Pelaporan Organisasi Nirlaba 14042015

AKUNTANSI & PELAPORAN
ORGANISASI NIRLABA & SEKTOR
PUBLIK

1

Agenda

1.Karakteristik Entitas Nirlaba
2.
Perkembangan Standar & IPSAS
3.

PSAK 45

4.Pelaporan Organisasi Nirlaba
5.Diskusi dan Permasalahan
2

Akuntabilitas dan Transparansi Public Sector
• Stakeholder dan masyarakat memerlukan informasi mengenai

suatu entitas / organisasi publik untuk mengetahui bagaimana
pengelola melaksanakan tugasnya menuju tujuan organisasi dan
bagaimana sumber daya dikelola.
• Organisasi sektor publik memiliki tujuan berbeda dibandingkan
dengan organsisasi privat sehingga diperlukan informasi yang
berbeda.
• Untuk menyusun informasi apa yang disampaikan perlu adanya
standar sehingga terjadi kontrak kesepakatan antara penyusun,
pemakai, pemeriksa dalam menyusun dan memahami informasi
tersebut.
• Tujuan dari organisasi sektor publik, besarnya akuntabilitas,
ukuran, sumber daya yang dikelola akan banyak mempengaruhi
informasi apa yang disajikan dan standar apa yang akan
digunakan untuk menyusun informasi tersebut.

ENTITAS SEKTOR PUBLIK
• Entitas sektor publik dapat dikategorikan menjadi dua:
– Pemerintahan
– Non pemerintahan – organisasi nirlaba


• Organisasi nirlaba berupa organisasi kemasyarakatan,
yayasan atau organisasi non pemerintah lainnya termasuk
organisasi internasional.
• Keunikan dari entitas sektor publik terletak pada tujuan
dan kepemilikan.
• Untuk aktivitas organisasinya, mungkin ada beberapa
yang sama antara organisasi publik dan privat misalnya
sekolah, rumah sakit.
• IPSAS = International Publik Sector Accounting Standard
merupakan standar internasional yang mengatur standar
akuntansi untuk sektor publik termasuk pemerintahan.

Karakteristik Nirlaba

Tujuan entitas
nirlaba –
bukan laba
pencapaian
program


Karakteristik
unik
• pengguna LK
entitas
• tidak ada
kepemilikan,
kontribusi

Kebutuhan
accounting
framework and
practice yang
berbeda
5

Prioritas tujuan
pelaporan
keuangan
(akuntabilitas
vs. decision

usefulness)

Entitas Nirlaba
Entitas nirlaba merupakan entitas yang tidak
berorientasi pada laba namun tetap memiliki
kewajiban
untuk
mempertanggungjawabkan
pemanfaatan sumber daya yang dikelolanya
kepada penyandang dana dan society. Salah satu
media pertanggunggjawabannya adalah Laporan
Keuangan
Standar
Acuan
Entitas
Nirlaba

PSAK 45
Pelaporan
Keuangan

Entitas
Nirlaba

+

SAK UMUM

atau

+

SAK ETAP

Standar
untuk
entitas
komersial

6


Standar Akuntansi Nirlaba

Organis
asi
Nirlaba

IPSAS

Sering diidentikkan dengan
organisasi pemerintah atau
organisasi sektor publik. Contoh:
Rumah Sakit & Universitas
Di Indonesia, standar
akuntansinya mengacu pada PSAK
45 + SAK ETAP atau PSAK 45 +
PSAK
Relatif sedikit
diterapkan
untuk
organisasi

nirlaba

Banyak
diadopsi dalam
PSAP

Praktik Akuntabilitas Organisasi Nirlaba
di Indonesia
Ormas yang
menerima dana
hibah wajib
menyusun
laporan
keuangan
sesuai SAK

Tidak ada
keharusan
menyusun LK,
kecuali

menerima
hibah 500jt
dan tot aset
bukan hibah
20milyar

Entitas
Nirlaba
Swasta

Tidak
membayar
pajak atas
surplus yang
diperoleh untuk
yayasan
pendidikan;
pendapatan
bukan obyek
pajak


Menyajikan
laporan
keuangan
dengan
dorongan
stakeholder
kepentingan
donatur

Entitas
Nirlaba
Pemerintah

 BLU – PP menyatakan SAK
yang
berlaku
umum
dalam
praktik

(PMK)
menggunakan SAK dan
SAP
pertanggungjawaban anggaran
 OJK – khusus  BPJS – SAK Umum khusus
 LPS – khusus
 BPIH & Parpol – tidak
menyebutkan
standar
mana yang digunakan
namun harus menyusun
8
laporan keuangan

Standar Akuntansi Nirlaba –
Beberapa Negara

No
Negara
1

Afrika Selatan
2

Amerika Serikat

3
4

Australia
Belanda

5
6

Brasil
Cina

7

Filipina

8
9

Hong Kong
India

10

Inggris

11
12

Jerman
Kanada

13
14

Malaysia
Pakistan

15

Rusia

16
17

Selandia Baru
Singapura

18

Thailand

Standar
IFRS atau IFRS for SME

Penjelasan / Referensi
Menggunakan IFRS dan IFRS for SME secara penuh, tanpa
penjelasan
Standar lokal (bagian dari US
Reporting dan Kontribusi diatur khusus, namun masih
GAAP)
menjadi bagian US GAAP
Standar lokal – AAS (IFRS-Based)
AAS - mengacu pada IFRS reduced form – public
Mengacu ke standar lokal +
Mengacu pada local standar dilengkapi dengan pedoman
Guideline for Annual Reporting 640 laporan tahunan
: NPO
Resolução CFC N.º 1.409/12
Pedoman khusus mengacu pada standar lokal
Private Non-Profit Organization
Standar stand alone
Accounting System
Standar lokal – PFRS (IFRS-Based
Standar lokal
atau IFRS for SME-Based)
Standar lokal / HFRS (IFRS-Based) Standar lokal
Technical Guide on Accounting of
Pedoman khusus mengacu pada standar lokal
NPO
Standard of Recommended
Pedoman akuntansi untuk masing-masing jenis entitas
Practice (SORP)
Standar lokal
Tidak ada penjelasan standar khusus
Accounting Standard for NPO atau Standar khusus hanya menjelaskan hal khusus, hal
IFRS
umum mengacu standar umum
Standar local
Standar lokal
Guideline for Accounting
Pedoman khusus mengacu pada standar lokal
NGOs/NPOs
Regulation on Accounting (PBU
Pedoman khusus mengacu pada standar lokal
1/2008)
PBE Standard (IPSAS-Based)
Standar khusus berbasis IPSAS berlaku mulai 2015
Standar lokal (IFRS-Based) atau
Standar lokal atau standar khusus charity
Charities Accounting Standar
TNPAE
Standar lokal untuk entitas non publik
9

Penerapan Standar Akuntansi
Nirlaba
 Standar nirlaba memiliki pelaporan yang
berbeda
Pendekatan yang berbeda untuk standar
akuntansi nirlaba
Standar khusus
(untuk
transaksi
tertentu)

Pedoman
akuntansi

Standar khusus/ Pedoman
Akuntansi:
• Penyajian laporan keuangan
• Kontribusi

Tidak
standar standmemerlukan
alone untuk
standar khusus
organisasi
untuk
tertentu
pelaporan
yang berbeda

• Pelaporan dimodifikasi
tidak sama persis
• Tidak seragam antara
satu entitas dengan
entitas lain
10

Dana atau Aset Bersih Entitas
Nirlaba
• Tidak terikat
Dana dapat digunakan untuk keperluan entitas nirlaba tanpa
dibatasi oleh peraturan yang mengikat. Entitas lebih leluasa
untuk melakukan pengeluaran bagi jenis kontribusi ini.
• Terikat sementara
Kontribusi yang masuk dalam terikat sementara disebabkan
oleh tujuan yang terbatas untuk periode tertentu. Beberapa
lembaga menggunakan batasan waktu hingga 5 tahun sebelum
ditarik atau dialihkan ke jenis tidak terikat (Ruppel, 2007).
• Terikat permanen
Karakteristik jenis ini mengharuskan entitas nirlaba untuk
mengalokasikan ke jenis aset tertentu, menjaga secara
permanen dan membolehkan mengambil manfaat darinya,
contohnya adalah wakaf. Hasil dari investasinya dapat
diklasifikasikan sebagai tidak terikat atau terikat sementara.
11

INTERNATIONAL PUBLIC SECTOR
ACCOUNTING STANDARD

12

IPSASB
• Tujuan
– Meningkatkan manajemen keuangan
– Meningkatkan akuntabilitas dan transparannsi

• Melalui
– Pelaporan keuangan dan non keuangan untuk
pemerintah dan organisasi yang terkait dengan
pemerintah

• Mendukung:
– Kegiatan benchmarking pelaporan keuangan
– Penelitian dan pendidikan
– Kegiatan sharing knowledge antara auditor,
stakeholder
13

Produk IPSASB
• International Public Sector Accounting
Standards (IPSASs)
• International Public Sector Guidelines
• International Public Sector Studies
• Occasional Papers

14

Accrual based IPSASB
• IPSAS didasarkan pada IFRS disesuaikan dengan
sektor publik
• Diusahakan untuk mempertahankan keaslian IFRS
• Ditambahkan beberapa standar baru yang relevan
untuk sektor publik
– Revenue from exchange transaction
– Revenue from non exchange transaction

• Implementasi IPSAS bersifat sukarela (voluntary)
• Menggunakan IPSAS Cash didorong untuk
mengungkapkan informasi akrual.
• IPSAS menyarankan untuk menggunakan akrual
IPSAS.

15

IPSAS

















Introduction to the International Public Sector Accounting Standards
IPSAS 1 — Presentation of Financial Statements
IPSAS 2 — Cash Flow Statements
IPSAS 3 — Accounting Policies, Changes in Accounting Estimates and Errors
IPSAS 4 — The Effects of Changes in Foreign Exchange Rates
IPSAS 5 — Borrowing Costs
IPSAS 6 — Consolidated and Separate Financial Statements
IPSAS 7 — Investments in Associates
IPSAS 8 — Interests in Joint Ventures
IPSAS 9 — Revenue from Exchange Transactions
IPSAS 10— Financial Reporting in Hyperinflationary Economies
IPSAS 11— Construction Contracts
IPSAS 12— Inventories
IPSAS 13— Leases
IPSAS 14— Events After the Reporting Date
IPSAS 15— Financial Instruments: Disclosure and Presentation
16

IPSAS












IPSAS 16— Investment Property
IPSAS 17— Property, Plant, and Equipment
IPSAS 18— Segment Reporting
IPSAS 19— Provisions, Contingent Liabilities and Contingent
Assets
IPSAS 20— Related Party Disclosures
IPSAS 21— Impairment of Non-Cash-Generating Assets
IPSAS 22— Disclosure of Information about the General
Government
Sector
IPSAS 23— Revenue from Non-Exchange Transactions
(Taxes and Transfers)
IPSAS 24—Presentation of Budget Information in Financial
Statements
IPSAS 25—Employee Benefits
17

IPSAS
• IPSAS 26—Impairment of Cash-Generating Assets
• IPSAS 27—Agriculture
• IPSAS 28—Financial Instruments: Presentation
• IPSAS 29—Financial Instruments: Recognition and Measurement
• IPSAS 30—Financial Instruments: Disclosures
• IPSAS 31—Intangible Assets
• Introduction to the International Public Sector Accounting Standard
under the Cash Basis of Accounting Cash Basis IPSAS—Financial
Reporting Under the Cash Basis of Accounting
• Glossary of Defined Terms in IPSAS 1 to IPSAS 31
• Guideline 2—Applicability of International Standards on Auditing to
Audits of Financial Statements of Government Business Enterprises
18

ORGANISASI NIRLABA
PSAK 45

19

Standar Akuntansi Nirlaba PSAK 45




PSA
K
45

PSAK 45 dan PSAK untuk
Organisasi nirlaba
dengan akuntabilitas
publik signifikan
PSAK 45 dan SAK ETAP
untuk Organisasi Nirlaba
dengan akuntabilitas
publiknya tidak
signifikan

PSAK 45 Organisasi Nir Laba
• Mengatur pelaporan organisasi nir laba
• Pengaturan untuk pengakuan, penyajian dan
pengungkapan mengikuti standar yang lain.
• Internasional  IPSAS / International Public Sector
Accounting Standards.
• Tujuan:
– untuk mengatur pelaporan keuangan entitas nirlaba.
– Laporan keuangan entitas nirlaba dapat lebih mudah
dipahami, memiliki relevansi, dan memiliki daya banding
yang tinggi.

21

Nir Laba – PSAK 45
• Perbedaan  cara organisasi memperoleh sumber daya
• Organisasi nirlaba  memperoleh sumber daya dari sumbangan
anggota dan penyumbang yang tidak mengharapkan imbalan
• Ada organisasi yang mendanai kebutuhan modalnya dari utang
dan kebutuhan operasinya dari pendapatan atas jasa.
• Laporan keuangan memberikan gambara mengenai kinerja
keuangan  menyajikan terpisah aktiva terikat dan tidak terikat.
• Pertanggungjawaban manajer mengenai kemampuannya
mengelola sumber daya organisasi yang diterima dari para
penyumbang disajikan melalui laporan aktivitas dan laporan arus
kas.

Lingkup PSAK 45
• Laporan keuangan yang disajikan oleh organisasi nirlaba
yang memenuhi karakteristik :
– Sumber daya entitas nirlaba berasal dari para
penyumbang yang tidak mengharapkan pembayaran
kembali atau manfaat ekonomi yang sebanding dengan
jumlah sumber daya yang diberikan.
– Menghasilkan barang dan/atau jasa tanpa bertujuan
memupuk laba, dan jika entitas nirlaba menghasilkan laba
tidak dibagikan kepada para pendiri atau pemilik entitas
nirlaba.
– Tidak ada kepemilikan seperti lazimnya pada entitas
bisnis, kepemilikan dalam entitas nirlaba tidak dapat
 dijual
Dapat
diterapkan
oleh lembaga
pemerintah,
unit-unit
atau
mencerminkan
proporsi
pembagiandan
sumber
sejenis
lainnya
sepanjang
tidak bertentangan
dengan
daya
saat
likuidasi
atau pembubaran
entitas nirlaba.
peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Lingkup PSAK 45
– Tidak ada kepemilikan seperti lazimnya pada
entitas bisnis, dalam arti bahwa kepemilikan
dalam entitas nirlaba tidak dapat dijual,
dialihkan, atau ditebus kembali, atau kepemilikan
tersebut tidak mencerminkan proporsi pembagian
sumber daya entitas nirlaba pada saat likuidasi
atau pembubaran entitas nirlaba.

 Dapat diterapkan oleh lembaga pemerintah,
dan unit-unit sejenis lainnya sepanjang tidak
bertentangan dengan peraturan perundangundangan yang berlaku.

Penerapan PSAK 45
• Pernyataan ini menetapkan informasi dasar
tertentu yang disajikan dalam laporan keuangan
entitas nirlaba.
• Pengaturan yang tidak diatur dalam Pernyataan
ini mengacu pada SAK, atau SAK ETAP untuk
entitas yang tidak memiliki akuntabilitas publik
signifikan.

Definisi


Pembatasan permanen adalah pembatasan penggunaan sumber
daya yang ditetapkan oleh penyumbang agar sumber daya tersebut
dipertahankan secara permanen, tetapi organisasi diizinkan untuk
menggunakan sebagian atau semua penghasilan atau manfaat
ekonomi lainnya yang berasal dari sumber daya tersebut.



Pembatasan temporer adalah pembatasan penggunaan sumber
daya oleh penyumbang yang menetapkan agar sumber daya
tersebut dipertahankan sampai dengan periode tertentu atau
sampai dengan terpenuhinya keadaan tertentu.



Sumbangan terikat adalah sumber daya yang penggunaannya
dibatasi untuk tujuan tertentu oleh penyumbang. Pembatasan
tersebut dapat bersifat permanen atau temporer.



Sumbangan tidak terikat adalah sumber daya yang penggunaannya
tidak dibatasi untuk tujuan tertentu oleh penyumbang.

Tujuan Laporan keuangan
• Tujuan utama  menyediakan informasi yang
relevan untuk memenuhi kepentingan para
penyumbang, anggota entitas nirlaba, kreditor,
dan pihak lain yang menyediakan sumber daya
bagi entitas nirlaba.
• Untuk menyajikan informasi mengenai:
– Jumlah dan sifat aktiva, kewajiban, dan aktiva bersih
suatu organisasi.
– Pengaruh transaksi, peristiwa dan situasi lainnya yang
mengubah nilai dan sifat aktiva bersih.
– Jenis dan jumlah arus masuk dan arus keluar sumber
daya dalam satu periode dan hubungan antara
keduanya.
– Cara suatu organisasi mendapatkan dan membelanjakan
kas, memperoleh pinjaman dan melunasi pinjaman, dan
faktor lainnya yang berpengaruh pada likuiditasnya.
– Usaha jasa suatu organisasi.

Laporan Keuangan Entitas Nirlaba

• Laporan posisi keuangan (neraca) pada akhir
periuode laporan
• Laporan aktivitas untuk suatu periode pelaporan
• Laporan arus kas untuk suatu periode pelaporan
• Catatan atas laporan keuangan.

Laporan Posisi Keuangan






Tujuan  untuk menyediakan informasi mengenai aset,
liabilitas, serta aset neto dan informasi mengenai hubungan
di antara unsur-unsur tersebut pada waktu tertentu.
Informasi dalam laporan posisi keuangan yang digunakan
bersama pengungkapan dan informasi dalam laporan
keuangan lainnya, dapat membantu para penyumbang,
anggota organisasi, kreditur dan pihak-pihak lain untuk
menilai:
– kemampuan organisasi untuk memberikan jasa secara
berkelanjutan dan
– likuiditas, fleksibilitas keuangan, kemampuan untuk
memenuhi kewajibannya, dan kebutuhan pendanaan
eksternal.
Laporan posisi keuangan mencakup entitas nirlaba secara
keseluruhan dan menyajikan total aset, liabilitas, dan aset
neto.

Informasi Likuiditas
• menyajikan aset berdasarkan urutan likuiditas,
dan liabilitas berdasarkan tanggal jatuh tempo;
• mengelompokkan aset ke dalam lancar dan tidak
lancar, dan liabilitas ke dalam jangka pendek dan
jangka panjang;
• mengungkapkan informasi mengenai likuiditas
aset atau saat jatuh temponya liabilitas, termasuk
pembatasan penggunaan aset, pada catatan atas
laporan keuangan.

30

Klasifikasi Aset Neto
• Laporan posisi keuangan menyajikan jumlah
masing-masing kelompok aset neto berdasarkan
ada atau tidaknya pembatasan oleh penyumbang,
yaitu: terikat secara permanen, terikat secara
temporer, dan tidak terikat.
• Informasi mengenai sifat dan jumlah dari
pembatasan permanen atau temporer
diungkapkan dengan cara menyajikan jumlah
tersebut dalam laporan keuangan atau dalam
catatan atas laporan keuangan.

31

Tujuan Laporan Aktivitas


Tujuan utama laporan aktivitas adalah menyediakan informasi
mengenai :
– pengaruh transaksi dan peristiwa lain yang mengubah jumlah dan
sifat aktiva bersih,
– hubungan antar transaksi, dan peristiwa lain,
– bagaimana penggunaan sumber daya dalam pelaksanaan
berbagai program atau jasa,



Informasi dalam laporan aktivitas, yang digunakan bersama
dengan pengungkapan informasi dalam laporan keuangan
lainnya, dapat membantu para penyumbang, anggota
organisasi, kreditur dan pihak lainnya untuk:
– mengevaluasi kinerja dalam suatu periode,
– menilai upaya, kemampuan, dan kesinambungan organisasi dan
memberikan jasa,
– menilai pelaksanaan tanggung jawab dan kinerja manajer.

Laporan Aktivitas
• Laporan aktivitas mencakup organisasi secara
keseluruhan dan menyajikan perubahan jumlah aktiva
bersih selama suatu periode.
• Perubahan aktiva bersih dalam laporan aktivitas
tercermin pada aktiva bersih atau ekuitas dalam
laporan posisi keuangan.
• Laporan aktivitas menyajikan jumlah perubahan aktiva
bersih terikat permanen, terikat temporer, dan tidak
terikat dalam suatu periode.
• Laporan aktivitas menyajikan jumlah pendapatan dan
beban secara bruto, kecuali diatur berbeda oleh SAK
lain atau SAK ETAP.

Klasifikasi
• Laporan aktivitas menyajikan:
– pendapatan sebagai penambah aset neto tidak terikat
– beban sebagai pengurang aset neto tidak terikat.

• Sumbangan disajikan sebagai penambah aset
neto tidak terikat, terikat permanen, atau terikat
temporer, bergantung pada ada tidaknya
pembatasan. Sumbangan terikat yang
pembatasannya tidak berlaku lagi dalam periode
yang sama, dapat disajikan sebagai sumbangan
tidak terikat  disajikan secara konsisten dan
diungkapkan sebagai kebijakan akuntansi.
• Laporan aktivitas menyajikan keuntungan dan
kerugian yang diakui dari investasi dan aset lain
(atau liabilitas) sebagai penambah atau
pengurang aset neto tidak terikat, kecuali jika

Informasi Pemberian Jasa
• Laporan aktivitas atau catatan atas laporan keuangan
harus menyajikan informasi mengenai beban menurut
klasifikasi fungsional, seperti menurut kelompok
program jasa utama dan aktivitas pendukung.
• Dianjurkan untuk menyajikan informasi tambahan
mengenai beban menurut sifatnya.
• Program pemberian jasa merupakan aktivitas untuk
menyediakan barang dan jasa kepada para penerima
manfaat, pelanggan, atau anggota dalam rangka
mencapai tujuan atau misi entitas nirlaba.
• Pemberian jasa tersebut merupakan tujuan dan hasil
utama yang dilaksanakan melalui berbagai program
utama.
35

Laporan Arus Kas


Tujuan utama laporan arus kas adalah menyajikan informasi
mengenai penerimaan dan pengeluaran kas dalam suatu periode.



Laporan arus kas disajikan sesuai PSAK 2 tentang Laporan Arus Kas
dengan tambahan berikut ini:
– Aktivitas pendanaan:
• penerimaan kas dari penyumbang yang penggunaannya
dibatasi untuk jangka panjang.
• penerimaan kas dari sumbangan dan penghasilan investasi
yang penggunaannya dibatasi untuk pemerolehan,
pembangunan dan pemeliharaan aktiva tetap, atau
peningkatan dana abadi (endowment).
• bunga dan dividen yang dibatasi penggunaannya untuk
jangka panjang.
– Pengungkapan informasi mengenai aktivitas investasi dan
pendanaan nonkas: sumbangan berupa bangunan atau aktiva
investasi.

Laporan
Posisi
Keuangan

Laporan
Aktivitas
Bentuk A

Laporan
Aktivitas
Bentuk A

Laporan Aktivitas Bentuk B

Laporan Aktivitas Bentuk B

Laporan
Pendapata
n dan
Beban dan
Perubahan
Aset Neto
Tidak
Terikat
Bentuk C

Laporan
Pendapata
n dan
Beban dan
Perubahan
Aset Neto
Tidak
Terikat
Bentuk C

Laporan Perubahan Aset Neto
Bentuk C alternatif

Laporan
Arus Kas
Metode
Langsung

Laporan
Arus Kas
Metode
Langsung

Laporan
Arus Kas
Metode
Tidak
Langsung

Laporan
Arus Kas
Metode
Tidak
Langsung

ILUSTRASI
PELAPORAN ORGANISASI NIRLABA

49

Bentuk-Bentuk Organisasi Nirlaba
• Organisasi nirlaba
– Yayasan
– Lembaga Swadaya Masyarakat
– Organisasi masa dan politik

• Instansi Pemerintah atau bagian dari instansi
pemerintah.
• Lembaga independen non pemerintah: Otoritas
Jasa Keuangan, Lembaga Penjamin Simpanan,
Badan Penyelenggara Jaminan Sosial, Badan
Penyelenggara Ibadah Haji
• Badan Layanan Umum dan BLU Daerah  rumah
sakit, universitas
50

Organisasi Nirlaba
• Organisasi nirlaba menggunakan PSAK atau SAK ETAP dengan
pelaporan menggunakan PSAK 45.
• Organisasi nirlaba dengan akuntabilitas publik signifikan
menggunakan PSAK, jika akuntabilitas publik tidak signifikan
menggunakan SAK ETAP.
• Walaupun menggunakan PSAK karena kompleksitas transaksi
dan akunnya relatif sederhana  tidak ada masalah
• Karakteristik bentuk organisasi ini karena tidak ada kekayaan
yang dimiliki organisasi sehingga ekuitasnya berupa aset
bersih.
• Untuk pemisahan dana terikat dan tidak terikat bukan
keharusan tergantung dari karakteristik organisasinya.
• Beberapa organisasi tertentu memiliki pengaturan baku dari
regulator misalnya: organisasi partai politik  memiliki
ketentuan untuk pelaporan dana kampanye.
51

Pelaporan Yayasan








Menurut Undang-Undang (UU) No 16 tahun 2001 tentang
Yayasan, yayasan adalah badan hukum yang terdiri atas
kekayaan yang dipisahkan dan diperuntukkan untuk mencapai
tujuan tertentu di bidang sosial, keagamaan, dan
kemanusiaan, yang tidak mempunyai anggota.
Walaupun memiliki pembina, pengurus, dan pengawas, namun
ketiganya tidak bertindak sebagai pemilik sehingga tidak boleh
ada pembagian hasil usaha kegiatan kepada ketiga pihak
tersebut.
Pengurus yayasan memiliki kewajiban untuk menyusun
laporan secara tertulis yang memuat sekurang-kurangnya
laporan keadaan dan kegiatan yayasan dan laporan keuangan.
Laporan keuangan terdiri atas Laporan Posisi Keuangan pada
akhir periode, Laporan Aktivitas, Laporan Arus Kas, dan
Catatan Laporan Keuangan.
52

Pelaporan Yayasan









Yayasan yang wajib diaudit menurut UU No. 28 tahun 2004 tentang
Perubahan atas UU No. 16 tahun 2001 adalah yayasan yang menerima
bantuan negara, luar negeri, atau pihak lain sebesar lebih dari 500 juta
atau memiliki aset di luar harta wakaf lebih dari 20 milyar.
Yayasan tersebut harus menyusun laporan keuangan sesuai Standar
Akuntansi Keuangan yang berlaku dan ikhtisar laporan tersebut harus
diumumkan dalam surat kabar.
Hasil audit disampaikan kepada pembina yayasan dan ditembuskan
kepada menteri dan instansi terkait.
Undang-Undang Pajak Penghasilan menempatkan yayasan sebagai
salah satu bentuk badan yang merupakan subjek pajak.
Atas surplus yayasan dikenakan pajak penghasilan.
Namun, khusus untuk yayasan pendidikan, jika hasil usaha digunakan
untuk melakukan investasi, maka surplus tersebut tidak dikenakan
pajak. Untuk tujuan ini yayasan wajib menyampaikan surat
pemberitahuan pajak, walaupun dalam satu tahun pajak mungkin tidak
ada pajak yang dibayarkan.
53

Akuntansi Yayasan









Mengikuti ketentuan dalam PSAK 45 dalam pelaporan dan
SAK ETAP atau PSAK tergantung akuntabilitasnya.
Pengurus dan anggota tidak berhak atas ekuitas yayasan
sehinggaa ekuitas yayasan disebut aset bersih.
Aset bersih dikategorikan aset neto tidak terikat, terikat
temporer dan tidak terikat.
Laporan keuangan: laporan aktivitas, laporan posisi
keuangan (neraca), laporan perubahan aset neto, laporan
arus kas dan catatan atas laporan keuangan.
Jika dalam yayasan tersebut tidak ada pemisahan aset neto
karena semua tidak terikat maka dapat disajikan hanya
aset neto.
Pencatatan mengikuti jenis usaha yayasan.

54

Organisasi Kemasyarakatan
(ORMAS)
• Organisasi kemasyarakatan (Ormas) merupakan entitas nirlaba.
• Menurut UU 17 tahun 2013, Ormas adalah organisasi yang didirikan dan dibentuk
oleh masyarakat secara sukarela berdasarkan kesamaan aspirasi, kehendak,
kebutuhan, kepentingan, kegiatan, dan tujuan untuk berpartisipasi dalam
pembangunan demi tercapainya tujuan Negara Kesatuan Republik Indonesia yang
berdasarkan Pancasila.
• Ormas dapat berbentuk badan hukum atau berbasis keanggotaan.
• Jika berbadan hukum dapat berbentuk yayasan dan perkumpulan.
• Ormas dalam Anggaran Dasar (AD) dan/atau Anggaran Rumah Tangga (ART) wajib
mengatur pengelolaan keuangan organisasi. Keuangan ormas dapat bersumber
dari iuran anggota, sumbangan masyarakat, hasil usaha ormas, bantuan atau
sumbangan asing, kegiatan lain yang sah menurut hukum dan APBN/APBD.
• Keuangan Ormas harus dikelola secara transparan dan akuntabel. Untuk
pelaksanaan keuangan, ormas menggunakan rekening pada bank nasional.
• Ormas wajib membuat laporan pertanggungjawaban keuangan sesuai dengan
standar akuntansi secara umum dan sesuai dengan AD dan/atau ART.
• Dalam hal ormas menghimpun dan mengelola bantuan atau sumbangan
masyarakat wajib mengumumkan laporan keuangan kepada publik secara
berkala.

55

Akuntansi Ormas










Mengikuti ketentuan dalam PSAK 45 dalam pelaporan dan
SAK ETAP atau PSAK tergantung akuntabilitasnya.
Pengurus dan anggota tidak berhak atas ekuitas ORMAS
sehinggaa ekuitas ORMAS disebut aset bersih.
Aset neto dikategorikan aset neto tidak terikat, terikat
temporer dan tidak terikat.
Laporan keuangan: laporan aktivitas, laporan posisi
keuangan (neraca), laporan perubahan aset neto, laporan
arus kas dan catatan atas laporan keuangan.
Jika dalam yayasan tersebut tidak ada pemisahan aset neto
karena semua tidak terikat maka dapat disajikan hanya
aset neto.
Pencatatan mengikuti jenis usaha ORMAS.
Terdapat penggunaan hasil usaha yang dimiliki
56

AKUNTANSI BADAN LAYANAN UMUM

57

Dasar Hukum

UU Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara
Pasal 68-69:







BLU dibentuk untuk meningkatkan pelayanan kepada masyarakat
dalam rangka memajukan kesejahteraan umum dan mencerdaskan
kehidupan bangsa.
Kekayaan BLU merupakan kekayaan negara/daerah yang tidak
dipisahkan.
Pembinaan keuangan BLU pemerintah pusat dilakukan oleh Menteri
Keuangan dan pembinaan teknis dilakukan oleh menteri teknis yang
bertanggung jawab atas bidang pemerintahan yang bersangkutan.
Pembinaan keuangan BLU pemerintah daerah dilakukan oleh
Pejabat Pengelola Keuangan Daerah dan pembinaan teknis
dilakukan oleh satuan perangkat pemerintah daerah yang
bertanggung jawab atas bidang pemerintahan yang bersangkutan.

Dasar Hukum

UU Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara
Pasal 68-69:

• Rencana kerja dan anggaran (RKA), LK dan kinerja
BLU disusun dan disajikan sebagai bagian yang
tidak terpisahkan dari RKA serta laporan keuangan
dan
kinerja
kementerian
negara/Lembaga/pemerintah daerah.
• Pendapatan dan belanja BLU
dikonsolidasikan dalam RKA
/lembaga/pemerintah daerah.

dalam RKA tahunan
kementerian negara

• Pendapatan yang diperoleh
pendapatan negara/daerah.

BLU

merupakan

• Pendapatan tersebut dapat digunakan langsung
untuk membiayai belanja BLU yang bersangkutan.

Pengertian
• Badan Layanan Umum (BLU) adalah
instansi di lingkungan Pemerintah yang
dibentuk untuk memberikan pelayanan
kepada masyarakat berupa penyediaan
barang dan/atau jasa yang dijual tanpa
mengutamakan mencari keuntungan
dan dalam melakukan kegiatannya
didasarkan pada prinsip efisiensi dan
produktivitas, yang pengelolaan
keuangannya diselenggarakan sesuai
dengan peraturan pemerintah terkait.
(Sesuai dengan PP No. 23 tahun
2005)

Kaidah Manajemen Keuangan Negara
• ORIENTASI PADA HASIL
(Performance Based)
• PROFESIONALITAS
(Let the Managers Manage)
• AKUNTABILITAS &
TRANSPARANSI
(Accountability &
Transparency)

Jenis BLU
• BLU yang kegiatannya menyediakan barang atau
jasa meliputi rumah sakit, lembaga pendidikan,
pelayanan lisensi, penyiaran, dan lain-lain;
• BLU yang kegiatannya mengelola wilayah atau
kawasan meliputi otorita pengembangan wilayah
dan kawasan ekonomi terpadu (Kapet); dan
• BLU yang kegiatannya mengelola dana khusus
meliputi pengelola dana bergulir, dana UKM,
penerusan pinjaman dan tabungan pegawai.

Mengapa BLU
• Peningkatan Pelayanan Publik dengan
mewiraswastakan Pemerintah UU 17/2003
• Unit pemerintah yang tugas pokok
memberikan pelayanan dapat menerapkan
pola pengelolaan keuangan yang fleksible
UU 1/2004
• Fleksibilitas dalam pengelolaan keuangan
dengan penerapan praktek bisnis yang
sehat
• Pengamanan Aset Negara yang dikelola.

Tujuan BLU

 Meningkatkan pelayanan kepada
masyarakat dalam rangka memajukan
kesejahteraan umum dan mencerdaskan
kehidupan bangsa.
 Fleksibilitas dalam pengelolaan keuangan.
berdasarkan prinsip ekonomi dan
produktivitas
 Penerapan praktek bisnis yang sehat.
Psl 2 PP 23/2005

Karakteristik BLU
1. Berkedudukan sebagai lembaga pemerintah (bukan
kekayaan negara yang dipisahkan)
2. Menghasilkan barang/jasa yang seluruhnya/
sebagian dijual kepada publik
3. Tidak bertujuan mencari keuntungan (laba)
4. Dikelola secara otonom dengan prinsip efisiensi dan
produktivitas a la korporasi
5. Rencana kerja/anggaran dan pertanggung jawaban
dikonsolidasikan pada instansi induk
6. Pendapatan & sumbangan dpt digunakan langsung
7. Pegawai dapat terdiri dari PNS dan Non-PNS
8. Bukan sebagai subyek pajak

Persyaratan BLU
• Menyelenggarakan tugas pokok
dan fungsi utama yang
berhubungan dengan:
• menyediakan barang dan/atau
jasa untuk layanan umum;
• Mengelola wilayah/kawasan
tertentu untuk tujuan
meningkatkan perekonomian
masyarakat atau untuk layanan
umum; dan/atau
• Mengelola dana khusus dalam
rangka meningkatkan ekonomi
dan/atau pelayanan kepada
masyarakat
• Bidang layanan umum yang
diselenggarakan bersifat
operasional yang menghasilkan
semi barang/jasa publik (quasi
public goods);
• Dalam melakukan kegiatannya
tidak mengutamakan pencarian
keuntungan.
Persyaratan
substantif BLU,
fungsi dasar
pelayanan publik

• kinerja
pelayanan layak
dikelola dan
ditingkatkan
pencapaiannya
melalui BLU
sebagaimana
direkomendasika
n
menteri/pimpina
n lembaga;
• kinerja keuangan
satker yang
bersangkutan
sehat
sebagaimana
ditunjukkan
dalam dokumen
usulan
penetapan BLU.
Persyarata
n teknis
BLU diatur
oleh
Kementeria
n/Lembaga
teknis

• Persyaratan administratif
digunakan oleh Kementerian
Keuangan untuk menentukan
suatu unit pemerintah dapat
diberikan status Kandidat BLU
atau BLU  Penuh atau
Bertahap.
• pernyataan kesanggupan
untuk meningkatkan kinerja
pelayanan, keuangan, dan
manfaat bagi masyarakat;
• pola tata kelola;
• rencana strategis bisnis ;
• laporan keuangan pokok;
• standar pelayanan minimum;
dan
• laporan audit terakhir (bila
telah diaudit) atau membuat
pernyataan bersedia diaudit
secara independen.
Persyaratan
keuangan/administ
ratif diatur oleh
Menteri Keuangan

Penetapan BLU
Instansi/
calon BLU

Menteri Teknis/
Pimpinan Lembaga

Persyaratan
substantif

Menteri
Keuangan
usulan

usulan

ya
memenuhi
tidak
Tidak diusulkan

Usulkan
BLU

Teliti
Usulkan
Persyaratan ya
diteruskan
teknis
tidak

Tdk
diusulkan

penu
h
Teliti
ya
Persyaratan
administrasi

tidak
Tdk
disetujui

sebagia
n

Penetapan
BLU Penuh

Penetapan
BLU bertahap

Pencabutan BLU

Perbandingan BLU & Satker lain
URAIAN
Status Hukum

BLU
(PP 23 th 2005)

SATKER BIASA




Badan hukum publik
BagianKementerian/L
embaga
Kekayaan Negara
yang tidak
dipisahkan

Tujuan

 Badan hukum publik
 Bagian

kementerian/lembag
a
 Kekayaan Negara
yang tidak
dipisahkan

Non profit
Manajemen
Organisasi

Status SDM

PERJAN
 Badan Usaha
 kekayaan negara
yang tidak
dipisahkan.

Non profit oriented
 Otonom ala korporasi
 Nomenklatur &

 Korporasi
 Direksi

struktur manajemen
sesuai dgn Instansi

Sumber
Pendanaan

PNS
PNS

PNS dan Non PNS

 Kewajiban



pemerintah untuk
mendanai
 APBN

Kewajiban
Pemerintah
 APBN
 Pendapatan Hasil
usaha

Pengelolaan
Keuangan
Tunduk pada aturan
umum APBN (tidak

Badan Hukum Privat/
kekayaan negara yang
dipisahkan.

Profit oriented

Non profit oriented
• Birokrasi
• Nomenklatur,
struktur sesuai
dengan aturan
umum organisasi
pemerintah

BUMN
(UU 19/2003)

Pengecualian asas
Universalitas (fleksibel)

 APBN (belanja
sesuai mekanisme
APBN)
 Pendapatan Hasil
Usaha/Jasa

Bukan Pengecualian
Asas
Universalitas/bisinis

• Korporasi, sangat
otonom
• Nomenklatur dan
struktur organisasi
bervariasi sesuai
dengan kebutuhan
dan bisnisnya
Non PNS
 pendanaan bukan
kewajiban
pemerintah
 Pendapatan Hasil
Usaha/Jasa
 APBN merupakan
PMP
Pengelolaan keuangan
otonom sesuai dengan
praktek bisnis yang
sehat

Perbandingan BLU & BUMN
URAIAN

BLU
(PP 23 th 2005)

Satker Biasa

BUMN
(UU 19/2003)

Anggaran




Bagian dari RKA K/L
RKA




Bagian dari RKA K/L
RBA

Bukan merupakan RKA K/L
Rencana Kerja Perusahaan

Pelaksanaan
Anggaran





DiPA
Penarikan dana dengan SPM
Pendapatan disetor ke Kas
Negara
Tidak boleh mengelola kas
Pengadaan brg/jasa keppres
80
Tidak boleh mengelola utang
Penyerahan jasa/barang
dengan kas
Tidak boleh melakukan
investasi jangka pendek dan
jangka panjang




DiPA
Penarikan dana dengan
SPM
Pendapatan digunakan
lgs
Boleh mengelola kas
Pengadaan brg/jasa dari
pendapatan boleh tidak
mengikuti Keppres 80
Boleh mengelola utang
Penyerahan jasa/barang
dengan kredit (piutang)
Boleh melakukan
investasi jangka pendek
dan jangka panjang

Pelaksanaan Anggaran
sesuai dengan aturan
perusahaan yang
berpedoman pada praktek
bisnis yang sehat

Kinerja pelayanan kepada
masyarakat



Kinerja pelayanan
kepada masyarakat
Mengurangi tekanan
APBN

Bagian laba BUMN/dividen
yang disetor ke pemerintah







Kontribusi
kepada
Pemerintah













Remunerasi


Sesuai dengan sistem
penggajian PNS

• Berdasarkan tingkat
tanggungjawab dan
profesionalisme

Berdasarkan tingkat
tanggungjawab dan
profesionalisme

Perbandingan BLU & BUMN
URAIAN
Akuntansi dan
Pertanggungjawaban

BLU
(PP 23 th 2005)

Satker Biasa
 Akuntansi sesuai

 Akuntansi sesuai

 Akuntansi sesuai dengan

dengan SAP
 LK merupakan
bagian LK
kementerian/lembag
a

dengan SAK
 LK merupakan
bagian LK
kementerian/lembag
a

SAK
 LK merupakan bukan
bagian LK
kementerian/lembaga

Pembinaan




Pengawasan/
Pemeriksaan

BUMN
(UU 19/2003)

Menteri/Pimpinan
Lembaga ybs

 Pengawas internal

 Pembina Teknis

Pembina adalah
Menteri Negara BUMN

adalah Menteri/
Pimpinan Lembaga
ybs
 Pembina Keuangan
adalah Menteri
Keuangan
SPI
APIP
Pengawas eksternal
Dewas

(APIP)
 Pengawas eksternal
(BPK)






 SAP

 SAK konversi SAP

Standar Akuntansi

 SPI
 Pengawas eksternal
 Dewan Komisaris



untuk Konsolidasi

SAK

Perencanaan dan Anggaran
BLU membuat rencana bisnis lima
tahunan mengacu ke Renstra KL/
RPJMD
BLU menyusun RBA tiap tahun
berbasis kinerja, perhitungan
akuntansi biaya
RBA disusun berdasarkan kebutuhan
dan kemampuan pendapatan disertai
dengan standar pelayanan minimum
dan biaya dari output yang dihasilkan.
RBA BLU merupakan bagian dari RKA
KL/RKA SKPD

Dokumen Pelaksanaan dan Anggaran
RBA yang
disetujui
sebagai dasar
untuk
membuat
dokumen
pelaksanaan
anggaran.
Dokumen
pelaksanaan
anggaran
merupakan
lampiran dari
perjanjian
kerja antara
pimpinan BLU
dengan
kementerian/
kepala daerah

Dokumen
pelaksanaan
anggaran
disahkan oleh
Menteri
Keuangan/peja
bat
pengelolaan
keuangan
daerah
Dokumen
pelaksanaan
anggaran
menjadi dasar
penarikan
dana dari
APBN/APBD

Sumber Pendapatan

Penarikan dana dgn SPM

Alokasi APBN
Imbalan Jasa BLU
PNBP
K/L

Hasil Kerjasama
Dgn Pihak Lain
Hibah Terikat

Dapat dikelola
langsung sesuai RAB

Sesuai persyaratan
pemberi hibah

Belanja
Pengelolaan belanja fleksibel sesuai
dengan ambang batas yang
ditetapkan dalam RBA
Jika melampaui ambang batas hrs
mendapat persetujuan
Menkeu/kepala daerah
Jika terjadi kekurangan anggaran,
dapat diajukan ke Menkeu/kepala
daerah
Belanja BLU dilaporkan sebagai
belanja barang dan jasa di
kementerian/lembaga/pemerintah
daerah

Pengesahan SPM dan SP2D
PENGAKUAN PENDAPATAN DAN
BELANJA BLU YANG SUMBER
DANANYA BERASAL DARI
PENDAPATAN
BLU SEDIKITNYA
DISAHKAN PALING
SETIAP TRIWULAN UNTUK SELURUH
PENDAPATAN DAN BELANJANYA
KEPADA KPPN
SIFAT SPM PENGESAHAN BLU TIDAK
NIHIL
MENGGUNAKAN MATA ANGGARAN
YANG SESUAI DENGAN PERDIRJEN
PERBENDAHARAAN NO.67/PB/2007
SELISIH ANTARA PENDAPATAN BLU
DENGAN BELANJANYA DIAKUI
SEBAGAI KAS DIBLU (DANA LANCAR
BLU)

Pengelolaan Kas Investasi

Pengelolaan
kas
berdasarkan
praktek
bisinis yang
sehat

Penarika
n dana
APBN
dengan
SPM

Rekening
bank
BLU
dibuka di
bank
umum
oleh
pimpinan
BLU

BLU dapat
melakukan
investasi
jangka
pendek
dalam rangka
cash
management.

BLU tidak
dapat
melakukan
investasi
jangka
panjang
kecuali atas
ijin Menkeu/
kepala
daerah.

Keuntunga
n dari
investasi
pendapatan
BLU.

Pengeloaan Piutang dan Utang

• BLU dapat memberikan piutang
terkait dengan kegiatannya.
• Piutang dikelola sesuai dengan
praktek bisnis yang sehat
• Piutang dapat dihapus secara
berjenjang sesuai dengan
kewenangan.
• Kewenangan penghapusan piutang
diatur oleh Menkeu/kepala daerah

PIUTA
NG

• BLU dapat memiliki utang
sehubungan dengan kegiatan
operasionalnya/perikatan
peminjaman dengan pihak lain
• Utang dikelola sesuai dengan
praktek bisnis yang sehat
• Utang jangka pendek untuk
belanja operasional
• Utang jangka panjang untuk
belanja modal
• Perikatan peminjaman sesuai
dengan jenjang kewenangan yang
diatur oleh Menkeu/kepala daerah
• Pembayaran utang merupakan
tanggungjawab BLU

UTAN
G

Pengelolaan Barang
Pengadaan barang berdasarkan prinsip efisien dan
ekonomis sesuai dengan praktek bisnis yang
sehatdapat dibebaskan seluruhnya atau sebagian dari
ketentuan yang berlaku bila terdapat alasan efektivitas
dan
efisiensi pengadaan barang secara berjenjang
Kewenangan
berdasarkan nilai yang diatur oleh Menkeu/kepala
daerah.
Barang inventaris dapat dialihkan dan dihapuskan oleh
BLU dan dilaporkan secara berkala kepada
menteri/pimpinan lembaga/kepala daerah.
BLU tidak dapat mengalihkan/menghapuskan Aset tetap
kecuali ijin pejabat yang berwenang.
Pengalihan/penghapusan aset tetap dilakukan secara
berjenjang berdasarkan nilai dan jenis barang yang
sesuai dengan peraturan perundangan.
Pengalihan/penghapusan aset tetap dilaporkan kepada
menteri/pimpinan lembaga/kepala SKPD
Tanah dan bangunan disertifikat atas nama Pemerintah
RI

Pengelolaan Aset BLU
Tanah Dan Bangunan Disertifikasi Atas
Nama Pemerintah RI/Pemerintah
Daerah
Aset BlU Dicatat Dan Dilaporkan
Sesuai dengan Standar Akuntansi
Keuangan
Blu Sepanjang Belum Memiliki Sistem
Pencatatan Aset Dapat Menggunakan
Simakbmn dengan Melakukan
Penyusutan
Nilai Aset Tetap Dalam Konsolidasi
Neraca K/L Dibukukan Sebesar Nilai
Yang Telah Dilakukan Penyusutan Dan
Amortisasi

Pengelolaan Aset BLU
Menteri/Pimpinan Lembaga Sebagai Pengguna Barang Milik Negara Wajib
Menyajikan Laporan Pertanggungjawaban Berupa Laporan Barang Pengguna
Semester/Tahunan
BMN Yang Dikelola Oleh BLU Merupakan Bagian Dari BMN Kementerian
Negara/Lembaga Yang Akan Dikonsolidasikan Menjadi BMN Kementerian
Negara/Lembaga
Satuan Kerja BLU Dapat Menggunakan SABMN Dalam Menyusun Laporan
Pertanggungjawaban BMN Satker BLU
Barang Inventaris BLU Dapat Dialihkan Dan/Atau Dihapuskan Kepada Pihak Lain
Dengan Cara Dijual, Dipertukarkan, Dihibahkan Berdasarkan Pertimbangan
Ekonomis Dan Dilaporkan Secara Berkala Kepada K/L
BLU Tidak Dapat Mengalihkan/Menghapuskan Aset Tetap Kecuali Atas
Persetujuan Pejabat Yang Berwenang
Penerimaan Hasil Penjualan Barang Inventaris/Aset Tetap Merupakan Pendapatan
BLU

Surplus dan Defisit
• Surplus anggaran dapat digunakan untuk TA
berikutnya.
• Surplus dapat disetor sebagian/seluruhnya ke
Kas Negara atas perintah Menkeu/kepala
daerah dengan mempertimbangkan likuiditas
BLU
• Defisit anggaran BLU dapat diajukan
pembiayaannya dalam TA berikutnya kepada
Menkeu melalui menteri/pimpinan lembaga

82

Standar Akuntansi
PMK76/PMK.05/2013
(1) BLU menerapkan standar akuntansi keuangan
yang diterbitkan oleh asosiasi profesi akuntansi
Indonesia sesuai dengan jenis industrinya.
(2) DALAM HAL TIDAK TERDAPAT STANDAR
AKUNTANSI SEBAGAIMANA DIMAKSUD PADA
AYAT (1) , BLU DAPAT MENGEMBANGKAN
STANDAR AKUNTANSI INDUSTRI YANG SPESIFIK
DENGAN MENGACU PADA PEDOMAN AKUNTANSI
BLU SEBAGAIMANA DITETAPKAN DALAM
LAMPIRAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN
(3) Standar akuntansi sebagaimana dimaksud pada
ayat (2) ditetapkan menteri/pimpinan lembaga
setelah mendapatkan persetujuan Menteri

PSAP dan PSAK
Pernyataan Standar yang
digunakan mengatur tatacara
Pengintegrasian Laporan
PSAP
Keuangan BLU dalam Laporan
Keuangan Kementerian
Negara/Lembaga
Pernyataan Standar yang
digunakan untuk menyusun
Laporan Keuangan BLU (PSAK
PSAK
45) yang selanjutnya
disesuaikan dengan bidang
Industri

PSAP (PP 71/2010 lampiran 1) dan PSAK
URAIAN

SAP

SAK

PERLAKUAN DALAM
LK K/L

PENDAPATAN LO

Basis Akrual

Basis Akrual

Disajikan dalam LO

Beban

Basis Akrual

Basis Akrual

Disajikan dalam LO

PENDAPATAN
LRA

Basis Kas

Basis Akrual

Disajikan dalam LRA

Belanja

Basis Kas

Basis Akrual

Disajikan dalam LRA

PENYUSUTAN
DAN
AMORTISASI

Diakui

Diakui dan
diterapkan

Masuk dalam Neraca K/L
mulai 2014

ASET

Akrual

Akrual

Dibukukan dalam LK K/L
sebelum disusutkan
(harga perolehan)

LAPORAN

LRA
NERACA
LO
Prbhn.
Ekuitas
CaLK

LO
NERACA
LAK
CaLK

Konversi kecuali Neraca,
dan LAK tidak
dikonsolidasikan dalam
LK K/L

Posisi LK BLU dalam LKPP
Transaksi
Keuangan
Konsolidasian

Pertanggungjawaban

Standar
Akuntansi
SAP

Standar
Akuntansi
SAK

LRA
Neraca
CaLK

LO
Neraca
LAK
CaLK

LK – K/L

PP No.23

Konsolidasi
Lampiran

UU No. 1/2004
PP No.8

Laporan Realisasi
Anggaran/Laporan
Operasional;
Neraca;
Laporan Arus Kas;
Catatan Atas
Laporan Keuanga;
dan disertai
Laporan Kinerja

LAPORAN KEUANGAN

Laporan Keuangan BLU berdasarkan SAK

Rekonsiliasi
BLU melakukan
rekonsiliasi atas
pendapatan dan belanja
dengan kppn tiap triwulan

Penyampaian Laporan Keuangan
1. Laporan keuangan disampaikan secara berjenjang kepada
menteri/pimpinan lembaga kepada menteri keuangan c.q
Direktur Jenderal Perbendaharaan setiap triwulan, semester,
dan tahun
2. Laporan triwulan terdiri dari LRA/LO, LAK, CALK dan laporan
kinerja
3. Laporan semesteran, tahunan LRA/LO, LAK, neraca, CALK dan
laporan kinerja
4. Penyampaian laporan keuangan :

Triwulanan paling lambat tgl 15 setelah triwulan berakhir

Semesteran palin lambat tgl 10 setelah semester berakhir



Tahuan paling lambat tgl 20 setelah tahun berakhir
Apabila tgl tersebut hari libur paling lambat disampaikan
hari kerja berikutnya

Akuntansi dan Pelaporan BLU - 1
Laporan Keuangan unit BLU
dikonsolidasikan dan menjadi
lampiran LK BLU
Laporan Keuangan tersebut
disampaikan kepada
Menteri/Pimpinan
Lembaga/Kepala Daerah paling
lambat 1 bulan setelah periode
pelaporan berakhir
LK BLU dikonsolidasikan dalam
Laporan Keuangan K/L dan
dilakukan sesuai Standar
Akuntansi Pemerintahan
LK dan Lapoaran Kinerja BLU
merupakan bagian yang tidak
terpisahkan dalam LK dan
Kinerja K/L.

Akuntansi dan Pelaporan BLU - 2
BLU menyelenggaran akuntansi
sesuai dengan SAK yang diterbitkan
asosiasi profesi akuntansi
Indonesia.
Jika tidak ada
standar akuntasi,
dapat menerapkan standar
akuntansi industri yang spesifik
setelah mendapat persetujuan
Menteri Keuangan
Laporan Keuangan terdiri dari LRA,
Neraca, LAK dan CaLK disertai
laporan kinerja.
Laporan keuangan tersebut
disampaikan kepada
menteri/pimpinan lembaga/kepala
daerah secara berkala
LK tersebut menjadi bagian dari LK
kementerian/ lembaga/pemerintah
daerah.
LK sebagai LPJ BLU diaudit oleh
auditor eksternal.

Akuntansi dan Pelaporan BLU

LAP.
LAP. KEU
KEU
BLU
BLU

Lampiran/
Dikonsolidasikan

LAP.
LAP. KEU
KEU
K/L
K/L

Laporan Keuangan BLU yang disusun berdasarkan Standar
Akuntansi Keuangan menjadi lampiran Laporan Keuangan
Kementerian Negara/Lembaga.
(PASAL 2 PERDIRJEN 67/PB/2007)
BLU selaku pengelola kekayaan negara yang tidak dipisahkan
adalah entitas akuntansi dan wajib menyusun laporan
keuangan yang disusun berdasarkan Stándar Akuntansi
Pemerintahan.
(PASAL 3 PERDIRJEN 67/PB/2007)

Laporan Keuangan BLU –
Konsolidasi KL
• Laporan Keuangan BLU merupakan bagian yang
tidak terpisahkan dari Laporan Keuangan
kementerian negara/lembaga
• Dalam rangka konsolidasi LK BLU dengan LK
kementerian lembaga BLU menyampaikan laporan
sesuai SAP setiap Semester dan tahunan
• Laporan tersebut adalah LRA, Neraca, Calk
dilampiri LK sesuai SAK/standar akuntansi industri
spesifik
• Tata cara konsolodasi sesuai pedirjen
Perbendaharaan

Konversi
Pendapatan - Belanja

Akrual

Kas,Piutang,Persediaan,
AT, Investasi, Utang
Depresiasi, Bad Debt, Tax
Aktiva Bersih

Kas (Operasional)
COA – PMK 91
Neraca

SPM
Pengesahan

Memo
Kas,Piutang,Persediaan, Penyesuaian
AT, Investasi, Utang
Depresiasi, Bad Debt, Tax
Aktiva Bersih

KPPN

Neraca

Akrual

Penyampaian

COA - BLU

KONVERSI

Kas
(Operasional )

Standar Akuntansi
Pemerintah

Standar Akuntansi Keuangan

Pendapatan - Belanja

Sistem Akuntansi BLU
Sistem Akuntansi BLU dapat
menghasilkan laporan Keuangan
Berdasarkan SAK
Sistem Akuntansi BLU dapat
menghasilkan Laporan keuangan
untuk tujuan Konsolidasi
Sistem Akuntansi BLU dapat
menghasilkan ADK yang dapat
digunakan untuk proses
penggabungan di Eselon I
maupun untuk Rekonsiliasi
dengan KPPN
Sistem Akuntansi yang
digunakan diserahkan
sepenuhnya kepada BLU

Sistem Akuntansi BLU
Sistem Akuntansi Keuangan, yang
menghasilkan Laporan Keuangan Pokok untuk
keperluan akuntabilitas, manajemen, dan
transparansi;
Sistem akuntansi aset tetap, yang
menghasilkan Laporan aset tetap untuk
keperluan manajemen aset tetap
Sistem akuntansi biaya, yang menghasilkan
informasi biaya satuan (unit cost) per unit
layana, pertanggungjawaban kinerja ataupun
informasi lain yantu kepentingan manajerial

Sistem Akuntansi BLU

Sistem Akuntansi BLU
Estimasi
Pendapatan

APBN
DIPA-APBN
KL (PA)

MP

PAGU
Belanja
LRA

SPM
BLU/KPA

DIPA-PEND
OPR

Aplikasi

NERACA

SPM/SP2D
Rekening Oprasional BLU

SPM Pengesahan
Pengel

Pot

Belanja

Penerimaa
n

SPM/SP2D
PENGESAHAN

KPPN
Mapping
SAP

LRA PA
LRA
BELANJA

LAK
LRA
NERACA

Pelaporan BLU
Dit. APK
LK

Ringkasan,Face

UAPA
LK

Keterangan
SAK
SAP

Ringkasan,Face

Ringkasan

UAPPA-E1
LK

KPPN

Ringkasan,Face

LK

LK
BLU

LK

Dit. PPKBLU

Standar Akuntansi BLU
• BLU menerapkan standar akuntansi keuangan yang
diterbitkan oleh asosiasi profesi akuntansi Indonesia
sesuai dengan jenis industrinya.
• Dalam hal tidak terdapat standar akuntansi, BLU dapat
mengembangkan standar akuntansi industri yang
spesifik dengan mengacu pada pedoman akuntansi BLU
sebagaimana ditetapkan dalam Lampiran Peraturan
Menteri Keuangan ini.
• Standar akuntansi industri spesifik ditetapkan
menteri/pimpinan lembaga setelah mendapatkan
persetujuan Menteri Keuangan.


Sistem Akuntansi BLU




Setiap transaksi keuangan BLU harus diakuntansikan dan
dokumen pendukungnya dikelola secara tertib.
Periode akuntansi BLU meliputi masa 1 (satu) tahun, mulai dari
tanggal 1 Januari sampai dengan tanggal 31 Desember.
Sistem Akuntansi BLU terdiri dari:










sistem akuntansi keuangan, yang menghasilkan Laporan Keuangan pokok
untuk keperluan akuntabilitas, manajemen, dan transparansi;
sistem akuntansi aset tetap, yang menghasilkan laporan aset tetap untuk
keperluan manajemen aset tetap; dan
sistem akuntansi biaya, yang menghasilkan informasi biaya satuan ( unit
cost) per unit layanan, pertanggungjawaban kinerja ataupun informasi lain
untuk kepentingan manajerial.

BLU dapat mengembangkan sistem akuntansi lain yang
berguna untuk kepentingan
BLU mengembangkan dan menerapkan sistem akuntansi dan
ditetapkan oleh menteri/pimpinan lembaga.

Sistem Akuntansi Keuangan BLU
Dirancang untuk menyajikan : informasi posisi
keuangan blu, informasi kemampuan blu untuk
memperoleh sumberdaya ekonomi dan beban dlm
satu periode, informasi sumber dan penggunaan
dana, informasi pelaksaan anggaran, informasi
ketaatan peraturan per uu
Lap keu BLU menghasilkan Laporan Keuangan
sesuai dengan SAK
Karakteristik : basis akrual, pembukuan
berpasangan, berpedoman pada prinsip
pengendalian intern sesuai praktek bisnis yang
sehat
Untuk integrasi dengan Lap Keu K/L BLU
mengembangkan sub sistem akuntansi sesuai SAP

Sistem Akuntansi Aset BLU
Sistem Akuntansi Aset Tetap minimal
mampu menghasilkan : informasi
jenis,kuantitas, nilai mutasi, kondisi
aset tetap milik blu dan bukan milik blu
yang ada di dalam penguasaan BLU

BLU dapat menggunakan sistem
akuntasi BMN yang ditetapkan
Kemenkeu

Sistem Akuntansi BLU


Sistem akuntansi keuangan BLU paling sedikit menyajikan:









Sistem akuntansi keuangan BLU menghasilkan Laporan Keuangan
sesuai dengan SAK/standar akuntansi industri spesifik BLU.
Sistem akuntansi keuangan BLU memiliki karakteristik antara lain
sebagai berikut:








informasi posisi keuangan secara akurat dan tepat waktu;
informasi kemampuan BLU untuk memperoleh sumber daya ekonomi berikut beban
yang terjadi selama suatu periode;
informasi sumber dan penggunaan dana selama suatu periode;
informasi pelaksanaan anggaran secara akurat dan tepat waktu; dan
informasi ketaatan pada peraturan perundang-undangan

basis akuntansi pengelolaan keuangan BLU adalah basis akrual;
sistem akuntansi dilaksanakan dengan sistem pembukuan berpasangan; dan
sistem akuntansi BLU disusun dengan berpedoman pada prinsip pengendalian
intern sesuai praktek bisnis yang sehat.

Dalam rangka pengintegrasian Laporan Keuangan BLU dengan
Laporan Keuangan kementerian negara/lembaga, BLU
mengembangkan sub sistem akuntansi keuangan yang
menghasilkan Laporan Keuangan sesuai SAP.

Sistem Akuntansi Biaya BLU
Sistem akuntansi biaya BLU paling
sedikit mampu menghasilkan:
• informasi tentang harga pokok produksi;
• informasi tentang biaya satuan (unit cost)
per unit layanan; dan
• informasi tentang analisis varian
(perbedaan antara biaya standar dan biaya
sesungguhnya).
Sistem akuntansi biaya
menghasilkan informasi yang
berguna dalam:
• perencanaan dan pengendalian kegiatan
operasional BLU;
• pengambilan keputusan oleh Pimpinan BLU;
dan
• perhitungan tarif layanan BLU.

Sistem Akuntansi Biaya BLU
Dalam rangka p