secara singkat tujuan
bimbingan rohani Islam itu dapat dirumuskan sebagai berikut :
1) Tujuan Umum
a. Membantu individu mewujudkan dirinya menjadi manusia
seutuhnya agar mencapai kebahagian idup di dunia dan
akhirat.
b. Memberikan pertolongan kepada setiap individu agar sehat
secara jasmaniah dan rohaniah.
c. Meningkatkan

kualitas

keimanan,

ke-Islaman

dan

ketauhidan dalam kehidupan sehari-hari dan nyata
d. Mengantarkan individu mengenal, mencintai dan berjumpa
esensi diri dan citra diri serta zat yang Maha Suci yaitu
Allah Swt.14
2) Tujuan Khusus
a. Membantu individu agar terhindar dari masalah.
b. Membantu individu mengatasi masalah yang sedang
dihadapinya.
c. Membantu individu memelihara dan mengembangkan
situasi dan kondisi yang baik atau yang telah baik agar tetap
baik atau menjadi lebih baik, sehingga tidak akan menjadi
sumber masalah bagi dirinya dan orang lain.15
Bagaimanapun tujuan bimbingan rohani Islam adalah untuk
menuntun seseorang dalam rangka memelihara dan meningkatkan
kualitas keagamaanya baik ibadah mahdah maupun gahiru mahdah.
Dari sisi ini dapat dikatakan bahwa tujuan program kegiatan
ekstrakulikuler adalah untuk memperdalam dan memperluas
pengetahuan peserta didik, mengenal hubungan antar berbagai
14

Handani Bajtan Adz-Dzaky, Konseling dan Psikoterapi Islam, (Yogyakarta: Fajar
Pustaka Baru, 2002), h. 18.
15
Ainur Rohim Faqih, Bimbingan dan Konseling dalam Islam, (Yogyakarta: UII Press,
2001), h. 36

13

mata pelajaran, menyalurkan bakat dan minat, serta melengkapi
upaya pembinaan manusia seutuhnya.16
Disisi lain, pembinaan manusia seutuhnya dalam kegiatan
ekstra kurikuler yang dilakukan di sekolah maupun di luar sekolah
diharapkan mampu mendorong pembinaan sikap dan nilai-nilai
dalam rangka penerapan pengetahuan dan kemampuan yang telah
dipelajari dari berbagai mata pelajaran dalam kurikulum, baik
program inti maupun program non inti.17
Rohmat

Mulyana

mengemukakan

bahwa

inti

dari

pengembangan kegiatan ekstrakurikuler adalah pengembangan
kepribadian peserta didik. Karena itu, profil kepribadian yang
matang

atau

ekstrakurikuler.

kaffah

merupakan

tujuan

utama

kegiatan

18

Dengan demikian tujuan yang ingin dicapai dari kegiatan
ekstrakurikuler Rohis adalah agar siswa dapat lebih memperkaya
dan memperluas wawasan pengetahuan, mendorong pembinaan
sikap dan nilai-nilai dalam rangka penerapan pengetahuan dan
kemampuan yang telah dipelajari khususnya dalam pelajaran
pendidikan agama Islam, serta siswa dapat memahami dan
menghayati dan untuk selanjutnya diamalkan dan menjadi
pedoman hidupnya sehari-hari. Sehingga siswa menjadi manusia
yang memiliki budi pekerti luhur, berakhlak kharimah serta selalu
beriman kepada Allah semata.

c. Jenis Kegiatan Ekstrakurikuler Rohani Islam
Ada beberapa kegiatan kerohanian Islam (Rohis) yang menjadi
kegiatan harian, mingguan, hari besar Islam, liburan semester, dan

16

Departemen Agama R.I., Kegiatan Ekstrakulikuler dan Pendidikan Agama Islam pada
Sekolah Umum dan Madrasah: Panduan Untuk Guru dan Siswa, (Jakarta: Depag RI, 2004), h. 10.
17
Dewa Ketut Sukardi dan Desak Made Sumiati, Pedoman Praktis Bimbingan Penyuluhan
di Sekolah, (Jakarta: CV. Rineka Cipta, 1990), h. 98.
18
Rohmat Mulyana, Mengartikulasi Pendidikan Nilai, (Bandung: Alfabeta, 2004), h. 214

14

bulan suci Ramadhan. Kegiatan-kegiatan tersebut adalah sebagai
berikut :
1) Kegiatan Harian :
a) Melaksanakan shalat jama’ah setiap dzuhur.
b) Mendiskusikan masalah-masalah keagamaan.
c) Meningkatkan dan mengembangkan ilmu pengetahuan dan
keterampilan dalam segala bidang.
2) Kegiatan Mingguan :
a) Mengadakan Mentoring
b) Mengadakan kajian islam
c) Mengadakan Arabic class
d) Mengumpulkan uang kas
e) Mengadakan evaluasi pada setiap devisi
f)

Mengadakan sharing (Tanya jawab)

g) Melaksanakan shalat jum’at berjamaah.
h) Mengumpulkan infaq sebagai sumber dana.
i) Membuat edaran mingguan berupa madding.
j) Mengumumkan dana Rohis.
3) Kegiatan Bulanan
a) Mengadakan Wisata islam (touring)
b) Mengadakan Tasyakuran Milad anggota Rohis
c) Mengadakan study banding (jaulah) ke Sekolah lain.
4) Kegiatan Tahunan
a) Mengadakan Open house
b) Membantu OSIS pada kegiatan Hari Besar Islam
1) Merayakan hari-hari besar Islam seperti : 1 Muharram,
Maulid Nabi Muhammad, Isra Mi’raj, Shalat Iedul Fitri dan
Iedul Adha.3.Mengadakan buka puasa bersama (pada bulan
Ramadhan)
2) Membuat edaran peringatan hari besar Islam.
c) Mengadakan kegiatan pada bulan Suci Ramadhan

15

1) Mengadakan pesantren kilat.
2) Mengadakan tadarus Al-Qur’an di sekolah atau masjid.
3) Mengadakan buka puasa bersama.
4) Mengadakan zakat fitrah.
d) Mengadakan Gathering
e) Mengadakan tafakkur alam
f) Mengadakan LDKR (Latihan Dasar Kepemimpinan Rohis)
Karena pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam yang
dilaksanakan belum cukup. Jadi, kegiatan kerohanian Islam (Rohis)
sangat dibutuhkan dalam rangka membina ketaqwaan siswa dan
kepribadian siswa, serta meningkatkan sikap keagamaan siswa.19

2. Sikap Keberagaman
a. Pengertian Sikap Keberagamaan
Sebelum membahas sikap dan perilaku keberagamaan, terlebih
dahulu penulis akan menguraikan tentang pengertian sikap, perilaku
dan pengertian agama yang merupakan kata dasar keberagamaan.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, defenisi sikap adalah
perilaku, gerak-gerik, atau perbuatan yang berdasarkan pada pendirian
(pendapat atau keyakinan). 20
Menurut Zikri Neni Iska, sikap adalah kesiapan seseorang
untuk bertindak secara tertentu terhadap hal-hal tertentu.21 Sedangkan
menurut M. Alisuf Sabri sikap (attitude) adalah kecenderungan untuk
mereaksi terhadap suatu hal, orang atau benda dengan suka, tidak suka,
atau acuh tak acuh.

22

Dan pengertian ini serupa dengan definisi yang

dikemukakan oleh Sarlito Wirawan Sarwono, bahwa sikap adalah
istilah yang mencerminkan rasa senang, tidak senang atau perasaan

19

Program Kerja MAN 11 Jakarta
Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar
Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka,2002), h. 1063.
21
Ziri Neni Iska, Psikologi Umum, (Jakarta: Kiki Brother’s, 2006), h. 95.
22
M. Alisuf Sabri, Psikologi Pendidikan, (Jakarta : Pedoman Ilmu Jaya, 1996), Cet 2, h. 83.
20

16

biasa-biasa saja (netral) dari seseorang terhadap sesuatu. “sesuatu” itu
bias benda, kejadian, situasi, orang-orang atau kelompok. 23
Attitude dapat juga diterjemahkan dengan sikap terhadap obyek
tertentu yang dapat merupakan sikap pandangan atau sikap perasaan
tetapi sikap tersebut disertai dengan kecenderungan untuk bertindak
sesuai dengau obyek itu. Jadi, attitude bisa diterjemahkan dengan tepat
sebagai sikap dan kesediaan beraksi terhadap suatu hal. Attitude
mungkin terarahkan pada benda-benda, orang-orang, tetapi juga
peristiwa-peristiwa, pemandangan-pemandangan, lembaga-lembaga,
noraia-norma. nilai-nilai, dan lain-lain. 24
Prof. Dr. Mar’at merangkum pengertian sikap dalam 11
rumusan. Rumusan umum tersebut yaitu, bahwa:
1. Sikap merupakan hasil belajar yang diperoleh melalui
pengalaman dan interaksi yang terus menerus dengan
lingkungan (attitudes are learned).
2. Sikap selalu dihubungkan dengan objek seperti manusia,
wawasan, peristiwa ataupun ide (attitudes have referent).
3. Sikap diperoleh dalam berinteraksi dengan manusia lain
baik di sekolah, di rumah, tempat ibadah ataupun tempat
lainnya melalui nasihat, teladan atau percakapan. (attitudes
are social learnings).
4. Sikap sebagai wujud dari kesiapan untuk bertindak dengan
cara-cara tertentu terhadap objek (attitudes have readiness
to respond).
5. Bagian yang dominan dari sikap adalah perasaan dan
efektif seperti yang tampak dalam menentukan pilihan
apakah positif, negatif atau ragu-ragu (attitudes are
affective).
6. Sikap memiliki tingkat intensitas terhadap objek tertentu
yakni kuat atau lemah (attitudes are very intensive).
7. Sikap bergantung kepada situasi dan waktu, sehingga dalam
situasi dan saat tertentu mungkin sesuai, sedangkan disaat
dan situasi yang berbeda belum tentu cocok (attitudes have
a time dimension).
8. Sikap dapat bersifat relatif konsisten dalam sejarah hidup
individu (attitudes have duration factor).
9. Sikap merupakan bagian dari konteks persepsi ataupun
kognisi individu (attitudes are complex).
23

Sarlito Wirawan Sarwono, Pengantar Umum Psikologi, (Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada, 2013), cet-5, h. 201
24
Gerungan, Psikologi Sosial, (Bandung: Refika Ditama, 2004), hal, 160.

17

10. Sikap merupakan penilaian terhadap sesuatu yang mungkin
mempunyai konsekuensi tertentu bagi seseorang atau yang
bersangkutan (attitudes are evalutions).
11. Sikap merupakan penafsiran dan tingkah laku yang
mungkin menjadi indikator yang sempurna, atau bahkan
tidak memadai (attitudes are inferred).25
Rumusan tersebut menunjukan bahwa sikap merupakan
kesiapan dalam diri individu untuk bertindak senang atau tidak senang
terhadap objek tertentu yang mencakup komponen kognisi, afeksi dan
konasi.26 Komponen kognisi akan menjawab tentang apa yang
dipikirkan atau dipersepdikan tentang objek. Komponen afeksi
dikaitkan dengan apa yang dirasakan terhadap objek (senang atau tidak
senang). Adapun konasi berhubungan dengan kesediaan atau kesiapan
untuk bertindak terhadap objek. Dengan demikian, sikap merupakan
interaksi dari komponen-komponen tersebut secara kompleks.
Jadi jelaslah bahwa sikap belum merupakan suatu tindakan atau
aktivitas, akan tetapi berupa “predisposisi” tingkah laku. Dapat lebih
dijelaskan bahwa sikap merupakan kesiapan untuk bereaksi terhadap
objek di lingkungan tertentu sebagai suatu penghayatan terhadap objek
tertentu.
Sedangkan kata Agama banyak didefinisikan oleh para ahli
diantaranya, yaitu:
Menurut M. Sayuthi Ali, agama adalah wahyu yang diturunkan
Tuhan untuk manusia. Fungsi dasar agama adalah memberikan
orientasi, motivasi, dan membantu manusia untuk mengenal dan
menghayati sesuatu yang sakral”.27
Agama bersumber pada wahyu Allah swt. Oleh karena itu,
keberagamaan pun merupakan perilaku yang bersumber langsung atau
tidak langsung kepada wahyu Tuhan juga. Keberagamaan memiliki
25

Jalaluddin, Psikologi Agama, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1996), h. 215-216
Ibid.
27
M. Sayuthi Ali, Metodologi Penelitian Agama, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,
2002), h.1
26

18

beberapa dimensi. Dimensi tersebut antara lain dimensi pertama adalah
aspek kognitif keberagamaan, dua yang terakhir adalah aspek
behavioral keberagamaan dan aspek afektif keberagamaan.28
Menurut Durkheim agama harus mempunyai fungsi karena
agama bukan ilusi tetapi fakta sosial yang dapat diidentifikasi dan
mempunyai kepentingan sosial.29 Menurut F.W.H. Myers yang di kutip
oleh Robert H. Thoules menyatakan bahwa agama adalah “tanggapan yang
sadar dan normal dari jiwa manusia terhadap semua yang kita kenal sebagai
hukum alam.30

Sedangkan menurut Quraisy Shihab bahwa agama adalah
"hubungan yang dirasakan antara jiwa manusia dan satu kekuatan
Yang Maha dahsyat, dengan sifat-sifat Nya yang amat indah dan
sempurnadan mendorong jiwa ini untuk mengabdi dan mendekatkan
diri pada-Nya.31 Dalam hal beragama, dijelaskan pula dalam al-Qur'an
Surat Al-A'raf ayat 172 :

(ingatlah) ketika Tuhanmu mengeluarkan dari sulbi anak-anak Adam
keturunan mereka dan mengambil kesaksian dari mereka atas diri mereka
sendiri, Bukankah Aku ini Tuhan kalian ?Seraya mereka menjawab, Benar
(Engkau Tuhan kami), Kami menjadi saksi. (Hal ini Kami lakukan), agar di
hari kiamat nanti kalian tidak mengatakan, Sesungguhnya kami lengah atas
ini (wujudAllah). "(Q.S. Al-A 'raf: 172)

Menganalisa definisi agama di atas, dapat diakui kurang
memuaskan dan memang tidak ada definisi agama yang benar-benar

28

Taufik Abdullah. loc. cit.
Syamsuddin Abdullah, Agama dan Masyarakat, Pendekatan Sosiologi Agama, (Ciputat:
Logos wacana Ilmu, 1997), h. 31.
30
Robert H. Thoules, Pengantar Psikologi Agama, (Jakarta: Raja Grafindo, 1995), h. 16.
31
Quraisy Shihab, Membumikan Al-Qur 'an: Fungsi dan Peran Wahyu dalam Kehidupan,
(Ciputat: Lentera Hati,2011), h.58-59.
29

19

memuaskan.

Karena

keanekaragamannya

satu
yang

gal,

setiap

hamper

tidak

agama

mempunyai

dapat

dibayangkan

memerlukan deksripsi (penggambaran) dan bukan definisi (batasan).
Jadi merupakan tugas terpelajar untuk terus menerus menggali definisi
agama sesuai dengan tujuan yang bersifat khusu, yaitu definisi yang
cukup khas sebgai alat yang berguna untuk memahami kehidupan
social. Perbedaan definisi tersebut dapat dipahami karena setiap agama
dan orang mendefinisikan agama dengan karakteristik yang berbedabeda, menjadi suatu hal yang wajar apabila definisi-definisi tersebut
kurang memuaskan.
Sedangkan

keberagamaan

berasal

dari

kata

beragama,

mendapat awalan “ ke” dan akhiran “ an” . Kata beragama sendiri
memiliki

arti

“memeluk

(menjalankan)

agama”.

Menurut

Poerwadarminta, agama adalah “segenap kepercayaan (kepada Tuhan,
Dewa serta sebagainya) serta ajaran kebaktian dan kewajibankewajiban yang bertalian (berhubungan) dengan kepercayaan itu.32
Pengertian ini adalah pengertian agama dalam arti umum, yaitu untuk
semua jenis agama. Selanjutnya, imbuhan “ke” dan “ an” pada kata
“beragama” , menjadikan kata “ keberagamaan” mempunyai arti, cara
atau

sikap

seseorang

dalam

memeluk

atau

menjalankan

(melaksanakan) ajaran agama yang dipeluk atau dianutnya.

33

Dalam

pembahasan ini, istilah agama dimaksudkan sebagai Agama Islam,
atau “dinullah” atau “dinul haq” , yaitu agama yang datang dari Allah
atau agama yang haq.
Sikap keberagamaan yaitu suatu keadaan yang ada dalam diri
seseorang yang mendorongnya untuk bertingkah laku sesuai dengan
kadar ketataannya kepada agama. “Jadi sikap keagamaaan terbentuk
karena adanya konsistensi antara kepercayaan terhadap agama sebagai

32
33

Purwodarminto, Kamus umum Bahasa Indonesia, (Jakarta : Balai Pustaka, 978), h. 19
Ibid., h. 20

20

omponen kognitif perasaan terhadap agama sebagai komponen efektif
dan perilaku terhadap agama sebagai komponen kognitif.”34
Sedangkan dalam pengertian lain keberagamaan (religiosity)
adalah perilaku yang bersumber langsung atau tidak langsung kepada
nash. 35
Dari uraian diatas dapat disimpulkan sikap keberagamaan
adalah suatu keadaan diri seseorang dimana setiap melakukan atas
aktivitasnya selalu bertautan dengan agamanya. Dalam hal ini pula
dirinya sebagai hamba yang mempercayai Tuhannya berusaha agar
dapat merealisasikan atau mempraktekan setiap ajaran agamanya atas
dasar iman yang ada dalam batinnya.
b. Ciri-ciri Sikap Keberagamaan
Islam telah menggambarkan cara yang benar untuk membentuk
kepribadian, hati, akal, pikiran dan perilaku seseorang supaya dia bisa
menjadi manusia yang sehat tubuh, akal dan jiwanya, menjadi sebuah
kekuatan dan unsur yang positif yang patut bagi masyarakatnya yang
luas, dan menjadi pejuang pemberani yang tidak dapat dikalahkan
karena kegigihannya dalam membela agama, kehormatan dan tanah
airnya.36
Pada dasarnya remaja membawa potensi beragama sejak
dilahirkan dan itu merupakan fitrahnya. Perasaan keberagamaan
menurut Arnold Gessel di kutib sururin telah muncul sejak usia dini, 02 tahun.37 Menurut Elasabeth B. Horlok yang dikutib Sururin tahap
perkembangan masa remaja pada ramaja awal, umur 13-17 tahun.
masa remaja akhir, umur 17-21 tahun. 38

34

Ramayulis, Psikologi Agama, (Jakarta: Kalam Mulia, 2002), Cet. 7, h, 96.
Taufik Abdullah dan M. Rusli Karim, ed. Metodologi Penelitian Agama, Sebuah
Pengantar , (Yogyakarta: Tiara Wacana, 1989), h. 93.
36
Syekh M. Jalaluddin Mahfudz, Psikologi Anak dan Remaja Muslim, (Jakarta: Pustaka AlKautsar, 2004), h. 113
37
Sururin, Ilmu Jiwa Agama. (Jakarta. 2004,PT. Raja Grafindo), h. 65-68.
38
Sururin, Ibid., h. 46.
35

21

Perilaku keberagamaan pada garis besarnya merupakan unsur
yang terkandung dalam komponen pembentukan akhlak dari sumber
ajaran Al-Qur'an. Jika secara konsekwen tuntutan Akhlak yang
berpedoman pada Al-Qur'an dapat direalisasikan dalam kehidupan
sehari-hari, maka akan terlihat ciri-ciri sikap keberagamaan, yaitu:39
1)
2)

3)

4)
5)
6)
7)
8)
9)

Selalu menempuh jalan hidup yang didasari didikan
ketuhanan dengan melaksanakan ibadah dalam arti luas.
Senantiasa berpedoman kepada petunjuk Allah SWT,
untuk memperoleh kemampuan membedakan yang baik
dan yang buruk.
Merasa memperoleh kekuatan untuk rnenyerukan dan
berbuat benar setelah menyampaikan kebenaran kepada
orang lain.
Memiliki keteguhan hati untuk berpegang kepada
agamanya.
Memiliki kemampuan yang kuat dan tegas dalam
menghadapi kebatilan.
Tetap tabah dalam kebenaran dalam segala kondisi.
Memilki kelapangan dan ketentraman hati serta
kekuasaan batin, sehingga sabar menerima cobaan.
Mengetahui t