PESAN DAKWAH KHATIB JUM’AT : STUDI KUALITATIF DI MASJID NURUL FATTAH JL. DEMAK KECAMATAN KREMBANGAN SURABAYA EDISI MEI 2014 MINGGU KE-5 OLEH UST. UMAR HAQQI AR.

(1)

PESAN DAKWAH KHATIB JUM’AT

(Studi Kualitatif Di Masjid Nurul Fattah Jl. Demak Kecamatan Krembangan Surabaya Edisi Mei 2014 Minggu Ke-5 oleh Ust. Umar Haqqi AR )

SKRIPSI

Diajukan Kepada Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya Guna Memenuhi Salah Satu Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Progam Sarjana

Komunikasi Dan Penyiaran Islam (S.kom.I)

Oleh:

RIZA ABDILLAH

NIM: B31210044

JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM FAKULTAS DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA


(2)

(3)

(4)

MOTTO :                                                                   

“Hai orang-orang beriman, apabila diseru untuk menunaikan shalat Jum'at, Maka bersegeralah kamu kepada mengingat Allah dan tinggalkanlah jual beli. yang demikian itu lebih baik bagimu jika kamu mengetahui. Apabila telah ditunaikan shalat, Maka bertebaranlah kamu di muka bumi; dan carilah karunia Allah dan ingatlah Allah banyak-banyak supaya kamu beruntung”.(QS. Al Jumu’ah:9-10).

PERSEMBAHAN

Skripsi ini ku persembahkan untuk abah dan ibuku, karena didikannya, do’a dan kasih sayangnyalah aku bisa menjalani hidup sampai sekarang ini, dan semoga dengan

skripsi ini menjadikan suatu kebanggaan untuk beliau. Untuk mbak dan adikku tersayang, yang selalu ada untukku dengan penuh ikhlas, serta keluarga besarku,


(5)

(6)

ABSTRAK

RIZA ABDILLAH, NIM B31210044, 2015. PESAN DAKWAH KHATIB

JUM’AT. (Studi Kualitatif Di Masjid Nurul Fattah Jl. Demak Kecamatan Krembangan Surabaya Edisi Mei 2014 Minggu Ke-5 oleh Ust. Umar Haqqi AR). Skripsi Jurusan Komunikasi Penyiaran Islam Fakultas Dakwah Dan Ilmu Komunikasi UIN Sunan Ampel Surabaya. Kata kunci : Pesan Dakwah, Khutbah Jum’at,

Persoalan yang dikaji dalam karya ilmiah berupa skripsi ini yaitu “Bagaimana pesan dakwah khatib jum’at di Masjid Nurul Fattah Jl. Demak kecamatan krembangan Surabaya edisi mei 2014 minggu ke-5 oleh ust. Umar Haqqi?

Dari rumusan masalah tersebut bertujuan untuk menegetahui pesan dakwah khatib jum’at di Masjid Nurul Fattah Jl. Demak kecamatan krembangan Surabaya edisi mei 2014 minggu ke-5 oleh ust. Umar Haqqi.

Untuk mengidentifikasi rumusan masalah tersebut, peneliti menggunakan metode penelitian kualitatif dengan melakukan observasi, dokumentasi dan wawancara, kemudian data dianalisis dengan menggunakan analisis wacana model Teun A Van Djik.

Dari hasil penelitian ini ditemukan bahwa pesan dakwah yang di sampaikan oleh khatib

jum’at di Masjid Nurul Fattah Jl. Demak kecamatan krembangan Surabaya edisi mei 2014

minggu ke-5 oleh ust. Umar Haqqi minggu ke-5 dengan mengggunakan teori Teun A. van Djik yang meliputi enam unsur diantaranya tematik, skematik, semantik, sintaksis, stilistik adalah dengan tema tiga golongan manusia yang dilindungi oleh Allah dari godaan iblis dan bala tentaranya Dan juga Pesan dakwah yang disampaikan menjelaskan tentang akidah diantaranya: Meningkatkan kualitas keimanan kita kepada Allah Swt. memperbanyak dzikir, dan beristighfar memohon ampunan kepada Allah swt. serta memperbanyak menangis karena takut akan siksaannya Allah swt.


(7)

DARTAR ISI

Halaman

Judul ...i

Persetujuan Pembimbing ...ii

Pengesahan Tim Penguji………..iii

Motto Dan Persembahan ...iv

Pernyataan Pertanggung Jawaban………...v

Abstrak ...vi

Kata Pengantar ...vii

Daftar Isi ... ix

BAB I : PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ...1

B. Rumusan Masalah ... 6

C. Tujuan Penelitian ...6

D. Manfaat Penelitian ...7

E. Konseptualisasi ...8

F. Sistematika pembahasan ...10

BAB II : KAJIAN KEPUSTAKAAN ...12

A. Kajian Kepustakaan ...12

1. Pesan Dakwah ...12

a) Pengertian Pesan Dakwah... ..12

b) Jenis-jenis Pesan Dakwah………..13

c) Macam-macam Pesan Dakwah... ...17

d) Karakteristik Pesan Dakwah………..22

2. Khutbah Jum’at………25

a) Pengertian Khutbah………25

b) Hukum Khutbah……….26

c) Unsur-unsur khutbah…..………27

d) Syarat dua khutbah………27

e) Rukun-rukun Khutbah………...28

f) Sunnah-sunnah Khutbah………30

g) Larangan Selama sholat dan Khutbah………...32

h) Khutbah dengan Bahasa Arab………...34

i) Hal-hal yang Perlu Diperhatikan dalam khutbah.35 j) Adzan Jum’at……….37


(8)

BAB III :METODE PENELITIAN... ...40

A. Pendekatan dan Jenis Penelitian...,... ...40

B. Unit Analisis... ...42

C. Jenis dan Sumber Data………...43

D. Tahapan Penelitian...44

E. Teknik Pengumpulan Data...47

F. Teknik Analisis Data...48

BAB IV : PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA………....58

A. Deskripsi obyek penelitian ...58

B. Penyajian Data... ...72

C. Analisis Data...76

D. Hasil Analisis Penelitian……….86

BAB V : PENUTUP...90

A. Kesimpulan ...90

B. Saran... ...92 Daftar Pustaka


(9)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Islam adalah agama yang berisi dengan petunjuk-petunjuk agar manusia secara individual menjadi manusia yang baik, beradab, dan berkualitas, selalu berbuat baik sehingga mampu membangun sebuah peradaban yang maju, sebuah tatanan kehidupan yang manusiawi dalam arti kehidupan yang adil. Di samping itu Islam juga disebut agama dakwah, maksudnya agama yang disebarluaskan dengan cara damai tidak dengan kekerasan1.

Pada dasarnya dakwah merupakan seruan agama, seruan tersebut mempunyai maksud dan tujuan yaitu untuk mengubah masyarakat sasaran dakwah ke arah lebih baik dan lebih sejahtera, lahiriah maupun batiniah baik secara individu maupun kelompok. Agar tujuan tersebut tercapai secara efektif, maka para penggerak dakwah harus mengorganisir segala komponen dakwah secara tepat dan salah satu komponen itu adalah dari unsur medianya.

Dakwah pada hakikatnya adalah upaya untuk menumbuhkan kecenderungan dan ketertarikan pada apa yang anda serukan, yakni islam, oleh karenanya dakwah islam tidak hanya terbatas pada aktivitas lisan semata, tetapi mencakup seluruh aktifitas lisan atau perbuatan yang ditujukan dalam rangka menumbuhkan kecenderungan dan ketertarikan pada islam. Komitmen seorang muslim dengan dakwah islam mengharuskan dirinya untuk memberikan contoh hidup dari apa

1


(10)

yang serukannya melalui lisannya, sekaligus memberikan gambaran islam sejati melalui keterikatannya secara benar dengan islam itu sendiri2.

Menyeru manusia ke jalan Allah Swt. Merupakan kewajiban sekaligus ibadah yang bisa mengantarkan pelakunya untuk dekat dengan Tuhannya. Dakwah juga mengajarkan pelakunya bahwa kedudukannya di hadapan Allah adalah sangat tinggi, Allah akan mengangkat kedudukannya didunia maupun diakhirat.

Sedemikian pentingnya peran dakwah dalam kerangka mengajak umat manusia untuk berbuat baik, maka dakwah dalam islam memiliki hukum wajib. Hak ini dapat dilihat dari beberapa ayat, diantaranya Surat Q.S. an Nahl, Ayat 125:

















































Artinya: Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari

jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk3.

Dakwah juga memiliki beberapa variasi dalam pelaksanaan, diantara salah satunya yaitu khutbah, khutbah adalah pidato agama yang bersifat wajib dalam

pelaksanaan sholat jum’at, dikatakan wajib karena khutbah termasuk dalam salah satu rukun sholat jum’at. Peneliti menggunakan khutbah sebagai obyek kajian

karena yakin bahwa kegiatan dakwah yang dikemas dalam bentuk khutbah sangat

2

N.Faqih Syarif H, Kiat Dahsyat Menjadi Da’I Hebat (Pustaka Kaiswaran:2010), h. 6 3Yayasan Penyelenggara Penterjemah/Pentafsir Al Qur’an, Al Qur’an Dan Terjemahnya (Jakarta:1971) h. 421


(11)

kompetitif dan fleksibel, karena hanya dengan menggunakan even yang rutin

dilakukan setiap seminggu sekali yaitu hari jum’at.

Dalam pembahasan lebih lanjut, khutbah yang peneliti maksud adalah khutbah

jum’at. Hari jum’at adalah salah satu even yang sangat baik untuk dijadikan renungan bagi masyarakat tentang pentingnya memahami ajaran agama islam. Maka pada waktu sebelum sholat jum’at terdapat khutbah yang bisa menjadi salah satu bahan renungan umat muslim di hari yang suci tersebut.

Khutbah Jum’at merupakan salah satu rangkaian ibadah yang terdapat pada

pelaksanaan shalat Jum’at, karena khutbah menjadi bagian yang tak terpisahkan dari rangkaian ibadah Jum’at. Pelaksanaan khutbah tersebut merupakan hal yang amat penting berkaitan dengan dengan pesan-pesan dakwah bagi umat islam pada

saat itu. Dalam al Qur’an surat Al Jumu’ah ayat 9 Allah berfirman:

















































Artinya: Hai orang-orang yang beriman, apabila diseru untuk menunaikan sembahyang pada hari Jumat, maka bersegeralah kamu kepada mengingat Allah dan tinggalkanlah jual beli. Yang demikian itu lebih baik bagimu jika kamu mengetahui4.

Khutbah Jum’at juga sebagai salah satu media yang strategis dalam rangka

memberikan masukan yang positif kepada umat Islam, karena bersifat rutin dan

dihadiri oleh kaum muslimin secara berjamaah. Khutbah Jum’at memiliki

kedudukan penting dalam Islam, karena merupakan penopang utama dalam pesan dakwah Islam di seluruh dunia. Khutbah juga merupakan salah satu sarana penting

4Yayasan Penyelenggara Penterjemah/Pentafsir Al Qur’an, Al Qur’

an Dan Terjemahnya(Jakarta:1971) h.933


(12)

guna menyampaikan pesan dan nasehat kepada orang lain atau suatu kaum. Hal ini sebagaimana kaidah yang ada dalam Islam : “menyeru kepada kepada kebaikan dan mencegah kemungkaran”.

Secara lebih khusus Khutbah Jum’at merupakan syiar besar Islam yang

menjadi nilai istimewa. Tidak diragukan lagi bahwa khutbah dalam syiar agama kita mempunyai kedudukan yang tinggi. Demikian karena khutbah mempunyai peran yang besar dalam rangka menasehati umat dan mewujudkan tugas dakwah islam.

Disyariatkan bagi kaum muslimin untuk berkumpul di dalam hari itu sebagai peringatan bagi mereka akan besarnya nikmat Allah kepada mereka dan disyariatkan khutbah untuk memperingatkan mereka dengan adanya nikmat tersebut, juga menganjurkan kepada mereka agar selalu mensyukurinya.

Secara umum khutbah tersebut bertujuan untuk memuji dan memuliakan Allah SWT serta kesaksian bahwa dia adalah Esa, juga kesaksian bahwa pada diri Rasulullah SAW terdapat risalah yang bertujuan untuk memberikan peringatan bagi para hamba. Khutbah memiliki kedudukan dan manfaat yang sangat besar

dari pelaksanaan shalat Jum’at, karena didalamnya mengandung dzikir kepada Allah, peringatan bagi kaum muslimin serta nasehat bagi yang mendengarkannya. Khutbah Jum’at mempunyai dua sisi, sebagai ibadah khusus yang

berhubungan erat dengan shalat jum’at dan sebagai media dakwah yang berkaitan

erat dengan pembinaan umat5. Bisa juga dikatakan, selain ritual ibadah, Khutbah

Jum’at juga merupakan salah satu media dakwah yang mempunyai kaitan langsung dengan pembinaan umat. Khutbah Jum’at mempunyai posisi yang sangat

5


(13)

strategis, dalam hal pelaksanaannya, khutbah Jum’at tak terpisahkan dengan shalat

Jum’at yang dilaksanakan rutin seminggu sekali. Pada posisi ini, khutbah Jum’at bisa menjadi media yang terprogram dengan muatan yang berkesinambungan dari mingu ke minggu. Isi khutbah pun dapat disesuaikan dengan kebutuhan jamaah atau masyarakat setempat. Melalui Khutbah Jum’at ini pembinaan umat bisa dilaksanakan secara berkelanjutan.

Dengan perkembangan zaman maka materi khutbah yang disampaikan harus sesuai perkembangan zaman. Sehingga para khatib tidak berpacu pada khutbah yang biasanya sering di sampaikan. Maka dari itu peneliti tertarik ingin meneliti tentang materi khutbah yang di sampaikan oleh khatib di Masjid Nurul Fattah Jl.Demak kecamatan Krembangan Surabaya. Alasan peneliti meneliti di Masjid Nurul Fattah Karena Masjid ini merupakan salah satu masjid terbesar dan menjadi kiblat bagi masjid-masjid yang ada di kecamataan Krembangan Surabaya. Kemudian alasan yang kedua peneliti tertarik dengan Masjid Nurul Fattah karena Masjid ini berada di lingkungan bekas tempat lokalisasi yaitu dusun Bangunsari yang pada tahun 2012 resmi ditutup oleh pemerintah Surabaya. Kemudian alasan yang ketiga peneliti tertarik dengan Masjid Nurul Fattah adalah dengan para khatibnya. Karena para khatib disini merupakan khatib-khatib pilihan yang dipilih bukan sembarang khatib akan tetapi khatib disini sudah mempunyai ilmu yang tidak diragukan lagi keilmuannya. Dan diantaranya adalah banyak lulusan pesantren dan juga perguruan tinggi sehingga dari para khatib disini banyak yang sudah mempunyai gelar sarjana ,baik Doktor maupun Kyai..

Dan dari beberapa khatib yang bertugas pada bulan Mei 2014, peneliti memilih salah satu yang dianggap menarik buat peneliti. Dan akhirnya peneliti


(14)

tertarik dengan pesan khutbah yang di sampaikan oleh Ust.Umar Haqqi AR yaitu pada minggu kelima di bulan Mei 2014. Karena menurut peneliti, dari kelima khatib yang bertugas di bulan Mei 2014 hampir sama menjelaskan tentang bulan Rajab akan tetapi khutbah yang disampaikan oleh Ust.Umar Haqqi AR beda dengan para khatib-khatib yang bertugas pada bulan Mei 2014 yaitu menjelaskan tentang Tiga golongan manusia yang dilindungi Allah swt dari godaan iblis dan bala tentaranya. Kemudian alasan yang kedua adalah dengan gaya retorikanya bagus artinya cara penyampaiannya sangat jelas dan tegas, serta bahasa yang disampaikan mudah dipahami dan dimengerti.

B. Rumusan Masalah

Dari latar belakang masalah diatas dapat di ambil rumusan masalah yaitu, bagaimana pesan dakwah khatib jum’at di Masjid Nurul Fattah Jl. Demak kecamatan Krembangan Surabaya edisi mei 2014 minggu ke-5 oleh Ust. Umar Haqqi AR?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan pokok permasalahan yang telah dikemukakan diatas maka tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pesan dakwah khatib jum’at di Masjid Nurul Fattah Jl. Demak kecamatan krembangan Surabaya edisi Mei 2014 minggu ke-5 oleh Ust.Umar Haqqi AR.


(15)

D. Manfaat Penelitian

1. secara teoritis.

1) Dengan adanya penelitian ini dapat memberikan pengetahuan serta pengalaman baru bagi penulis dalam melaksanakan penulisan dan penerapan ilmu pengetahuan

2) Dapat memberikan wacana baru bagi pembaca tentang pesan khutbah jumat dalam meningkatkan pengetahuan agama masyarakat.

3) Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat memperluas cakrawala keilmuan dakwah bagi peneliti pribadi khususnya maupun bagi berbagai pihak yang memiliki ketertaikan untuk mengkaji mengenai dinamika keilmuan dakwah.

4) Sebagai bahan tambahan dan masukan bagi pihak-pihak yang terkait, guna untuk memilih pesan dakwah yang baik dan sesuai dengan perkembangan zaman.

2 secara praktis.

1) Sebagai pengalaman tersendiri bagi peneliti dan pengetahuan bagi pembaca penelitian ini

2) Dapat menjadi referensi bagi penulis-penulis yang akan datang.

3) Penelitian ini di harapkan memberi keragaman hasil penelitian di fakultas dakwah.


(16)

E. Definisi Konsep

Untuk memudahkan dan menghindari kesalahan pahaman dalam memahami judul penelitian skrpsi ini yaitu Pesan Dakwah Khatib Jum’at (Studi Kualitatif di Masjid Nurul Fattah Jl. Demak Kecamatan Krembangan Surabaya edisi Mei 2014 Minggu ke-5 oleh Ust. Umar Haqqi AR). Maka dipandang perlu untuk menjelaskan terlebih dahulu beberapa pengertian di dalamnya.

1. Pesan Dakwah

Dalam ilmu Komunikasi pesan dakwah adalah massage, yaitu simbol-simbol. Dalam literatur berbahasa arab, pesan dakwah disebut maudlu’ al -da’wah. Istilah pesan dakwah dipandang lebih tepat untuk menjelaskan, “isi dakwah berupa kata, gambar, lukisan dan sebagainya yang diharapkan dapat memberikan pemahaman bahkan perubahan sikap dan perilaku mitra dakwah.

“ Jika dakwah melalui tulisan umpamanya, maka yang ditullis itulah pesan dakwah. jika dakwah melalui lisan, maka itulah yang diucapkan pembicara itulah pesan dakwah, jika melalui tindakan, maka perbuatan baik yang dilakukan itulah pesan dakwah6.

Jadi pesan dakwah disini adalah suatu materi yang di sampaikan oleh khatib terhadap mad’u/makhtub yang bersumber dari alquran dan hadis, mencakup masalah aqidah, syariah dan akhlaq. Dan dalam pesan dakwah yang disampaikan khatib pada Minggu ke-5 bulan Mei 2014 oleh Ust. Umar Haqqi adalah mengenai tentang akidah.

6


(17)

2. Khutbah

khutbah adalah pidato yang disampaikan untuk menunjukkan kepada pendengar mengenai pentingnya suatu pembahasan. Pidato diistilahkan dengan khitabah dalam bahasa Indonesia sering ditulis dengan khutbah atau khotbah7. Sedangkan khutbah jumat adalah pidato yang disampaikan oleh

seorang khatib di depan jama’ah sebelum shalat Jum’at dilaksanakan dengan

syarat-syarat dan rukun tertentu, baik berupa tadzkiroh (peringatan,

penyadaran), mau’idzoh (pembelajaran) maupun taushiyah (nasehat). Dan khutbah itu sendiri tidak syah kalau tidak di penuhi dengan syarat dan rukunnya. Oleh karena itu, wajib hukumnya bagi setiap khatib untuk mengetahui syarat dan rukun khutbah.

Adapun khutbah yang disampaikan oleh khatib di bulan Mei 2014 minggu ke-5 oleh Ust. Umar Haqqi AR adalah dengan tema tiga golongan manusia yang dilindungi dan dijaga oleh Allah dari godaan iblis dan bala tentaranya.

3. Khatib jum’at

Adalah seseorang yang menyampaikan khutbah. Kedudukan khatib dalam berkhutbah adalah sebagai pemimpin umat dan pembimbing masyarakat dalam mengarahkan umatnya untuk melakukan tugas dan kewajiban sebagai hamba Allah dan wakil Allah di muka bumi.

7


(18)

Oleh karena itu setiap khatib dalam berkhutbah harus bersikap sempurna sehingga terkesan berwibawa. Berpenampilan rapi, tegas dalam berbicara, sopan santun, ramah, anggun dan bijaksana8.

Dan khatib yang bertugas di Masjid Nurul Fattah Jl. Demak Kecamatan Krembangan Surabaya edisi Mei 2014 minggu ke-5 adalah Ust. Umar Haqqi AR.

F. Sistematika Pembahasan

Untuk memudahkan dalam memahami skripsi ini , maka peneliti menyusun sistematika pembahasan. Adapun sistematika pembahasan yang akan peneliti jadikan sebagai penelitian diantaranya:

BAB I :PENDAHULUAN

Pada bab Pendahuluan ini berisikan tentang latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, definisi konsep, dan sistematika pembahasan.

BAB II : KAJIAN PUSTAKA

Pada bab ini berisikan tentang kerangka teoritik, yang terdiri atas kajian pustaka dan kajian penelitian yang terdahulu

BAB III : METODE PENELITIAN

Pada bab ini berisikan tentang pendekatan dan jenis penelitian, unit analisis, tahapan penelitian, teknik pengumpulan data teknik analisis data.

8A. Haris Ma’moen,


(19)

BAB IV: PENYAJIAN DATA

Pada bab ini berisikan tentang Penyajian dan analisis data berisikan deskripsi biografi khatib, penyajian data yaitu materi khutbah dan analisis data dan hasil penelitian.

BAB V : PENUTUP

Pada bab ini merupakan bab terakhir dalam penulisan skripsi yang berisikan kesimpulan serta saran –saran setelah penelitian.


(20)

BAB II

KAJIAN KEPUSTAKAAN

A. Kerangka Teoritik

1. Pesan dakwah

a. Pengertian Pesan Dakwah

Pesan adalah keseluruhan dari pada yang disampaikan oleh komunikator. Namun ada juga yang mengartikan pesan adalah sesuatu yang disampaikan pengirim kepada komunikan, pesan merupakan isyarat atau simbol yang disampaikan oleh seseorang untuk saluran tertentu dengan harapan bahwa pesan itu akan mengutarakan atau menimbulkan suatu makna tertentu dalam diri orang lain yang hendak diajak berkomunikasi9.

Dalam ilmu Komunikasi pesan dakwah adalah massage, yaitu simbol-simbol. Dalam literatur berbahasa arab, pesan dakwah disebut maudlu’ al -da’wah. Istilah ini lebih tepat dibanding dengan istilah “materi dakwah” yang diterjemahkan dalam bahasa arab menjadi maaddah al-da’wah. Sebutan yang terakhir ini bisa menimbulkan kesalahpahaman sebagai logistik dakwah. istilah pesan dakwah dipandang lebih tepat untuk

menjelaskan, “isi dakwah berupa kata, gambar, lukisan dan sebagainya

yang diharapkan dapat memberikan pemahaman bahkan perubahan sikap

dan perilaku mitra dakwah. “ Jika dakwah melalui tulisan umpamanya,

maka yang ditullis itulah pesan dakwah. jika dakwah melalui lisan, maka

9


(21)

itulah yang diucapkan pembicara itulah pesan dakwah, jika melalui tindakan, maka perbuatan baik yang dilakukan itulah pesan dakwah10.

Pada prinsipnya, pesan apapun dapat dijadikan sebagai pesan dakwah selama tidak bertentangan dengan sumber utamanya, yaitu Al-Qur’an dan Hadist. Dengan demikian, semua pesan yang bertentangan terhadap

Al-Qur’an dan hadis tidak dapat disebut sebagai pesan dakwah. Semua orang

dapat berbicara tentang moral, bahkan dengan mengutip ayat Al Qur’an

sekalipun. Akan tetapi, jika hal itu dimaksudkan untuk pembenaran atau dasar bagi kepentingan nafsunya semata, maka demikian itu bukan termasuk pesan dakwah.

b. Jenis Pesan dakwah

Pesan dakwah pada garis besarnya terbagi menjadi dua bagian yaitu pesan utama (Al-Qur’an dan hadis) dan pesan tambahan atau penunjang (selain Al

-Qur’an dan hadis). Adapun jenis-jenis pesan dakwah diantaranya: 1. Ayat-ayat Al-Qur’an

Al-Qur’an adalah wahyu penyempurna. Seluruh wahyu yang diturunkan Allah swt. Kepada nabi-nabi terdahulu termaktub dan teringkas dalam Al-Qur’an. Dengan Al-Qur’an seeorang dapat mengetahui kandungan kitab taurat, Kitab zabur, kitab Injil, shahifah (lembaran wahyu) Nabi Nuh.a.s, Shahifah nabi Ibrahim a.s, Shahifah Nabi Musa.a.s dan shahifah yang lain. selain itu Al-Qur’an juga memuat keterangan diluar wahyu-wahyu yang terdahulu. Semua pokok

10


(22)

ajaran islam tersebut disebutkan secara global dalam Al-Qur’an, sedangkan detailnya dijelaskan dalam hadis11.

2. Hadis Nabi SAW

Adalah Segala hal berkenaan dengan Nabi Muhammad saw. Yang meliputi ucapan, perbuatan, ketetapan, sifat, bahkan ciri fisiknya dinamakan hadis. Untuk melihat kualitas kesahihan hadis, pendakwah tinggal mengutip hasil penelitian dan penilaian ulama hadis. Tidak harus menelitinya sendiri. Pendakwah hanya perlu cara mendapatkan hadis yang sahih serta memahami kandungannya. Jumlah hadis Nabi SAW yang termaktub dalam beberapa kitab hadis sangat banyak12. 3. Pendapat Para Sahabat Nabi Saw.

Orang yang hidup semasa dengan Nabi SAW, pernah bertemu Nabi dan beriman kepadanya adalah sahabat Nabi saw. Pendapat sahabat Nabi saw. Memiliki nilai tinggi, karena kedekatan mereka dengan nabi dan proses belajarnya yang langsung dari beliau. Diantara para sahabat nabi saw, ada yang termasuk sahabat senior (kibar

al-shahabah) dan sahabat yunior (shighar al-shahabah). Sahabat senior

diukur dari waktu masuk islam, perjuangan, dan kedekatannya dengan Nabi saw. Hampir semua perkataan sahabat dalam kitab-kitab hadis berasal dari sahabat senior13.

11

Moh. Ali Aziz, Edisi RevisiIlmu Dakwah, h. 319 12

Moh. Ali Aziz, Edisi Revisi Ilmu Dakwah, h. 321 13


(23)

4. Pendapat para ulama

Meski ulama berarti semua orang yang memiliki ilmu penegtahuan secara mendalam, namun maksud ulama disini dikhususkan untuk orang yang beriman, menguasai ilmu keislaman secara mendalam dan menjalankannya. Dengan pengertian ini, kita menghindari pendapat ulama yang buruk (ulama al-su’), yakni ulama yang tidak berpegang pada Al-Quran dan hadis sepenuhnya. Penadapat ulama dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu pendapat yang telah disepakati dan pendapat yang masih diperselisihkan14.

5. Hasil penelitian Ilmiah

Tidak sedikit ayat Al-Qur’an yang bisa kita pahami lebih mendalam dan luas setelah dibantu dengan hasil sebuah penelitian ilmiah. Inilah hasil penelitian yang menjadi salah satu sumber pesan dakwah. Masyarakat modern amat menghargai hasil penelitian. Bahkan orang sekuler lebih mempercayainya dari pada kitab suci15. 6. Kisah dan Pengalaman Teladan

Ketika mitra dakwah merasa kesulitan dalam mencerna konsep-konsep yang kita sampaikan, kita mencari uapaya-upaya yang memudahkannya. Ketika mereka kurang antusias dan kurang yakin terhadap pesan dakwah, kita mencari keterangan yang menguatkan argumentasinya atau bukti-bukti nyata dalam kehidupan. Salah satu

14

Moh. Ali Aziz, Edisi Revisi Ilmu Dakwah, h. 323 15


(24)

diantaranya adalah menceritakan pengalaman seseorang atau pribadi yang terkait dengan topik16.

7. Berita dan Peristiwa

Pesan dakwah bisa berupa berita tentang suatu kejadian. Peristiwanya lebih ditonjolkan daripada pelakunya. Berita (kalam

khabar) menurut istilah „ilmu al Balaghah dapat benar atau dusta.

Berita dikatakan benar jika sesuai dengan fakta. Jika tidak sesuai disebut berita bohong. Hanya berita yang diyakini kebenarannya yang patut dijadikan pesan dakwah17.

8. Karya Satra

Pesan dakwah kadang kala perlu ditunjang dengan karya sastra yang bermutu sehingga lebih indah dan menarik. Karya sastra ini dapat berupa: syair, puisi, pantun, nasyid, atau lagu. Dan sebagainya, tidak sedikit para pendakwah yang menyisipkan karya sastra dalam pesan dakwah. hampir setiap karya sastra memuat pesan-pesan bijak.

9. Karya Seni

Karya seni juga memuat nilai keindahan yang tinggi. Jika karya sastra menggunakan komunikasi verbal (diucapkan), karya seni banyak mengutarakan komunikasi nonverbal (diperlihatkan). Pesan dakwah jenis ini mengacu pada lambang yang terbuka untuk ditafsirkan oleh siapapun. Jadi bersifat subjektif. Tidak semua orang mencintai atau memberikan apresiasi karya seni. Bagi pecinta karya seni, pesan

16

Moh. Ali Aziz, Edisi Revisi Ilmu Dakwah, h. 326 17


(25)

dakwah jenis ini lebih banyak membuatnya berpikir tentang Allah swt18.

c. Macam-Macam Pesan Dakwah

1. Akidah

Akidah berasal dari bahasa arab „aqidah yang bentuk jamaknya adalah

a’qa’id dan berarti faith belief (keyakinan, kepercayaan) sedang menurut

Loouis Ma’luf ialah ma „uqidah „alayh al qalb wa al-dlamir. Yang artinya sesuatu yang mengikat hati dan perasaan. Dari etimologi diatas bisa diketahui bahwa yang dimaksud dengan ”akidah” ialah keyakinan atau keimanan. Dan hal itu diistilahkan sebagai akidah („aqidah) karena ia mengikatkan hati seseorang kepada suatu yang diyakini atau diimaninya dan ikatan tersebut tidak boleh dilepaskan selama hidupnya. Inilah makna asal “aqidah” yang merupakan derivasi dari kata „aqada-ya’qidu-„aqada yang artinya mengikat19.

Sedangkan pengertian aqidah islam adalah akidah yang dapat menyelamatkan umat manusia yang penuh dengan segala kekurangan dan kelemahan dari berbagai penyimpangan dan penyelewengan yang berakibat kepada kezhaliman. Karenanya akidah islam yang merupakan akidah yang bersumber dari zat yang Maha Mencipta dan Maha Mengatur, Yang Maha Tahu dengan segala persoalan yang dihadapi oleh para hambanya, berfungsi untuk menuntun agar manusia tersebut dapat menjalani kehidupannya sebagaimana layaknya seorang hamba Allah yang sesungguhnya20.

18

Moh. Ali Aziz, Edisi Revisi Ilmu Dakwah, h. 330 19

Tim Penyusun Studi Islam IAIN Sunan Ampel Surabaya, Pengantar Studi Islam (Surabaya,2012), h. 84

20

Darwis Abu Ubaidah, Panduan Akidah Ahlu Sunnah Wal Jama’ah (Jakarta Timur: Putaka Al Kautsar, 2008), h. 9


(26)

Kalau kita berbicara tentang akidah maka yang menjadi topik pembicaraan adalah masalah keimanan yang berkaitan dengan rukun-rukun iman dan peranannya dalam kehidupan beragama.

Rukun iman meliputi: a. Iman kepada Allah.

b. Iman kepada malaikat Allah c. Iman kepada kitab-kitab Allah. d. Iman kepada para Nabi dan Rasul. e. Iman kepada hari kiamat.

f. Iman kepada Qadla dan Qadar. 2. Syari’ah

Syari’ah dalam islam berhubungan erat lahir (nyata) dalam rangka mentaati semua peraturan atau hukum Allah guna mengatur hubungan antara manusia dengan tuhannya dan mengatur pergaulan hidup antar sesama manusia. Artinya masalah-masalah yang berhubungan dengan syari’ah bukan hanya terbatas pada ibadah kepada Allah, akan tetapi masalah-masalah yang berkenaan dengan pergaulan hidup antar sesama manusia juga diperlukan juga. Seperti hukum jual beli, berumah tangga, warisan, kepemimpinan, dan amal-amal shaleh lainnya21.

Syari’ah dalam islam adalah berhubungan erat dengan amal lahir

(nyata) dalam rangka mentaati semua peraturan atau hukum Allah guna

21


(27)

mengatur hubungan antara manusia dengan Tuhannya dan mengatur pergaulan hidup antar sesama manusia. Yakni meliputi22:

a. Ibadah (dalam arti khas):

- Thaharah (bersuci) adalah merupakan keadaan yang terjadi sebagai akibat hilangnya hadas atau kotoran23.

- Sholat adalah suatu ibadah yang mengandung perkataan dan perbuatan tertentu yang dimulai dengan takbir dan diakhiri dengan salam.

- Zakat adalah ibadah maliyah yang diperuntukan memenuhi kebutuhan pokok orang-orang yang membutuhkan (miskin).

- Shaum (puasa) adalah suatu ibadah yang diperintahkan Allah yang dilaksanakan dengan cara menahan makan dan minum dan hubungan seksual dari terbit fajar sampai terbenamnya matahari.

- Haji adalah perjalanan mengunjungi ke ka’bah untuk melakukan ibadah

tawaf, sai’I, wukuf dan manasik-manasik lain untuk memenuhi panggilan Allah SWT serta mengharapkan keridloannya24.

b. Muamallah (dalam arti luas) meliputi:

- Muamallah (hukum niaga) mengenai masalah hukum perniagaan atau perdagangan, dapat dibedakan menjadi dua macam, pertama bentuk perdaganagan yang halal disebut ba’i (jual beli) sedangkan perdagangan yang haram disebut riba25.

22

Moh Ali Aziz, Edisi Revisi Ilmu Dakwah, h.94-95. 23

Rahman Tinonga dkk, Fiqh Ibadah (Jakarta: Gaya Media Pratama, 1997), hal. 87 24

Rahman Tinonga dkk, Fiqh Ibadah, h. 209 25


(28)

- Munakahat (hukum nikah) berkaitan dengan hukum pernikahan dan segala macam bentuk permasalahan didalam pernikahan, menurut sumber hukum perkawinan dalam islam adalah Al-Qur’an, serta sunnah Rasul.

- Waratsah (hukum waris) permasalahan yang menyangkut persoalan harta benda dan hak kepemilikan. Seperti pembagian harta kepada ahli waris sesuai dengan hukum yang berlaku. Al-Qanunul’am (hukum publik) meliputi Hinayah (hukum pidana) yang berkaitan dengan persoalaan hukum tindak kriminalitas seperti: pencurian, penipuan dan sebagainya. - Khilafah (hukum Negara) yang berkaitan dengan permasalahan hukum

yang telah ditetapkan oleh suatu negara seperti Undang-Undang Dasar sebagai landasan hukum negara.

- Jihad (hukum perang dan damai) yang berkaitan dengan hukum dalam islam seperti: larangan membunuh anak-anak dan wanita hamil di waktu

peperangan baik itu menurut syari’at islam atau negara.

c. Akhlak

Ditinjau dari segi bahasa, kata akhlak berasal dari bahasa arab akhlaq yang merupakan bentuk jamak dari khuluq, yang berarti budi pekerti, perangai, tingkah laku, sabda Nabi Muhammad SAW: Aku (Muhammad)

diutus untuk menyempurnakan akhlak yang mulia. (HR.Malik).

Menurut Ibnu Maskaweh dalam kitabnya Tahzibul Akhlak. Khuluq adalah keadaan dalam jiwa seseorang yang mendorong untuk melakukan pekerjaan tanpa didahului oleh pemikiran dan pertimbangan. Jadi akhlak digambarkan sebagai sikap jiwa yang dari padanya tumbuh kemampuan untuk memeberi tanggapan secara responsife (tanpa dipikir dulu) terhadap suatu


(29)

nilai, karena sikap itu telah mendarah daging atau tabiat yang diperoleh dari kebiasaan berulang-ulang dilatihkan26.

Modal Dasar yang paling utama dalam hidup bermasyarakat antar sesama

manusia adalah “akhlakul karimah” (akhlak yang terpuji). Karena, dengan

memiliki akhlakul karimah, kehidupan manusia dimuka bumi ini akan bisa aman dan tentram. Demikian sebaliknya jika manusia-manusia itu memiliki akhlak yang bejat (tercela), maka dapat dipastikan kehidupan mereka akan menjadi berantakan serta kacau balau27.

Masalah akhlak dalam aktifitas dakwah (sebagai materi dakwah) merupakan pelengkap saja, yakni untuk melengkapi keimanan dan keislaman seseorang. Meskipun akhlak ini berfungsi sebagai pelengkap, bukan berarti masalah akhlak kurang penting dibandingkan dengan masalah keimanan dan keislaman, akan tetapi akhlak adalah sebagai penyempurna keimanan dan keislaman28. Adapun macam-macam akhlak yakni ada akhlak kepada Allah dan akhlak kepada sesama makhluk.

Iman adalah akidah, islam merupakan syariah, ihsan ialah akhlak. Terhadap ketiga pokok ajaran islam ini, beberapa pendapat ulama, antara lain:

1) ketiga komponen ini diletakkan secara hirarkhis. Artinya, mula-mula

orang harus memperteguh akidah, lalu menjalankan syari’at, kemudian

menyempurnakan akhlak. Pada posisi puncak inilah maksud diurusnya Nabi SAW, yakni menyempurnakan akhlak. Dengan asumsi ini, maka mengarahkan seseorang menjadi yang baik, pendakwah harus

26

M. Romly Arief, Kuliah Akhlaq Tasawuf (Jombang: Unhasy Press, 2006), h. 1-2 27

Labib Mz, Merajut Akhlak nabi Dalam Kehidupan (Surabaya: Bintang Usaha Jaya,), h. 5 28


(30)

memperkuat imannya terlebih dahulu. Jika imannya telah teguh, barulah ia mengajarkan cara-cara menjalankan agama.

2) Ketiganya diletakkan secara sejajar. Maksudnya, akidah yang bertempat diakal, syari’at dijalankan anggota tubuh, dan akhlak berada di hati. Pendakwah mengajarkan bahwa menjalankan shalat harus

dengan pikiran yang yakin, mematuhi syari’at dan rukunnya, serta hati

yang ikhlas. Banyak umat islam yang menjalankan agamanya dengan keimanan yang tipis serta hati yang kurang bersih, sehingga tidak menghasilkan akhlak yang terpuji29.

d. Karakteristik Pesan Dakwah

Orisinal dari Allah, Orisinalitas merupakan karakteristik pesan dakwah dari teks Al-Qur’an dan Hadis. Orisinalitas tersebut dimaksudkan bahwa pesan dakwah islam benar-benar berasal dari Allah swt. Allah Swt, telah menurunkan wahyu melalui malaikat jibril kepada Nabi Muhammad saw. Selanjutnya Nabi Muhammad saw mendakwahkan wahyu tersebut untuk membimbing manusia ke jalan yang benar. Wahyu Allah ini tidak diperuntukan kepada bangsa tertentu dan untuk waktu tertentu, melainkan untuk seluruh umat manusia sepanjang masa.

Dakwah mengajarkan rasionalitas ajaran islam. Salah satu buktinya adalah ajaran keseimbangan (al-mizan). Keseimbangan merupakan posisi ditengah-tengah diantar dua kecenderungan. Dua kecenderungan yang saling bertolak belakang pasti terjadi dalam kehidupan manusia. Ketika ada manusia diliputi nafsu keserakahan, pasti ada manusia yang tertindas.

29


(31)

Islam mengatur hal ini dengan kewajiban zakat. Keseimbangan yang lain tercermin pada ajaran washiyat (pesan memberikan harta kepada seseorang sebelum meninggal dunia) yang dibatasi hanya sepertiga bagian, tidak seluruhnya, ajaran sholat hanya wajib lima waktu, bukan sehari penuh, ajaran puasa hanya wajib selama satu bulan ramadlan, tidak lebih dari itu, ajaran Al-Qur’an dan ibadah sunah lainnya ditekankan pada keajegan

(istiqomah), bukan banyaknya. Ajaran menikah dan larangan seks bebas

atau hidup membujang dan seterusnya30.

Karakteristik pesan dakwah lainnya adalah universal, artinya mencakup semua bidang kehidupan dengan nilai-nilai mulia yang diterima oleh semua manusia beradab. Ajaran islam menagatur hal-hal yang paling kecil dalam kehidupan manusia hingga hal yang paling besar. Islam mengajarkan kesetaraan manusia tanpa membedakan ras, warna kulitnya, mendorong kerja, dan nilai-nilai universal lainnya yang dijunjung tinggi oleh manusia beradab sampai sekarang31.

Kemudahan ajaran islam juga menjadi karakter pesan dakwah. semua perintah islam bisa ditoleransi dan diberi keringanan jika memenuhi kesulitan dalam pelaksanaannya. Dalam keadaan terpaksa, perbuatan yang dilarang dapat dimaafkan asalkan proposional dan tidak merugikan orang lain. seperti makan daging babi diperbolehkan ketika tidak ada makanan lain dan kehidupan terancam. Sekalipun kelaparan, tidak dibenarkan mencuri makanan orang lain.

30

Moh Ali Aziz, Edisi Revisi Ilmu Dakwah, h. 341 31


(32)

Dengan demikian, tujuh karakter pesan dakwah adalah orisinal dari Allah swt, mudah, lengkap, seimbang, universal, masuk akal, dan membawa kebaikan. Sebagai perbandingan yang tidak jauh berbeda,

„Abd. Al-Karim Zaidan juga mengemukakan lima karakter pesan dakwah, yaitu

1. Berasal dari Allah swt. (annahu min „indillah); 2. Mencakup semua bidang kehidupan (al-syumul) 3. Umum untuk setiap tindakan (al-„umum);

4. Ada balasan untuk setiap tindakan (al-jaza’ fi al-islam); dan

5. Seimbang antara idealitas dan realitas (al-mitsaliyyah wa al-waqi’iyyah). Asep Muhiddin, merumuskan lebih banyak karakteristik pesan dakwah sebagai berikut:

1. Islam sebagai agama fitrah.

2. Islam sebagai agama rasioanal pemikiran.

3. Islam sebagai agama ilmiah, hikmah, dan fiqhiyyah.

4. Islam sebagai agama argumentatif (hujjah) dan demostratif (bir-han). 5. Islam sebagai agam hati (qalb), kesadaran (wijdan), dan nurani (dlamir) 6. Islam sebagai agama kebebasan (hurriyah) dan kemerdekaan (istiqlal)32.

32


(33)

2. KHUTBAH JUM’AT a. Pengertian khutbah

Kata khutbah berasal dari susunan tiga huruf, yaitu, kha’. Tha’, dan ba’

yang dapat berarti pidato atau meminang. Arti asal khutbah adalah bercakap-cakap tentang masalah yang penting. Berdasar pengertian ini maka khutbah adalah pidato yang disampaikan untuk menunjukkan kepada pendengar mengenai pentingnya suatu pembahasan. Pidato diistilahkan dengan khitabah dalam bahasa Indonesia sering ditulis dengan khutbah atau khotbah. Orang yang berkhutbah disebut khatib33.

Makna khutbah sudah tergeser dari pidato secara umum menjadi pidato khusus atau ceramah agama dalam ritual keagamaan. Aboe Bakar Atjeh mendefinisakan khutbah sebagai dakwah atau tabligh yang diucapkan dengan lisan pada upacara-upacara agama, seperti khutbah jum’at, khutbah hari raya idul fitri dan idul adha, khutbah nikah, dan ritual-ritual agama lainnya, yang memiliki corak, rukun, dan syarat-syarat tertentu.

Dengan pengertian khutbah yang sudah tergeser dari pidato atau ceramah menjadi pidato yang khusus pada acara ritual keagamaan diatas, maka yang memebedakan khutbah dengan pidato pada umumnya terletak pada adanya aturan waktu, isi, dan cara penyamapain pada khutbah. Khutbah

jum’at, misalnya hanya bisa disampaikan ketika pelaksanaan sholat jum’at dan

tidak dibenarkan disampaikan dengan humor atau Tanya jawab sebagaimana ceramah pada umumnya34.

33

Moh Ali Aziz, Edisi Revisi Ilmu Dakwah. h. 28 34


(34)

Maka yang di maksud khutbah jumat adalah pidato atau ceramah yang

disampaikan oleh seorang khatib di depan jama’ah sebelum shalat Jum’at dan dilaksanakan dengan syarat-syarat dan rukun tertentu, baik berupa tadzkiroh (peringatan, penyadaran), mau’idzoh (pembelajaran) maupun taushiyah (nasehat).

b. Hukum Khutbah

Termasuk satu rangkaian pelaksanaan shalat jum’at adalah khutbah

yang disampaikan sebelum shalat dua rakaat. Menurut Hasan Al Bashri, Daud Dhadiri dan Juwaini, Abdul Malik bin habib dan juga Ibnul Majisyun dari

golongan Maliki menganggap khutbah jum’at hanya sunat. Namun kebanyakan ulama menetapkan khutbah jum’at hukumnya wajib dan menjadi

syarat sahnya shalat jum’at35

.berdasarkan firman Allah dalam Al Qur’an surat

Al Jumu’ah ayat9-10:

                                                                  

Artinya: Hai orang-orang beriman, apabila diseru untuk menunaikan shalat Jum'at, Maka bersegeralah kamu kepada mengingat Allah dan tinggalkanlah jual beli. yang demikian itu lebih baik bagimu jika kamu mengetahui. Apabila telah ditunaikan shalat, Maka bertebaranlah kamu di muka bumi; dan carilah karunia Allah dan ingatlah Allah banyak-banyak

supaya kamu beruntung36.

35

Moh. Ali Aziz, Teknik Khutbah Komunikatif (Surabaya: 2011), h. 36 36

Yayasan Penyelenggara Penterjemah/Pentafsir Al Qur’an, Al Qur’an Dan Terjemahnya (Jakarta:1971), h. 933


(35)

c. Unsur-unsur khutbah

Adanya unsur dalam suatu kegiatan memang sangat diperlukan, demi terciptanya suatu kegiatan tersebut. Adapun unsur-unsur dari khutbah itu sendiri sebenarnya tidak jauh berbeda dengan unsur-unsur yang terdapat pada kegiatan, karena sebenarnya khutbah adalah merupakan salah satu pembagian dari sub-sub dakwah.

a. Khatib yang merupakan fa’il dari pada fi’il madhi pada tashrif kata dasar kho’, tho’, dan ba’ yang berarti pelaku khutbah yang berkhutbah diatas mimbar atau tidak dalam even-ven tertentu,

seperti sebelum sholat jum’at, setelah sholat idul fitri dan idul adha.

Serta acara akad nikah.

b. Makhtub adalah audiens atau biasa juga disebut sebagai mad’u yaitu para jama’ah yang menerima pesan-pesan atau wasiat yang telah diuraikan dan disampaikan oleh khatib.

c. Materi khutbah atau biasa disebut dengan pesan khutbah adalah uraian-uraian yang dijadikan sebagai bahan wacana atau bahasan yang di klasifikasikan menjadi tiga pokok penting yaitu tentang

keimanan(aqidah), nilai ibadah( syari’ah), dan akhlaq (budi

pekerti).

d. Syarat dua Khutbah

1. Hendaklah kedua khutbah itu dimulai sesudah tergelincir matahari, keterangan amal rasulullah SAW yang diriwayatkan oleh Bukhari.

2. Sewaktu berkhutbah hendaklah berdiri jika kuasa keterangan amal Rasulullah SAW yang diriwayatkan oleh Muslim.


(36)

3. Khatib hendaklah duduk diantara dua khutbah, sekurang-kurangnya berhenti sebentar, keterangan amal Rasulullah SAW yang diriwayatkan oleh Muslim.

4. Hendaklah dengan suara yang keras kira-kira terdengar oleh bilangan yang

sah jum’at dengan mereka, karena yang dimaksud dengan mengadakan

khutbah itu, ialah untuk pelajaran dan nasehat kepada mereka.

5. Hendaklah berturut-turut, baik rukunnya, atau jarak keduanya, maupun antara kedua dengan sembahyang.

6. Khatib hendaklah suci daripada hadast dan najis keterangan. 7. Khatib hendaklah menutup auratnya37.

e. Rukun-rukun Khutbah

1. Menyampaikan puji-pujian kepada Allah swt

Penegasan ini didasarkan pada hadist nabi saw yang menggambarkan: “adalah khutbah Nabi saw pada hari jum’ah ia mulai dengan

Alhamdulillah dan memuji kepada Allah.(HR. Muslim dari jabir.a).

2. Menyampaikan shalawat kepada Nabi Muhammad saw

Dalam hal ini tidak ada hadist yang menerangkan perihal bacaan shalawat dalam khutbah, akan tetapi para ulama salaf dan khalaf telah mufakat bahwa dalam khutbah-khutbah mereka selalu disertai shalwat kepada Nabi saw.

3. Mengucapkan kesaksian atau syahadat.

Penegasan ini didasarkan pada sabda Rasulullah saw: “khutbah yang didalamnyatidak diucapkan syahadah, samalah halnya dengan tangan

yang bunting”.(HR. Ahmad, Abu Dawud dan Tirmidzi) .

37


(37)

4. Mewasiatkan taqwa kepada Allah

Wasiat ini merupakan intinya khutbah sebab hakikat dari wasiat ini dimaksudkan untuk mengembalikan manusia ke dalam posisi asalnya selaku makhluk yang taslim, menyerah pasrah kepada al-Khaliq. Mengembalikan manusia ke posisi yang lurus, ke posisi yang bersih setelah mengembara ke tengah-tengah masyarakat ramai selama satu minggu, di mana kemungkinan-kemungkinan pengaruh yang buruk dan jahat sempat pula menempel pada perilakunya. Justru oleh karena itu, wasiat ini sangat penting artinya bagi pembinaan pribadi muslim.

Penegasan wasiat taqwa ini didasarkan pada hadist Rasulullah saw: “adalah Rasulullah saw senantiasa mewsiatkan kepada Allah didalam

khutbahnya. (HR. Muslim dari Jabir r.a).

5. Membaca ayat Al-qur’an

Dalam khutbahnya hendaklah khatib menguraikan satu tema yang disandarkan pada firman Allah, sebagaimana khutbah yang dilakukan oleh

Rasululah. “Rasulullah saw berkhutbah sambil berdidri dan beliau duduk

di antara dua khutbah, membaca ayat-ayat Al qur’an serta member

nasihat kepada manusia”(HR. jamaah kecuali Bukhori dan Turmudzi dari

Jabir bin Samurah r.a)38.

6. Memanjatkan do’a di akhir khutbah.

Sebagaimana disebutkan sebelumnya bahwa setiap khutbah selalu

diakhiri dengan do’a untuk rahmat dan pengampunan kaum muslimin secara keseluruhan. Kita menyaksikan beberapa macam cara berdo’a yang

dilakukan para khatib. Ada yang tanpa mengangkat tangan, ada yang mengangkat kedua tangan dan ada pula yang mengangkat jari penunjuk. .

38


(38)

f. Sunnah-sunnah Khutbah

1. Hendaklah khutbah berdiri diatas mimbar atau tempat yang bisa dilihat

oleh kebanyakan jama’ah dan menggunakan tongkat.

Dari Hakam bin Hazn al Kalafi, ia berkata, “Aku pernah dating kepada Nabi saw. Aku termasuk di antara tujuh atau Sembilan orang (yang dating pada waktu itu), kemudian kami tinggal bebrapa hari bersamanya, kami mengikuti salat jum’at pada sa’at itu, lalu Nabi berdiri sambil memegang busur atau-katanya-Rasulullah berpegang pada tongkat, kemudian ia membaca hamdalah dan memuji Allah dengan kalimatyang pendek, bagus lagi mengundang kebaikan, lalu bersabda: Hai manusia, sesungguhnya kamu tidak akan dapat mengerjakan atau tidak akan mampu mengerjakan apa saja yang diperintahkan kepada kamu,

tetapi berbuat baiklah dan gembiralah. (H.R. Ahmad dan Abu Daud)39.

2. Menghadapkan wajahnya kepada jama’ah kemudian memberi salam ’Atha’ dan Asy-Sya’bi berkata; ”Rasulullah apabila naik ke atas mimbar, beliau menghadapkan wajahnya kepada manusia, lalu beliau

mengucapkan, ’Assalamu ’alaikum.” (HR. Ibnu Abi Syaibah).

3. Mengucapkan hamdalah, syahadat, dan seterusnya secara berurutan sebagaimana dicontohkan dalam khutbah Rasulullah.

Dari Ibnu Mas’ud, bahwa Nabi saw bila memulai khutbahnya beliau mengucapkan:

“Sesungguhnya segala puji milik Allah. Kita memujiNya, meminta pertolongan kepadaNya dan memohon ampun kepadaNya. Kita berlindung kepada Allah dari kejahatan diri kita dan keburukan amal perbuatan kita. Barangsiapa diberi petunjuk oleh Allah maka tidak ada yang bisa menyesatkannya. Dan barangsiapa disesatkan oleh Allah maka tidak ada yang bisa memberinya petunjuk. Aku bersaksi bahwa tidak ada tuhan yang berhak disembah selain Allah qemata, tiada sekutu bagiNya. Dan aku

bersaksi bahwasanya Muhammad adalah hambaNya dan utusanNya"40.

39

Moh. Ali Aziz, Teknik Khutbah Jum’at Komunikatif, h. 51 40


(39)

4. Menyampaikan khutbah dengan singkat dan padat dengan bahasa yang mudah dipahami.

Dari Ammar bin Yassir, ia berkata, aku pernah mendengar Rasulullah saw bersabda: “Sesungguhnya panjangnya sholat seseorang dan khutbahnya yang pendek menunjukkan kecerdasannya. Oleh karena itu

panjangkanlah sholat dan pendekkanlah khutbah”. (HR. Ahmad dan

Muslim)41.

5. Menyampaikan khutbah dengan suara yang keras dan penuh semangat. Jabir bin ’Abdillah berkata; ”Nabi apabila berkhutbah, kedua matanya memerah, suaranya meninggi, dan kemarahannya sangat. Sehingga bagaikan komandan pasukan perang yang sedang berkata, ’Musuh menyerang kalian pada pagi hari dan sore hari...!!! (HR. Muslim). Imam An-Nawawi berkata; ”Hadits tersebut menunjukkan bahwa disunnahkan bagi khatib untuk memantapkan urusan khutbah, meninggikan suaranya, membesarkan perkataannya, dan hendaknya pembicaraannya sesuai dengan bagian yang dibicarakan, dari targhib (penekanan) atau tarhib (ancaman). Dan dimungkinkan kemarahan terlihat sungguh-sungguh pada waktu ia memperingatkan suatu urusan yang sangat besar, dan mengancam dengan seruan yang sangat penting”42

6. Berpakaian tutup aurat, rapi dan sopan.

Khatib akan berdiri diatas mimbar dan menjadi pusat pandangan dan perhatian orang banyak, maka ia harus berpakain yang terbaik agar

menyenangkan untuk dipandang dan menambah kegairahan jam’ah untuk mengikuti khutbah yang disampikan. Jika jama’ah telah mengikuti sunnah

Nabi untuk berpakaian yang terbaik dan menggunakan wangi-wangian,

41

Moh. Ali Aziz, Teknik Khutbah Jum’at Komunikatif, h. 52 42


(40)

maka imam dan khatib seharusnya juga melakukan hal yang sama atau lebih maksimal.

7. Duduk diantara dua khutbah dan tidak berbicara dalam duduk tersebut

Dalilnya adalah hadits ’Ibnu ’Umar, ia berkata; ”Nabi berkhutbah dengan dua khutbah, beliau duduk diantara keduanya.” (HR. Bukhari)

Jabir bin Samurah berkata; ”Aku melihat Nabi berkhutbah dengan berdiri, lalu beliau duduk dan tidak berbicara.” (HR. Abu Dawud)

Para ulama’ membatasi lamanya duduk sekedar untuk duduk istirahat, waktunya seperti membaca surat Al-ikhlash43.

g. Larangan Selama Sholat dan Khutbah. 1. Berbicara ketika khutbah berlangsung

Sebagaimana disebutkan sebelumnya bahwa mendengarkan khutbah adalah wajib hukumnya. Oleh sebab itu setiap muslim dilarang berbicara, berdzikir, member nasihat orang dan segala hal yang menyebabkan ia

sendiri tidak mendengarkan khutbah. Apalagi sampai membuat jama’ah

lain terganggu konsentrasinya dalam mendengarkan khutbah. Akhir-akhir ini bunyi nada panggilan mobile phone atau telpon seluler sering

mengganggu jama’ah. Oleh sebab itu setiap pemilik telpon tersebut wajib

memperhatikan hal ini dengan mematikannya di saat berada dalam masjid44.

Dari ibnu Abbas r.a. bahwa Nabi saw bersabda:

“Barangsiapa berbicara pada hari jum’at diwaktu imam berkhutbah,

maka ia adalah seperti keledai yang memikul kitab. Dan barang siapa mengingatkan orang (yang sedang berbicara) tersebut dengan kata-kata “diamlah”, maka tidak sah (sempurna) salat jum’atnya”. (HR. Ahmad, Ibnu Abi Syaibah, Bazzar dan Thabrani).

43

Abu Hafizhah, Fiqh Jum’at, h. 26 44


(41)

2. Melangkahi orang-orang yang telah datang lebih awal. Dari Abdullah bin Busr katanya:

“Ada seseorang yang datang (waktu jum’at) dan melangkahi pundak orang lain ketika Rasulullah sedang berkhutbah, maka beliau menegur”duduklah”. Engkau telah mengganggu orang dan terlambat datang”. (HR. Abu Daud, Nasa’I dan Ahmad).

Hukum ini dikecualikan bagi imam atau bagi seseorang yang melihat bahwa dimuka ada tempat kosong tapi tidak diisi oleh orang-orang yang datang sebelum itu. Juga bagi seseorang yang hendak kembali ke tempat asalnya disebabkan suatu keperluan terpaksa keluar, dengan syarat tidak sampai mengganggu orang lain45.

3. Melakukan perdagangan atau usaha bisnis lainnya padahal yang

bersangkutan mestinya berkewajiban mengikuti sholat jum’at. Dalam

Al-Qur’an Allah berfirman surat Al Jumu’ah ayat 9-10:

“Hai orang-orang beriman, apabila diseru untuk menunaikan shalat

Jum'at, Maka bersegeralah kamu kepada mengingat Allah dan tinggalkanlah jual beli[1475]. yang demikian itu lebih baik bagimu jika kamu mengetahui. Apabila telah ditunaikan shalat, Maka bertebaranlah kamu di muka bumi; dan carilah karunia Allah dan ingatlah Allah banyak-banyak supaya kamu beruntung”.

Ayat diatas memerintahkan setiap muslim untuk meninggalkan semua kesibukan perniagaan dan bisnis lainnya ketika waktu sholat jum’at sudah masuk. Ketika sholat sudah selesai maka perniagaan untuk mencari rezeki yang melimpah dari Allah dapat dilanjutkan46.

45

Moh. Ali Aziz, Teknik Khutbah Jum’at Komunikatif, h. 33 46


(42)

h. Khutbah Dengan Bahasa Arab

Ada beberapa pendapat tentang bahasa pengantar khutbah. Diantaranya: 1. Menurut Madzhab Maliki dengan tegas menyatakan bahwa khutbah jum’at

harus bahasa arab, meskipun jama’ah yang hadir bukan orang berbahasa

Arab. Khatib harus mempelajari khutbah dengan bahasa arab itu dan membacanya di mimbar, walaupun hadirin tidak mengerti.

2. Menurut Madzhab Hanafi berpendapat boleh saja memakai khutbah bahasa selain bahasa arab walaupun dihadapan hadirin yang mengerti bahasa arab, ataupun orang-orang arab.

3. Menurut Madzhab Hambali, jika khatib bisa, maka berkhutbah dengan bahasa arab merupakan keharusan. Tidak boleh menyampaikan khutbah dalam bahasa selain arab. Jika tidak bisa, boleh memakai bahasa yang lain tetapi ayat-ayat Al-Qur’an harus di baca menurut teks aslinya.

4. Menurut Madzhab Syafi’I, disyaratkan kedua khutbah itu dalam bahasa arab. Tidaklah memenuhi syarat berkhutbah dengan bahasa selain arab kalau masih bisa dipelajari bahasa arab. Tetapi kalau tidak mungkin, barulah boleh dipakai bahasa selain arab. Sekalipun demikian, ayat-ayat Al-Qur’an tetap dengan teks aslinya. Adapun selain dari lima rukun khutbah sebagaimana disebutkan dimuka boleh saja disampaikan dalam bahasa selain arab.

Dalam Kongres Umat islam di Mekkah pada ramadlan 1395 semua peserta sepakat bahwa terhadap bangsa arab sendiri hendaklah khutbah dengan bahasa arab yang fasih. Adapun terhadap kaum muslimin yang bukan arab bisa dipakai bahasa yang dapat dimengerti oleh hadirin , karena


(43)

tujuan khutbah ialah member pelajaran atau nasihat agama kepada

jama’ah47

.

i. Beberapa Hal yang Perlu Diperhatikan dalam khutbah.

Khatib jum’at sebaiknya memperhatikan hal-hal sebagai berikut:

1. Untuk keshahihan isi khutbah tidak dibenarkan mengutip Al-Qur’an, hadist ataupun pendapat ulama hanya berdasar ingatan tanpa mengetahui sumber aslinya. Mengutip dengan cara ingatan sangat berbahaya. Kemungkinan terjadinya kesalahan sangat besar.

2. Khutbah lebih terhormat menekankan isi pesannya pada persoalan iman, islam, dan ihsan atau taqwa, ibadah dan akhlak daripada persoalan politik.

Perlu diingat bahwa jama’ah yang hadir tidaklah homorgin dalam satu

aliran partai politik. Su’ud Al „Unazi dengan mengutip firman Allah” dan sesungguhnya masjid-masjid itu adalah kepunyaan Allah. Maka janganlah

kamu menyembah seorangpun didalamnya di samping menyembah Allah”.

(QS Al Jin :18) beliau mengatakan khutbah tidak boleh dijadikan media propaganda atau tujuan politik tertentu. Khatib harus menjunjung kalimat Allah diatas semua ideologi dan isme lain48.

3. Dikalangan umat islam sampai saat ini masih dijumpai perbedaan pendapat mengenai beberapa teknik pelaksanaan ibadah, seperti qunut shubuh, ziarah qubur, tahlil, tempat sholat hari raya dsb. Masalah-maslah sejenis tidak bijaksana disampaikan dalam khutbah walaupun masjid tersebut diklaim sebagai masjid aliran tertentu. Sebab sekali lagi masjid bersifat umum.

47

Moh. Ali Aziz, Teknik Khutbah Jum’at Komunikatif, h.44-45 48


(44)

4. Hindari khutbah yang berisi ulasan yang panjang lebar tentang masalah aktual yang sedang menjadi sorotan surat kabar, televisi dan media massa lainnya seperti masalah korupsi, gempa bumi, konflik social. Sebab

diantara jama’ah tidak sedikit yang akses informasinya lebih banyak daipada khatib. Akan tetapi lebih baik disinggung sedikit kemudian dijelaskan berdasarkan Al-Qur’an dan hadis baik secara normative (petunjuk-petunjuk agama yang seharusnya dilakukan) maupun secara historis.

5. Khatib hendaklah berpakain yang sopan dan terhormat dan memperhatikan

kebiasaan pakaian yang lazim dipakai oleh para jama’ah di masjid

setempat. Khatib akan dipandang tidak memiliki kesopanan jika menyampaikan khutbah dengan berdasi ditengah-tengah jma’ah pada masyarakat tradisional yang umumnya berbaju lengan panjang dan bersarung. Atau khatib berbaju lengan pendek tanpa tutup kepala didepan

para jama’ah yang menggunakan gamis dan bersurban.

6. Khutbah memliki makna yang sangat penting dalam sholat jum’at. Oleh sebab itu ketika khutbah disampaikan semua hadirin diharuskan diam. Bacaan dzikirpun juga dilarang. Semuanya harus mendengarkan dengan penuh perhatian. Oleh sebab itu, khatib harus menghindari penyampaian

pesan yang mengundang tawa hadirin. Begitu sakralnya khutbah jum’at

samapai tidak pernah ada khatib yang meminta maaf atas kekhilafan yang mungkin disampaikannya sebagaimana pada ceramah agama lainnya49.

49


(45)

7. Khutbah hendaknya disampaikan secara singkat dan padat agar hadirin tidak merasa bosan. Tidak ada ukuran waktu yang pasti untuk khutbah.

10-20 menit bisa dikatakan durasi waktu yang ideal untuk khutbah jum’at.

Akan tetapi dalam kondisi tertentu karena adanya suatu peristiwa dan hadirin yang sangat membtuhkan informasi yang lengkap untuk kepentingan kaum muslimin pada umumnya maka khutbah yang panjang

tidaklah dilarang sebagaimana dikatakan oleh imam Su’ud Al Unazi.

8. Kutipan dalam khutbah hendaknya lebih banyak dari Al-Qur’an dan hadis daripada kutipan dari pakar atau ilmuwan. Kutipan yang terakhir memang diperlukan tapi berfungsi sebagai pelengkap semata. Khatib harus dapat membedakan antara khutbah dengan makalah seminar.

9. Jika mimbar yang tersedia untuk khutbah terdiri dari tiga tingkatan atau tanjakan yang tinggi maka hendaklah berdiri pada tingkat kedua dan duduk pada tingkat ketiga sebagaimana yang dilakukan oleh Rasulullah saw. Jike lebih dari tiga tingkat maka khatib dapat menyesuaikan diri pada tingkat mana ia seharusnya berdiri dan duduk50.

j. Adzan Jum’at

Ada beberapa perbedaan mengenai tentang adzan jum’at. Ada yang

memakai dua adzan dan ada pula yang memakai satu adzan.

Dari Sa’id bin Yazid, ia berkata:

Pada mulanya adzan jum’at pada masa Nabi SAW, Abu Bakar dan Umar dimulai ketika telah duduk diatas mimbar. Kemudian setelah masa Ustman dan manusia menjadi semakin banyak maka beliau menambah adzan ketiga (yang dilakukan) di Zaura’, sedang Nabi Saw tidak mempunyai

muadzin melainkan seorang(HR Bukhori, Nasa’I dan Abu Daud).

50


(46)

Zaura’ dalam hadist diatas adalah satu tempat di pasar Madinah

sedangkan yang dimaksud adzan ketiga adalah adzan yang dikumandangkan sebelum imam naik ke atas mimbar. Disebut adzan ketiga karena tambahan dari adzan ke satu ketika imam di atas mimbar setelah salam dan adzan kedua yaitu bacaan iqamat ketika imam turun dari mimbar untuk melaksanakan sholat51.

Menurut riwayat Ahmad dan Nasa’i:

Bilal selalu mengumandangkan adzan ketika Nabi Saw telah duduk diatas mimbar dan ia mengumandangkan iqamat ketika Nabi Saw telah turun

(HR. Ahmad dan Nasa’i). B. Penelitian Terdahulu

Dari hasil pengamatan selama proses penelitian berlangsung, peneliti menemukan beberapa penelitian terdahulu yang relevan dan akurat, diantaranya yaitu:

1. Peneliti dilakukan oleh Imam Syafi’I Mahasiswa komunikasi penyiaran Islam IAIN Surabayaa. Dengan judul “Pemilihan Materi Dakwah

Khatib Ko’ordinasi Masjid Surabaya”. Penelitian ini menggunakan

sebuah rumusan masalah bagaimana pemilihan materi dakwah khatib koordinasi masjid Surabaya? Serta apa yang melatar belakangi pemilihan materi dakwah koordinasi masjid Surabaya?

Imam Syafi’I menggunakan metode penelitian kualitatif deskriptif yang dilakukan diyayasan koordinasi Masjid (Koormas) Surabaya di kembang kuning Surabaya pada tahun 2008.

51


(47)

Dari penelitian ini menghasilkan temuan bahwa, para khatib di kormas Surabaya memelilih materi sendiri tanpa campur tangan dari yayasan kormas Surabaya. Dan yang melatar belakangi pemilihan materi adalah didasarkan pada perbedaan kondisi masyarakat, usia, isu-isu yang aktual serta latar belakang budaya dan momentum.

2. Penelitian selanjutnya yang relevan dengan penelitian ini adalah penelitian yang dilakukan oleh M.Ali Subki mahasiswa komunikasi penyiaran islam dengan judul Analisis isi khutbah Ustadz H. Sunarto, As. Di Surabaya Pada Bulan April-mei 2009. Penelitian ini menggunakan rumusan masalah bagaimana isi pesan dakwah yang disampaiakan oleh H.M sunarto pada bulan april –mei 2009 di Surabaya? M Ali Subki menggunakan metode analisis wacana van djik untuk menganalisa dan menginterpretasikan pesan dakwah yang disampaikan H sunarto.

Dai penelitian ini menghasilkan temuan bahwa pesan yang disampaiakan dapat dilihat dari tiga unsur yaitu tematik, skematik dan semantic.

Jika dilihat persamaan antara penelitian ini dengan kedua penelitian terdahulu yang relevan diatas, adalah bahwa penelitian kita memiliki kesamaan dalm meneliti sebuah kegiatan dakwah dalam hal materi khutbah.

Dan untuk penelitian yang kedua yang dilakukan bahwa dalam penelitian kita , memiliki kesamaan dalam menganalisis pesan dakwah suatu iklan yang menggunakan analisis wacana model teun A Van Djik. Dimana penelitian ini sendiri bersifat penelitian kualitatif non kancah. Akan tetapi yang membedakan adalah tempat dan waktunya


(48)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Pendekatan dan Jenis Penelitian

Guna mengungkap realita sosial yang ada dalam usaha memaknai sebuah

pesan dakwah khatib jum’at di masjid Nurul Fattah Jl. Demak kecamatan

Krembangan Surabaya edisi Mei 2014 minggu ke-5 oleh UstUmar Haqqi AR, sebagaimana seseorang peneliti dalam kegiatan penelitiannya harus menggunakan jenis metodologi penelitian.

Metode adalah suatu prosedur atau cara untuk mencapai sesuatu dan mempunyai langkah-langkah sistematis. Sedangkan penelitian adalah terjemahan dari bahasa inggris research. Research sendiri berasal dari kata re yang berarti

“kembali” dan to search artinya “mencari” dengan demikian maka research berarti

”mencari kembali”52

.

Dalam penelitian karya ilmiah, terlebih dahulu difahami metodologi penelitian. Metodologi penelitian yang dimaksud merupakan seperangkat pengetahuan tentang langkah-langkah sistematik dan logis tentang pencarian data yang berkenaan dengan masalah-masalah tertentu. Penelitian adalah suatu metode

study yang dilakukan seseorang melalui penyelidikan yang hati-hati dan sempurna

terhadap suatu masalah, sehingga diperoleh pemecahan yang tepat pada masalah tersebut53.

52

Wardi ,Bachtiar , Metodologi Penelitian Ilmu Dakwah (Jakarta: Logos, 1997), h. 1 53


(49)

Pendekatan yang peneliti gunakan adalah penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif adalah tradisi tertentu dalam ilmu pengetahuan sosial yang secara fundamental bergantung pada pengamatan pada manusia dalam kawasannya sendiri atau berhubungan dengan orang- orang dalam bahasa dan peristilahannya54. Dengan penelitian kualitatif, penulis berusaha memahami bagaimana pesan dakwah khutbah jum’at yang di sampaikan oleh khatib

Dilihat dari bentuk penelitian ini, maka peneliti menggunakan jenis penelitian analisis wacana. Dimana analisis wacana merupakan salah satu cara mempelajari makna pesan sebagai alternative lain akibat keterbatasan isi55.

Analisis wacana adalah sebuah study tentang struktural pesan dalam komunikasi atau tela’ah mengenai aneka fungsi bahasa. Analisis wacana lahir dari kesadaran bahwa persoalan yang terdapat dalam komunikasi tidak terbatas pada pengunaan kalimat, fungsi, ucapan, tetapi juga mencangkup strutur pesan yang lebih komplek, yang disebut dengan wacana. Analisis wacana dimaksudkan sebagai suatu analisis untuk membongkar maksud-maksud dan makna-makna tertentu. Digunakannya pendekatan kualitatif pada penelitian ini dengan alasan fokus yang telah dirumuskan menuntut untuk dianalisis dengan pendekatan tersebut. Selain itu, digunakan jenis analisis pada penelitian ini, karena penelitian ini mengkaji konseptual dakwah dan mengkorelasikan isi teks pesan dakwah

khatib jum’at di masjid Nurul Fattah Jl. Demak kecamatan Krembangan Surabaya edisi Mei 2014 minggu ke-5 oleh Ust.Umar Haqqi AR. sesuai dengan teory dan konsep dalam wacana Van Dijk

54

Lexy J. Moeloeng, Metodologi Kualitatif (Bandung: Remaja Rosdakarya, 1995), h. 3 55


(50)

Sebagai lazimnya sebuah penelitian yang bersifat interpreatif, peneliti dalam usahanya menggali analisis wacana dalam pesan dakwah yang disampaikan oleh khatib jum’at juga akan berusaha melihat makna yang tersembunyi dari teks khutbah tersebut. Keinginannya sendiri adalah agar mendapatkan hasil yang sesuai dengan tujuan penelitian ini, maka peneliti memilih teori yang dianggap sesuai dengan penelitian, yaitu memakai teori perangkat analisis wacana yang dirumuskan oleh Teun A Van Djik.

B. Unit Analisis

Unit analisis ini merupakan sesuatu yang berkaitan dengan fokus yang akan diteliti. Unit analisis juga merupakan suatu penelitian yang dapat berupa benda, individu, kelompok, wilayah, dan waktu tertentu sesuai dengan focus penelitian. Diatas telah disebutkan bahwa pada penelitian ini menggunakan penelitian kualitatif, maka pada dasarnya penelitian kualitatif adalah analisis data yang memepergunakan logis, analisis dengan logika, dengan induksi, deduksi, analogi, komparasi dan sejenisnya56.

Adapun dalam hal ini unit analisisnya adalah pesan dakwah khatib jum’at di masjid Nulrul Fattah kecamatan Krembangan Surabaya. Sedangkan objek kajian yang akan dianalisis adalah berupa teks khutbah jum’at yang diperoleh melalui recording (rekaman) oleh khatib Us. Umar Haqqi. Sehingga nantinya peneliti dapat menganalisis makna pesan dakwah dari teks tersebut dengan menggunakan model analisis wacanaTeun A. Van Djik.

Selama mencari data teks pesan dakwah khatib jum’at, peneliti mengikuti

kegiatan jum’at yang dilaksanakan di Masjid Nurul Fattah kecamatan

56


(51)

Krembangan Surabaya. Dan pada waktu itu pula peneliti merekam khutbah tersebut dalam bentuk video yang akan selanjutnya menjadi bahan utama yang akan dikaji dalam penelitian ini.

Dalam penelitian ini, peneliti menulis semua data yang berhasil dikumpulkan selama proses penelitian dilakukan dari awal sampai akhir. Dan penulisan ini berbentuk uraian terperinci, kemudian direduksi, dirangkum, dan dipilih hal-hal yang pokok untuk difokuskan pada hal-hal yang dianggap penting serta terkait dengan masalah penelitian.

Agar penelitian ini bisa mencapai tujuan yang sesuai dengan apa yang diharapkan oleh peneliti, yaitu untuk mengetahui bagaimana pesan dakwah khatib

jum’at di bulan Mei minggu ke-5 oleh Ust.Umar Haqqi AR. Maka berdasarkan tujuan penelitian ini difokuskan pada aspek analisis teks. Analisis ini bermaksud untuk mengetahui bagaimana strategi wacana tekstual yang digunakan untuk menggambarkan seseorang atau peristiwa tertentu.

Sekali lagi peneliti kali ini memakai perangkat analisis wacana model Teun a Van Djik. Dimana sebuah teks komunikasi dapat dipahami dengan struktur-struktur pesan komunikasi yang saling berhubungan dan saling melengkapi.

C. Jenis dan Sumber data

Dan adapun jenis dan sumber data yang terdapat dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Jenis data

Jenis data yang digunakan sebagai acuan penelitian dalam khutbah jum’at


(52)

minggu ke-5 adalah teks khutbah yang telah di transkip ke dalam bentuk video.

2. Sumber Data

a. Sumber data primer

Dalam hal ini, data yang diperoleh oleh peneliti adalah langsung dari objek penelitian. Yaitu berupa rekaman khatib dan juga takmir di Masjid Nurul Fattah kecamatan Krembangan Surabaya.

Dari rekaman tersebut kemudian di repro/ditulis ulang untuk selanjutnya dijadikan bahan analisis yang menggunakan model analisis wacana milik Teun A Van Djik.

b. Sumber data sekunder

Sumber data sekunder pada penelitian kali ini diperoleh dari sumber-sumber lain yang dirasa mampu untuk mendukung keberhasilan dari proses penelitian. Data ini nantinya baik berupa informasi-informasi yang terdapat pada studi kepustakaan berupa teori-teori yang relevan berkaitan dengan kajian penelitian.

D. Tahapan Penelitian

Tahapan penelitian merupakan suatu langkah dalam penelitian yang akan dilakukan peneliti dalam melaksanakan penelitiannya. Dalam pendekatan penelitian kualitatif ini, manusia sangat berperan untuk dijadikan sebagai instrument yang paling utama, dalam hal ini adalah peneliti sendiri.

Ada beberapa macam tahapan dalam melakukan penelitian yaitu tahapan pra lapangan dan tahapan lapangan:


(53)

1. Tahap pra lapangan

Adalah tahapan yang akan dipakai peneliti sebelum melakukan penelitian ke lapangan, peneliti dalam hal ini mempersipakan kegiatan dan pertimbangan pra lapangan adalah sebagai berikut:

a. Menyusun rancangan

Sebelum melakukan penelitian sudah semestinya dilakukan penyusunan rancangan penelitian yang diharapkan dengan rancangan penelitian ini bisa menjadikan penelitian menjadi sesuai harapan.

b. Memilih lapangan penelitian

Tujuan dari memilih lapangan penelitian adalah tidak lain untuk membatasi daerarah atau tempat penelitian. Dalam hal ini tempat yang di pilih adalah Masjid Nurul Fattah Jl. Demak Kecamatan Krembangan Surabaya.

c. Mengurus perizinan

Mengurus surat izin yang akan dijadikan sebagai sarana atau jalan untuk meneliti dalam sebuah lokasi. Peneliti mengajukan permohonan kepada kepala program studi komunikasi.

d. Menjajaki lapangan penelitian

Kegiatan menjajaki lapangan penelitian atau yang sering di sebut surfey tempat ini di tujukan agar panelitian nantinya akan lebih efektif juga ditujukan agar mengetahui situasi dan kondisi subjek yang akan diteliti dan agar lebih siap dalam membawa peralatan apa saja saat melakukan penelitian nantinya.


(54)

Untuk memperoleh data yang akurat dan sesuai dengan apa yang akan diteliti maka di butuhkan informan, Informan adalah orang yang menjadi sumber data penelitian bisa disebut narasumber. Memilih informan yang pas sangatlah penting maka dalam hal ini peneliti menentukan beberapa khatib yang akan diteliti.

1. Tahap pekerjaan lapangan.

Tahap pekerjaan lapangan adalah suatu tahapan yang sangat menentukan dalam melakukan sebuah penelitian kualitatif karena pada tahapan inilah akan banyak data atau informasi penting yang akan diperoleh oleh peneliti sebagai bahan penelitian.berikut tahap-tahap pekerjaan lapangan:

a. Memahami latar penelitian dan persiapan diri

Untuk memasuki pekerjaan lapangan, peneliti perlu memahami latar penelitian terlebih dahulu. Di samping itu perlu juga mempersiapkan diri, baik secara fisik maupun mental.

b. Memasuki lapangan.

Dalam memasuki lapangan peneliti harus bisa mempunyai hubungan keakraban terhadap beberapa khatib. Untuk mengetahui apa yang menjadi objek penelitian.

c. Berperan serta sambil mengumpulkan data.

Dalam penelitian ini peneliti harus berperan serta di dalam lapangan dan juga untuk mengumpulkan data-data yang sudah diteliti.


(1)

Dan berikut kalimatnya:

“Ada seorang sahabat pernah datang kepada baginda rasul yang diceritakan oleh sahabat zaid bin auf ya Rasulullah dengan apa saya membuktikan bahwa saya takut terhadap api nerakanya Allah swt. qola baginda rasul trus menjawab yaitu dengan tetesan kedua air matamu fa aina min khosyatillah laa tamassu nnar Abadan karena mata yang menetes karena takut akan siksanya Allah swt tidak akan pernah tersentuh oleh api nerakanya Allah selama-selamanya”


(2)

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan

Adapun hasil dari penelitian pada karya ilmiah yang telah dilakukan oleh peneliti, maka dapat diambil kesimpulan bahwa pesan dakwah khatib

jum’at Masjid Nurul Fattah Jl. Demak Kecamatan Krembangan Surabaya

Edisi Mei 2014 minggu ke-5 oleh Ust.Umar Haqqi AR dengan teorinya Teun A Van Djik diantaranya:

1. Tematik atau tema yang disampaikan Ust. Umar Haqqi AR adalah Tiga Golongan Manusia yang dijaga dan dilindungi oleh Allah swt dari godaan iblis dan bala tentaranya.

2. Skematik atau susunan kalimat yang disampaikan Ust. Umar Haqqi adalah yang pertama pendahuluan yaitu mengingatkan manusia untuk selalu meningkatkan kualitas keimanan dan ketaqwaannya kepada Allah Swt dengan menjalankan perintah-perintahnya dan menjauhi larangan-larangannya. Dan yang kedua adalah tentang isi yaitu menjelaskan tetang tiga golongan manusia yang dijaga dan dilindungi oleh Allah Swt dari godaan iblis dan bala tentaranya diantaranya orang yang senantiasa berdzikir kepada Allah Swt, orang yang selalu beristighfar atau selalu memohon ampunan kepada Allah Swt dan orang yang senantiasa menangis karena takut akan siksanya Allah swt. Dan yang ketiga adalah penutup

yaitu berisikan tentang do’a.

3. Semantik atau makna yang ditekankan dalam khutbah jum’at Ust.

Umar haqqi AR adalah diantaranya: menganjurakan manusia untuk mengerjakan amal kebaikan di bulan yang dimuliakan Allah, dan menjelaskan hadist qudsi yang berisi tentang keutamaan orang yang senantiasa berdzikir kepada Allah Swt yang artinya barang barang siapa yang selalu mengingat Allah didalam dirinya maka Allah akan mengingat juga didalam diri-Nya.


(3)

4. Sintaksis atau pendapat yang disampaikan oleh Ust. Umar Haqqi yaitu didalam bulan yang dimuliakan Allah atau bulan Rajab mengingatkan kita untuk koreksi diri atas kesalahan yang kita lakukan kepada Allah Swt, baik dari perbuatan, ucapan, pendengaran bahkan penglihatan.

5. Stilistik atau pilihan kata yang digunakan Ust. Umar Haqqi untuk menyatakan maksudnya adalah dengan menyimpulkan suatu hadist tentang berdzikir yang diambil dari kitab fathul Bari bahwa barang siapa yang mengingat Allah dalam diri berdzikir tanpa suara, maka Allah akan selalu menyebut-nyebut orang tersebut. Namun tatkala

seseorang tersebut berdzikir secara berjama’ah atau secara

berkelompok dengan suara yang keras maka Allah akan mengumumkan kepada malaikatnya. Memberitahukan kepada malaikatnya agar memperhatikan melihat orang-orang yang berdzikir tersebut.

6. Retoris atau penekanan kata hiperbolik (berlebihan) yang di sampaikan Ust. Umar Haqqi yaitu sabda Nabi saw ketika ditanya oleh seorang sahabat bagaimana ia membuktikan kalau ia takut terhadap siksanya Allah Swt lalu Nabi menjawab yaitu dengan tetesan kedua air matamu fa aina min khosyatillah laa tamassu nnar Abadan karena mata yang menetes karena takut akan siksanya Allah swt tidak akan pernah tersentuh oleh api nerakanya Allah selama-selamanya.

Dan pesan dakwah yang disampaikan oleh Ust. Umar haqqi secara Umum adalah menjelaskan tentang Aqidah diantaranya .

1. Meningkatkan kualitas keimanan kita kepada Allah Swt.

Dapat dilihat dengan kalimat: “Mudah-mudahan kehadiran kita di siang hari ini dengan niatan hanya mencari ridlo Allah kita ayunkan mata hati kita melalui sholat jum’at ini. Untuk melaksanakan suatu panggilan Allah adalah merupakan upaya serta usaha kita untuk meningkatkan kualitas


(4)

2. Memperbanyak dzikir, dan beristighfar memohon ampunan kepada Allah swt. Dapat dilihat dengan kalimat: “Maka tatkala sampai saat ini masih banyak kesulitan-kesulitan yang kita hadapi sulit untuk diselesaikan. maka perbanyaklah membaca istighfar kepada Allah dan memohon ampunan kepada Allah swt”.

3. Memperbanyaklah menangis karena takut akan siksaannya Allah swt.

Dapat dilihat dari kalimat: “Tatkala kita menjadi orang tua Ma’asyiral muslimin rahimakumullah saat ini kita diberikan amanah yang berupa istri dan anak-anak kita, sudahkah kita memberi pengayoman , bimbingan akhlak yang baik untuk mendekatkan diri kepada Allah swt atau mungkin sampai saat ini kita biarkan mereka jauh dari perintah-perintah Allah”.

B. Saran

Hendaknya penelitian ini dapat menambah dan memberi masukan dalam rangka pelaksanaan akademi khususnya dibidang penegmbangan ilmu komunikasi penyiaran islam serta digunakan sebagai bahan penelitian lanjut yang berhubungan dengan penelitian ini karena untuk memudahkan pesan dakwah dapat diterima dan diterapkan dalam kehidupan masyarakat pada umumnya.

Penting bagi Fakultas Dakwah Dan Ilmu komunikasi serta prodi Komunikasi Penyiaran Islam yang menjadi salah satu pencetak kader dakwah salah satunya sebagai khatib. Untuk tidak hanya mencetak kader dakwah yang ahli dalam berceramah atau berothorika, tapi juga kader dakwah yang menguasai ilmu keagamaan yang lain semacam Tafsir, Fiqih, Faraid dan juga mampu menciptakan kader dakwah yang tahan yang mampu ditempatkan di daerah-daerah yang keagamaanya masih sangat minim.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Arief, M. Romly, Kuliah Akhlaq Tasawuf, Jombang: Unhasy Press, 2006

Aziz, Moh Ali, Edisi Revisi Ilmu Dakwah, Jakarta: Kencana Perdana Media Group, 2009 Aziz , Moh. Ali, Teknik Khutbah Komunikatif, Surabaya,2011

Bungin, M, Burhan, Penelitian kualitatif, Jakarta: Kencanaprenada media group, 2011 Eriyanto, Analisis Wacana, Yogyakarta: Lkis, 2003

Hafidhuddin, Didin, Dakwah Aktual , Jakarta: Gema Insani, 1998

Hafied, Cangara, Pengantar Ilmu Komunikasi, Jakarta: Raja Grafindo Persada 1998 Kamal , Musthafa dkk, Fiqh Islam, Jogyakarta: Citra karsa Mandirii, cet II,2002

Ma’moen, A. haris, Khutbah-khutbah Pilihan, Yogyakarta: Titian ilahi Press, 1996 M. munir, Managemen Dakwah, Jakarta: Kencana, 2006

Moeloeng ,Lexy J., Metodologi Kualitatif, Bandung: Remaja Rosdakarya, 1995 Labib. Mz, Merajut Akhlak Nabi Dalam Kehidupan, Surabaya: Bintang Usaha jaya Prihananto, Penelitian Komunikasi Dakwah, Surabaya: Dakwah Digital Perss, 2009. Rasjid, Sulaiman, Fiqh Islam Jakarta: Attahiriyah, 1976

Sobur, Alex, Analisis Teks Media Bandung: Rosda Karya, 2012 Sofwan, Ridin.Islamisasi di jawa,Yogyakarta; Pustaka pelajar, 2004

Suprayogo, Imam, Metode Penelitian Sosial Agama, bandung: Remaja Rosdakarya, 2001

Syarif, N.Faqih H, Kiat Dahsyat Menjadi Da’I Hebat , Pustaka Kaiswaran, 2010


(6)

Tatang, M. Armirin, Menyusun Rencana Penelitian, Jakarta: Raja Grafindo Persada,1991 Tim Penyusun Studi Islam IAIN Sunan Ampel Surabaya, Pengantar Studi Islam

Surabaya:Sunan Ampel Pers, 2010

Tinonga, Rahman dkk, Fiqh Ibadah, Jakarta: Gaya Media Pratama, 1997

Ubaidah, Darwis Abu, Panduan Akidah Ahlu Sunnah Al Jama’ah, Jakarta Timur: Pustaka Al Kautsar, 2008

Usman, M. Ali dkk, Hadits Qudsi, Bandung: Diponegoro, 1985

Wardi ,Bachtiar , Metodologi Penelitian Ilmu Dakwah, jakarta: Logos, 1997

Yayasan Penyelenggara Penterjemah/Pentafsir Al Qur’an, Al Qur’an Dan Terjemahnya, Jakarta: 1971