Hubungan Label Peringatan kesehatan Merokok Dengan Perilaku Merokok Pada Mahasiswa Perokok Aktif di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

(1)

PERILAKU MEROKOK PADA MAHASISWA

PEROKOK AKTIF DI UIN SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

Laporan Penelitian ini ditulis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar SARJANA KEDOKTERAN

Oleh:

SITI NURFADILAH NIM :

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA


(2)

(3)

(4)

(5)

i

Segala puji dan syukur saya ucapkan kepada Allah SWT, yang selalu memberikan rahmat dan karunia-Nya, sehingga saya dapat menjalankan dan menyelesaikan Laporan penelitian ini dengan baik. Solawat beriringkan salam, semoga selalu tercurah untuk baginda Nabi besar Muhammad SAW, yang telah membimbing umatnya, ke dalam terang benderang masa yang dipenuhi dengan ilmu pengetahuan seperti saat ini. Laporan penelitian ini dapat terselesaikan dengan baik dan tepat waku, dikarenakan adanya dukungan, doa, bantuan serta bimbingan dari berbagai pihak, oleh karena itu, penulis ingin menyampaikan ucapan terimakasih setinggi-tingginya kepada yang terhormat:

1. Dr. H. Arif Sumantri, SKM., M.Kes. Selaku Dekan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Jakarta yang selalu membimbing kami dalam segala hal untuk menjadi lebih baik.

2. dr. Achmad Zaki, M.Epid., SpOT selaku Ketua Program Studi Pendidikan Dokter beserta segenap dosen program studi pendidikan dokter yang selalu memberikan bimbingan dan ilmu kepada saya selama menjalani masa pendidikan di Program Studi Pendidikan Dokter FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. dr. Nouval Shahab, SpU, PhD, FICS, FACS selaku penanggung jawab Modul Riset Program Studi Pendidikan Dokter 2012 yang selalu membimbing dan memberikan motivasi dalam pelaksaan penelitian ini.

4. dr. Mukhtar Ikhsan SpP (K) MARS selaku pembimbing 1 yang selalu memberikan masukan dan nasihat serta meluangkan waktu, fikiran, dan tenaga untuk membingbing saya dari awal penelitian hingga akhir penelitian.

5. dr. Ahmad Azwar Habibi. M.Biomed, selaku pembimbing 2 yang telah turut memberikan masukan dan motivasi, serta meluangkan waktu,, tenaga, dan fikiran untuk membimbing saya.

6. Keua orangtua yang selalu mendukung dan mendoakan saya H. Syahroni dan Hj. Arsah, terimakasih atas segala pengorbanan yang penuh keikhlasan, motivasi dan doa yang


(6)

ii

7. Rizqi Haqiqi Rahmatullah, Siti Zulfa, dan Muhammad Noval terimakasih atas segala pamrihnya untuk selalu memberikan motivasi dukungan dan doa untuk saya.

8. Teman riset seperjuangan saya, Mawarni Nurprima Arum M, Abdel Rahmman, Mahdiah Maemunah yang telah memberikan semangat dan motivasi, susah senang telah kita lalui bersama hingga terselesaikannya penelitian ini.

9. Seluruh mahasiswa dari setiap Fakultas di UIN Jakarta yang telah meluangkan waktu dan pikirannya untuk menjadi responden dalam penelitian ini.

10.Teman – Teman dekat saya serta keluarga besar PSPD 2012 untuk segala bantuannya dan waktu yang telah dilalui bersama selama masa pendidikan saya di FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

11.Semua pihak yang telah memberikan dukungan dan do’a kepada saya yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu.

Laporan penelitian ini, kemungkinan besar masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, saya mengharapkan kritik dan saran untuk dapat memperbaiki laporan penelitian ini menjadi lebih baik lagi. Semoga penelitian ini dapat bermanfaat bagi peneliti, masyarakat serta yang membaca penelitian ini. Segala bentuk bantuan dan kebaikan yang telah dilakukan demi selesainya laporan penelitian ini, semoga mendapatkan balasan dari Allah SWT.

Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Jakarta, 6 Oktober 2015


(7)

iii

Siti Nurfadilah. Program Studi Pendidikan Dokter. Hubungan Label Peringatan kesehatan Merokok Dengan Perilaku Merokok Pada Mahasiswa Perokok Aktif di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 2015

Tujuan: Penelitian ini mengetahui hubungan antara label peringatan bahaya merokok dengan akivitas kebiasaan merokok pada mahasiswa perokok aktif. Metode : penelitian ini melibatkan 260 subjek yang didapatkan dengan cara sampel bola salju/snowball sampling pada mahasiswa di setiap Fakultas di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, seluruh subjek peneliti menjawab berkas inform concent, dan kuisioner. Hasil : Intensitas melihat label rokok ≥ 5 kali dalam sebulan,didapatkan bahwa tidak terpengaruh dengan kebiasaan merokok 69,8% dan yang terpengaruh kebiasaan merokok 30.2% didapatkan p value <0.05 yang berarti bahwa taraf signifikansi 5%. Kesimpulan: Tidak terdapat hubungan antara intensitas melihat label peringatan bahaya merokok dengan kebiasaan merokok.

Kata kunci : Merokok, Label peringatan rokok, Mahasiswa

ABSTRACT

Siti Nurfadilah. Doctor Education Program. The relationship between smoking health warning label and smoking behavior of active smoker students in UIN

SyarifHidayatullah Jakarta, 2015.

Aim: The study to determine the relationship between smoking health warning label and smoking beehavior of active smoker students. Method: This study involved 260 subjects were acquired by snowball's sampling in each faculty at UIN SyarifHidayatullah Jakarta. all subjects answered questionnaire form and informed concent form. Result: Intensity to see smoking label ≥ 5 times a month. Acquired 69.8% not affected and 30.2% affected. Was obtained p value <0.05 which means that 5% significance tarif. Conclusion: There is no relationship between intensity to see smoking warning label and smoking habits.


(8)

iv

DAFTAR ISI

LEMBAR JUDUL ... i

LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... ii

LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iii

LEMBAR PENGESAHAN ... iv

KATA PENGANTAR ... v

ABSTRAK ... vii

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR TABEL ...xi

DAFTAR GAMBAR ...xii

DAFTAR LAMPIRAN ... xii

BAB1 : PENDAHULUAN ...1

1.1. Latar Belakang...1

1.2 . Rumusan Masalah ... 4

1.3 . Hipotesis Penelitian ... 4

1.4 . Tujuan Penelitian ...4

1.4.1. Tujuan Umum ...4

1.4.2. Tujuan Khusus ...4

1.5 Manfaat Penelitian ... 4

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ... 6

2.1. Landasan Teori ...6

2.1.1. Definisi Merokok ... 6

2.1.2. Komponen Kima Rokok ...6

2.1.3. Patofisiologi Merokok ...8

2.1.4. Efek kecanduan rokok ...10


(9)

v

2.1.8. Efek Berhenti Merokok Terhadap Kesehatan ...18

2.1.9. Alasan Umum Tidak Berhenti Merokok ...20

2.1.10. Label Rokok ...21

2.2. Kerangka Teori ...28

2.3. Kerangka Konsep ...29

2.4.Definisi Oprasional ...30

BAB III : METODE PENELITIAN...33

1.1. Desain Penelitian...33

1.2. Waktu dan Tempat Penelitian ...33

1.2.1. Waktu Penelitian ... 33

1.2.2. Tempat Penelitian... 33

1.3. Populasi dan Sampel... 33

1.3.1. Populasi ... 33

1.3.2. Sampel ... 33

1.3.3. Besar Sampel... 33

1.4. Kriteria Inklusi ... 35

1.5. Kriteria Eksklusi ... 35

1.6. Teknik Pengambilan Sampel ... 35

1.7. Alat dan Bahan Penelitian ...36

1.8. Cara Kerja Penelitian ...37

1.9. Pengelolaan Data ... 37

1.10. Analisis statistik ... 37

1.10.1.Analisis Univariat... 37

1.10.2.Analisis Bivariat... 38

1.11. Alur Kerja Penelitian...38

BAB IV : HASIL DAN PEMBAHASAN ...39

4.1. Karakteristik Responden ...39


(10)

vi

4.2. Label Peringatan Kesehatan Pada Rokok... 41

4.2.1. Distribusi Frekuensi Peringatan Bahaya Merokok Terhadap Kesehatan... 41

4.2.2. Distribusi Frekuensi Label Peringatan Bahaya Merokok Tetap Diadakan... 42

4.3. Pengaruh Peringatan Kesehatan Bergambar Dengan Kebiasaan Merokok ... 43

4.4. Hubungan Melihat Peringatan rokok dengan Pengaruh Kebiasaan Merokok...46

4.5. Pembahasan...47

4.6. Merokok Dalam Aspek Keislaman...53

4.5. Keterbatasan Penelitian ...54

BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN ...55

5.1. Kesimpulan ... 55

5.2.Saran ... 55

DAFTAR PUSTAKA... 57


(11)

vii

Tabel 3.1. Hasil uji validitas dan realiabilitas ...36

Tabel 4.1. Karakteristik Umur Responden...39

Tabel 4.2. Karakteristik Semester Responden... 39

Tabel 4.3. Distribusi Frekuensi Fakultas Responden... 40

Tabel 4.4. Intensitas Responden Melihat Peringatan Kesehatan Pada Rokok...41

Tabel 4.5. Perasaan Responden Setelah Melihat Peringatan Kesehata Pada Rokok... 41

Tabel 4.6. Label Peringatan Kesehatan Bergambar Pada Rokok Tetap Diadakan... 42

Tabel 4.7. Saran Responden Setelah Melihat Peringatan Kesehatan Pada Rokok... 42

Tabel 4.8. Pengaruh Peringatan Kesehatan Rokok Terhadap Perilaku Merokok...43

Tabel 4.9. Pengaruh Setelah Melihat Peringatan Kesehatan Pada Rokok...43

Tabel 4.10. Alasan Berhenti Merokok dan Mengurangi Jumlah Batang Rokok...44

Tabel 4.11. Alasan Tetap Merokok Setelah Melihat Peringatan Rokok... 45

Tabel 4.12. Alasan Tidak Terpengaruh Setelah Melihat Peringatan Rokok...45


(12)

viii

Gambar 2.2 Label peringatan merokok tahun 2003...22

Gambar 2.3. Label Peringatan merokok tahun 2013...24

Gambar 2.4. Peraturan label Peringatan merokok dalam bungkus rokok...26

DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1 : lembar kesediaan responden ...62

Lampiran 2 : kuesioner penelitian ... 63

Lampiran 3 : Hasil data Uji Statistik ...67


(13)

1 1.1. Latar Belakang

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, merokok adalah aktivitas menghisap rokok yang merupakan gulungan tembakau dan dibungkus oleh daun nipah, serta kertas. Perilaku merokok, memiliki risiko terhadap perburukan kesehatan dan penurunan kualitas hidup bahkan kematian.1

Data dari WHO (World Health Organization) tahun 2014 menyebutkan bahwa, merokok dapat membunuh hingga setengah dari seluruh pengkonsumsi rokok. Diseluruh dunia, sekitar 6 juta orang pertahunnya meninggal diakibitkan oleh penyakit-penyakit yang dipicu atau diperparah oleh kebiasaan menghisap rokok. Apabila tidak dilakukan tindakan segera, untuk menanggulangi keadaan bahaya yang terus meningkat ini, maka WHO memperkirakan bahwa, pada tahun 2030 jumlah kematian akibat asap rokok akan terus melonjak naik hingga lebih dari delapan juta.2

Di Indonesia, angka kejadian merokok sangat tinggi berasal dari berbagai lapisan sosial ekonomi masyarakat, dan tersebar merata diseluruh provinsi, mulai dari provinsi Aceh, hingga provinsi Papua sekalipun.4 Kecenderungan penggunaan rokok

ini terus meningkat dari tahun ke tahun baik pada laki- laki, maupun pada perempuan, dengan prevalensi perokok pada pria sebesar 67,0% dan 2,7% pada perempuan.3

Prevalensi perilaku merokok usia lebih dari 15 tahun, mengalami peningkatan dari 34.7% menjadi 36,3%, di Indonesia sekitar 60% pria yang berusia lebih dari 15 tahun adalah perokok aktif. Dengan prevalensi perokok pada pria sebesar 67,0% atau 59,9% orang dewasa saat ini adalah perokok. Perilaku merokok pada usia remaja umumnya semakin meningkat sesuai tahap perkemabangan, serta tahap pergaulan yang semakin meluas seiring berjalannya usia muda. Hal tersebut, ditandai dengan meningkatnya prevalensi merokok pada anak diatas 15 tahun, serta meningkatnya


(14)

intensitas merokok pada usia tersebut. Hal ini mengakibatkan anak muda memiliki ketergantungan terhadap nikotin.3

Risiko merokok berperan penting terhadap terjadinya perburukan kesehatan, dari berbagai sistem dalam tubuh manusia. Mulai dari sistem kardiovaskular, pernapasan, serta menyebabkan kanker dan keadaan klinis lain, yang semakin menurunkan kualitas hidup seorang perokok. Sekitar 90% kematian, terjadi akibat kanker paru, dan sekirtar 80% diakibatkan penyakit paru obstruktif kronik.5

Risiko merokok tak hanya dirasakan oleh penghisap batang rokoknya saja, akan tetapi juga membahayakan Perokok pasif. Pada perokok ini, menghisap asap rokok yang terdiri dari 400 senyawa kimia campuran, dengan senyawa beracun,dan sekitar 69 diantaranya merupakan bahan penyebab kanker. Di seluruh dunia diperkirakan sekitar 600 ribu kematian dini, terjadi setiap tahunnya. Sekitar 700 juta anak-anak atau sekitar 40% dari seluruh anak-anak di Indonesia, sedikitnya 25.000 kematian terjadi, karena terpapar asap rokok, sebagai perokok pasif. Dengan jumlah sekitar 85% rumah tangga di seluruh Indonesia terpapar dengan asap rokok.4

Untuk menanggulangi hal-hal tersebut diatas, dikeluarkanlah peraturan pemerintah no. 19 tahun 2003, “mewajibkan setiap produsen rokok untuk mencantumkan label peringatan bahaya merokok pada setiap kemasan rokok” Sehingga, dikeluarkanlah produksi rokok dengan label tulisan berupa “merokok dapat menyebabkan kanker, serangan jantung, impotensi dan gangguan kehamilan dan janin” tetapi hal tersebut tidak menurunkan prevalensi perokok di Indonesia.6 Evaluasi peraturan pemerintah tahun 2003, kemudian pemerintah Indonesia kembali mengeluarkan kebijakan yang terdapat dalam Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia nomor 40 tahun 2013 tentang, “peta jalan pengendalian dampak konsumsi rokok bagi kesehatan, pada pasal 8, bahwa pengaturan produksi rokok harus mencantumkan uji kandungan kadar nikotin dan tar, penggunaan bahan tambahan, dan label peringatan kesehatan dalam kemasan.6 Label itu sendiri, merupakan keterangan mengenai rokok yang berbentuk gambar, tulisan, kombinasi kedunya, atau bentuk lain yang disertakan pada rokok, dan dimasukan kedalam atau pada bagian kemasan rokok.7


(15)

Label rokok berperan sebagai informasi kesehatan untuk menyampaikan peringatan kesahatan dan meningkatkan pengetahuan tentang bahaya merokok, menurunkan keinginan remaja untuk merokok, dan memotivasi perokok untuk berhenti merokok. Label peringatan berupa gambar dan tulisan mempunyai dampak yang lebih efektif dibanding hanya tulisan saja, karena label berupa gambar dapat dipahami oleh orang yang buta huruf ataupun anak-anak, yang merupakan 2 kelompok populasi yang mudah terpengaruh.38

Berdasarkan hasil penelitian dari Baequni dan Nasir tahun 2005 tentang “gambaran perilaku merokok civitas akademika UIN Syarif Hidayatullah Jakarta” yang dilakukan pada mahasiswa dari berbagai Fakultas di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, menemukan bahwa, dari 87,3% responden mahasiswa, sebanyak 34,3 % responden adalah perokok aktif.8

Merokok dapat menurunkan kualitas hidup, dan menciptakan kerusakan terhadap diri sendiri dan orang disekitar perokok. Hal tersebut dalam islam diartikan sebagai, mendzolimi diri sendiri, berdasarkan hal tersebut maka terdapat salah satu ayat yang mendukung, yaitu pada surrah al-baqarah ayat 195 yang artinya “dan janganlah

kalian menjatuhkan diri kalian sendiri kedalam kebinasaan”serta dalam surat al’araf ayat 157 Allah berfirman “ dan menghalalkan bagi mereka segala yang baik dan

mengharamkan bagi mereka segala yang buruk”22

Berdasarkan hal tersebut, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai label rokok dipopulasi mahasiswa Universitas Islam Negeri Jakarta.


(16)

1.2 . Rumusan Masalah

Apakah ada hubungan antara melihat label peringatan bahaya merokok dengan aktivitas kebiasaan perokok aktif pada mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta angkatan 2010-2014?

1.3. Hipotesis

Ada hubungan antara melihat label peringatan bahaya merokok dengan aktivitas kebiasaan merokok pada perokok aktif di mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta angkatan 2010-2014

1.4. Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui, apakah terdapat hubungan antara melihat label peringatan bahaya merokok dengan aktivitas kebiasaan merokok pada mahasiswa perokok aktif di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta angkatan 2010-2014

1.5. Manfaat Penelitian 1.5.1. Bagi peneliti

• Sebagai salah satu prasyarat kelulusan dalam menyelesaikan program sarjana kedokteran UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

• Menambah pengetahuan dan pengalaman penelitian mengenai hubungan label peringatan bahaya merokok dengan perilaku merokok pada perokok aktif dipopulasi mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.


(17)

1.5.2. Bagi Institusi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta • Menambah koleksi data penelitian

• Menambah pustaka ilmiah di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta khususnya Fakultas Kedokteran dan Ilmu kesehatan serta perpustakaan utama UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

• Memberi informasi mengenai pengaruh label rokok terhadap aktivitas merokok mahasiswa Universitas Islam negri Jakarta

1.5.4. Bagi masyarakat

Memberi informasi kepada masyarakat tentang bahaya merokok yang telah diperingatkan dalam label rokok dengan kepedulian masyarakat untuk menghindari efek bahaya merokok tersebut.


(18)

6 2.1. Landasan Teori

2.1.1. Definisi merokok

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia disebutkan bahwa rokok merupakan gulungan tembakau yang berukuran kira-kira 1 jari kelingking yang dibungkus daun nipah dan kertas. Macam-macam rokok itu sendiri ada kelembak rokok yang tembakaunya dibubuhi kelembak, dan kretek yang tembakaunya dibubuhi cengkeh. Sementara merokok merupakan aktivitas menghisap asap rokok. Maka dari itu orang yang merokok secara aktif yaitu dengan cara menghisap langsung batang rokok pada salahsatu ujung yang tidak di bakar sementara ujung yang lain dibakar dan dibiarkan membara, perokok ini disebut perokok aktif sementara orang yang hanya menerima asap rokok saja tanpa menghisap sendiri rokoknya disebut dengan perokok pasif (penghisap asap rokok orang lain).1

2.1.2. Komponen kimia rokok

Kandungan kimia tembakau telah teridentifikasi mencapai jumlah 2.500 komponen, dari jumlah tersebut, sekitar 1.100 komponen diturunkan menjadi komponen asap secara langsung dan 1.400 mengalami dekomposisi atau terpecah, bereaksi dengan komponen lain, dan membentuk komponen baru. Di dalam asap sendiri, terdapat 4.800 macam komponen kimia yang telah teridentifikasi. Berikut beberapa komponen kimia rokok, yang berbahaya bagi kesehatan yaitu :

1. Senyawa Alkaloid

Senyawa alkaloid terutama nikotin, dapat menyebabkan ketagihan dan gangguan pada jantung serta gangguan paru. Nikotin ini terkandung dalam tanaman tembakau dan meningkat jumlahnya karena penumpukan nitrogen.


(19)

2. Karsinogen

Menurut international Agency For Research On Cancer (IRAC) terdapat 36 bahan kimia yang diketahui menyebabakan kanker pada manusia, sementara dalam asap rokok, sedikitnya terdapat 10 dari ke 36 senyawa karsinogennik. Tobacco Specific Nitrosamines (TSNA) merupakan bahan karsinogenik, terkandung dalam daun tembakau, dalam jumlah kecil tetapi akan meningkat, akibat pengovenan terlalu lama.

TSNA juga meningkat, akibat kegiatan mikroba tertentu dan banyak menghasilkan senyawa nitrit, yang juga terdapat pada makanan yang diolah dengan pengasapan atau pembakaran.

3. Residu bahan bakar pada pengovenan, dengan pemanasan langsung Senyawa pembakaran. Selain sebagai residu B-a-P juga membawa senyawa nitrit yang bersifat karsinogenik.

4. Bahan asing, terutama bahan plastik seperti tali, pembungkus, dan lain-lain. Termasuk ke dalam kriteria bahan lain terbawa tembakau (No Tobacco related-material).

5. Residu pupuk dan pestida seperti klorcadmium, sipermetrin, provenofos dan lain-lain.

6. Gas Co2dan Nitrit Oksidayang bersal dari tembakau

Keberadaan gas karbon monoksida merusak ikatan hemoglobin dari darah yang beredar pada jaringan vital. Beberapa bahan kimia lain yaitu, benzena yang ditemukan dalam gas asap.

7. Bahan kimia sebagai perasa pada produk tembakau  Pemanis

Pemanis yang digunakan dalam rokok memiliki hubungan dengan pembentukan asetaldehida selama pembakaran, hal tersebut bersifat karsinogen dan dapat mengiritasi saluran pernapasan.


(20)

Menthol merupakan bahan umum yang digunakan untuk makanan dan salep topikal sebagai pelega tenggorokan, mentol yang terdapat dalam rokok memberikan efek mati rasa pada ujung saraf sensorik pada saluran pernafasan membantu untuk menenangkan dan dapat juga memberikan sensasi tidak nyamanan pada sebagian perokok.

 Amonia

Meningkatkan penyerapan nikotin.9 2.1.3. Patofisiologi rokok

Asap rokok, mengiduksi terjadinya kerusakan sel dan inflamasi, sehingga terjadi cedera oksidatif sistem cerebrovaskular, hal tersebut, disebabkan oleh peningkatan Reactive Oxygen Species (ROS) sebagai radikal bebas yang dapat berinteraksi dengan produksi radikal bebas lainnya. Sehingga memicu terjadinya akumulasi ROS yang distimulasi oleh beberapa faktor, yaitu:

1. Peningkatan oksidan 2. Penurunan anti oksidan


(21)

Gambar 2.1 patofisiologi asap rokok10

Sumber: Int. J. Environ.Res.Public Health. Peter Mazzone et al. 2010. Patophysiological impact of cigarette smoke exposure on the cerebrovascular system with a focUs on the blood-brain barrier:

Expanding the answerness of smoking toxicity in an under apreciated Area.

Dalam keadaan normal keberadaan ROS akan segera diperbaiki secara intraseluer oleh superoksida dismutase (SOD), katalase, glutation, peroksidase dan secara ekstraseluler oleh vitamin antioksidan. Tingginya kandungan ROS dan beberapa ROS yang lainnya, seperti radikal hidroksil, hidrogen peroksida, dan peroxynitrite mengakibatkan terpaparnya endotel terhadap ROS, sehingga memicu abnormalitas vaskuar. Reactive Oxygen Species (ROS) mengakibatkan kerusakan yang distimulasi oleh berbagai makromolekul yang termasuk lipoperoxidation asam lemak tak jenuh ganda pada membran lipid, protein oksidasi, kerusakan untai DNA, oksidasi RNA, depolarisasi dan apoptosis


(22)

mitokondria, serta mutasi dari p53 yang menguatkan terjadinya apoptosis, selain itu asap rokok itu sendiri memiliki toksisitas yang tinggi.1

2.1.4. Efek kecanduan rokok

Nikotin yang terkandung dalam sebatang rokok, merupakan bagian yang memiliki kekuatan adiktif, dan berefek langsung pada otak, dengan cara merangsang pelepasan dopamin yang memberi rasa nyaman dan rasa ketergantungan, Sehingga apabila perokok tidak merokok sekali saja, akan terjadi putus nikotin yang akan memunculkan gejala-gejala tidak nyaman, sehingga seorang perokok, akan selalu mengulangi lagi kebiasaan merokoknya. Gejala-gejala putus nikotin tersebut adalah :

1. Meningkatnya efek stres

Dari hasil penelitian menunjukan bahwa rata-rata perokok memiliki tingkat stres yang tinggi dibandikan bukan perokok.

2. Perubahan sel-sel otak

Secara alami, hormon dopamin akan dirilis saat melakukan perilaku-perilaku tertentu, seperti makan, minum, berhubungan seksual dan lain-lain, Pelepasan dopamin akan memberikan efek tenang dan bahagia. Pada perokok, reseptor dopamin yang dimemiliki lebih sedikit. Hal ini dibuktikan dalam sebuah penelitian, suatu hipotesis terkemuka menyatakan bahwa, paparan nikotin pada awalnya meningkatkan transmisi dopamin yang menyebabkan perasaan tenang dan bahagia, dan kemudian mengakibatkan penurunan reseptor dopamin tersebut, sehingga memicu perokok untuk meningkatkan intensitas merokok demi mencapai pengingkatan transmisi dopamin seperti pada awal merokok. Hal ini juga diperkuat dari penelitian yang dilakukan pada hewan, yang menunjukan hasil bahwa, proses merokok mengakibatkan perubahan

kimia otak dan penurunan reseptor dopamin.11 3. Efek merokok bagi sistem pernapasan


(23)

Saluran pernapasan dimulai dari saluran pernapasan atas, hidung, beserta sinu-sinus paranasal yaitu sinus maksila, sinus frontal, sinus etmoid dan sinus sfenoid kanan dan kiri, faring, laring atau pita suara, saluran pernapasan bawah, trakea, bronkus, bronkiolus hingga alveolus untuk melakukan kerjanya sebagai pertukaran oksigen dari atmosfer dengan karbon dioksida dari darah.12,13,14 Mekanisme fisiologis tersebut dapat terpengaruhi oleh asap rokok yang dihisap oleh perokok, sebagai perokok aktif maupun perokok pasif, sehingga mengakibatkan ganggan–gangguan pada saluran pernapasan yang sering terjadi sebagai berikut:

a. Bronkospasme

Keadaan menyempitnya saluran-saluran bronkus sehingga menyebabkan sesak saat bernapas.

b. Meningkatkan produksi dahak

Ketika terdapat zat-zat asing yang masuk kedalam paru, maka rambut-rambut halus berupa siliar klirens yang terdapat disepanjang saluran pernapasan, akan bekerja dengan cara mengeluarkan lendir dan menjebak zat asing bagi paru. Pada keadaan fisiologis, zat asing tersebut akan menstimulasi refleks batuk, untuk mengeluarkan zat asing yang sudah dibalut lendir tersebut. Pada perokok, asap tembakau melumpuhkan silia ini, sehigga lendir berkumpul di paru, Selain itu juga dipicu oleh pertumbuhan sel goblet oleh karena efek tembakau. Karena beberapa hal tersebut, semakin meningkatkan sekret lendir, sehingga terjadilah penumpukan dahak yang kronik pada saluran pernapasan bawah.11


(24)

Sebagai respon alami tubuh, untuk membersihkan lendir yang menumpuk dalam jumlah banyak dan kronik, serta zat asing yang tidak seharusnya terdapat dalam saluran pernapasan. Maka rata-rata seorang perokok cenderung batuk lebih sering dibandingkan bukan perokok. Sementara seorang perokok yang tidak batuk, mungkin tidak terjadi mekanisme pembersihan yang lebih baik, dari iritasi atau benda asing pada saluran pernapasan. 11

Beberapa akibat yang disebabkan rokok pada sistem pernapasan tersebut, terjadi secara kronik dan terus menjadi semakin parah, sehingga dapat menyebabkan penyakit yang lebih serius, pada sepanjang saluran pernapasan. Penyakit tersebut yaitu: Kanker pada paru dan Penyakit paru obstruktif kronik yang merupakan penyebab tertinggi untuk menyebabkan kematian akibat rokok.38

d. Menurunkan aktifitas fisik

Mekanisme kombinasi dari bronkospasme, serta peningkaatan hasil produksi dahak, mengakibatkan terhambatnya aliran udara menuju paru. Difusi hingga perfusi oksigen terganggu sehingga terjadilah peningkatan kebutuhan oksigen, pada saat tubuh bekerja aktif, oksigen yang dikirimkan ke otot yang aktif harus lebih banyak, sementara aliran oksigen mengalami hambatan dan bercampur dengan radikal bebas. Dalam keadaan tubuh melakukan aktivitas fisik, terjadi peningkatan kebutuhan energi, sehingga proses oksigenasi sel berubah menjadi glikolisis anaerob untuk mempertahankan oksigenasi sel yang adekuat. Proses glikolisis anaerob yang berlangsung lama, akan menghasilkan asam laktat sehingga akan menyebabkan kelelahan dan terjadi penurun aktifitas fisik. 11.13


(25)

a. Perubahan profil lipid

Nikotin memiliki efek buruk terhadap kolesterol dengan cara meningkatkan jumlah lemak jahat (LDL, trigliserida dan kolesterol) yang tersebar dalam pembuluh darah, dan menurunkan jumlah lemak baik (HDL) yang tersedia.20

b. Aterosklerosis

Aterosklerosis adalah suatu pembentukan plak yang terbentuk dari lemak dan kolesterol.33 Zat-zat dari asap rokok yang tersebar diseluruh tubuh akan mampu merusak pembuluh darah, yang memungkinkan terjadinya percepatan pembentukan plak, sehingga mengakibatkan terjadnya penyempitan aliran darah dan terjadi hambatan darah yang melewati pembuluh darah dengan aterosklerosis.11

c. Trombosis

Trombosis adalah keadaan terbentuknya bekuan darah dalam pembuluh darah, yang dapat mengakibatkan hambatan aliran darah.32

Perokok mengalami peningkatan kadar trombin, yang merupakan enzim untuk penggumpalan darah, Proses tersebut menyebabkan pembentukan trombus kecil yang akan berkembng menjadi trombus yang lebih besar sehingga menyebabkan penyumbatan pembuluh darah dan dapat menghentikan aliran darah ke organ vital.11,33

d. Vasokontriksi pembuluh darah

Asap rokok dapat menurunkan nitrit okside (NO) yang berperan dalam melebarkan pembuluh darah, dan meningkatkan endothelin-1 yang menyebabkan penyempitan pembuluh darah.11


(26)

Perubahan pada profil lipid, pembentukan aterosklerosis, trombosis dan vasokontriksi pembuluh darah akan meningkatkan kerja jantung untuk mengoptimalkan aliran darah keorgan-organ vital maupun perifer. Selain itu, Nikotin yang terkandung dalm rokok juga dapat langsung memicu peningkatan tekanan darah.11.33

5. Efek pada sistem gastrointestianal

a. Gastro esophageal reflux diseases (GERD)

Merokok meningkatkan reflux isi lambung ke dalam kerongkongan dan faring, sehingga dapat menyebabkan ulserasi dari eseofagus bagian bawah atau barrett esofagus, dan berkembang menjadi kanker tenggorokan.

b. Dispepsia karena tukak lambung

Tukak lambung atau ulkus pada lambung, terjadi akibat kegagalan penyembuhan luka karena faktor eksternal. Rokok merupakan salah satu penyebab produksi asam dan gas secara berlebih dalam lambung. Serta rokok akan membuat perut terasa kembung dan terjadi perlukaan atau ulkus pada dinding lambung dan usus. Selain itu, rokok menghambat terbentuknya lendir yang berguna sebagai pelindung sel-sel lambung dari asam lambung, Serta menurunkan aliran darah ke lapisan dalam esofagus, dan lambung. Sehingga, merokok menghalangi penyembuhan luka pada gastrointestinal.11

c. Penyakit gigi dan mulut

Merokok menyebabkan perubahan vaskularisasi gingival, yaitu; dilatasi pembuluh darah kapiler, yang disertai akumulasi mediator proinflamasi pada gingival, apabila terjadi berkelanjutan dengan intensitas merokok yang sering, maka dapat memicu prosess inflamasi berlebih pada gingival (gingivitis), ketika terjadi secara terus menerus akan terjadi penipisan kolagen pada jaringan lunak gingival yang


(27)

terpapar sehingga menyebabkan periodonitis.30 Efek panas yang diakibatkan merokok mengakibatkan kerusakan lokal pada mukosa mulut, serta rongga mulut yang sering terpapar oleh asap rokok beserta kandungan yang ada didalamnya, hal tersebut akan menjadi toksik bagi jaringan lunak dalam mulut sehingga mempengaruhi status kesehatan rongga mulut.31 Selain itu infeksi dan penyakit pada gigi dan mulut juga disesabkan kelompok bakteri yang membentuk koloni.11 Bahan karsinogenik yang terdapat dalam asap rokok yang dihisap, serta efek panas dan infeksi kronis yang terus berlangsung akan dapat mengakibatkan kanker pada mulut dan kanker pada tenggorokan.31 6. Efek pada sistem imun (sistem pertahanan tubuh)

Zat karsinogenik pada rokok dapat mempengaruhi secara langsung terhadap kekebalan tubuh host, kerusakan matriks ekstraseluler, dan menghambat proses alamiah penyembuhan luka. Hal tersebut merupakan peranan utama tubuh terhadap berbagai bahaya dari dunia luar.11

7. Efek pada sistem metabolik

Merokok menganggu penyerapan jumlah mikronutrien, terutama vitamin C,E dan asam folat.11

8. kerusakan oksidatif

Pada perokok, terjadi peningkatan bahan oksidan yang masuk ke dalam tubuh, dan meningkatkan proses oksidasi, sementara anti oksidan sebagai pelawan prsesoksidasi berlebih mengalami penurunan. Keadaan ini mengakibatkan kerusakan langsung pada sel, gen, dan kerusakan pembuluh darah.11


(28)

Asap tembakau mempengaruhi banyak obat-obatan, dalam proses distribusi dan metabolisme dengan cara memperlambat metabolisme, meningkatkan waktu distribusi dan mengganggu konsentrasi obat.

Berbagai obat yang telah terbukti mengalami peningkatan distribusi dan metabolisme obat yaitu :

 Anti depresan  Antikoagulan  Anti kejang

Berikut obat yang distribusi serta metabolismenya mgalami penurunan, yaitu:  Obat penghilang rasa sakit

 Obat jantung  Obat maag  Obat-obas asma.11

2.1.5. Perilaku merokok

Perilaku merokok diawali dengan rasa ingin tahu, pengaruh teman sebaya, keluarga, serta lingkungan sosial lain yang merokok. Sebagian perokok mulai merokok sejak usia remaja, pada saat belum mempunyai kemampuan untuk menilai dengan benar dampak merokok terhadap kesehatan dan kualitas hidup, pada masa lebih dewasa. Merokok dianggap sebagai hal yang biasa dan normal. Mereka tidak menyadari efek adiktif nikotn yang sangat kuat dan menyebabkan orang sulit untuk berhenti merokok. Perokok remaja berpendapat bahwa merokok adalah hal yang menarik, memudahkan pergaulan, mudah berkonsentrasi dan membuat hidup lebih indah.14 Perilaku merokok pada usia remaja, umumnya semakin meningkat sesuai tahap perkemabangan yang ditandai dengan meningkatnya frekuensi dan intensitas merokok, sehingga, mengakibatkan mereka memiliki ketergantungan terhadap nikotin.34 2.1.6. Faktor yang mempengaruhi kebiasaan merokok


(29)

Berikut ini merupakan faktor- faktor yang memicu seorang anak muda memiliki kebiasaan merokok:

a. Orang tua

Anak yang berkembang dari rumah tangga yang tidak harmonis, dimana orangtua tidak begitu memperhatikan anak-anaknya lebih mudah untuk menjadi perokok. 35

b. Pengaruh teman

Kehidupan sehari-hari anak muda lebih dekat dengan teman sebaya dari pada dengan orangtua. Karena dengan teman, anak muda dapat menyalurkan minat serta sikap yang sama, sehingga banyak melakukan kegiatan bersama dalam mengisi waktu luangnya.35

c. Faktor kepribadian

Seseorang mencoba untuk merokok, karna rasa ingn tahu atau melepaskan diri dari rasa sakit fisik atau jiwa dan membebaskan diri dari kebosanan.35

d. Pengaruh iklan

Iklan di media masa dan elektronik, menampilkan bahwa,menjadi seorang perokok merupakan lambang kejantanan atau glamor. Sehingga membuat remaja, seringkali terpicu untuk mengikuti perilaku seperti iklan tersebut. Penelitian yang dilakukan di UHAMKA dan Komnas Perlindungan Anak tahun 2007, menunjukan bahwa, 68% remaja memiliki kesan positif terhadap iklan rokok, 52 % dapat dapat menyebut lebih dari tiga slogan iklan rokok, dan separuh dari remaja merasa lebih percaya diri, seperti dicitrakan oleh iklan rokok.36 Selain itu Admajaya pada tahun 2004 mengatakan bahwa, penayangan iklan rokok di televisi terutama yang menampilakn model anak muda, semakin membuat remaja tertarik untuk mencoba rokok.35


(30)

Ketergantungan terhadap produk tembakau, sangat tepat dianggap sebagai penyakit kronis. Walaupun telah dilakukan intervensi baik minimal maupun intensif, untuk berhenti merokok, tetapi umumnya, perokok yang mencoba untuk berhenti merokok akan mengalami kekambuhan dan membutuhkan penangulangan intervensi, sebelum akhirnya benar-benar berhasil berhenti merokok.15 Tidak perduli seberapa lama sudah menjadi seorang perokok, atau seberapa tua usia seseorang yang berhenti merokok, terbukti bahwa, tindakan berhenti merokok tetap membawa dampak yang sangat baik terhadap kualitas kehidupan yang lebih baik. Berhenti merokok dapat meningkatkan kualitas hidup yang lebih baik, dan lebih sedikit mengalami gejala flu, batuk dan berbagai penyakit seperti bronkitis serta pneumonia. Serta merasa lebih sehat dibandingkan orang yang masih merokok.17

2.1.8. Efek berhenti merokok terhadap kesehatan

Efek berhenti merokok terhadap kesehatan yaitu :

Semakin cepat seseorang berhenti merokok, maka semakin lebih baik terhadap perbaikan kesehatan.

1. Manfaat berhenti merokok berdasarkan lama berhenti merokok.

Pada saat 20 menit setelah berhenti, merokok tekanan darah serta denyut nadi kembali normal, 12 jam setelah berhenti, terjadi penurunan karbon monoksida dalam darah dan kadar oksigen darah kembali normal, dalam 48 jam setelah berhenti, nikotin tidak lagi dideteksi dalam tubuh serta Kemampuan pengecapan dan penciuman lebih baik. Dalam 72 jam setelah berhenti, bernapas terasa tidak ada hambatan karena bronkus lebih elastis, energi lebih meningkat. Dalam 2 minggu sampai 3 bulan setelah berhenti, Sirkulasi darah diberbagai bagian tubuh membaik serta perbaikan fungsi paru. 3-9 bulan setelah berhenti akan terjadi perbaikan gejala gangguan pernapasan seperti batuk, sesak napas membaik. Fungsi pembersihan oleh silia kembali normal, sehingga pada saat ini kemampuan untuk proses pembersihan paru akan kembali membaik dan


(31)

menurunkan risiko infeksi, secara keseluruhan fungsi paru dapat meningkat hingga 5-10%.

2. Berhenti merokok dalam jangka waktu lama

Berbagai perbaikan kualitas kesehatan perokok akan terjadi seiring waktu. Semakin lama berhenti merokok, perbaikan kualitas hidup akan menjadi lebih baik. Perbaikan berdasarkan jangka waktu dapat memberikan manfaat sebagai berikut :

- Setelah 1 tahun berhenti, terjadi 1 penurunan resiko penyakit jantung coroner

- Setelah 5 tahun risiko kematian karena kanker paru dan kanker mulut turun 50%

- Setelah 10 tahun berhenti merokok risiko kematian karena kanker paru dan stroke menurun sama dengan risiko bukan perokok.

- Setelah 15 tahun Risiko penyakit jantung koroner sama seperti orang yang tidak perokok.

3. Manfaat langsung dari berhenti merokok - Bau napas yang lebih baik

- Gigi lebih dapat menjadi putih

- Hilangnya bau di pakaian serta rambut - Yellow fingers and fingernails disappear - Rasa terhadap makanan lebih baik

- Kegiatan sehari-hari lebih ringan tidak ada lagi rasa sesak napas17 4. Biaya

- Merokok mahal

Pada tahun 2010, pengeluaran rumah tangga termiskin merokok sebesar Rp. 864.600 sementara untuk membeli rokok sebesar Rp.102.900, atau setara dengan 11,9%, pengeluaran untuk rokok ini, menempati urutan kedua setelah pengeluaran untuk membeli beras, sebesar 18 % dan hal tersebut mengalahkan jenis pengeluaran lainnya seperti pemenuhan gizi (ikan,


(32)

daging, susu, telur) sebesar 3,21%, kesehatan 2,02% dan pendidikan sebesar 1,88%.15

- Penerimaan sosial

Merokok kurang dapat diterima pada sebagian besar lingkungan terutama sekolah-sekolah tempat-tempat bekerja, bangunan umum, acara olahraga, beberapa restoran dan bar, tidak megizinkan merokok bebas dalam ruangan. Perokok di tempat kerja ataupun di ruangan dapat meningkatkan biaya pemeliharaan dari bau rokok pada karpet, tirai, dan kain lainnya karena residu dari asap rokok yang masuk.17

2.1.9. Alasan umum tidak berhenti merokok

Beberapa penelitian yang telah dilakukan didapatkan beberapa pernyataan yang umumnya dijawab oleh seorang yang perokok, yaitu, Pernyataan bahwa: 1. Ayah saya seorang perokok dan masih hidup hingga usia 85 tahun.

Faktanya disadari atau tidak 2 dari 5 perokok meninggal lebih awal karena merokok dibandingkan yang tidak merokok.18

2. Sudah terlanjur menjadi perokok sehingga sudah terjadi perburukan kesehtan.

Faktanya bahwa semakin cepat seseorang berhenti merokok maka semakin baiklah kualitas hidupnya, begitupun yang sudah lama menjadi perokok akan jauh lebih baik jika dibandingkan tidak berhenti merokok sama sekali.18

3. Banyak dokter merokok.

Faktanya tidak banyak dokter yag merokok dan saat ini sudah banyak dokter yang menyerah dan mencoba berhenti merokok.18

Pada seseorang yang telah mencoba berhenti merokok, akan terjadi gejala-gejala putus nikotin berupa; pusing yang dapat berlangsung 1-2 hari setelah berhenti merokok, tanda gejala depresi, yaitu perasaan frustasi, kecemasan, ketidak sabaran, cepat marah, gangguan tidur berupa sulit tidur atau


(33)

terlalu banyak tidur dan mengalami mimpi buruk. Masalah berkonsentrasi, gelisah, merasa bosan, rasa lelah, meningkat atau menurunnya nafsu makan, peningkatan atau penurunan berat badan, konstipasi atau sembelit, batuk, mulut kering, sakit tenggorokan, sesak nafas, denyut jantung lambat. Dapat berlangsung mulai dari beberapa jam, dan memuncak sekitar 2 – 3 hari kemudian dari rokok terakhir yang dihisap hingga beberapa minggu.17

2.1.10. Label rokok

Label rokok adalah setiap keterangan mengenai peringatan bahaya rokok yang berbentuk gambar, tulisan, kombinasi keduanya, atau bentuk lain yang disertakan pada bungkus rokok, dimasukkan ke dalam rokok atau merupakan bagian dari rokok, serta kemasan rokok.

Berdasarkan peraturan Pemerintah Republik Indonesia nomor 19 tahun 2003 tentang, “pengamanan rokok bagi kesahatan, Pada bagian ketiga tentang keterangan pada label” yaitu; Pada Pasal 6 disebutkan bahwa :

Setiap orang yang memproduksi rokok wajib mencantumkan informasi tentang kandungan kadar nikotin dan tar disetiap batang rokok pada label dengan penempatan yang jelas dan mudah dibaca.

Kemudian dalam pasal selanjutnya yaitu pasal 7 dan 8 disebutkan bahwa: selain kadar nikotin dan tar harus dicantumkan pula tuisan peringatan kesehatan pada label dibagian kemasan yang mudah dilihat dan dibaca, dengan peringatan berupa :20


(34)

Sumber : Mentri Kesehatan Repubik Indonesia. Peraturan Mentri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 40 tahun 2013 Tentang Peta Jalan Pengndalian Dampak Konsumsi Rokok Bagi Kesehatan.

Berbagai negara banyak melakukan penelitian dan melakuakn evaluasi mengenai label berupa tulisan saja pada rokok, mereka membuktikan bahwa, lebih peringatan rokok tersebut akan lebih efektif jika peringatan kesehatan berupa label pada rokok, menggunakan label dalam bentuk gambar suatu penyakit atau suatu keadaan yang akan membahayakan anak kecil. Semakin besar ukuran label serta kualitas gambar yang baik dan menyeramkan, meningkatkan pengetahuan dan rasa takut perokok, sehingga dapat menurunkan angka perokok dunia.37

Dari RISKESDAS tahun 2011 dinyatakan bahwa, setelah diadakannya label peringatan rokok berupa tulisan, angka kejadan perokok dari tahun ke tahun terus meningkat, dengan angka kejadian merokok yang tersebar luas dari Aceh hingga Papua, dengan prevalensi nasional dari total populasi masyarakat Indonesia sebesar 34,7%. Peningkatan ini menjadikan Indonesia sebagai rangking 2 perokok terbanyak di dunia, setelah sebelumnya menjadi Rangking 3.9

Untuk menangani masyarakat Indonesia yang semakin meningkat masyarakat sebagi pecandu rokok, maka pemerintah mengeluarkan kebijakan, yaitu; Peraturan pemerintah Republik Indonesia nomor 109 tentang “pengamanan bahan yang mengandung zat adiktif berupa produk tembakau bagi kesehatan.” Pada pasal 14 dan 15 tahun 2012, disebutkan bahwa :

Setiap orang yang memproduksi dan/atau mengimpor produk tembakau ke wilayah Indonesjia wajib mencantumkan peringatan kesehatan, berbentuk gambar dan tulisan yang harus mempunyai satu makna. Setiap satu varian produk tembakau wajib mencantumkan gambar dan tulisan peringatan kesehatan yang terdiri atas 5 jenis yang berbeda dengan porsi masing- masing 20% dari jumlah setiap varian produk tembakaunya.21


(35)

UU Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia nomor 28 tentang “pencantuman peringatan kesehatan dan informasi kesehatan pada kemasan produk tembakau” Pada pasal 2 tahun 2013 di sebutkan bahwa:

Pengaturan pencantuman peringatan kesehatan dan informasi kesehatan pada kemasan produk tembakau bertujuan untuk memberikan pedoman bagi pelaku industri produk tembakau untuk melaksanakan pencantuman peringatan kesehatan dan informasi kesehatan pada kemasan produk tembakau yang diproduksi.

a. Jenis Peringatan Kesehatan terdiri atas 5(lima) jenis gambar dengan rasio yang tidak bisa diubah, dan tulisan sebagai berikut: 22

Gambar 1 merokok dapat menyebabkan kanker mulut


(36)

menyebabkan kanker

Gambar 4 merokok dapat menyebabkan kanker paru dan bronkitis kronis

Gambar 4 merokok dapat menyebabkan kanker tenggorokan

Gambar 4 merokok dekat anak dapat membahayaka anak


(37)

Gambar 2.3. Label Peringatan merokok tahun 201321

Sumber : Mentri kesehatan Repubik Indonesia. Peraturan Mentri Kesehatan Republik Indonesia nomor 40 tahun 2013 tentang peta jalan pengendalian dampak konsumsi rokok bagi kesehatan


(38)

Gambar 2.4. Label Peringatan merokok tahun 201321

Sumber : Mentri kesehatan Repubik Indonesia. Peraturan Mentri Kesehatan Republik Indonesia nomor 40 tahun 2013 tentang peta jalan pengendalian dampak konsumsi rokok bagi kesehatan

Pada peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia tahun 2013 pada bab III tentang peringatan kesehatan, pasal 5 menyebutkan bahwa :


(39)

Pencantuman peringatan kesehatan pada kemasan rokok berbentuk kotak persegi panjang, harus memenui persayaratan sebagai berikut:

a. Dicantumkan pada bagian atas kemasan, sisi lebar bagian depan dan belakang masing-masing seluas empat puluh persen.

b. Dalam hal kemasan memilki sisi lebar yang sama maka peringaatan kesehatan dicantumkan pada sisi depan dan sisi belakang kemasan;

c. Pada bagian atas gambar terdapat tulisan “PERINGATAN” dengan

menggunakan jenis hurup arial bold berwarna putih di atas dasar hitam dengan ukuran huruf 10 atau proporsional dengan kemasan;

d. Gamabr dicetak berwarna dengan kombinasi 4 warna (Cyan, Magenta, Yellow, Black) dengan kualitas gambar resolusi tinggi atau paling sedikit 300 dot per inch (dpi);

e. Di bagian bawah gambar dicantumkan tulisan berwarna putih dengan dasar hitam sesuai dengan makna gambar sebagaimana tercantum dalam lampiran;

f. Dicetak dengan jelas dan mencolok baik gambar atau puntulisannya; dan

g. Tidak mudah rusak, lepas, dan luntur baik karena pengaruh sinar ataupun udara.21

2.2. Kerangka teori


(40)

2.3. Kerangka konsep Mengandung 4000

bahan kimia dan zat-zat karsinogenik Pemerintah bertujuan menurunkan jumlah perokok aktif pencantuman label kesehatan pada rokok Mengandung nikotin Menginduksi terjadinya kerusakan

sel dan inflamasi

Zat adiktif

Peningkatan apoptosis sel di berbagai tempat cAbnormalitas vaskular Perbaikan kerusakan oksidatif terganggu Peningkatan ROS dan berinteraksi dengan prduksi radikal bebas Sistem metabolik

- Menghambat absobsi vitamin C, vitamin E

dan asam folat

kardiovaskular

- perubahan profil lipid

- aterosklerosis

- trombosis

- vasokontriksi pembuluh darah

- peningkatan tekanan darah

- peningkatan denyut nadi

- risiko tinggi stroke Saluran pernafasan

- Kanker paru

- Kanker

tengggorokokan

- PPOK

- Peningkatan produksi dahak

- Batuk persisten

- Bronkospasme

Sistem imun

- Pertahanan tubuh menurun

Gastrointestinal

- GERD

- Dispepsia karena tukak lambung

- Kanker mulut dan Penyakit gigi dan mulut Rasa nyaman dan ketergantunga n Merangsang pelepasan dopamin Susah berhenti merokok Terjadi pada

perokok aktif dan perokok pasif Menyebabkan

penyakit pada perokok pasif

- Anak dan Keluarga disektar perokok.

Rokok

Mengandung nikotin


(41)

2.4. Definisi oprasional No Nama

variabel

Definisi oprasional

Skala ukur

Alat ukur Cara ukur Hasil ukur Tidak

berpengaruh Berpengaruh

Perilaku mahasiswa peroko

aktif Label kesehatan

pada rokok Mengakibatkan ketergantungan

Mengandung bahan kimia dan zat karsinogenik

Menyebabkan berbagai penyakit Merusak berbagai


(42)

1 Intensitas Intensitas merupakan frekuensi mahasiswa perokok aktif dalam

melihat label peringatan bahaya kesehatan pada kemasan rokok dalam satu bulan.

Nominal Kuesioner Wawancara 1. Sering (lebih dari 15 kali dalam

sebulan) 2. Kadang

(diantara 11- 24 kali dalam sebulan) 3. Jarang

(kurang dari 10 kali dam sebulan) 2 Perilaku

merokok Perilaku merokok adalah kebiasaan menghisap rokok

Nominal Kuesioner Wawancara 1. Perokok 2. Tidak

perokok

3 Perokok aktif

Perokok aktif adalah

seorang laki-laki yang menghisap batang rokok secara aktif

Nominal Kuesioner Wawancara 1. Perokok aktif 2. Perokok

pasif

3 Label rokok label rokok adalah

gambar

Nominal Kuesioner Wawancara 1. Berpengaruh 2. Tidak


(43)

ataupun tulisan yang tertera pada kemasan rokok yang berfungsi sebagai peringatan kesehatan bagi perokok. 4 Mahasiswa Mahasiswa

adalah orang yang

menempuh pendidikan di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dari angkatan 2012– angkatan 2014

Nominal Kuesioner Wawancara Mahasiswa smester 1. Mahasiswa smester 2 2. Mahasiswa smester 4 3. Mahasiswa smester 6

5 Fakultas Fakultas adalah

bagian-bagian jalur pendidikan yang ada di Universitas

Nominal Kuesioner Wawancara 1.Fakultas

Kedokteran dan Ilmu Kesehatan

2. Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik


(44)

Islam Negri Jakarta

3. Fakultas Sains dan Teknologi

4. Fakultas Ekonomi dan Bisnis

5. Fakultas Psikologi 6.Fakultas Dirasat Islamiyah

7.Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi

8.Fakultas Syariah dan Hukum

9. Fakultas

Ushuludin

10.Fakultas Adab dan Humaniora 11.Fakultas Ilmu

Tarbiyah dan

Keguruan


(45)

33 3.1. Desain Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif analitik tidak berpasangan dengan menggunakan metode potong lintang.

3.2. Waktu dan Pempat penelitian 3.2.1. Waktu Penelitian

Waktu penelitian pada bulan Mei sampai dengan September 2015, dan pengambilan data dilakukan pada bulan Juli 2015

3.2.2. Tempat penelitian

Penelitian bertempat di Universitas Islam Negeri Jakarta 3.3.Populasi dan Sampel

3.3.1. Populasi

Populasi penelitian ini adalah mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

3.3.2. Sampel Penelitian

Sampel yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi 1.3.3. Besar Sampel (deskriptif kategorik)

Pada penelitian ini, penentuan besar sampel dihitung dengan menggunakan rumus analisis kategorik tidak berpasangan karena variabel dependen dan independen merupakan data kategorik, yaitu:


(46)

� = , √ x , x , + , √ ,

, − ,

� = Zα = 5% = 1.96

P1 = 0,50 = 32.7 % = 0.327 P2 = 46.8 % = 0.468% P = (P1+P2) / 2 = 0,55

Q1 = 1 – P1 = 1 – 0.327 = 0.673 Q2 = 1 – P2 = 1– 0,468 = 0.532 Zβ = 1,282 = 15% = 1.32 Keterangan :

Zα = deviat baku normal untuk α Zβ = deviat baku normal untuk β α = tingkat kemaknaan sebesar 5% β = power penelitian sebesar 90%

P1 = Proporsi pada kelompok yang nilainya merupakan judgment peneliti

P2 = Proporsi pada kelompok yang sudah diketahu nilainya, dari penelitian Neneng 2010, pada populasi yang sama UIN Jakarta.23

P1 – P2 = Selisih proporsi minimal yang dianggap bermakna P = Proporsi total = (P1 + P2)


(47)

Jumlah sampel minimal adalah 229 responden. Untuk mencegah kekurangan sampel yang disebabkan oleh responden drop out. Maka, jumlah responden ditambah 10% atau 23 responden. Maka, jumlah responden yang akan diambil sebanyak 252.

3.4.Kriteria Inklusi

 Mahasiswa perokok aktif UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

 Bersedia mengikuti peneltian dengan persetujuan tertulis (inform consent)

3.5.Kriteria Eksklusi

 Mahasiswa perokok aktif yang tidak termasuk angkatan 2010-2014

3.6. Teknik pengambilan sampel

Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik penarikan sampel bola salju (snow ball sampling) yang dilakukan secara berantai, mulai dari penarikan sampel yang sedikit, kemudian responden memberikan pendapatnya mengenai responden lain, yang dapat masuk ke dalam kriteria inklusi penelitian, sehingga jumlah respondennya semakin banyak. Teknik ini dilakukan atas dasar peneliti tidak mengetahui pasti jumlah mahasiswa perokok di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Pengambilan sampel dengan tidak mengetahui jumlah populasi dan daftar nama populasi / sampling frame ini, maka penggunaan snowball sampling lebih sesuai untuk digunakan.37

3.7. Alat dan bahan penelitian

Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan data kuesioner, yang dibuat sendiri oleh peneliti dengan meliaht


(48)

beberapa sumber penelitian sebelumnya, dan telah dilakukan uji Validitas di Fakultas Adab dan Humaniora UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Dengan cara menyebarkan kuesioner pada 30 responden mahasiswa perokok aktif, yang telah menandatangani inform consent dan mendapakant penjelasan mengenai pengisian kueioner. Kemudian hasil data, dilakukan uji dengan SPSS untuk menentukan valid dan tiak valid berdasarkan hasil R hitung dan R tabel. Serta uji reabilitas untuk menilai apakah data yang valid tersebut layak pakai atau tidak pada populasi yang digunakan, berdasarkan Alfa Crobach Hitung dan Alfa Crobach Tabel.

Tabel 3.1. Hasil uji validitas dan reabilitas

Pertanyaan R

Hitung R Tabel Keterangan

Alpha Cronbach Hitung Alpha Cronbach Tabel Keterangan B1 0,039 0,339 tidak valid

B2 0,065 0,339 tidak valid

B3 0,383 0,339 Valid 0,549 0,339 reliable

B4 0,406 0,339 Valid 0,549 0,339 reliable

B5 0,35 0,339 Valid 0,549 0,339 reliable

B6 0,089 0,339 tidak valid B7 0,321 0,339 tidak valid

B8 0,372 0,339 Valid 0,549 0,339 reliable

Berdasarkan hasil uji validitas yang dilakukan, terdapat beberapa pertanyaan yang tidak valid dan tidak reliabel. Selanjutnya, hasil yang tidak valid dihapuskan dari kuesioner, dan beberapa diperbaiki kalimat pertanyaan dan jawaban pada penulisan kuesioner, sehingga dapat digunakan sebagai alat ukur dalam penelitian.


(49)

Cara kerja penelitian dengan menyebarkan data kuesioner kepada mahasiswa perokok aktif di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang terpilih melalui snow ball sampling. Dengan cara mengunjungi satu sampel awal pada tiap Fakultas, lalu sampel tersebut menunjukan kepada sampel

selanjutnya yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. Pengisian kuesioner dilakukan setelah responden menandatangani inform consent dan mendapat penjelasan dari peneliti tentang pengisian kuesioner yang dibaca dan

dituliskan jawabannya sendiri oleh responden. 3.9. Pengelolaan data

Data yang telah didapatkan dari responden kemudian dianalisis dengan menggunakan SPSS Versi 18

3.10. Analisis Statistik

Analisis data dilakukan dengan menggunakan komputer dan software SPSS versi 18. Analisis statistik menggunakan uji non parametrik dikarenakan data berskala pengukuran kategorikal atau kualitatif. Uji statistik yang dipilih adalah Chi-Square.

1.10.1. Analisis Univariat

Analisa univariat adalah untuk mengetahui gambaran atau distribusi frekuensi secara umum masing-masing variabel baik variabel dependen maupun variabel independen.

1.10.2. Analisis Bivariat

Analisis bivariat pada penelitian ini adalah, untuk mengetahui hubungan antara variabel dependen dengan variabel independen. Pada penelitian ini, analisis bivariat digunakan untuk mengetahui hubungan intensitas melihat label peringatan bahaya merokok dengan aktivitas merokok di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.


(50)

3.10. Alur kerja penelitian

Pembuatan propoal penelitian

Penyebaran uji validitas alat ukur

Analisis data valid dan realiable

Penyebaran data kuesioner

Analisis data Hasil wawancara


(51)

39 4.1. Karakteristik Responden

4.1.1. Karakteristik Umur Responden

Tabel 4.1. Karakteristik Umur Responden

Variabel Mean SD Minimum Maksimum N

Umur 20 1,4 17 25 258

Berdasarkan tabel di atas, diketahui bahwa rata-rata umur responden penelitian ini adalah 20 tahun dengan standar deviasi sebesar 1,4 tahun dengan usia responden yang paling muda adalah 17 tahun dan paling tua adalah 25 tahun.

4.1.2. Karakteristikn Semester Responden Tabel 4.2. Karakteristik Semester Responden

Berdasarkan tabel di atas, responden penelitian ini paling banyak masih berada di semester 6 dengan persentase sebesar 45,7%. Selanjutnya karakteristik responden berdasarkan fakultas.

Semester N %

2 30 11.6

4 80 31.0

6 118 45.7

8 28 10.9

10 1 0.4

12 1 0.4


(52)

Tabel 4.3. Distribusi Frekuensi Fakultas Responden

Fakultas N %

Kedokteran dan Ilmu Kesehatan 15 5.8 Ilmu Sosial dan Ilmu Politik 35 13.6

Sains dan Teknologi 22 8.5

Ekonomi dan Bisnis 23 8.9

Psikologi 32 12.4

Dirasat Islamiyah 38 14.7

Ilmu Dakwah dan Komunikasi 1 0.4

Syariah dan Hukum 16 6.2

Ushuludin 30 11.6

Adab dan Humaniora 21 8.1

Ilmu Tarbiyah dan Kependidikan 25 9.7

Total 258 100.0

Berdasarkan tabel di atas, diketahui bahwa responden yang berasal dari Fakultas Dirasat Islamiyah memiliki persentase perokok paling besar (14,7%) dibandingkan dengan fakultas lain.

4.2. Label Peringatan Kesehatan Pada Rokok

4.2. 1. Distribusi Frekuensi Label Peringatan Kesehatan Bahaya Merokok Terhadap Kesehatan


(53)

Tabel 4.4. Intensitas Responden Melihat Label Peringatan Kesehatan Pada Rokok

Intensitas Melihat N %

Sering 157 60.9

Kadang 67 26.0

Jarang 31 12.0

Tidak pernah 3 1.1

Total 258 100.0

Berdasarkan tabel di atas, diketahui bahwa, responden mengaku sering melihat label peringatan kesehatan pada rokok lebih dari 25 kali dalam sebulan (60,9%), sementara respnden kurang dari 15 kali dalam sebulan (26.0%) dan yang menjawab jarang (12.6%). Selanjutnya perasaan yang digambarkan responden setelah melihat gambar tersebut dijelaskan pada tabel dibawah ini.

Tabel 4.5. Perasaan Responden Setelah Melihat Label Peringatan Kesehatan Pada Rokok

Dari seluruh jumlah responden yaitu 258 pernah melihat label peringatan kesehatan pada rokok, maka n=258. Berdasarkan tabel di atas, diketahui bahwa sebanyak 9,3% responden mengaku senang, merasa biasa saja dengan persentase sebesar 60,5%, takut (22,1%) dan jijik (15,5%) dengan adanya peringatan kesehatan bergambar pada rokok.

Perasaan N %

Senang 24 9,3

Biasa saja 156 60,5

Takut 57 22,1


(54)

4.2.2. Distribusi Frekuensi Label Peringatan Bahaya Merokok Tetap Diadakan Tabel 4.6. Label Peringatan Kesehatan Pada Rokok Tetap Diadakan

Berdasarkan tabel di atas, diketahui bahwa responden mengaku label peringatan kesehatan pada rokok tetap perlu diadakan di kemasan rokok dengan persentase sebesar 74,8%. Selanjutnya hal yang perlu ditambahkan pada label peringatan kesehatan bergambar pada rokok dijelaskan pada tabel dibawah ini.

Tabel 4.7. Saran Responden Setelah Melihat Label Peringatan Kesehatan Pada Rokok

Responden yang menjawab perlu diadaknnya label peringatan kesehatan pada rokok pada tabel 4.6 sebesar 193, maka n=193. Berdasarkan tabel di atas, responden yang merasa perlu adanya label peringatan kesehatan memberikan saran seperti gambar dan tulisan ditambah (25,9%), gambar diperbesar (24,9%), gambar dibuat lebih menakutkan (36,3%) dan gambar diperjelas (29,0%).

Label Tetap Diadakan N %

Perlu 193 74.8

Tidak Perlu 65 25.2

Total 258 100.0

Saran N %

Gambar dan tulisan ditambah 50 25,9

Gambar diperbesar 48 24,9

Gambar dibuat lebih menakutkan 70 36,3

Gambar diperjelas 56 29,0


(55)

4.3. Pengaruh Label Peringatan Kesehatan Dengan Kebiasaan Merokok

Tabel 4.8. Pengaruh Peringatan Kesehatan Bergambar Pada Rokok Terhadap Perilaku Merokok

Pengaruh N %

Ada Pengaruh 78 30.2

Tidak Ada Pengaruh 170 65.9

Tidak Menjawab 10 3.9

Total 258 100.0

Berdasarkan tabel di atas, diketahui bahwa responden mengaku label peringatan kesehatan pada rokok memiliki pengaruh terhadap kebiasaan merokok dengan persentase sebesar 30,2%. Selanjutnya hal yang mempengaruhi itu membuat responden melakukan hal yang dijelaskan pada tabel dibawah ini.

Tabel 4.9. Pengaruh Setelah Melihat Label Peringatan Kesehatan Pada Rokok

Berdasarkan tabel 4.8 didapatkan responden yang menjawab bahwa label peringatan merokok berpengaruh terdapat 78 responden. Maka n=78.

Berdasarkan tabel di atas, responden yang mengurangi jumlah batang rokok yang dihisap setelah melihat adanya label peringatan kesehatan bergambar sebesar (50,0%) dan responden yang berhenti merokok sebesar 42,3%. Alasan yang diambil responden untuk berhenti merokok dan mengurangi jumlah batang rokok dijelaskan pada tabel dibawah ini.

Pengaruh yang dirasakan N %

Berhenti Merokok 33 42.3

Mengurangi Jumlah Batang Rokok 39 50.0

Tidak Perduli 5 6.4

Tidak Menjawab 1 1.3


(56)

Tabel 4.10. Alasan Berhenti Merokok dan Mengurangi Jumlah Batang Rokok

Pada Tabel 4.9 diketahui bahwa Responden yang menjawab berhenti merokok dan mengurangi jumlah batang rokok yang dihisap, setelah melihat peringatan kesehatan bergambar pada rokok berjumlah 88 responden, maka n=88. Berdasarkan tabel di atas, alasan responden yang mengurangi jumlah batang rokok yang dihisap dan mengurangi jumlah batang rokok adalah takut terkena penyakit seperti pada label (63,0%), tidak ingin membahayakan orang lain dengan asap rokok (34,2%) dan ingin hidup sehat (49,3%). Akan tetapi alasan responden yang mengaku label tersebut mempengaruhinya tapi tidak membuat berhenti merokok atau mengurangi jumlah batang rokok dijelaskan pada tabel dibawah ini.

Tabel 4.11. Alasan Tetap Merokok Setelah Melihat Label Peringatan Kesehatan Pada Rokok

Alasan N %

Takut terkena penyakit seperti pada label 27 63,0 Tidak ingin membahayakan orang lain

dengan asap rokok saya 25 34,2

Ingin hidup sehat 36 49,3

Total (n= 88)

Alasan N %

Sudah terlanjur menjadi kebiasaan 2 40.0

Gengsi 1 20.0

Mengurangi stress 2 40.0


(57)

Diketahui pada tabel 4.9 responden yang menjawab tidak peduli dengan label peringatan pada rokok berjumlah 5 responden. Maka n=5. Berdasarkan tabel di atas, alasan responden untuk tetap merokok setelah melihat label tersebut adalah sudah terlanjur menjadi kebiasaan (40,0%), gengsi (20,0%), mengurangi stress (40,0%) dan memunculkan inspirasi (60,0%). Selanjtnya responden yang mengaku tidak terpengaruhi dengan adanya label peringatan kesehatan bergambar pada kemasan rokok dijelaskan pada tabel dibawah ini.

Tabel 4.1. Alasan Tidak Terpengaruh Setelah Melihat Label Peringatan Kesehatan Rokok Pada kemasan Rokok

Pada tabel 4.8 didapatkan 170 responden menjawab, label rokok tidak memberikan pengaruh terhadap kebiasaan merokok. Maka n=170. Berdasarkan tabel di atas, diketahui bahwa responden memiliki keluarga serta lingkungan yang banyak sebagai perokok (21,8%), tidak percaya dengan peringatan tersebut (11,8%), rokok dapat meningkatkan kesehatan (8,8%), meningkatkan kinerja (24,1%) dan menimbulkan inspirasi (31,2%).

Total (n=5)

Alasan N %

Keluarga serta lingkungan banyak yang

merokok 37 21,8

Tidak percaya dengan peringatan tersebut 20 11,8

Rokok dapat meningkatkan kesehatan 15 8,8

Dapat meningkatkan kinerja 41 24,1

Menimbulkan inspirasi 53 31,2


(58)

4.4. Hubungan Antara Intensitas Melihat Label Peringatan Bahaya Merokok Terhadap Kesehatan dengan Pengaruh Kebiasaan Merokok

Tabel 4.13. Hubungan antara Intensitas Melihat Label Peringatan Kesehatan Pada Rokok Terhadap Kebiasaan Merokok

Intensitas

Kebiasaan Merokok

Total

P Value Berpengaruh Tidak

Berpengaruh

N % N % N %

Sering 47 29,9 110 70,1 157 100

0,211

Kadang-kadang 27 40,3 40 59,7 67 100

Jarang Total 14 88 41,2 34,1 20 170 58,8 65,9 34 258 100 100

Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa responden yang memiliki intensitas melihat label peringatan kesehatan pada kemasan rokok sering dan berpengaruh dengan kebiasaan merokok memiliki persentase sebesar 29,9% dan yang tidak terpengaruh ke kebiasaan merokok memiliki persentase sebesar 70,1%. Pada responden yang menjawab kadang-kadang dan berpengaruh dengan kebiasaan merokok memiliki persentase sebesar 40,3%, dan yang tidak terpengaruh ke kebiasaan merokok memiliki persentase sebesar 59,7%, dan yang menjawab jarang serta berpengaruh dengan kebiasaan merokok memiliki persentase sebesar 41,2% dan yang tidak terpengaruh ke kebiasaan merokok memiliki persentase sebesar 58,8%. Berdasarkan hasil uji statistik, diketahui p value pada penelitian ini sebesar 0,211 yang berarti bahwa pada taraf signifikansi 5%. Disimpulkan bahwa tidak terdapat hubungan antara intensitas melihat peringatan kesehatan bergambar pada rokok terhadap kebiasaan merokok (p value > 0,05).


(59)

4.5. Pembahasan

Pada penelitian ini, didapatkan subjek penelitian berjumlah 258 mahasiswa yang merupakan perokok aktif, dengan usia rata-rata 20 tahun. Hal ini sesuai dengan penelitiann sebelumnya, oleh Neneng pada tahun 2010, didapatkan bahwa responden perokok terbanyak berdasarkan usia, yaitu; rata-rata usia 20 dan 21 tahun.23 Hal ini juga dikuatkan dengan data dari RISKESDAS tahun 2011 bahwa, terjadi peningkatan drastis angka perokok pada usia 15-19 tahun yaitu 58.9%, 20-24 tahun 23.9%.39 Berdasarkan usia tersebut, berhubungan dengan keberadaan subjek sebagai mahasiswa. Adapun subjek mahasiswa berdasarkan semester rata-rata pada usia 20 tahun duduk di semester 6, maka pada penelitian ini, didapatkan urutan paling tinggi, perokok yang ditemukan yaitu; pada semester 6 didapatkan 45.7%, pada semester 4 berjumlah 31.0%, pada semester 2 11.6%, semester 8 10.9%, semester 10 0.4, semester 12 0.4, begitupun pada penelitan sebelumna, didapatkan hasil yang sama yaitu tertinggi pada smester 6 (Neneng 2010).39 Hal tersebut dikarenakan perokok usia muda berpendapat

bahwa merokok adalah hal yang menarik, memudahkan pergaulan, mudah berkonsentrasi dan membuat hidup lebih indah (Nurkamal 2014).34

Intensitas melihat peringatan bahaya merokok, berpengaruh terhadap kebiasaan merokok seseorang. Hal ini berhubungan dengan ingatan yang baik terhadap label tersebut, Semakin cepat atau lama, seorang perokok melihat label peringatan bahaya merokok yang terdapat didalam kemasan rokok, maka, akan memicu ingatan yang baik terhadap peringatan tersebut. Ingatan yang baik mengenai bahaya merokok akan menunda seorang perokok untuk menyalakan rokoknya. Sehingga menurunkan intensitas merokok dan berhenti sebagai perokok aktif.41 Dari penelitian ini, didapatkan bahwa rata-rata responden mengaku sering melihat peringatan kesehatan bergambar pada rokok lebih dari 25 kali dalam sebulan (60,9%). Dalam sebuah penelitian dari European Commission pada tahun 2012 bahwa, responden mengatakan melihat label rokok hanya bila sedang bosan dan tidak ada pekerjaan apapun, atau pada saat membeli rokok saja. pada saat pembelian awal terdapat efek beberapa saat, setelah beberapalama maka label tersebut menjadi biasa. Pada penelitian ini juga menyimpulkan bahwa saat


(60)

seorang perokok membeli dan mengkosumsi rokok, perokok yang merokok sebungkus sehari akan terpapar gambar yang terdapat pada bungkus rokok setidaknya 20 menit perhari, dan 7000 kali pertahun. Dengan demikian terdapat 20 kesempatan perhari untuk menyampaikan pesan anti rokok.41

Dalam penelitian Atarrahim pada tahun 2015, dikatakan bahwa, gambar peringatan bahaya merokok yang ada dalam iklan dan kemasan rokok, dimaknai berbeda oleh khalayak konsumen yang merupakan perokok aktif.40 Dalam penelitian ini didapatkan bahwa sebanyak 9,3% responden mengaku senang, biasa saja dengan persentase sebesar 60,5%, takut (22,1%) dan jijik (15,5%) dengan adanya label peringatan kesehatan pada rokok. Beberapa perokok yang diwawancarai mengenai peringatan bahaya merokok, mengakui bahwa label peringatan kesehatan pada rokok tidak berlaku terhadap perokok muda, dan pada perokok yang hanya merokok sesekali waktu saja. dan mereka merasa bahwa peringatan kesehatan pada label rokok ini tidak berlaku untuk mereka, mereka menganggap bahwa, label tersebut cenderung berlaku untuk perokok berat, dan orang yang telah merokok selama bertahu-tahun. Maka dari itu mereka mengungkapkan bahwa label peringatan merokok biasa saja.41 Dari penelitian

Neneng pada tahun 2010, berdasarkan kesimpulan hasil penelitiannya menyatakan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara persepsi atau pengetahuan tentang dampak merokok terhadap kesehatan, dengan prilaku merokok pada mahasiswa Universitas Islam Negri Syarif Hidayatullah Jakarta.24

Dari Mota G pada tahun 2004 dikatakan bahwa Label peringatan rokok dapat berpengaruh dalam mencegah remaja yang bukan perokok untuk menjadi perokok, maka label ini diperlukan bukan saja untuk memicu perokok berhenti merokok tapi untuk mencegah peningkatan jumlah perokok diberbagai negara di dunia.42 Karena pengaruh tersebut, peneliti memastikan responden merasa perlu atau tidak dengan label rokok, dan didapatkan responden mengaku label peringatan kesehatan pada rokok tetap perlu diadakan, dengan presentase sebesar 74.8%. Hal ini dikarenakan label peringatan pada rokok dapat meningkatkan kecenderungan untuk berhenti


(61)

merokok dan mencegah bukan perokok menjadi perokok (Baskoro kurniadi 2005).25

Dari white victoria at all, pada tahun 2008, berdasarkan evaluasi berbagai penelitian mengenai label peringatan kesehatan, yang telah diadakan diberbagai negara, maka di Europa dilakukan evaluasi berupa, pengaruh peringatan label dalam bentuk tulisan. Didapatkan bahwa, terdapat beberapa saran yang diajukan responden, yaitu; sebaiknya diterbitkan label berupa gambar dan tulisan yang berbeda-beda. Hal ini untuk membuat label peringatan merokok terhadap kesehatan itu lebih berdampak baik, selain itu, label peringatan harus lebih sering diganti dengan yang terbaru agar memberikan informasi beberapa dampak lain dari merokok. Serta menangkap perhatian orang lain terhadap label baru yang terdapat dalam kemasan rokok, beberapa responden menyatakan bahwa, ketika label pada rokok masih baru dikeluarkan, terdapat efek rasa takut terhadap merokok, tetapi kemudian menjadi biasa. Selain itu, meningkatkan ukuran pada label yang berupa tulisan ataupun gambar, dan membuat peringatan berbeda satu sama lain. Pada penelitian ini didapatkan bahwa Label peringatan kesehatan pada rokok memiliki pengaruh terhadap kebiasaan merokok dengan persentase sebesar 30,2%. 41

Dari Baskoro Kurniadi pada tahun 2005, menyimpulkan bahwa terdapat hubungan yang positif antara sikap terhadap label peringatan bahaya merokok dengan intensitas berhenti merokok, dan meningkatkan kecenderungan untuk benar-benar berhenti merokok.25 Pada penelitian ini didapatkan bahwa responden mengaku, label peringatan kesehatan pada rokok memiliki pengaruh terhadap kebiasaan merokok. Dengan persentase sebesar 30,2%, dan yang menyatakan tidak berpengahruh sebanyak 65.9%.

Label peringatan kesehatan pada kemasan rokok memiliki pengaruh yang baik, dalam menyadarkan perokok akan risiko penyakit seperti pada label, yang dapat terjadi pada diri peroko dan orang disekitarnya. Dari penelitian ini diketahui bahwa responden mengaku label peringatan kesehatan bergambar pada rokok memiliki pengaruh terhadap kebiasaan merokok dengan persentase sebesar 30,2%,


(62)

dan 65% orang-oang yang diwawancarai memberikan tanggapan bahwa label rokok tidak ada pengaruh. Meskipun pada awalnya responden menyatakan takut melihat label berupa tulisan dan gambar, seiring dengan berjalan waktu, orang akan menjadi tahan terhadap label berupa tulisan serta gambar yang ada, sehingga tidak ada rasa takut terhadap label tersebut.41 Responden yang mengurangi jumlah batang rokok yang dihisap setelah melihat adanya label peringatan kesehatan bergambar sebesar (50,0%) dan responden yang berhenti merokok sebesar 42,3%. Dari Paudel B at all pada tahun 2013, menyatakan bahwa, pada perokok di Selandia baru, dari jumlah 78% yang memperoleh informasi mengenai label peringatan bahaya merokok terhadap kesehatan, didapatkan 5% dari responden tersebut mengaku mengalami peningkatan motivasi untuk dapat berhenti merokok.36 Pada mahasiswa UIN Jakarta didapatkan bahwa pengetahuan mengenai dampak merokok bagi kesehatan tidak mempengaruhi kebiasaan merokok karena faktor kepuasan psikologis, keluarga, lingkungan, dan rasa ketergantungan (Neneng 2010). 24 Pada penelitan ini, alasan responden untuk

mengurangi jumlah batang rokok yang dihisap adalah takut terkena penyakit seperti pada label (63,0%), tidak ingin membahayakan orang lain dengan asap rokok (34,2%) dan ingin hidup sehat (49,3%).

Dari Bahrun Nawawi pada tahun 2014, seseorang yang telah merokok akan merasakan ketergantungan, sehingga tetap mempertahankan merokoknya, dikarenakan beberapa pernyataan yaitu; sudah terlanjur menjadi perokok, serta meyakini bahwa sekalipun mengalami penyakit sudah terlanjur menjadi sakit, memiliki orangtua yang merokok dan tetap hidup sehat sampai usia tua,19 pengaruh sosial, yaitu teman yang sama-sama merokok, faktor kepribadian untuk merasakan kesenangan dan membebaskan diri dari kebosanan, faktor farmakologis berupa kandungan nikotin yang menghilangkan rasa stress dan menimbulkan rasa bahagia, serta faktor iklan yang memunculkan persepsi bahwa rokok identik dengan laki-laki jantan.16 Pada penelitian ini didapatkan bahwa, responden tidak berhenti merokok meskipun responden merasa takut terkena penyakit seperti pada label.


(63)

Alasan ini didapatkan karena responden merasa sudah terlanjur menjadi kebiasaan sebagai perokok (40,0%) karena pergaulan/ gengsi (20,0%), meningkatkan kinerja (40,0%), menimbulkan inspirasi (60,0%). Hal ini membuktikan bahwa pengetahuan saja mengenai bahaya kesehatan yang diakibatakan oleh asap rokok tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kebiasaan merokok seseorang, dikarenakan efek berhenti merokok yang memunculkan efek adiktif nikotin, dan alasan lingkungan sosial dengan kebiasaan merokok yang sama.24

Dari Soemartono pada tahun 1998, melaporkan bahwa, terdapat hubungan antara kebiasaan merokok pada orang tua, kakak tertua, dan teman, dari penelitan yang berjudul angka prevalensi perokok pada SLTA di Jarakarta, ditemukan bahwa apabila ayahnya merokok, maka anaknya memiliki kecenderungan untuk merokok 2 kali lipat, sementara jika kakak tertua merokok maka kecenderungannya akan meningkat 3 kali, dan apabila ada teman disekitarnya yang merokok maka orang tersebut memiliki kecenderungannya untuk merokok 3,2 kali lipat.6 Pada penelitian

ini, diketahui bahwa responden memiliki keluarga serta lingkungan yang banyak sebagai perokok (21,8%), tidak percaya dengan peringatan tersebut (11,8%), rokok dapat meningkatkan kesehatan (8,8%), meningkatkan kinerja (24,1%) dan menimbulkan inspirasi (31,2%)

Dari Mota G pada tahun 2004, didapatkan bahwa, pada pada tahun 2000 di Canada, dikeluarkan label bergambar, mengenai peringatan bahaya merokok, dalam bentuk gambar yang besar, dan akhirnya, mendapatkan hasil yang sangat baik yaitu; 91% dari perokok yang dilakukan survey, dengan membaca label peringatan bergambar yang tlah dibuat, mereka mengatakan bahwa, lebih efektif menyampaikan peringatan kesehatan dalam bentuk gambar, sehingga lebih dapat memotivasi perokok untuk mengurangi atau mengupayakan berhenti merokok.42 pada berbagai Negara yaitu Urguay dan Sri Lanka pencantuman peringantan label kesehatan rokok mencapai luas label sebesar 80% dari kemasan rokok, Australia, Canada dan beberapa negara lainnya 75% hingga Switzerliand yaitu 48% dari luas kemasan. Sementara di Indonesia pencantuman peringatan kesehatan pada


(64)

kemasan rokok harus meliputi sisi lebar bagian depan dan bagian belakang masing-masing 40%.42 Pada penelitian ini, responden yang memiliki intensitas melihat label rokok berupa sering, kadang-kadang dan jarang tidak memiliki pengaruh besar untuk dapat berhenti merokok, hal ini di buktikan dengan total intensitas melihat label rokok yang berpengaruh dengan kebiasaan merokok sebesar 34,1% dan yang tidak berpengaruh 65,9%. Hal tersebut membuktikan bahwa, label peringatan kesehatan dalam kemasan rokok, tidak berpengaruh untuk menurunkan angka kejadian merokok pada mahasiswa UIN Jakarta. Pada penelitian dengan populasi yang sama oleh Neneng 2010, menyimpulkan bahwa, tidak ada hubungan, antara persepsi responden mengenai pengetahuan bahaya merokok, dengan tipe perilaku merokok responden.23 Hal ini dikarenakan rasa ketergantungan dan sudah menjadi suatu kebiasaan sebagai perokok (Bahrun Nawawi 2014).16

4.6. Merokok dalam Aspek keislaman

Merokok merupakan perilaku yang merugikan kesehatan seorang perokok itu sendiri, serta kesehatan orang-orang disekitar perokok yang menjadi perokok pasif.Sementara, menjaga tubuh agar selalu sehat dan kuat merupakan hal yang sangat dianjurkan dalam islam, bahkan Allah SWT begitu mencintai hambanya yang kuat dibandingkan yang lemah, sebagaimana terdapat dalam hadis yaitu;

“Dari Abu Hurairah Radhiyallahuanhu, beliau berkata, Rasûlullâh Shallallahu alaihi wasallam bersabda, Mukmin yang kuat lebih baik dan lebih dicintai Allâh Azza wa Jalla daripada Mukmin yang lemah; dan pada keduanya ada kebaikan. Bersungguh-sungguhlah untuk mendapatkan apa yang bermanfaat


(65)

bagimu dan mintalah pertolongan kepada Allâh (dalam segala urusanmu) serta janganlah sekalikali engkau merasa lemah. Apabila engkau tertimpa musibah, janganlah engkau berkata, Seandainya aku berbuat demikian, tentu tidak akan begini dan begitu, tetapi katakanlah, Ini telah ditakdirkan Allâh, dan Allâh berbuat apa saja yang Dia kehendaki, karena ucapan seandainya akan membuka (pintu) perbuatan syaitan.” ( riwayat Muslim ).

Merokok merupakan suatu perilaku yang merugikan, dikarenakan begitu banyak kerugian yang diakibatkan rokok. Menurut Amin bin Abdullah as Syaqowi (ulama syafi’iyah) berpendapat, merokok merupakan perilaku yang termasuk kedalam keburukan, maka jelaslah bahwa rokok itu adalah hal yang tidak dianjurkan oleh Allah SWT.22 Sebagaimana penggalan firman Allah SWT sebagai berikut:

“Dan janganlah kamu menjatuhkan dirimu sendiri dalam kebinasaan,”

(Al-Baqarah 195) Bahkan pada 2009 MUI mengeluarkan fatwa bahwa merokok itu hukumnya haram. Namun kemudian pengurus besar nahdatul ulama, menanggapi fatwa rokok haram oleh MUI, dengan menyebutkan bahwa, merokok hukumnya makruh yang artinya dikerjakan tidak apa-apa dan jika ditinggalakan mendapat pahala.21 Menanggapi hal tersebut, maka perilaku merokok kembali pada kepercayaan seorang perokok itu sendiri, dengan memperhatikan risiko bahaya merokok terhadap dirinya dan orang-orang disekitarnya.

4.7. Keterbatasan Penelitian

Peneliti menyadari bahwa dalam penelitian ini masih terdapat beberapa keterbatasan, yaitu:


(66)

- Subjek penelitian ini didapatkan berdasarkan, perokok yang peneliti temui pada saat perokok berada di kampus saja, sehingga jumlah responden tidak menandakan jumlah keseluruhan perokok tiap Fakultas dan smester.

- Saat prosess pengambilan data, terdapat beberapa responden yang kurang menerima dan merasa tersinggung dengan kuesioner yang peneiliti berikan. - Tidak adanya waktu khusus bagi responden untuk mengisi kuesioner, sehingga

cukup mengganngu waktu responden. Hal ini menyebabkan beberapa responden mengisi dengan apa adanya dan tergesa-gesa.


(67)

55 5.1.KESIMPULAN

Berdasarkan hasil uji statistik, diketahui p-value pada penelitian ini sebesar 0,211 (P>0,05) yang berarti bahwa pada taraf signifikansi 5%. Tidak ada hubungan yang signifikan anatara label peringatan bahaya merokok, dengan perilaku kebiasaan merokok pada perokok aktif mahasiswa Universitas Islam Negeri Jakarta

5.2.SARAN

1. Saran untuk penelitian selanjutnya

o Sebaiknya wawancara juga dilakukan pada perokok perempuan karena yang merokok tidak hanya laki-laki. Serta untuk pembanding dari hasil kesimpulan yang akan didapatkan.

o Sebaiknya wawancara juga dilakukan pada yang tidak merokok untuk mengetahui apakah label berpengaruh untuk mencegah menjadi perokok.

o Sebaiknya ditanyakan lebih detail berapa lama waktu melihat label bukan hanya intensitas berapa kali melihat dalam sebulan saja. o Sebaiknya ditanyakan alasan responden menyatakan perlu diadakan

label. 2. Saran Praktisi

o Bagi pemerintah untuk meningkatkan kualitas label pada rokok, seperti membuatnya terlihat lebih menyeramkan, menambahkan gambar kesehatan yang lain, meningkatkan ukuran label tidak hanya meliputi 40% dari luas kemasan rokok.


(68)

o Bagi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta untuk membuat peringatan kesehatan merokok di lingkungan kampus dalam bentuk gambar yang besar, sehingga memunculkan perokok untuk mengurangi dan bahkan berhent merokok, serta mencegah yang bukan perokok menjadi perokok.


(69)

57

1. Setiawan E. Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI). [Online].; 2014 [cited 2015 August 8. Available from: http://kbbi.web.id/pustaka.]

2. World Health Organization (WHO). Tobacco the problem. Factsheets; 2009 3. WHO. Global Adult Tobacco Survey: Indonesia report 2011. Jakarta World

Health Organization; 2012

4. Badan Penelitian dan Pengembangan Kementrian Kesehatan Republik Indonesia (BPPKRI). RISKESDAS tahun 2010. Jakarta: Kementrian Kesehatan Republik Indonesia; 2010

5. Centers for Disease Control and Prevention. Smoking and tobacco Use. [Online]; [cited 2015 juli 10. Available from

http://www.cdc.gov/tobacco/data_statistics/fact_sheets/health_effects/effects_ cig_smoking/]

6. Mentrei Kesehatan Repubik Indonesia (MKRI). Peraturan Mentri kesehatan Republik Indonesia nomor 40 tahun 2013 tentang peta jalan penegndalian dampak konsumsi rokok bagi kesehatan; 2013

7. Peraturan RI. Peraturan pemerintah RI nomor 19 tahun 2003 tentang pengamanan rokok bagi kesehatan; 2003

8. Indonesian Agency for Agricultur Research and Development. Buletin Tanaman Tembakau; 2010

9. Fowles J et all. The Chemical Constituensi in Cigarette and Cigarete Smoke. New Zealand: ministryof health; 2000

10. Int. J. Environ.res.Public Health. Peter Mazzone et all. Patophysiological Impact of Cigarette Smoke Exposure on the Cerebrovascular System with a


(1)

b9c

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid TIDAK 123 63.7 63.7 63.7

YA 70 36.3 36.3 100.0

Total 193 100.0 100.0

b9d

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid TIDAK 137 71.0 71.0 71.0

YA 56 29.0 29.0 100.0


(2)

Case Processing Summary

N %

Cases Valid 34 100.0

Excludeda 0 .0

Total 34 100.0

a. Listwise deletion based on all variables in the procedure.

Reliability Statistics

Cronbach's Alpha N of Items


(3)

Item-Total Statistics

Scale Mean if Item Deleted

Scale Variance if Item Deleted

Corrected Item-Total Correlation

Cronbach's Alpha if Item Deleted

b1 13.7353 10.685 -.039 .359

b2 12.7647 10.549 -.065 .386

b3 13.3235 9.256 .383 .256

b4 12.7941 7.259 .406 .144

b5 13.2941 9.184 .350 .256

b6 13.3235 9.801 .089 .335

b7 13.4706 11.590 -.321 .443

b8 11.0588 3.330 .372 .117

Scale Statistics

Mean Variance Std. Deviation N of Items


(4)

N %

Cases Valid 34 100.0

Excludeda 0 .0

Total 34 100.0

a. Listwise deletion based on all variables in the procedure.

Reliability Statistics

Cronbach's Alpha N of Items


(5)

Item-Total Statistics

Scale Mean if Item Deleted

Scale Variance if Item Deleted

Corrected Item-Total Correlation

Cronbach's Alpha if Item Deleted

b3 7.3235 8.771 .494 .487

b4 6.7941 6.532 .529 .337

b5 7.2941 8.517 .511 .467

b8 5.0588 3.390 .338 .750

Scale Statistics

Mean Variance Std. Deviation N of Items


(6)

Tempat, Tanggal Lahir : Lebak 24 Mei 1993

Agama : Islam

Alamat : kp. Guradog, desa Citorek timur, Cibeber Lebak, Banten

Email : dokterfadilah52@gmail.com

Riwayat Pendidikan :

2000

2006

: SDN 3 Citorek, Lebak, Banten

2006

2009

: SMPN 3 Cibeber, Lebak, Banten

2009

2012

: SMALQ Al-mizan Rangkas Bitung

2012

sekarang : Program Studi Pendidikan Dokter FKIK UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta


Dokumen yang terkait

Peranan sikap, norma subjektif dan perceived behavioral control (pbc) terhadap lntensi berhenti merokok pada perokok mahasiswa uin syarif hidayatullah jakarta

1 21 128

Hubungan antara persepsi tentang dampak merokok terhadap kesehatan dengan tipe perilaku merokok mahasiswa Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

1 7 88

Korelasi kemampuan akademik mahasiswa terhadap penyelesaian studi di program studi pendidikan fisika

0 6 65

Pengetahuan, sikap, dan perilaku mahasiswa program studi pendidikan dokter UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tentang makanan cepat saji ( fast food) tahun 2009

0 21 71

Pustakawan akademik dan feasilibitas pengembangan insitutional repository (studi kasus di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta)

0 16 14

Gambaran Tingkat Pengetahuan, Perilaku Merokok dan Nikotin Dependen Mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

3 19 155

Pustakawan Akademik dan Feasilibitas Pengembangan Insitutional Repository (Studi Kasus di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta)

0 11 17

Perilaku pencarian informasi dosen jurusuan komunikasi fakultas ilmu dakwah ilmu komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dalam memenuhi kebutuhan berdakwah

0 12 0

Pengaruh self-regulated learning dan dukungan sosial terhadap prokrastinasi akademik mahasiswa psikologi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

0 21 0

SIKAP PEROKOK TERHADAP PESAN PERINGATAN BAHAYA MEROKOK DI SURABAYA (Study deskriptif sikap perokok Surabaya terhadap pesan peringatan bahaya merokok pada iklan,reklame, dan label bungkus rokok).

1 2 78