HUBUNGAN PERSEPSI LABEL VISUAL KEMASAN ROKOK DAN FATWA HARAM MEROKOK DENGAN PERILAKU MEROKOK Hubungan Persepsi Label Visual Kemasan Rokok Dan Fatwa Haram Merokok Dengan Perilaku Merokok Siswa SMP Muhammadiyah 7 Surakarta.

HUBUNGAN PERSEPSI LABEL VISUAL KEMASAN ROKOK DAN
FATWA HARAM MEROKOK DENGAN PERILAKU MEROKOK
SISWA SMP MUHAMMADIYAH 7 SURAKARTA

PUBLIKASI ILMIAH
Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata I pada Jurusan
Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu Kesehatan

Oleh:
ARNINDYA KHALIMATU ZAKIYAH
J 410 120 030

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2016

HUBUNGAN PERSEPSI LABEL VISUAL KEMASAN ROKOK DAN
FATWA HARAM MEROKOK DENGAN PERILAKU MEROKOK
SISWA SMP MUHAMMADIYAH 7 SURAKARTA
Abstrak


Perilaku merokok pada remaja akan merusak generasi muda pada masa mendatang.
Persentase tertinggi siswa yang merokok dari survei pendahuluan adalah SMP
Muhammadiyah 7 Surakarta yaitu sebesar 50%. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui hubungan persepsi label visual kemasan rokok dan fatwa haram merokok
dengan perilaku merokok siswa. Penelitian ini merupakan penelitian observasional
dengan rancangan cross sectional. Populasi pada penelitian ini sebanyak 85 siswa lakilaki. Sampel sebanyak 76 siswa yang diambil dengan teknik pengambilan sampel simple
random sampling. Analisis bivariat menggunakan uji statistik Chi-square dengan
signifikansi α=0,05 (taraf kepercayaan 95%). Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak
terdapat hubungan antara pengetahuan terhadap label visual pada kemasan rokok dan
fatwa haram rokok (p=0,050), persepsi terhadap label visual pada kemasan rokok
(p=1,000), sikap terhadap fatwa haram rokok (p=1,000) dengan perilaku merokok siswa.
Kata Kunci: Perilaku merokok, pengetahuan, persepsi, sikap, label visual pada kemasan
rokok, dan fatwa haram rokok.
Abstract

Smoking behavior in adolescents will destroy the young generation in the future. The
highest smoking student from preliminary survey was at junior high school of
Muhammadiyah 7 Surakarta there was equal to 50%.This research aims to determine the
relationship of perception visual label in cigarette packing and illicit cigarettes fatwa with

student smoking behaviour. Determination of reaserach sites by the highest average of
students smoke at junior high school of Muhammadiyah 7 Surakarta. This research was
an observational study with cross sectional design. Population this research was 85
students with male gender. The sample as much as 76 students used simple random
sampling methods as the sampling technique. Chi-square statistic test were used as
bivariate analysis, with significance α=0.05 (Confidence level 95%). The results of
research showed that there were no relationship between knowledge of visual label in
cigarette packing and illicit cigarettes fatwa (p=0,050), the perception of visual label in
cigarette packing (p=1,000), the attitude of illicit cigarettes fatwa (p=1,000) with
smoking behavior of student.
Key Words: Smoking behaviour, knowledge, perception, attitude, visual label in cigarette packing, and illicit
cigarettes fatwa.

1

1. PENDAHULUAN
Distribusi konsumsi rokok di dunia pada tahun 2014 masih sangat tinggi yaitu berjumlah 5,8 triliun.
China menempati urutan pertama dan Indonesia menempati urutan ketiga di dunia (Eriksen, et al,
2015). Proporsi perokok di Indonesia berdasarkan usia adalah perokok usia 5-9 tahun sebesar 0,7%;
usia 10-14 tahun sebesar 9,5%; usia 15-19 tahun sebesar 50,3%; usia 20-24 tahun sebesar 26,7%;

usia 25-29 tahun sebesar 7,6%; dan usia ≥30 tahun sebesar 5,2% (Kemenkes, 2013). Data tersebut
menunjukkan bahwa perokok sudah mulai dikonsumsi oleh anak usia dini hingga orang dewasa.
Bukti tingginya jumlah perokok juga didukung oleh data rerata batang rokok yang dihisap
perhari. Penduduk usia ≥10 tahun di Indonesia rata-rata mengkonsumsi rokok sebanyak 12,3 batang
(setara satu bungkus). Data orang yang setiap harinya merokok di Indonesia sebesar 24,3% dan yang
kadang-kadang merokok sebesar 5%. Jumlah perokok setiap hari di Provinsi Jawa Tengah juga sama
tingginya, yaitu sebanyak 22,9%; sedangkan perokok kadang-kadang sebesar 5,3%. Perokok
kelompok usia 10-14 tahun di Indonesia sebanyak 0,5% dan perokok kadang-kadang pada kelompok
usia yang sama sebesar 0,9%. Data tersebut memperlihatkan bahwa perokok aktif pada anak usia
sekolah sudah cukup tinggi (Kemenkes, 2013).
Menurut WHO (2015), hasil survei di Indonesia terhadap 4.313 siswa kelas 7-9
dengan rentang usia 13-15 tahun (laki-laki berjumlah 2029 dan perempuan berjumlah 2284) pada
sekolah yang dipilih, ditemukan bahwa terdapat 18,3% perokok aktif. Sebanyak 30,9% siswa
merupakan mantan perokok (laki-laki dan perempuan). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa
beberapa remaja usia 1 Minggu-1Bulan
> 1 Bulan
Total
Jenis Rokok
Kretek
No Filter

Filter
Total

Perilaku Merokok
Negatif
Positif
n
(%)
n
(%)

Total
N

(%)

0
2
12
2

16

0
2,6
15,8
2,6
21,1

2
9
31
18
60

2,6
11,8
40,8
23,7
78,9


2
11
43
20
76

2,6
14,5
56,6
26,3
100

0
2
14
0
16

0
2,6

18,4
0
21,1

1
11
37
11
60

1,3
14,5
48,7
14,5
78,9

1
13
51
11

76

1,3
17,1
67,1
14,5
100

0
5
11
16

0
6,6
14,5
21,1

14
28

18
60

18,4
36,8
23,7
78,9

14
33
29
76

18,4
43,4
38,2
100

2
0

14
16

2,6
0
18,4
21,1

7
6
47
60

9,2
7,9
61,8
78,9

9
6

61
76

11,8
7,9
80,3
100

Dalam dan Luar Ruangan

6

7,9

10

13,2

16

21,1

Luar Ruangan
Total

10
16

13,2
21,1

50
60

65,8
78,9

60
76

78,9
100

Tempat Biasa Merokok

Responden dalam penelitian ini adalah siswa yang berusia 12-15 tahun. Responden memiliki
rata-rata usia 14,07 tahun ± 0,718. Berdasarkan tabel 1 diketahui bahwa dari 76 siswa penelitian
paling banyak berusia 14 tahun yaitu 43 siswa (56,6%). Responden penelitian paling muda berusia
12 tahun dimana terdapat 2 siswa (2,6%). Sedangkan paling tua berusia 16 tahun dengan jumlah 20
siswa (26,3%).
Gambaran tentang usia pertama kali merokok paling banyak yaitu pada rentang usia 11-13
tahun sebanyak 51 siswa (67,1%), dan paling sedikit yaitu pada rentang usia 5-7 tahun sebanyak 1
siswa (1,3%) dengan rata-rata usia petamakali merokok responden sebesar 11,87 tahun dengan
standar deviasi 1,821.
Menurut lama merokoknya, responden yang merokok ≤ 1 minggu sebanyak 14 siswa
(18,4%), sedangkan lamanya merokok responden > 1 minggu sampai 1 bulan sebanyak 33 siswa
(43,4%). Menurut jenis rokoknya diketahui sebanyak 61 responden (80,3%) mengkonsumsi jenis
rokok filter, dan sebanyak 6 responden (7,9%) mengkonsumsi rokok no filter. Adapun gambaran
tentang tempat biasa merokok responden, sebanyak 60 siswa (78,9%) merokok di luar ruangan, dan
sebanyak 16 siswa (21,1%) merokok di dalam dan di luar ruangan.
5

3.1.2

Analisis Univariat
Tabel 2. Gambaran Tentang Pengetahuan, Persepsi, dan Sikap Terhadap Label Visual
Peringatan Bahaya Merokok dan Fatwa Haram Rokok pada Siswa SMP
Muhammadiyah 7 Surakarta.
Total

Variabel
Total
Kurang Baik
Baik
Negatif
Positif
Negatif
Positif

Pengetahuan
Persepsi

Sikap
Total

n
43
33
34
42
27
49
76

(%)
56,6
43,4
44,7
55,3
35,5
64,5
100

Berdasarkan Tabel 2, dapat diketahui responden memiliki pengetahuan baik sebanyak 33
siswa (43,4%) dan responden dengan pengetahuan kurang baik sebanyak 43 siswa (56,6%). Terkait
dengan persepsi siswa terhadap label visual, dijelaskan bahwa yang memiliki persepsi negatif
sebanyak 34 siswa (44,7%) dan yang memiliki persepsi positif sebanyak 42 siswa (55,3%).
Sedangkan responden yang memiliki sikap negatif sebanyak 27 siswa (35,5%) dan responden yang
memiliki sikap positif sebanyak 49 siswa (64,5%).
3.1.3

Analisis Bivariat
Tabel 3. Hubungan Pengetahuan, Persepsi, dan Sikap dengan Perilaku Merokok Siswa SMP
Muhammadiyah 7 Surakarta.
Perilaku Merokok
Negatif
Positif
n
(%)
n
(%)

N

%

Pengetahuan
Kurang Baik
Baik

13
3

30,2
9,1

30
30

69,8
90,9

43
33

100
100

0,050

Persepsi
Negatif
Positif

7
9

20,6
21,4

27
33

79,4
78,6

34
42

100
100

1,000

Negatif
Positif

6
10

22,2
20,4

21
39

77,8
79,6

27
49

100
100

1,000

Variabel

Sikap

P
value

PR
(CI 95%)

3,972
(1,119-16,775)

0,899
(0,313-2,887)

1,125
(0,355-3,394)

Hasil penelitian menunjukkan bahwa responden dengan pengetahuan baik mengenai bahaya
merokok dan fatwa haram rokok yaitu terdapat 3 siswa (9,1%) berperilaku merokok negatif, dan 30
siswa (90,9%) berperilaku merokok positif. Responden yang memiliki pengetahuan kurang baik,
yaitu sebanyak 13 siswa (30,2%) berperilaku merokok negatif dan 30 siswa (69,8%) berperilaku
merokok positif. Hal tersebut menunjukkan bahwa proporsi responden yang berperilaku merokok
positif pada siswa berpengetahuan baik lebih tinggi bila dibandingkan dengan proporsi perilaku
6

merokok negatif pada siswa yang berpengetahuan kurang baik. Siswa yang memiliki pengetahuan
baik atau kurang baik, mayoritas sudah berperilaku merokok positif yaitu dengan mengurangi
intensitas merokok atau berhenti merokok.
3.2 Pembahasan
3.2.1 Hubungan Pengetahuan Tentang Label Visual pada Kemasan Rokok dan Fatwa
Haram Rokok dengan Perilaku Merokok Siswa SMP Muhammadiyah 7 Surakarta.
Tidak terdapat hubungan pengetahuan tentang label visual pada kemasan rokok dan fatwa
haram rokok dengan perilaku merokok siswa SMP Muhammadiyah 7 Surakarta (p=0,050).
Tingginya siswa yang sudah mengurangi bahkan berhenti merokok dikarenakan memiliki
pengetahuan yang tinggi dan alasan merokok yang hanya coba-coba, ikut-ikutan teman, dan agar
terlihat keren. Hal tersebut sejalan dengan penelitian Alex (2015), terhadap siswa SMA Santun,
Pontianak yang menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan antara tingkat pengetahuan tentang
bahaya merokok dengan perilaku merokok pada siswa. Perilaku yang didasari oleh pengetahuan
akan lebih langgeng daripada perilaku yang tidak didasari pengetahuan (Notoatmodjo, 2007). Jika
melihat teori di atas, maka dimungkinkan dengan pengetahuan siswa yang baik tentang bahaya
merokok dengan kesehatan maka perilaku merokok akan berkurang bahkan berhenti.
Responden penelitian ini adalah siswa yang berusia 12-15 tahun. Rata-rata usia responden
adalah 14,07 tahun dengan distribusi terbanyak pada kelompok usia 14 tahun. Usia responden paling
muda adalah 12 tahun. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa usia pertama kali merokok adalah 57 tahun sebanyak 1 siswa (1,3%), dan paling banyak pada rentang usia 11-13 tahun (67,1%). Siswa
yang sudah mencoba merokok pada usia 5-7 tahun terdapat 1 siswa yang diawali dengan mencoba
sisa batang rokok yang dikonsumsi ayahnya. Siswa yang lainnya mayoritas mencoba merokok
dengan alasan agar terlihat keren. Alasan tersebut sesuai dengan penyelidikan Charles dan Shirley
(1969) dalam Nainggolan (2009), yaitu alasan remaja mulai merokok meliputi: ikut-ikutan teman,
iseng, agar lebih tenang, berani mengambil risiko, bosan, dan supaya kelihatan seperti orang dewasa.
Menurut WHO (2015), penelitian tahun 2009 menemukan bahwa ada beberapa siswa SMP
dengan rentang usia 13-15 tahun sudah menjadi mantan perokok. Hal ini dapat diartikan bahwa pada
usia sebelum 13 tahun sudah mulai mencoba rokok. Menurut Baradja (2013), mayoritas anak-anak
yang mulai merokok disebabkan karena orang tuanya yang juga perokok, sehingga anak-anak yang
cenderung meniru kebiasaan orang tuanya menjadi berani untuk mencoba rokok. Sebagian besar
orang tua tidak memiliki pengetahuan yang baik terkait bahaya merokok terhadap anak-anaknya,
sehingga mereka terbiasa merokok di sekitar anak-anak mereka merupakan hal yang biasa. Upaya
pencegahan yang bisa dilakukan salah satunya adalah memberikan informasi terkait bahaya merokok
pada anak sejak masih kecil secara terus-menerus, sehingga pada saat remaja anak tersebut dapat
membentengi dirinya dari menjadi seorang perokok atau pecandu bahan adiktif lainnya.
3.2.2 Hubungan Persepsi Tentang Label Visual pada Kemasan Rokok dengan Perilaku
Merokok Siswa SMP Muhammadiyah 7 Surakarta.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa responden yang memiliki persepsi negatif pada label
visual peringatan bahaya merokok pada kemasan rokok memiliki perilaku merokok negatif sebanyak
7 siswa (20,6%), sedangkan yang berperilaku merokok positif sebanyak 27 siswa (79,4%).
Responden yang memiliki persepsi positif terhadap label visual peringatan bahaya merokok,
7

sebagian besar responden cenderung berperilaku merokok positif yaitu sebanyak 33 siswa (78,6%).
Hal ini menunjukkan perbedaan dengan perilaku merokok negatif yakni sebanyak 9 siswa (21,4%).
Berdasarkan hasil penelitian tersebut dapat diasumsikan bahwa semakin positif persepsi responden
terhadap label visual peringatan bahaya merokok pada kemasan rokok, semakin positif pula perilaku
merokok responden. Semakin negatif persepsi siswa pada hasil penelitian semakin positif perilaku
merokok, sehingga siswa yang memiliki persepsi negatif terhadap label visual peringatan bahaya
merokok sebagian besar menjadi berhenti atau mengurangi intensitas merokok, tetapi masih ada
beberapa siswa yang masih tetap merokok. Penelitian yang dilakukan oleh Trihandini dan Wismanto
(2003), menunjukkan bahwa perilaku merokok pada remaja dipengaruhi oleh persepsi bahwa
merokok merupakan suatu bentuk dari gaya hidup modern. Wade and Michael (2001) menjelaskan
bahwa, persepsi terhadap suatu objek yang dilihat masing-masing orang memiliki perbedaan. Objek
secara visual dapat dilihat oleh masing-masing orang pada sudut pandang yang berbeda, sehingga
setiap orang memiliki persepsi yang berbeda pula.
Tidak ada hubungan persepsi tentang label visual pada kemasan rokok dengan perilaku
merokok siswa SMP Muhammadiyah 7 Surakarta (p = 1,000). Hasil ini sejalan dengan penelitian
yang dilakukan oleh Permatasari (2015) yang menyimpulkan bahwa mahasiswa program studi
PGSD Universitas Muhammadiyah Surakarta memiliki persepsi yang baik terhadap label visual
peringatan bahaya merokok pada kemasan rokok, tetapi mahasiswa masih tetap merokok karena
tidak menghiraukan arti dari label visual tersebut terhadap kesehatan. Perilaku merokok siswa paling
singkat adalah ≤ 1 minggu sebanyak 14 siswa (18,4%) dan paling lama adalah > 1 bulan sebanyak 29
siswa (38,2%) dengan jumlah rokok yang dihisap per harinya tidak sampai 10 batang, yang termasuk
dalam kategori perokok ringan. Menurut Bustan (2007), jenis perokok dapat dibagi berdasarkan
jumlah rokok yang dihisap dalam satuan batang, bungkus, atau pak per hari, yaitu:
3.2.2.1 Perokok Ringan
3.2.2.2 Perokok Sedang
3.2.2.3 Perokok Berat

: merokok kurang dari 10 batang per hari.
: merokok 10-12 batang per hari.
: merokok lebih dari 20 batang per hari.

Siswa yang merokok dengan jenis rokok filter sebanyak 61 siswa (80,3%), dan paling sedikit
menggunakan rokok tanpa filter (no filter) sebanyak 6 siswa (7,9%). Semua jenis rokok sangat
berbahaya, rokok yang memakai filter (penyaring) berfungsi untuk menyaring nikotin, walaupun
tidak sepenuhnya tersaring, sedangkan yang paling berbahaya adalah rokok kretek maupun no filter
(Wismanto, 2007). Hasil penelitian tersebut menunjukkan siswa yang merokok memiliki persepsi
bahwa selama mereka merokok belum menunjukkan gangguan kesehatan pada tubuhnya, mereka
masih tetap akan merokok. Rokok yang umum dikonsumsi siswa adalah rokok dengan filter, selain
mereka beranggapan bahwa rokok dengan filter lebih aman dibandingkan dengan jenis rokok
lainnya, rokok filter lebih mudah didapatkan pada toko terdekat.
3.2.3 Hubungan Sikap Terhadap Fatwa Haram Rokok dengan Perilaku Merokok Siswa
SMP Muhammadiyah 7 Surakarta.
`Hasil penelitian menunjukkan bahwa responden dengan sikap negatif terhadap fatwa haram
merokok yang berperilaku merokok negatif sebanyak 6 siswa (22,2%), sedangkan yang berperilaku
merokok positif sebanyak 21 siswa (77,8%). Responden yang memiliki sikap positif terhadap fatwa
haram rokok sebagian besar sudah memiliki perilaku merokok positif yaitu sebanyak 39 siswa
8

(79,6%) dan yang berperilaku merokok negatif sebanyak 10 siswa (20,4%). Data tersebut
menunjukkan bahwa semakin positif sikap responden terhadap fatwa haram rokok, maka semakin
positif pula perilaku merokok responden. Semakin negatif sikap siswa terhadap fatwa haram rokok
pada hasil penelitian, perilaku merokok siswa menjadi positif, sehingga banyak siswa yang sudah
berhenti atau mengurangi intensitas merokok, tetapi masih ada beberapa siswa yang masih tetap
merokok. Selain sikap, perilaku merokok juga dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu faktor
biologis, psikologis, dan sosial. Menurut Azwar (2011), bahwa pembentukan sikap seseorang dalam
interaksinya dibagi menjadi 6 yaitu, pengalaman pribadi, pengaruh orang lain yang dianggap
penting, pengaruh kebudayaan, media massa, lembaga pendidikan dan agama, serta pengaruh faktor
emosional.
Tidak ada hubungan antara sikap terhadap fatwa haram rokok dengan perilaku merokok
siswa SMP Muhammadiyah 7 Surakarta (p = 1,000). Hasil ini sejalan dengan penelitian Sandek dan
Kamsih (2007), bahwa tidak ada hubungan sikap terhadap intensi berhenti merokok. Intensi berhenti
merokok tidak hanya dipengaruhi oleh satu faktor saja, tetapi ada beberapa faktor seperti kontrol diri.
Hasil penelitian diperoleh siswa yang merokok paling banyak di luar ruangan sebanyak 60 siswa
(78,9%), dan yang merokok di dalam dan di luar ruangan sebanyak 16 siswa (21,1%). Merokok di
dalam maupun di luar ruangan sama-sama memiliki bahaya yang besar bagi kesehatan. Menurut
Baradja (2013), asap rokok tangan ketiga (third hand smoke) merupakan residu asap rokok yang
melekat pada barang-barang di dalam ruangan maupun bagian tubuh seseorag yang dapat bereaksi
dengan zat kimia di dalam udara ruangan. Perilaku merokok di dalam ruangan sangat berbahaya
karena zat yang menempel dapat terhirup oleh orang lain maupun perokok itu sendiri dan dapat
menyebabkan penyakit yang sama berbahayanya dengan perokok aktif.
Informasi yang diperoleh peneliti, diketahui bahwa pemberian materi fatwa haram rokok
sudah deberikan dalam mata pelajaran kemuhammadiyahan, akan tetapi pemberian materi tersebut
terbatas hanya dilakukan oleh guru agama saja. Peraturan terkain larangan merokok juga telah
dilakukan oleh guru BK (Bimbingan Konseling), apabila ada siswa yang melanggar peraturan
tersebut maka sudah ada sistem pemberian sanksi terhadap pelanggaran siswa tersebut. Larangan
merokok di lingkungan sekolah juga sudah diberlakukan kepada seluruh staf guru dan karyawan,
karena sekolah merupakan salah satu tempat yang termasuk dalam KTR.
Peraturan Pemerintah dalam Undang-undang Kesehatan no. 36 tahun 2009 pasal 115
menetapkan kawasan tanpa rokok (KTR), yaitu pada fasilitas pelayanan kesehatan, tempat proses
belajar mengajar, tempat anak bermain, tempat ibadah, angkutan umum, tempat kerja, dan tempat
umum dan tempat lain yang ditetapkan. Adanya undang-undang tersebut menunjukkan bahwa
merokok di luar ruangan juga tidak diperbolehkan karena dapat mengganggu kesehatan orang lain
dan diri sendiri.

9

4. PENUTUP
4.1 Simpulan
4.1.1 Lebih dari separuh siswa berpengetahuan kurang baik yaitu sebanyak 43 siswa
(56,6%). Responden dengan persepsi positif sebanyak 42 siswa (55,3%). Responden
dengan sikap positif sebanyak 49 siswa (64,5%).
4.1.2 Tidak ada hubungan pengetahuan tentang label visual pada kemasan rokok dan fatwa
haram rokok dengan perilaku merokok siswa SMP Muhammadiyah 7 Surakarta (p =
0,050).
4.1.3 Tidak ada hubungan tentang label visual pada kemasan rokok dengan perilaku merokok
siswa SMP Muhammadiyah 7 Surakarta (p = 0,929).
4.1.4 Tidak ada hubungan antara sikap terhadap fatwa haram rokok dengan perilaku merokok
siswa SMP Muhammadiyah 7 Surakarta (p = 0,853).
4.1.5 Jumlah perilaku merokok negatif pada responden sebanyak 16 siswa (21,1%) dan
perilaku merokok positif sebanyak 60 siswa (78,9%).
4.2 Saran
4.2.1 Bagi Remaja Khususnya Siswa SMP Muhammadiyah 7 Surakarta
Masih banyaknya siswa yang memiliki pengetahuan kurang baik yaitu sebesar 56,6%, maka
siswa diharapkan banyak mencari tahu tentang bahaya merokok terhadap kesehatan, karena akan
sangat merugikan bagi masa depan siswa sendiri. Menyeleksi teman dalam pergaulan, karena
perilaku teman atau orang terdekat sangat mempengaruhi perilaku siswa, apabila perilaku teman baik
maka akan baik pula perilaku siswa. Siswa harus berani menegur siapapun yang merokok di
dekatnya, karena selain dapat mempengaruhi kesehatan dan menjadikan secondhand smoke, sikap
siswa yang sudah memilih berhenti merokok akan berubah karena kecenderungan remaja yang
mudah terpengaruh.
4.2.2 Bagi SMP Muhammadiyah 7 Surakarta.
Semua guru dan staf memiliki kewajiban untuk memberikan tauladan tentang bahaya
merokok serta fatwa bahwa merokok hukumnya haram bagi lembaga organisasi muhammadiyah,
agar tidak ada lagi siswa yang memiliki keinginan untuk mencoba merokok karena pada
kenyataannya selain merusak kesehatan, merokok juga dapat merusak generasi muda penerus
bangsa. Pencantuman fatwa haram rokok pada beberapa tempat, agar informasi tentang fatwa
tersebut dapat lebih tersosialisasi.
4.2.3 Bagi Lembaga Kesehatan
Besarnya pengaruh media massa yang dipropagandakan oleh industri rokok, seharusnya
menjadikan lembaga kesehatan maupun LSM (lembaga Sosial Masyarakat) bidang kesehatan
tergerak untuk lebih mempromosikan tentang bahaya merokok bagi semua kalangan, tidak terbatas
pada remaja saja karena pada saat sekarang ini pengaruh rokok tidak hanya terjadi pada kalangan
dewasa tetapi dari mulai anak-anak bahkan kalangan perempuan menjadi terget selanjutnya industri
rokok untuk memasarkan produknya.

10

4.2.4 Bagi Peneliti Lain
Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut tentang perilaku merokok yang dilihat dari variabel
pengganggu seperti faktor biologis (kedinginan), psikologis (stres), sosial (agar diterima oleh
kelompok tertentu), dan pengaruh adanya fatwa haram merokok lembaga organisasi muhammadiyah.
5. DAFTAR PUSTAKA
Alex. 2015. Hubungan Tingkat Pengetahuan dan Sikap Tentang Pictorial Health Warning (PHW)
pada Kemasan Rokok Dengan Motivasi Berhenti Merokok Pada Siswa SMA Santun
Pontianak. [Skripsi Ilmiah]. Pontianak: Fakultas Kedokteran Universitas Tanjungpura.
Azwar, S. 2011. Sikap Manusia Teori dan Pengukurannya. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Baradja, F. 2013. Hari Gini Masih Ngerokok… Apa Kata Dunia ?!. Yogyakarta: Pro-U Media.
Bustan, M. 2007. Epidemiologi: Penyakit Tidak Menular. Jakarta: Rineka Cipta.
Choiri. 2015. Hubungan Antara Pengetahuan dan Sikap Terhadap Gambar Penyakit Akibat
Merokok yang Terdapat Dalam Kemasan Rokok dengan Perilaku Merokok Masyarakat di
Kelurahan Purwosari. [Skripsi Ilmiah]. Surakarta: Fakultas Ilmu Kesehatan UMS.
Eriksen M, Judith M, Neil S, Farhad IG, Jeffrey D. 2015. The Tobaco Atlas: Fifth Edition.
USA:The American Cancer Society.
Fatwa Majelis Tarjih dan Tajdid Pimpinan Pusat Muhammadiyah No. 6/SM/MMT/III/2010
Tentang “Hukum Merokok”
Grafiyana, G. 2015. Pengaruh Persepsi Label Peringatan Bergambar pada Kemasan Rokok
Terhadap Minat Merokok Mahasiswa Universitas Islam Negri Maulana Malik Ibrahim
Malang. [Skripsi Ilmiah]. Malang: Fakultas Psikologi UIN Maliki.
Kemenkes RI. 2013. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. Jakarta: KEMENKES RI.
Kitab Suci Al-Qur’an
Kurniadi, B. 2005. Hubungan Antara Sikap Terhadap Label Peringatan Bahaya Merokok pada
Kemasan Rokok dengan Intensi Berhenti Merokok. [Skripsi Ilmiah]. Yogyakarta: Fakultas
Psikologi UII.
Mahmudin. 2014. Persepsi Perokok Aktif dalam Menanggapi Label Peringatan Bahaya Merokok.
[Skripsi Ilmiah]. Yogyakarta: Fakultas Ilmu Sosial dan Humaniora UIN.
Nainggolan. 2009. Anda Mau Berhenti Merokok? Pasti Berhasil!. Bandung: Indonesia Publishing
House.
Notoatmodjo, S. 2007. Promosi Kesehatan & Ilmu Perilaku. Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Peraturan Menteri Kesehatan No. 28 Tahun 2013 tentang Pencantuman Peringatan Kesehatan dan
Informasi Kesehatan pada Kemasan Produk Tembakau.
Permatasari, N. 2015. Persepsi Mahasiswa Perokok Mengenai Gambar Peringatan Bahaya Merokok
pada Kemasan Rokok Bagi Mahasiswa Progdi FKIP Universitas Muhammadiyah Surakarta
Tahun 2014/2015. [Skripsi Ilmiah]. Surakarta: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Peto R, Lopez AD, Boreham J, Thun M, Heath C Jr. (2006). Mortality from smoking in developed
countries 1950–2000: Indirect estimates from National Vital Statistics. Geneva: Oxford
University Press.
Rachmat, Thaha dan Syafar. 2013. Perilaku Merokok Remaja Sekolah Menengah Pertama. Jurnal
11

Kesehatan Masyarakat Nasional. Vol.7. No.11.Juni 2013: 502-508.
Sandek, R dan Kamsih A. 2007. Hubungan Antara Sikap Terhadap Perilaku Merokok dan Kontrol
Diri dengan Intensi Berhenti Merokok. [Skripsi Ilmiah]. Yogyakarta: Fakultas Psikologi
Universitas Wangsa Manggala Yogyakarta.
Susila dan Suyanto. 2015. Metodologi Penelitian Cross Sectional. Klaten: Bossscript.
SweKye Mon Min and Amit Bhardwaj. 2012. Perception of Youth on Smoking among First Year
Medical Students in Myanmar. International Journal of Collaborative Research on Internal
Medicine & Public Health.Vol.4. No.11. Agustus 2007:1828-1840.
Trihandini, R dan Wismanto. 2003. Perilaku Merokok Mahasiswi Ditinjau dari Persepsi terhadao
Gaya Hidup Modern. [Skripsi Ilmiah]. Semarang: Fakultas Psikologi Universitas Katolik
Soegijapranata.
Undang-Undang Kesehatan No. 36 Tahun 2009 Pasal 115 tentang Kawasan Tanpa Rokok (KTR).
Wade, N and Michael T. 2001. Visual Perception: An Introduction. Philadelphia: Psychology Press.
WHO, Regional Office for South-East Asia. 2015. Global Youth Tobacco Survey (GYTS):
Indonesia Report, 2014. New Delhi: WHO-SEARO.
Wismanto, B dan Y. Budi Sarwo. 2007. Strategi Penghentian Perilaku Merokok. Semarang:
UNIKA Soegijapranata.

12