Hubungan Persepsi Tentang Bahaya Merokok Dengan Perilaku Merokok Pada Karyawan PT. SINTAS KURAMA PERDANA KAWASAN INDUSTRI PUPUK KUJANG Cikampek

(1)

KARYAWAN DI PT SINTAS KURAMA PERDANA

KAWASAN INDUSTRI PUPUK KUJANG CIKAMPEK

Diajukan untuk memenuhi persyaratan memperoleh Gelar Sarjana Keperawatan S.Kep

Disusun oleh :

MONICA VIRLY NIM : 108104000003

Program Studi Ilmu Keperawatan

Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta


(2)

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya :

Nama : Monica Virly

NIM : 108104000003

Mahasiswa Program : Ilmu Keperawatan Tahun akademik : 2008

Menyatakan bahwa skripsi saya yang berjudul :

HUBUNGAN PERSEPSI TENTANG BAHAYA MEROKOK DENGAN PERILAKU MEROKOK PADA KARYAWAN DI PT SINTAS KURAMA PERDANA KAWASAN

INDUSTRI PUPUK KUJANG CIKAMPEK

Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memeperoleh gelar Strata 1 di Fakultas Kedokteran Dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya saya atau hasil karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di fakultas kedokteran dan ilmu kesehatan universitas islam negeri (UIN) syarif hidayatullah Jakarta

Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya.

Jakarta, 12 Juli 2013

Monica Virly


(3)

(4)

(5)

ii

Skripsi, Juni 2013

MONICA VIRLY, NIM : 108104000003

HUBUNGAN PERSEPSI TENTANG BAHAYA MEROKOK DENGAN PERILAKU MEROKOK PADA KARYAWAN PT. SINTAS KURAMA PERDANA KAWASAN INDUSTRI PUPUK KUJANG CIKAMPEK

Kata kunci : Persepsi, Perilaku merokok

(ii + 78 Halaman + 8 Tabel + 1 Bagan + 2 Gambar + 8 Lampiran)

ABSTRAK

Berdasarkan RISKESDAS tahun 2010 terhadap perokok di Indonesia bahwa prevalensi perokok tertinggi saat ini terdapat pada kelompok umur 24-64 tahun dengan rentang prevalensi antara 30,7 % - 32,2 %. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara persepsi tentang bahaya merokok dengan perilaku merokok pada karyawan PT. Sintas Kurama Perdana kawasan industri pupuk kujang Cikampek. Metode yang digunakan adalah jenis penelitian cross sectional Penelitian ini menggunakan teknik accidental sampling

sebanyak 61 responden dengan uji statistik chi square. Penelitian ini mengunakan instrumen berupa kuesioner. Hasil penelitian menunjukan bahwa dari 61 orang terdapat 25 (41,0 %) karyawan yang persepsi baik dan 36 (59,0 %) karyawan yang persepsi kurang baik, sedangkan 33 (54,1 %) karyawan perilaku kurang baik dan 28 (45,9 %) karyawan perilaku baik. Berdasarkan analisis data diperoleh hasil bahwa tidak terdapat hubungan yang bermakna antara persepsi dengan perilaku merokok dengan nilai pV= 0,440 (p >0,05) dan nilai OR : 0,667. Guna untuk menurunkan angka perokok perlu dilakukan beberapa usaha oleh pihak terkait, seperti memberikan penyuluhan kesehatan terhadap bahaya merokok kepada karyawan, membuat peraturan untuk penjual rokok, sehingga tidak semua penjual dapat menjual rokok, melarang iklan rokok dan membuat peraturan larangan membeli rokok.


(6)

Mini-Thesis, June 2013

MONICA VIRLY, NIM: 108104000003

PERCEPTION RELATIONSHIP ABOUT SMOKE HAZARD WITH SMOKING BEHAVIOR OF EMPLOYEES AT PT.SINTAS KURAMA PERDANA IN KUJANG INDUSTRIAL AREA CIKAMPEK

Keywords: Perception, smoking behavior

(ii + 78 Pages + 8 Tables + 1 Chart + 2 Figures + 8 Appendixes)

ABSTRACT

Based on RISKESDAS in 2010 that the highest prevalence of current smokers in Indonesia was found in the age group of 24-64 years old with a prevalence range between 30.7% - 32.2%.The purpose of this study was to determined the relationship between the perception about the dangers of smoking and smoking behavior in employees of PT.Sintas Kurama Perdana in Kujang Industrial area Cikampek. The method used in this study is cross-sectional, a type of research. The research used accidental sampling technique of 61 respondents with self questionnaire instrument and analized using with a chi-square statistical test. This research used a questionnaire instrument.The results showed that among those 61 people there were 25 (41.0%) employee perceptions of good and 36 (59.0%) of employees who perceived not good, whereas 33 (54.1%) employees are not good behavior and 28 (45, 9%) employees are good behavior.Based on data analysis results that there is no significant relationship between perception and smoking behavior with the P value = 0.440 (p> 0.05) and the value of OR: 0.667.In reducing the number of smokers true several efforts should be made by all relevant parties, such as we can give more education danger of cigarette to employee, then as well as make rule for seller of cigarette to conditional selling, after then make rule to limit of cigarette space edvertisement, and last make a space smoking room at a public area.

Bibliography: 34 (1997-2010)


(7)

iv Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Alhamdulillah puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan karunia-Nya kepada penulis, sehingga penulis dapat menyusun dan menyelesaikan proposal penelitian dengan

judul: “HUBUNGAN PERSEPSI TENTANG BAHAYA MEROKOK DENGAN

PERILAKU MEROKOK PADA KARYAWAN DI PT SINTAS KURAMA PERDANA

KAWASAN INDUSTRI PUPUK KUJANG CIKAMPEK”

Proposal penelitian ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat guna mencapai gelar Sarjana Keperawatan (S.Kep) UIN Jakarta, untuk menerapkan dan mengembangkan teori-teori yang penulis peroleh selama kuliah.

Penulis menyadari bahwa penyajian skripsi penelitian ini jauh dari sempurna. Oleh sebab itu penulis mengharapkan kritikan dan saran yang bertujuan untuk perbaikan skripsi penelitian ini.

Penulis juga menyadari selama penyusunan skripsi penelitian ini banyak bantuan yang penulis terima dari berbagai pihak. Untuk itu dalam kesempatan ini penulis menyampaikan rasa terima kasih banyak kepada:

1. Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya.

2. Prof. Dr. dr. MK. Tadjudin, Sp.And selaku Dekan Fakultas Ilmu Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Bpk Waras Budi Utomo S.Kep, MKM selaku Ketua Program Studi Ilmu Keperawatan.


(8)

v

waktu dan arahan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi penelitian ini

5. Para dosen-dosen yang telah membekali penulis dengan berbagai ilmu dan pengetahuan, selama penulis mengikuti perkuliahan.

6. Seluruh Staff karyawan Ilmu Keperawatan Universitas Islam Negeri Jakarta (PSIK UIN Jakarta).

7. Karyawan dan karyawati PT Sintas Kurama Perdana yang telah bersedia meluangkan waktu untuk menjadi responden dalam penelitian ini.

8. Orang tuaku yang memelihara, mendidik, serta mencurahkan semua kasih sayang

tiada tara tanpa pamrih yang senantiasa mendo’akan keberhasilan penulis dan

memberikan bantuan baik moril maupun materil kepada penulis selama proses menyelesaikan proposal penelitian ini.

9. Nenek dan Adik (Alvin Prabowo) yang selalu memberikan semangat dan do’a.

10.Teman-teman PSIK angkatan 2008 yang telah memberikan inspirasi, do’a dan semangat dalam menyusun proposal penelitian.

Akhir kata semoga kita semua diberikan rahmat, hidayah serta karunia dari Allah SWT dan apa yang telah penulis peroleh selama pendidikan dapat diamalkan dengan baik.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Jakarta, 2013


(9)

vi

LEMBAR PERSETUJUAN ...

ABSTRAK ...

ABSTRACT ...

KATA PENGANTAR ...

DAFTAR ISI ...

DAFTAR TABEL ...

DAFTAR GAMBAR ...

DAFTAR SINGKATAN ...

DAFTAR LAMPIRAN ...

RIWAYAT HIDUP...

LEMBAR PERSEMBAHAN... I ii iii iv vi ix x xi xii xiii xiv BAB I BAB II PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ………... B. Rumusan Masalah ... C. Tujuan Penelitian ... D. Manfaat Penelitian ... E. Ruang Lingkup Penelitian ...

TINJAUAN PUSTAKA

A. Persepsi... B. Perilaku ...………...

C. Rokok ...………...

1 4 5 5 6 7 13 15


(10)

vii

BAB III

BAB 1V

KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL

A. Kerangka Konsep ………...

B. Hipotesa ………...

C. Definisi Operasional ………....

METODOLOGI PENELITIAN

A. Desain Penelitian ………...

B. Waktu Penelitian ... C. Populasi dan Sampel ... 1. Populasi ………... 2. Sampel ... D. Teknik Pengambilan Sampel ... E. Metode Pengambilan Data ... 1. Instruman Penelitian ... 2. Uji Validitas dan Reliabilitas ... F. Tahap Pengambilan Data ... G. Teknik Analisis Data ... 1. Pengolahan Data ... 2. Analisa Data ... H. Etika Penelitian ... 1. Prinsip Etika Penelitian ... 2. Masalah Etika Penalitian ...

38 39 39 40 40 40 40 43 43 44 46 48 49 50 51 52 52 53


(11)

viii

BAB V

BAB VI

BAB VII

HASIL PENELITIAN

A. Gambaran Umum Tempat Penelitian ... B. Visi dan Misi PT Sintas Kurama Perdana ... C. Karakteristik Responden ... D. Analisa Univariat ... E. Analisa Bivariat ...

PEMBAHASAN

A. Karakteristik Responden ... B. Persepsi ... C. Perilaku ... D. Hubungan persepsi dengan perilaku

merokok... E. Keterbatasan Penelitian ...

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan ... B. Saran ...

54 54 55 57 59 60 69 70 73 75 76 77 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(12)

ix

No. Tabel Hal

Tabel Tabel Tabel Tabel Tabel Tabel Tabel Tabel 3.1 5.1 5.2 5.3 5.4 5.5 5.6 5.7

Definisi Operasional ... Distribusi Frekuensi Jenis kelamin Responden di PT Sintas Kurama Perdana ... Distribusi Frekuensi Pendidikan Responden di PT Sintas Kurama Perdana ... Distribusi Frekuensi Penghasilan Responden di PT Sintas Kurama Perdana ... Distribusi Frekuensi Umur Responden di PT Sintas Kurama Perdana ... Distribusi Responden Berdasarkan Persepsi Tentang Bahaya Merokok Pada Karyawan di PT Sintas Kurama Perdana... Distribusi Responden Berdasarkan Perilaku Tentang Bahaya Merokok Pada Karyawan di PT Sintas Kurama Perdana... Distribusi Responden Berdasarkan persepsi tentang bahaya merokok dengan perilaku merokok pada karyawan di PT Sintas Kurama Perdana kawasan industri Pupuk Kujang Cikampek...

39 55 56 56 57 57 67 58 59


(13)

x

No. Gambar Hal

Gambar

Gambar

2.1

2.2

Kerangka Teori ...

Kerangka Konsep ... 27


(14)

xi BPS : Badan Pusat Statistik Depkes : Departemen Kesehatan Riskesdas : Riset Kesehatan Dasar WHO : World Health Organization


(15)

xii

No. Lampiran

1. Lembar persetujuan menjadi responden 2. Lembar data demografi responden

3. Lembar kuesioner persepsi terhadap perilaku merokok 4. Lembar kuesioner perilaku merokok

5. Lembar surat izin studi pendahuluan 6. Lembar surat izin penelitian


(16)

xiii

Nama : Monica Virly

Tempat, tanggal, lahir : Karawang, 14 November 1989

Agama : Islam

Status : Belum Menikah

Alamat : Dusun Poponcol desa Dawuan Tengah Rt/Rw 002/001 Kec.Cikampek, Kab. Karawang, 41373

Anak ke : 1 dari 2 bersaudara

Telepon : 0856 9703 4800

E-mail : monnic.virly@yahoo.com

Riwayat pendidikan

1. 1995-1996 : TK Pupuk Kujang Cikampek

2. 1996-2002 : SD Pupuk Kujang Cikampek

3. 2002-2005 : SMP Pupuk Kujang Cikampek

4. 2005-2006 : SMAN 5 Karawang


(17)

xvi

“ SANG PEJUANG”

Jalan perjuangan selalu dirintis oleh orang-orang yang berilmu...

Dikerjakan oleh orang-orang iklas dan dimenangkan oleh orang-orang yang berani...

“PEJUANG SEJATI” tidak selalu hadir pada orang yang cerdas dan tidak pula pada orang yang hebat,

Namun mereka yang TETAP BERTAHANLAH yang layak disebut pejuang sejati...

Mereka akan selalu belajar dan belajar dari setiap masalah yang dihadapi, dari setiap moment yang dialami hingga suatu hari ia dapati dirinya telah berubah menjadi...

LEBIH SABAR... LEBIH IKHLAS... LEBIH BERANI... &

LEBIH MEMILIKI TANGGUNG JAWAB MORIL yang besar bagi diri sendiri maupun bagi orang lain, karena ia sadar bahwa dirinya hanyalah seorang hamba...


(18)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Berdasarkan data Organisasi Kesehatan Dunia (World Health Organization)

tahun 2011 terdapat 3,8 milyar perokok di dunia. Sedangkan di negara-negara berkembang seperti di Indonesia jumlah perokok dari waktu ke waktu semakin meningkat. Prevalensi kelompok umur 15 tahun ke atas yang merokok setiap hari pada 5 provinsi di Indonesia tertinggi ditemukan di propinsi Kalimantan tengah (36,0 %), diikuti dengan kepulauan Riau (33,4 %), Sumatera Barat (33,1 %), NTT dan Bengkulu masing-masing (33 %). Disisi lain 5 provinsi dengan prevalensi perokok terendah dijumpai di provinsi Sulawesi tengah (22 %), DKI Jakarta (23,9 %), Jawa timur (25,1 %), Bali (25,1 %) dan Jawa tengah (25,3 %) (RISKESDAS, 2010).

Dari data RISKESDAS tahun 2010 terhadap perokok di Indonesia memperlihatkan bahwa prevalensi perokok tertinggi saat ini terdapat pada kelompok umur 24-64 tahun dengan rentang prevalensi antara 30,7 % - 32,2 % Kelompok umur 25-34 tahun (31,1 %), umur 35-44 tahun (30,7 %), umur 45-54 tahun (32,2 %) dan pada umur 55-64 (31,0 %) (RISKESDAS, 2010).

Data WHO terhadap perokok di Indonesia memperlihatkan bahwa prevalensi perokok laki-laki jauh lebih tinggi daripada perokok wanita. Demikian juga halnya di propinsi Jawa barat. Presentase perokok laki-laki yang merokok adalah 71,1 % sedangkan perokok wanita adalah 6,2 % (RISKESDAS, 2007).


(19)

Dan dari hasil prevalensi perokok saat ini lebih tinggi pada laki-laki (54,1 %) dibandingkan perempuan (4,2 %) (RISKESDAS 2010). Jika di uraikan menurut umur, prevalensi perokok laki-laki paling tinggi menurut hasil Riskesdas tahun 2010 adalah pada umur 24-64 tahun.

Di dalam rokok terdapat kandungan 4.000 zat kimia antara lain Nikotin yang bersifat kasinogenik, yang dapat mengakibatkan berbagai penyakit yaitu gangguan pencernaan, gangguan kehamilan dan janin, impotensi, bronchitis, emphysema, penyakit jantung, serangan otak, dan kanker (Maba,2008).

Pada perokok aktif, faktor resiko penyakit yang diderita adalah penyakit jantung koroner, diabetes dan masalah yang berkaitan dengan kehamilan seperti : berat badan bayi lahir rendah, prematur dan rusaknya plasenta, sedangkan pada perokok pasif di lingkungan asap rokok bisa berdampak kanker paru dan penyakit pada saluran pernafasan (Baequni dan Nasir, 2004).

Bahaya merokok tidak hanya menyerang perokok aktif saja, tetapi bisa menyerang orang yang berada disekitar, bahkan perokok pasif cenderung terkena kadar racun yang lebih besar dari pada perokok itu sendiri (Hikmat, 2007). Perokok pasif juga bisa terkena penyakit kardiovaskular dan berbagai macam penyakit yang dapat menimbulkan kematian.

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Baequni dan Nasir (2005) pada civitas akademika UIN Syarif Hidayatullah” terdapat 34,3 % responden adalah perokok dari 100 % jumlah responden mahasiswa. Dalam hal ini Perilaku merokok pada karyawan bisa disebabkan oleh adanya persepsi.

Persepsi merupakan pandangan pribadi atas apa yang terjadi, setiap orang merasakan, menginterpretasikan, dan memahami kejadian secara berbeda (Potter & Perry, 2005).


(20)

Adapun dari hasil penelitian yang dilakukan Nurlailah (2010) tentang persepsi dampak merokok terhadap kesehatan dengan tipe perilaku merokok mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah pada 120 responden, peneliti membuat 2 kategori yaitu negatif dan positif. Skor persepsi responden mengenai dampak merokok terhadap kesehatan berkisar pada kategori negatif sebanyak 62 orang dengan presentase 51,7 % sedangkan kategori positif sebanyak 58 orang dengan presentase 48,3 %.

PT Sintas Kurama Perdana merupakan suatu perusahaan industri yang berbahan baku gas alam, dalam hal ini perusahaan telah menerapkan aturan terhadap larangan keras untuk tidak merokok dan selalu memberikan penyuluhan mengenai bahaya merokok baik untuk kesehatan maupun lingkungan kerja pabrik karena bisa mengakibatkan kebakaran yang diakibatkan oleh puntung rokok karena banyaknya bahan kimia dan gas yang ada di sekitarnya, namun masih saja terdapat beberapa karyawan yang melanggar peraturan yang telah ditentukan oleh perusahaan. Mengapa hal ini masih saja terjadi, karena merokok diasumsikan sebagai cara untuk mengurangi reaksi negatif seperti cemas, tegang dan stress, namun pada dasarnya merokok tidak ada kaitannya dengan stres, depresi ataupun masalah psikologis lainnya. Jika ada orang yang merokok untuk mengatasi stres maka perilaku merokok itu sebenarnya hanya sebuah pelarian. Merokok hanya melupakan sementara saja stresor (penyebab stres) karena untuk sementara waktu konsentrasi beralih pada rokok dan stresor terlupakan tetapi setelah selesai merokok, konsentrasi akan kembali lagi pada stresor tersebut.

Dari hasil studi pendahuluan yang dilakukan pada bulan Febuari 2012 di PT Sintas Kurama Perdana terhadap 95 karyawan diberbagai unit kerja dan didapatkan 20 karyawan yang merokok. Penelitian ini dilakukan dengan


(21)

menanyakan langsung kepada responden dengan cara melakukan observasi pada saat jam istirahat karyawan. Pada saat ini telah diketahui bahwa merokok mempunyai banyak efek negatif yang berbahaya terhadap kesehatan manusia dan perilaku merokok tidak hanya merugikan perokok itu sendiri melainkan untuk orang lain. Melihat kondisi tersebut peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “ Hubungan persepsi tentang bahaya merokok dan perilaku merokok pada karyawan PT Sintas Kurama Perdana di Kawasan Industri Pupuk Kujang Cikampek”.

B. Rumusan Masalah

Organisasi kesehatan dunia WHO (2011) mengatakan bahwa terdapat 3,8 milyar perokok didunia, sedangkan di Indonesia perokok menurut laporan nasional dalam RISKESDAS pada tahun 2007 yang mengatakan bahwa presentase perokok laki-laki yang merokok adalah 71,1 % sedangkan perokok wanita adalah 6,2 %, sedangkan dari data RISKESDAS tahun 2010 berdasarkan usia perokok tertinggi saat ini terdapat pada kelompok umur 24-64 tahun dengan rentang prevalensi antara 30,7 % - 32,2 %. Adapun efek yang disebabkan dari rokok adalah mengalami resiko yang lebih tinggi untuk menderita kanker paru, kanker mulut, kanker esofagus, kanker kandung kemih, serangan jantung dan berbagai penyakit lainnya, hal ini disebabkan pada sebatang rokok memiliki 4.000 bahan kimia dalam partikel dan gas yang bersifat racun. Dari hasil awal penelitian yang dilakukan pada bulan Februari 2012 di PT Sintas Kurama Perdana pada 95 karyawan diberbagai unit kerja didapatkan 20 karyawan PT Sintas Kurama Perdana yang merokok. Pada dasarnya karyawan sudah mengetahui bahwa merokok mempunyai banyak efek negatif yang berbahaya


(22)

terhadap kesehatan manusia dan perilaku merokok tidak hanya merugikan perokok tetapi lingkungan sekitarnya dan bahkan dapat menyebabkan kematian.

C. Tujuan Penelitian.

1. Tujuan Umum.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan persepsi tentang bahaya merokok dengan perilaku merokok pada karyawan PT Sintas Kurama Perdana.

2. Tujuan Khusus.

Yang menjadi tujuan khusus dalam penelitian ini adalah :

a. Mengetahui bagaimana persepsi karyawan akan bahaya dari merokok pada PT Sintas Kurama Perdana.

b. Mengetahui bagaimana perilaku merokok pada karyawan di PT Sintas Kurama Perdana.

c. Mengetahui bagaimana data demografi merokok pada karyawan di PT Sintas Kurama Perdana.

D. Manfaat Penelitian.

1. Manfaat Ilmiah.

Penelitian ini dapat digunakan untuk pengembangan penelitian selanjutnya bagi karyawan yang perokok, dan mengenai dampak buruk yang terjadi pada kesehatan karyawan akibat merokok yang dapat mengancam jiwanya maupun menurunkan produktifitas bekerja.


(23)

2. Manfaat Praktis.

a. Bagi Peneliti.

Penelitian ini dapat memberi ilmu, wawasan dan pengalaman baru yang sangat berharga terhadap pengembangan ilmu pengetahuan khususnya pada bidang kesehatan di komunitas baik secara konten maupun metodologi penelitiannya.

b. Bagi Perusahaan.

Menjadikan bahan masukkan dalam rangka membuat program pencegahan dan penanggulangan agar karyawan tidak menjadi perokok, sehingga produktifitas kerja karyawan maupun kinerja perusahaan meningkat.

c. Bagi Masyarakat.

Hasil penelitian ini dapat dijadikan informasi yang berguna untuk masyarakat dalam mengetahui informasi tentang bahaya merokok sehingga masyarakat lebih mengetahui bahaya yang disebabkan oleh merokok.

E. Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini mengenai hubungan persepsi tentang bahaya merokok dengan perilaku merokok pada karyawan di PT Sintas Kurama Perdana Kawasan Industri Pupuk Kujang Cikampek. Penelitian ini menggunakan desain penelitian cross sectional. Sample yang diambil dalam penelitian ini adalah karyawan yang merokok dan tidak merokok diberbagai unit kerja PT Sintas Kurama Perdana. Tehnik pengambilan sample menggunakan accidental sampling, sedangkan metode pengambilan data dengan menggunakan kuesioner.


(24)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA A. Persepsi

persepsi adalah proses yang menyangkut masuknya pesan atau informasi kedalam otak manusia. Persepsi merupakan keadaan dari individu terhadap stimulus yang diterimanya. Apa yang ada dalam diri individu, pikiran, perasaan, pengalaman-pengalaman individu akan ikut aktif berpengaruh dalam proses persepsi.

Pengertian persepsi menurut para ahli :

Menurut Kotler (2000) menjelaskan persepsi sebagai proses bagaimana seseorang menyeleksi, mengatur dan menginterpretasikan masukan-masukan informasi untuk menciptakan gambaran keseluruhan yang berarti.

Gibson, dkk (1989) dalam buku Organisasi Dan Manajemen memberikan definisi persepsi adalah proses kognitif yang dipergunakan oleh individu untuk menafsirkan dan memahami dunia sekitarnya (terhadap obyek). Gibson juga menjelaskan bahwa persepsi merupakan proses pemberian arti terhadap lingkungan oleh individu. Oleh karena itu, setiap individu memberikan arti kepada stimulus secara berbeda meskipun objeknya sama.

Walgito (1993) mengemukakan bahwa persepsi seseorang merupakan proses aktif yang memegang peranan, bukan hanya stimulus yang mengenainya tetapi juga individu sebagai satu kesatuan dengan


(25)

pengalaman-pengalamannya, motivasi serta sikapnya yang relevan dalam menanggapi stimulus. Individu dalam hubungannya dengan dunia luar selalu melakukan pengamatan untuk dapat mengartikan rangsangan yang diterima dan alat indera dipergunakan sebagai penghubungan antara individu dengan dunia luar. Agar proses pengamatan itu terjadi, maka diperlukan objek yang diamati alat indera yang cukup baik dan perhatian merupakan langkah pertama sebagai suatu persiapan dalam mengadakan pengamatan. Persepsi dalam arti umum adalah pandangan seseorang terhadap sesuatu yang akan membuat respon bagaimana dan dengan apa seseorang akan bertindak. Persepsi berarti analisis mengenai cara mengintegrasikan penerapan kita terhadap hal-hal di sekeliling individu dengan kesan-kesan atau konsep yang sudah ada, dan selanjutnya mengenali benda tersebut

Dari pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa pengertian persepsi merupakan suatu proses penginderaan, stimulus yang diterima oleh individu melalui alat indera yang kemudian diinterpretasikan sehingga individu dapat memahami dan mengerti tentang stimulus yang diterimanya tersebut. Proses menginterpretasikan stimulus ini biasanya dipengaruhi pula oleh pengalaman dan proses belajar individu.

1. Jenis-jenis Persepsi

Proses pemahaman terhadap rangsang atau stimulus yang diperoleh oleh indera menyebabkan persepsi terbagi menjadi beberapa jenis.


(26)

a. Persepsi visual

Persepsi visual didapatkan dari penglihatan. Penglihatan adalah kemampuan untuk mengenali cahaya dan menafsirkannya, salah satu dari indra. Alat tubuh yang digunakan untuk melihat adalah mata. Banyak binatang yang indra penglihatannya tidak terlalu tajam dan menggunakan indra lain untuk mengenali lingkungannya, misalnya pendengaran untuk kelelawar. Manusia yang daya penglihatannya menurun dapat menggunakan alat bantu atau menjalani operasi lasik untuk memperbaiki penglihatannya.

Persepsi ini adalah persepsi yang paling awal berkembang pada bayi, dan mempengaruhi bayi dan balita untuk memahami dunianya. Persepsi visual merupakan topik utama dari bahasan persepsi secara umum, sekaligus

persepsi yang biasanya paling sering dibicarakan dalam konteks sehari-hari.

b. Persepsi auditori

Persepsi auditori didapatkan dari indera pendengaran yaitu telinga. Pendengaran adalah kemampuan untuk mengenali suara. Dalam manusia dan binatang bertulang belakang, hal ini dilakukan terutama oleh sistem pendengaran yang terdiri dari telinga, syaraf-syaraf, dan otak. Tidak semua suara dapat dikenali oleh semua binatang. Beberapa spesies dapat mengenali amplitudo dan frekuensi tertentu. Manusia dapat mendengar dari 20 Hz sampai 20.000 Hz.


(27)

c. Persepsi perabaan

Persepsi perabaan didapatkan dari inderal yaitu kulit. Kulit dibagi menjadi 3 bagian, yaitu bagian epidermis, dermis, dan subkutis. Kulit berfungsi sebagai alat pelindung bagian dalam, misalnya otot dan tulang; sebagai alat peraba dengan dilengkapi bermacam reseptor yang peka terhadap berbagai rangsangan;

sebagai alat ekskresi, serta pengatur suhu tubuh. Sehubungan dengan fungsinya sebagai alat peraba, kulit dilengkapi dengan reseptor khusus. Reseptor untuk rasa sakit ujungnya menjorok masuk ke daerah epidermis. Reseptor untuk tekanan, ujungnya berada di dermis yang jauh dari epidermis. Reseptor untuk rangsang sentuhan dan panas, ujung reseptornya terletak di dekat epidermis.

d. Persepsi penciuman

Persepsi penciuman atau olfaktori didapatkan dari indera penciuman yaitu hidung. Penciuman, penghiduan, atau olfaksi, adalah penangkapan atau perasaan bau.

e. Persepsi pengecapan

Persepsi pengecapan atau rasa didapatkan dari indera pengecapan yaitu lidah. Pengecapan atau gustasi adalah suatu bentuk kemoreseptor langsung dan merupakan satu dari lima indra tradisional. Indra ini merujuk pada kemampuan mendeteksi rasa suatu zat seperti makanan atau racun.


(28)

Sensasi pengecapan klasik mencakup manis, asin, asam, dan pahit. Pengecapan adalah fungsi sensoris sistem saraf pusat. Sel reseptor pengecapan pada manusia ditemukan pada permukaan lidah, langit-langit lunak, serta epitelium faring dan epiglotis.

2. Faktor yang mempengaruhi Persepsi

Persepsi setiap orang dalam memandang atau mengartikan objek akan berbeda-beda tergantung pada faktor-faktor yang mempengaruhi proses persepsi pada individu. Persepsi individu tergantung pada apa yang individu harapkan, pengalaman, dan motivasi (Davidoff,2000).

Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi (shaleh, 2004) adalah:

1. Faktor eksternal

a. Perhatian yang selektif

Dalam kehidupan manusia setiap saat akan menerima banyak sekali rangsangan dari lingkungannya. Meskipun demikian, ia tidak harus menanggapi semua rangsangan yang diterimanya, untuk itu individu memusatkan perhatiannya pada rangsangan-rangsangan tertentu saja. Dengan demikian, objek-objek atau gejala lain tidak akan tampil ke muka sebagai objek pengamatan.

b. Ciri-ciri rangsang

Rangsang yang bergerak di antara rangsang yang diam akan lebih menarik perhatian. Demikian juga rangsangan yang paling besar


(29)

diantara yang kecil, yang kontras dengan latar belakangnya dan intensitas rangsangnya paling kuat.

c. Nilai dan kebutuhan individu

Seorang seniman tentu punya pola dan cita rasa yang berbeda dalam pengamatan dibanding seorang bukan seniman.

d. Pengalaman dahulu

Pengalaman-pengalaman terdahulu akan sangat mempengaruhi bagaimana seseorang mempersepsikan dunianya.

2. Faktor internal

Faktor psikologis lain yang juga penting dalam persepsi adalah berturut-turut: emosi, impresi dan konteks.

a. Emosi

Akan mempengaruhi seseorang dalam menerima dan mengolah informasi pada suatu saat, karena sebagian energi dan perhatiannya adalah emosinya tersebut. Seseorang yang sedang tertekan karena baru bertengkar dengan pacar dan mengalami kemacetan, mungkin akan mempersepsikan lelucon temannya sebagai penghinaan.

b. Impresi

Stimulus yang menonjol, akan lebih dahulu mempengaruhi persepsi seseorang. Gambar yang besar, warna kontras, atau suara yang kuat akan lebih menarik seseorang untuk memperhatikan dan menjadi fokus dari


(30)

persepsinya. Seseorang yang memperkenalkan diri dengan sopan dan berpenampilan menarik, akan lebih mudah dipersepsikan secara positif, dan persepsi ini akan mempengaruhi bagaimana ia dipandang selanjutnya.

c. Konteks

Walaupun faktor ini disebutkan terakhir, tapi tidak berarti kurang penting, malah mungkin yang paling penting. Konteks bisa secara sosial, budaya atau lingkungan fisik. Konteks sangat menentukan bagaimana cara pandang. Fokus pada pandangan yang sama, tetapi dalam gambar yang berbeda, mungkin akan memberikan makna yang berbeda.

B. Perilaku

Perilaku adalah hasil hubungan antara rangsangan (stimulus) dan tanggapan (respon). Jadi perilaku manusia pada hakikatnya adalah suatu aktivitas pada manusia itu sendiri. Baik yang dapat diamati secara langsung atau tidak langsung (Notoatmodjo,2003). Robert Kwick (1974) dalam Notoatmodjo (2007) menyatakan bahwa perilaku adalah tindakan atau perbuatan suatu organisme yang dapat diamati dan bahkan dapat dipelajari. Perilaku tidak sama dengan sikap.

Gerakan-gerakan reflektif dalam perilaku, dibagi menjadi beberapa bagian yaitu: perilaku yang tampak, perilaku batin, perilaku asli, perilaku yang didapatkan, perilaku normal dan perilaku yang menyimpang. Guilford (1971) dalam Zakaria Ahmad (2009) seorang psikologi moderen, mempelajari perilaku manusia dibagi atas 3 aktifitas yaitu : pertama


(31)

lain, dengan aktifitas ini seseorang dapat merealisasikan kesempurnaan serta

jati dirinya. Kedua aktifitas psikologis, aktifitas ini mencakup mayoritas

pembentukan perilaku dan praktek-praktek yang menghasilkan respon-respon

yang khusus dalam perilaku. Ketiga struktur keperibadian, yaitu bangunan

psikologis manusia, beserta segala aktifitas pembentuk struktur keperibadian,

diantaranya anggota tubuh, rasio untuk mengetahui, gerakan-gerakan insting

dan sosiologi.

Skinner (1938) dalam Notoatmodjo (2003) seorang ahli

psikologi,merumuskan bahwa perilaku merupakan respon atau reaksi seseorang terhadap stimulus (rangsangan dari luar). Oleh karena perilaku ini terjadi melalui proses adanya stimulus terhadap organisme, dan organisme tersebut merespon. Skinner membedakan dua respon perilaku terhadap suatu rangsangan, yaitu:

1. Responden Respons atau reflexive respon adalah respon yang ditimbulkan

oleh rangsangan-rangsangan tertentu. Contohnya makanan lezat

menimbulkan keluarnya air liur. Respondent respons (responden behavior)

ini mencakup juga emosi respon atau emotional behavior, yang timbul

karena hal yang kurang mengenakan organisme yangbersangkutan.

2. Operant respon atau instrumental respon adalah respon yang ditimbul dan

berkembang diikuti rangsangan tertentu. Perangsangan tersebut atau

semacamnya disebut reinforcing stimuli atau reinfocer, karena

perangsang-perangsang tersebut memperkuat respon yang dilakukanoleh orang.

Didalam kehidupan sehari-hari, respon jenis pertama (responden respon

atau respondent behavior) sangat terbatas keberadaanya pada manusia. Hal ini disebabkan karena hubungan yang pasti antara stimulus dan respon


(32)

Psikologi perkembangan adalah pengkajian ilmu yang berhubungan dengan perkembangan manusia bermula ketika adanya kegidupan mulai dari bayi, kanak-kanak, remaja, dewasa, lansia, dan akhirnya kematian. Berdasarkan psikoanalitik kontemporer menurut Erik H. Erikson tahun 1994 tahap perkembangan dewasa dibagi dua yaitu dewasa awal dan dewasa.

1. Dewasa awal (20-30 tahun )

Pengalaman adolsen dalam mencari identitas dibutuhkan oleh dewasa awal. Perkembangan psikoseksual tahap ini disebut perkelaminan (genitality), keakraban (intimacy) adalah kemampuan untuk menyatukan identitas diri dengan identitas orang lain tanpa ketakutan kehilangan identitas diri. Cinta adalah kesetiaan sebagai dampak dari perbedaan dasar antara pria dan wanita. Cinta selain disamping bermuatan intimasi juga membutuhkan sedikit isolasi, karena masing-masing pasangan tetap boleh memiliki identitas yang terpisah. Ritualisasi pada tahap ini adalah refleksi dari kenyataan adanya cinta, mempertahankan persahabatan, dan ikatan kerja.

2. Dewasa (32-65 tahun )

Tahap dewasa adalah waktu menempatkan diri di masyarakat dan ikut bertanggung jawab terhadap apapun yang dihasilkan dari masyarakat. Kualitas sintonik pada tahap dewasa adalah generativita, yaitu penurunan kehidupan baru, serta produk dan ide baru. Kepedulian (care) adalah perluasan komitmen untuk merawat orang lain, merawat produk dan ide yang membutuhkan perhatian. Kepedulian membutuhkan semua kekuatan dasar ego sebelumnya sebagi kekuatan dasar orang dewasa. Generasonal adalah interaksi antara orang dewasa dengan generasi penerusnya bisa berupa pemberian hadiah atau sanjungan, sedangkan otoritisme mengandung


(33)

pemaksaan. Orang dewasa dengan kekuatan dan kekuasaannya memaksa aturan, moral, dan kemauan pribadi dalam interaksi.

C. Rokok

Menurut Kesowo (2003), rokok adalah hasil olahan tembakau yang terbungkus, sejenis cerutu atau bentuk lainnya yang dihasilkan dari tanaman Nicotiana Tabacum, Nicotiana Rustica dan sejenisnya. Sedangkan menurut Aditama (2006) asap rokok mengandung sekitar 4000 bahan kimia, 43 diantaranya bersifat karsinogen. Pengaruh asap rokok dapat mengakibatkan infeksi pada paru dan telinga serta kanker paru.

Rokok adalah silinder dari kertas berukuran panjang antara 70 hingga 120 mm (bervariasi tergantung negara) dengan diameter sekitar 10 mm yang berisi daun-daun tembakau yang telah dicacah. Rokok dibakar pada salah satu ujungnya dan dibiarkan membara agar asapnya dapat dihirup lewat mulut pada ujung lain (Wiki, 2000).

1. Bahaya merokok

Merokok mempunyai banyak efek negatif yang berbahaya kepada kesehatan manusia, dan kebiasaan merokok tidak hanya merugikan perokok itu sendiri, tetapi juga mengancam masyarakat disekitarnya. Asap rokok yang dihirup oleh perokok atau mereka yang berada di sekelililngnya, akan memasuki rongga mulut dan hidung melalui kerongkongan, bronkus, dan paru-paru. Kandungan asap rokok akan menyebabkan kerusakan tisu di sepanjang perjalanan di ruang ini, dan boleh menyebabkan berbagai penyakit di mulut seperti periodontitis (infeksi pada gusi), penyakit kerongkongan seperti faringitis (infeksi faring),dan laringitis (infeksi laring


(34)

atau pita suara), penyakit di bronkus seperti bronkitis (infeksi bronkus), dan penyakit pada paru-paru seperti kanker paru, penyakit paru obstruktif, dan emfisema (Martin,2008)

a. Bahaya merokok secara fisik

Kebiasaan merokok telah terbukti berhubungan dengan sedikitnya 25 jenis penyakit dari berbagai alat tubuh manusia, seperti kanker paru,

bronchitis kronik, emfisema dan berbagai penyakit paru lainya. Selain itu adalah kanker mulut, tenggorokan, pankreas dan kandung kencing, penyakit pembuluh darah, ulkus peptikum dan lain-lain.Satu-satunya penyakit yang menunjukan asosiasi negatif dengan kebiasaan merokok, yaitu kanker paru,bronchitis kronik dan emfisema, penyakit jantung iskemik

dan penyakit kardiovaskuler lain, ulkus peptikum, kanker mulut, kanker tenggorokan,penyakit pembuluh darah otak dan gangguan janin dalam kandungan(Aditama, 1997).

a. Penyakit kardiovaskuler

Menurut jurnal kardiologi Indonesia tahun 1995 penyakit kardiovaskuler meduduki urutan penyebab utama kematian di Indonesia,hal ini dapat dilihat pada peningkatan presentase penyebab kematian kardiovaskuler dari 9,7% pada tahun 1992 menjadi 16% pada tahun 2000. Merokok adalah salah satu resiko utama timbulnya morbiditas dan mortalitas kardiovaskuler yaitu meningkatnya kadar kolesterol serum, penyakit jantung koroner dan penyakit pembuluh darah perifer (Sitepoe, 2000).


(35)

b. Kanker paru

Penyakit kanker paru ini lebih berbahaya dai pada penyakit TBC paru. Apalagi bila kanker sudah dalam keadaan lanjut. Penyakit ini banyak ditemukan dan paling sering ditemukan pada kaum pria. Di Amerika Serikat diperkirakan bahwa 80-90% kanker paru pada pria dan 70% pada wanita disebabkan oleh kebiasaan merokok. Penelitian di Inggris menunjukan bahwa sekitar 87% kematian akibat kanker paru. Sementara itu, paparan asap rokok pada mereka yang tidak merokok atau perokok pasif ternyata meningkatkan terjadinya kanker paru sampai 30% lebih tinggi. penyakit kanker paru ini sering dihubungkan dengan kebiasaan merokok sebagai penyebab utamanya. Hal ini telah dibuktikan pada berbagai penelitian di dalam dan di luar negeri (Aditama, 1997).

c. Kehamilan

Menurut Aditama (1997), “ berat badan bayi dan ibu yang merokok, rendah dan mudah menjadi sakit. Berat badan bayi tersebut lebih rendah 40-400 gram dibandingkan dengan bayi yang lahir dari ibu yang bukan perokok. sekitar 7% dari ibu-ibu hamil yang merokok satu bungkus sehari akan melahirkan anak yang beratnya kurang dari 2500 gram, dan prosentase ini meningkat menjadi 12% pada ibu-ibu hamil yang menghabiskan dua

bungkus rokok sehari”.

Penurunan berat badan bayi dapat terjadi karena beberapa hal, rokok yang dihisapsi ibu akan mengganggu oksigenisasi ditubuh janin dan adanya gangguan enzim-enzim pernafasan janin dalam kandungan. Nikotin juga merupakan zat vasokonstriktor yang berikatan mengganggu metabolisme


(36)

protein dalam tubuh janin yang sedang berkembang, serta nikotin dapat menyebabkan jantung janin berdenyut lebih lambat dan menyebabkan gangguan pada system saraf. Kelainan bawaan pada bayi yang baru lahir seperti kelainan kantup kantung, ternyata juga lebih sering ditemukan pada bayi-bayi yang dilahirkan oleh ibu yang perokok dibanding yang tidak merokok. Para ahli mulai mendeteksi adanya kecendrungan gangguan tumbuh kembang anak dari ibu perokok, baik dari sudut fisik, emosi maupun kecerdasan. Semua keadaan tersebut terjadi karena pengaruh bahan-bahan dalam asap rokok seperti gas CO, sianida, tiosianat, nikotin dan karbonik anhidrase, selain mengganggu kesehatan ibu juga dapat menembus plasenta dan mengganggu kesehatan janin dalam kandungan (Aditama,1997).

d. Penyakit gangguan perkembangbiakan

Seperti yang dikatakan oleh Chanoine J.P (1991), merokok akan mengurangi terjadinya konsepsi atau memiliki anak, fertilitas pria ataupun wanita perokok akan mengalami penurunan, wanita perokok akan mengalami masa menopause lebih cepat dibandingkan dengan wanita yang bukan perokok. Merokok juga dapat menimbulkan impotensi (Sitepoe, 2000).

e. Gangguan alat pencernaan

Seperti yang dikatakan oleh Harisson (1987), sakit maag atau gastritis

lebih banyak dijumpai pada mereka yang merokok,dibandingkan dengan yang bukan perokok. merokok mengakibatkan penurunan tekanan pada ujung bawah dan atas lambung sehingga mempercepat terjadinya sakit


(37)

maag. Pencernaan protein terhambat bagi mereka yang merokok. Merokok juga mengurangi rasa lapar atau nafsu makan (Sitepoe, 2000).

b. Bahaya merokok secara emosional

Silvan Tomkins (dalam Sarafino, 2002) menyebutkan empat tipe perilaku merokok yaitu :

1. Perilaku merokok yang dipengaruhi oleh perasaan positif (positif affect smoking) adalah orang yang merokok untuk memperoleh persaan yang positif dimana dengan merokok individu merasakan adanya penambahan persaaan yang bersifat positif, misalnya untuk mendapatkan rasa nyaman dan untuk membentuk image-image yang diinginkan. Kemudian ditambahkan lagi sub tipe ini (dalam Prihatiningsih, 2007), yaitu :

f. Pleasure relaxation, yaitu perilaku merokok hanya untuk menambah atau meningkatkan kenikmatan yang sudah didapat, misalnya merokok setelah makan kenyang atau minum kopi.

g. Stimulation to pick them up, yaitu perilaku merokok hanya dilakukan sekedarnya untuk menyenangkan perasaan.

h. Pleasure of handing cigarette, yaitu kenikmatan yang diperoleh dengan memegang rokok. Perokok lebih senang berlama-lama untuk memainkan rokok dengan jari-jarinya.

2. Perilaku merokok pada orang yang dipengaruhi oleh perasaan negatif (negatif affect smoking), yaitu orang yang menggunakan rokok untuk mengurangi perasaan yang kurang menyenangkan, misalnya keadaan cemas dan marah.


(38)

3. Perilaku merokok yang adiktif (addictive smoking) yaitu individu yang sudah ketagihan pada rokok akan senderung menambah dosis rokok yang akan digunakan berikutnya karena efek rokok sebelumnya telah mulai berkurang sesaat setelah rokoknya habis dihisap, individu mempersiapkan hisapan rokok berikutnya. Umumnya individu merasa gelisah bila dirumahnya tidak tersedia rokok.

4. Perilaku merokok sudah menjadi kebiasaan (habitual smoking), dalam hal ini perilaku merokok sudah menjadi kebiasaan dalam individu. Merokok bukan lagi untuk mengendalikan perasaannya secara langsung, melainkan karena sudah terbiasa.

Gilchrist, Schinke, Bobo dan Snow (dalam Sweeting, 1990) membedakan perokok dalam 3 tipe, yaitu:

a. Experimental smoker, yaitu orang yang pernah mencoba rokok tetapi tidak menjadi kebiasaan. Orang yang termasuk dalam kelompok ini biasanya tidak atau belum mengalami kecanduan nikotin.

b. Regular smoker, yaitu orang yang merokok secara teratur dan telah menjadi kebiasaan. Seseorang yang menjadi perokok reguler karena telah mengalami kecanduan nikotin.

c. Non smoker, yaitu orang yang tidak pernah mencoba merokok.

Pada dasarnya perilaku merokok merupakan sebuah perilaku yang kompleks yang melibatkan beberapa tahap. Perilaku merokok umumnya melalui serangkaian tahapan yang ditandai oleh frekuensi dan intensitas merokok yang berbeda pada setiap tahapnya (Mathew dkk dalam


(39)

Richardson, 2002), dan seringkali puncaknya adalah menjadi tergantung pada nikotin.

c.Bahaya merokok secara ekonomi

Penelitian dari World Bank telah membuktikan bahwa rokok merupakan kerugian mutlak bagi hampir seluruh negara. Pemasukan yang diterima negara dari industri rokok (pajak dan sebagainya) mungkin saja berjumlah besar, tapi kerugian langsung dan tidak langsung yang disebabkan konsumsi rokok jauh lebih besar. Biaya tinggi harus dikeluarkan untuk membayar biaya penyembuhan penyakit yang disebabkan oleh rokok, absen dari bekerja, hilangnya produktifitas dan pemasukan, kematian prematur, dan juga membuat orang menjadi miskin lebih lama karena mereka menghabiskan uangnya untuk membeli rokok. Biaya besar lainnya yang tidak mudah untuk dijabarkan termasuk berkurangnya kualitas hidup para perokok dan mereka yang menjadi perokok pasif. Selain itu penderitaan juga bagi mereka yang harus kehilangan orang yang dicintainya karena merokok. Semua ini merupakan biaya tinggi yang harus ditanggung.(Astuti lindia ,2004)

2.Bahan – Bahan Yang Terkandung Dalam Rokok

Tembakau merupakan kandungan rokok yang terdiri dari campuran ratusan zat kimiawi. Yang khas dari tembakau adalah nikotin dan eugenol, yang sangat berbahaya bagi kesehatan tubuh manusia. Merokok berarti membakar tembakau dan daun tar, dan menghisap asap yang dihasilkan. Pada saat rokok dihisap komposisi rokok yang dipecah menjadi komponen lainnya, misalnya komponen yang cepat menguap akan menjadi asap


(40)

bersama-sama dengan komponen lainnya. Dengan menganalisa asap yang dihasilkan ditemukan bahwa sekitar 60%-nya adalah gas dan uap yang terdiri dari 20 jenis gas, diantaranya: karbon monoksida, hidro sianida, nitrit acid, nitrogen dioksida fluorocarbon, asetone dan amonia. Asap rokok terdiri dari 4000 bahan kimia dan 200 diantaranya bersifat racun antara lain Karbon Monoksida (CO) dan Polycylic Aromatic hydrokarbon

yang mngandung zat – zat pemicu terjadinya kanker (seperti tar,

byntopyrenes, vinylchlorida dan nitrosonornicotine) (Pdpersi, 2003).

a. Nikotin

Menurut Husaini (2007) Nikotin adalah sebuah zat yang bersifat zat adiktif yang membuat seseorang menjadi ketagihan untuk bisa selalu merokok. Zat ini sangat berbahaya, bagi kesehatan tubuh manusia maupun binatang. Selain itu, nikotin adalah suatu penyebab penyakit jantung koroner dan kanker.

Komponen ini paling banyak dijumpai di dalam rokok, nikotin bersifat toksik terhadap saraf dengan stimulasi atau depresi. Nikotin merupakan alkaloid yang bersifat stimulan dan pada dosis tinggi beracun. Zat ini hanya ada dalam tembakau, sangat aktif dan mempengaruhi otak/susunan saraf. Dalam jangka panjang, nikotin akan menekan kemampuan otak untuk mengalami kenikmatan, sehingga perokok akan selalu membutuhkan kadar nikotin yang semakin tinggi untuk mencapai tingkat kepuasan dan ketagihannya. Sifat nikotin yang adiktif ini dibuktikan dengan jarang adanya


(41)

jumlah perokok yang ingin berhenti merokok dan jumlah yang berhasil berhenti (PDPERSI, 2003).

Nikotin yaitu zat atau bahan senyawa porillidin yang terdapat dalam

Nicotoana Tabacum, Nicotiana Rustica dan spesies lainnya yang sintesisnya bersifat adiktif yang dapat mengakibatkan ketergantungan. Nikotin ini dapat meracuni syaraf tubuh, meningkatkan tekanan darah, menyempitkan pembuluh perifer dan menyebabkan ketagihan serta ketergantungan pada pemakainya. Jumlah nikotin yang dihisap dipengaruhi oleh berbagai faktor kualitas rokok, jumlah tembakau setiap batang rokok, dalamnya isapan, lamanya isapan, dan menggunakan filter rokok atau tidak.

b. Karbon Monoksida

Menurut Ibrahim (2011) Karbon Monoksida memiliki kecenderungan yang kuat untuk berikatan dengan hemoglobin dalam sel-sel darah merah. Seharusnya, hemoglobin ini berikatan dengan oksigen yang sangat penting untuk pernapasan sel-sel tubuh, tapi karena gas CO lebih kuat daripada oksigen, maka gas CO ini merebut tempatnya di sisi hemoglobin. Jadilah, hemoglobin yang berikatan dengan gas CO.

Karbon monoksida yang dihisap oleh perokok tidak akan menyebabkan keracunan CO, sebab pengaruh CO yang dihirup oleh perokok dengan sedikit demi sedikit, dengan lamban namun pasti akan berpengaruh negatif pada jalan nafas. Gas karbon monoksida bersifat toksis yang bertentangan dengan oksigen dalam transpor maupun penggunaannya. Dalam rokok terdapat CO sejumlah 2%-6% pada saat merokok, sedangkan


(42)

CO yang dihisap oleh perokok paling rendah sejumlah 400 ppm (parts per million) sudah dapat meningkatkan kadar karboksi haemoglobin dalam darah sejumlah 2-16% (Sitepoe, 1997).

c. Tar

Tar merupakan bagian partikel rokok sesudah kandungan nikotin dan uap air diasingkan, beberapa komponen zat kimianya karsinogenik (pembentukan kanker). Tar adalah senyawa polinuklin hidrokarbon aromatika yang bersifat karsinogenik. Dengan adanya kandungan bahan kimia yang beracun sebagian dapat merusak sel paru dan menyebabkan berbagai macam penyakit. Selain itu tar dapat menempel pada jalan nafas sehingga dapat menyebabkan kanker.

Menurut Ibrahim (2011) Tar merupakan kumpulan dari beribu-ribu bahan kimia dalam komponen padat asap rokok. Pada saat rokok dihisap, tar masuk kedalam rongga mulut sebagai uap padat asap rokok. Setelah dingin akan menjadi padat dan membentuk endapan berwarna coklat pada permukaan gigi, saluran pernafasan dan paru-paru. Pengendapan ini bervariasi antara 3-40 mg per batang rokok, sementara kadar dalam rokok berkisar 24-45 mg. Sedangkan bagi rokok yang menggunakan filter dapat mengalami penurunan 5-15 mg. Walaupun rokok diberi filter, efek karsinogenik tetap bisa masuk dalam paru-paru(Sitepoe, 1997).


(43)

Timah Hitam (Pb) yang dihasilkan sebatang rokok sebanyak 0,5 mikrogram. Sebungkus rokok (isi 20 batang) yang habis dihisap dalam satu hari menghasilkan 10 mikro gram. Sementara ambang batas timah hitam yang masuk ke dalam tubuh antara 20 mikro gram per hari. Bisa dibayangkan bila seorang perokok berat menghisap rata-rata 2 bungkus rokok perhari, berapa banyak zat berbahaya ini masuk ke dalam tubuh. (Ibrahim, 2011).

Pengaruh Pb dalam tubuh belum diketahui benar tetapi perlu waspada terhadap pemajanan jangka panjang. Gangguan kesehatan yag diakibatkan bereaksinya Pb dengan gugusan sulfhidril dari protein yang menyebabkan pengendapan protein dan menghambat pembuatan hemoglobin. Gejala keracunan akut didapati bila tertekan dalam jumlah besar yang dapat menimbulkan sakit perut muntah atau diare akut. Gejala keracunan kronis bisa menyebabkan hilang nafsu makan. Konstipasi, lelah, sakit kepala, anemia, kelumpuhan anggota badan, kejang dan gangguan penglihatan (Depkes, 2010).

D. Perilaku Merokok

Menurut Oskamp 1984 (dalam susmiati,2003) mengatakan perilaku merokok adalah menghisap asap tembakau yang telah menjadi cerutu kemudian disulut api. Menurutnya ada dua tipe merokok. Pertama adalah menghisap rokok secara langsung yang disebut perokok aktif, dan yang

kedua mereka yag secara tidak langsung menghisap rokok. Namun turut menghisap asap rokok disebut perokok pasif. Bermacam-macam perilaku yang dilakukan manusia dalam menanggapi stimulus yang diterimanya,


(44)

salah satu bentuk perilaku manusia yang dapat diamati adalah perilaku merokok. Merokok telah banyak dilakukan pada zaman romawi, pada saat itu orang sudah menggunakan suatu ramuan yang mengeluarkan asap dan menimbulkan kenikmatan dengan jalan dihisap melalui hidung dan mulut (Danusantoso, 1991). Masa sekarang, perilaku merokok merupakan perilaku yang telah umum dijumpai. Perokok berasal dari berbagai kelas sosial, status, serta kelompok umur yang berbeda, hal ini mungkin disebabkan karena rokok biasa didapatkan dengan mudah dan dapat diperoleh dimana pun juga.

1. Kategori Perokok

Menurut Sitepoe (1997) membagi perokok menjadi dua kategori perokok berdasarkan asap yang dihisapnya, yaitu :

a. Perokok Pasif

Perokok pasif adalah orang-orang yang disekitar perokok aktif yang menghisap rokok yang terbentuk pada ujung rokok yang terbakar serta asap rokok yang dihembuskan ke udara oleh perokok aktif (asap sidestream). Sama halnya yang diungkapkan dengan sitepoe, menurut Bustan (2000) perokok pasif adalah asap rokok yang di hirup oleh seseorang yang tidak merokok (Pasive Smoker). Asap rokok merupakan polutan bagi manusia dan lingkungan sekitarnya. Asap rokok lebih berbahaya terhadap perokok pasif daripada perokok aktif. Asap rokok sigaret kemungkinan besar berbahaya terhadap mereka yang bukan perokok, terutama di tempat tertutup. Asap rokok yang dihembusan oleh perokok aktif dan terhirup oleh


(45)

perokok pasif, lima kali lebih banyak mengandung karbon monoksida, empat kali lebih banyak mengandung tar dan nikotin.

b. Perokok Aktif

Perokok aktif adalah perokok yang menghisap asap rokok melalui mulut langsung dari rokok yang dibakar (asap mainstream). Sedangkan menurut Bustan (2000) perokok aktif adalah asap rokok yang berasal dari isapan perokok atau asap utama pada rokok yang dihisap (mainstream). Dari pendapat diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa perokok aktif adalah orang yang merokok dan langsung menghisap rokok serta bisa mengakibatkan bahaya bagi kesehatan diri sendiri maupun lingkungan sekitar.

2. Jumlah Rokok Yang Dihisap

Menurut Bustan (2000), jumlah rokok yang dihisap dapat dalam satuan batang, bungkus, pak per hari. Kategori perokok dapat dibagi atas 3 kelompok yaitu :

a. Perokok Ringan

Disebut perokok ringan apabila merokok kurang dari 10 batang per hari dengan selang waktu setelah 60 menit dari bangun pagi.

b. Perokok Sedang

Disebut perokok sedang jika menghisap 10 – 20 batang per hari dengan selang waktu 31-60 menit setelah bangun pagi.


(46)

c. Perokok Berat

Disebut perokok berat jika menghisap lebih dari 20 batang dalam selang waktu setelah bangun pagi sekitar 6-30 menit

Bila sebatang rokok dihabiskan dalam sepuluh kali hisapan asap rokok maka dalam tempo setahun bagi perokok sejumlah 20 batang (satu bungkus) per hari akan mengalami 70.000 hisapan asap rokok. Beberapa zat kimia dalam rokok yang berbahaya bagi kesehatan bersifat kumulatif (ditimbun), suatu saat dosis racunnya akan mencapai titik toksis sehingga akan mulai kelihatan gejala yang ditimbulkan (Sitepoe, 1997).

3. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Merokok

Menurut Lawrence dalam Notoatmodjo (2003) faktor perilaku ditentukan atau dibentuk oleh tiga faktor yaitu :

1. Faktor predisposisi (predisposing faktor)

Merupakan faktor utama dalam mempermudah terwujudnya perilaku. Faktor predisposisi dari perilaku merokok diantaranya adalah usia dan pendidikan.

a. Usia

Terbentuknya perilaku merokok pada usia dewasa dikarenakan stres kerja dan gaya hidup. Menurut Stephen Wearing dan Betsy Wearing tahun 1990-an, merokok adalah kebiasaan yang seing dikaitkan dengan gaya hidup dan konsumsi yang menarik perhatian maupun identitas diri.


(47)

Penampilan dan citra identitas dinilai berdasarkan pada simbol yang digunakan, barang yang dipakai dan aktifitas yang sedang dilakukan, terutama aktifitas-aktifitas yang sedang populer pada masa tertentu (Muzdalifah 2003). Stres merupakan suatu keadaan yang mebuat seseorang tertekan dalam hal pekerjaan dan berusaha untuk menangani dan menguasai situasi yang menekannya dengan cara melakukan perubahan kognitif maupun perilaku guna memperoleh rasa aman dalam

dirinya. (Mu’tadin,2002). Salah satu bentuk perilaku tersebut adalah

merokok.

b. Pendidikan

Tingkat pendidikan di Indonesia sangat beragam, mulai dari SD, SLTP, SMU, Perguruan Tinggi, bahkan ada yang tidak bersekolah. Karena perilaku merokok akan berkaitan dengan pengetahuan dan sikap seseorang terhadap rokok, dan pendidikan menjadi latar belakangnya (Jamal, 2006). Jamal menambahkan survey secara nasional menunjukan bahw pria yang tidak bersekolah/ tidak tamat SD merupakan perokok terbanyak. Makin tinggi tingkat pendidikan seseorang, makin sedikit yang jadi perokok.

2. Faktor Pendukung (enabling faktor )

Faktor pendukung terwijud dalam lingkungan fisik, tersedia atau tidaknya fasilitas-fasiltas atau sarana-sarana. Misalnya iklan tentang rokok baik melalui media elektronik maupun media masa, dan banyaknya sarana yang menjual rokok ( warung).


(48)

a. Iklan

Iklan yang merupakan media untuk mempromosikan suatu produk atau barang dibuat untuk menarik konsumen sebanyak-banyaknya. Iklan rokok yang saat ini begitu menarik perhatian konsumen. Perusahaan rokok saat ini menarik konsumen pria dengan menayangkan gambar seorang pria yang gagah dan berani seolah-olah menggambarkan sosok pria perokok. Sekain itu perusahaan juga menariak konsumen wanita dengan cara merubah pandangan tentang rokok. Iklan rokok yang ada megalami pergeseran nilai-nilai dari wanita yang modern dengan kebiasaan merokok. Agar kegiatan periklanan mampu secara efektif mempengaruhi konsumen maka dalam penyampaikan ikaln harus memperhatikan pesan iklan yang mudah diingat, bintang iklan yang terkenal sehingga mampu mempengaruhi konsumen dengan ekspresi isyarat, pakaia, perawakan, potongan rambut dan setting. (Novia, 2008).

b. Saran (warung)

Akses untuk mendapatkan rokok tersebar luas, diwarung kecil, toko, mini market, hingga supermarket. Dan pembeli dengan mudah bisa mendapatkan rokok dimanapun.

3. Faktor Pendorong (reinforcing faktor)

Faktor pendorong terwujud dalam lingkungan sosialnya pengaruh teman dan orang tua.


(49)

a. Teman

Teman adalah sahabat atau kawan (kamus bahasa Indonesia, 2005). Teman merupakan bagian yang terpenting dalam kehidupan seseorang. Karena seseorang akan merasakan kenyamanan dengan teman yang dianggap sebagai orang tua yang dapat memahami dirinya. Kenyamanan yang dirasakan membuat seseorang cenderung mengikuti temannya. Termasuk didalamnya adalah perilaku merokok, ini sejalan dengan penemuan data yang didapatkan dari penelitian yang dilakukan oleh

Global Youth Tobacco Survey yang dilakukan pada tahun 2000 (Gatra, 2003).

b. Orang tua

Orang tua dalah faktor yang sangat berpengaruh, karena figur orang tua akan ditiru oleh anaknya. Dalam hal ini jika orang tuanya seorang perokok, maka anaknya pun seorang perokok karena kebiasaan tersebut akan ditiru oleh anaknya. (Buletin RSKO, tahun 1991).

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tingkat Pengetahuan : a. Pendidikan

Tingkat pendidikan berarti bimbingan yang diberikan oleh seseorang terhadap perkembangan orang lain menuju ke arah suatu cita-cita tertentu. (Sarwono, 1992 dalam Nursalam, 2011). Secara umum, seseorang yang berpendidikan lebih tinggi akan mempunyai pengetahuan yang lebih luas dibandingkan dengan seseorang yang tingkat pendidikannya lebih rendah. Orang yang berpendidikan tinggi akan memberikan respon yang lebih


(50)

rasional terhadap informasi yang datang dan akan berpikir sejauh mana keuntungan yang mungkin akan mereka peroleh dari gagasan tersebut (Notoatmodjo, 2003).

b. Pengalaman

Pengalaman seorang individu tentang berbagai hal biasa diperoleh dari lingkungan kehidupan dalam proses perkembangannya, misalnya sering mengikuti kegiatan. Kegiatan yang mendidik misalnya seminar organisasi dapat memperluas jangkauan pengalamannya karena dari berbagai kegiatan tersebut informasi tentang suatu hal dapat diperoleh (Notoatmodjo, 2003).

c. Paparan media massa

Melalui berbagai media baik cetak maupun elektronik seperti televisi, radio, majalah, koran dan buku. Sehingga seseorang yang lebih sering terpapar media massa akan memperoleh informasi yang lebih banyak dibandingkan dengan orang yang tidak pernah terpapar informasi media. Ini berarti paparan media massa mempengaruhi tingkat pengetahuan yang dimiliki oleh seseorang (Notoatmodjo, 2003).

d. Ekonomi

Untuk memenuhi kebutuhan pokok (primer) maupun kebutuhan sekunder, keluarga dengan status ekonomi baik akan lebih mudah tercukupi dibandingkan keluarga dengan status ekonomi rendah. Hal ini akan mempengaruhi pemenuhan kebutuhan sekunder (Notoatmodjo, 2003).


(51)

e. Hubungan sosial

Manusia adalah makhluk sosial dimana dalam kehidupan saling berinteraksi antara satu dengan yang lain. Individu yang dapat berinteraksi secara continue akan lebih besar terpapar informasi (Notoatmodjo, 2003).

4. Pencegahan Merokok

Ada beberapa upaya pencegahan merokok yaitu dengan upaya kampanye, memang sangat sulit menghentikan kebisaan merokok. Dengan cara menumbuhkan motivasi dalam diri berhenti atau tidak mencoba untuk merokok, akan membuat mereka mampu untuk tidak terpengaruh oleh godaan merokok yang datang dari teman, media masaa atau kebiasaan

keluarga dan lingkungan (Zainun mu’tadin,2002).

Merokok bukanlah gaya hidup yang sehat. Hal ini disadari baik oleh perokok maupun bukan perokok. Karena itu dikatakan bahwa 90% perokok pernah mencoba untuk berhenti merokok tetapi sangat kurang berhasil untuk menghentikannya (Buston,1997). Berhenti merokok mungkin dengan cara hipnotis atau akupuntur. Berhenti cold turkey yaitu berhenti secara bertahap kemudian berhenti total selama 3 bulan dengan rokok. Dengan 3 tahapan: tahap persiapan, tahap berhenti berangsur-angsur, tahap berhenti total dengan cara mencarikan bentuk pengantiannya, misalnya makan permen, atau bahkan menghisap es batu dan cara lain untuk menghentikan merokok adalah dengan berolah raga jalan sebelum berangkat kerja. Menarik nafas panjang jika keinginan untuk merokok dalam diri muncul, usahakan agar selalu sibuk dalam melakukan kegiatan dikantor, hindari makanan dan


(52)

minuman yang bisa dimakan/ diminum setelah merokok, buat jari-jari tangan sibuk dengan mengetik atau dengan memegang pulpen.

Menurut Didy Purwanto(2003) ada 3 cara yang bisa dilakukan untuk berhenti merokok yakni berhenti mendadak, menunda merokok dan mengurangi merokok.

1. Cara berhenti mendadak adalah perokok berhenti sepenuhnya pada saat tertentu, jika perokok memiliki niat berhenti merokok maka berhentilah saat itu juga, jangan ditunda. Cara ini patut dicoba sebelum mencoba 2 cara berikutnya.

2. Cara berhenti dengan stategi menunda adalah perokok bisa memilih untuk menunda merokok beberapa menit setiap kali dia berkeinginan untuk merokok atau menunda menghisap rokok yang pertama untuk jangka waktu yang semakin panjang. Diharapkan dia bisa bertahan tanpa rokok sepanjang hari.

3. Cara berhenti denga stategi mengurangi adalah si perokok hanya menghisap setengah atau sedikit setiap batang rokok. Atau merokok hanya pada saat-saat tertentu atau ditempat-tempat tertentu saja.

Menurut Majid Ezzati (2003) sebenarnya untuk berhenti merokok tidak sulit, bila ada niat dan kesungguhan. Berikut cara praktis berhenti merokok, yang dicanangkan oleh gerakan indonesia sehat 2010, antara lain:

1. Mempunyai niat yang kuat untuk berhenti merokok.

2. Cari alasan yang kuat untuk berhenti merokok, contohnya mengikuti saran keluarga.


(53)

3. Tetapkan tanggal untuk berhenti merokok dalam waktu kurang dari 2 minggu.

4. Silahkan memilih mau berhenti seketika, mengurangi jumlahnya secara bertahap, atau menunda waktu merokok.

5. Mintalah dukungan teman dan keluarga

6. Hindari segala sesuatu yang menimbulkan keinginan merokok. Dan menikmati keuntungan tidak merokok, antara lain badan sehat dan bugar, nafas lega, kulit tidak keriput dan tidak berbau rokok, terhindar dari berbagai penyakit akibat rokok, menghemat pengeluaran.


(54)

1.4Kerangka Teori

NB : garis putus-putus menandakan faktor yang akan diteliti.

Bagan kerangka teori berdasarkan Teori Lawrence Green (1980) dan Teori sistem

Sumber : Notoatmodjo (2005) FAKTOR-FAKTOR YANG

MEMPENGARUHI PERSEPSI  Pengetahuan

- Bahaya merokok 1. Secara fisik 2. Secara emosional 3. Secara ekonomi - Usia

- Jenis kelamin - Pendidikan - Penghasilan

- Kandungan berbahaya dalam rokok

- Media komunikasi

PERSEPSI

PERILAKU MEROKOK


(55)

BAB III

KERANGKA KONSEP,HIPOTESIS,DAN DEFINISI OPERASIONAL

3.1 Kerangka Konsep

Sesuai dengan tujuan penelitian yang bersifat kuantitatif yaitu untuk mengidentifikasi adanya hubungan persepsi bahaya merokok dengan perilaku merokok pada karyawan. Dimana perilaku merokok sebagai perilaku dependen sedangkan persepsi merokok sebagai variabel independen.

Jenis rancangan penelitian ini mengunakan penelitian diskriptif korelasi untuk mengetahui hubungan antara variabel yang satu dengan variabel yang lain. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan belah lintang (cross sectional), dimana variabel sebab atau variabel bebas (independent) yaitu persepsi karyawan terhadap bahaya merokok dan variabel akibat atau variabel terikat (dependent) yaitu perilaku merokok yang diukur dalam waktu yang bersamaan dan sesaat (Bhisma Murti,2003).

VARIABEL INDEPENDEN VARIABEL DEPENDEN

Bagan 3.1 Kerangka Konsep

Persepsi karyawan Perilaku karyawan


(56)

3.2 HIPOTESIS PENELITIAN

Hipotesa dalam penelitian ini adalah:

Ada hubungan antara persepsi merokok dengan perilaku merokok pada karyawan PT Sintas Kurama Perdana.

3.3 DEFINISI OPERASIONAL

NO Variabel Penelitian

Definisi Operasional

Cara ukur Alat ukur Hasil Ukur Skala 1. Persepsi

karyawan tentang bahaya merokok Persepsi adalah proses yang digunakan individu mengelola dan menafsirkan kesan indra terhadap bahaya merokok. Lembar pertanyaan terdiri dari 14 pertanyaan jawaban antara: sangat setuju, setuju, tidak setuju dan sangat tidak setuju.

kuesioner 0. kurang baik, jika

jumlah skor ≤

nilai

median(<38) 1. Baik, jika jumlah skor > nilai

median(>38)

Ordinal

2. Perilaku merokok Perilaku adalah respon atau reaksi perokok terhadap stimulus yang dapat diamati secara langsung maupun tidak langsung. Lembar pertanyaan terdiri dari 16 pertanyaan jawaban antara: (sering, kadang-kadang ,jarang dan tidak pernah)

kuisioner 0. kurang baik , jika jumlah skor ≤ nilai median(<36) 1. Baik, jika jumlah skor > nilai

median(>36)


(57)

BAB IV

METODE PENELITIAN

A. Desain penelitian

Desain penelitian yang dilakukan adalah penelitian kuantitatif dengan rancangan “crosssectional study”. Desain penelitian isi digunakan untuk meneliti suatu kejadian pada titik waktu, dimana variable dependen dan variabel independen diteliti sekaligus pada saat yang sama (Budiarto, 2002).

B. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di PT Sintas Kurama Perdana di Kawasan Industri Pupuk Kujang Cikampek pada bulan Januari 2013

C. Populasi dan Sample 1. Populasi

Populasi adalah subjek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan (Sugiono dalam Hidayat, 2007). Populasi dari penelitian ini adalah seluruh karyawan PT Sintas Kurama Perdana dengan populasi seluruh jumlah karyawan yang merokok dan yang tidak merokok.

2. Sample

Sampel penelitian adalah sebagian dari keseluruhan obyek yang telah diteliti dan dianggap mewakili seluruh populasi (Notoatmodjo, 1993 dalam Setiadi, 2007). Sampel dalam penelitian ini adalah bagian dari populasi yang menjadi karyawan di PT. Sintas Kurama Perdana. Sampel yang di ambil secara


(58)

purposive sampling, dimana kriteria yang sudah ditentukan oleh peneliti mengenai subyek yang pantas (memenuhi persyaratan) untuk dijadikan sampel (Nasir dkk, 2011).

Terdapat dua kriteria sampel yaitu kriteria inklusi dan kriteria eksklusi. Adapun kriteria inklusi yang digunakan dalam penelitian ini yaitu :

a. Kriteria inklusi adalah kriteria atau ciri-ciri yang perlu dipenuhi oleh setiap anggota populasi yang dapat diambil sampel. Kriteria inklusi dalam penelitian ini diambil berdasarkan pada kriteria inklusi, diantaranya:

1. Karyawan PT Sintas Kurama Perdana 2. Laki-laki

3. Perempuan

4. Perokok

5. Tidak merokok

6. Mampu berkomunikasi dengan baik

b. Kriteria eksklusi adalah ciri-ciri anggota populasi yang tidak dapat diambil sebagai sampel. Kriteria ekslusi dalam penelitian ini yaitu :

1. Bila bukan karyawan PT Sintas Kurama Perdana 2. Mengalami gangguan kejiwaan.

⁄ √

Keterangan :

n = jumlah sampel yang dibutuhkan

Z 1-α/2 = 1,96 (derajat kemaknaan 95 % dengan α sebesar 5 %)


(59)

P1 = 0,477 ( 86.8% hasil dari studi pendahuluan, dari hasil penelitian sebelumnya

oleh Yeni Fitriyani)

P2 = (P1 - 20%) 0,477 - 0,3 = 0,177

⁄ √

√ √

√ √

Kemudian sample dikali 2 karena uji beda dua proporsi yaitu: 28x2=56 Jumlah responden 56 orang

Untuk menjaga drop out perlu ditambah 10% maka 56+5,6= 61,1 Jadi jumlah sample minimal yang diambil adalah 61 responden.

D. Tehnik Pengambilan Sample

Teknik sampling merupakan suatu proses seleksi sampel yang digunakan dalam penelitian dari populasi yang ada, sehingga jumlah sampel akan mewakili keseluruhan populasi yang ada (Hidayat, 2009). Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah purposivesampling.


(60)

E. Metode Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan secara langsung memberikan kuesioner yang berisi pertanyaan untuk mendapatkan data megenai HUBUNGAN PERSEPSI TENTANG BAHAYA MEROKOK DENGAN PERILAKU MEROKOK PADA KARYAWAN DI PT SINTAS KURAMA PERDANA KAWASAN INDUSTRI PUPUK KUJANG CIKAMPEK dengan prosedur sebagai berikut:

1. Instrumen Penelitian

Pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner atau angket. Kuesioner adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden (Arikunto,2006). Peneliti menggunakan lembar kuisioner yang disusun secara terstuktur berdasarkan teori dan berisikan pertanyaan yang harus dijawab responden. Instrumen ini terdiri dari 3 bagian, yaitu :

1. Bagian (A) berisi variabel nama, umur,jenis kelamin, unit kerja, dan pendidikan, dengan mengisi pada kolom atau lembar yang tersedia.

2. Bagian (B) kuisioner untuk persepsi berisi 14 pertanyaan tertutup tentang persepsi merokok mengunakan skala likert. Pertanyaan pada variabel persepsi terdiri dari dua jenis pertanyaan yaitu pertanyaan positif dan pertanyaan negatif.

Pertanyaan positif Skor Pertanyaan negatif

Alternatif jawaban Alternatif jawaban

Sangat setuju 4 Sangat tidak setuju


(61)

Tidak setuju 2 Setuju

Sangat tidak setuju 1 Sangat setuju

Keterangan :

a. Sangat tidak setuju : 0-25 % b. Tidak setuju : 26-50 %

c. Setuju : 51-75 %

d. Sangat setuju : 76-100 %

3. Bagian (C) kuisioner untuk perilaku merokok pada karyawan berisi 16 pertanyaan tertutup tentang perilaku merokok mengunakan skala Likert. Pertanyaan pada variabel perilaku terdiri dari dua jenis pertanyaan yaitu pertanyaan positif dan negatif.

Pertanyaan positif Skor Pertanyaan negatif

Alternatif jawaban Alternatif jawaban

Sering 1 Sangat setuju

Kadang-kadang 2 Tidak setuju

Jarang 3 Setuju

Tidak pernah 4 Sangat tidak setuju

Keterangan :

a. Sangat tidak setuju : 0-25 % b. Tidak setuju : 26-50 % c. Setuju : 51-75 % d. Sangat setuju : 76-100 %


(62)

2. Hasil Uji Validitas dan Reabilitas

a. Uji Validitas

Prinsip validitas adalah pengukuran dan pengamatan yang berarti prinsip keandalan instrumen dalam mengumpulkan data (Nursalam, 2009). Uji validitas dapat mengunakan rumus Pearson Product Moment , setelah itu diuji dengan menggunakan uji t dan lalu baru dilihat penafsiran dari indeks korelasinya.2

Rumus Pearson Product Moment :

r

xy =

∑ ∑ ∑

√ ∑ ∑ ∑ ∑

Keterangan :

r = koefisien korelasi

x = skor pertanyaan

y = skor total

N = jumlah subjek

Hasil perhitungan tiap-tiap item dibandingkan dengan tabel nilai Product Moment. Apabila hasil uji dari tiap item pertanyaan ternyata signifikan (P value > 5%) atau r hitung lebih besar dari r tabel, maka item pertanyaan tersebut valid dan dapat digunakan. Namun apabila tidak signifikan (P value < 5%) atau r hitung lebih kecil dari r tabel, maka item pertanyaan tersebut tidak valid.

Jika nilai t hitung > t tabel berarti valid dan jika nilai t hitung < t tabel berarti tidak valid. Uji validitas ini dilakukan pada tanggal 3 Januari 2013 sampai


(63)

4 Januari 2013 bertempat di PT Sintas Kurama Perdana. Perhitungan uji validitas tentang hubungan persepsi tentang bahaya merokok dengan perilaku merokok pada karyawan di PT Sintas Kurama Perdana Kawasan Industri Pupuk Kujang Cikampek diselesaikan dengan menggunakan SPSS 16,0 dan diperoleh hasil r tabel yaitu 0,380. Dari beberapa item dalam kuesioner didapatkan ada 5 item pertanyaan yang dinyatakan tidak valid (r hasil < 0,380) yaitu nomor 15 dari variabel persepsi serta no 5,12,18 dan 20 dari variable perilaku. Untuk itu, peneliti merubah merubah redaksional tanpa merubah konten ( maksud dari pertanyaan).

b. Uji Reliabilitas

Setelah mengukur validitas, maka perlu mengukur reliabilitas data, apakah alat ukur dapat digunakan atau tidak. Reliabilitas adalah pengukuran yang mengukur tingkat korelasi dari beberapa item, hal itu hanya dapat diperkirakan dengan satu skala yang mengukur beberapa item. Tehnik pengujian pada penelitian ini menggunakan alpha cronbach (a), dalam uji reliabilitas r hasil adalah alpha. Ketentuannya apabila r alpha < r tabel maka pertanyaan tersebut tidak reliable. Hasil uji reliabilitas menunjukan nilai alpha crombach dari masing-masing instrumen.

Dari hasil uji reliabilitas yang dilakukan pada 14 pertanyaan dalam instrumen persepsi, telah menunjukan hasil yang reliable dengan alpha crombach

sebesar 0,888. Sedangkan pada 16 pertanyaan dalam instrumen perilaku menunjukan hasil yang reliable dengan alpha crombach sebesar 0, 875.


(64)

F. Tahapan Pengambilan Data

Pengumpulan data dilakukan sesuai dengan tahapan, yaitu :

1. Peneliti melakukan penelitian dengan mendatangi rumah-rumah warga dengan menjelaskan maksud dan tujuan penelitian dengan meminta persetujuan kepada responden apakah berkenan mengisi kuesioner.

2. Peneliti mulai membagikan kuesioner kepada responden yang bersedia diteliti dan memberikan penjelasan tentang cara pengisian.

3. Pada saat pengisian kuesioner berlangsung peneliti mendampingi dan memberikan penjelasan jika responden tidak memahami tentang pertanyaan yang diajukan.

4. Responden yang tidak dapat mengisi kuesiner akan dibantu oleh peneliti dalam pengisian kuesioner.

5. Mengumpulkan kuesioner yang telah diisi oleh sampel dan meneliti kembali apakah seluruh pertanyaan yang disediakan sudah diisi oleh sampel penelitian. 6. Persetujuan dalam penelitian ini dinyatakan dalam bentuk pengisian seluruh

pertanyaan yang disediakan dalam kuesioner penelitian dan penandatanganan lembar penelitian (informed consent).

7. Kuesioner yang telah diisi lengkap kemudian dilakukan pengolahan dan analisa data.

G.Teknik Analisis Data

Analisa data pada penelitian ini menggunakan analisa univariat yaitu analisa dilakukan terhadap tiap variabel dari hasil penelitian. Pada umumnya dalam analisis ini hanya menghasilkan distribusi dan presentase dari tiap variabel (Notoatmodjo, 2002).Rumus yang digunakan menurut Machfoedz (2008) adalah:


(65)

P = F x 100%

N

Keterangan : P = Prosentase

F = Jumlah jawaban yang benar

N = Jumlah Soal

Penentuan tingkat penetahuan dengan cara mengkonversikan nilai sub variabel maupun variabel kedalam kategori sebagai berikut:

Nilai 76-100% : Baik Nilai 56-75% : Cukup

Nilai 40-55% : Kurang (Arikunto, 2006) Analisis yang digunakan pada penelitian ini adalah:

1. Pengolahan Data

Pada pengolahan data, penulis mengunakan alat perangkat lunak, sedangkan kuisioner yang telah dikumpulkan selanjutnya diolah dengan melalui tahapan sebagai berikut:

1. Editing

Editing adalah upaya untuk memeriksa kembali kebenaran data yang diperoleh atau dikumpulkan. Editing dapat dilakukan sendiri oleh peneliti di tempat penelitian agar apabila jika ada kekurangan data dapat segera dilengkapi. 2. Coding

Coding merupakan pemberian kode numerik (angka) terhadap data yang terdiri atas beberapa kategori. Pemberian kode ini sangat penting bila pengolahan dan analisis data mengunakan komputer.


(66)

3. Entry Data

Data Entry adalah kegiatan memasukan data dari kuesioner kedalam paket program komputer agar dapat dianalisis, Kemudian membuat distribusi frekuensi sederhana atau bisa juga dengan membuat tabel kontigensi.

4. Cleaning Data

Pembersihan data merupakan kegiatan pengecekan kembali data yang sudah dimasukan ke dalam komputer untuk memastikan data telah bersih dari kesalahan sehingga data siap dianalisa (Hidayat,2008).

2. Analisa Data

Analisa data dibantu mengunakan perangkat lunak dengan analisa yang digunakan adalah :

a. Analisa univariat

Analisis univariat merupakan analisis tiap variabel yag dinyatakan dengan menggambarkan dan meringkas data dengan cara ilmiah dalam bentuk tabel atau grafik (Setiadi, 2007). Variabel pada penelitian ini meliputi variabel independen yaitu persepsi dan variabel dependennya adalah perilaku merokok. b. Analisa Bivariat

Analisa ini digunakan untuk mengetahui hubungan antara variabel independen dan dependen yaitu persepsi bahaya merokok dengan perilaku pada karyawan PT Sintas Kurama Perdana. Dalam analisa bivariat pada penelitian ini mengunakan uji statistik dengan uji Chi Square dengan derajat kepercayaan 95%. Uji Chi-Square yaitu membandingkan frekuensi yang terjadi (observasi) dengan frekuensi harapan (ekspektasi) untuk melihat kemaknaan perhitungan sistem dengan membandingkan nilai p < a (0.05) maka ada hubungan yang bermakna antara variabel dependen dan independen.


(67)

Sebaliknya jika p > a (0.05) maka tidak ada hubungan yang bermakna antara variabel dependen dan independen.

H. Etika Penelitan

1. Prinsip Etika Penelitian

Dalam melaksanakan penelitian khususnya jika yang menjadi subyek penelitian adalah manusia, maka peneliti harus memahami hak dasar manusia. Manusia memiliki kebebasan dalam menentukan dirinya, sehingga peneliti yang akan dilaksanakan benar-benar menjunjung tinggi kebebasan manusia. Beberapa prinsip penelitian pada manusia yang harus dipahami antara lain:

a. Prinsip Manfaat

Prinsip aspek maka segala bentuk manfaat adalah segala bentuk penelitian yang dilakukan diharapkan dapat dimanfaatkan untuk kepentingan manusia. Prinsip ini dapat ditegakkan dengan membebaskan, tidak memberikan atau menimbulkan kekerasan pada manusia, tidak menjadikan manusia untuk dieksploitasi. Penelitian yang dihasilkan dapat memberikan manfaat dan mempertimbangkan antara aspek risiko dengan aspek manfaat, bila penelitian yang dilakukan dapat mengalami dilema etik.

b. Prinsip Menghormati Manusia

Manusia mempunyai hak dan merupakan makhluk yang mulia yang harus di hormati, karena manusia berhak untuk menentukan pilihan antara mau dan tidak untuk diikut sertakan menjadi subyek penelitian.

c. Prinsip Keadilan

Prinsip ini dilakukan untuk menjunjung tinggi keadilan manusia dengan menghargai hak atau memberikan pengobatan secara adil, hak menjaga privasi manusia dan tidak berpihak dalam perlakuan terhadap manusia.


(68)

2. Masalah Etika Penelitian

a) Informed consent (lembar persetujuan)

Informed consent merupakan bentuk persetujuan antara peneliti dengan responden penelitian dengan memberikan lembar persetujuan. Informed consent

tersebut diberikan sebelum penelitian dilakukan dengan memberikan lembar persetujuan untuk menjadi responden. Tujuan Informed consent adalah agar subjek mengerti maksud dan tujuan penelitian, mengetahui dampaknya. Jika subjek bersedia, maka mereka harus menandatangani lembar persetujuan. Jika responden tidak bersedia, maka peneliti harus menghormati hak pasien (Hidayat, 2007).

b) Anonimity (tanpa nama)

Anonimity merupakan masalah etika keperawatan merupakan masalah yang memberikan jaminan dalam penggunaan subjek penelitian dengan cara tidak memberikan atau mencantumkan nama responden pada lembar alat ukur dan hanya menulis kode pada lembar pengumpulan data atau hasil penelitian yang akan disajikan (Hidayat, 2007).

c) Confidentiality (kerahasiaan)

Confidentiality merupakan masalah etika dengan memberikan jaminan kerahasiaan hasil penelitian, baik informasi maupun masalah-masalah lainnya. Semua infomasi yang telah dikumpulkan dijamin kerahasiaannya oleh peneliti, hanya kelompok data tertentu yang akan dilaporkan pada hasil riset (Hidayat, 2007).


(69)

BAB V

HASIL PENELITIAN

Bab ini akan membahas mengenai hasil penelitian yang telah dilakukan pengumpulan data dari tanggal 9 januari 2013 di PT Sintas Kurama Perdana Kawasan Industri Pupuk Kujang Cikampek. Hasil penelitian akan dijabarkan mulai dari gambaran umum tempat penelitian, karakteristik responden, analisis univariat yang terdiri dari persepsi bahaya merokok dengan perilaku merokok pada karyawan PT Sintas Kurama Perdana, serta analisis bivariat yaitu hubungan persepsi tentang bahaya merokok dengan perilaku merokok pad karyawan di PT Sintas Kurama Perdana Kawasan Industri Pupuk Kujang Cikampek.

A. Gambaran umum tempat penelitian

PT. Sintas Kurama Perdana didirikan tanggal 28 januari 1986. Sintas merupakan produsen asam formiat pertama dan satu-satunya di Indonesia, dibangun dengan tujuan untuk melaksanakan kebijakan pemerintah dalam upaya diversifikasi bidang industri, khususnya industri kimia dasar untuk memenuhi kebutuhan asam formiat didalam negeri, meningkatkan pendapatan ekspor dan menghemat devisa negara serta membantu menciptakan lapangan kerja. Jumlah keseluruhan karyawan yang terdapat di PT Sintas Kurama Perdana adalah sebanyak 95 karyawan.

B. Visi dan Misi PT. Sintas Kurama Perdana a. Visi PT. Sintas Kurama Perdana

Menjadi perusahaan yang efisien, kompetitif dan menguasai pasar dalam negeri, serta berupaya terus untuk meningkatkan nilai perusahaan.


(1)

(2)

UJI NORMALITAS PERSEPSI

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

PERSEPSI 61 100.0% 0 .0% 61 100.0%

Descriptives

Statistic Std. Error

PERSEPSI Mean 37.51 1.033

95% Confidence Interval for Mean

Lower Bound 35.44

Upper Bound 39.58

5% Trimmed Mean 37.89

Median 38.00

Variance 65.154

Std. Deviation 8.072

Minimum 14

Maximum 54

Range 40

Interquartile Range 10

Skewness -.691 .306

Kurtosis 2.105 .604

Tests of Normality

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk Statistic df Sig. Statistic df Sig.

PERSEPSI .198 61 .000 .903 61 .000


(3)

(4)

UJI NORMALITAS PERILAKU

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

PERILAKU 61 100.0% 0 .0% 61 100.0%

Descriptives

Statistic Std. Error

PERILAKU Mean 39.84 1.336

95% Confidence Interval for Mean

Lower Bound 37.16

Upper Bound 42.51

5% Trimmed Mean 39.43

Median 36.00

Variance 108.839

Std. Deviation 10.433

Minimum 27

Maximum 60

Range 33

Interquartile Range 14

Skewness .804 .306

Kurtosis -.595 .604

Tests of Normality

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk Statistic df Sig. Statistic df Sig.

PERILAKU .184 61 .000 .868 61 .000


(5)

(6)