IMPLIKASI KASUS GAYUS TAMBUNAN DALAM KESADARAN WAJIB PAJAK (Studi Kasus Pada KPP Pratama Surabaya Mulyorejo).
IMPLIKASI KASUS GAYUS TAMBUNAN DALAM KESADARAN WAJ IB
PAJ AK
(Studi Kasus Pada KPP Pr atama Surabaya Mulyor ejo)
SKIPRISI
Diajukan oleh :
Ayusalam Yustifebr i Puteri
0813010038/FE/AK
Kepada
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”
J AWA TIMUR
2012
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
IMPLIKASI KASUS GAYUS TAMBUNAN DALAM KESADARAN WAJ IB
PAJ AK
(Studi Kasus Pada KPP Pr atama Surabaya Mulyor ejo)
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Per syar atan
Dalam Memperoleh Gelar Sar jana Ekonomi
Pr ogram Studi Akuntansi
Diajukan oleh :
Ayusalam Yustifebr i Puteri
0813010038/FE/AK
Kepada
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”
J AWA TIMUR
2012
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah
memberikan segala rahmat, karunia dan pertolongan-Nya, sehingga skripsi yang
berjudul
“IMPLIKASI
KASUS
GAYUS
TAMBUNAN
DALAM
KESADARAN WAJ IB PAJ AK (STUDI KASUS PADA KPP PRATAMA
SURABAYA MULYOREJ O” dapat diselesaikan dengan lancar.
Penulisan skripsi ini merupakan salah satu syarat yang harus ditempuh
mahasiswa jenjang pendidikan Strata-1 (Sarjana) Jurusan Akuntansi, Fakultas
Ekonomi, Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur guna
memperoleh gelar kesarjanaan.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini tidak terselesaikan tanpa
adanya bantuan, bimbingan serta saran-saran dari berbagai pihak, oleh karena itu
dengan segala kerendahan hati penulis ingin mengucapkan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada yang terhormat :
1. Bapak Prof. Dr. Ir. Teguh Sudarto, Mp., selaku Rektor Universitas
Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
2. Bapak Dr. Dhani Ichsanudin Nur, MM., selaku Dekan Fakultas Ekonomi
Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur”.
3. Bapak Drs.Ec. H. R.A Suwaidi, MS., selaku Wakil Dekan Fakultas
Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
i
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
4. Ibu Dr. Sri Trisnaningsih, Msi., selaku Kaprogdi Fakultas Ekonomi
Jurusan Akuntansi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa
Timur.
5. DR. INDRAWATI YUHERTIANA, MM, AK selaku Dosen Pembimbing
yang dengan kesabaran, ketelatenan dan kerelaan telah membimbing dan
memberikan petunjuk sampai terselesaikannya skripsi ini.
6. Bapak dan
Ibu
Dosen
Pengajar
Fakultas
Ekonomi Universitas
Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
7. Pimpinan
dan
Staf
Tata
Usaha
Fakultas
Ekonomi
Universitas
Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur
8. Alm. Ayah saya dan Mama serta kakak saya tercinta yang telah
memberikan dukungan moral maupun materiil serta doa hingga skripsi ini
dapat terselesaikan dengan baik.
9. Seseorang yang telah memberi ide untuk permasalahan skripsi ini dan
telah membantu, mensuport saya.
10. Teman-teman jurusan Akuntansi angkatan 2008, khususnya kepada
sahabatku tercinta Desy, Reny, Nikita, dan Puspita, terima kasih atas
dukungan dan doanya.
11. Seluruh pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini yang
tidak dapat penulis sebutkan satu per satu.
Semoga Allah SWT senantiasa memberikan rahmat dan hidayah-Nya
kepada semua pihak tersebut diatas. Dalam penyusunan skripsi ini , penulis
ii
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
menyadari bahwa tidak ada yang sempurna di dunia ini dan keterbtasan yang
dimiliki, sehingga penulis menghargai segala kritik dan saran yang bersifat
membangun untuk membantu kesempurnaan skripsi ini. Akhirnya harapan penulis
semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi refrensi pendidikan kita semua.
Surabaya, Mei 2012
Penulis
iii
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
IMPLIKASI KASUS GAYUS TAMBUNAN DALAM KESADARAN WAJ IB
PAJ AK
(Studi Kasus pada KPP Pratama Surabaya Mulyor ejo)
Oleh
Ayusalam Yustifebri Puteri
ABSTRAK
Dunia perpajakan di Indonesia, telah dibentuk sedemikian rupa
untuk dapat menarik hati setiap Warga Negara Indonesia untuk rajin dan taat
menjalankan kewajibannya dalam membayar pajak. Motto “Lunasi Pajaknya,
Awasi Penggunannya” juga semakin melekat sebagai tanda kejujuran terhadap
penggunaan pajak. Namun, di tengah melonjaknya perbaikan perpajakan di
Indonesia, korupsi tetap membayangi denyut nadi pemerintahan, termasuk dalam
masalah pajak. Kasus yang begitu menghebohkan adalah kasus “Gayus
Tambunan”.
Jenis penelitian adala deskriptif dengan metode survei. Teknik
pengambilan sampel yang digunakan adalah metode Probability Sampling yang
berupa Simple Random Sampling yaitu para wajib pajak pribadi yang terdaftar
pada Kantor Pajak Pratama Surabaya Mulyorejo. Analisis yang digunakan adalah
Mean, Standar Deviasi, Range dan Nilai Ekstrem.
Ditengah buruknya persepsi Wajib Pajak terhadap dunia
perpajakan Indonesia, dorongan untuk tetap berbakti kepada Negara untuk tetap
membayar pajak masih tetap dipegang oleh para Wajib Pajak. Fenomena Gayus
Tambunan memang telah merasuk dalam diri, jiwa dan persepsi Wajib Pajak
dengan berbagai hasil. Gayus Tambunan telah mampu membuka mata dan sikap
Wajib Pajak dalam menyingkapi dunia perpajakan Indonesia.
Keywords : Kesadraan Wajib Pajak
xiii
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR …………………………………………….
i
DAFTAR ISI ………………………………………………………
iv
DAFTAR TABEL ………………………………………………..
x
DAFTAR GAMBAR …………………………………………… .
xi
DAFTAR LAMPIRAN ……………………………………………
xii
ABSTRAKSI ………………………………………………………
xiii
BAB I PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang ………………………………………
1
1.2
Rumusan Masalah …………………………………..
8
1.3
Tujuan Penelitian ……………………………………
8
1.4
Manfaat Penelitian …………………………………..
9
BAB II TINJ AUAN PUSTAKA
2.1
Hasil Penelitihan Terdahulu …………………………
10
2.2
Landasan Teori ………………………………………
13
xii
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
2.2.1 Pajak ………………………………………………..
13
2.2.1.1
Pengertian Pajak ………………………………
13
2.2.1.2
Fungsi-Fungsi Pajak …………………………
17
2.2.1.3
Syarat Pemungutan Pajak …………………….
17
2.2.1.4
Sistem Pemungutan Pajak …………………….
18
2.2.2 Kesadaran Wajib Pajak ……………………………..
19
2.2.2.1
Pemahaman Wajib Pajak ……………………
19
2.2.2.2
Pengertian Kesadaran Wajib Pajak …………
19
2.2.2.3
Teori yang mendukung Pengaruh
Kesadaran Wajib Pajak ......………………….
2.2.2.4
20
Pengaruh Kasus Gayus Tambunan Terhadap
Kesadaran Wajib Pajak ………………………
22
BAB III METODE PENELITIAN
3.1
Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel …… ….
24
3.1.1 Definisi Operasional Variabel ………………………
24
3.1.2 Pengukuran Variabel ……………………………… …
24
xii
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
3.2
Teknik Pengumpulan Sampel ……………………….
27
3.2.1 Populasi ……………………………………………..
27
3.2.2 Sampel ………………………………………………
27
3.3
Teknik Pengumpulan Data ………………………….
29
3.3.1 Jenis Data ……………………………………………
29
3.3.2 Sumber Data …………………………………………
29
3.3.3 Teknik Pengumpulan Data ………………………….
29
3.4
Uji Kualitas Data …………………………………….
30
3.4.1 Uji Validitas ………………………………………
30
3.4.2 Uji Reabilitas …………………………………….
31
3.5
Teknik Analisis ………………………………………
31
3.5.1 Analisa Statistik Deskriptif ……………………….
31
BAB IV HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN
4.1
Deskripsi Objek Penelitian ………………………….
34
4.1.1 Sejarah Kantor Pajak Pratama Surabaya
Mulyorejo …………………………………………….
34
xii
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
4.1.1.1
Visi dan Misi KPP Surabaya Mulyorejo …….
4.1.1.2
Visi Kantor Pelayanan Pratama Surabaya
Mulyorejo …………………………………….
4.1.1.3
37
Misi Kantor Pelayanan Pratama Surabaya
Mulyorejo ………………………………………
4.1.1.4
37
37
Struktur Organisasi KPP Pratama Surabaya
Mulyorejo ………………………………………
38
4.1.2 Deskripsi Wajib Pajak …………………………………
41
4.1.2.1
Kewajiban dan Hak Wajib Pajak ……………..
43
4.2
Deskripsi Pengumpulan Sampel ……………………….
44
4.3
Deskripsi Hasil Penelitian ………………………………
44
4.4
Uji Kualitas Data ………………………………………..
45
4.4.1 Uji Validitas Data ……………………………………….
45
4.4.2 Uji Reliabilitas Data ……………………………………..
47
4.5
Demografi Responden …………………………………..
48
4.5.1 Distribusi Frekuensi Identitas Responden ………………
49
4.5.2 Kesadaran Wajib Pajak Setelah Adanya Kasus
xii
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
Gayus Tambunan ………………………………………
52
4.6
Hasil Statistik Deskriptif ………………………………
58
4.7
Pembahasan ……………………………………………
62
4.7.1 Implikasi Hasil Penelitian ……………………………..
62
4.7.2 Perbedaan Dengan Penelitian Terhadulu ………………
64
4.7.3 Keterbatasan Penelitian …………………………………
66
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1
Kesimpulan ……………………………………………
64
5.2
Saran …………………………………………………..
64
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
xii
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 3.1 Pengukuran Variabel …………………………………………... 27
Tabel 4.1 Statistik Deskriptif ……………………………………………..
44
Tabel 4.2 Uji Validitas …………………………………………………….
46
Tabel 4.3 Uji Reliabilitas ………………………………………………….
47
Tabel 4.4 Jenis Responden Yang Menerima Kuesioner …………………
48
Tabel 4.5 Berdasarkan Jenis Kelamin ……………………………………
49
Tabel 4.6 Berdasarkan Pekerjaan ……………………………………….
50
Tabel 4.7 Berdasarkan Pendidikan ……………………………………….
51
Tabel 4.8 Meskipun ada kecurangan yang dilakukan Gayus Tambunan
Saya tetap membayar pajak karena merupakan kewajiban Saya
sebagai warga Negara ……………………………………………. 52
Tabel 4.9 Dengan adanya Kasus Gayus Tambunan Dirjen Pajak diharapkan
untuk melakukan sosialisasi guna mengembalikan kepercayaan
para Wajib Pajak …………………………………………………
52
Tabel 4.10 Berkurangnya kepercayaan Wajib Pajak terhadap petugas
pajak dikarenakan adanya kasus Gayus Tambunan …………
53
xii
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
Tabel 4.11 Dengan adanya Kasus Gayus Tambunan sangat mempengaruhi
kondisi perpajakan di Indonesia ………………………………
54
Tabel 4.12 Walaupun ada Kasus Gayus Tambunan Saya tetap merasa
yakin bahwa pajak yang sudah Saya bayar benar-benar
digunakan untuk pembangunan Negara ………………………
54
Tabel 4.13 Melemahnya Wajib Pajak untuk membayar pajak karena banyak
korupsi di Pemerintahaan ………………………………………
55
Tabel 4.14 Pajak merupakan alat untuk menciptakan keseimbangan dan
keadilan sosial dalam masyarakat ……………………………… 55
Tabel 4.15 Saya menyadari bahwa pajak ditetapkan dengan undang-undang
dan dapat dipaksakan …………………………………………
56
Tabel 4.16 Dengan tidak membayar pajak Saya akan sangat merugikan
Negara …………………………………………………………
56
Tabel 4.17 Saya menyadari bahwa pembayaran pajak dapat meningkatkan
kesejahteraan warga negara ……………………………………
57
Tabel 4.18 Kesadaran wajib pajak untuk memenuhi kewajiban pajak tepat
waktu tanpa pengaruh orang lain meskipun ada kasus Gayus
Tambunan ………………………………………………………
57
Tabel 4.19 Tabel Mean ……………………………………………………… 58
Tabel 4.20 Tabel Standar Deviasi …………………………………………… 59
Tabel 4.21 Tabel Range ………………………………………………………. 60
Tabel 4.22 Tabel Nilai Minimum …………………………………………… 61
Tabel 4.23 Tabel Nilai Maksimum …………………………………………. 62
xii
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
Tabel 4.24 Tabel Rangkuman Perbedaan Penelitian Sekarang Dengan
Penelitian Terdahulu ………………………………………….
65
xii
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
DAFTAR LAMPIRAN
1. Reliability
2. Item Total Statistics
3. Frequency Table
4. Statistics
5. Indikator Penelitian
6. Kuesioner
7. Rekapan Hasil Kuesioner Tertutup
8. Rekapan Hasil Kuesioner Terbuka
9. Tabel r
xii
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 4.1 Struktur KPP …………………………………
39
xii
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang
Pajak sebenarnya sudah dikenal dan dipraktekkan sejak zaman
kerajaan-kerajaan. Pada masa itu rakyat diwajibkan untuk menyerahkan
upeti kepada raja yang besarnya sudah ditentukan. Pemungutan pajak
atau upeti ini terus berlanjut hingga zaman penjajahan Belanda. Bahkan
setelah Indonesia merdeka pajak ditetapkan dan dipungut setiap tahun
oleh pemerintah yang berkuasa (Prastiwi, 2011: 1).
Negara Republik Indonesia memiliki misi nasional, yaitu
mewujudkan Indonesia yang aman, damai, adil, demokratis, dan
sejahtera. Strategi pokok yang ditempuh untuk mencapai misi tersebut
yaitu
melalui
pembangunan
Indonesia
yang
diarahkan
untuk
membangun Indonesia disegala bidang yang merupakan perwujudan dari
amanat yang tertera jelas dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar
1945 terutama dalam pemenuhan hak dasar rakyat dan penciptaan
landasan pembangunan yang kokoh. Dalam melaksanakan pembangunan
nasional pemerintah membutuhkan dana yang sangat besar guna
mewujudkannya. Pembiayaan pembangunan ini direalisasikan ke dalam
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN).
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
2
Dalam APBN pemerintah memenuhi kebutuhan dana dengan
mengandalkan dua sumber pokok, yaitu sumber dana luar negeri dan
sumber dana dalam negeri. Contoh dari sumber dana luar negri adalah
pinjaman luar negri dan hibah, sedangkan contoh dari sumber dana
dalam negri adalah penjualan migas dan non migas serta pajak.
Penerimaan pajak merupakan sumber utama pembiayaan pemerintah dan
pembangunan. Dalam APBN Perubahan (APBN-P) Tahun Anggaran
2010, rencana penerimaan pajak sebesar Rp 604,4 triliun merupakan
62% dari pendapatan negara atau 12% terhadap Produk Domestik Bruto
(Nota Keuangan dan APBN, 2010) (Rahman,2010).
Peran pajak dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara
(APBN) di Indonesia terus meningkat dari tahun ketahun. Hal ini dapat
dilihat dari peningkatan besarnya porsi penerimaan pajak dibandingkan
dengan total penerimaan Negara dalam APBN. Pada tahun 2008, porsi
penerimaan pajak adalah sebesar 68,33%, dan untuk tahun 2009
meningkat
menjadi
74,86%
(Badan
Kebijakan
Fiskal
www.fiskal.depkeu.go.id dalam Hidayat dan Nugroho, 2010).
Sejak tahun 1984, sistem perpajakan mengalami reformasi
dengan ditetapkannya beberapa Undang-undang Perpajakan. Sejak
reformasi diberikan keparcayaan untuk mendaftarkan diri, menghitung,
menyetor,
melaporkan,
dan
memperhitungkan pajaknya
sendiri.
Sehingga aparat pajak hanya bertugas mengawasi, melayani dan
memberikan informasi perpajakan bagi masyarakat yang membutuhkan.
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
3
Sejak penerapan self assessment system, diperlukan kesadaran
dan kapatuhan dari wajib pajak untuk melaksanakan kewajiban
perpajakan sesuai peraturan yang berlaku (Pratiwi, 2011 : 4).
Pelaksanaan Self Assesment System dalam perpajakan di
Indonesia menuntut wajib pajak untuk aktif menghitung, melaporkan
dan membayar sendiri jumlah pajak yang terhutang kepada negara.
Artinya, bahwa wajib pajak telah diberikan kepercayaan penuh oleh
negara. Namun demikian, kepercayaan tersebut tidak sera merta
diberikan begitu saja. Aparat pajak tetap memiliki peran dalam
pelaksanaan perpajakan,
yaitu
peran dengan fungsi pelayanan,
pembinaan, atau penyuluhan, pengawasan dan penerapan sanksi. Fungsifungsi tersebut menjadikan aparat pajak berperan sebagai pelayanan
publik.
Aparat pajak sebagai publik tentu harus mampu melayani wajib
pajak dalam melaksanakan serangkaian proses pembayaran pajak.
Kelemahan dari sistem selft assessment adalah wajib pajak bisa dengan
sengaja mengisi laporan dengan tidak benar dan mngelak dari pajaknya.
Uapaya untuk mengurangi pengelakan pajak adalah dengan pemeriksaan
pajak.
Salah satu syarat agar sistem perpajakan tersebut berhasil adalah
adanya kemampuan masyarakat yaitu dapat menghitung pajaknya
sendiri. Adapaun alat yang dipakai dalam perhitungan pajak adalah
akuntansi. Kepercayaan yang diberikan terhadap wajib pajak ini bisa
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
4
disalahartikan dengan tindak penyimpangan yang dapat dilakukan wajib
pajak. Oleh karena itu sebagai konsekuansinya aparat perpajakan
berkewajiban untuk menegakkan hukum agar proses dan pelaksanaan
sistem tersebut tetap ada aturannya.
Upaya mengantisipasi kemungkinan terjadinya penyelewengan
oleh wajib pajak yang telah diberikan kepercayaan melalui self
assessment system adalah dengan pemeriksaan pajak. Pemeriksaan pajak
didefinisikan
sebagai
serangkaian
kegiatan
untuk
mencari,
mengumpulkan, mengolah data dan atau keterangan lainnya untuk
menguji kepatuhan kewajiban perpajakan dan untuk tujuan lain dalam
rangka
melaksanakan
ketentuan
peraturan
perundang-undangan
perpajakan (Prastiwi, 2011 : 4).
Salah satu bentuk peran positif wajib pajak adalah sikap
keterbukaan wajib pajak. Keterbukaan tersebut diwujudkan dalam
bentuk penyelenggaraan pembukuan dengan memberkan itikad baik dan
mencerminkan keadaan atau kegiatan usaha yang sesungguhnya.
Kenyataan yang ada di Indonesia menunjukkan tingkat kepatuhan
wajib pajak masih rendah, hal ini terlihat pada belum optimalnya
penerimaan pajak (tax gap) dan tax ratio Indonesia masih terendah
dikawasan ASEAN yaitu sebesar 11,6 untuk tahun 2005. Salah satu sebab
belum optimalnya penerimaan perpajakan di Indonesia adalah rendahnya
tingkat
kepatuhan
wajib
pajak
dalam
memenuhi
kewajiban
perpajakaannya (Hidayati dan Supriyati, 2008).
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
5
Penelitian yang dilakukan Budiono (2003) dalam (Hidayati dan
Supriyadi, 2008). Menyatakan bahwa fenomena tingkat kepatuhan wajib
pajak di wilayah KPP Sidoarjo, khususnya Sidoarjo Barat menunjukkan
tingkat kepatuhan wajib pajak masih minim artinya belum seluruh wajib
pajak mematuhi ketentuan pajak. Hal ini
tercermin dari tiga hal.
Pertama, wajib pajak umumnya cenderung menghindari pembayaran
pajak, terlepas dari kesadaran kewarganegaraan. Kedua, tingkat
kepatuhan wajib pajak masih terbatas pada yang bersifat administrativ,
sementara upaya untuk menghindar dari pembayaran pajak masih sangat
tinggi. Ketiga, adanaya adanya indikasi beberapa wajib pajak melakukan
pemalsuan dokumen maupun keberadaan usahanya.
Persoalannya
sekarang
adalah
bahwa
lingkaran
antara
ketidakpatuhan pajak dengan sikap aparat pajak yang tidak sesuai
dengan aturan main masih saja berputar. Memulai pembenahan terhadap
kualitas aparat pajak itu sendiri merupakan awal yang sangat penting
untuk memutus lingkaran yang terlanjur lama berputar. Tingkat
kepatuhan wajib pajak memang tidak semata-mata hanya menjadi
tuntutan bagi wajib pajak, akan tetapi perlu didorong dengan dukungan
tingginya tingkat kualitas aparat pajak dalam melaksanakan tugasnya.
Tanpa kualitas pajak yang baik tampaknya cita-cita untuk menjadikan
pajak sebagai tumpuan harapan pembiayaan pembangunan diatas tangan
sendiri masih sangat jauh mengawan.
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
6
Kontrol dari aparat pajak yang proesional diharapkan mampu
memeperbaiki tingkat kepatuhan pajak, sebab dengan control maka
kesempatan melakukan kecurangan (penghindaran pajak) oleh wajib
pajak, apapun caranya dapat dicegah. Fungsi profesionalisme aparat
pajak kemudian akan menjadi pagar bagi terciptanya celah yang
memberikan kesempatan bagi wajib pajak untuk melanggar ketentuan
perpajakan (Puspitasari, Mendorong Tingkat Kepatuhan Pajak Melalui
Penegakan Hukum Terhadap Aparat Pajak).
Dewasa ini, kasus korupsi yang sangat hangat-hangatnya
dibicarakan adalah kasus mengenai Gayus Tambunan. Kasus Gayus
Tambunan yang meledak pada Bulan April 2010 telah mencoreng wajah
dunia perpajakan Indonesia. Di Indonesia, otoritas pemegang kebijakan
fiskal berada di Departemen Keuangan, dimana tugas dan wewenangnya
dipegang oleh Direktorat Jendral Pajak. Misi utama Direktorat Jendral
Pajak adalah misi fiskal, yaitu menghimpun penerimaan pajak
berdasarkan Undang-Undang Perpajakan yang mampu menunjang
kemandirian pembiayaan pemerintah dan dilaksanakan secara efektif dan
efisien. Sedangkan visi Direktorat Jendral Pajak untuk menjadi institusi
pemerintah
yang
dipercaya
masyarakat
dengan
integritas
dan
profesionalisme yang tinggi masih dipandang sebelah mata oleh
masyarakat terutama dengan munculnya kasus penggelapan pajak pada
awal tahun 2010 oleh salah satu fiskusnya yang diduga sebagai Makelar
Kasus Pajak, Gayus Tambunan. Kasus tersebut muncul ketika salah satu
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
7
pegawai Direktorat Jendral Pajak menyalahgunakan uang pajak dalam
jumlah yang sangat besar yang seharusnya dibayarkan kepada
pemerintah. Kasus tersebut menyebabkan banyaknya masyarakat
Indonesia yang melakukan aksi boikot bayar pajak sebagai rasa tidak
percaya mereka terhadap fiskus pajak.
Sikap masyarakat Indonesia dalam memboikot bayar pajak tidak
hanya dikarenakan munculnya ksus besar yang dilakukan Gayus, tetapi
juga dikarenakan pengelolahan dan pengalokasian uang hasil pajak oleh
pemerintah yang dirasa tidak tepat. Dalam sebuah artikel yang dimuat di
mengatakan bahwa kasus makelar kasus (markus) pajak senilai Rp 25
milyar yang melibatkan pegawai Ditjen Pajak Gayus Tambunan,
berpengaruh
buruk
terhadap
citra
pemerintah
dibidang
pajak.
Masyarakat menjadi malas bayar membayar pajak karena uang hasil
pajak rawan disalahgunakan. Demikian disampaikan oleh pengamat
perpajakan Kodrat Wibobo kepada detik Finance, Kamis (25/3/2010).
Maraknya pemeberitaan mengenai Gayus ini akan berefek buruk
terhadap upaya pemerintah meningkatkan penerimaan pajak. Karna
orang akan berfikir untuk apa membayar pajak kalau ternyata uangnya
disalahgunakan, ungkap Pengamat Perpajakan dalam detikFinance.
Penerimaan yang dihimpun Direktorat Jendral Pajak diperkirakan
tidak mencapai ratget yang ditetapkan APBN Perubahan atau APBN-P
2010, yakno Rp 604,4 triliun. Akibat dampak berbagai kasus criminal
perpajakan, seperti yang melibatkan Gayus Tambunan, penerimaan
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
8
Ditjen Pajak diperkirakan hanya mencapai 99,5 persen dari target.
Penerimaan Ditjen Pajak yang dibawah target tersebut dengan sendirinya
menurunkan proyeksi penerimaan perpajakan secara keseluruhan, baik
penerimaan yang dihimpun Ditjen Pajak maupun Ditjen Bea dan Cukai.
Berdasarkan uraian diatas yang telah peneliti jabarkan, maka
penelitian ini akan diberi
judul “IMPLIKASI KASUS GAYUS
TAMBUNAN DALAM KESADARAN WAJ IB PAJ AK (Studi
Kasus Pada KPP Pr atama Sur abaya Mulyor ejo)”
1.2.
Rumusan Masalah
Berdasarkan pada latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka
perumusan masalah yang ada pada penelitian ini dapat dirumuskan
sebagai berikut :
•
Bagaimana persepsi para Wajib Pajak terhadap kesadaran
membayar pajak dan perpajakan di Indonesia setelah adanya kasus Gayus
Tambunan ?
1.3.
Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian yang dilakukan:
1.
Untuk mengetahui persepsi Wajib Pajak dalam melaksanakan
kewajiban membayar pajak dan mampu menganalisis perpajakan di
Indonesia setelah adanya kasus Gayus Tambunan.
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
9
1.4.
Manfaat Penelitian
Manfaat yang diperoleh dari penelitian ini antara lain :
1. Manfaat Penulis
Memberikan tambahan informasi mengenai persepsi wajib pajak dalam
melaksanakan kewajiban membayar pajak yang dapat dipergunakan
sebagai tambahan ilmu pengetahuan khususnya tentang perpajakan di
Indonesia.
2. Bagi Universitas
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah kepustakaan sebagai
informasi bahan pembanding bagi peneliti lain yang ingin membahas
masalah ini kepada Universitas Pembagunan National “Veteran” Jawa
Timur pada umumnya dan Fakultas Ekonomi khususnya.
3. Bagi Institusi Perpajakan Dirjen Pajak
Hasil penenlitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi atau
masukan sejauh mana kewajiban para Wajib Pajak dalam membayar
kewajiban untuk membayar pajak setelah adanya Kasus Gayus
Tambunan.
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
10
BAB II
TINJ AUAN PUSTAKA
2.1.
Hasil Penelitian Ter dahulu
Berikut ini ditemukan penelitian-penelitian yang sebelumnya
yang pernah dilakukan oleh pihak lain yang dapat dipakai sebagai bahan
masukan serta bahan pengkajian berkaitan dengan penelitian ini antara
lain sebagai berikut:
a. Elia Mustikasar i (2007)
Penelitian yang dilakukan oleh Elia Mustikasari berjudul : “Kajian
Empiris Tentang Kepatuhan Wajib Pajak Badan di Perusahaan Industri
Pengelolahan di Surabaya” menyatakan bahwa kurangnya kesadaran dan
kepatuhan masyarakat wajib pajak untuk memenuhi kewajiban wajib
pajak.
Tax professional yang memiliki sikap terhadap ketidakpatuhan
positif, niat ketidakpatuhan pajaknya tinggi. Pengaruh orang sekitar
(perceived
professional
memiliki
social
pressure) yang
kuat
mempengaruhi
untuk berperilaku patuh. Tax
kewajiban moral
pajaknya rendah atau
yang
tinggi,
niat tax
professional
niat
sebaliknya semakin rendah
yang
ketidakpatuhan
persepsi
tax
professional atas kontrol yang dimilikinya akan mendorong tax
professional berniat patuh. Semakin rendah persepsi atas kontrol
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
11
yang dimiliki tax professional maka
professional
tidak
perpajakan badan. Tax
ketidakpatuhan
patuh
akan
mendorong tax
dalam melaksanakan
professional
pajak rendah,
yang
kewajiban
memiliki
niat
ketidakpatuhan pajaknya rendah
atau sebaliknya. Tax professional mempunyai persepsi bahwa kondisi
keuangan perusahaan baik, maka tax professional akan patuh dalam
menjalankan kewajiban perpajakan perusahaan yang dia wakili. Tax
professional mempunyai persepsi bahwa kondisi keuangan perusahaan
baik, maka tax professional akan patuh dalam menjalankan kewajiban
perpajakan perusahaan yang dia wakili. Persepsi iklim keorganisasian
yang positif berpengaruh terhadap kepatuhan pajak badan.
b. Supr iyati dan Nur Hidayati (2008)
Penelitian yang dilakukan oleh Supriyadi dan Nur Hidayati yang
berjudul : “Pengaruh Pengetahuan Pajak dan Persepsi Wajib Pajak
Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak”
Kepatuhan Wajib Pajak bukan hanya disebabkan oleh persepsi
Wajib Pajak, tetapi juga faktor lain diantaranya frekuensi sosialisasi
Direktorat Jendral Pajak (DJP).
c. Eka Febriyanti Rahman ( 2010 )
Penelitian yang dilakukan oleh Eka Febriyanti Rahman yang
berjudul “ Pengaruh Probabilitas Pemeriksaan Pajak dan Konflik Wajib
Pajak Terhadap Keputusan Pengelakan Pajak “
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
12
Semakin rendah tingkat probabilitas pemeriksaan wajib pajak,
maka wajib pajak akan memilih untuk tidak melaporkan penghasilan
mereka dalam laporan pajaknya. Semakin tinggi tingkat konflik yang
dialami wajib pajak, maka wajib pajak akan memilih untuk tidak
melaporkan penghasilan mereka dalam laporan pajaknya. Semakin
tinggi tingkat probabiltas pemeriksaan pajak, maka persentase
penghasilan yang akan dilaporkan oleh wajib pajak akan semakin besar
walaupun tingkat konflik yang dialami tinggi.
d. Widi Hidayat dan Argo Adhi Nugroho (2010)
Penelitian yang dilakukan oleh Widi Hidayat dan Argo Adhi
Nugroho yang berjudul “ Studi Empiris Theory of Planned Behavior dan
Pengaruh Kewajiban Moral pada Perilaku Ketidakpatuhan Pajak Wajib
Pajak Orang Pribadi “
Perilaku ketidakpatuhan wajib pajak merupakan perilaku yang
didasari oleh niat untuk tidak patuh pajak. Artinya bahwa semakin kecil
niat seseorang untuk tidak patuh pajak, akan semakin kecil pula
kemungkinan orang tersebut untuk berperilaku tidak patuh.
e. Chandra Dewi Puspitasr i (2008)
Penelitian yang dilakukan oleh Chandra Dewi Puspitasari yang
berjudul “ Mendorong Tingkat Kepatuhan Pajak Melalui Penegakan
Hukum Terhadap Aparat Pajak “
Pencapaian target yang masih jauh tidak hanya disebabkan oleh
wajib pajak semata yan menyimpang atau melanggar ketentuan
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
13
perpajakan, tetapi juga terimbas oleh “ nakalnya “ aparat pajak di
lapangan yang kemudian berdampak pada kepatuhan pajak yang rendah.
f. Luiyanto Yamin dan Titi Muswati Putrantif (2009)
Penelitian yang dilakukan oleh Luiyanto Yamin dan Titi Uswati
Putrantif yang berjudul “ Model Penyelewengan Pajak Menggunakan
Faktur Pajak Fiktif “
Faktur pajak bermasalah/fiktif tidak hanya terjadi dalam
penyerahan barang kena pajak (BKP) untuk ekspor, tetapi juga terjadi
pada penyerahan BKP dalam negri. Yang terahir ini dapat terjadi karena
penjual BKP adalah bukan pengusaha kena pajak ( PKP ) yang terdaftar,
sementara pembelinya adalah PKP yang menginginkan untuk melakukan
pengkreditan pajak masukkannya.
2.2.
Landasan Teor i
2.2.1.
Pajak
2.2.1.1. Pengertian Pajak
Definisi dalam Perpajakan
Ada banyak definisi pajak yang dikemukakan para ahli di bidang
perpajakan yang meskipun berbeda-beda, tetapi berbagai definisi
tersebut mempunyai pengertian yang sama. Perbedaan yang terjadi
hanyalah perbedaan pada sudut pandang yang digunakan masing-masing
dalam perumusan pengertian pajak.
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
14
Beberapa definisi tentang pajak oleh para ahli (Waluyo dan
Wiriawan, 2002 : 5) adalah sebagai berikut :
a. Mr. Dr. N.J. Feldmann
“ Pajak adalah prestasi yang dipaksakan sepihak oleh dan
terutang kepada pengusaha (menurut norma-norma yang
ditetapkan secara umum), tanpa kontra prestasi, dan semata-mata
digunakan untuk meutup pengeluaran-pengeluaran umum “
b. Prof. Dr. Rochmat Soemitro, SH
“ Pajak adalah iuran rakyat kepda kas negara berdasarkan
undang-undang (yang dapat dipaksakan) dengan tidak mendapat
jasa timbal balik (kontra prestasi) yang langsung dapat
ditunjukan dan yang digunakan untuk membayar pengeluaran
umum. Definisi ini kemudian dikoreksikan menjadi : Pajak
adalah peralihan kekayaan dari pihak rakyat kepada kas negara
untuk membiayai pengeluaran rutin dan surplusnya digunakan
untuk public saving yang merupakan sumber utama untuk
membiayai public investment “
c. Prof. Dr. M.J.H.Smeets
“ Pajak adalah prestasi kepada pemerintah yang terutang melalui
norma-norma umum dan yang dapat dipaksakannya, tanpa
adanya kontra prestasi yang dapat ditunjukkan dalam hal yang
individual,
dimaksudkan
untuk
membiayai
pengeluaran
pemerintah “
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
15
d. Philip E. Taylor
“Pajak adalah kontribusi seseorang yan ditunjukan kepada negara
tanpa adanya manfaat yang ditunjukan secara khusus pada
seseorang“
Sejak Reformasi perpajakan tahun 1984, dalam undang-undang
perpajakan tidak terdapat definisi/pengertian tentang pajak, namun
peraturan perpajakan yang dikeluarkan pada tahun 2009 telah
menyebutkan pengertian tentang pajak. Dalam Ketentuan Umum dan
Tata Cara Perpajakan (2009 : 1) menyeutkan : “Pajak adalah kontribusi
wajib pajak kepada negara yan terutang ole orang pribadi atau badan
yang bersifat memaksa berdsarkan Undang-Undang, dengan tidak
mendaptkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan
negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat”.
Menurut Prastiwi, 2011 : 15, berdasarkan definisi tersebut maka
karakteristik dari pajak dapat dikumpulkan sebagai berikut :
a. Pajak dipungut berdasarkan undang-undang dan aturan
pelaksanannya.
b. Pembayaran pajak yang terutang oleh orang pribadi atau
badan (wajib pajak) sifatnya dapat dipaksakan.
c. Pembayar
pajak (tax
payer)
tidak
dapat
menikmati
kontraprestasi secara langsung dari pemerintah.
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
16
d. Pajak dipungut oleh Negara, baik lewat pemerintah pusat
maupun pemerintah daerah sehingga ada istilah pajak pusat
dan pajak daerah.
e. Penerimaan dari sektor pajak digunakan untuk pembiayaan
pengeluaran-pengeluaran pemerintah, baik pegeluaran rutin
maupun pengeluaran pembangunan, dansebagainya apabila
terdapat kelebihan maka sisanya digunakan untuk public
investment.
Pasal 23 ayat 2 UUD 1945 merupakan dasar hukum pungutan
pajak yang berbunyi : “ Segala pajak untuk kegunaan kas Negara
berdasarkan undang-undang”. Menurut UU No. 16 tahun 2009 pasal 1
ayat 9, Pajak yang Terutang adalah pajak yang harus dibayar pada
suatu saat, dalam masa pajak, dalam tahun pajak atau dalam bagian
tahun
pajak
menurut
ketentuan
peraturan
perundang-undangan
perpajakan.
Menurut UU tahun No. 16 tahun 2009 pasal 2, 3, 3, dan 5, yang
dimaksud dengan Wajib Pajak adalah orang pribadi atau badan yang
menurut ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan ditentukan
untuk melakukan kewajiban perpajakan, termasuk pemungut pajak atau
pemotong pajak tertentu. Badan adalah sekumpulan orang dan atau
modal yang merupakn kesatuan baik yang melakukan usaha maupun
yang tidak melakukan usaha. Pengusaha adalah orang priadi atau badan
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
17
dalam bentuk apapun yang dalam kegiatan usaha atau pekerjannya
menghasilkan barang, melakukan usaha perdagangan. Pengusaha Kena
Pajak adalah pengusaha yang melakukan penyerahan barang kena pajak
dan atau penyerahan jasa kena pajak yang dikenakan pajak berdasarkan
UU Pajak Pertambahan Nilai 1984 dan perubahannya.
2.2.1.2.
Fungsi-fungsi Pajak
Terdapat dua fungsi pajak menurut Resmi (2003 : 2-3), yaitu :
a. Fungsi Budgetair (Sumber Keuangan Negara)
Pajak mempunyai fungsi Budgetair artinya pajak merupakan
salah satu sumber penerimaan pemerintah untuk membiayai pengeluaran
baik rutin maupun pembangunan, sebagai sumber keuangan maka
pemerintah memasukkan uang sebanyak-banyaknya untuk kas negara.
b. Fungsi Regulerend (Mengatur)
Pajak mempunyai fungsi mengatur artinya pajak sebagai alat
untuk mengatur atau melaksanakan kebijakan pemerintah dalam bidang
sosial dan ekonomi serta mencapai tujuan tertentu diluar bidang
keuangan.
2.2.1.3.
Syarat-syarat Pemungutan Pajak
Agar pemungutan pajak tidak menimbulkan hambatan atau
perlawanan, maka pemungutan pajak harus memenuhi syarat sebagai
berikut (Mardiasmo, 2009 : 2) :
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
18
2.2.1.4.
a.
Pemungutan pajak harus adil (syarat keadilan)
b.
Pemungutan pajak harus berdasarkan UU (syarat yuridis)
c.
Tidak menggangu perekonomian (syarat ekonomis)
d.
Pemungutan pajak harus efisien (syarat finansiil)
e.
Sistem pemungutan pajak harus sederhana
Sistem Pemungutan Pajak
Sistem Pemungutan Pajak ada 3 macam yaitu (Mardiasmo, 2009 : 7)
1.
Official assessment system
Adalah suatu system pemungutan yang memberi wewenang kepada
pemerintah (fiskus) untuk menentukan besarnya pajak yang terutang
oleh Wajib Pajak.
2.
Self assessement system
Adalah suatu system pemungutan pajak yang member wewenang
kepada Wajib Pajak untuk menetukan sendiri besarnya pajak yang
terutang.
3.
With holding system
Adalah suatu system pemungutan pajak yang memberi wewenang
kepada pihak ketiga (bukan fiskus dan bukan wajib pajak yang
bersagkutan) untuk memenuhi besarnya pajak yang terutang oleh
Wajib Pajak.
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
19
2.2.2.
Kesadaran Wajib Pajak
2.2.2.1. Pemahaman Wajib Pajak
Pemahaman berfungsi untuk membantu seseorang dalam
memberikan maksud atau memahami situasi atau peristiwa baru, yang
dalam hal ini adalah pajak yang selama ini dianggap menunggu mereka.
Wajib pajak dikatakan paham terhadap pajak apabila setiap orang
mengetahui segala permasalahan yang berhubungan dengan pajak, baik
mengenai asas-asasnya, macam-macam pajak yang berlaku, cara
perhitungan dan tata cara pembayarannya, serta haka dan kewajibannya
sebagai wajib pajak.
Ketidakpahaman terjadi apabila perkembangan intelektual dan
moral masyarakat masih rendah atau sistem perpajakan yang sulit
dipahami masyarakat (Mardiasmo, 2008 : 8).
2.2.2.2. Penger tian Kesadaran Wajib Pajak
Menurut Kamus besar Bahasa Indonesia (2003:487), kesadaran
adalah tahu, keadaan mengerti dan merasa. Pengertian ini juga
merupakan kesadran diri seseorang maupun kelompok. Jadi kesadaran
wajib pajak adalah sikap mengerti wajib pajak badan atau perorangan
untuk
memahami
arti,
fungsi
dan
tujuan
pembayaran
pajak
(Hapsari,2010:24).
Kesadaran bernegara berkonsekuensi logis untuk warga negara,
atau mereka yang merasa menjadi warga negara, yaitu kerelaan para
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
20
warga negara memnuhi kewajibannya termasuk rela memberikan
kontribusi dana untuk pelaksanaan fungsi pemerintah, dengan cara
membayar kewajiban pajaknya.
Diperlukan kesadaran wajib pajak untuk membayar pajak kepada
negara
guna
kesejahteraan
membiayai
umum serta
pembangunan
demi
kepentingan
dan
demi keberhasilan pelaksanaan
self
assessment system.
Meningktkan kesadaran wajib pajak untuk membayar pajak juga
tergantung dari cara pemerintah memberikan penerapan dan pelayanan
kepada masyarakat sebagai wajib pajak agar kesan dan pandangan dan
pelayanan kepada masyarakat sebagai wajib pajak agar kesan dan
pandangan yang keliru tentang arti dan fungsi pajak dapat dihilangkan.
Masyarakat yang memiliki kesadaran pajak tinggi akan mengerti fungsi
pajak, baik mengerti manfaat untuk masyarakat maupun pribadi.
Dari masalah diatas,
maka dapat diambil kesimpulan bahwa
masalah pemungutan pajak merupakan suatu masalah yang penting. Dan
untuk suksesnya pemungutan pajak, maka seluruh rakyat harus sadar
akan hal tersebut. Kesadaran hanya dapat dicapai dengan memahami
arti, fungsi dan tujuan pemungutan pajak.
2.2.2.3. Teor i yang Mendukung Pengar uh Kesadaran Wajib Pajak
Kesadaran bernegara adalah suatu sikap sadar mempunyai
negara, dan sikap sadar terhadap fungsi negara dalam memajukan
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
21
kesejahteraan rakyat. Dengan kesadaran bernegara, maka kesadaran akan
perpajakaan adalah suatu sikap terhadap fungsi pajak, berupa konstelasi
kafektifitas komponen kognitif, afektif dan konatif yang berinteraksi
dalam memahami, merasakan dan berprilaku terhadap makna dan fungsi
pajak (Hapsari,2008:18).
Mengacu pada kesadaran bernegara, maka kesadaran perpajakan
adalah suatu sikap teradap fungsi pajak, berupa korelasi komponen
kognitif, afektif, dan konatif dalam memahami, merasakan dan
berperilaku
terhadap
makna
dan
fungsi
pajak.
Wajib
Pajak
berkonsekuensi logis agar mereka rela memberikan kontribusi dana
untuk pelaksanaan fungsi pajak dengan cara membayar kewajiban pajak
secara tepat waktu dan tepat jumlah (Suparmoko, 1992:25).
Teori yang melandasi kesadaran perpajakan wajib pajak adalah
Teori Kognitif, menyatakan teori yang menitik beratkan proses-proses
sentral (misal : sikp, ide, harapan) dalam menerangkan tingkah laku.
Teori Kognitif mengemukakan perihal penguat didalamnya adalah teoriteori keseimbangan kongnitif yang mengatakan bahwa individu
mendapat penguat pada perilakunya kalau dengan perilakunya itu ia
dapat
mencapai
keseimbangan
kognitif
dari
kesadaran
ketidakseimbangan.
Teori
keseimbangan
menurut
Fritz
Heider,
keadaan
keseimbangan atau ketidakseimbangan selalu melibatkan tiga unsur
yaitu Individu, Orang Lain dan Objek Sikap. Pengertian keadaan
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
22
seimbang atau adanya keseimbangan merujuk kepada situasi dimana
hubungan diantara unsur-unsur yang ada berjalan harmonis sehinga tidak
ada tekanan untuk merubah keadaan.
Menurut Gunadi (2003) bahwa kesadaran wajib pajak merupakan
kunci dari system perpajakan yang telah ditetapkan di Indonesia yaitu
self assessment system. Dalam sistem ini wajib pajak diberikan
kepercayaan untuk menghitung, memperhitungkan, membayar dan
melaporkan sendiri pajak yang terutang. Oleh karena itu, apabila
semakin tinggi kesadaran yang dimiliki oleh wajib pajak atas kewajiban
perpajakannya, maka tidak mustahil target penerimaan pajak akan
tercapai.
Pada umumnya kesadaran wajib pajak juga dipengaruhi oleh
kepercayaan. Wajib Pajak mengharapkan adanya timbal balik dari
pembayaraan pajak yang telah disetor kepada pemerintah. Apabila
masyarakat tidak merasakan manfaat dari pajak tersebut, maka akan
muncul kecenderungan penghindran pajak.
2.2.2.4. Pengar uh Kasus Gayus Tambunan Ter hadap Kesadar an Wajib
Pajak
Maraknya penggelapan pajak di Indonesia, salah satunya
dilakukan oleh tersangka kasus mafia pajak, Gayus Tambunan. Gayus
yang bekerja di bagian penelaah pada seksi banding di Kantor
Pelayanan
Pajak,
dengan
bantuan
pengusaha
yang
sudah
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
23
berpengalaman. Posisi Gayus Tambunan termasuk untung karena dia
bekerja mengurusi lare tax office, kantor pajak yang khusus mengurusi
wajib pajak kelas kakap. Maka calon mangsanya adalah sederetan
pengusaha yang memang memutar uang dalam jumlah besar
(www.detikfinance.com).
Perkara manipulasi pajak juga hanya mungkin terjadi jika wajib
pajak individu maupun perusahaan memang memiliki niat buruk untuk
melakukan penghindaran pajak (tax evasion). Jika budaya penghindaran
pajak masih mengakar, tentu makelar pajak akan terus bermunculan.
Terungkapnya kasus makelar pajak ini benar-benar membuat citra
jajaran Departemen Keuangan khususnya Ditjen Pajak, berada di titik
nadir di mata publik. Jika seorang pegawai rendahan seperti Gayus bisa
memainkan duit pajak yang jumlahnya milyaran, tidak menutup
kemungkinan pejabat yang lebih tinggi dapat melakukan apa yang
dilakukan Gayus
Tambuan.
Inilah
yang akan
mengakibatkan
ketidakpercayaan masyarakat kepada aparat pajak yang bukan tidak
mungkin berujung pada pembangkangan umum terhadap berbagai
bentuk pungutan pajak.
Pertanda mengenai hal ini sebagian tampak diantara para
anggota jejaring sosial seperti Facebook yang muncul gerakan untuk
memboikot pajak atau menolak membayar pajak melalui jejaring dunia
maya.
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
24
Para Wajib Pajak di Indonesia juga tentu tidak akan melewatkan
fenomena kasus Gayus Tambunan yang meledak di masyarakat.
Fenomena ini tentu meninggalkan bekas di hati dan pikiran para Wajib
Pajak serta membentuk persepsi di benak setiap Wajib Pajak
(Sari:2011).
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
25
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1.
Definisi Operasional dan Pengukuran Var iabel
3.1.1.
Definisi Operasional Variabel
Definisi operasional adalah penentuan konsep, sehingga menjadi
variabel yang dapat diukur. Definisi operasional menjelaskan cara
tertentu yang digunakan oleh peneliti dalam mengoprasionalkan
konsep, sehingga memungkinkan bagi peneliti yang lain untuk
melakukan replikasi pengukuran dengan cara yang sama atau
mengembangkan dengan cara yang lebih baik. Adapun variabel yang
digunakan dalam penelitian ini adalah kesadaran wajib pajak setelah
adanya kasus Gayus Tambunan.
Kesadaran Wajib Pajak setelah adanya Kasus Gayus Tambunan
adalah sikap mengerti wajib pajak badan atau perorangan untuk
memahami arti, fungsi dan tujuan membayar pajak setelah adanya
Kasus Gayus Tambunan.
3.1.2.
Pengukuran Var iabel
Skala pengukuran untuk interval ini yang digunakan adalah
skala interval, sedangkan teknik pengukurannya menggunakan skala
Likert (Likert Style). Skala Likert digunakan untuk mengukur sikap,
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
26
pendapat, dan persepsi seseorang atau kelompok tentang kejadian atau
fenomena sosial (Sugiyono, 2010:132)..
Teknik pengukurannya menggunakan skala Likert, maka
variabel yang akan diukur dijabarkan menjadi indikator variabel.
Kemudian indicator tersebut dijadikan sebagai titik tolak untuk
menyusun item-item instrument yang dapat berupa pertanyaan atau
pertanyaan (Sugiyono, 2010:133).
Sangat Setuju (SS) dengan skor
:5
Setuju (S) dengan skor
:4
Ragu-Ragu (RG) dengan skor
:3
Tidak Setuju (TS) dengan skor
:2
Sangat Tidak Setuju (STS) dengan skor
:1
Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini skala
Likert yang dibuat dalam bentuk checklist.
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
27
Tabel 3.1 : Pengukuran Variabel
Var iabel
Kesadaran Wajib Pajak
Indikator
•
Kasus Gayus Tambunan
Setelah Adanya Kasus Gayus
mempengaruhi kondisi
Tambunan
perpajakan di Indonesia
•
Kesadaran bernegara untuk
membayar pajak sekalipun ada
Kasus Gayas Tambunan
•
Banyaknya korupsi di
Pemeritahan
•
Memahami arti, fungsi dan tujuan
wajib pajak membayar pajak
Sumber : Peneliti
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
28
3.2.
Teknik Pengumpulan Sampel
3.2.1.
Populasi
Populasi
adalah
wilayah
eneralisasi
yang
terdiri
atas
obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakt
PAJ AK
(Studi Kasus Pada KPP Pr atama Surabaya Mulyor ejo)
SKIPRISI
Diajukan oleh :
Ayusalam Yustifebr i Puteri
0813010038/FE/AK
Kepada
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”
J AWA TIMUR
2012
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
IMPLIKASI KASUS GAYUS TAMBUNAN DALAM KESADARAN WAJ IB
PAJ AK
(Studi Kasus Pada KPP Pr atama Surabaya Mulyor ejo)
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Per syar atan
Dalam Memperoleh Gelar Sar jana Ekonomi
Pr ogram Studi Akuntansi
Diajukan oleh :
Ayusalam Yustifebr i Puteri
0813010038/FE/AK
Kepada
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”
J AWA TIMUR
2012
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah
memberikan segala rahmat, karunia dan pertolongan-Nya, sehingga skripsi yang
berjudul
“IMPLIKASI
KASUS
GAYUS
TAMBUNAN
DALAM
KESADARAN WAJ IB PAJ AK (STUDI KASUS PADA KPP PRATAMA
SURABAYA MULYOREJ O” dapat diselesaikan dengan lancar.
Penulisan skripsi ini merupakan salah satu syarat yang harus ditempuh
mahasiswa jenjang pendidikan Strata-1 (Sarjana) Jurusan Akuntansi, Fakultas
Ekonomi, Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur guna
memperoleh gelar kesarjanaan.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini tidak terselesaikan tanpa
adanya bantuan, bimbingan serta saran-saran dari berbagai pihak, oleh karena itu
dengan segala kerendahan hati penulis ingin mengucapkan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada yang terhormat :
1. Bapak Prof. Dr. Ir. Teguh Sudarto, Mp., selaku Rektor Universitas
Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
2. Bapak Dr. Dhani Ichsanudin Nur, MM., selaku Dekan Fakultas Ekonomi
Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur”.
3. Bapak Drs.Ec. H. R.A Suwaidi, MS., selaku Wakil Dekan Fakultas
Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
i
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
4. Ibu Dr. Sri Trisnaningsih, Msi., selaku Kaprogdi Fakultas Ekonomi
Jurusan Akuntansi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa
Timur.
5. DR. INDRAWATI YUHERTIANA, MM, AK selaku Dosen Pembimbing
yang dengan kesabaran, ketelatenan dan kerelaan telah membimbing dan
memberikan petunjuk sampai terselesaikannya skripsi ini.
6. Bapak dan
Ibu
Dosen
Pengajar
Fakultas
Ekonomi Universitas
Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
7. Pimpinan
dan
Staf
Tata
Usaha
Fakultas
Ekonomi
Universitas
Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur
8. Alm. Ayah saya dan Mama serta kakak saya tercinta yang telah
memberikan dukungan moral maupun materiil serta doa hingga skripsi ini
dapat terselesaikan dengan baik.
9. Seseorang yang telah memberi ide untuk permasalahan skripsi ini dan
telah membantu, mensuport saya.
10. Teman-teman jurusan Akuntansi angkatan 2008, khususnya kepada
sahabatku tercinta Desy, Reny, Nikita, dan Puspita, terima kasih atas
dukungan dan doanya.
11. Seluruh pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini yang
tidak dapat penulis sebutkan satu per satu.
Semoga Allah SWT senantiasa memberikan rahmat dan hidayah-Nya
kepada semua pihak tersebut diatas. Dalam penyusunan skripsi ini , penulis
ii
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
menyadari bahwa tidak ada yang sempurna di dunia ini dan keterbtasan yang
dimiliki, sehingga penulis menghargai segala kritik dan saran yang bersifat
membangun untuk membantu kesempurnaan skripsi ini. Akhirnya harapan penulis
semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi refrensi pendidikan kita semua.
Surabaya, Mei 2012
Penulis
iii
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
IMPLIKASI KASUS GAYUS TAMBUNAN DALAM KESADARAN WAJ IB
PAJ AK
(Studi Kasus pada KPP Pratama Surabaya Mulyor ejo)
Oleh
Ayusalam Yustifebri Puteri
ABSTRAK
Dunia perpajakan di Indonesia, telah dibentuk sedemikian rupa
untuk dapat menarik hati setiap Warga Negara Indonesia untuk rajin dan taat
menjalankan kewajibannya dalam membayar pajak. Motto “Lunasi Pajaknya,
Awasi Penggunannya” juga semakin melekat sebagai tanda kejujuran terhadap
penggunaan pajak. Namun, di tengah melonjaknya perbaikan perpajakan di
Indonesia, korupsi tetap membayangi denyut nadi pemerintahan, termasuk dalam
masalah pajak. Kasus yang begitu menghebohkan adalah kasus “Gayus
Tambunan”.
Jenis penelitian adala deskriptif dengan metode survei. Teknik
pengambilan sampel yang digunakan adalah metode Probability Sampling yang
berupa Simple Random Sampling yaitu para wajib pajak pribadi yang terdaftar
pada Kantor Pajak Pratama Surabaya Mulyorejo. Analisis yang digunakan adalah
Mean, Standar Deviasi, Range dan Nilai Ekstrem.
Ditengah buruknya persepsi Wajib Pajak terhadap dunia
perpajakan Indonesia, dorongan untuk tetap berbakti kepada Negara untuk tetap
membayar pajak masih tetap dipegang oleh para Wajib Pajak. Fenomena Gayus
Tambunan memang telah merasuk dalam diri, jiwa dan persepsi Wajib Pajak
dengan berbagai hasil. Gayus Tambunan telah mampu membuka mata dan sikap
Wajib Pajak dalam menyingkapi dunia perpajakan Indonesia.
Keywords : Kesadraan Wajib Pajak
xiii
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR …………………………………………….
i
DAFTAR ISI ………………………………………………………
iv
DAFTAR TABEL ………………………………………………..
x
DAFTAR GAMBAR …………………………………………… .
xi
DAFTAR LAMPIRAN ……………………………………………
xii
ABSTRAKSI ………………………………………………………
xiii
BAB I PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang ………………………………………
1
1.2
Rumusan Masalah …………………………………..
8
1.3
Tujuan Penelitian ……………………………………
8
1.4
Manfaat Penelitian …………………………………..
9
BAB II TINJ AUAN PUSTAKA
2.1
Hasil Penelitihan Terdahulu …………………………
10
2.2
Landasan Teori ………………………………………
13
xii
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
2.2.1 Pajak ………………………………………………..
13
2.2.1.1
Pengertian Pajak ………………………………
13
2.2.1.2
Fungsi-Fungsi Pajak …………………………
17
2.2.1.3
Syarat Pemungutan Pajak …………………….
17
2.2.1.4
Sistem Pemungutan Pajak …………………….
18
2.2.2 Kesadaran Wajib Pajak ……………………………..
19
2.2.2.1
Pemahaman Wajib Pajak ……………………
19
2.2.2.2
Pengertian Kesadaran Wajib Pajak …………
19
2.2.2.3
Teori yang mendukung Pengaruh
Kesadaran Wajib Pajak ......………………….
2.2.2.4
20
Pengaruh Kasus Gayus Tambunan Terhadap
Kesadaran Wajib Pajak ………………………
22
BAB III METODE PENELITIAN
3.1
Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel …… ….
24
3.1.1 Definisi Operasional Variabel ………………………
24
3.1.2 Pengukuran Variabel ……………………………… …
24
xii
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
3.2
Teknik Pengumpulan Sampel ……………………….
27
3.2.1 Populasi ……………………………………………..
27
3.2.2 Sampel ………………………………………………
27
3.3
Teknik Pengumpulan Data ………………………….
29
3.3.1 Jenis Data ……………………………………………
29
3.3.2 Sumber Data …………………………………………
29
3.3.3 Teknik Pengumpulan Data ………………………….
29
3.4
Uji Kualitas Data …………………………………….
30
3.4.1 Uji Validitas ………………………………………
30
3.4.2 Uji Reabilitas …………………………………….
31
3.5
Teknik Analisis ………………………………………
31
3.5.1 Analisa Statistik Deskriptif ……………………….
31
BAB IV HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN
4.1
Deskripsi Objek Penelitian ………………………….
34
4.1.1 Sejarah Kantor Pajak Pratama Surabaya
Mulyorejo …………………………………………….
34
xii
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
4.1.1.1
Visi dan Misi KPP Surabaya Mulyorejo …….
4.1.1.2
Visi Kantor Pelayanan Pratama Surabaya
Mulyorejo …………………………………….
4.1.1.3
37
Misi Kantor Pelayanan Pratama Surabaya
Mulyorejo ………………………………………
4.1.1.4
37
37
Struktur Organisasi KPP Pratama Surabaya
Mulyorejo ………………………………………
38
4.1.2 Deskripsi Wajib Pajak …………………………………
41
4.1.2.1
Kewajiban dan Hak Wajib Pajak ……………..
43
4.2
Deskripsi Pengumpulan Sampel ……………………….
44
4.3
Deskripsi Hasil Penelitian ………………………………
44
4.4
Uji Kualitas Data ………………………………………..
45
4.4.1 Uji Validitas Data ……………………………………….
45
4.4.2 Uji Reliabilitas Data ……………………………………..
47
4.5
Demografi Responden …………………………………..
48
4.5.1 Distribusi Frekuensi Identitas Responden ………………
49
4.5.2 Kesadaran Wajib Pajak Setelah Adanya Kasus
xii
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
Gayus Tambunan ………………………………………
52
4.6
Hasil Statistik Deskriptif ………………………………
58
4.7
Pembahasan ……………………………………………
62
4.7.1 Implikasi Hasil Penelitian ……………………………..
62
4.7.2 Perbedaan Dengan Penelitian Terhadulu ………………
64
4.7.3 Keterbatasan Penelitian …………………………………
66
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1
Kesimpulan ……………………………………………
64
5.2
Saran …………………………………………………..
64
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
xii
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 3.1 Pengukuran Variabel …………………………………………... 27
Tabel 4.1 Statistik Deskriptif ……………………………………………..
44
Tabel 4.2 Uji Validitas …………………………………………………….
46
Tabel 4.3 Uji Reliabilitas ………………………………………………….
47
Tabel 4.4 Jenis Responden Yang Menerima Kuesioner …………………
48
Tabel 4.5 Berdasarkan Jenis Kelamin ……………………………………
49
Tabel 4.6 Berdasarkan Pekerjaan ……………………………………….
50
Tabel 4.7 Berdasarkan Pendidikan ……………………………………….
51
Tabel 4.8 Meskipun ada kecurangan yang dilakukan Gayus Tambunan
Saya tetap membayar pajak karena merupakan kewajiban Saya
sebagai warga Negara ……………………………………………. 52
Tabel 4.9 Dengan adanya Kasus Gayus Tambunan Dirjen Pajak diharapkan
untuk melakukan sosialisasi guna mengembalikan kepercayaan
para Wajib Pajak …………………………………………………
52
Tabel 4.10 Berkurangnya kepercayaan Wajib Pajak terhadap petugas
pajak dikarenakan adanya kasus Gayus Tambunan …………
53
xii
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
Tabel 4.11 Dengan adanya Kasus Gayus Tambunan sangat mempengaruhi
kondisi perpajakan di Indonesia ………………………………
54
Tabel 4.12 Walaupun ada Kasus Gayus Tambunan Saya tetap merasa
yakin bahwa pajak yang sudah Saya bayar benar-benar
digunakan untuk pembangunan Negara ………………………
54
Tabel 4.13 Melemahnya Wajib Pajak untuk membayar pajak karena banyak
korupsi di Pemerintahaan ………………………………………
55
Tabel 4.14 Pajak merupakan alat untuk menciptakan keseimbangan dan
keadilan sosial dalam masyarakat ……………………………… 55
Tabel 4.15 Saya menyadari bahwa pajak ditetapkan dengan undang-undang
dan dapat dipaksakan …………………………………………
56
Tabel 4.16 Dengan tidak membayar pajak Saya akan sangat merugikan
Negara …………………………………………………………
56
Tabel 4.17 Saya menyadari bahwa pembayaran pajak dapat meningkatkan
kesejahteraan warga negara ……………………………………
57
Tabel 4.18 Kesadaran wajib pajak untuk memenuhi kewajiban pajak tepat
waktu tanpa pengaruh orang lain meskipun ada kasus Gayus
Tambunan ………………………………………………………
57
Tabel 4.19 Tabel Mean ……………………………………………………… 58
Tabel 4.20 Tabel Standar Deviasi …………………………………………… 59
Tabel 4.21 Tabel Range ………………………………………………………. 60
Tabel 4.22 Tabel Nilai Minimum …………………………………………… 61
Tabel 4.23 Tabel Nilai Maksimum …………………………………………. 62
xii
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
Tabel 4.24 Tabel Rangkuman Perbedaan Penelitian Sekarang Dengan
Penelitian Terdahulu ………………………………………….
65
xii
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
DAFTAR LAMPIRAN
1. Reliability
2. Item Total Statistics
3. Frequency Table
4. Statistics
5. Indikator Penelitian
6. Kuesioner
7. Rekapan Hasil Kuesioner Tertutup
8. Rekapan Hasil Kuesioner Terbuka
9. Tabel r
xii
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 4.1 Struktur KPP …………………………………
39
xii
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang
Pajak sebenarnya sudah dikenal dan dipraktekkan sejak zaman
kerajaan-kerajaan. Pada masa itu rakyat diwajibkan untuk menyerahkan
upeti kepada raja yang besarnya sudah ditentukan. Pemungutan pajak
atau upeti ini terus berlanjut hingga zaman penjajahan Belanda. Bahkan
setelah Indonesia merdeka pajak ditetapkan dan dipungut setiap tahun
oleh pemerintah yang berkuasa (Prastiwi, 2011: 1).
Negara Republik Indonesia memiliki misi nasional, yaitu
mewujudkan Indonesia yang aman, damai, adil, demokratis, dan
sejahtera. Strategi pokok yang ditempuh untuk mencapai misi tersebut
yaitu
melalui
pembangunan
Indonesia
yang
diarahkan
untuk
membangun Indonesia disegala bidang yang merupakan perwujudan dari
amanat yang tertera jelas dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar
1945 terutama dalam pemenuhan hak dasar rakyat dan penciptaan
landasan pembangunan yang kokoh. Dalam melaksanakan pembangunan
nasional pemerintah membutuhkan dana yang sangat besar guna
mewujudkannya. Pembiayaan pembangunan ini direalisasikan ke dalam
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN).
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
2
Dalam APBN pemerintah memenuhi kebutuhan dana dengan
mengandalkan dua sumber pokok, yaitu sumber dana luar negeri dan
sumber dana dalam negeri. Contoh dari sumber dana luar negri adalah
pinjaman luar negri dan hibah, sedangkan contoh dari sumber dana
dalam negri adalah penjualan migas dan non migas serta pajak.
Penerimaan pajak merupakan sumber utama pembiayaan pemerintah dan
pembangunan. Dalam APBN Perubahan (APBN-P) Tahun Anggaran
2010, rencana penerimaan pajak sebesar Rp 604,4 triliun merupakan
62% dari pendapatan negara atau 12% terhadap Produk Domestik Bruto
(Nota Keuangan dan APBN, 2010) (Rahman,2010).
Peran pajak dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara
(APBN) di Indonesia terus meningkat dari tahun ketahun. Hal ini dapat
dilihat dari peningkatan besarnya porsi penerimaan pajak dibandingkan
dengan total penerimaan Negara dalam APBN. Pada tahun 2008, porsi
penerimaan pajak adalah sebesar 68,33%, dan untuk tahun 2009
meningkat
menjadi
74,86%
(Badan
Kebijakan
Fiskal
www.fiskal.depkeu.go.id dalam Hidayat dan Nugroho, 2010).
Sejak tahun 1984, sistem perpajakan mengalami reformasi
dengan ditetapkannya beberapa Undang-undang Perpajakan. Sejak
reformasi diberikan keparcayaan untuk mendaftarkan diri, menghitung,
menyetor,
melaporkan,
dan
memperhitungkan pajaknya
sendiri.
Sehingga aparat pajak hanya bertugas mengawasi, melayani dan
memberikan informasi perpajakan bagi masyarakat yang membutuhkan.
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
3
Sejak penerapan self assessment system, diperlukan kesadaran
dan kapatuhan dari wajib pajak untuk melaksanakan kewajiban
perpajakan sesuai peraturan yang berlaku (Pratiwi, 2011 : 4).
Pelaksanaan Self Assesment System dalam perpajakan di
Indonesia menuntut wajib pajak untuk aktif menghitung, melaporkan
dan membayar sendiri jumlah pajak yang terhutang kepada negara.
Artinya, bahwa wajib pajak telah diberikan kepercayaan penuh oleh
negara. Namun demikian, kepercayaan tersebut tidak sera merta
diberikan begitu saja. Aparat pajak tetap memiliki peran dalam
pelaksanaan perpajakan,
yaitu
peran dengan fungsi pelayanan,
pembinaan, atau penyuluhan, pengawasan dan penerapan sanksi. Fungsifungsi tersebut menjadikan aparat pajak berperan sebagai pelayanan
publik.
Aparat pajak sebagai publik tentu harus mampu melayani wajib
pajak dalam melaksanakan serangkaian proses pembayaran pajak.
Kelemahan dari sistem selft assessment adalah wajib pajak bisa dengan
sengaja mengisi laporan dengan tidak benar dan mngelak dari pajaknya.
Uapaya untuk mengurangi pengelakan pajak adalah dengan pemeriksaan
pajak.
Salah satu syarat agar sistem perpajakan tersebut berhasil adalah
adanya kemampuan masyarakat yaitu dapat menghitung pajaknya
sendiri. Adapaun alat yang dipakai dalam perhitungan pajak adalah
akuntansi. Kepercayaan yang diberikan terhadap wajib pajak ini bisa
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
4
disalahartikan dengan tindak penyimpangan yang dapat dilakukan wajib
pajak. Oleh karena itu sebagai konsekuansinya aparat perpajakan
berkewajiban untuk menegakkan hukum agar proses dan pelaksanaan
sistem tersebut tetap ada aturannya.
Upaya mengantisipasi kemungkinan terjadinya penyelewengan
oleh wajib pajak yang telah diberikan kepercayaan melalui self
assessment system adalah dengan pemeriksaan pajak. Pemeriksaan pajak
didefinisikan
sebagai
serangkaian
kegiatan
untuk
mencari,
mengumpulkan, mengolah data dan atau keterangan lainnya untuk
menguji kepatuhan kewajiban perpajakan dan untuk tujuan lain dalam
rangka
melaksanakan
ketentuan
peraturan
perundang-undangan
perpajakan (Prastiwi, 2011 : 4).
Salah satu bentuk peran positif wajib pajak adalah sikap
keterbukaan wajib pajak. Keterbukaan tersebut diwujudkan dalam
bentuk penyelenggaraan pembukuan dengan memberkan itikad baik dan
mencerminkan keadaan atau kegiatan usaha yang sesungguhnya.
Kenyataan yang ada di Indonesia menunjukkan tingkat kepatuhan
wajib pajak masih rendah, hal ini terlihat pada belum optimalnya
penerimaan pajak (tax gap) dan tax ratio Indonesia masih terendah
dikawasan ASEAN yaitu sebesar 11,6 untuk tahun 2005. Salah satu sebab
belum optimalnya penerimaan perpajakan di Indonesia adalah rendahnya
tingkat
kepatuhan
wajib
pajak
dalam
memenuhi
kewajiban
perpajakaannya (Hidayati dan Supriyati, 2008).
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
5
Penelitian yang dilakukan Budiono (2003) dalam (Hidayati dan
Supriyadi, 2008). Menyatakan bahwa fenomena tingkat kepatuhan wajib
pajak di wilayah KPP Sidoarjo, khususnya Sidoarjo Barat menunjukkan
tingkat kepatuhan wajib pajak masih minim artinya belum seluruh wajib
pajak mematuhi ketentuan pajak. Hal ini
tercermin dari tiga hal.
Pertama, wajib pajak umumnya cenderung menghindari pembayaran
pajak, terlepas dari kesadaran kewarganegaraan. Kedua, tingkat
kepatuhan wajib pajak masih terbatas pada yang bersifat administrativ,
sementara upaya untuk menghindar dari pembayaran pajak masih sangat
tinggi. Ketiga, adanaya adanya indikasi beberapa wajib pajak melakukan
pemalsuan dokumen maupun keberadaan usahanya.
Persoalannya
sekarang
adalah
bahwa
lingkaran
antara
ketidakpatuhan pajak dengan sikap aparat pajak yang tidak sesuai
dengan aturan main masih saja berputar. Memulai pembenahan terhadap
kualitas aparat pajak itu sendiri merupakan awal yang sangat penting
untuk memutus lingkaran yang terlanjur lama berputar. Tingkat
kepatuhan wajib pajak memang tidak semata-mata hanya menjadi
tuntutan bagi wajib pajak, akan tetapi perlu didorong dengan dukungan
tingginya tingkat kualitas aparat pajak dalam melaksanakan tugasnya.
Tanpa kualitas pajak yang baik tampaknya cita-cita untuk menjadikan
pajak sebagai tumpuan harapan pembiayaan pembangunan diatas tangan
sendiri masih sangat jauh mengawan.
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
6
Kontrol dari aparat pajak yang proesional diharapkan mampu
memeperbaiki tingkat kepatuhan pajak, sebab dengan control maka
kesempatan melakukan kecurangan (penghindaran pajak) oleh wajib
pajak, apapun caranya dapat dicegah. Fungsi profesionalisme aparat
pajak kemudian akan menjadi pagar bagi terciptanya celah yang
memberikan kesempatan bagi wajib pajak untuk melanggar ketentuan
perpajakan (Puspitasari, Mendorong Tingkat Kepatuhan Pajak Melalui
Penegakan Hukum Terhadap Aparat Pajak).
Dewasa ini, kasus korupsi yang sangat hangat-hangatnya
dibicarakan adalah kasus mengenai Gayus Tambunan. Kasus Gayus
Tambunan yang meledak pada Bulan April 2010 telah mencoreng wajah
dunia perpajakan Indonesia. Di Indonesia, otoritas pemegang kebijakan
fiskal berada di Departemen Keuangan, dimana tugas dan wewenangnya
dipegang oleh Direktorat Jendral Pajak. Misi utama Direktorat Jendral
Pajak adalah misi fiskal, yaitu menghimpun penerimaan pajak
berdasarkan Undang-Undang Perpajakan yang mampu menunjang
kemandirian pembiayaan pemerintah dan dilaksanakan secara efektif dan
efisien. Sedangkan visi Direktorat Jendral Pajak untuk menjadi institusi
pemerintah
yang
dipercaya
masyarakat
dengan
integritas
dan
profesionalisme yang tinggi masih dipandang sebelah mata oleh
masyarakat terutama dengan munculnya kasus penggelapan pajak pada
awal tahun 2010 oleh salah satu fiskusnya yang diduga sebagai Makelar
Kasus Pajak, Gayus Tambunan. Kasus tersebut muncul ketika salah satu
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
7
pegawai Direktorat Jendral Pajak menyalahgunakan uang pajak dalam
jumlah yang sangat besar yang seharusnya dibayarkan kepada
pemerintah. Kasus tersebut menyebabkan banyaknya masyarakat
Indonesia yang melakukan aksi boikot bayar pajak sebagai rasa tidak
percaya mereka terhadap fiskus pajak.
Sikap masyarakat Indonesia dalam memboikot bayar pajak tidak
hanya dikarenakan munculnya ksus besar yang dilakukan Gayus, tetapi
juga dikarenakan pengelolahan dan pengalokasian uang hasil pajak oleh
pemerintah yang dirasa tidak tepat. Dalam sebuah artikel yang dimuat di
mengatakan bahwa kasus makelar kasus (markus) pajak senilai Rp 25
milyar yang melibatkan pegawai Ditjen Pajak Gayus Tambunan,
berpengaruh
buruk
terhadap
citra
pemerintah
dibidang
pajak.
Masyarakat menjadi malas bayar membayar pajak karena uang hasil
pajak rawan disalahgunakan. Demikian disampaikan oleh pengamat
perpajakan Kodrat Wibobo kepada detik Finance, Kamis (25/3/2010).
Maraknya pemeberitaan mengenai Gayus ini akan berefek buruk
terhadap upaya pemerintah meningkatkan penerimaan pajak. Karna
orang akan berfikir untuk apa membayar pajak kalau ternyata uangnya
disalahgunakan, ungkap Pengamat Perpajakan dalam detikFinance.
Penerimaan yang dihimpun Direktorat Jendral Pajak diperkirakan
tidak mencapai ratget yang ditetapkan APBN Perubahan atau APBN-P
2010, yakno Rp 604,4 triliun. Akibat dampak berbagai kasus criminal
perpajakan, seperti yang melibatkan Gayus Tambunan, penerimaan
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
8
Ditjen Pajak diperkirakan hanya mencapai 99,5 persen dari target.
Penerimaan Ditjen Pajak yang dibawah target tersebut dengan sendirinya
menurunkan proyeksi penerimaan perpajakan secara keseluruhan, baik
penerimaan yang dihimpun Ditjen Pajak maupun Ditjen Bea dan Cukai.
Berdasarkan uraian diatas yang telah peneliti jabarkan, maka
penelitian ini akan diberi
judul “IMPLIKASI KASUS GAYUS
TAMBUNAN DALAM KESADARAN WAJ IB PAJ AK (Studi
Kasus Pada KPP Pr atama Sur abaya Mulyor ejo)”
1.2.
Rumusan Masalah
Berdasarkan pada latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka
perumusan masalah yang ada pada penelitian ini dapat dirumuskan
sebagai berikut :
•
Bagaimana persepsi para Wajib Pajak terhadap kesadaran
membayar pajak dan perpajakan di Indonesia setelah adanya kasus Gayus
Tambunan ?
1.3.
Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian yang dilakukan:
1.
Untuk mengetahui persepsi Wajib Pajak dalam melaksanakan
kewajiban membayar pajak dan mampu menganalisis perpajakan di
Indonesia setelah adanya kasus Gayus Tambunan.
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
9
1.4.
Manfaat Penelitian
Manfaat yang diperoleh dari penelitian ini antara lain :
1. Manfaat Penulis
Memberikan tambahan informasi mengenai persepsi wajib pajak dalam
melaksanakan kewajiban membayar pajak yang dapat dipergunakan
sebagai tambahan ilmu pengetahuan khususnya tentang perpajakan di
Indonesia.
2. Bagi Universitas
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah kepustakaan sebagai
informasi bahan pembanding bagi peneliti lain yang ingin membahas
masalah ini kepada Universitas Pembagunan National “Veteran” Jawa
Timur pada umumnya dan Fakultas Ekonomi khususnya.
3. Bagi Institusi Perpajakan Dirjen Pajak
Hasil penenlitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi atau
masukan sejauh mana kewajiban para Wajib Pajak dalam membayar
kewajiban untuk membayar pajak setelah adanya Kasus Gayus
Tambunan.
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
10
BAB II
TINJ AUAN PUSTAKA
2.1.
Hasil Penelitian Ter dahulu
Berikut ini ditemukan penelitian-penelitian yang sebelumnya
yang pernah dilakukan oleh pihak lain yang dapat dipakai sebagai bahan
masukan serta bahan pengkajian berkaitan dengan penelitian ini antara
lain sebagai berikut:
a. Elia Mustikasar i (2007)
Penelitian yang dilakukan oleh Elia Mustikasari berjudul : “Kajian
Empiris Tentang Kepatuhan Wajib Pajak Badan di Perusahaan Industri
Pengelolahan di Surabaya” menyatakan bahwa kurangnya kesadaran dan
kepatuhan masyarakat wajib pajak untuk memenuhi kewajiban wajib
pajak.
Tax professional yang memiliki sikap terhadap ketidakpatuhan
positif, niat ketidakpatuhan pajaknya tinggi. Pengaruh orang sekitar
(perceived
professional
memiliki
social
pressure) yang
kuat
mempengaruhi
untuk berperilaku patuh. Tax
kewajiban moral
pajaknya rendah atau
yang
tinggi,
niat tax
professional
niat
sebaliknya semakin rendah
yang
ketidakpatuhan
persepsi
tax
professional atas kontrol yang dimilikinya akan mendorong tax
professional berniat patuh. Semakin rendah persepsi atas kontrol
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
11
yang dimiliki tax professional maka
professional
tidak
perpajakan badan. Tax
ketidakpatuhan
patuh
akan
mendorong tax
dalam melaksanakan
professional
pajak rendah,
yang
kewajiban
memiliki
niat
ketidakpatuhan pajaknya rendah
atau sebaliknya. Tax professional mempunyai persepsi bahwa kondisi
keuangan perusahaan baik, maka tax professional akan patuh dalam
menjalankan kewajiban perpajakan perusahaan yang dia wakili. Tax
professional mempunyai persepsi bahwa kondisi keuangan perusahaan
baik, maka tax professional akan patuh dalam menjalankan kewajiban
perpajakan perusahaan yang dia wakili. Persepsi iklim keorganisasian
yang positif berpengaruh terhadap kepatuhan pajak badan.
b. Supr iyati dan Nur Hidayati (2008)
Penelitian yang dilakukan oleh Supriyadi dan Nur Hidayati yang
berjudul : “Pengaruh Pengetahuan Pajak dan Persepsi Wajib Pajak
Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak”
Kepatuhan Wajib Pajak bukan hanya disebabkan oleh persepsi
Wajib Pajak, tetapi juga faktor lain diantaranya frekuensi sosialisasi
Direktorat Jendral Pajak (DJP).
c. Eka Febriyanti Rahman ( 2010 )
Penelitian yang dilakukan oleh Eka Febriyanti Rahman yang
berjudul “ Pengaruh Probabilitas Pemeriksaan Pajak dan Konflik Wajib
Pajak Terhadap Keputusan Pengelakan Pajak “
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
12
Semakin rendah tingkat probabilitas pemeriksaan wajib pajak,
maka wajib pajak akan memilih untuk tidak melaporkan penghasilan
mereka dalam laporan pajaknya. Semakin tinggi tingkat konflik yang
dialami wajib pajak, maka wajib pajak akan memilih untuk tidak
melaporkan penghasilan mereka dalam laporan pajaknya. Semakin
tinggi tingkat probabiltas pemeriksaan pajak, maka persentase
penghasilan yang akan dilaporkan oleh wajib pajak akan semakin besar
walaupun tingkat konflik yang dialami tinggi.
d. Widi Hidayat dan Argo Adhi Nugroho (2010)
Penelitian yang dilakukan oleh Widi Hidayat dan Argo Adhi
Nugroho yang berjudul “ Studi Empiris Theory of Planned Behavior dan
Pengaruh Kewajiban Moral pada Perilaku Ketidakpatuhan Pajak Wajib
Pajak Orang Pribadi “
Perilaku ketidakpatuhan wajib pajak merupakan perilaku yang
didasari oleh niat untuk tidak patuh pajak. Artinya bahwa semakin kecil
niat seseorang untuk tidak patuh pajak, akan semakin kecil pula
kemungkinan orang tersebut untuk berperilaku tidak patuh.
e. Chandra Dewi Puspitasr i (2008)
Penelitian yang dilakukan oleh Chandra Dewi Puspitasari yang
berjudul “ Mendorong Tingkat Kepatuhan Pajak Melalui Penegakan
Hukum Terhadap Aparat Pajak “
Pencapaian target yang masih jauh tidak hanya disebabkan oleh
wajib pajak semata yan menyimpang atau melanggar ketentuan
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
13
perpajakan, tetapi juga terimbas oleh “ nakalnya “ aparat pajak di
lapangan yang kemudian berdampak pada kepatuhan pajak yang rendah.
f. Luiyanto Yamin dan Titi Muswati Putrantif (2009)
Penelitian yang dilakukan oleh Luiyanto Yamin dan Titi Uswati
Putrantif yang berjudul “ Model Penyelewengan Pajak Menggunakan
Faktur Pajak Fiktif “
Faktur pajak bermasalah/fiktif tidak hanya terjadi dalam
penyerahan barang kena pajak (BKP) untuk ekspor, tetapi juga terjadi
pada penyerahan BKP dalam negri. Yang terahir ini dapat terjadi karena
penjual BKP adalah bukan pengusaha kena pajak ( PKP ) yang terdaftar,
sementara pembelinya adalah PKP yang menginginkan untuk melakukan
pengkreditan pajak masukkannya.
2.2.
Landasan Teor i
2.2.1.
Pajak
2.2.1.1. Pengertian Pajak
Definisi dalam Perpajakan
Ada banyak definisi pajak yang dikemukakan para ahli di bidang
perpajakan yang meskipun berbeda-beda, tetapi berbagai definisi
tersebut mempunyai pengertian yang sama. Perbedaan yang terjadi
hanyalah perbedaan pada sudut pandang yang digunakan masing-masing
dalam perumusan pengertian pajak.
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
14
Beberapa definisi tentang pajak oleh para ahli (Waluyo dan
Wiriawan, 2002 : 5) adalah sebagai berikut :
a. Mr. Dr. N.J. Feldmann
“ Pajak adalah prestasi yang dipaksakan sepihak oleh dan
terutang kepada pengusaha (menurut norma-norma yang
ditetapkan secara umum), tanpa kontra prestasi, dan semata-mata
digunakan untuk meutup pengeluaran-pengeluaran umum “
b. Prof. Dr. Rochmat Soemitro, SH
“ Pajak adalah iuran rakyat kepda kas negara berdasarkan
undang-undang (yang dapat dipaksakan) dengan tidak mendapat
jasa timbal balik (kontra prestasi) yang langsung dapat
ditunjukan dan yang digunakan untuk membayar pengeluaran
umum. Definisi ini kemudian dikoreksikan menjadi : Pajak
adalah peralihan kekayaan dari pihak rakyat kepada kas negara
untuk membiayai pengeluaran rutin dan surplusnya digunakan
untuk public saving yang merupakan sumber utama untuk
membiayai public investment “
c. Prof. Dr. M.J.H.Smeets
“ Pajak adalah prestasi kepada pemerintah yang terutang melalui
norma-norma umum dan yang dapat dipaksakannya, tanpa
adanya kontra prestasi yang dapat ditunjukkan dalam hal yang
individual,
dimaksudkan
untuk
membiayai
pengeluaran
pemerintah “
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
15
d. Philip E. Taylor
“Pajak adalah kontribusi seseorang yan ditunjukan kepada negara
tanpa adanya manfaat yang ditunjukan secara khusus pada
seseorang“
Sejak Reformasi perpajakan tahun 1984, dalam undang-undang
perpajakan tidak terdapat definisi/pengertian tentang pajak, namun
peraturan perpajakan yang dikeluarkan pada tahun 2009 telah
menyebutkan pengertian tentang pajak. Dalam Ketentuan Umum dan
Tata Cara Perpajakan (2009 : 1) menyeutkan : “Pajak adalah kontribusi
wajib pajak kepada negara yan terutang ole orang pribadi atau badan
yang bersifat memaksa berdsarkan Undang-Undang, dengan tidak
mendaptkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan
negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat”.
Menurut Prastiwi, 2011 : 15, berdasarkan definisi tersebut maka
karakteristik dari pajak dapat dikumpulkan sebagai berikut :
a. Pajak dipungut berdasarkan undang-undang dan aturan
pelaksanannya.
b. Pembayaran pajak yang terutang oleh orang pribadi atau
badan (wajib pajak) sifatnya dapat dipaksakan.
c. Pembayar
pajak (tax
payer)
tidak
dapat
menikmati
kontraprestasi secara langsung dari pemerintah.
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
16
d. Pajak dipungut oleh Negara, baik lewat pemerintah pusat
maupun pemerintah daerah sehingga ada istilah pajak pusat
dan pajak daerah.
e. Penerimaan dari sektor pajak digunakan untuk pembiayaan
pengeluaran-pengeluaran pemerintah, baik pegeluaran rutin
maupun pengeluaran pembangunan, dansebagainya apabila
terdapat kelebihan maka sisanya digunakan untuk public
investment.
Pasal 23 ayat 2 UUD 1945 merupakan dasar hukum pungutan
pajak yang berbunyi : “ Segala pajak untuk kegunaan kas Negara
berdasarkan undang-undang”. Menurut UU No. 16 tahun 2009 pasal 1
ayat 9, Pajak yang Terutang adalah pajak yang harus dibayar pada
suatu saat, dalam masa pajak, dalam tahun pajak atau dalam bagian
tahun
pajak
menurut
ketentuan
peraturan
perundang-undangan
perpajakan.
Menurut UU tahun No. 16 tahun 2009 pasal 2, 3, 3, dan 5, yang
dimaksud dengan Wajib Pajak adalah orang pribadi atau badan yang
menurut ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan ditentukan
untuk melakukan kewajiban perpajakan, termasuk pemungut pajak atau
pemotong pajak tertentu. Badan adalah sekumpulan orang dan atau
modal yang merupakn kesatuan baik yang melakukan usaha maupun
yang tidak melakukan usaha. Pengusaha adalah orang priadi atau badan
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
17
dalam bentuk apapun yang dalam kegiatan usaha atau pekerjannya
menghasilkan barang, melakukan usaha perdagangan. Pengusaha Kena
Pajak adalah pengusaha yang melakukan penyerahan barang kena pajak
dan atau penyerahan jasa kena pajak yang dikenakan pajak berdasarkan
UU Pajak Pertambahan Nilai 1984 dan perubahannya.
2.2.1.2.
Fungsi-fungsi Pajak
Terdapat dua fungsi pajak menurut Resmi (2003 : 2-3), yaitu :
a. Fungsi Budgetair (Sumber Keuangan Negara)
Pajak mempunyai fungsi Budgetair artinya pajak merupakan
salah satu sumber penerimaan pemerintah untuk membiayai pengeluaran
baik rutin maupun pembangunan, sebagai sumber keuangan maka
pemerintah memasukkan uang sebanyak-banyaknya untuk kas negara.
b. Fungsi Regulerend (Mengatur)
Pajak mempunyai fungsi mengatur artinya pajak sebagai alat
untuk mengatur atau melaksanakan kebijakan pemerintah dalam bidang
sosial dan ekonomi serta mencapai tujuan tertentu diluar bidang
keuangan.
2.2.1.3.
Syarat-syarat Pemungutan Pajak
Agar pemungutan pajak tidak menimbulkan hambatan atau
perlawanan, maka pemungutan pajak harus memenuhi syarat sebagai
berikut (Mardiasmo, 2009 : 2) :
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
18
2.2.1.4.
a.
Pemungutan pajak harus adil (syarat keadilan)
b.
Pemungutan pajak harus berdasarkan UU (syarat yuridis)
c.
Tidak menggangu perekonomian (syarat ekonomis)
d.
Pemungutan pajak harus efisien (syarat finansiil)
e.
Sistem pemungutan pajak harus sederhana
Sistem Pemungutan Pajak
Sistem Pemungutan Pajak ada 3 macam yaitu (Mardiasmo, 2009 : 7)
1.
Official assessment system
Adalah suatu system pemungutan yang memberi wewenang kepada
pemerintah (fiskus) untuk menentukan besarnya pajak yang terutang
oleh Wajib Pajak.
2.
Self assessement system
Adalah suatu system pemungutan pajak yang member wewenang
kepada Wajib Pajak untuk menetukan sendiri besarnya pajak yang
terutang.
3.
With holding system
Adalah suatu system pemungutan pajak yang memberi wewenang
kepada pihak ketiga (bukan fiskus dan bukan wajib pajak yang
bersagkutan) untuk memenuhi besarnya pajak yang terutang oleh
Wajib Pajak.
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
19
2.2.2.
Kesadaran Wajib Pajak
2.2.2.1. Pemahaman Wajib Pajak
Pemahaman berfungsi untuk membantu seseorang dalam
memberikan maksud atau memahami situasi atau peristiwa baru, yang
dalam hal ini adalah pajak yang selama ini dianggap menunggu mereka.
Wajib pajak dikatakan paham terhadap pajak apabila setiap orang
mengetahui segala permasalahan yang berhubungan dengan pajak, baik
mengenai asas-asasnya, macam-macam pajak yang berlaku, cara
perhitungan dan tata cara pembayarannya, serta haka dan kewajibannya
sebagai wajib pajak.
Ketidakpahaman terjadi apabila perkembangan intelektual dan
moral masyarakat masih rendah atau sistem perpajakan yang sulit
dipahami masyarakat (Mardiasmo, 2008 : 8).
2.2.2.2. Penger tian Kesadaran Wajib Pajak
Menurut Kamus besar Bahasa Indonesia (2003:487), kesadaran
adalah tahu, keadaan mengerti dan merasa. Pengertian ini juga
merupakan kesadran diri seseorang maupun kelompok. Jadi kesadaran
wajib pajak adalah sikap mengerti wajib pajak badan atau perorangan
untuk
memahami
arti,
fungsi
dan
tujuan
pembayaran
pajak
(Hapsari,2010:24).
Kesadaran bernegara berkonsekuensi logis untuk warga negara,
atau mereka yang merasa menjadi warga negara, yaitu kerelaan para
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
20
warga negara memnuhi kewajibannya termasuk rela memberikan
kontribusi dana untuk pelaksanaan fungsi pemerintah, dengan cara
membayar kewajiban pajaknya.
Diperlukan kesadaran wajib pajak untuk membayar pajak kepada
negara
guna
kesejahteraan
membiayai
umum serta
pembangunan
demi
kepentingan
dan
demi keberhasilan pelaksanaan
self
assessment system.
Meningktkan kesadaran wajib pajak untuk membayar pajak juga
tergantung dari cara pemerintah memberikan penerapan dan pelayanan
kepada masyarakat sebagai wajib pajak agar kesan dan pandangan dan
pelayanan kepada masyarakat sebagai wajib pajak agar kesan dan
pandangan yang keliru tentang arti dan fungsi pajak dapat dihilangkan.
Masyarakat yang memiliki kesadaran pajak tinggi akan mengerti fungsi
pajak, baik mengerti manfaat untuk masyarakat maupun pribadi.
Dari masalah diatas,
maka dapat diambil kesimpulan bahwa
masalah pemungutan pajak merupakan suatu masalah yang penting. Dan
untuk suksesnya pemungutan pajak, maka seluruh rakyat harus sadar
akan hal tersebut. Kesadaran hanya dapat dicapai dengan memahami
arti, fungsi dan tujuan pemungutan pajak.
2.2.2.3. Teor i yang Mendukung Pengar uh Kesadaran Wajib Pajak
Kesadaran bernegara adalah suatu sikap sadar mempunyai
negara, dan sikap sadar terhadap fungsi negara dalam memajukan
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
21
kesejahteraan rakyat. Dengan kesadaran bernegara, maka kesadaran akan
perpajakaan adalah suatu sikap terhadap fungsi pajak, berupa konstelasi
kafektifitas komponen kognitif, afektif dan konatif yang berinteraksi
dalam memahami, merasakan dan berprilaku terhadap makna dan fungsi
pajak (Hapsari,2008:18).
Mengacu pada kesadaran bernegara, maka kesadaran perpajakan
adalah suatu sikap teradap fungsi pajak, berupa korelasi komponen
kognitif, afektif, dan konatif dalam memahami, merasakan dan
berperilaku
terhadap
makna
dan
fungsi
pajak.
Wajib
Pajak
berkonsekuensi logis agar mereka rela memberikan kontribusi dana
untuk pelaksanaan fungsi pajak dengan cara membayar kewajiban pajak
secara tepat waktu dan tepat jumlah (Suparmoko, 1992:25).
Teori yang melandasi kesadaran perpajakan wajib pajak adalah
Teori Kognitif, menyatakan teori yang menitik beratkan proses-proses
sentral (misal : sikp, ide, harapan) dalam menerangkan tingkah laku.
Teori Kognitif mengemukakan perihal penguat didalamnya adalah teoriteori keseimbangan kongnitif yang mengatakan bahwa individu
mendapat penguat pada perilakunya kalau dengan perilakunya itu ia
dapat
mencapai
keseimbangan
kognitif
dari
kesadaran
ketidakseimbangan.
Teori
keseimbangan
menurut
Fritz
Heider,
keadaan
keseimbangan atau ketidakseimbangan selalu melibatkan tiga unsur
yaitu Individu, Orang Lain dan Objek Sikap. Pengertian keadaan
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
22
seimbang atau adanya keseimbangan merujuk kepada situasi dimana
hubungan diantara unsur-unsur yang ada berjalan harmonis sehinga tidak
ada tekanan untuk merubah keadaan.
Menurut Gunadi (2003) bahwa kesadaran wajib pajak merupakan
kunci dari system perpajakan yang telah ditetapkan di Indonesia yaitu
self assessment system. Dalam sistem ini wajib pajak diberikan
kepercayaan untuk menghitung, memperhitungkan, membayar dan
melaporkan sendiri pajak yang terutang. Oleh karena itu, apabila
semakin tinggi kesadaran yang dimiliki oleh wajib pajak atas kewajiban
perpajakannya, maka tidak mustahil target penerimaan pajak akan
tercapai.
Pada umumnya kesadaran wajib pajak juga dipengaruhi oleh
kepercayaan. Wajib Pajak mengharapkan adanya timbal balik dari
pembayaraan pajak yang telah disetor kepada pemerintah. Apabila
masyarakat tidak merasakan manfaat dari pajak tersebut, maka akan
muncul kecenderungan penghindran pajak.
2.2.2.4. Pengar uh Kasus Gayus Tambunan Ter hadap Kesadar an Wajib
Pajak
Maraknya penggelapan pajak di Indonesia, salah satunya
dilakukan oleh tersangka kasus mafia pajak, Gayus Tambunan. Gayus
yang bekerja di bagian penelaah pada seksi banding di Kantor
Pelayanan
Pajak,
dengan
bantuan
pengusaha
yang
sudah
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
23
berpengalaman. Posisi Gayus Tambunan termasuk untung karena dia
bekerja mengurusi lare tax office, kantor pajak yang khusus mengurusi
wajib pajak kelas kakap. Maka calon mangsanya adalah sederetan
pengusaha yang memang memutar uang dalam jumlah besar
(www.detikfinance.com).
Perkara manipulasi pajak juga hanya mungkin terjadi jika wajib
pajak individu maupun perusahaan memang memiliki niat buruk untuk
melakukan penghindaran pajak (tax evasion). Jika budaya penghindaran
pajak masih mengakar, tentu makelar pajak akan terus bermunculan.
Terungkapnya kasus makelar pajak ini benar-benar membuat citra
jajaran Departemen Keuangan khususnya Ditjen Pajak, berada di titik
nadir di mata publik. Jika seorang pegawai rendahan seperti Gayus bisa
memainkan duit pajak yang jumlahnya milyaran, tidak menutup
kemungkinan pejabat yang lebih tinggi dapat melakukan apa yang
dilakukan Gayus
Tambuan.
Inilah
yang akan
mengakibatkan
ketidakpercayaan masyarakat kepada aparat pajak yang bukan tidak
mungkin berujung pada pembangkangan umum terhadap berbagai
bentuk pungutan pajak.
Pertanda mengenai hal ini sebagian tampak diantara para
anggota jejaring sosial seperti Facebook yang muncul gerakan untuk
memboikot pajak atau menolak membayar pajak melalui jejaring dunia
maya.
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
24
Para Wajib Pajak di Indonesia juga tentu tidak akan melewatkan
fenomena kasus Gayus Tambunan yang meledak di masyarakat.
Fenomena ini tentu meninggalkan bekas di hati dan pikiran para Wajib
Pajak serta membentuk persepsi di benak setiap Wajib Pajak
(Sari:2011).
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
25
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1.
Definisi Operasional dan Pengukuran Var iabel
3.1.1.
Definisi Operasional Variabel
Definisi operasional adalah penentuan konsep, sehingga menjadi
variabel yang dapat diukur. Definisi operasional menjelaskan cara
tertentu yang digunakan oleh peneliti dalam mengoprasionalkan
konsep, sehingga memungkinkan bagi peneliti yang lain untuk
melakukan replikasi pengukuran dengan cara yang sama atau
mengembangkan dengan cara yang lebih baik. Adapun variabel yang
digunakan dalam penelitian ini adalah kesadaran wajib pajak setelah
adanya kasus Gayus Tambunan.
Kesadaran Wajib Pajak setelah adanya Kasus Gayus Tambunan
adalah sikap mengerti wajib pajak badan atau perorangan untuk
memahami arti, fungsi dan tujuan membayar pajak setelah adanya
Kasus Gayus Tambunan.
3.1.2.
Pengukuran Var iabel
Skala pengukuran untuk interval ini yang digunakan adalah
skala interval, sedangkan teknik pengukurannya menggunakan skala
Likert (Likert Style). Skala Likert digunakan untuk mengukur sikap,
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
26
pendapat, dan persepsi seseorang atau kelompok tentang kejadian atau
fenomena sosial (Sugiyono, 2010:132)..
Teknik pengukurannya menggunakan skala Likert, maka
variabel yang akan diukur dijabarkan menjadi indikator variabel.
Kemudian indicator tersebut dijadikan sebagai titik tolak untuk
menyusun item-item instrument yang dapat berupa pertanyaan atau
pertanyaan (Sugiyono, 2010:133).
Sangat Setuju (SS) dengan skor
:5
Setuju (S) dengan skor
:4
Ragu-Ragu (RG) dengan skor
:3
Tidak Setuju (TS) dengan skor
:2
Sangat Tidak Setuju (STS) dengan skor
:1
Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini skala
Likert yang dibuat dalam bentuk checklist.
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
27
Tabel 3.1 : Pengukuran Variabel
Var iabel
Kesadaran Wajib Pajak
Indikator
•
Kasus Gayus Tambunan
Setelah Adanya Kasus Gayus
mempengaruhi kondisi
Tambunan
perpajakan di Indonesia
•
Kesadaran bernegara untuk
membayar pajak sekalipun ada
Kasus Gayas Tambunan
•
Banyaknya korupsi di
Pemeritahan
•
Memahami arti, fungsi dan tujuan
wajib pajak membayar pajak
Sumber : Peneliti
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
28
3.2.
Teknik Pengumpulan Sampel
3.2.1.
Populasi
Populasi
adalah
wilayah
eneralisasi
yang
terdiri
atas
obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakt