PENGARUH PERSEPSI WAJIB PAJAK MENGENAI PETUGAS PAJAK, KEPERCAYAAN WAJIB PAJAK DAN KEPUASAN WAJIB PAJAK TERHADAP KEPATUHAN WAJIB PAJAK (Studi Kasus pada KPP Pratama Surabaya Simokerto).

PENGARUH PERSEPSI WAJ IB PAJ AK MENGENAI PETUGAS PAJ AK,
KEPERCAYAAN WAJ IB PAJ AK DAN KEPUASAN WAJ IB PAJ AK
TERHADAP KEPATUHAN WAJ IB PAJ AK
(Studi Kasus pada KPP Pr atama Sur abaya Simokerto)

SKRIPSI

Diajukan Oleh :
Puspita Rahayu Widodo
0813010027/FE/AK
Kepada
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”
J AWA TIMUR
2012

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

SKRIPSI
PENGARUH PERSEPSI WAJ IB PAJ AK MENGENAI PETUGAS PAJ AK,

KEPERCAYAAN WAJ IB PAJ AK DAN KEPUASAN WAJ IB PAJ AK
TERHADAP KEPATUHAN WAJ IB PAJ AK
(Studi Kasus pada KPP Pratama Sur abaya Simoker to)

yang diajukan

Puspita Rahayu Widodo
0813010027/FE/AK

disetujui untuk Ujian Lisan oleh

Pembimbing Utama

DR. INDRAWATI YUHERTIANA,MM,AK

Tanggal : ………………….

Wakil Dekan I Fakultas Ekonomi

Drs.Ec.R.A. SUWAIDI, MS

NIP. 196003301986031003

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

PENGARUH PERSEPSI WAJ IB PAJ AK MENGENAI PETUGAS PAJ AK,
KEPERCAYAAN WAJ IB PAJ AK DAN KEPUASAN WAJ IB PAJ AK
TERHADAP KEPATUHAN WAJ IB PAJ AK
(Studi Kasus pada KPP Pr atama Sur abaya Simokerto)

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Per syar atan
Dalam Memper oleh Gelar Sar jana Ekonomi
Pr ogram Studi Akuntansi

Diajukan Oleh :
Puspita Rahayu Widodo
0813010027/FE/AK
Kepada

FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”
J AWA TIMUR
2012

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

KATA PENGANTAR
Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmad
dan hidayah-Nya, sehingga penyusunan Skripsi dengan judul “PENGARUH
PERSEPSI

WAJ IB

PAJ AK

MENGENAI

PETUGAS


PAJ AK,

KEPERCAYAAN WAJ IB PAJ AK DAN KEPUASAN WAJ IB PAJ AK
TERHADAP KEPATUHAN WAJ IB PAJ AK (Studi Kasus pada KPP
Pr atama Surabaya Simoker to)” dapat terselesaikan dengan baik.
Adapun maksud penyusunan skripsi ini adalah untuk memenuhi sebagian
persyaratan agar memperoleh gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Akuntansi pada
Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur
diSurabaya.
Dalam Penyusunan skripsi ini penulis telah banyak mendapatkan bantuan,
bimbingan dan dorongan dari banyak pihak, maka melalui kesempatan ini penulis
ingin menyampaikan rasa terima kasih yang sangat dalam kepada :
1. Bapak Prof. Dr. Ir. Teguh Soedarto, MP selaku Rektor Universitas
Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
2. Bapak. Dr. Dhani Ichsanuddin Nur, MM selaku Dekan Fakultas Ekonomi
Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
3. Bapak Drs. Ec. Rahman A. Suwaidi, Msi selaku Wakil Dekan Fakultas
Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
4. Ibu Dr. Sri Trisnaningsih, MSi selaku Ketua Progdi Akuntansi Universitas

Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

i

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

5. Ibu Dr. Indrawati Yuhertiana, MM, Ak selaku Dosen Pembimbing yang dengan
kesabaran dan kerelaan telah membmbing dan memberi petunjuk yang sangat
berguna sehingga terselesaikannya skripsi ini.
6. Ibu Dra. Ec. Siti Sundari, MSi selaku Dosen Wali yang telah memberi bantuan
dan nasihat.
7. Para Dosen yang telah memberikan bekal ilmu pengetahuan kepada penulis
selama menjadi mahasiswa di Universitas Pembangunan Nasional “Veteran”
Jawa Timur.
8. Papa, mama, tante, om heru, bunga, ninong, ibug dan “ndong”yang telah
memberikan doa, dukungan, semangat dan bantuannya secara moril maupun
materil sehingga mampu menghantarkan penulis menyelesaikan studinya.
9. Semua sahabatku Ayu, Desy, Nikita, Reny, Retno, Dila, Ifa, Dinda, Pepeb,
Delia, Riris, mike, boni, icang, yudo, semua anak akuntansi angkatan 2008,

Tia, Ntul, Monyet, Nono, Ndud, Sinyo, Otty, Ikbar, Labu, Yossi, Capel, dan
semua pihak yang mungkin tidak bisa disebutkan.
Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penulisan skripsi
ini, oleh karenanya penulis senantiasa mengharapkan kritik dan saran bagi
perbaikan. Akhir kata, kepada semua pihak yang telah berkenan membantu dalam
penyusunan skripsi ini, semoga sumbangan dan amal kebaikan yang telah
diberikan diterima oleh Allah SWT dan mendapat imbalan dari-Nya. Amin.
Surabaya, Mei 2012

Penulis
ii

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

PENGARUH PERSEPSI WAJ IB PAJ AK MENGENAI PETUGAS PAJ AK,
KEPERCAYAAN WAJ IB PAJ AK DAN KEPUASAN WAJ IB PAJ AK
TERHADAP KEPATUHAN WAJ IB PAJ AK
(Studi Kasus pada KPP Pr atama Surabaya Simoker to)
Oleh :

Puspita Rahayu Widodo
Abstr aksi

Salah satu sumber penerimaan negara Indonesia yang potensial adalah
penerimaan pajak. Penerimaan pajak akan digunakan untuk membiayai
pembangunan dan meningkatkan kesejahteraan seluruh rakyat Indonesia. Pemerintah
berupaya sedemikian rupa agar pemungutan pajak dapat berjalan dengan lancar,
upaya tersebut mengarah pada satu hal yaitu meningkatkan kepatuhan wajib pajak
dalam menunaikan kewajiban perpajakannya. Banyak faktor yang menyebabkan
wajib pajak enggan dalam memenuhi kewajiban perpajakannya diantaranya persepsi
wajib pajak mengenai petugas pajak, kepercayaan wajib pajak dan kepuasan wajib
pajak. Oleh karena itu penelitian ini bertujuan untuk membuktikan secara empiris
mengenai pengaruh persepsi wajib pajak mengenai petugas pajak, kepercayaan
wajib pajak dan kepuasan wajib pajak.terhadap kepatuhan wajib pajak.
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer yaitu data yang
diperoleh secara langsung dengan menggunakan teknik kuesioner yang dibagikan
kepada wajib pajak. Analisis statistik yang digunakan adalah analisis regresi linear
berganda.
Berdasarkan hasil analisis disimpulkan bahwa variabel kepercayaan wajib pajak
dan kepuasan wajib pajak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap kepatuhan

wajib pajak pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Surabaya Simokerto sedangkan
persepsi wajib pajak mengenai petugas pajak mempunyai pengaruh yang tidak
signifikan terhadap kepatuhan wajib pajak pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama
Surabaya Simokerto.

Key Words : Persepsi Wajib Pajak Mengenai Petugas Pajak, Kepercayaan Wajib
Pajak, Kepuasan Wajib Pajak dan Kepatuhan Wajib Pajak.

Xi

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR...........................................................................i
DAFTAR ISI..........................................................................................iii
DAFTAR TABEL..................................................................................viii
DAFTAR GAMBAR..............................................................................ix
DAFTAR LAMPIRAN..........................................................................x

ABSTRAKSI...........................................................................................xi
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang..................................................................... 1
1.2. Rumusan Masalah .............................................................. 7
1.3. Tujuan Penelitian ................................................................ 7
1.4. Manfaat Penelitian .............................................................. 7
BAB II TINJ AUAN PUSTAKA
2.1. Penelitihan Terdahulu ......................................................... 9
2.2. Landasan Teori ................................................................... 11
2.2.1. Pajak ............................................................................ 11
2.2.1.1. Definisi Pajak ..................................................... 11
2.2.1.2. Fungsi Pajak ........................................................ 12
2.2.1.3.Teori yang Mendukung Pemungutan Pajak .......... 14
2.2.1.4. Klasifikasi Pajak .................................................. 18
2.2.1.5. Sistem Pemungutan Pajak ..................................... 19
2.2.1.6. Subyek Pajak ........................................................ 21
vii

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.


2.2.1.7. Obyek Pajak.......................................................... 22
2.2.1.8. Penghasilan Bukan obyek Pajak ............................ 24
2.2.1.9. Tarif Pajak ............................................................ 26
2.2.2. Kepatuhan Wajib Pajak ............................................... 26
2.2.3. Persepsi Wajib Pajak Mengenai Petugas Pajak ............. 27
2.2.3.1. Faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi ........... 28
2.2.4. Kepercayaan Wajib Pajak ............................................. 29
2.2.5. Kepuasan Wajib Pajak .................................................. 30
2.2.6. Pengaruh Persepsi Wajib Pajak Terhadap Kepatuhan
Wajib Pajak ................................................................ 31
2.2.7. Pengaruh Kepercayaan Wajib Pajak Terhadap Kepatuhan
Wajib Pajak ................................................................ 31
2.2.8. Pengaruh Kepuasan Wajib Pajak Terhadap Kepatuhan
Wajib Pajak ................................................................ 32
2.2.9. Kerangka Pikir ............................................................. 33
2.2.10.Hipotesis ..................................................................... 34
BAB III METODE PENELITIAN
3.1. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel ................... 35
3.1.1. Definisi Operasional ..................................................... 35

3.1.2. Pengukuran Variabel ..................................................... 36
3.2. Teknik Penentuan Sampel ................................................... 37
3.2.1. Populasi ......................................................................... 37
3.2.2. Sampel ........................................................................... 38
vii

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

3.3. Teknik Pengumpulan Data .................................................. 39
3.3.1. Jenis Data ...................................................................... 39
3.3.2. Sumber Data ................................................................... 39
3.3.3. Pengumpulan Data ........................................................ 39
3.4. Uji Kualitas Data ................................................................ 40
3.4.1. Uji Validitas .................................................................. 40
3.4.2. Uji Reabilitas ................................................................. 40
3.4.3. Uji Normalitas ............................................................... 41
3.4.4. Uji Asumsi Klasik.......................................................... 41
3.4.4.1. Uji Autokorelasi....................................................... 42
3.4.4.2. Uji multikolonieritas ................................................ 42
3.4.4.3. Uji Heteroskedastisitas ............................................. 43
3.4.5. Teknik Analisis .............................................................. 43
3.4.6. Uji Hipotesis ................................................................... 44
3.4.6.1. Uji F (Uji Kesesuaian Model) .................................... 44
3.4.6.2. Uji T (Uji Parsial) ...................................................... 45
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1. Gambaran Umum Obyek Penelitian .................................... 46
4.1.1. Sejarah KPP Pratama Surabaya Simokerto ...................... 46
4.1.2. Visi dan Misi KPP Pratama Surabaya Simokerto ........... 48
4.1.2.1. Visi Kantor Pelayanan Pajak Surabaya Simokerto ... 48
4.1.2.2. Misi Kantor Pelayanan Pajak Surabaya Simokerto .. 48
4.1.3. Deskripsi Wajib Pajak .................................................... 48
vii

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

4.2. Deskripsi Hasil Penelitian .................................................... 49
4.2.1. Karakteristik Responden ................................................. 49
4.2.2. Distribusi Frekuensi Jawaban Responden ....................... 50
4.2.2.1. Persepsi Wajib Pajak Mengenai Petugas Pajak (X1). 50
4.2.2.2. Kepercayaan Wajib Pajak (X2) ................................ 52
4.2.2.3. Kepuasan Wajib Pajak (X3) ..................................... 54
4.2.2.4. Kepatuhan Wajib Pajak (Y) ..................................... 55
4.3. Uji Kualitas Data ................................................................. 57
4.3.1. Uji Validitas Data ........................................................... 57
4.3.2. Uji Reabilitas .................................................................. 61
4.3.3. Uji Normalitas ................................................................ 61
4.4. Teknik Analisis dan Uji Hipotesis ........................................ 62
4.4.1. Uji Asumsi Klasik .......................................................... 62
4.4.2. Analisis Regresi Linear Berganda ................................... 65
4.4.3. Persamaan Regresi.......................................................... 65
4.5. Uji Hipotesis........................................................................ 67
4.5.1. Uji Kesesuaian Model (Uji F) ......................................... 67
4.5.2. Uji Pengaruh (Uji t) ........................................................ 69
4.6. Pembahasan ......................................................................... 71
4.7. Keterbatasan Penelitian ........................................................ 74
4.8. Perbedaan Penelitian Sekarang dengan Penelitian Terdahulu
.......................................................................................... 75
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan.......................................................................... 78
vii

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

5.2. Saran ................................................................................... 78
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

vii

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

BAB I
PENDAHULUAN

1.1.

Latar Belakang
Pajak merupakan suatu fenomena yang menarik dalam kehidupan
masyarakat dan Negara, saat ini pajak bukan lagi merupakan sesuatu
yang asing bagi masyarakat Indonesia, sebagian kalangan telah
menempatkan pajak sebagai salah satu kewajiban dalam bernegara, yaitu
merupakan sarana untuk ikut berpartisipasi dalam membantu pelaksanaan
tugas negara yang ditangani pemerintah. Salah satu indikasi ini terlihat
dari semakin banyaknya jumlah Wajib Pajak (Rildasari, 2011: 1).
Sejarah pemungutan pajak telah ada sejak jaman nenek moyang
yang dikenal dengan upeti, upeti perorangan ataupun kelompok orang
diberikan kepada raj atau penguasa sebagai bentuk penghormatan dan
tunduk patuh pada kekuasaan raja atau penguasa sebagai bentuk pajak
pada zaman kerajaan-kerajaan di Indonesia tumbuh. Upeti tersebut
berupa hasil bumi (Rahayu, 2010: 12).
Negara memerlukan dana yang cukup besar guna membiayai
kegiatan pembangunan yang berlangsung terus – menerus dan
berkesinambungan. Pajak dibedakan menjadi dua fungsi yaitu fungsi
budgetair

(sumber

penerimaan

negara)

dan

fungsi

regulerend

(mengatur). Fungsi budgetair artinya pajak merupakan salah satu sumber

1
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

2

penerimaan pemerintah untuk membiayai pengeluaran baik rutin maupun
pembangunan. Sedangkan fungsi regulerend artinya pajak sebagai alat
untuk mengatur atau melaksanakan kebijakan pemerintah dalam bidang
sosial dan ekonomi serta mencapai tujuan – tujuan tertentu di luar bidang
keuangan. Dari fungsi ini pada dasarnya pemerintah ingin kembali
menegaskan peranan penting pajak baik sebagai alat penerimaan negara
seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, maupun sebagai alat untuk
melaksanakan berbagai kebijakan di bidang sosial ekonomi (Resmi,
2008: 3).
Salah satu cara yang dilakukan pemerintah untuk meningkatkan
peranan masyarakat dalam bidang perpajakan adalah melakukan
pembaharuan pajak atau lebih dikenal dengan reformasi perpajakan.
Melalui reformasi perpajakan diharapkan akan mampu meningkatkan
peranan masyarakat dalam bidang perpajakan. Setelah tahun 1983
berdasarkan Undang-Undang Tahun 1983 dan berlaku di Indonesia sejak
tahun 1984 sampai sekarang sistem pemungutan pajak yang diterapkan
adalah Self Assessment System (Rildasari, 2011: 3).
Official assessment system adalah suatu sistem pemungutan yang
memberi wewenang kepada pemerintah (fiskus) untuk menentukan
besarnya pajak yang terutang oleh wajib pajak sedangkan self assessment
system adalah suatu sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang
kepada wajib pajak untuk menentukan sendiri besarnya pajak yang
terutang (Mardiasmo, 2009:7). Dengan penerapan self assessment system,

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

3

pemerintah berharap dapat meningkatkan penerimaan dari sektor pajak
melalui peningkatan kepatuhan wajib pajak dalam membayar pajak.
Hal terpenting yang mempengaruhi keberhasilan sistem ini adalah
tingkat kepatuhan Wajib Pajak. Jiwa dari self assessment adalah
pemerintah (Dirjen Pajak) yang memberi kepercayaan kepada Wajib
Pajak untuk menghitung dan menetapkan sendiri besarnya kewajiban
pajak yang harus dibayar Wajib Pajak (Kusumawati & Tarjo, 2006: 104).
Salah satu tolak ukur untuk mengukur perilaku wajib pajak adalah
tingkat

kepatuhannya

melaksanakan

kewajiban

mengisi

dan

menyampaikan Surat Pemberitahuan (SPT) secara benar dan tepat waktu.
Semakin tinggi tingkat kebenaran dalam menghitung, memperhitungkan,
ketepatan menyetor dan menyampaikan Surat Pemberitahuan (SPT)
secara benar dan tepat waktu, diharapkan semakin tinggi tingkat
kepatuhan wajib pajak dalam melaksanakan dan memenuhi kewajiban
pajaknya (Aziza, 2011: 3).
Wajib Pajak dari tahun ke tahun di Indonesia jumlahnya semakin
meningkat. Padahal jika dilihat dari realita yang ada, kebanyakan dari
masyarakat enggan untuk memenuhi kewajiban kewarganegaraannya
yaitu kewajiban sebagai Wajib Pajak. Pada umumnya Wajib Pajak
cenderung untuk menghindarkan diri dari pembayaran pajak, banyak
masyarakat yang tidak patuh. Kepatuhan ini akan berdampak baik secara
langsung maupun tak langsung pada penerimaan pajak.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

4

Wajib Pajak Orang pribadi di Indonesia yang menyerahkan SPTnya hanya 8,5 juta wajib pajak. Padahal, penduduk yang aktif bekerja ada
110 juta orang. Sementara untuk badan usaha hanya 466.000 badan yang
menyerahkan SPT. Padahal, badan usaha yang berdomisili tetap dan aktif
ada lebih dari 12 juta badan. Dengan kata lain tingkat kepatuhan pajak
masyarakat di Indonesia masih rendah. Seperti yang disampaikan oleh
Menteri

Keuangan

Agus

Martowardojo

dalam

kompas,

Jumat

(30/9/2011).
Kepatuhan

wajib

pajak

dalam

memenuhi

kewajiban

perpajakannya dengan cara memperbaiki kualitas pelayanan harus
ditingkatkan oleh aparat pajak. Pelayanan yang berkualitas harus
diupayakan dapat memberikan 4 K yaitu keamanan, kenyamanan,
kelancaran, dan kepastian hukum yang dapat dipertanggungjawabkan
(Supadmi, 2009 : 13).
Pada dasarnya pemungutan pajak dari masyarakat harus dapat
dikembalikan pula untuk masyarakat. Ini berarti bahwa apa yang telah
dibayarkan oleh wajib pajak kepada negara pada akhirnya hasil dari
pembayaran pajak tersebut harus dapat dinikmati kembali oleh
masyarakat , sehingga masyarakat merasakan timbal balik atas apa yang
telah dibayarkan kepada negara. Jika masyarakat sudah merasakan timbal
balik tersebut maka masyarakatpun akan patuh membayar pajak.
Saat ini masyarakat belum sepenuhnya merasakan hasil
pendapatan negara melalui pajak tersebut. Adanya pemasukan yang besar

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

5

ternyata terkadang bocor di tengah jalan. Uang hasil dari pajak yang
dikeluarkan oleh para wajib pajak ini ternyata disalahgunakan. Uanguang dari hasil pajak ini masuk kedalam tabungan pribadi para petugas
pajak. Tindakan petugas pajak ini miris jika dibandingkan dengan
susahnya para rakyat yang tidak diperhatikan bagaimana kelanjutan
nasibnya.
Belum lekang dari ingatan kita aksi Gayus Halomoan Tambunan
dalam kasus mafia pajak, hukum, dan pemalsuan paspor. Bahkan aksi
Gayus ini turut melibatkan sejumlah oknum dari berbagai institusi, mulai
dari Kepolisian, Kejaksaan, Pengadilan, bahkan institusi tempat Gayus
bernaung, yakni Direktorat Jenderal (Ditjen) Pajak. Kini muncul kasus
serupa yang melibatkan mantan pegawai Ditjen Pajak bernama Dhana
Widiatmika (DW), yang baru-baru ini di jadikan tersangka atas kasus
penggelapan pajak melebihi Gayus Tambunan yakni memiliki rekening
di sejumlah bank totalnya 60 milliar.
Dhana yang mulai bekerja di Ditjen Pajak pada tahun 1996.
Karirnya berkembang terus. Pada 2011, berdasarkan Surat Keputusan
(SK) Direktur Jenderal Pajak (Dirjen Pajak) Dhana menjabat sebagai
Account Representative pada Kantor Pelayanan Pajak Penanaman Modal
Asing Enam. Dhana merupakan PNS golongan III/c dengan pangkat
penata. Ditjen Pajak sendiri mengakui kasus ‘The Next Gayus‘
merupakan kasus baru yang salah satunya terungkap dari hasil

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

6

pemeriksaan pusat pelaporan analisis transaksi keuangan (PPATK)
terkait rekening ‘gendut’ para Pegawai Negeri Sipil (PNS).
Kejaksaan Agung (Kejagung) telah menetapkan Dhana sebagai
tersangka pada 16 Februari 2012. Dhana dikenakan Pasal 2 dan atau
Pasal 3 UU No 31 Tahun 1999 sebagaimana diubah dengan UU No 20
Tahun 2001 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi. Demikian
seperti yang disampaikan oleh Direktur Penyidikan pada Jampidsus,
Arnold Angkouw , Jumat (24/02/2012).
Kasus mantan pegawai Ditjen Pajak Dhana Widyatmika membuat
moral pegawai pajak semakin jatuh dan bisa jadi juga membuat
kepercayaan masyarakat terhadap aparat pajak juga semakin menurun.
Hal ini menambah pandangan negatif yang merebak ditengah masyarakat
pada instansi perpajakan mengenai korupsi dengan wajib pajak.
Sebelum kasus-kasus ini muncul kepatuhan wajib pajak masih
tergolong rendah. Tetapi adanya kasus tentang petugas pajak ini, mau
tidak mau mempengaruhi pandangan negatif masyarakat terhadap
petugas atau apapun yang berhubungan dengan pajak. Peneliti ingin
mengetahui sejauh mana pengaruhnya terhadap kepatuhan wajib pajak
membayar pajaknya .
Berdasarkan uraian latar belakang masalah di atas, maka peneliti
mengambil

judul

MENGENAI
PAJ AK

“PENGARUH

PETUGAS

DAN

PERSEPSI

PAJ AK,

KEPUASAN

WAJ IB

PAJ AK

KEPERCAYAAN

WAJ IB

WAJ IB

PAJ AK

TERHADAP

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

7

KEPATUHAN WAJ IB PAJ AK” (Studi Kasus pada KPP Pr atama
Surabaya Simoker to).

1.2.

Per umusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka perumusan masalah
dalam penelitian ini adalah :
1.

Apakah Persepsi Wajib Pajak Mengenai Petugas Pajak berpengaruh
terhadap Kepatuhan Wajib Pajak ?

2.

Apakah Kepercayaan Wajib Pajak berpengaruh terhadap Kepatuhan
Wajib Pajak ?

3.

Apakah Kepuasan Wajib Pajak berpengaruh terhadap Kepatuhan
Wajib Pajak ?

1.3.

Tujuan Penelitian
Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk membuktikan
dan menguji secara empiris pengaruh Persepsi Wajib Pajak Mengenai
Petugas Pajak, Kepercayaan Wajib Pajak, Kepuasan Wajib Pajak
terhadap Kepatuhan Wajib Pajak.

1.4.

Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian ini antara lain dapat memberikan masukan
bagi beberapa pihak antara lain sebgai berikut :

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

8

1.

Bagi Wajib Pajak
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi tentang
perpajakan kepada masyarakat untuk lebih mengetahui tentang
pajak, sehingga dapat meningkatkan kepatuhan wajib pajak dalam
memenuhi kewajiban membayar pajak.

2.

Bagi KPP
Hasil

penelitian

ini

dapat

dijadikan

informasi

dalam

hal

meningkatkan kepatuhan dalam membayar pajak.
3.

Bagi Peneliti
Manfaat yang diperoleh dari penelitian ini bagi peneliti yaitu
menambah

pengetahuan

mengenai

Perpajakan

lebih

dalam,

mengaplikasikan teori-teori perpajakan yang diperoleh selama
kuliah, sehinga dapat ditetapkan dalam praktek kehidupan di
masyarakat terutama penerapan kepatuhan pajak di Indonesia.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

BAB II
TINJ AUAN PUSTAKA

2.1.

Penelitian Ter dahulu
Berikut ini ditemukan penelitian-penelitian yang sebelumnya
yang pernah dilakukan oleh pihak lain yang dapat dipakai sebagai bahan
masukan serta bahan pengkajian berkaitan dengan penelitian ini antara
lain sebagai berikut:
a.

Supriyati dan Nur Hidayati ( 2008 )
Penelitian ini berjudul “Pengaruh Pengetahuan Pajak dan Persepsi
Wajib Pajak Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak”. Pada penelitian ini,
pengetahuan pajak berpengaruh terhadap kepatuhan Wajib Pajak
Kepatuhan sedangkan persepsi Wajib Pajak tidak memiliki pengaruh
terhadap kepatuhan. Dalam penelitian ini dikatakan kepatuhan bukan
hanya disebabkan oleh persepsi Wajib Pajak, tetapi juga faktor lain
diantaranya frekuensi sosialisasi Direktorat Jendral Pajak ( DJP ).

b. Ni Luh Supadmi (2009)
Penelitian ini berjudul “Meningkatkan Kepatuhan Wajib Pajak
melalui Kualitas Pelayanan”. Pada penelitian ini, salah satu upaya
dalam meningkatkan kepatuhan wajib pajak adalah memberikan
pelayanan yang baik kepada wajib pajak. Peningkatan kualitas dan
kuantitas pelayanan diharapkan dapat meningkatkan kepuasan
kepada wajib pajak sebagai pelanggan sehingga meningkatkan
9
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

10

kepatuhan dalam bidang perpajakan. Aparat Pajak harus senantiasa
melakukan perbaikan kualitas pelayanan dengan tujuan agar dapat
meningkatkan kepuasan dan kepatuhan wajib pajak.
Upaya peningkatan kualitas pelayanan dapat dilakukan dengan
cara peningkatan kualitas dan kemampuan teknis pegawai dalam
bidang perpajakan, perbaikan infrastruktur seperti perluasan tempat
pelayanan terpadu (TPT), penggunaan sistem informasi dan
teknologi untuk dapat memberikan kemudahan kepada wajib pajak
dalam memenuhi kewajiban perpajakannya.

Pelayanan yang

berkualitas adalah pelayanan yang dapat memberikan kepuasan
kepada pelanggan dan tetap dalam batas memenuhi standar
pelayanan yang dapat dipertangungjawabkan serta harus dilakukan
secara terus-menerus. Pelayanan yang berkualitas harus diupayakan
dapat memberikan 4 K yaitu keamanan, kenyamanan, kelancaran,
dan kepastian hukum yang dapat dipertanggungjawabkan.
c.

Sayyida Aziza (2011)
Penelitian

ini

berjudul

“Analisis

faktor-faktor

yang

mempengaruhi kepatuhan wajib pajak”. Pada penelitian ini, variabel
pengetahuan yang dimiliki oleh wajib pajak mempunyai pengaruh
yang signifikan terhadap kepatuhan wajib pajak sedangkan variabel
persepsi wajib pajak mengenai petugas pajak dan variabel persepsi
wajib pajak mengenai kriteria wajib pajak patuh mempunyai
pengaruh yang tidak signifikan terhadap kepatuhan wajib pajak

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

11

2.2.

Landasan Teori

2.2.1.

Pajak

2.2.1.1. Definisi Pajak
Menurut Prof. Dr. M.J.H. Smeets (Waluyo dan Ilyas, 2002: 5),
Pajak adalah prestasi kepada pemerintah yang terutang melalui normanorma umum dan dapat dipaksakannya, tanpa adanya kontraprestasi yang
dapat ditujukan dalam hal yang individual, dimaksudkan untuk
membiayai pengeluaran pemerintah
Menurut S.I. Djajadiningrat (Resmi, 2008:1), pajak sebagai suatu
kewajiban menyerahkan sebagian dari kekayaan ke kas negara yang
disebabkan suatu keadaaan, kejadian, dan perbuatan yang memberikan
kedudukan tertentu, tetapi bukan sebagai hukuman, menurut peraturan
yang ditetapkan pemerintah serta dapat dipaksakan, tetapi tidak ada jasa
timbal

balik

dari

negara

secara

langsung,

untuk

memelihara

kesejahteraan secara umum.
Menurut Dr. N. J. Feldmann (Resmi, 2008:2), pajak adalah
prestasi yang dipaksakan sepihak oleh dan terutang kepada penguasa
(menurut norma-norma yang ditetapkannya secara umum), tanpa adanya
kontrapestasi, dan semata-mata digunakan untuk menutup pengeluaranpengeluaran umum.
Definisi Pajak menurut Prof. Dr. Rochmat Soemitro (Mardiasmo,
2009: 1), Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

12

Undang-undang (yang dapat dipaksakan) dengan tiada mendapat jasa
timbal (kontraprestasi) yang langsung dapat ditujukan dan yang
digunakan untuk membayar pengeluaran umum.
Definisi yang telah di uraikan diatas dapat ditarik kesimpulan
bahwa pajak adalah iuran wajib yang harus dibayarkan kepada
pemerintah (dapat dipaksakan) guna membiayai pembangunan demi
kepentingan dan

kesejahteraan

umum

sesuai

dengan

peraturan

perpajakan yang telah ditetapkan pemerintah.
2.2.1.2. Fungsi Pajak
Pada dasarnya fungi pajak antara lain (Resmi, 2008: 3) :
a.

Fungsi Budgetair (Sumber Keuangan Negara)
Pajak mempunyai fungsi budgetair, artinya pajak merupakan salah
satu sumber penerimaan pemerintah untuk membiayai pengeluaran
baik rutin maupun pembangunan. Sebagai sumber keuangan
negara, pemerintah berupaya memasukkan uang sebanyakbanyaknya untuk kas negara.

b.

Fungsi Regularend (Pengatur)
Pajak mempunyai fungsi pengatur, artinya pajak sebagai alat untuk
mengatur atau melaksanakan kebijakan pemerintah dalam bidang
sosial dan ekonomi, serta mencapai tujuan-tujuan tertentu di luar
bidang keuangan. Beberapa contoh penerapan pajak sebagai fungsi
pengatur adalah:

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

13

1. Pajak yang tinggi dikenakan terhadap barang-barang mewah.
Pajak penjualan atas Barang Mewah (PPnBM) dikenakan saat
terjadi transaksi juak beli barang mewah. Semakin mewah suatu
barang maka tarif pajaknya semakin tinggi sehingga barang
tersebut semakin mahal harganya. Pengenaan pajak ini
dimaksudkan

agar

rakyat

tidak

berlomba-lomba

untuk

mengonsumsi barang mewah (mengurangi gaya hidup mewah).
2. Tarif pajak progresif dikenakan atas penghasilan: dimaksudkan
agar pihak yang memperoleh penghasilan tinggi memberikan
kontribusi (membayar pajak) yang tinggi pula, sehingga terjadi
pemerataan pendapatan.
3. Tarif pajak ekspor sebesar 0%: dimaksudkan agar para
pengusaha terdorong mengekspor hasil produksinya di pasar
dunia sehingga dapat memperbesar devisa negara.
4. Pajak penghasilan dikenakan atas penyerahan barang hasil
industri tertentu seperti industri semen, industri rokok, industri
baja,dan lain-lain: dimaksudkan agar terdapat penekanan
produksi terhadap industri tersebut karena dapat mengganggu
lingkungan atau polusi (membahayakan kesehatan).
5. Pembebasan pajak penghasilan atas sisa hasil usaha koperasi:
dimaksudkan untuk mendorong perkembangan koperasi di
Indonesia.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

14

6. Pemberlakuan tax holiday: dimaksudkan untuk menarik investor
asing agar menanamkan modalnya di Indonesia.
2.2.1.3. Teor i yang Mendukung Pemungutan Pajak
Teori pemungutan pajak ini muncul untuk mencari dasar
konseptual pemungutan pajak bagi negara,sehingga secara teoritis
pemungutan pajak yang dilakukan negara itu dapat dibenarkan baik
dipandang dari segi yuridis maupun sisi ilmiah. Beberapa teori tersebut
menurut Resmi (2008: 6), adalah sebagai berikut :
1.

Teori Asuransi
Teori ini menyatakan bahwa negara bertugas untuk melindungi
orang dan segala kepentingannya, meliputi keselamatan dan
keamanan jiwa, dan juga harta bendanya. Seperti halnya dalam
perjanjian asuransi (pertanggungan), untuk melindungi orang dan
kepentingan tersebut diperlukan adanya premi. Dalam hubungan
negara dengan rakyatnya, pajak inilah yang dianggap sebagai premi
tersebut yang sewaktu-waktu harus dibayar oleh masing-masing
individu. Meskipun teori ini hanya sekedar untuk memberi dasar
hukum

kepada

pemungut

pajak,

namun

beberapa

pakar

menentangnya. Mereka berpendapat bahwa pembandingan antara
pajak dan perusahaan asuransi tidaklah tepat, karena:
1) dalam hal timbul kerugian, tidak ada penggantian langsung dari
negara,

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

15

2) antara pembayaran jumlah pajak dengan jasa yang diberikan oleh
negara tidaklah terdapat hubungan langsung.
2.

Teori Kepentingan
Teori ini awalnya hanya memerhatikan pembagian beban pajak yang
harus dipungut dari seluruh penduduk. Pembagian beban ini harus
didasarkan atas kepentingan masing-masing orang dalam tugas-tugas
pemerintah, termasuk perlindungan atas jiwa orang-orang itu beserta
harta bendanya. Oleh karena itu, sudah sewajarnya jika biaya-biaya
yang dikeluarkan oleh negara dibebankan kepada mereka.

3.

Teori Gaya Pikul
Teori ini menyatakan bahwa dasar keadilan pemungutan pajak
terletak pada jasa-jasa yang diberikan oleh negara kepada warganya,
yaitu perlindungan atas jiwa dan harta bendanya. Untuk kepentingan
tersebut diperlukan biaya-biaya yang harus dipikul oleh segenap
orang yang menikmati perlindungan itu, yaitu dalam bentuk pajak.
Teori ini menekankan pada asas keadilan, bahwasannya pajak
haruslah sama beratnya untuk setiap orang. Pajak harus dibayar
menurut gaya pikul seseorang. Dalam pajak penghasilan untuk
Wajib Pajak orang pribadi, gaya pikul untuk pengeluaran atau
pembelanjaan dinyatakan dengan sejumlah penghasilan tertentu yang
tidak dikenakan pajak. Sebagai contoh, Tuan A (tidak kawin) dan
Tuan H (kawin, anak 2-K/2), mempunyai penghasilan yang sama.
Beban pajak untuk Tuan A lebih besar daripada Tuan H karena gaya

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

16

pikul (pengeluaran/pembelanjaan) Tuan A lebih kecil daripada Tuan
H.
4.

Teori Kewajiban Pajak Mutlak (Teori Bakti)
Berlawanan

dengan

ketiga

teori

sebelumnya,

yang

tidak

mengutamakan kepentingan negara di atas kepentingan warganya,
maka teori ini mendasarkan pada paham Organische Staatsleer.
Paham ini mengajarkan bahwa karena sifat suatu negara maka
timbullah hak mutlak untk memungut pajak. Orang-orang tidaklah
berdiri sendiri, dengan tidak adanya persekutuan tidak akan ada
individu. Oleh karena itu, persekutuan (yang menjelma menjadi
negara) berhak atas satu dan yang lain. Akhirnya setiap orang
menyadari

bahwa

menjadi

suatu

kewajiban

mutlak

untuk

membuktikan tanda baktinya tehadap negara dalam bentuk
pembayaran pajak.
5.

Teori Asas Daya Beli
Teori ini tidak mempersoalkan asal mula negara memungut pajak,
melainkan hanya melihat pada efeknya, dan memandang efek yang
baik itu sebagai dasar keadilannya. Menurut teori ini, fungsi
pemungutan pajak disamakan dengan pompa, yaitu mengambil gaya
beli dari rumah tangga dalam masyarakat untuk rumah tangga
negara, dan kemudian menyalurkannya kembali ke masyarakat
dengan maksud untuk memelihara hidup masyarakat dan untuk
membawanya ke arah tertentu. Teori ini mengajarkan bahwa

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

17

penyelenggaraan

kepentingan

masyarakat

inilah

yang

dapat

dianggap sebagai dasar keadilan pemungutan pajak.
Asas-asas pemungutan pajak sebagaimana dikemukakan oleh
Adam Smith dalam buku “An Inquiri into the Nature and Cause of the
Wealth of Nations” menyatakan bahwa pemungutan pajak hendaknya
didasarkan sebagai berikut (Waluyo dan Ilyas, 2002: 12) :
1.

Azas Equality
Pemungutan pajak harus bersifat adil dan merata, yaitu dikenakan
kepada orang pribadi yang harus sebanding dengan kemampuan
membayar pajak atau ability to pay dan sesuai dengan manfaat yang
diterima.

Adil

dimaksudkan

bahwa

setiap

wajib

pajak

menyumbangkan uang untuk pengeluaran pemerintah sebanding
dengan kepentingannya dan manfaat yang diterima.
2.

Azas Certainly
Penetapan pajak itu tidak ditentukan sewenang-wenang. Oleh karena
itu, Wajib Pajak harus mengetahui secara jelas dan pasti pajak yang
terutang kapan harus dibayar, sertabatas waktu pembayaran.

3.

Azas Convenience
Kapan Wajib Pajak itu harus membayar pajak sebaiknya sesuai
dengan saat-saat yang tidak menyulitkan Wajib Pajak, sebagai
contoh pada saat Wajib Pajak memperoleh penghasilan. Sistem
pemungutan ini disebut Pay as Your Earn.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

18

4.

Azas Economy
Secara ekonomi biaya pemungutan dan biaya pemenuhan kewajiban
pajak bagi Wajib Pajak diharapkan seminim mungkin, demikian pula
beban yang dipikul Wajib Pajak.

2.2.1.4. Klasifikasi Pajak
Pajak dapat diklasifikasikan dalam beberapa kelompok yaitu
(Marsyahrul, 2005:5) :
1.

Menurut golongannya :
a.

Pajak langsung adalah pajak yang dipikul sendiri oleh wajib
pajak yang bersangkutan dan tidak dapat dilimpahkan kepada
orang lain serta dipungut secara berkala (periodik).
Contoh : PPh, PBB.

b. Pajak tidak langsung adalah pajak yang dipungut kalau ada
peristiwa, perbuatan tertentu dan pembayar pajak dapat
melimpahkan beban pajaknya kepada pihak lain.
Contoh : PPN dan PPnBM, Bea Materei.
2.

Menurut sifatnya :
a.

Pajak Subjektif adalah pajak yang pengenaannya pertama-tama
memperhatikan

pribadi

wajib

pajak (subjek),

kemudian

menetapkan objek pajaknya. Keadaan pribadi Wajib Pajak (gaya
pikulnya) sangat mempengaruhi besarnya jumlah pajak yang
terutang.
Contoh : PPh.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

19

b. Pajak Objektif, adalah pajak yang pengenaannya pertama-tama
memperhatikan kepada objeknya, yaitu berupa denda, keadaan
perbuatan, peristiwa yang menyebabkan utang pajak, kemudian
ditetapkan tinggal di Indonesia atau tidak.
Contoh : PPN dan PPnBM, PBB.
3.

Menurut pemungut dan pengelolanya :
a.

Pajak Pusat atau pajak negara adalah pajak yang dikelola oleh
pemerintah pusat (Direktorat Jenderal Pajak) dan hasilnya
dipergunakan untuk membiayai pengeluaran rutin negara dan
pembanguna (APBN).
Contoh : PPh, PPN, PPnBM, PBB, Bea Materai.

b. Pajak Daerah adalah pajak yang dikelola oleh pemerintah daerah
(baik pemerintah daerah Tk.I, maupuun Tk.II) dan hasilnya
dipergunakan

untuk

membiayai

pengeluaran

rutin

dan

pembangunan daerah (APBD).
Contoh : Pajak Kendaraan Bermotor, Pajak Reklame, Pajak
Hiburan, dll.
2.2.1.5. Sistem Pemungutan Pajak
Sistem pemungutan pajak adalah sebagai berikut (Mardiasmo,
2009: 7):

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

20

a.

Official Assessment System
Adalah suatu sistem pemungutan yang memberi wewenang kepada
pemerintah (fiskus) untuk menentukan besarnya pajak yang terutang
oleh Wajib Pajak.
Ciri-cirinya:
1) Wewenang untuk menentukan besarnya pajak yang tidak
terutang ada pada fiskus.
2) Wajib Pajak bersifat pasif.
3) Utang pajak timbul setelah dikeluarkan surat ketetapan pajak
oleh fiskus.

b.

Self Assessment System
Adalah suatu sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang
kepada Wajib Pajak untuk menentukan sendiri besarnya pajak yang
terutang.
Ciri-cirinya:
1) Wewenang untuk menentukan besarnya pajak terutang ada pada
Wajib Pajak sendiri.
2) Wajib Pajak aktif, mulai dari menghitung, menyetor dan
melaporkan sendiri pajak yang terutang.
3) Fiskus tidak ikuit campur dan hanya mengawasi.

c.

With Holding System
Adalah suatu sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang
kepada pihak ketiga (bukan fiskus dan bukan Wajib Pajak yang

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

21

bersangkutan) untuk menentukan besarnya pajak yang terutang oleh
Wajib Pajak.
Ciri-cirinya :
Wewenang menentukan besarnya pajak yang terutang ada pada
pihak ketiga, pihak selain fiskus dan Wajib Pajak.
2.2.1.6. Subyek Pajak
Yang menjadi subjek pajak menurut Undang-undang Perpajakan
Nomor 36 Tahun 2008 pasal 2ayat (1) dalah sebagai berikut (Resmi,
2009:81):
a.

Orang Pribadi

b.

Badan

c.

Bentuk Usaha Tetap
Sedangkan yaang dikecualikan sebagai subjek pajak sesuai Pasal

3 UU PPh adalah sebagai berikut (Resmi, 2008:84):
a.

Badan perwakilan negara asing.

b.

Pejabat-pejabat perwakilan diplomatik, dan konsulat atau pejabatapejabat lain dari negara asing, dan orang-orang yang diperbantukan
kepada mereka yang bekerja pada dan bertempat tinggal bersamasama mereka, dengan syarat bukan warga negara Indonesia dan di
Indonesia tidak menerima atau memperoleh penghasilan lain di luar
jabatan atau pekerjaannya tersebut serta negara yang bersangkutan
memberikan perlakuan timbal balik.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

22

c.

Organisasi-organisasi internasional yang di tetapkan dengan
Keputusan Mentri Keuangan, dengan syarat :
1) Indonesia menjadi anggota organisasi tersebut.
2) Tidak menjalankan usaha atau kegiatan lain untuk memperoleh
penghasilan dari Indonesia selain pemberian pinjaman kepda
pemerintah yang dananya berasal dari iuran para anggota.

d.

Pejabat-pejabat perwakilan organisasi nternasional yang ditetapkan
dengan Keputusan Mentri Keuangan dengan syarat bukan warga
negara Indonesia dan tidak tidak menjalankan usaha atau kegiatan
atau pekerjaan lain untuk memperoleh penghasilan dari Indonesia.

2.2.1.7. Obyek Pajak
Objek

Pajak

adalah

Penghasilan

yaitu

setiap

tambahan

kemampuan ekonomis yang diterima atau di peroleh Wajib Pajak, baik
yang berasal dari Indonesia maupun dari luar Indonesia, yang dapat
dipakai untuk konsumsi atau untuk menambah kekayaan Wajib Pajak
yang bersangkutan, dengan nama dan dalam bentuk apapun.
Berdasar Pasal 4 ayat (1) UU PPh, peghasilan yang termasuk
Objek Pajak adalah sebagai berikut (Resmi, 2008:85):
a.

Penggantian atau imbalan berkenaan dengan pekerjaan atau jasa
yang diterima atau diperoleh termasuk gaji, upah, tunjangan,
honorarium, komisi, bonus, gratifikasi, uang pensiun atau imbalan
dalam bentuklainnya, kecuali di tentukan lain dalam Undang-undang
ini.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

23

b.

Hadiah dari undian atau pekerjaan atau kegiatan dan penghargaan.

c.

Laba usaha.

d.

Keuntungan karena penjualan atau karena pengalihan harta.

e.

Penerimaan kembali pembayaran pajak yang telah dibebankan
sebagai biaya dan pembayaran tambahan pengembalian pajak.

f.

Bunga termasuk premium, diskonto, dan imbalan karena jaminan
pengembalian uang.

g.

Dividen, dengan nama dan dalam bentuk apapun, termsuk dividen
dari perusahaan asuransi kepada pemegan polis, dan pembagian sisa
hasil usaha koperasi.

h.

Royalti atau imbalan jasa atas peggunaan hak.

i.

Sewa dan penghasilan sehubungan dengan penggunaan harta.

j.

Penerimaan atau perolehan pembayaran berkala.

k.

Keuntungan karena pembebasan utang, kecuali sampai dengan
jumlah tertentu yang ditetapkan kepada Peraturan Pemerintah.

l.

Keuntungan karena selisih kurs mata uang asing.

m. Selisih lebih karena penilaian kembali aktiva.
n.

Premi asuransi.

o.

Iuran yang diterima atau diperoleh perkumpulan dari anggotanya
yang terdiri dari Wajib Pajak yang menjalankan usaha atau pekerjaan
bebas.

p.

Tambahan kekayaan neto yang berasal dari penghasilan yang belum
dikenakan pajak.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

24

2.2.1.8. Penghasilan Bukan Obyek Pajak
Yang tidak termasuk sebagai Objek Pajak sesuai dengan Undangundang Perpajakan Nomor 36 Tahun 2008 pasal 4 ayat (3) adalah sebagai
berikut (Resmi, 2008: 89-91):
a.

Bantuan atau sumbangan, termasuk zakat yang diterima oleh badan
amil zakat atau lembaga amil zakat yang dibentuk atau disahkan oleh
Pemerintahdan para penerima zakat yang berhak.

b.

Warisan.

c.

Harta termasuk setoran tunai yang diterima oleh Subjek Pajak badan
sebagai pengganti saham atau sebagai pengganti penyertaan modal.

d.

Penggantian atau imbalan sehubungan dengan pekerjaan atau jasa
yang diterima atau diperoleh dalam bentuk natura dan atau
kenikmatan dari Wajib Pajak atau Pemerintah.

e.

Pembayaran dari perusahaan asuransi kepada orang pribadi
sehubungan dengan asuransi kesehatan, asuransi kecelakaan,
asuransi jiwa, asuransi dwiguna dan asuransi beasiswa.

f.

Dividen atau bagian laba yang diterima atau diperoleh perseroan
terbatas sebagai Wajib Pajak dalam negeri, koperasi, Badan Usaha
Milik Negara,atau Badan Usaha Milik Daerah, dan penyertaan
modal pada badan usaha yang didirikan dan bertempat kedudukan di
Indonesia dengan syarat:
1) Dividen berasal dari cadangan laba yang di tahan.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

25

2) Bagi Perseroan Terbatas, Badan Usaha Milik Negara, atau
Badan Usaha Milik Daerah, dan penyertaan modal pada badan
usaha yang menerima dividen, kepemilikan saham pada badan
yang memberikan dividen paling rendah 25% ( dua puluh lima
persen ) dari jumlah modal yang disetor dan harus mempunyai
usaha aktif diluar kepemilikan saham tersebut.
g.

Iuran yang diterima atau diperoleh dana pensiun yang pendiriannya
telah disahkan oleh Menteri Keuangan, baik yang dibayar oleh
pemberi kerja maupun pegawai.

h. Penghasilan dari modal yang ditanamkan oleh dana pensiun
sebagaimana dimaksud pada huruf g. Dalam bidang-bidang tertentu
yang di tetapkan dengan keputusan menteri Keuangan.
i.

Bagian laba yang diterima atau diperoleh anggota dari perseroan
komaditer yang modalnya tidak terbagi atas saham-saham,
persekutuan,perkumpulan, firma, dan kongsi.

j.

Penghasilan yang diterima atau diperoleh perusahaan modal ventura
berupa bagian laba dan badan pasangan usaha yang didirikan dan
menjalankan usaha atau kegiatan di indonesia, dengan syarat badan
pasangan usaha tersebut:
1) Merupakan perusahaan kecil, menengah, atau yang menjalankan
kegiatan dalam sektor-sektor usaha yang ditetapkan dengan
Keputusan Menteri Keuangan.
2) Sahamnya tidak diperdagangkan di bursa efek Indonesia.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

26

2.2.1.9. Tar if Pajak
Sesuai dengan UU no. 17 tahun 2000, besarnya tarif pajak
penghasilan adalah sebagai berikut:
Tabel 1 : Tar if pr ogresif pajak penghasilan wajib pajak or ang
pr ibadi dalam neger i
Lapisan Penghasilan Kena Pajak

Tarif Pajak

Sampai dengan Rp. 50.000.000,00

5%

Diatas Rp. 50.000.000,00 s.d Rp. 15%
250.000.000,00
Diatas Rp. 250.000.000,00 s.d Rp. 25%
500.000.000,00
Di atas Rp. 500.000.000,00

35%

Sumber: Mardiasmo (2009: 144)
Tarif pajak yang ditetapkan atas Penghasilan Kena Pajak bagi
Wajib Pajak Badan dalam negeri dan bentuk usaha tetap adalah sebesar
28%. Tarif pajak bagi Wajib Pajak badan dalam negeri dan bentuk usaha
tetap, mulai berlaku sejak tahun pajak 2010, diturunkan menjadi 25%.
2.2.2.

Kepatuhan Wajib Pajak
Pajak merupakan suatu kewajiban yang harus dilaksanakan, juga
mempunyai aturan-aturan sendiri dalam pelaksanaannya, maka wajib
pajak dituntut untuk memahami prosedur perpajakan dan akuntansi

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

27

perpajakan untuk melaksanakan kewajiban sebagai wajib pajak yang
patuh.
Kepatuhan mempunyai pengertian tunduk atau patuh pada aturanaturan. Sedangkan pengertian lain, kepatuhan menampilkan suatu
tindakan karena diminta oleh orang lain meskipun anda tidak ingin
melakukannya.
Menurut

Nurmantu

(2003:148)

kepatuhan

pajak

dapat

didefinisikan sebagai suatu keadaan dimana wajib pajak memenuhi
semua kewajiban perpajakan dan melaksanakan hak perpajakannya,
maka konteks kepatuhan dalam penelitian ini mengandung arti bahwa
wajib pajak berusaha untuk mematuhi peraturan perpajakan yang
berlaku.
2.2.3.

Per sepsi Wajib Pajak Wajib Pajak Mengenai Petugas Pajak
Menurut Robbins (2003:123), persepsi didefinisikan sebagai suatu
proses

dengan

mana

individu-individu

mengorganisasikan

dan

menafsirkan kesan indera mereka agar memberi makna pada lingkungan
mereka. Rakhmat (1998: 51) mendefi

Dokumen yang terkait

Analisis Data Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Badan Dalam Melaporkan Surat Pemberitahuan (SPT) Tahunan Di Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Medan Polonia

3 68 66

Pengaruh Reformasi Administrasi Perpajakan Terhadap Tingkat Kepatuhan Wajib Pajak Di KPP Pratama Waingapu (Penyuluhan Pajak Sebagai Variabel Moderating)

0 49 128

PENGARUH PENGETAHUAN PAJAK DAN PERSEPSI WAJIB PAJAK TERHADAP KEPATUHAN WAJIB PAJAK Pengaruh Pengetahuan Pajak Dan Persepsi Wajib Pajak Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak (Studi Kasus Pada KPP Pratama Boyolali).

0 5 17

PENGARUH PENGETAHUAN PAJAK DAN PERSEPSI WAJIB PAJAK TERHADAP KEPATUHAN WAJIB PAJAK Pengaruh Pengetahuan Pajak Dan Persepsi Wajib Pajak Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak (Studi Kasus Pada KPP Pratama Boyolali).

0 1 12

PENDAHULUAN Pengaruh Pengetahuan Pajak Dan Persepsi Wajib Pajak Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak (Studi Kasus Pada KPP Pratama Boyolali).

0 1 6

PENGARUH PEMAHAMAN DAN PERSEPSI WAJIB PAJAK MENGENAI PETUGAS PAJAK TERHADAP KEPATUHAN WAJIB PAJAK UKM.

0 1 94

PENGARUH PENGETAHUAN PERPAJAKAN, SANKSI PERPAJAKAN, KESADARAN WAJIB PAJAK DAN PERSEPSI WAJIB PAJAK MENGENAI PETUGAS PAJAK TERHADAP KEPATUHAN PELAPORAN WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI PADA KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA SURABAYA WONOCOLO.

0 0 140

PENGARUH PENGETAHUAN PAJAK, KUALITAS PELAYANAN PETUGAS PAJAK, SIKAP WAJIB PAJAK, SANKSI WAJIB PAJAK, DAN KESADARAN WAJIB PAJAK TERHADAP KEPATUHAN WAJIB PAJAK PADA KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA PATI

0 2 17

PENGARUH PERSEPSI WAJIB PAJAK MENGENAI PETUGAS PAJAK, KEPERCAYAAN WAJIB PAJAK DAN KEPUASAN WAJIB PAJAK TERHADAP KEPATUHAN WAJIB PAJAK (Studi Kasus pada KPP Pratama Surabaya Simokerto)

0 0 19

PENGARUH PEMAHAMAN DAN PERSEPSI WAJIB PAJAK MENGENAI PETUGAS PAJAK TERHADAP KEPATUHAN WAJIB PAJAK UKM SKRIPSI

0 0 28